Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah:
1. Mewujudkan program ruang secara keseluruhan berdasarkan Arsitektur
Neo-Vernacular yang dapat mewadahi segala aktifitas pelaku dan kegiatan
yang diwadahi sehingga program ruang tersebut mampu menunjang sisi
kelancaran, kenyamanan, dan keamanan gerak sirkulasi di dalam desain
yang direncanakan.
2. Merumuskan pondok pesantren di Kota Dumai yang dapat mewadahi
kegiatan pendidikan bagi masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip
arsitektur Neo-Vernacular.
3. Merencanakan bentuk, tatanan massa dan tampilan bangunan Pondok
Pesantren sebagai desain yang sesuai dengan prinsip-prinsip arsitektur Neo-
Vernacular.
Kawasan yang dipilih sebagai site perencanaa dan perancangan kawasan yang
sesuai dengan potensi lahan yang ada sesuai dengan peruntukan rencana tata ruang
wilayah Kota Dumai.
1.4.2 Batasan
Untuk lebih memfokuskan perencanaan dan perancangan pondok pesantren
di Kota Dumai, maka batasan pada penulisan ini adalah bagaimana perencanaan
dan perancangan pondok pesantren dengan pendekatan Arsitektur Neo-vernacular
yang di sesuaikan dengan arsitektur bangunan melayu Kota Dumai.
7
BAB 1 : PENDAHULUAN
Pendahuluan yang berisikan latar belakang, ungkapan masalah, lingkup
pembahasan dan batasan judul, metode dan sistematika pembahasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pondok Pesantren
2.1.1 Pengertian Pondok Pesantren
Menurut Fatah, dkk (2005) dalam Abu Yasid (2018) istilah “pesantren”
berasal dari kata “santri” yang merupakan tempat menuntut ilmu bagi calon santri.
Sementara itu, kata “santi” sendiri berasal dari bahasa jawa, yaitu cantrik, yang
mempunyai arti seseorang yang senantiasa mendampingi guru, kemana pun guru
itu pergi.
Menurut Mas’ud (2002) pesantren bisa diartikan sebagai wadah kehidupan
dimana tempat para santri belajar hidup. Secara etimologi pengertian pondok
pesantren dikemukakan langsung oleh pendapat para ahli antara lain:
1. M.Dawam Rahardjo dalam Suharto (2018) memberikan pengertian
pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama
Islam, itulah identitas pesantren pada awal perkembangannya
2. Abdurrahman Wahid dalam Suharto (2018), mendefinisikan pesantren
sebagai tempat di mana santri hidup (a place where santri live).
3. Rabithah Ma’ahid Islamiyah dalam Suharto (2018), mendefinisikan
pesantren sebagai lembaga tafaqquh fiddin yang mengemban misi
meneruskan rislaah Muhammad SAW sekaligus melestarikan ajaran
Islam yang berhaluan Ahlusunnah Wal Jama’ah ala Thariqah al-
Madzahibal-Arba’ah.
Dari beragam definisi diatas, dapat dikemukakan bahwa pada prinsipnya
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajar tentang agama Islam,
dengan buku pedoman yaitu kitab kuning dan kyai sebagai element panutan oleh
para santri, serta para santri tinggal di pondok/asrama pesantren tersebut.
berjalannya sistem sorogan yang ada dalam lembaga pengajian dan pembelajaran,
tanpa mengenalkan pengajaran umum (Dhofier dalam Shodiq, 2011), selain itu juga
terdapat sistem sorogan yang didalamnya menerapkan sistem bandongan (Bhaktiar
dalam Shodiq, 2011).
B. Pesantren Khalafiyah (Modern)
Pondok pesantren modern berupaya memadukan sistem ajaran
tradisionalitas dan modernitas pendidikan. Sistem pengajaran yang berbasis
didalam kelas dan kurikulum terpadu diambil dan digabungkan menjadi satu.
Kedua bidang ilmu ini sama-sama diajarkan, namu dengan proporsi pendidikan
agama lebih di mendominasi. Menurut Wardi Bakhtiar (1990), pondok pesantren
modern adalah lembaga pendidikan islam yang mempelajari kitab-kitab agam Islam
dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang diajarkan dengan sistem madrasah atau
klasikal seperti halnya sekolah-sekolah pada umum yang bersifat formal.
Menurut Barnawi dalam Tolib (2015), pesantren modern telah mengalami
transformasi yang sangat signifikan baik dalam sistem pendidikannya maupun
unsur-unsur kelembagaanya. Menurut Karim (2004), sistem yang digunakan dalam
Pondok Pesantren Modern adalah:
1. Mulai akrabnya dengan metodologi ilmiah modern.
2. Semakin terbuka atas perkembangan di luar dirinya.
3. Semakin banyaknya program dan kegiatan maka semakin terbuka akan
ketergantungan terhadap para kyai dan sekaligus dapat memberi
pembelajaran selain pelajaran agama maupun keterampilan yang
diperlukan dalam lapangan pekerjaan.
4. Dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat.
Menurut Nasir (2005), pondok pesantren khalaf/modern yaitu pondok
pesanten yang didalamnya terdapat sistem pendidikan dengan kurikulum 70%
agama dan 30% umum dan dilengkapi lembaga pendidikan lain yang ada di
dalamnya, antara lain diselenggarakan sistem sekolah umu dengan penambahan
“diniyah” (praktek membaca kitab salaf), perguruan tinggi, bentuk koperasi dan
dilengkapi dengan “takhasus” (bahasa Arab dan Inggris).
14
perbedaan juga sangat kental diajarkan dalam sistem pendidikan pondok pesantren
modern.
C. Pesantren Campuran (komprehensif)
Pondok pesantren komprehensif yaitu pondok pesantren yang memadukan
sistem pembelajaran di pondok pesantren tradisional dan modern. Artinya di dalam
pendidikan dan pengajaran kitab kuning menggunakan metode sorogan,
bandongan dan wetonan, namun secara reguler sistem persekolahan juga tetap ada.
Karena ilmu pengetahuan dan teknologi terkadang memiliki sisi negatif dan
positifnya, maka diperlukan beberapa strategi yang mencakup:
1. Motivasi kreativitas anak didik ke arah pengembangan IPTEK di mana
nilai-nilai di mana Islam menjadi sumber acuannya
2. Mendidik keterampilan kemanfaatan produk IPTEK bagi kesejahteraan
hidup umat manusia yang menciptakan lainan kuat antara ajaran agama
dan IPTEK.
pondok pesantren ini dibutuhkan seseorang koordinator atau ketua demi ketertiban.
Ketua inilah yang di sebut ustadz, musa’id atau naib.
D. Mesjid
Masjid memiliki dwifungsi, yakni sebagai tempat ibadah dan pembelajaran.
Masjid sebagai tempat ibadah merupakan fungsi utama, sesuai dengan namanya,
yaitu tempat bersujud dan menyembah kepada Allah Swt. Selain fungsi utama
tersebut, masjid juga berfungsi sebagai tempat pembelajaran. Masjid di pondok
pesantren biasanya menjadi tempat kyai memberi pengajian kepada santri secara
umum, bahkan bersama-sama masyarakat sekaligus. Terkadang, masjid juga
dijadikan tempat pembelajaran khusus santri senior sebelum akhirnya para santri
senior tersebut ditugaskan untuk menyampaikan ilmu kepada santri-santri junior, di
dalam maupun di luar asrama pondok pesantren.
E. Pengajian
Pengajian pada umumnya dilakukan di dalam masjid, umumnya membahas
tentang kitab kuning dan kitab klasik Islam. Sedangkan aula dan bangunan lain
terkadang juga dimanfaatkan untuk pengupayaan pengembangan fasilitas, dimana
saat event-event tertentu yang membutuhkan ruangan besar dan luas atau untuk
pementasan.
F. Kitab-kitab Islam klasik
Unsur pokok lain yang cukup membedakan pesantren dengan lembaga
lainnya adalah bahwa pada pesantren diajarkan kitab-kitab Islam klasik, yang
dikarang oleh para ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan
agama Islam dan bahasa Arab. Pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang
sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab tentang berbagai ilmu yang
mendalam. Tingkatan suatu pesantren dan pengajarannya, biasanya diketahui dari
jenis-jenis kitab-kitab yang diajarkan.
kepada santri untuk terus maju sesuai dengan keampuan masing-masing santri.
Sehingga pembelajaran tersebut lebih efektif, karena bisa menyesuaikan dengan
tingkat pemahaman santri masing-masing.
Menurut Fathan (1998) interaksi personal yang berlandaskan asas
kemesraan antara kyai dengan santri tersebut merupakan ciri khas dari pola
pembelajaran ini. Dalam pola pembelajaran ini tampak adanya transformasi nilai-
nilai kesabaran dari kyai atau ustadz kepada para santri dan keteladanan kyai
ataupun ustadz merupakan panutan utama bagi para santri. Kitab yang dipelajari
oleh masing-masing santri berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuan dan
bakat para santri yang bersangkutan, akibatnya keberagaman materi dan tingkat
kemampuan serta penempatan yang proporsional para santri tampak tercemin
dalam pola pembelajaran kitab kuning dengan metode sorogan.
B. Metode Wetonan/Bandongan
Wetonan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang
berarti waktu, (Depag, 2003). Metode weton ini mirip seperti mtode perkuliahan,
dimana para santri mengikuti pelajaran dengan posisi duduk yang berdekatan dan
mengelilingi kyai, santri memegang kitab masing-masing dengan menyimak apa
yang tertua di dalam kitab tersebut, sembari mencatat di dalam kitab itu. Istilah
wetonan ini di Jawa Barat di sebut dengan bandongan.
Sumber: http://alturl.com/b985t
2. Pondok
Seperti yang telah disebutkan di atas pondok pesantren merupakan
asrama- asrama atau disebut dengan tempat tinggal para santri, yang di
dalamnya terdapat unsur yang melengkapinya yang terdiri dari sebagai
berikut:
a. Ruang kamar
Ruang kamar merupakan kebutuhan privacy yang dimiliki para
santri, yang seharusnya meberikan rasa nyaman bagi para
penggunanya, berikut adalah standar kebutuhan untuk perancangan
sarana ruang kamar secara arsitektural:
25
b. Ruang makan
Ruang makan adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk
aktifitas yang berulang-ulang setiap harinya yaitu makan dan
minum. Ruang makan juga meruapakn tempat dimana semua
anggota keluarga berkumpul, dalam tanda kutip anggota keluarga
pondok pesantren. Berikut adalah standar kebutuhan untuk
perancangan sarana ruang makan secara arsitektural:
26
c. Kamar mandi/Wc
Kamar mandi merupakan salah satu aspek yang penting dalam
sebuah pondok, yang berfungsi sebagai tempat mandi, buang air
besar/kecil dan kegiatan lainnya. Dalam hal ini perlu di perhatikan
tata letak toilet, apakah kamar mandi milik bersama atau privasi
per-kamar. Berikut standar kebutuhna untuk sarana sanitasi secara
arsitektural:
Tabel 2.3 Standar Fasilitas Kamar Mandi Dan Berbagai Macam Ukuran Luas
Gambar Dimensi Keterangan
d. Ruang belajar
28
a. Ruang informasi/admin
Ruang informasi atau ruang admin berfungsi sebagai sarana untuk
memberikan dan melayani kebutuhan para santri dalam hal
kebutuhan sekolahmya, dan dapat juga berfungsi sebagai pemberi
informasi terkait dengan kegiatan sekolah yang diadakan. Ruang
informasi juga terletak tidak jauh dengan sekolah/ madrasah. Hal
ini bertujuan agar komunikasi guru dan para santri tidak akan
renggang dan guru bisa dapat mengawasi kegiatan para santri pada
jam-jam istirahat. Berikut standar kebutuh untuk perancangan
sarana ruang informasi secara arsitektural:
b. Kantor Guru
Kantor guru merupakan sarana yang ada di dalamnya terdapat guru-
guru yang melakukan kegiatan sebagai seorang guru, dan kanto
guru juga berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat, berdiskusi
kegiatan dan kegiatan jenis lainnya yang telah diterapkan oleh pihak
pondok pesantren.
31
c. Ruang Kelas
Ruang kelas merupakan sarana yang harus ada pada pondok
pesantren untuk para santri dalam melakukan kegiatan sebagai
pelajar, di dalam kelas juga harus memenuhi fasilitas yang dapat
menunjang kegiatan santri dalam kegiatan belajar, seperti bangku,
papan tulis, proyektor, LCD, meja dan lain sebagainya. Berikut
adalah standar kebutuhan untuk perancangan sarana ruang kelas
secara arsitektural:
Laboratorium
d. Toilet sekolah
Toilet merupakan salah satu aspek terpenting dalam gedung
sekolah, yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan sekunder.
Dalam hal ini perlu diperhatikan tata letak antara toilet ikhwan dan
akhwat yang seharusna terpisah dan jaranya tidak boleh
berdekatan, hal ini bertujuan untuk kenyamanan bersama. Berikut
33
Akhwan Ikhwat
Jumlah
Kloset Kloset Wastafel
kebutuhan Wastafel urinoir
duduk/jongkok duduk/jongkok
orang
10 1 1 1 1 1
25 2 1 2 2 1
50 3 1 3 3 1
75 4 1 4 4 2
35
100 5 2 5 5 2
130 6 2 6 6 2
160 7 2 7 7 2
190 8 2 8 8 3
220 9 3 9 9 3
250 10 3 10 10 3
4. Rumah kyai
Komplek sebua pesantren atau asrama santri pada umumnya
berdekatan dengan tempat tinggal para dewan kyai guna untuk
mengawasi dan menaungi para santrinya.
Teras 1
Ruang tamu
Kamar tidur 3
Ruang tamu belakang
Ruang makan Luas bangunan 60 m2,
teras 24 m2, tanah 150
Dapur
m2 .
Kamar mandi
1
Gudang
Tempat jemuran dan
tempat cuci
Kamar kecil
Sumber: Kementrian Agama, (2003)
36
5. Rumah ustadz
Teras
1
Ruang tamu
Kamar tidur 2
Ruang makan Luas bangunan 45 m2,
Dapur luas tanah 75 m2.
Kamar mandi
1
Tempat jemuran dan
tempat cuci
Tabel 2.11 Standar Ruangan Hunian Khusus Panong Asrama dan Santri
Nama Ruangan Jumlah Luasan
Ruang makan
Dapur
Kamar mandi
1
Tempat jemuran dan
tempat cuci
Ruang tamu 500cm x 1000cm
Tabel 2.12 Standar Perabot dalam Perpustakaan dan Standar Perletakan Meja Baca.
Gambar Dimensi Keterangan
Type barisan
melengkung
Ukuran lapangan
basket 26m untuk
panjang dan 14m untuk
lebarnya.
Tinggi tiang basket
4,05m, tinggi dari
lantai sampai
keranjangnya 3,25m
dan diamenter
lingkaran
keranjangnya 23cm.
45
Ukuran lapangan
tenin meja, panjang
274cm dan lebar
152,4cm.
Tinggi meja 76cm.
Kotak lapangan
7x14m
Tinggi dinding 60-
65cm.
Ukuran lebar lapangan
bulu tangkis 6,10m dan
panjangnya 13,40m.
Dengan adanya tema ini dapat mempermudah untuk merancang suatu karya
arsitektural yang menggambarkan suatu budaya dalam sebuah bangunan.
Menurut Charles Jencks dalam Ikhwanuddin (2005), ada enam (6) prinsip
arsitektur Post-Modern yaitu:
a. Double coding
b. Hybrida
c. Schizoprenia
d. Multivalensia
e. Kaya metafor
f. Multiplicity
Menurut Zikri (2012) dalam Ghina, dkk (2017) kriteria-kriteria yang
mempengaruhi arsitektur neo-vernakular adalah sebagi berikut :
1. Bentuknya menyerupai unsur budaya setempat beserta lingkungan
disekitar
2. Element-element yang diterapkan dibagi atas dua (2), element fisik dan
non-fisik, element non-fisik meliputi pola pikir budaya, kepercayaan,
dll.
3. Hasil dari perancangan menggunakan arsitektur Neo-Vernacular ini
tidaklah murni, melainkan hasil campuran anatara tradisional dan
modern.
Menurut Leon Krier (1988) dalam Sayid (2018), bangunan adalah sebuah
kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas
dan dalam penyesuaian terhadap iklim lokal, materi dan adat istiadat. Aliran
Arsitektur Neo-Vernacular sangat mudah dikenal dengan memiliki kelengkalapn
berikut ini: hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong, banyak keindahan
dan menggunakan material bata-bata.
mengetahui fasilitas yang tersedia, kapasitas, tema dan juga tampilan bangunan
yang diterapkan.
Sumber: https://bit.ly/2yrZceE
B. Program Pondok
Adapun program pendidikan yang ada di pondok pesantren selamat antara
lain:
1. Program Pendidikan Umum
a. SMP Unggulan Pondok Peantren Selamat
b. SMP Pondok Pesantren Selamat
c. SMA Unggulan Pondok Pesantren Selamat
d. SMA Pondok Pesantren Selamat.
2. Program Pendidikan Agama
55
a. Hafalan Al-Quran
b. Pembelajaran Bahasa Arab
c. Kajian Kitab Kuning
d. Kajian Al-Quran dan Hadist
C. Daya Tampung Santri
Jumlah santri yang ada di Pondok Pesantren Modern Selamat ada sekitar
3000 orang. Pondok Pesantren Modern Selamat ini termasuk podok pesantren
dengan lingkup pelayanan nasional, banyaknya para santri berasal dari seluruh
Indonesia.
Sumber: https://bit.ly/2C6ihGH
E. Fasilitas
1. Fasilitas belajar
a. Gedung pendidikan umum
Gedung pendidikan umum ini ada 4 buah memiliki 2 tingkat di
setiap gedungnya, 2 untuk bangunan SMP dan 2 untuk bangunan
SMA, memiliki ukuran ruang 8x7 m2. Setiap ruang mampu
menampung satri sebanyak 32-36 orang.
b. Perpustakaan
Pada pondok peantren modern selamat ini memiliki perpustakaan
disetiap gedung sekolah, mulai dari SMP sampai SMA.
c. Laboratorium
Adapun laboratorium yang ada di pondok pesantren ini terdiri dari
labor:
57
Bahasa
Fisika, kimia dan biologi
Komputer
Multimedia
b. Fasilitas Asrama
Bangunan asrama yang ada di Pondok Pesantren Modern Selamat
bejumlah 10 bangunan. Terdiri dari 5 blok asmara putra dan 5 blok
asrama putri. Masing-masing bangunan terdiri dari bangunan 2
lantai. Luas dari kamar asrama berbeda-beda tergantung dari
jumlah santri yang menempati kamar tersebut. Ada kamar asrama
yang ditempati oleh 4,8, dan 16 santri.
3. Fasilitas Olahraga dan Seni
a. Indoor
58
Gambar 2.7 Aula dan Lapangan Upacara Pondok Pesantren Modern Selamat Kendal
Gazebo
Fungsi dari gazebo di pondok pesantren ini adalah sebagai
area komunal untuk para santri berkumpul dan berdiskusi
dan terkadang juga sebagai temapt ektrakulikuer.
4. Fasilitas Pendukung
a. Ruang tamu
Ruang tamu yang ada di pondok pesantren modern selamet difungsi
khususkan untuk para orang tua murid yang ingin mengunjungi
anaknya di pondok.
b. Ruang pengelola
Ruang pengelola adalah ruang guru dan ruang kepala sekolah yang
mengajar di SMP dan SMA
c. Ruang makan dan dapur
Ruang makan dibagi menjadi dua, ruang khusus santri akhwan dan
ikhwan. Dapur untuk memasak berada di belakang ruang makan.
d. taman
60
Sumber: https://bit.ly/2yqPhFZ
e. Kantin
Berbagai macam jajanan yang ditawarkan di kantin PPM selamat
ini, lokasi kantin terletak di depan gazebo gedung bangunan
sekolah, tujuannya agar para santri mudah untuk berbelanja.
f. ATM center
Di dalam pondok pesantren jika kekurangan uang maka dapat
mengabil uang di ATM center yang ada di dalam kawasan pondok
pesantren ini, tetapi tidak untuk umum, melainkan khusus untuk
tamu pondok pesantren, santri dan guru.
61
Sumber: https://bit.ly/2pKAlyA
Museum Tsunami Aceh atau juga dikenal dengan nama "Rumoh Aceh
Escape Hill" dibangun di atas area seluas 10.000 m2 ini berlokasi di Ibukota
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yaitu Kotamadya Banda Aceh di Jalan Sultan
Iskandarmuda persisnya di bekas kantor Dinas Peternakan Aceh sebelah
pemakaman kuburan Belanda (Kerkhoff).
Museum ini dirancang oleh Arsitek dari Indonesia, Ridwan Kamil. Neo-
Vernakularnya dapat dilihat dari corak ornamen pada kulit bangunannya yang
mengambil konsep tarian tradisional Aceh (tari saman) yang melambangkan suatu
kerjasama dan kekompakan yang mencerminkan kehidupan sosial yang kental dan
bergotong royong pada masyarakat Aceh. Ide dasar perancangan museum ini juga
mengambil konsep dari rumah panggung Aceh yang menunjukkan contoh kearifan
arsitektur masa lalu (Neo-vernakular) dalam merespon tantangan dan encana alam.
Design ini mengacu pada situasi Aceh pada Desember 2004 silam yang pernah
dilanda bencana tsunami.
Konsep ini menggambarkan suatu keyakinan terhadap agama dan adaptasi
terhadap alam. Museum ini juga merupakan taman terbuka bagi publik yang dapat
diakses dan difungsikan setiap saat oleh masyarakat Aceh sebagai respon terhadap
konteks Urban.
62
b. Konsep Atap
terpisahkan oleh laut dan antara pulau satu dengan yang lainnya sangat jauh,
dikarenakan faktor sulitnya berkomunikasi makanya seling mengisolirkan diri
antara satu dengan yang lainnya, makanya antara daerah satu dengan yang lainnya
ada kesamaan dalam bentuk rumah adatnya.
Kota Dumai sendiri mayoritas penduduk bersuku Melayu, akan tetapi
pernyebaran masyarakat Melayu yang ada di Kota Dumai berasal dari Pulau Rupat,
pulau rupat sendiri merupakat bagian dari Kabupaten bengkalis. Alhasil bangunan-
bangunan tradisional yang ada di Kota Dumai sangat mirip dengan bangunan yang
ada di Kabupaten Bengkalis.
A. Bagian–Bagian Bangunan Melayu Dumai
1. Atap
Bahan utama pada atap bangunan tradisonal Melayu ialah daun nipah,
akan tetapi pada perkembangannya sering dipergunakan atap seng. Data hasil
survei bangunan tradisional yang ada di Kota Dumai, tampak sangat jelas
bahwa, bentuk atap pada bangunan yaitu menggunakan Atap Kajang,
Menurut Mahyudi (2004) bentuk atap yang disebut Atap Kajang dikaitkan
pula dengan fungsi kajang, yakni tempat berteduh dari hujan dan panas,
hendaknya sikap hidup orang melayu dapat pula menjadi naungan bagi
keluarga dan masyarakat. Kajang merupakan sebuah naungan di kapal atau
sampah nelayan yang berbentuk segitiga, tujuannya ialah tempat berlindung
nelayan dari hujan dan panas saat melaut.
2. Selembayung
Ada beberapa nama untuk penyebutan selembayung yakni, Sulo Bayung
dan Tanduk Buang, sebenarnya selembayung adalah hiasan yang
terletak bersilang pada kedua ujung perabung bangunan belah bubung
dan rumah lontik. Pada bagian bawahnya terkadang sering diberi hiasan
tambahan seperti tombak terhunus, menyambung kedua ujung
perabung. Hiasan tambahan ini disebut tombak-tombak (Mahyudin.
2004).
Gambar 2.21 Selembayung Pada Balai Pertemuan dan Rumah Tahfiz Al-Quran
4. Lebah Bergantung
Hiasan lebah bergantung biasanya terdapat di cucuran atap atau
lisplang, terkadang di bagian bawah anak tangga, adapun nama lain dari
lebah bergantung ialah ombak-ombak. Adapun makna dari lebah
bergantung sikap rela berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri,
69
makna ini diangkat dari sifat lebah yang memberi madunya untuk
kepentingan manusia (mahyudi, 2004).
Gambar 2.25 Lebah bergantung jenis Tampuk Manggis pada rumah warga Kota
Dumai
Gambar 2.26 Lebah bergantung jenis Kembang Jatun bangunan Balai Adat
5. Perabung
Hiasan yang terdapat di perabung rumah di sebut juga dengan kuda
berlari, hiasan ini hanya terdapat pada perabung Istana, Balai kerajaan
dan balai penguasa tertinggi wilayah tertentu.
6. Bidai
Bidai sering disebut juga Teban Layar, Ebek atau Sigap. Pada bagian
ini dibuat bertingkat dan diberi hiasan yang sekaligus berfungsi sebagai
ventilasi, bagian yang menjorok keluar diberi lantai disebut Teban
Layar atau Lantai Alang Buang atau disebut Undan-undan. Bidai
biasanya dibuat dalam 3 bentuk, bidai satu, dua dan tiga, setiap
tingkatan memiliki lambang tersendiri, adapun lambang dan maknanya
yaitu:
Bidai satu, adalah bidai rata, bidai jenis ini hampir terdapat pada
bangunan umum, yang boleh dimiliki siapa saja.
70
Gambar 2.28 Bidai satu pada bangunan Balai Adat Melayu Dumai
Bidai dua, adalah bidai dua tingkat, pada setiap tingkat diberi lantai
yang disebut Lantai Buang atau Teban Layar dan Undan-Undan.
Bangunan yang memiliki bidai dua ini melambangkan pemilik
bangunan itu adalah orang berbangsa atau berpatut-patut
7. Tiang
Bangunan tradisional Melayu umumnya bangunan bertiang. Tiang
dapat berbentuk bulat maupun persegi, pada umumnya jumlah tiang
pada bangunan tradisonal Melayu berjumlah 12, 16 dan 24. Tiang-
tiang yang ada memiliki nama dan maknanya, adapun nama dan
maknanya yaitu:
Tiang tua: tiang tua adalah tiang utama yang terletak di sebalah
kanan dan kiri pintu tengah, atau tiang yang terletak di tengah
bangunan yang pertama kali ditegakkan, dalam ungkapan tiang tua
ini melambangkan tua rumah, yakni pimpinan di dalam bangunan
itu, pimpinan di dalam kluarga dan masyarakat.
Tiang seri: tiang seri adalah tiang yang terletak di keempat sudut
bangunan induk, dan tidak boleh bersambung, dari tanah terus naik
ke atas. Tiang serimelambangkan Datuk Berempat atau induk
berempat, serta melambangkan empat penjuru mata angin.
Tiang penghulu: tiang penghulu adalah tiang yang terletak di antara
muka pintu dengan tiang seri di sudur kanan muka bangunan, tiang
72
Gambar 2.31 Bentuk Dinding Lidah Pian pada Bangunan Balai Adat Melayu
Dumai
9. Ragam Hias
Ukiran kaluk pakis biasanya terdsapt pada bidang memanjang, seperti
pada papan penutup dinding, daun pintu, ambang pintu, lis dinding
tiang, dan lis ventilasi, adapun termasuk kelompok kaluk pakis alah
semua bentuk bermotif daun-daunan dan akar-akaran
73
Gambar 2.32 Motif Kaluk Pakis pada bangunan Balai Adat Melayu Dumai
Gambar 2.33 Motif Kaluk Pakis pada bangunan Balai Adat Melayu Dumai
74
BAB III
METODE PERANCANGAN
3.1 Pradigma Perancangan
Pondok pesantren ini menggunakan tema Arsitektur Neo-Vernacular
dengan prinsip-prinsip yang ada pada bangunan tradisional melayu Dumai,
sebenanrya bangunan tradisional melayu yang ada di Dumai tidak jauh berbeda
dengan bangunan tradisional melayu di Kabupaten Bengkalis. Pada penampilan
Arsitektur Neo-Vernacular dapat menampilkan dan menghadirkan bentuk-bentuk
yang baru dalam pengertian unsur-unsur lama yang di perbaharui, dengan kata lain
penerapan elemen arsitektur yang sudah ada dan kemudian sedikit banyaknya
mengalami pembaharuan menjadi suatu desain yang lebih modern.
Pradigma perancangan arsitetur Neo-Vernacular menurut Charles Jenks
(1990) yaitu:
A. Cultural Elements (Element-Element Budaya)
Maksud dari unsur-unsur budaya menurut Charles Jenks ialah bentuk-
bentuk menerapkan unsur budaya setempat, lingkungan termasuk iklim setempat
yang diungkapkan dalam bentuk fisik aesitektural dalam kata lain tata letak denah,
detail, struktur dan ornamen.
B. Non-Physical Element (Elemen non fisik)
Selain element fisik ternyata element non fisik juga diterapkan dalam bentuk
modern, element non fisik berupa budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang
mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
C. Visual Prority (mengutamakan penampilan visual)
Adapun hasil dari rancangan ini tidak muri menerapkan prinsip-prinsip
bangunan Vernacular melainkan sebuah karya yang baru, dimana kara baru ini
menghasilkan penampilan visualnya.
massa, menentukan jalur penghubung antar massa dan antar ruang berdasarkan tata
ruang dalam bangunan.
F. Tatanan Ruang Dalam
Setelah proses bentukan massa, kemudian dilanjutkan pada proses
pengolahan ruang dalam pada bangunan. Untuk tatanan ruang dalam pada Pondok
Pesantren ini memiliki pertimbangan sebagai berikut:
1. Sirkulasi Ruang Dalam
Dalam perancangan Pondok Pesantren ini terdapat beberapa bangunan
yang bersifat publik. Sehingga diperlukan sirkulasi ruang dalam yang
nyaman, efesiensi dan mudah dimengerti oleh para pengunjung dan
tidak mengganggu kenyamanan pengguna utama bangunan yaitu para
santri. Konsep sirkulasi ruang dalam yang digunakan pada perancangan
Pondok Pesantren ini adalah sirkulasi linier, karena konsep sirkulasi ini
lebih efisien dan sesuai dengan ruang-ruang yang bersifat formal seperti
bangunan pengelola, kelas dan bangunan yang lainnya.
2. Interior Bangunan
Untuk ruang dalam bangunan bisa mempertimbangkan prinsip sesuai
pada konsep yang akan diterapkan dan tema Arsitektur Neo-
Vernacular.
3. Dinding
Material dinding menggunakan bata maupun bahan sejenisnya yang
dapat memberikan kesan yang dingin dan sejuk berada dalam bangunan
itu sendiri.
4. Plafon
Sebuah ruangan maupun bangunan sangat membutuhkan plafon yang
dapat memperlancarkan sirkulasi udara pada dalam ruangan maupun
bangunan. Dengan meninggikan plafon dapat melancarkan aliran udara
didalam ruangan maupun bangunan dan dapat mengurangi suhu udara
panas yang ada pada dalam ruangan maupun bangunan itu sendiri.
77
5. Lantai
Untuk mendapatkan lantai yang nyaman dipijak meskipun tanpa
menggunakan alas kaki, dengan pemilihan bahan material yang tidak
licin dan juga hangat seperti parket kayu, sehingga bisa memberikan
kenyamanan untuk pengguna yang tidak menggunakan alas kaki
didalam ruangan maupun banguan itu sendiri.
6. Furniture
Membuat beberapa furniture yang dapat memberikan kesan yang
berbeda terhadap ruang kelas seperti model kursi belajar yang
susunannya melingkar dan terfokus pada guru.
G. Struktur
Struktur yang dirancang, dimulai dari bentukan struktur kolom pada massa,
balok, struktur atap, struktur aksessibilitas vertikal dan horizontal.
H. Utilitas
Menentukan sistem utilitas pada perancangan Pondok Pesantren, selain
menerapkan system utilitas umum yaitu, sistem air bersih, system air kotor dan air
kotoran serta system pengolahan sampah.
I. Konsep
Konsep perancangan adalah hasil dari analisis-analisis yang telah dilakukan
sehingga akan muncul sebuah konsep perancangan. Konsep perancangan
merupakan proses penggabungan dan pemilihan hasil analisis, dari proses ini
muncul suatu konsep yang nantinya akan menjadi pedoman dalam menyusun
konsep perancangan.
J. Hasil desain
Hasil desain merupakan hasil dari langkah-langkah yang digunakan dalam
proses perancangan Pondok Pesantren.
dari informasi primer dan sekunder, digunakan metode yang dapat dijelaskan
sebagai berikut, yaitu:
A. Data Primer
Data primer menggunakan metode observasi yaitu metode pengumpulan
data dengan cara melakukan pengamatan mengenai hal-hal penting terhadap
obyek serta pengamatan terhadap masalah-masalah yang ada secara langsung.
Pengambilan data primer dilakukan dengan cara:
1. Survey lapangan (observasi). Suatu kegiatan yang dilakukan
mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala atau
fenomena yang diselidiki. Dengan melakukan survey lapangan ini
akan mendapatkan data:
a. Kondisi kawasan
b. Luasan tapak
c. Batasan tapak terhadap kawasan sekitar
d. Data iklim, topografi, pergerakan angin, peredaran matahari,
temperature dan kelembapan, dll.
e. Vegetasi pada tapak dan sarana-prasarana tapak
f. Sistem drainase pada tapak
g. Transportasi yang meliputi: jalur dan besaran jalan, angkutan
dan pengguna jalan serta fasilitas pendukung lainnya
h. Perekonomian disekitar kawasan tapak
2. Dokumentasi
Metode ini bertujuan untuk memperkuat dari metode di atas yang
merupakan data bersifat nyata dan memperjelas data-data yang akan
digunakan dalam analisa.
B. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya
oleh peneliti, atau data yang diperoleh dari literatur atau data yang bersumber
secara tak langsung. Pencarian data sekunder ini meliputi:
1. Studi Pustaka
a. Studi pustaka yaitu, metode pengumpulan data dengan melakukan
79
Sumber: https://bit.ly/2D1GMWX
81
B. Batasan Site
Timur : Lahan kosong dan Anak Sungai
Barat : Gardu PLN
Selatan : Lapangan Bola
Utara : Hutan
C. Potensi Site
Site terletak di Pinggiran jalan lintas antar kecamatan yang cukup padat.
Berada Zona pendidikan, dengan adanya sekolah SMK 1, SMA Binsus
dan Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan yang berdiri di sekitar site.
Berdektatan dengan pelabuhan RORO Dumai dan P. Rupat.
Jalan akses lintas menuju Dumai-Duri-Bagan dan Pekanbaru.
D. Kekurangan
Berdekatan dengan persimpangan lalu lintas mobil truck.
Bersebelahan dengan Gardu PLN.
baik itu dari ketinggian atau luas dasar bangunan seperti koefesian dasar bangunan
(KDB).
Berikut adalah peraturan yang telah ditentukan pada pemilihan tapak
perancangan bangunan Pondok Pesantern. Peraturan berdasarkan Peraturan Daerah
kota Dumai Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Izin Bangunan dalam kota Dumai yaitu:
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
1. KDB ditentukan atas dasar pelestarian lingkungan/ resapan air permukaan
tanah dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi,
fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan.
2. Setiap bangunan umum apabila tidak ditentukan lain, ditentukan Koefisien
Dasar Bangunan maksimum 60%.
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
1. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) ditentukan atas dasar kepentingan oleh
pelestarian lingkungan /resapan air permukaan tanah, dan pencegahan
terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan,
fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan.
2. Ketentuan besarnya Koefisien Lantai Bangunan (KLB) pada ayat (1)
disesuaikan dengan rencana tata ruang kota atau sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
c. Ketinggian Bangunan
1. Ketinggian Bangunan ditentukan dengan rencana tata ruang.
2. Untuk masing-masing lokal yang belum dibuat tata ruangnya, ketinggian
maksimum bangunan ditetapkan oleh instansi terkait dengan
mempertimbangkan; lebar jalan, kondisi tanah, fungsi
bangunan,keselamatan bangunan,serta keserasian dengan lingkungannya.
3. Ketinggian bangunan deret maksimum 4 (empat) lantai dan selebihnya
harus bejarak dengan persil tetangga.
4. Ketinggian Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
berdasarkan:
a) Kapasitas Jalan;
b) Fungsi Bangunan;
84
Survei3
Analisa ruang
Penzoningan
Konsep
Tatanan massa
Bentuk massa
Sistem struktur
feedback
Lansekap (tata ruang luar)
Fasad
Hasil Desain
BAB IV
ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN
4. 1 Analisis Fungsional
Sebelum mencapai pada konsep perumusan pada perancangan Pondok
Pesantren di Kota Dumai dimana pada Perancangan pondok Pesantren ini
menggunakan pendekatan Arsitektur Neo-Vernacular, dalam merancang jika
menggunakan pendekatan Arsitektur Neo-Vernacular maka dibutuhkan analisis
fungsional, tujuannya ialah agar dapat menentukan kebutuhan ruang dan tatana
massa. Adapun analisis fungsional tersebut yaitu:
1. Fungsi Primer
Fungsi primer dari perancangan Pondok Pesantren di Kota Dumai
dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular yaitu sebagai tempat
yang mewadahi kegiatan belajar mengajar, pengajian, membahasa
kitab-kitab dan pengajian umum.
2. Fungsi Sekunder
Fungsi sekunder dari perancangan Pondok Pesantren di Kota Dumai
dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular dibagi dua, yaitu
kegiatan untuk santri di dalam pondok pesantren dan kegiatan untuk
diluar santri pondok pesantren, kegiatan untuk santri didalam pondok
pesantren meliputi kegiatan pengelolaan, pengembangan,
perpustakaan, organisasi-organisasi, sarana informasi dan sarana
olahraga, sedangkan diluar santri yaitu sebagai tempat penginapan
khusus untuk orang tua yang ingin mengunjungi anak-anak mereka
yang dititipkan di pondok pesantren ini, tempat untuk menampung
jemaah dari luar kawasan pesantren yang ingin sholat di dalam masjid
oleh karena itu untuk menunjang aktifitas tersebut maka fasilitas yang
akan disediakan yaitu, kamar penginapan dan masjid.
3. Fungsi Tersier
Fungsi sekunder dari perancangan Pondok Pesantren di Kota Dumai
dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular yaitu sebagai tempat
fasilitas pendukung seperti ATM center dan minimarket.
88
2. Pengelola Sekolah
Sekolah yang ada di Pondok Pesantren ini bersifat umum, artinya
seluruh hal yang menyangkut mengenai sekolah akan dikelola oleh
pengelola Sekolah. Dalam hal ini tingkatan pengelola sekolah yaitu:
91
c. Pengelola
Pengelola merupakan suatu badan yang mengatur dan mengawasi serta yang
melaksanakan kegiatan pengelolaan didalam pondok pesantren, sehingga kegiatan
yang didalamnya dapat berjalan lancar sesuai dengan fungsi, dan tujuan serta
sasaran. Untuk bagian pengelolan pondok pesantren dibagi atas dua, pertama Ketua
Yayasan beserta struktur organisasi dan yang kedua Kepala Sekolah beserta
strukturnya dan tenaga pendidik, perpustakaan, kesehatan, psikolog anak)
d. Karyawan Servis
Karyawan adalah orang yang bekerja di area servis yang ada di Pondok
Pesantren ini seperti petugas kebersihan, petugas keamanan, dan petugas lainnya
yang bekerja di area servis. Karyawan servis ini memiliki ruangnya masing-masing
yang dekat dengan tempat kerjanya. Untuk petugas keamanan yang bekerja di luar
bangunan, sehingga membutuhkan ruang istirahat seperti pos keamanan.
e. Pengunjung
pengujung adalah orang tua siswa, pengantar, dan tamu lain yang
berkepentingan dalam urusan pendidikan ataupun di luarnya.
C. Pengelola Sekolah
D. Pengelola Yayasan
E. Pustakawan
F. Cleaning Service
G. Satpam
Tempat
2 0,85 m2/org 10 17,00 NAD
Wudhu
Toilet Murid 2 2,85 m2/org 4 22,80 NAD
7
Perpustakaan
Ruang
1 2,40 m2/org 2 4,80 AS
Pustakawan
Ruang
1 2,00 m2/org 20 40,00 NAD
Diskusi
Ruang Baca
1 1,50 m2/org 30 45,00 NAD
110
JUMLAH 1554.70 m2
TOTAL 1501,11 m2
Ruang
1 2,40 m2/org 2 4,80 AS
Pustakawan
Ruang
1 2,00 m2/org 20 40,00 NAD
Diskusi
Ruang Baca
1 1,50 m2/org 30 45,00 NAD
Ruang Arsip
1 2,00 m2/org 2 4,00 NAD
Ruang Loker
1 0,60 m2/org 30 18,00 NAD
10 UKS
1 2,00 m2/org 20 40,00 PMPN
JUMLAH 1521,55 m2
JUMLAH 380,50 m2
TOTAL 494,65 m2
JUMLAH 294,5 m2
TOTAL 382.85 m2
114
JUMLAH 4553,98m2
TOTAL 5920,17m2
Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
4 R. Makan 1 30,00 m2 - 30,00 NAD
JUMLAH 163,05m2
1030,0
1 R. Sholat 1 1,03 m2/org 1000 TS
0
R. Mihrab dan
2 1 25,00 m2/org 1 25,00 SB
Kotbah
R. Operator dan
3 1 12,00 m2/org 1 12,00 AS
Sound Sistem
Jumla
Kapasita
N Nama Ruang h Standar Luas Sumber
s
o Ruang
6
WT=
1,08
Wanita 10
WC=
3,6
1 m2/org 1 10,62
6
WT=
1,08
JUMLAH 1158.24 m2
TOTAL 1505.71m2
R. Mesin cuci +
2 1 2,00 m2/alat 40 80 NAD
Pengering
Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
6
WT=
1,08
Wanita 10
WC=
3,6
1 m2/org 1 10,62
6
WT=
1,08
237,17
JUMLAH
71,15m2
SIRKULASI 30%
1233,37m2
TOTAL X 4 Unit
JUMLAH 249,00m2
TOTAL X 4 1293,60 m2
118
Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
2
Mini Market
R.Makanan 1 1,2 m2/org 50 60,00 TS
dan Minuman
Kasir 1 1,5 m2/org 3 4,50
TS
Loading Dock 1 24,00 m2/truck 1 24,00
NAD
dan Gudang
Toilet 1 2,25 m2/org 1 2,25
NAD
90,75m2
JUMLAH
27,22 m2
SIRKULASI 30%
117,97 m2
TOTAL
JUMLAH 36,55 m2
TOTAL 47,51 m2
119
JUMLAH 1325,15 m2
Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
5 L. Seni Beladiri 1 2,5 m2/orang 30 75,00 NAD
JUMLAH 2811,00m2
R. Penampung 100,0
5 m2 - 100,00 AS
air bersih 0
R. Penampung
6 40,00 m2 - 40,00 NAD
air kotor
JUMLAH 247,25m2
SIRKULASI 30% 74,17m2
TOTAL 321,42m2
121
Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
Kebutuhan Ruang Security
R. Kepala
1 4,00 m2/org 1 4,00 NAD
Security
2 R. Staf Security 25,00 m2/org - 25,00 NAD
1
3 R. CCTV 25,00 m2/org - 25,00 NAD
JUMLAH 66,62m2
TOTAL 86,58m2
JUMLAH 179,50m2
TOTAL 233,35 m2
122
JUMLAH 4230m2
TOTAL 5499m2
Tabel 4.17 Total luas bangunan dan ruangan yang ada didalam kawasan pondok
pesantren
No Nama Bangunan Total Luas Bangunan
1 Gedung Sekolah SMP 1.501,11m2
2 Gedung Sekolah SMA 1.978,01m2
3 Gedung Pengelola Yayasan 494,65 m2
4 Gedung Pengelola Sekolah 382,85 m2
5 Gedung Asrama 5.920,17m2
6 Rumah Kyai 846,40m2
7 Masjid 1.505,71m2
8 Bangunan Laundry 1.233,37m2
9 Unit Usaha Dagang 1.411,57m2
10 Ruang Pusat Informasi 47,51m2
11 Gedung Hall atau Aula 1.723,29m2
12 Lapangan Olahraga 3.654,30m2
13 Ruang ME 321,42m2
14 Ruang Security 86,58m2
123
B. Dinding
Dinding pada bangunan didesain rata dengan menggunakan teknik lidah
pian, lidah pian merupan model dari rumah tradisonal Melayu Kota Dumai.
Dinding pada bangunan yang akan didesain menggunakan kombinasi material
material seperti kayu, ukiran khas gedung atau rumah tradisional Melayu dan
mendesain jendela dengan menggunakan material kaca, agar terlihat lebih modern.
C. Atap
Struktur atap yang digunakan pada Pondok Pesantren adalah rangka atap
kuda-kuda. Rangka atap atau kuda–kuda adalah suatu susunan rangka batang yang
berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga berat sendiri dan sekaligus
memberikan bentuk pada atap.
Bahan yang digunakan untuk konstruksi kuda-kuda ini adalah baja ringan.
Rangka atap baja ringan adalah suatu struktur yang tidak bisa dirancang dan
dibangun tanpa hitungan dan desain teknis tertentu. Kegagalan struktur
kemungkinan akan terjadi bila desain dan perhitungan teknis diabaikan. Konsep
rangka merupakan satu unit kesatuan sistem terintegrasi secara struktural. Sehingga
dibutuhkan hitungan atau desain yang secara mekanika teknis mengakomodir
kebutuhan sistem tersebut. Rangka atap baja ringan ini terbuat dari bahan dasar baja
yang dilapisi oleh seng atau aluminium. Bahan pelapis yang digunakan untuk
Rangka Atap Baja Ringan, yakni Zinc (seng) dan aluminium.
125
Struktur Rangka atap baja ringan terdiri dari kuda-kuda, reng, sekrup dan
jurai dalam untuk mencegah tampias. Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri
dari rangkaian batang yang membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat
atap serta bahan penutup atap, maka konstruksi kuda-kuda akan berbeda satu sama
lain. Untuk mendapatkan kuda-kuda yang kokoh, cermati lebar bentangan dan besar
beban yang akan diterima, demikian pula dengan derajat kemiringan atap. Dimana
besar beban terdiri dari beban rangka sendiri, beban genting yang digunakan, dan
beban angin.
Rangka baja ringan sangat tipis kurang dari 1 mm bila dibandingkan dengan
baja biasa, tujuannya untuk memudahkan dalam perakitan dan konstruksi, tetapi
properti kekuatan tariknya cukup tinggi 550 Mpa. Ketebalan material baja ringan
untuk kuda-kuda dan web berkisar 0,7–1 mm. Sementara untuk reng sekitar 0,4–
0,7 mm. Rangka atap baja ringan, memiliki kelebihan yakni :
1. Beban yang ditanggung oleh struktur dibawahnya lebih rendah, karena
rangka baja ini secara keseluruhan lebih rendah dari rangka kayu.
2. Bila terjadi kebakaran maka rangka baja bersifat tidak membesarkan
api dibandingkan dengan kayu.
3. Rayap atau hewan pemakan kayu lainnya bukan lagi merupakan
ancaman bagi rangka baja.
4. Baja relatif tidak mengalami penyusutan atau perubahan bentuk
lainnya dibandingkan dengan kayu.
5. Ramah lingkungan. Pemakaian baja sebagai pengganti kayu maka akan
mengurangi penggundulan hutan atau penebangan pohon.
Jenis Atap yang digunakan pada gedung atau rumah di dalam pondok
pesantren yaitu atap Kajang. Atap kajang ini sudah umum digunakan pada gedung-
gedung atau balai adat yang ada di Kota Dumai.
126
Gambar 4.14 Atap Kajang pada gedung balai adat di Kota Dumai
penutup seperti kerai kayu dibagian jendela agar dapat diatur intensitas
cahaya yang masuk kedalam ruangan.
2. Penyebaran sinar matahari diusahakan merata.
Penempatan jendela pada ruangan harus disesuaikan, sehingga cahaya
yang masuk dapat menyebar dengan merata pada ruangan.
B. Pencahayaan buatan.
Pencahayaan buatan bangunan dapat digunakan pada saat :
1. cuaca yang kurang baik sehingga terang cahaya alami berkurang pada
malam hari
2. pada ruangan yang tidak memungkinkan mendapat sinar matahari
3. pada ruang
Ruang tertentu yang membutuhkan pencahayaan khusus, seperti ruang
pameran, pertunjukan dan auditorium. Jenis – jenis pencahayaan buatan
yang digunakan adalah :
a. Lampu TL.
Jenis – jenis lampu TL atau sering disebut neon, banyak digunakan
untuk penerangan bangunan hal ini disebabkan lampu TL biasanya
berwarna putih cenderung kebiruan sehingga tidak menimbulkan
kesan panas. lampu TL mempunyai rendemen besar dan sangat awet
(7000–10000 jam). Segi ekonomi lebih menguntungkan karena
dengan jumlah daya yang sama lampu TL mempunyai kekuatan
cahaya lebih besar dari lampu pijar.
b. Lampu sorot (spot light) Digunakan untuk penerangan display yang
dimaksudkan untuk menonjolkan /mengekspose suatu obyek.
Lampu sorot dapat menciptakan efek visual paling menarik bagi
pertunjukan yang digelar di ruang pertunjukan dan juga ruang
pameran.
c. Lampu Taman
Penerangan pada area taman diperlukan pada malam hari, untuk
memperindah dan memberikan kesan hidup pada taman, sehingga
tamu juga dapat bermain ditaman pada malam hari.
128
tenang, percakapan
yang lemah lembut
7 Gemersik daun, bisikan, Sangat lemah
10-20
nafas manusia dll
2. Penghawaan buatan.
Sistem ini diterapkan guna mengatur kondisi udara (suhu dan
kelembaban) ruangan dalam bangunan terutama ruangan yang
memenuhi tuntutan kenyamanan masimal. Sistem penghawaan buatan
yang digunakan pada bangunan adalah sistem AC.
130
Bak Air
Gedung
Pompa air
Sumur Bor
Bak Air
PDAM
Gedung
B. Sistem Drainase
Sistem drainase digunankan untuk memanfaatkan air hujan dan drainase
untuk menyiram tananaman, menyiram toilet, dll. Air drainase dan air hujan
disalurkan melalui pipa dan talang setiap bangunan, kemudian diteruskan dan
dialirkan ke sumur penampungan air hujan.
Poly Tank
Dapat dimanfaatkan untuk
sumber air dari mata air
sumur bor
Mesin Pompa
Drainase Bangunan
Dapat dimanfaatkan untuk
Sumur Resapan
menyirami taman dan Pipa Pompa Air
lapangan bola kaki
Sumber limbah
cair dan padat
Air dimanfaatkan
untuk menyiram
tanaman dan
rumput lapangan
Sumur resapan
air limbah Bak control
Gambar 4.19 Sistem sirkulasi air kotor atau limbah cair dan padat
132
Resenta Pompa
Sumur
ke bagian sampah organik dan non organik akan di tempatkan di ruangan sampah
non-organik. Mulai dari bank sampah, diangkut petugas kebersihan ke
penampungan sementara, lalu diangkut oleh truk pengangkut sampah.
A. Nilai Fisik
Tampilan fisik dari rumah Melayu di Kota Dumai yang mana ada sedikit
pengembangan dan modifikasi agar tampilan mengikuti zaman atau kekinian.
B. Nilai Non-Fisik
Nilai non-fisik yang diterapkan pada tema ini yaitu, penerapan berbagai
ornamen yang melekat pada balai atau ruma tradisional Melayu. Ornamen melayu
tidak hanya diterapkan pada fisik bangunan saja, melainkan juga harus diterapkan
pada ruang dalam bangunan agar suasana melayu lebih terasa.
Adapun tatatan pada rumah melayu juga diterapkan, penerapan tatanan ini
lebih kepada tatanan masa pada Pondok Pesantren, yaitu masjid, gedung sekolah
dan kantor, aula, asrama, parkiran serta lapangan olahraga yang merupakan
penerapan dari tiga (5) bagian dari tatanan rumah melayu secara umum meliputi,
selang, serambi, rumah induk, kamar dan dapur.
4. 4 Analisa Tapak
4.4.1 Kondisi dan Potensi Tapak
A. Kondisi
1. Lahan merupakan milik pribadi masyarakat atau kebun milik pribadi
masyarakat.
2. Tanah datar .
3. Lahan tidak memiliki banyak hutan dan semak belukar.
4. Berada dizona pendidikan.
B. Potensi
1. Menjadi satu-satunya pondok pesantren modern yang ada di wilayah
itu.
2. Jalur utama merupakan jalan lintas antar kota dan antar provinsi.
3. Dekat dengan pelabuhan roro Dumai-Rupat.
4. Dekat dengan terminal AKAP.
5. Suasana tenang, dikarenakan hanya jam-jam tertentu yang padat.
Angin berhembus saat pagi sampai ke sore dari arah laut ke darat, hal ini
membuat hawa terasa panas dikarenakan hawa air laut membawa suasana panas.
Sedangkan angin yang berhembus dari darat kelaut membawa angin yang segar.
L, dimana sebagian dari gedung mengikuti arah timur dan barat selebihnya lagi
menghadap ke selatan dan utara, gedung ini bagaikan gerbang yang menghapit
masjid yang berada di tengah-tengah site. Material yang digunakan pada gedung
adalah kombinasi antara material kayu, beton dan kaca, hal ini dilakukan agar tetap
nampak gaya tradisional akan tetapi sudah diperbarui dan sudah modern.
B. Gedung Aula atau Hall
Gedung hall atau aula berada di sisi timur depan masjid, orientasi aula ini
sebagian kecil menghadap ke timur dan barat, gedung aula ini membentuk huruf L,
gedung aula juga menghapit masjid sama halnya dengan bangunan kantor, pada
gedung Aula ini menggunakan sistem bentang lebar, dikarenakan hal ini sebagai
tempat mengadakan acara-acara akbar didalam pesantren. Gedung aula ini didepan
gedung sekolah khusus wanita. Gaya bangunan aula ini tetap menggunakan prinsip
balai atau rumah tradisional masyarakat Melayu yang ada di Kota Dumai, material
di dominasi oleh baja, beton dan kaca. Penggunakan material di atas agar aula
terlihat lebih modern, akan tetapi tetap saja menggunakan sistem panggung.
C. Masjid
Masjid diletakkan ditengah tengah site, tujuannya agar mudah dicapai
dengan akses menuju ke masjid dapat di tempuh dari manapun, masjid tidak hanya
berfungsi untuk masyarakat yang ada di dalam Pondok Pesantren saja, melainkan
untuk masyarakat diluar pondok pesantren, maka dari itu perletakan masjid pas
didepan zona parkiran. Masjid ini menggunakan sistem panggung dengan dengan
mengikuti prinsip-prinsip dari rumah dan balai tradisional masyarakat Melayu yang
ada di Kota Dumai, adapun material dari masjid ini ialah kombinasi antara kayu,
beton dan kaca.
D. Asrama
Perencanaan asrama nantinya dibagi menjadi dua wilayah, pembagian
wilayah santri pria dan santri wanita, bentuk bangunan pada asrama nantinya
berbentuk rumah susun dengan empat tingkatan, Perletakan asrama santri pria
berada dekat gedung sekolah khusus pria, agar akses menuju ke sekolah tidak jauh,
begitu pula dengan asrama santri wanita, berdekatan dengan gedung sekolah.
Asrama ini nanti dijadikan sebuah komplek atau dibaratkan sebagai perumahan.
145
atap kajang, rumah kyai ini menggunakan kombinasi material kayu, beton dan kaca,
untuk material kayu digunakan diseluruh bangunan rumah, sedangkan beton
digunakan untuk tiang panggung rumah saja dan kaca mengikuti material yang
dibutuhkan.
H. Bangunan Rumah Tamu
Bangunan ini difungsikan hanyalah khusus orang tua para santri yang ingin
menjenguk anak-anaknya yang dititipkan di dalam Pondok Pesantren ini, bangunan
ini sengaja di hadirkan agar para orang tua santri tidak jauh-jauh dan susah payah
untuk mencari tempat menginap diluaran sana. Perencanananya bangunan rumah
tamu ini dibagi perzona lagi, antara zona asrama santri pria dan wanita, bentukan
dari bangunan rumah tamu ini ialah sebuah rumah besar yang didalamnya terdapat
beberapa kamar, bangunan rumah ini menggunakan material kayu, beton dan kaca
serta menggunakan atap kajang dengan sistem berpanggung. Perletakan bangunan
ini sederetan dengan rumah kyai dan dibelakang masjid.
4.5.3 Fasad
Adapun fasad yang digunakan pada gedung dan bangunan yaitu
menggunakan daoubel fasade dengan motif ukiran yang terdapat pada balai dan
rumah tradisional Melayu yang ada di Kota Dumai. Area yang mendapat paparan
matahari yang lama dapat penambahan unsur-unsur tanaman agar paparan sinar
matahari yang menembus ke dalam bangunan tidak terlalu kuat, dikarenakan
vegetasi dapat mengurangi intensitas cahaya sebanyak 92%. Adapun bentukkan
fasad diambil dari ornamen-ornamen yang melekat pada balai dan rumah
tradisional Melayu, adapun ornamen-ornamen yang melekat pada bangunan
tersebut ialah:
1. Pucuk Rebung
2. Lilit Kangkung
3. Kaluk Pakis
4. Trali Biola
5. Bunga Hutan
6. Lebah Bergantung Tampuk Manggis
4.5.4 Interior
Interior yang dihadirkan untuk asrama dan rumah tamu dibuat sedemikian
rupa dengan menghadirkan nuansa rumah melayu pada umumnya, terlihat dari
kesederhanaan interior di dalamnya, sedangkan untuk gedung-gedung seperti aula
atau hall, kantor yayasan dan sekolah serta ruang belajar dan seperangkatnya tidak
lagi mengikuti interior yang sama dengan asrama.
B. Material
Material yang digunakan adalah meterial alam seperti, kayu, batu alam yang
dipadukan dengan material-material modern seperti, beton, kaca dan lain
sebagainya.
4.5.6 Vegetasi
vegetasi yang ada dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
A. Vegetasi peneduh
Vegetasi peneduh diletakkan pada area-area yang banyak aktivitas di luar
gedung, tentu saja penanaman pohon ini tidak sembarangan melainkan diatur jarak
antar pohon. Tumbuhan yang sering digunakan sebagai tumbuhan peneduh ialah,
pohon ketapang, flamboyan, kayu putih dan lain sebagainya.
B. Vegetasi pembatas
Vegetasi pembatas biasanya diletakkan diarea parkira, terkadang
dimanfaatkan juga sebagi penunjuk arah dan menuntun arah, adapun tumbuhan
yang sering digunakan sebagai pembatas serta penunjuk arah ialah, buluh cina,
glondong tiang, pucuk merah, cemara, lili brazil dan lain sebagainya.
C. Vegetasi hiasan
Begetasi hiasan biasanya ditanam di dekat taman, tidak jarang juga
diletakkan di pinggir bangunan sekolah sebagai penghiasa serta mempercantik
tampilan sekolah. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai penghias antara lain,
melati air, seruni, keladi merah dan hijau, bunga mawar, bugenvile dan lain
sebagainya.
4. 6 Konsep Perancangan
Dalam membuat sebuah konsep haruslah yang ada kaitannya dengan fungsi
dari bangunan yang akan di desain, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam
proses peracangan kedepannya. Pada perancangan pondok pesantren ini
menggunakan konsep Ka’bah. Ka’bah merupakan kiblat seluruh umat muslim yang
ada di dunia, jika dilihat lagi ka’bah memiliki satu pola yang sangat umum kita
149
kenali, yaitu pola satu titik atau sentral, dari pola inilah dapat dikembangkan
berbagai macam aktifitas, pembentukan massa, penyebaran massa dan lain
sebagainya.
Dari kelima efek dasar inilah yang nantinya akan dikembangkan dalam proses
mendesain Pondok Pesantren. Adapun tahap proses selanjutnya yaitu pengembangan:
A. Pola
Pengambilan pola untuk pengembangan perletakan massa bangunan harus
diterjemahkan dahulu dalam implementasi, pengimplementasian ini haruslah
memiliki persamaan yang hampir mirip dengan pengambilan konsep dasar diatas,
maka pengimplementasian Ka’bah sangat cocok jika diibaratkan sebuah Masjid.
transformasi
Perspektive bangunan
yang di Neo-
Vernacular
Gambar 4.36 Rencana Bangunan
Perancangan bangunan Pondok Pesantren ini dibagi atas dua zona, yaitu
zona publik dan zona privat. Zona publik yaitu zona yang dapat diakses oleh orang
luar selain masyarakat pondok pesantren, seperti, kantor yayasan dan sekolah,
masjid, asrama tamu, hall, atm center dan parkiran, sedangkan zona privat yaitu
zona yang tidak dapat diakses oleh orang luar, seperti gedung sekolah, lapangan
olahraga, gedung belajar, asrama, dan rumah kyai.
153
Masjid
Akses utama adalah dari utara dikarenakan jalan utama berada di utara
yaitu jalan Cut Nyak Dien. Parkiran berada di depan sebelum memasuki kawasan
Pondok Pesantren.
154
B. Orientasi Bangunan
Berdasarkan hasil analisis maka bangunan Pondok Pesantren akan
berorientasi ke arah selatan dan utara.
155
C. Pencapaian
Pondok Pesantren ini dapat diakses melaui jalan Cut Nyak Dien, untuk
kendaraan masuk dan keluar tetap menggunakan jalan utama ini sedangkan
pejalan kaki, akses masuk berada di pintu gerbang utara, barat dan timur
disana terdapat pedestrian yang di khususkan untuk pejalan kaki saja, hal
ini dilakukan karena, kendaraan bermotor hanya dapat masuk di lahan parkir
saja, selebihnya dengan berjalan kaki.
D. Konsep Landsekap
1. Parkiran
Parkiran kendaraan bermotor yang akan disedikan berada pada satu
titik, yaitu berada di depan sebelum memasuki gerbang wilayah Pondok
Pesantren, parkir kendaraan bermotor terdiri dari kendaraan motor,
mobil dan bus. Area parkir akan ditanami oleh pohon pelindung dan
berbagai macam tanaman hiasan lainnya yang dapat meneduhkan
kendaraan yang parkir.
2. Sirkulasi
Sirkulasi yang terdapat pada perencanaan perancangan
PondokPesantren ini terdiri dari sirkulasi kendaraan bermotor, sirkulasi
pejalan kaki maupun disabilitas. Sirkulasi kendaraan bermotor hanya
dibatasi sampai area parkir saja, sehingga dari pengemudi maupun
penumpang untuk melanjutkan masuk ke area Pondok Pesantren akan
157
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil perancangan Pondok Pesantren di Kota Dumai dengan
Pendekatan Arsitektur Neo-Vernacular, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dengan adanya Pondok Pesantren di Kota Dumai ini nantinya dapat
membantu anak-anak yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan ke
Pondok Pesantren tidak bersusah payah keluar dari Kota Dumai.
2. Pada fungsi perancangan pondok pesantren ini akan menerapkan arsitektur
Neo-Vernacular namun tetap mengunakan prinsip-prinsip kebudayaan
Melayu. Penerapan arsitektur Neo-Vernacular agar kebudayaan Melayu
yang ada di Kota Dumai tidak dikatakan tidak mengikuti perkembangan
zaman lagi, dimana adanya sebagian masyarakat yang tidak begitu
mencintai kebudayaannya sendiri, dengan adanya arsitektur Neo-
Vernacular dapat membuka wawasan tentang adanya perubahan dalam gaya
arsitektural bangunan akan tetapi wujud asli dari kebudayaan itu masih di
tonjolkan.
5.2 Saran
Penulis menyadari bahwa banyak hal yang mungkin belum terpenuhi dalam
penyusunan laporan seminar tugas akhir yang hasilnya jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu perlu adanya kajian lebih lanjut dengan tema-tema perancangan
maupun objek perancanaan yang matang. Perlu diketahui bahwasanya perancangan
objek ini masih dalam lingkup desaarsitektur yang menerapkan dasar perinsip
arsitektur pengintegritasian nilai-nilai Melayu. Menjadikan pesantren yang
membawa pendidikan yang sempurna dengan membawa kemaslahatan masyarakat
dalam segala aspek.
Hal tersebut memiliki tujuan yang diharapkan akan menajdi kajian dan
pembahsan arsitektur lebih lanjut mengenai objek perancangan sehingga dapat
bermanfaat bagi bidang keilmuan khususnya dalam bidang arsitektur