PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
· b. Focus proyek kuat. Focus proyek lebih kuat dengan secara resmi
menugaskan manajer proyek yang bertanggung jawab untuk
mengoordinasi dan mengintegrasikan kontribusi dari berbagai unit
yang berbeda. Hal ini membantu memperkuat pendekatan holistic
untuk memecahkan masalah yang sering hilang dalam fungsi
organisasi.
hal ini membantu tercapainya kesuksesan proyek. Gambar 3.9 menjelaskan bahwa
jika proyek yang beroperasi mengikuti norma kerja tim dan kerjasama antar disiplin
yang berbeda, berkomitmen untuk menyelesaikan dengan sebaik-baiknya, dan mampu
menangani konflik dengan cepat dan efektif, maka proyek yang dikerjakan pun bisa
berjalan dengan efektif. Sebaliknya jika kondisi budaya organisasi tidak kondusif,
maka hal ini menghalangi proses penyelesaian proyek yang efektif.
D. Menentukan Proyek
Salah satu cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan stakeholder
proyek utama adalah menggunakan perencanaan proyek terintegrasi dan sistem
pengendalian yang memerlukan informasi selektif. Manajer proyek yang mengelola
sebuah proyek kecil dapat merencanakan dan menjadwalkan tugas-tugas proyek tanpa
sistem informasi dan perencanaan formal. Akan tetapi, ketika manajer proyek harus
mengelola beberapa proyek kecil atau sebuah proyek besar yang kompleks, akan ada
titik di mana ia tidak bisa lagi mengatasi hal-hal detail.
Bab ini menguraikan metode terstruktur untuk secara selektif mengumpulkan
informasi untuk digunakan di seluruh tahap siklus hidup proyek, untuk memenuhi
kebutuhan semua stakeholfer (misal,pelanggan, manajer proyek) dan untuk mengukur
kinerja versus perencanaan strategis organisasi. Metode yang diusulkan adalah garis
besar (outline) proyek yang selektif yang disebut work breakdown structure (WBS)
atau struktur pembagian kerja. Tahap awal pengembangan garis besar berfungsi untuk
memastikan bahwa semua tugas telah diidentifikasi dan para peserta proyek
memahami apa yang perlu dilakukan.
Lima langkah umum yang diuraikan di sini menyediakan suatu pendekatan
terstruktur untuk mengumpulkan informasi proyek yang penting bagi perencanaan,
penjadwalan, dan pengendalian proyek. Langkah-langkah tersebut dan pengembangan
jaringan proyek dijelaskan di bab-bab berikutnya, dan diperlukan beberapa literasi
untuk mengembangkan jadwal dan anggaran yang dapat digunakan untuk mengelola
proyek.
Langkah 1 : Menentukan Cakupan Proyek
Menentukan cakupan proyek adalah langkah untuk mengembangkan sebuah
rencana proyek. Cakupan proyek adalah definisi dari hasil akhir atau misi proyek
sebuah produk atau jasa untuk klien/pelanggan. Tujuan utama adalah menentukan
dengan sejelas mungkin deliverabel bagi pemakai akhir dan untuk memfokuskan
rencana proyek. Definisi cakupan sangat penting, namun sering diabaikan oleh para
pemimpin proyek dari korporasi besar yang dikelola dengan baik.
Riset dengan jelas menujukkan bahwa misi atau cakupan proyek yang tidak
ditentukan dengan baik paling sering dikutip sebagai penghalang sukses proyek.
Sebagai contoh, sebuah studi oleh Smith dan Tucker terhadap proyek pabrik
penyulingan petroleum besar menentukan bahwa lemahnya definisi cakupan pada
berbagai segmen utama dari proyek memiliki dampak negatif paling besar terhadap
biaya dan jadwal proyek.
Cakupan harus dikembangkan di bawah arahan manajer proyek dan pelanggan.
Manajer proyek bertanggung jawab untuk melihat apakah ada persetujuan dengan
pemilik dalam hal sasaran proyek, deliverabel di setiap tahap proyek, persyaratan
teknis, dan sebagainya. Sebagai contoh, deliverabel pada tahap awal bisa jadi adalah
spesifikasi; untuk tahap kedua, deliverabelnya adalah tiga prototipe untuk produksi;
tahap ketiga, kuantitas yang cukup untuk diperkenalkan pada pasar dan akhirnya,
promosi pemasaran dan pelatihan.
Definisi cakupan proyek ada;ah dokumen yang akan diterbitkan dan
digunakan oleh pemilik proyek dan peserta proyek untuk merencanakan dan
mengukur sukses proyek. Cakupan (scope) menguraikan apa yang diharapkan untuk
dikirimkan ke pelanggan ketika proyek selesai. Cakupan proyek perlu
menggambarkan hasil yang hendak dicapai dalam istilah yang spesifik, dapat dilihat
(tangible), dan terukur.
Menggunakan Daftar Cakupan Proyek
Untuk memastikan bahwa definisi cakupan telah lengkap, dapat menggunakan daftar
berikut :
1. Sasaran proyek. Langkah pertama definisi cakupan proyek adalah
menggambarkan sasaran keseluruhan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
Sebagai contoh, sebagai hasil dari riset pasar yang ekstensif, sebuah
perusahaan perangkat lunak komputer memutuskan untuk mengembangkan
sebuah program yang secara otomatis menerjemahkan kalimat verbal dalam
bahasa Inggris ke bahasa Rusia.
2. Deliverabel. Langkah berikutnya adalah menentukan deliverabel utama.
Output yang diharapkan dari umur hidup proyek. Sebagai contoh, deliverabel
di tahap desain awal sebuah proyek bisa jadi adalah daftar spesifikasi. Pada
tahap kedua, deliverabel mungkin adalah pengodean perangkat lunak dan
manual teknis. Tahap berikutnya adalah prototipe tes. Tahap terakhir adalah
tes akhir dan perangkat lunak yang disetujui diterima.
3. Milestone.
Milestone adalah suatu peristiwa penting di dalam sebuah proyek yang terjadi
pada satu titik waktu. Jadwal milestone menunjukkan hanya segmen kerja
yang utama; ia menunjukkan secara kasar perkiraan waktu, biaya, dan sumber
daya untuk proyek.
4. Persyaratan Teknis
Lebih sering daripada tidak, sebuah jasa atau produk akan mempunyai
persyaratan teknis untuk memastikan kinerja yang sesuai. Sebagai contoh
persyaratan teknis untuk komputer personal mungkin adalah kemampuan
untuk menerima arus bolak balik 120 Volt atau searah 240 Volt tanpa adapter
atau tombol saklar.
Batasan cakupan harus ditentukan, jika tidak, harapan atas proyek bisa salah
dan perluasan sumber daya serta waktu dapat menimbulkan masalah. Contoh
batasan adalah transportasi udara lokal ke dan dari pangkalan akan dikerjakan
pihak luar, perbaikan dan pemeliharaan sistem akan dilaksanakan hanya
sampai satu bulan setelah pemeriksaan akhir.
Pada umunya Kualitas dan sukses sebuah proyek ditentukan jika proyek
memenuhi dan atau melebihi harapan pelanggan dan atau menajemen puncak dalam
hal biaya (anggaran), waktu (jadwal), dan kinerja (cakupan) proyek. Sebagai contoh,
kadang-kadang perlu kompromi antara cakupan proyek dan kinerja proyek untuk
membuat proyek dikerjakan dengan cepat atau dengan biaya yang lenih randah.
Salah satu pengerjaan utama manajemen proyek adalah mengelola timbal balik
antara waktu, biaya, dan kinerja. Untuk melakukannya, manajemen proyek biasanya
menentukan dan memahami sifat alami prioritas proyek. Mereka perlu berdiskusi
dengan pelanggan proyek dan tingkat manajemen diatas mereka untuk menetapkan
nilai penting ddari masing- masing kriteria. Teknis yang bermanfaat untuk tujuan ini
adalah melengkapi matriks prioritas untuk proyek yang mengidentifikasi kriteria
mana yang dibatasi, yang perlu ditingkatkan, dan yang dapat diterima;
1. Batasan kriteria
2. Peningkatan kriteria
Dengan cakupan proyek, kriteria utama yang harus dioptimalkan adalah memanfaatkan
peluang entah untuk mengurangi biaya atau untuk mempersingkat jadwal..
Kriteria manakah yang dapat ditoleransi, dalam arti tidak memenuhi parameter awal.
Langkah 3 : Membuat WBS
A. Pengelompokan WBS
Tujuan OBS
Rollup Proyek
Pelaksana dan penanggung jawab acap kali diemban oleh satu orang,
meskipun penanggung jawab dapat mendelegasikan pekerjaannya kepada
seorang pelaksana lain. Sebagai ilustrasi, SM adalah penanggung jawab dalam
proyek DANO-ICC. Ia bertindak sebagai pelaksana dalam beberapa pekerjaan
proyek dan mendelegasikan beberapa pekerjaan lain kepada RT. Ia pun
mendiskusikan berbagai masalah di dalam proyek kepada IL sebagai penasihat.
Terakhir, ia selalu mengomunikasikan kemajuan proyek kepada DC dan NL
sebagai terinformasi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Struktur organisasi adalah sebuah sarana yang berguna untuk membantu dalam proses
pencapaian suatu tujuan dalam proyek. Susunan ini bekerja dengan cara mengatur dan
mengorganisasi semua sumber daya yang ada, material atau bahan-bahan, tenaga kerja dan
peralatan serta modal. Dan pastinya menerapkan sebuah sistem manajemen yang efektif dan
efisien serta disesuaikan dengan kebutuhan pada proyek tersebut.
Selain pada faktor individu dan kelompok, hubungan struktural yang mana orang-
orang bekerja harus menghadapi tingkah laku dan perilaku pekerja.Dan budaya organisasi
menggambarkan sebagai sebuah variabel perantara. Para pekerja membantu keseluruhan
persepsi organisasi yang subjektif yang didasarkan pada faktor-faktor seperti misalnya tingkat
toleransi risiko, penekanan pada tim, dan mendukung para individu. Keseluruhan persepsi ini
menjadi karena budaya organisasi atau kepribadian serta mempengaruhi kinerja dan kepuasan
kerja, dengan budaya yang lebih kuat akan memiliki dampak yang lebih besar
DAFTAR PUSTAKA
Clifford F. Gray and Erik W. Larson. 2006. Project Management. Jilid 1. Edisi 3. The
McGraw-Hill Comapnies. Inc.
http://buahpensil.blogspot.com/2018/03/makalah-manejemen-proyek.html