Dengan cara yang sama, nilai yang terkandung di dalam pengemban, dan
beserta dengan itu ditambah kan pada pembentukan atas suatu "kebaikan" yang tidak
tergantung pada pengembannya. Menurut Scheler, kita tidak memahami, misalnya
nilai kenikmatan atau estetik melalui induksi yang umum. Dalam kasus tertentu, satu
objek atau perbuatan tunggal cukup memadai bagi kita untuk menangkap nilai yang
terkandung di dalamnya. Sebaliknya, kehadiran nilai yang menyertai objek yang
bernilai memiliki hakikat "hak". Dengan cara ini, kita tidak memeras keindahan dari
benda yang indah; karena keindahan mendahului bendanya
Tidak ada suatu yang pernah menjadi tujuan tanpa sebelumnya menjadi sasaran.
Tujuan didasarkan pada Sasaran. Sasaran dapat diberikan tanpa tujuan, namun tujuan
tidak pernah dapat dinyatakan tanpa sasaran yang mendahuluinya. Kita tidak dapat
menciptakan tujuan dari ketiadaan, kita juga tidak dapat mengemukakannya tanpa
kecenderungan ke arah sesutu yang mendahulunya
Kemudian, nilai tidak tergantung pada tujuan nilai juga tidak dapat berlaku
tanpa tujuan; agaknya, nilai melekat dalam sasaran dari kecenderungan sebagai dasar.
Karena alasan itulah, nilai merupakan dasar bagi sasaran, seperti yang akan kita lihat,
tergantung pada sasaran.
Karena hanya tujuan yang memiliki isi yang melambangkan, sebuah etika
material nilai harus berupa apriori yang berkaitan dengan semua isi pengalaman yang
melambangkan.
Menurut Scheler, empirisme itu tidak keliru, Segaimana yang dipercayai Kant,
karena kewajiban tidak dapat diturunkan dari pengalaman, namun agaknya karena
hakikat nilai tidak dapat diturunkan dari realitas, maka keadilan itu bersifat
independen Menurut Kant, kewajiban, kesadaran tentang hukum moral, mendahului
nilai; sebaliknya, Scheler berpendapat bahwa nilai itu mendahului kewajiban dan
berlaku sebagai dasar bagi hukum moral.