7
nutrisi yang memadai (Kozier,dkk. 2010).
4. Umur
Kebutuhan nutrisi pada usia muda lebih tinggi dari pada usia tua.
Waktu lahir akan meningkat kebutuhan nutrisi hingga umur dua
tahun dan akan berangsur menurun untuk meningkat lagi pada saat
remaja (Almatsier, 2001)
4. Karakteristik Status Nutrisi
Karaktristik status nutrisi ditentukan dengan adanya Body Mass
Index (BMI) dan Ideal Body Image Weight (IBW).
a. Body Mass Index (BMI)
Body Mass Index atau indeks masa tubuh merupakan ukuran dari
gambaran berat badan seseorang dengan tinggi badan. BMI
dihubungkan dengan total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan
untuk mengkaji kelebihan berat badan (over weight) dan obesitas.
Kategori IMT
8
dikurangi dengan 100 dandikurangi 10% dari jumlah itu.
9
C. Konsep Kebutuhan Eliminasi Urin
1. Definisi Gangguan Eliminasi Urine
Elimmasi merupakan sebuah proses pembuangan hasil dari sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh yang dapat melalui urine maupun bowel (Tarwoto &
Wartonah, 2006). Kebutuhan eliminasi manusia dibagi menjadi dua yaitu,
kebutuhan eliminasi urine (buang air kecil) dan kebutuhan eliminasi fekal (buang
air besar).
Eliminasi urine (buang air kecil) merupakan proses pemenuhan kandung
kemih. Dan sistem yang berperan dalam sistem ini yaitu ginjal, ureter, kandung
kemih, dan uretra. Gangguan eliminasi uirne dapat diartikan sebagai adanya
disfungsi pada eliminasi urine (NANDA, 2015).
2. Epidemiologi
Inkontinensia urin (UI) merupakan keluhan subjektif individu yang tidak
mampu menahan rasa berkemih sehingga memberikan dampak gangguan
kebersihan dan hubungan sosial individu (NIH, 1988 dalam Ismail, 2013). Dari
kondisi tersebut menyebabkan ketidaknyamanan serta distress pada individu.
Masalah UI tidak hanya dialami oleh lanisa, tetapi juga pada anak, remaja dan
orang dewasa. Prevalensi uneresis nocturnal pada anak usia 7 tahun sebesar 10%
dan 28% atlet wanita mengalami UI pada saat melakukan aktivitas olahraganya
(Bradway & Hernly, 1988 dalam Ismail, 2013). Data lain juga menunjukkan
bahwa UI paling sering dialami pada usia pertengahan (middle age) dan juga
lansia. Peningkatan jumlah UI pada usia dewasa muda sebesar 10-20% sedangkan
pada usia dewasa lanjut sebesar 20-30%. Dan peningkatan prevalensi terbesar
adalah terjadi pada lansia yaitu sekitar 30-50% (Chan & Wong, 1999 dalam Ismail,
2013)
3. Etiologi
Etiologi gangguan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi urine yaitu
sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan intake cairan
2. Adanya obstruksi
3. Adanya infeksi pada saluran perkemihan
4. Pertumbuhan jaringan yang abnormal
5. adanya masalah kesehatan
4. Tanda dan Gejala
1. Inkontinensia Urine
2. Tidak dapat menahan atau mengontrol rasa ingin buang air kecil sebelum
sampai di WC
3. Sering mengompol
4. Retensi Urine
5. Distensi serta ketidaksanggupan untuk berkemih
6. Urine yang keluar tidak seimbang dengan intake
7. Meningkatnya keinginan untuk berkemih
8. Ketidaknyamanan pada daerah pubis
5. Patofisiologi dan Clinical Pathway
Gangguan eliminasi urine yang dialami oleh individu berbeda-beda.
Gangguan eliminasi urine pada lanjut usia dapat disebabkan karena adanya trauma
pada cedera medula spinalis (CMS). Cedera medula spinalis (CMS) merupakan
salah satu gangguan yang terjadi pada fungsi syaraf yaitu syaraf berkemih dan
defekasi. Komplikasi yang terjadi pada cedera spinal dapat menyebabkan syok
neurogenik yang dikaitkan sebagai syok spinal. Syok spinal merupakan depresi
yang terjadi secara tiba-tiba aktivitas reflex pada medulla spinalis (areflexia) di
bawah tingkat cedera. Otot-otot yang dipersyarafi oleh bagian segmen medulla
spinalis yang ada di bawah tingkat cedera tersebut menjadi paralisis komplet dan
fleksid, sehingga mempengaruhi refleks yang merangsang fungsi berkemih serta
defekasi.
Proses berkemih melibatkan 2 proses yaitu, pengisian dan penyimpanan
urine serta pengosongan kandung kemih. Selama fase pengisian, pengaruh sistem
saraf simpatis terhadap kandung kemih menjadi bertekanan rendah dengan
meningkatkan resistensi pada saluran kemh. Penyimpanan urine dikoordinasikan
oleh hambatan sistem simpatis dari aktivitas kontraktil otot detrusor yang
dikaitkan dengan peningkatan pada tekanan otot dari otot leher kandung kemih
dan proksimal uretra.
Pengeluaran urine secara normal dapat terjadi karena akibat dari
kontraksi yang simultan antara otot detrusor dan relaksasi saluran kemih. Hal
tersebut dipengaruhi oleh saraf parasimpatis yang mempunyai neurotransmitter
utama seperti asetilkolin yaitu suatu agen kolinergik. Selama fase pengisian,
impuls afferen ditransmisikan ke saraf simpatis pada ujung ganglion dorsal spinal
sakral segmen 2-4 dan diinformasikan ke batang otot. Kemudian selama fase
pengosongan kandung kemih, hambatan pada aliran parasimpatis sakral
dihentikan dan kemudian timbul kontraksi otot detrusor. Hambatan aliran simpatis
pada kandung kemih menimbulkan relaksasi pada otot uretra trigonal dan
proksimal. Impuls berjalan sepanjang dari nervus pudendus untuk merelaksasikan
otot halus dan skelet dari spingter eksterna.
6. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut:
1. Pemeriksaan urine (Urinalisis)
2. Pada pemeriksaan ini hal yang dikaji adalah:
3. Warna: umumnya normal yaitu jernih
4. pH: normal yaitu 4,6-8,0
5. glokosa dalam kedaan normal negatif
6. Ukuran protein normal sampai 10 mg/100ml
7. Keton dalam kondisi normal yaitu negatif
8. Berat jenis yang normal 1,010-1,030
9. Bakteri dalam keadaan normal negatif
10. Tes darah
Pada pemeriksaan tes darah hal yang dikaji adalah BUN, bersih
kreatinin, nitrogen non protein, pencitraan radionulida, klorida, fosfat dan
magnesium meningkat.
11. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Alat yang digunakan untuk melihat adanya gangguan pada
perkemihan, yang menggunakan gelombang suara yang tidak dapat didengar,
frekuensi tinggi, dan memantul dari struktur jaringan.
12. Pielogram Intravena
Dilakukan dengan cara memvisualisasi duktus dan pelvis renalis
serta memperlihatkan ureter, kandung kemih dan uretra. Tindakan ini tidak
bersifat invasif.
13. Pengosongan Sitoureterogram (Volding Cystoureterpgram)
Tindakan yang dilakukan yaitu dengan mengambil foto saluran
kemih bagian bawah sebelum, selama, dan setelah mengosongkan kandung
kemih. Manfaatnya yaitu untuk mencari adanya kelainan pada uretra serta
untuk menentukan apakah terdapat refleks fesikoreta.
14. Arteriogram Ginjal
Tindakannya yaitu dengan cara memasukkan kateter melalui arteri
femonilis dan aorta abdominus sampai melalui arteri renalis. Zat kontras
kemudian disuntikkan ditempat ini, yang kemudian akan mengalir dalam
arteri renalis danke dalam cabang-cabangnya.
7. Indikasinya yaitu:
1. Melihat stenosis renalis yang menyebabkan kasus hipertensi
2. Mendapatkan gambaran dan suplai dari pengaliran darah ke daerah korteks
3. Menetapkan struktur suplai darah giinjal dari donro sebelum melakukan
transplantasi ginjal.
4. Mendapatkan gambaran pembuluh darah dari suatu neoplasma
D.Konsep Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
1. Defenisi
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi
tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
salah satu bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan
elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan
tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk
ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan
didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan
berpengaruh pada yang lainnya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan
intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang
berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan
intravaskuler (plasma),cairan interstitial dan cairan transeluler.
Cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap untuk melakukan respons terhadap
keadaan fisiologis dan lingkungan. (Tamsuri.2004).
2. Patofisiologi
1. Etiologi
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner & Sudarrth,
2002):
a. Ketidakseimbangan Volume Cairan
1) Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
i. Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti
diare, muntah.
ii. Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per
oral, penggunaan obat-obatan diuretic.
2) Kelebihan volume cairan (Hipervolemik)
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, asupan natrium
berlebih.
3) Ketidakseimbangan Elektrolit
a. Hiponatremia
Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui
gastrointestinal pengeluaran diuretic.
b. Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat,
Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
c. Hipokalemiagastrointestial
Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare,
muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran.
d. Hiperkalemia
Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang
parah seperti akibat luka bakar dan trauma.
e. Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D,
penyakit-penyakit neoplastik, pancreatitis.
f. Hiperkalsemia
Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.
2. Tanda Dan Gejala
a. Kelelahan
b. Kram otot dan kejang
c. Mual
d. Pusing
e. Pingsan
f. Lekas marah
g. Muntah
h. Mulut kering
i. Denyut jantung lambat
j. Kejang
k. Palpitasi
l. Tekanan darah naik turun
m. Kurangnya koordinasi
n. Sembelit
o. Kekakuan sendi
p. Rasa haus
q. Suhu naik
r. Anoreksia
s. Berat badan menurun
3. Masalah Keperawatan
1. Hipovolemik.
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler
(CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal,
gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
Mekanisme nya adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis
(peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan tekanan
vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron. Gejala:
pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus, gangguan
mental, konstipasi dan oliguri, penurunan TD, HR meningkat, suhu
meningkat, turgor kulit menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa
mulut kering. Tanda-tanda penurunan berat badan dengan akut, mata
cekung, pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak adanya
penurunan jumlah air mata.
2. Hipervolemik
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium
dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan.
d. Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
e. Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan TD, nadi
kuat, asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi
vena leher, dan iramagallop.
E. Konsep Kebutuhan Keamanan Dan Keselamatan (Safety)
1. Definisi
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari
ancaman bahaya / kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat
diduga dan tidak diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian,sedangkan
keamanan adalah keadaan aman dan tentram.
Tugas seorang perawat :
1. Tugas utamanya adalah meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya sakit
2. Mengurangi resiko terjadinya kecelakaan yang mungkin terjadinya di RS.
3. Lingkungan adalah semua faktor baik fisik maupun psikososial yang
mempengaruhi hidup dan keadaan klien
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keselamatan & Keamanan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
melindungi diri dari bahaya kecelakaan yaitu usia, gaya hidup, status
mobilisasi,gangguan sensori persepsi, tingkat kesadaran, status emosional,
kemampuan komunikasi, pengetahuan pencegahan kecelakaan, dan faktor
lingkungan.Perawat perlu mengkaji faktor-faktor tersebut saat merencanakan
perawatan atau mengajarkan klien cara untuk melindungi diri sendiri.
a. Usia.
Individu belajar untuk melindungi dirinya dari berbagai bahaya melalui
pengetahuan dan pengkajian akurat tentang lingkungan. Perawat perlu untuk
mempelajari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam individu sesuai usia dan
tahap tumbuh kembangnya sekaligus tindakan pencegahannya.
b. Gaya Hidup.
Faktor gaya hidup yang menempatkan klien dalam resiko bahaya diantaranya
lingkungan kerja yang tidak aman, tinggal didaerah dengan tingkat kejahatan
tinggi, ketidakcukupan dana untuk membeli perlengkapan keamanan,adanya akses
dengan obat-obatan atau zat aditif berbahaya.
c. Status mobilisasi.
Klien dengan kerusakan mobilitas akibat paralisis, kelemahan otot,gangguan
keseimbangan/koordinasi memiliki resiko untuk terjadinya cedera.
d. Gangguan sensori persepsi.
bagi keamanan seseorang. Klien dengan gangguan persepsi rasa, dengar,raba,
cium, dan lihat, memiliki resiko tinggi untuk cedera.
e. Tingkat kesadaran.
Kesadaran adalah kemampuan untuk menerima stimulus lingkungan, reaksi
tubuh, dan berespon tepat melalui proses berfikir dan tindakan. Klien yang
mengalami gangguan kesadaran diantaranya klien yang kurang tidur, klien tidak
sadar atau setengah sadar, klien disorientasi, klien yang menerima obat-obatan
tertentu seperti narkotik, sedatif, dan hipnotik.
f. Status emosional.
Status emosi yang ekstrim dapat mengganggu, kemampuan klien menerima bahaya
lingkungan. Contohnya situasi penuh stres dapat menurunkan konsentrasi dan
menurunkan kepekaan pada simulus eksternal. Klien dengan depresi cenderung
lambat berfikir dan bereaksi terhadap stimulus lingkungan.
g. Kemampuan komunikasi.
Klien dengan penurunan kemampuan untuk menerima dan mengemukakan
informasi juga beresiko untuk cedera. Klien afasia, klien dengan keterbatasan
bahasa, dan klien yang buta huruf, atau tidak bisa mengartikan simbol-simbol
tanda bahaya.
h. Pengetahuan pencegahan kecelakaan
yang berada dalam 'lingkungan 'asing sangat membutuhkan informasi keamanan
yang khusus. Setiap individu perlu mengetahui cara-cara yang dapat mencegah
terjadinya cedera.
i. Faktor lingkungan
Lingkungan dengan perlindungan yang minimal dapat beresiko menjadi
penyebab cedera baik di rumah, tempat kerja, dan jalanan.
3. Macam-Macam Bahaya/Kecelakaan
Beberapa bahaya yang sering mengancam klien baik yang berada di tempat
pelayanan kesehatan, rumah, maupun komunitas diantaranya:
a. Api/kebakaran
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit. Penyebab kebakaran
yang paling sering adalah rokok dan hubungan pendek arus listrik.Kebakaran dapat terjadi
jika terdapat tiga elemen sebagai berikut: panas yang cukup, bahanbahan yang mudah
terbakar, dan oksigen yang cukup.
b. Luka bakar (Scalds and burns).
Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas,seperti uap air
panas. Burn adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh panas tinggi, bahan kimia, listrik,
atau agen radioaktif. Klien dirumah sakit yang berisiko terhadap luka bakar adalah klien
yang mengalami penurunan sensasi suhu dipermukaan kulit.
c. Jatuh.
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh dapat terjadi
akibat lantai licin dan berair, alat-alat yang berantakkan,lingkungan dengan pencahayaan
yang kurang.
d. Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh melalui aktivitas
kimianya jika dihisap, disuntikkan, digunakan, atau diserap dalam jumlah yang cukup
sedikit. Penyebab utama keracunan pada anak-anak adalah penyimpanan bahan berbahaya
atau beracun yang sembarangan, pada remaja adalah gigitan serangga dan ular atau upaya
bunuh diri. Pada lansia biasanya akibat salah makan obat (karena penurunan pengelihatan)
atau akibat overdosis obat (karena penurunan daya ingat).
e. Sengatan listrik
Sengatan listrik dan hubungan arus pendek adalah bahaya yang harus diwaspadai oleh
perawat. Perlengkapan listrik yang tidak baik dapat menyebabkan sengatan listrik bahkan
kebakaran, contoh: percikan listrik pencegahannya adalah dengan menggunakan alat listrik
yang grounded yaitu bersifat mentransmisi aliran listrik dari suatu objek langsung
kepermukaan tanah.
f. Suara bising.
Suara bising adalah bahaya yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi pendengaran,
tergantung dari: tingkat kebisingan, frekuensi terpapar kebisingan, dan lamanya terpapar
kebisingan serta kerentanan individu.Suara diatas 120 desibel dapat menyebabkan nyeri
dan gangguan pendengaran walaupun klien hanya terpapar sebentar. Terpapar suara 85-95
desibel untuk beberapa jam per hari dapat menyebabkan gangguan
pendengaran yang progressive. Suara bising dibawah 85 desibel biasanya
tidak mengganggu pendengaran.
g. Radiasi.
berlebihan atau pengobatan melalui radiasi yang merusak sel lain.' Zal
radioaktif digunakan dalam prosedur diagnoostik seperti
radiografi,fluoroscopy, dan pengobatan nulir. Contoh isotop yang sering
digunakan adalah kalsium, iodine, fosfor.
h. Suffocation (asfiksia) atau Choking (tersedak).
Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan
oksigen akibat gangguan dalam bernafas. Suffocation bisa terjadi jika
sumber udara terhambat/terhenti contoh pada klien tenggelam atau
kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh
adanya benda asing di saluran nafas atas yang menghalangi udara masuk ke
paru-paru. Jika klien
tidak segera ditolong bisa terjadi henti nafas dan henti jantung serta
kematian.
i. Lain-lain
kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak
berfungsi dengan baik (equipment-related accidents) dan kesalahan
prosedur yang tidak disengaja (procedure-related equipment).
F.Pathway
Faktor resiko:
Genetic Petumbuhan sel abnormal
Hormonal
Merokok, alcohol, pola makan
CA Mammae
Gangguan eliminasi
Risiko ketidakseimbangan cairan Resiko Defisit Nutrisi
urin
Tindakan Pembedahan
Pre op Post op
OLEH
YULIANTI, S.Kep
CI LAHAN CI NSTITUSI
OLEH
YULIANTI, S.Kep
CI LAHAN CI NSTITUSI