Anda di halaman 1dari 2

BERNALAR KRITIS

Bar
Bar

Kultum Tarawih [10]: Berpikir Kritis


Tidak asal percaya dan bagikan, namun mencari referensi pembanding dan menentukan
berdasarkan standar yang jelas, bagaimana kita harus bersikap.

Kultum Tarawih [10]: Berpikir Kritis Abdul Hamid Fattahillah


Selasa, 5 Mei 2020 | 06:12 WIB
0 1301
1
Kultum Tarawih [10]: Berpikir Kritis
Berpikir kritis (Foto: beritagar.id)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah wa syukurillah, hari ini Allah Subhanahu Wa Ta’ala masih mengizinkan kita
untuk menjalani bulan Ramadan hingga kita memasuki malam kesepuluh, atau sudah
sepertiga bulan Ramadan. Semoga semangat ibadah dan takwa kita tetap terjaga dan terus
bertambah, dan semoga Allah berikan kita kesempatan untuk menyelesaikan bulan Ramadan
ini, juga agar kita bisa berjumpa lagi dengan Ramadan di tahun-tahun berikutnya.

Tak lupa marilah kita berselawat kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam, dan
moga-mogalah kita termasuk orang-orang yang beruntung mendapatkan syafaat beliau di
yaumul qiyamah kelak, aamiin ya rabbal alamin.

Sepertiga bulan Ramadan kali ini sangat spesial, karena jatuh pada 2 Mei. Tanggal 2 Mei
diperingati oleh masyarakat Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sebagai guru, tentu
saja ini spesial bagi saya. Namun, kultum kali ini tidak secara spesifik membahas pentingnya
belajar, karena itu sudah di kultum sebelumnya. Kultum kali ini menekankan pada
pentingnya salah satu aspek yang harus dimiliki seorang pembelajar, terutama pembelajar
dewasa/adult learner. Aspek ini adalah berpikir kritis.
Seorang pembelajar dewasa tidak lagi belajar hanya untuk memenuhi tuntutan institusi
pendidikan, namun untuk memenuhi rasa keingintahuannya akan suatu ilmu. Oleh karena itu,
seorang pembelajar dewasa akan melihat fenomena-fenomena di alam, dan mempertanyakan
fenomena tersebut. Dalam proses mencari jawaban atas pertanyaannya, ia akan menemukan
banyak informasi yang ada, yang mungkin akan menjawab pertanyaannya tadi.

Anda mungkin juga menyukai