Anda di halaman 1dari 25

A.

Konsep Kebutuhan Manajemen Nyeri


1. Definisi Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri)
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis
atau bisa juga keadaan aman dan tentram (potter& perry, 2006).
Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami
sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu
rangsangan yang berbahaya (carpenito, linda jual, 2000).
a. Kenyamanan (Nyeri)
Nyeri adalah sensasi subyektif rasa tidak nyaman yang
biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial.
Nyeri dapat bersifat protektif, yaitu menyebabkan individu menjauh
dari stimulus yang berbahaya, atau tidak melakukan fungsi, seperti
pada kasus nyeri kronis. Nyeri dirasakan apabila reseptor nyeri
spesifik teraktivasi. Deskripsi nyeri bersifat subyektif dan obyektif,
berdasarkan lama (durasi), kecepatan sensasi, dan lokasi. (Elizabeth J.
Corwin, 2007)
Nyeri merupakan suatu perasaan sensorik dan emosional yang
tidak menyenangkan dengan disertai kerusakan jaringan yang aktual
dan potensial. Nyeri ditandai oleh peningkatan frekuesi pernafasan,
penigkatan heart rate, wajah meringis, menarik diri, hingga menangis.
(Jordan Sue, 2003)
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan
sangat individual, dimana nyeri dapat memenuhi seluruh pikiran
seseorang, mengganggu, dan klien sulit untuk
mengkomunikasikannya. (Barbara Kozier, 2009)
Berdasarkan pengertian diatas maka nyeri menurut kelompok
adalah adanya perasaan sensorik yang tidak nyaman dan mengganggu
yang dapat berakibat negatif pada seseorang yang mengalaminya.
2. Fisiologi Sistem Nyeri
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah niciceptor, merupakan
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memeiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki myelin yang terbesar pada kulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu.
Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya stimulasi
atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimia seperti :
histamin, bradikin, prostaglandin, dan macam-macam asam yang dilepas
apabila terdapat kerusakan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa
termal, listrik atau mekanis.
3. Faktor-faktor mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya adalah :
a. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat
harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami perubahan
fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami,
karena mereka menganggap nyeri adalah hal yang alamiah yang
harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau
meninggal jika nyeri diperiksakan.
b. Jenis Kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda
secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi
c. faktor budaya (contoh: tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri,
wanita boleh mengeluh nyeri).
 Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya
mereka meresapon nyeri (contoh: suatu daerah yang menganut
kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat dari kesalahannya
sendiri).
 Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang
mengatasi nyeri dan sebaliknya koping maladaptif akan
menyulitkan seseorang dalam mengatasi nyeri.
 Arti nyeri
Nyeri bagi seseorang memeiliki banyak perbedaan dan
hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi
oleh lingkungan dan pengalaman.
 Persepsi nyeri
Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif
tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluasi kognitif). Persepsi
ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu stimulasi
nociceptor.
 Toleransi nyeri
Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri
yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri.
Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri
antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan, garukan,
pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya.
Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain
kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung
hilang, sakit, dan lain-lain. (A.Aziz, 2008 : 125)
 Reaksi terhadap nyeri
Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons
seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas,
menangis dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons
nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arti
nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya,
harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia
dan lain-lain. (A.Aziz, 2008 : 125)
 Stimulasi nyeri
Seseorang dapat menoleransi nyeri (pain tolerance), atau
dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri sebelum merasakan nyeri
(pain threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri,
diantaranya :
- Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat
terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada
reseptor.
- Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema
akibat terjadinya penekanan pada reseptor nyeri.
- Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.
- Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blockade pada arteria
koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat
tertumpuknyaasam laktat.
- Spasme tot dapat menstimulasi mekanik. (A.Aziz, 2009 :
217)
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Laboraturium : HB, leukosit, trombosit dan hematokrit.
b. Pemeriksaan USG, untuk data penunjang bila nyeri tekan
diabdomen.
c. Rontgen, untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang
abnormal.
d. CT SCAN (cidera kepala), untuk mengetahui pembuluh dara
yang pecah di otak.
B.Konsep Kebutuhan Nutrisi
1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas
penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan zat sisa. Nutrisi dapat
dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang
terkandung, aksi, reaksi, keseimbangan yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit (Tarwoto & Wartonah. 2006). Nutrien adalah
suatu unsur yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.
Nutrisi berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan
tubuh, mengatur proses-proses dalam tubuh sebagai sumber tenaga,
serta untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit. Dengan
demikian, fungsi utama nutrisi adalah untuk memberikan energi bagi
aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta
mengatur berbagai proses kimia dalam tubuh (Suitor & Hunter, 1980).
2. Komponen-Komponen Nutrien
Nutrien memiliki enam komponen utama, yaitu karbohidrat, lemak,
protein,air, vitamin, dan mineral.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama dalam diet.
Tiap gram karbohidrat menghasilkan 4 kilokalori (kkal).
Karbohidrat terutama diperoleh dari tumbuhan, kecuali laktosa
(gula susu). Karbohidrat diklasifikasikan menurut unit atau
sakarida. Monosakarida, seperti glukosa (dekstrosa) atau fruktosa
tidak dapat dipecah menjadi unit gula yang lebih dasar.
Disakarida seperti sukrosa, laktosa, dan maltose dibentuk dari
banyak unit gula. Mereka tidak dapat dilarutkan dalam air dan
dicerna untuk beragam tingkatan (Potter & Perry, 2006). Dalam
mendapatkan jumlah karbohidrat yang cukup maka dapat
diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan, sirup, sukrosa,
tepung, dan sayu-sayuran(Hidayat, 2006).
2. Lemak
Lemak merupakan zat gizi yang berperan dalam
pengangkut vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak. Menurut
sumbernya lemak berasal dari nabati dan hewani. Lemak nabati
mengandung lebih banyak asam lemak tak jenuh seperti terdapat
pada kacang-kacangan, kelapa dan lain-lainnya. Sedangkan Lemak
hewani banyak mengandung asam lemak jenuh dengan rantai
panjang seperti pada daging sapi, kambing dan lainnya (Hidayat,
2006).
3. Protein
Protein merupakan zat gizi dasar yang berguna dalam
pembentukan protoplasma sel. Selain itu tersedianya protein dalam
jumlah yang cukup, penting untuk pertumbuhan dan perbaikan sel
jaringan serta sebagai larutan untuk keseimbangan osmotik. Protein
ini terdiri dari 24 asam amino, diantaranya 9 asam amino esensial
(yang tidak dapat dibuat didalam tubuh, sehingga harus didatangkan
dari luar) dan selebihnya asam amino non-esensial (Pudjiadi, 2001)
4. Air
Air merupakan sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia.
Jumlah air sekitar 73% dari bagian tubuh seseorang tanpa jaringan
lemak (lean body mass). Air mempunyai berbagai fungsi dalam
proses vital tubuh, antara lain sebagai pelarut dan alat angkut zat-zat
gizi, katalisator berbagai reaksi biologi sel, pelumas cairan sendi-
sendi tubuh, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, dan peredam
benturan (Yuniasatuti, 2008).
5. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk
mengkatalisator metabolisme sel yang dapat berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan serta dapat mempertahankan
organisme. Vitamin yang
dibutuhkan antara lain vitamin A, B, B2, B12, C, D, E, dan K.
(Pudjiadi, 2001)
6. Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam
kelompok mikro yang terdiri dari kalsium, klorida, kromium,
kobalt, tembaga, flourin, iodium, besi, magnesium, mangan, fosfor,
kalium, natriun, sulfur, dan seng. Semuanya harus tersedia dalam
jumlah yang cukup (Hidayat, 2006).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi, diantaranya
perkembangan, jenis kelamin, kesehatan, dan umur.
1. Perkembangan
Individu yang sedang dalam masa pertumbuhan yang cepat
(pada bayi & remaja) memiliki kebutuhan nutrisi yang meningkat.
Disisi lain, lansia memerlukan sedikit kalori dan perubahan diet
mengingat risiko penyakit jantung korononer, osteoporosis, dan
hipertensi.
2. Jenis Kelamin
Kebutuhan nutrisi berbeda bagi pria dan wanita karena
komposisi tubuh dan fungsi reproduksi. Masa otot yang lebih besar
pada pria menjelaskan besarnya kebutuhan kalori dan protein.
Karena menstruasi, wanita memerlukan lebih banyak zat besi
dibandingkan pria sebelum menopause. Wanita hamil dan
menyusui memiliki peningkatan kebutuhan kalori dan cairan.
3. Kesehatan
Status kesehatan individu sangat memengaruhi kebiasaan
makan dan status nutrisi. Gigi tanggal, gigi goyang, atau sariawan
mempersulit mengunyah makanan. Kesulitan menelan (disfagia)
akibat inflamasi tenggorokan yang menyakitkan atau karena
struktur esofagus dapat menghambat seseorang untuk mendapat

7
nutrisi yang memadai (Kozier,dkk. 2010).
4. Umur
Kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua.
Waktu lahir akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua
tahun dan akan berangsur menurun untuk meningkat lagi pada saat
remaja (Almatsier, 2001)
4. Karakteristik Status Nutrisi
Karaktristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass
Index (BMI) dan Ideal Body Image Weight (IBW).
a. Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index atau indeks masa tubuh merupakan ukuran dari
gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan. BMI
dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan
untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas.

Indeks Masa Tubuh =

Tabel: batas ambang indeks masa tubuh (IMT) di Indonesia

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0


Kekurangan berat badan tingkat sedang 17,0 ─ 18,5
Normal 18,5 ─ 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
(Sumber: Depkes 2002, dalam Asmadi, 2008)

b. Ideal Body Weight (IBW)


Ideal body weight atau berat badan ideal merupakan
perhitungan berat badan optimal dalam fungsi tubuh yang sehat.
Berat badan ideal adalah jumlah tinggi badan dalam sentimeter

8
dikurangi dengan 100 dandikurangi 10% dari jumlah itu.

Berat badan ideal (kg) = [Tinggi badan (cm) – 100] –


[10% (Tinggi badan – 100)]

9
C. Konsep Kebutuhan Eliminasi Urin
1. Definisi Gangguan Eliminasi Urine
Elimmasi merupakan sebuah proses pembuangan hasil dari sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh yang dapat melalui urine maupun bowel (Tarwoto &
Wartonah, 2006). Kebutuhan eliminasi manusia dibagi menjadi dua yaitu,
kebutuhan eliminasi urine (buang air kecil) dan kebutuhan eliminasi fekal (buang
air besar).
Eliminasi urine (buang air kecil) merupakan proses pemenuhan kandung
kemih. Dan sistem yang berperan dalam sistem ini yaitu ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra. Gangguan eliminasi uirne dapat diartikan sebagai adanya
disfungsi pada eliminasi urine (NANDA, 2015).
2. Epidemiologi
Inkontinensia urin (UI) merupakan keluhan subjektif individu yang tidak
mampu menahan rasa berkemih sehingga memberikan dampak gangguan
kebersihan dan hubungan sosial individu (NIH, 1988 dalam Ismail, 2013). Dari
kondisi tersebut menyebabkan ketidaknyamanan serta distress pada individu.
Masalah UI tidak hanya dialami oleh lanisa, tetapi juga pada anak, remaja dan
orang dewasa. Prevalensi uneresis nocturnal pada anak usia 7 tahun sebesar 10%
dan 28% atlet wanita mengalami UI pada saat melakukan aktivitas olahraganya
(Bradway & Hernly, 1988 dalam Ismail, 2013). Data lain juga menunjukkan
bahwa UI paling sering dialami pada usia pertengahan (middle age) dan juga
lansia. Peningkatan jumlah UI pada usia dewasa muda sebesar 10-20% sedangkan
pada usia dewasa lanjut sebesar 20-30%. Dan peningkatan prevalensi terbesar
adalah terjadi pada lansia yaitu sekitar 30-50% (Chan & Wong, 1999 dalam Ismail,
2013)
3. Etiologi
Etiologi gangguan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine yaitu
sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan intake cairan
2. Adanya obstruksi
3. Adanya infeksi pada saluran perkemihan
4. Pertumbuhan jaringan yang abnormal
5. adanya masalah kesehatan
4. Tanda dan Gejala
1. Inkontinensia Urine
2. Tidak dapat menahan atau mengontrol rasa ingin buang air kecil sebelum
sampai di WC
3. Sering mengompol
4. Retensi Urine
5. Distensi serta ketidaksanggupan untuk berkemih
6. Urine yang keluar tidak seimbang dengan intake
7. Meningkatnya keinginan untuk berkemih
8. Ketidaknyamanan pada daerah pubis
5. Patofisiologi dan Clinical Pathway
Gangguan eliminasi urine yang dialami oleh individu berbeda-beda.
Gangguan eliminasi urine pada lanjut usia dapat disebabkan karena adanya trauma
pada cedera medula spinalis (CMS). Cedera medula spinalis (CMS) merupakan
salah satu gangguan yang terjadi pada fungsi syaraf yaitu syaraf berkemih dan
defekasi. Komplikasi yang terjadi pada cedera spinal dapat menyebabkan syok
neurogenik yang dikaitkan sebagai syok spinal. Syok spinal merupakan depresi
yang terjadi secara tiba-tiba aktivitas reflex pada medulla spinalis (areflexia) di
bawah tingkat cedera. Otot-otot yang dipersyarafi oleh bagian segmen medulla
spinalis yang ada di bawah tingkat cedera tersebut menjadi paralisis komplet dan
fleksid, sehingga mempengaruhi refleks yang merangsang fungsi berkemih serta
defekasi.
Proses berkemih melibatkan 2 proses yaitu, pengisian dan penyimpanan
urine serta pengosongan kandung kemih. Selama fase pengisian, pengaruh sistem
saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan
meningkatkan resistensi pada saluran kemh. Penyimpanan urine dikoordinasikan
oleh hambatan sistem simpatis dari aktivitas kontraktil otot detrusor yang
dikaitkan dengan peningkatan pada tekanan otot dari otot leher kandung kemih
dan proksimal uretra.
Pengeluaran urine secara normal dapat terjadi karena akibat dari
kontraksi yang simultan antara otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal
tersebut dipengaruhi oleh saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmitter
utama seperti asetilkolin yaitu suatu agen kolinergik. Selama fase pengisian,
impuls afferen ditransmisikan ke saraf simpatis pada ujung ganglion dorsal spinal
sakral segmen 2-4 dan diinformasikan ke batang otot. Kemudian selama fase
pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sakral
dihentikan dan kemudian timbul kontraksi otot detrusor. Hambatan aliran simpatis
pada kandung kemih menimbulkan relaksasi pada otot uretra trigonal dan
proksimal. Impuls berjalan sepanjang dari nervus pudendus untuk merelaksasikan
otot halus dan skelet dari spingter eksterna.
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Pemeriksaan urine (Urinalisis)
2. Pada pemeriksaan ini hal yang dikaji adalah:
3. Warna: umumnya normal yaitu jernih
4. pH: normal yaitu 4,6-8,0
5. glokosa dalam kedaan normal negatif
6. Ukuran protein normal sampai 10 mg/100ml
7. Keton dalam kondisi normal yaitu negatif
8. Berat jenis yang normal 1,010-1,030
9. Bakteri dalam keadaan normal negatif
10. Tes darah
Pada pemeriksaan tes darah hal yang dikaji adalah BUN, bersih
kreatinin, nitrogen non protein, pencitraan radionulida, klorida, fosfat dan
magnesium meningkat.
11. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Alat yang digunakan untuk melihat adanya gangguan pada
perkemihan, yang menggunakan gelombang suara yang tidak dapat didengar,
frekuensi tinggi, dan memantul dari struktur jaringan.
12. Pielogram Intravena
Dilakukan dengan cara memvisualisasi duktus dan pelvis renalis
serta memperlihatkan ureter, kandung kemih dan uretra. Tindakan ini tidak
bersifat invasif.
13. Pengosongan Sitoureterogram (Volding Cystoureterpgram)
Tindakan yang dilakukan yaitu dengan mengambil foto saluran
kemih bagian bawah sebelum, selama, dan setelah mengosongkan kandung
kemih. Manfaatnya yaitu untuk mencari adanya kelainan pada uretra serta
untuk menentukan apakah terdapat refleks fesikoreta.
14. Arteriogram Ginjal
Tindakannya yaitu dengan cara memasukkan kateter melalui arteri
femonilis dan aorta abdominus sampai melalui arteri renalis. Zat kontras
kemudian disuntikkan ditempat ini, yang kemudian akan mengalir dalam
arteri renalis danke dalam cabang-cabangnya.
7. Indikasinya yaitu:
1. Melihat stenosis renalis yang menyebabkan kasus hipertensi
2. Mendapatkan gambaran dan suplai dari pengaliran darah ke daerah korteks
3. Menetapkan struktur suplai darah giinjal dari donro sebelum melakukan
transplantasi ginjal.
4. Mendapatkan gambaran pembuluh darah dari suatu neoplasma
D.Konsep Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
1. Defenisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
salah satu bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan
tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk
ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan
intravaskuler (plasma),cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap
keadaan fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2004).
2. Patofisiologi
1. Etiologi
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner & Sudarrth,
2002):
a. Ketidakseimbangan Volume Cairan
1) Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
i. Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti
diare, muntah.
ii. Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per
oral, penggunaan obat-obatan diuretic.
2) Kelebihan volume cairan (Hipervolemik)
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, asupan natrium
berlebih.
3) Ketidakseimbangan Elektrolit
a. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui
gastrointestinal pengeluaran diuretic.
b. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat,
Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
c. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare,
muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran.
d. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang
parah seperti akibat luka bakar dan trauma.
e. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D,
penyakit-penyakit neoplastik, pancreatitis.
f. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.
2. Tanda Dan Gejala
a. Kelelahan
b. Kram otot dan kejang
c. Mual
d. Pusing
e. Pingsan
f. Lekas marah
g. Muntah
h. Mulut kering
i. Denyut jantung lambat
j. Kejang
k. Palpitasi
l. Tekanan darah naik turun
m. Kurangnya koordinasi
n. Sembelit
o. Kekakuan sendi
p. Rasa haus
q. Suhu naik
r. Anoreksia
s. Berat badan menurun
3. Masalah Keperawatan
1. Hipovolemik.
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler
(CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme nya adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis
(peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala:
pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan
mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu
meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa
mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat badan dengan akut, mata
cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak adanya
penurunan jumlah air mata.
2. Hipervolemik
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium
dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan.
d. Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
e. Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi
kuat, asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi
vena leher, dan iramagallop.
E. Konsep Kebutuhan Keamanan Dan Keselamatan (Safety)
1. Definisi
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat
diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian,sedangkan
keamanan adalah keadaan aman dan tentram.
Tugas seorang perawat :
1. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya sakit
2. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS.
3. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang
mempengaruhi hidup dan keadaan klien
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan & Keamanan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melindungi diri dari bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status
mobilisasi,gangguan sensori persepsi, tingkat kesadaran, status emosional,
kemampuan komunikasi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, dan faktor
lingkungan.Perawat perlu mengkaji faktor-faktor tersebut saat merencanakan
perawatan atau mengajarkan klien cara untuk melindungi diri sendiri.
a. Usia.
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk
mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan
tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
b. Gaya Hidup.
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan
tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses
dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
c. Status mobilisasi.
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot,gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
d. Gangguan sensori persepsi.
bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar,raba,
cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
e. Tingkat kesadaran.
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi
tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang
mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak
sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-obatan
tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
f. Status emosional.
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu, kemampuan klien menerima bahaya
lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan
menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan depresi cenderung
lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
g. Kemampuan komunikasi.
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan
informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan
bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol
tanda bahaya.
h. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
yang berada dalam 'lingkungan 'asing sangat membutuhkan informasi keamanan
yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah
terjadinya cedera.
i. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi
penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
3. Macam-Macam Bahaya/Kecelakaan
Beberapa bahaya yang sering mengancam klien baik yang berada di tempat
pelayanan kesehatan, rumah, maupun komunitas diantaranya:
a. Api/kebakaran
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab kebakaran
yang paling sering adalah rokok dan hubungan pendek arus listrik.Kebakaran dapat terjadi
jika terdapat tiga elemen sebagai berikut: panas yang cukup, bahanbahan yang mudah
terbakar, dan oksigen yang cukup.
b. Luka bakar (Scalds and burns).
Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas,seperti uap air
panas. Burn adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh panas tinggi, bahan kimia, listrik,
atau agen radioaktif. Klien dirumah sakit yang berisiko terhadap luka bakar adalah klien
yang mengalami penurunan sensasi suhu dipermukaan kulit.
c. Jatuh.
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat terjadi
akibat lantai licin dan berair, alat-alat yang berantakkan,lingkungan dengan pencahayaan
yang kurang.
d. Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui aktivitas
kimianya jika dihisap, disuntikkan, digunakan, atau diserap dalam jumlah yang cukup
sedikit. Penyebab utama keracunan pada anak-anak adalah penyimpanan bahan berbahaya
atau beracun yang sembarangan, pada remaja adalah gigitan serangga dan ular atau upaya
bunuh diri. Pada lansia biasanya akibat salah makan obat (karena penurunan pengelihatan)
atau akibat overdosis obat (karena penurunan daya ingat).
e. Sengatan listrik
Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus diwaspadai oleh
perawat. Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat menyebabkan sengatan listrik bahkan
kebakaran, contoh: percikan listrik pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik
yang grounded yaitu bersifat mentransmisi aliran listrik dari suatu objek langsung
kepermukaan tanah.
f. Suara bising.
Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran,
tergantung dari: tingkat kebisingan, frekuensi terpapar kebisingan, dan lamanya terpapar
kebisingan serta kerentanan individu.Suara diatas 120 desibel dapat menyebabkan nyeri
dan gangguan pendengaran walaupun klien hanya terpapar sebentar. Terpapar suara 85-95
desibel untuk beberapa jam per hari dapat menyebabkan gangguan
pendengaran yang progressive. Suara bising dibawah 85 desibel biasanya
tidak mengganggu pendengaran.
g. Radiasi.
berlebihan atau pengobatan melalui radiasi yang merusak sel lain.' Zal
radioaktif digunakan dalam prosedur diagnoostik seperti
radiografi,fluoroscopy, dan pengobatan nulir. Contoh isotop yang sering
digunakan adalah kalsium, iodine, fosfor.
h. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).
Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan
oksigen akibat gangguan dalam bernafas. Suffocation bisa terjadi jika
sumber udara terhambat/terhenti contoh pada klien tenggelam atau
kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh
adanya benda asing di saluran nafas atas yang menghalangi udara masuk ke
paru-paru. Jika klien
tidak segera ditolong bisa terjadi henti nafas dan henti jantung serta
kematian.
i. Lain-lain
kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak
berfungsi dengan baik (equipment-related accidents) dan kesalahan
prosedur yang tidak disengaja (procedure-related equipment).
F.Pathway

Faktor resiko:
Genetic Petumbuhan sel abnormal
Hormonal
Merokok, alcohol, pola makan

Hyperplasia pada sel mammae

CA Mammae

Mensuplai nutrisi ke jaringan Ca

Pe ↓ hipermetabolisme jaringan lain BB menurun

Gangguan eliminasi
Risiko ketidakseimbangan cairan Resiko Defisit Nutrisi
urin

Tindakan Pembedahan

Pre op Post op

Massa tumor mendesak jaringan Fisiologi

Nyeri akut Insisi jaringan mammae

Kerusakan integritas kulit/jaringan


DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik procedural Keperawatan : Konsep Dan Aplikasi


KebutuhanDasar Klien. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat,A.Aziz Alimul.2008.Pengantar kebutuhan Dasar Manusia:
AplikasiKonsep dan Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.
Holland, Karen. 2008. Ensiklopedia Keperawatan.Jakarta : EGC Jordan,
Sue. 2003. Farmakologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Kozier, Barbara dkk.2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis.
Jakarta:EGC
Mubarak,Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin.2007.Buku Ajar Kebutuhan
DasarManusia: Teori dan Aplikasi dalam Praktik.Jakarta:EGC.
Wartanah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta :Salemba medika.
Wilkinson. Judith. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan NIC
NOC Edisi 7. Jakarta EGC.

Kozier, dkk. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses,


danpraktik Volume 2, Edisi 7. Jakarta : EGC.
NANDA Internasional Inc. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi
2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Tarwoto & Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Repository USU. Chapter II.pdf


Burrner & Suddarth. 2002.anatomi & fisiologi.Jakarta:EKG

Nanda International 2013. Diagnosa Keperawatan: Defenisi dan Klasifikasi


Tamsuri, anas. 2004. Klien dengan gangguan cairan/elektrolit seri
asuhankeperawatan.Jakarta:EGC
LAPORAN PENDAHULUAN PADA NY. J DENGAN
KEBUTUHAN MANAJEMEN NYERI, NUTRISI, ELIMINASI,
CAIRAN DAN ELEKTROLIT, DAN KEAMANAN DI RUANG
PERAWATAN MELATI BAWAH RSUD HAJJAH ANDI DEPU

OLEH

YULIANTI, S.Kep

CI LAHAN CI NSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
TAHUN 2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. J DENGAN
KEBUTUHAN MANAJEMEN NYERI, NUTRISI, ELIMINASI,
CAIRAN DAN ELEKTROLIT, DAN KEAMANAN DI RUANG
PERAWATAN MELATI BAWAH RSUD HAJJAH ANDI DEPU

OLEH

YULIANTI, S.Kep

CI LAHAN CI NSTITUSI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
TAHUN 2023

Anda mungkin juga menyukai