Anda di halaman 1dari 10

Tugas Makalah

“Faktor beban kerja akibat kesehatan kerja”

Disusun oleh : Achmad Abiyyu R (1)

Artika Diwani N (5)


Fachri Rachman (10)
Mutiara Jasmin R (21)
Satrio Aprian N (29)
Talitha Novi A (33)

SMK ANALIS KESEHATAN DITKESAD


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Konsentrasi TLM 3 ( KIMIA
KLINIK ) berupa “Pemeriksaan Feses”. Tak lupa shalawat serta salam kami
panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para
sahabatnya.
Dalam penyelesaian pembuatan tugas ini kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Pak
Utomo selaku guru Konsentrasi TLM 3 serta teman-teman yang telah
membantu dalam proses penyelesaian tugas ini. Semoga Allah SWT.
memberikan balasan yang berlipat ganda.
Tugas yang dikerjakan oleh kami ini bukanlah karya yang sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar
kami dapat lebih banyak lagi di kemudian hari. Semoga tugas ini dapat
memberikan banyak manfaat bagi kami sendiri dan bagi pembacanya. Terima
kasih.

Jakarta, 29 Juli 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemeriksaan Kimia Klinik merupakan analisa terhadap sample (darah, urin, atau
cairan tubuh lain) menggunakan metode reaksi kimia untuk mengetahui zat-zat yang
terlarut dalamnya. Salah satu sampel yang biasa dipakai untuk pemeriksaan kimia
klinik adalah feses. Pemeriksaan feses adalah prosedur memeriksa feses atau tinja
untuk mengetahui masalah pada saluran pencernaan. Yang akan di perhatikan yaitu
warna, konsistensi, bau, bakteri atau parasit, jumlah lendir yang abnormal, lemak,
serat daging. Pemeriksaan feses biasanya direkomendasikan oleh dokter pada pasien
yang menunjukkan gejala seperti diare tak kunjung sembuh, BAB berdarah, nyeri dan
kram perut, mual dan muntah.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu
1. Apa dasar teori mengenai pengertian pemeriksaan feses (tinja)?
2. Apa tujuan pemeriksaan feses (tinja)?
3. Apa saja jenis parameter pemeriksaan klinis pada pemeriksaan feses (tinja) ?
4. Apa saja jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui kondisi
kesehatan ?
5. Bagaimana cara untuk mengambil sampel feses (tinja)?
6. Apa perbedaan dari kondisi feses (tinja) normal dan abnorma?

C. Tujuan penulisan

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu
1. Mengetahui dasar teori mengenai pengertian pemeriksaan feses (tinja)
2. Mengetahui tujuan pemeriksaan feses (tinja)
3. Mengetahui jenis parameter pemeriksaan klinis pada pemeriksaan feses (tinja)
4. Mengetahui jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui
kondisi kesehatan
5. Mengetahui cara untuk mengambil sampel feses (tinja)
6. Mengetahui perbedaan dari kondisi feses (tinja) normal dan abnorma
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dasar Teori

Tinja adalah hasil dari digesti dan absorpsi asupan (intake) air, makanan (per oral),
saliva, cairan lambung, cairan yang berasal dari pankreas, dan cairan empedu yang
semuanya berperan pada proses pencemuan makanan. Orang dewasa mengeluarkan
feses antara 100-300 gram/hari yang 70% diantaranya adalah tinja (Setya 2013).

Bentuk dan komposisi feses bergantung pada proses absorpsi, sekresi dan fermentasi,
Feses normal akan berwarna kuning (berasal dari degradasi pigmen empedu oleh
bakteri), tidak lembek dan tidak keras, berbau khas (berasal dari indol, skatol, dan
asam butirat). Protein yang tidak tercema dengan baik akan menyebabkan bau yang
kuat (Setya 2013)

Pemeriksaan feses di lakukan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun
Jarva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga di dilakukan untuk tujuan
mendiagnosa tingkat infeksi cacing parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya.
Prinsip dasar untuk diagnosis infeksi parasit adalah riwayat yang cermat dari pasien.
(Gandahusada dkk 2000).

B. Tujuan Pemeriksaan

Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui;


 Infeksi parasit, bakteri, virus, jamur
 Alergi atau peradangan dalam tubuh
 Peradangan pada usus pada kondisi kolitis ulserativa atau penyakit Crohn
 Hemoroid atau wasir
 Polip
 Tukak lambung
 Gangguan penyerapan makanan
 Fisura ani
 Penggunaan obat-obatan antiradang non-steroid
 Kanker kolorektal

C. Parameter Pemeriksaan Feses

Jenis parameter pemeriksaan meliputi beberapa jenis yang dapat digolongkan


menjadi 5 golongan, yaitu Makroskopis, Makroskopis, Kimia, Bakteriologis, dan
Khusus. Yang akan kami bahas pada makalah ini ialah 3 pemeriksaan, yaitu
Makroskopis, Makroskopis, dan Kimia

1. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
Pemeriksaan makroskopis, meliputi warna, darah, lendir, konsistensi, bau,
pH,dan sisa makanan.

A. Pemeriksaan Bau
Sama seperti pemeriksaan bau pada pemeriksaan urine, uji bau pada tinja
dilakukan dengan mengibaskan telapak tangan terhadap sampel tinja pada
wadahnya.
Interprestasi hasill
–Normal: Merangsang tetapi tidak terlalu busuk
–Abnormal: Amis, busuk, tengik, dsb.

B. PemeriksaanWarna dan Sisa Makanan


Dua pemeriksaan ini dilakukani secara langsung dengan mengamati
tinjasecara visual.
Interprestasi hasil:
–Normal: Kuning Kecoklatan
–Abnormal: Hitam, merah, hijau, dst

C. Pemeriksaan Darah
Darah dapat diperiksa secara langsung maupun dengan bantuan reagen
untuk mendeteksi adanya darah samar dalam tinja.
Interprestasi hasil:
–Positif (+): Ada darah
–Negatif (-): Tidak terdapat darah

D. Pemeriksaan Lendir dan Konsistensi


Dua parameter ini dapat diperiksa secara bersamaan dengan menggunakan
stik yang dimasukan kedalam sampel.

Interprestasi hasil:
● Konsistensi:
–Normal: Lunak (tidak keras/lembek)
–Abnormal: Keras, lembek, dan encer

● Lendir
–Positif (+): Terdapat lendir yang ikut saat stik diambil
–Negatif (-): Tidak terdapat lendir

E. Pemeriksaan pH
pH tinja diperiksa menggunakan strip pH dengan bantuan pinset. Kertas pH
menggunakan pinset lalu tempelkan benamkan ke dalam sampel selama 30
detik. Cocokkan perubahan warna yang terjadi pada kertas pH dengan
standar warna strip pH.
2. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS
Hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya
dengan tepat, cukup diberi tanda (negatif),().(+),(+++) saja karena unsur
patologik yang tidak merata. Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan
protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag, sel ragi
dan pemeriksaan koh

A. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru
didapatkan bentuk trofozoit.

B. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides
stercoralis dan sebagainya.

C. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh
sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan
peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian
tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.
Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam
acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.

D. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus,
Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya
eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.

E. Sel Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitelyaitu yang
berasal dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian
proksimal jarang terlihat karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel
epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan
dinding usus bagian distal.

F. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin
terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel
fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau
strawberi, kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.
Jika terdapat kelainan dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir
amilum dan kristal hematoidin.
G. Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya
sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit, lekosit Bentuknya menyerupai
amuba tetapi tidak bergerak.

H. Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal
strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amocha

I. Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan
KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan
pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan
dengan menggunakan lugol.

3. PEMERIKSAAN KIMIA
A. Darah Samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap
darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui
adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik
atau mikroskopik Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada
keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5-2 ml/ hari. Pada keadaan
abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2
ml/ hari.

Metode
–Metode Bezidine basa
–Metode Guaiac
–Metode Rapit Chromatographic Immunossary

B. Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang
pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi
negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.

C. Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik
jika dibandingkan terhadap tes urobilin karena dapat menjelaskan dengan angka
mutlak jumlah urobilinogen yang dickskresilkan per- 24 jam sehingga bermakna
dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan ikterus obstruktif

D. Bilirubin
Beraksi negatif pada tinja normal karena bilirubin dalam usus akan
berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi
menjadi urobilin.Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada
keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin menjadi urobilinogen,
seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan
peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan
perubahan tadi. Untuk mengetahui adanya birubin dapat digunakan
metode pemeriksaan Fouchet.

D. Pemeriksaan dengan kesehatan


Berikut adalah pemeriksaan feses dengan tujuan tertentu:
1. Tes guaiac-based fecal occult blood test (gFOBT)
pemeriksaan feses yang menggunakan reaksi kimia untuk melihat kemungkinan
adanya darah samar yang tidak terlihat dengan mata telanjang. Biasanya dilakukan
untuk mendeteksi kanker usus.

2. Tes fecal immunochemical test (FIT)


pemeriksaan untuk mendeteksi adanya kanker usus besar. Tes ini memeriksa adanya
darah yang tersembunyi dalam tinja, yang biasanya berasal dari usus bagian bawah

3. Kultur feses
Untuk melihat pertumbuhan bakteri, virus, atau kuman lain yang seharusnya tidak
ditemukan di saluran cerna

4. Evaluasi lemak fese


Untuk Mencari kelebihan lemak pada feses

E. Cara Mengambil Sampel Tinja


Berikut adalah cara yang baik dan benar untuk mengambil sampel tinja yang akan
diperiksa:
1. Tempatkan sesuatu pada toilet Anda untuk menampung feses, seperti wadah plastik atau
kantong plastik.
2. Pastikan feses tidak menyentuh bagian dalam toilet. Jika menyentuh, hal ini dapat
menyebabkan terjadinya kontaminasi bakteri yang bukan dari feses Anda.
3. Gunakan spatula atau sendok khusus yang diberikan dokter untuk memasukkan feses ke
dalam wadah.
4. Ambillah sampel feses sebesar biji kacang. Usahakan ambil bagian yang mengandung
darah, lendir, dan bertekstur encer.
5. Usahakan untuk mencegah urine mengenai feses. Sebaiknya, buang air kecil lebih dulu
sebelum pengambilan sampel.
6. Letakkan wadah yang berisi feses ke dalam wadah plastik tertutup. Cuci tangan Anda
dengan sabun dan air mengalir. Siram sisa feses di dalam toilet.
7. Berikan sampel feses ke kepada tim medis. Anda dapat menyimpan sampel feses ini di
dalam lemari pendingin, maksimal 24 jam setelah pengambilan dilakukan. Gunakan lemari
pendingin terpisah dari makanan.

F. Perbedaan Feses normal dan abnormal


Berikut adalah perbedaan feses yang termasuk normal dan abnormal:
 Normal
Feses yang normal berwarna cokelat, memiliki konsistensi lunak, tanpa darah,
lendir, nanah, atau bakteri yang tumbuh pada kultur feses.

 Abnormal
● Feses berwarna hitam, merah, putih, kuning, atau hijau.
● Tinja cair atau sangat keras.
● Jumlah tinja terlalu banyak
● Tinja mengandung darah, lendir, nanah, serat daging yang tidak tercerna, bakteri
berbahaya, virus, jamur, atau parasit.
● Feses mengandung enzim tingkat rendah, seperti tripsin atau elastase.
● Tingginya kadar lemak dalam tinja, yang dapat disebabkan oleh penyakit seperti
pankreatitis, penyakit Celiac, fibrosis kistik atau gangguan lain yang mempengaruhi
penyerapan lemak.
● Kehadiran serat daging yang tidak tercerna dalam tinja mungkin disebabkan oleh
pankreatitis tau gangguan pada pankreas lainnya.
● Tinja memiliki PH rendah yang dapat disebabkan oleh penyerapan karbohidrat
atau lemak yang buruk.
● Feses dengan pH tinggi dapat menandakan peradangan pada usus (kolitis), kanker,
atau penggunaan antibiotik.
● Darah dalam tinja mungkin disebabkan oleh perdarahan di saluran pencernaan.
● Sel darah putih dalam tinja mungkin disebabkan oleh peradangan usus, seperti
kolitis ulserativa, atau infeksi bakteri.
● Ditemukannya rotavirus yang menjadi penyebab umum diare pada anak.
● Tingkat gula pereduksi yang tinggi dalam tinja bisa menandakan adanya masalah
dalam mencerna beberapa jenis gula.
● Tingkat gula pereduksi yang rendah bisa menunjukkan adanya penyakit Celiac,
fibrosis kistik, atau malnutrisi, atau penggunaan obat-obatan, seperti colchicine
(untuk asam urat) atau pil KB.

Anda mungkin juga menyukai