Anda di halaman 1dari 159

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota Dumai berada di Provinsi Riau, secara geografis terletak di pesisir
pantai timur Pulau Sumatera. Berada di wilayah pesisir Pulau Sumatra dengan kota
terluas nomor satu di Indonesia memiliki kepadatan penduduk mencapai 168,99
jiwa/km2 dan jumlah penduduk 280.174 jiwa (BPS,2017).
Umur anak yang mulai memasuki bangku pesantren tingkat SMP dan SMA
dari pengelompokan umur 12-18, menurut BPS, (2016) pengelompokan umur 12-
18 tahun memiliki 47.156 jiwa, Akan tetapi dari jumlah pengelompokan umur 12-
18 tahun, menurut Dinas Pendidikan Kota Dumai, (2018) sekitar 350 jiwa yang
bersekolah di Pondo Pesantren, sisanya berada di sekolah pada umumnya.
Kebanyakan orang-orang tua menganggap pondok pesantren itu hanya untuk anak-
anak yang bandel serta meremehkan kualitas dan kuantitas dari pondok pesantren
itu sendiri.
Padahal pondok pesantren dapat menghasilkan santri-santri yang
berkualitas dan berkompeten yang tidak kalah dengan sekolah pada umum.
Berkembangnya era teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, anak-
anak yang masih mencari jati diri, perlu diarahkan dan di dekatkan dengan ilmu
agama, agar nantinya jika sudah memasuki umur yang matang memiliki ilmu
agama cukup.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus beriringan dengan
perkembangan pendidikan, terutama pendidikan agama, sehingga diperlukan
persiapan sumber daya manusia yang bertaqwa, profesional, handal, dan berbudi
pekerti. Penyiapan sumber daya manusia tentu didukung melalui sarana pendidikan
baik dalam mengajarkan ilmu umum, agama serta keterampilan. Salah satu sarana
pendidikan yang dapat kita jumpai dalam mengajarkan ilmu umum, agama serta
keterampilan adalah pondok pesantren.
2

Menurut Tafsir, (2008) istilah Pesantren dapat diartikan lembaga


pendidikan islam yang paling tua di Indonesia, jauh sebelum adanya pendidikan
formal sedangkan menurut Daulay,(2001) juga mengatakan bahwa pondok
pesantren merupakan tempat untuk menuntut ilmu agama, agama yang di maksud
ialah agama Islam, selain itu juga tempat tinggal untuk para santri. Sedangkan
pondok, masjid, kiai, santri, dan pengajian kitab-kitab klasik merupakan lima
elemen dasar bagi pondok pesantren.
Pondok Pesantren dapat kelompokkan menjadi tiga macam, yaitu: Pertama,
pesantren tradisional yang masih tetap mempertahankan tradisi-tradisi lama,
pembelajaran kitab-kitab kuning, permasalahan tidur, makan dan MCK-nya,
(Zarkasyi, 2005). Kedua, pesantren semi modern, yaitu pesantren yang
menggabungkan antara pesantren salafiah dan pesantren khilafiah. Sistem
pembelajaran disamping kurikulum pesantren tradisional dalam kajian kitab klasik
juga menggunakan kurikulum Kemenag dan kemendiknas. Ketiga, pesantren
modern yang kurikulum dan sistem pembelajarannya sudah tersusun secara modern
demikian juga menejemennya. Disamping itu, menurut Zarkasyi pesantren modern
sudah didukung IT dan lembaga bahasa asing yang memadai (Zarkasyi, 2005).
Termasuk ma’had ‘aly dikategorkan bentuk pesantren modern.
Menrut BPS Provinsi Riau, (2015) jumlah Pondok Pesantren di Kota Dumai
hanya ada 5, dengan jumlah pelajar 365 orang dan tenaga pengajar berjumlah 77
orang. Sedangkan jumlah sekolah umum Negeri dan Swasta mulai dari Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) mencapai 84
sekolah dengan jumlah pelajar 22,356 orang dan tenaga pengajar berjumlah 1,889
orang (BPS Kota Dumai 2017).
Hal ini terjadi dikarenakan minat anak-anak di Kota Dumai untuk memasuki
pondok pesantren sangat minim, alhasil pondok pesantren di Kota Dumai pun
tumbuh dan berkembangnya tidak sepesat sekolah - sekolah pada umumnya, agar
menghasilkan manusia-manusia yang beriman dan bertaqwa serta taat beragama di
masa yang akan datang di perlukan pendidikan yang mengutamakan masalah
agama.
3

Kegiatan pendidikan yang didominasi oleh pengembangan sains dan


teknologi tentu membuat pondok pesantren mencari bentuk baru agar mampu
menyesuaikan dengan kebutuhan pembangunan maupun kemajuan teknologi
dengan tetap mempertahankan iman dan takwa serta taat beragama.

Pondok Pesantren merupakan salah satu upaya dalam pembentukan santri


yang berkualitas baik dalam ilmu pengetahuan umum maupun keagamaan. Dalam
hal penyelenggaraannya mengunakan pendidikan formal yang sering dilakukan
pada sekolah umum dengan tetap mempertahankan pendidikan non formal seperti
pada pondok pesantren tradisional.
Dumai merupakan salah satu Kota di Provinsi Riau yang sedang dalam
tahap pembangunan dan perkembangan. Perkembangan Kota Dumai yang semakin
maju tentu diperlukan SDM (Sumber Daya Manusia) yang berkualitas dalam ilmu
pengetahuan dan ilmu agama, untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang
memiliki kemampuan intelektual dan spiritual yang baik maka ditunjangi dengan
sistem pendidikan.
Menuju era globalisasi yang terus menerus menekan pondok pesantren,
membuat pondok pesantren khususnya pondok pesantren salafiah (tradisional)
terus berkembang dan berinovasi, untuk menjawab tantangan tersebut pondok
pesantren membuat trobosan-trobosan baru di bidang pendidikan, kurikulum,
fasilitas dan lain sebagainya. Karenakan penambahan tersebut pondok pesantren
yang awal mulanya tradisional kini menjadi modern atau (khalafiah). Menurut M.
Sulthon masyhud dalam Tolib (2015), dengan semakin biasanya “batasan-batasan”
antara pesantren salafiah(tradisional) dan khalafiah (modern) maka yang dapat
terlihat berbeda hanyalah pada hal-hal yang terdapat pada aspek manajemen,
organisasi dan administrasi pengelolan keuangan yang lebih transparan.

Pondok pesantren modern menyajikan sistem pendidikan yang seimbang,


antara pendidikan umum dan pendidikan agama, dengan adanya pondok pesantren
modern yang merupakan sarana sebagai menambah ilmu pengetahuan agama dan
pengetahuan umum serta sebagai pembentuk karakter manusia sesuai dengan ajaran
4

Islam, diharapkan dapat membentuk SDM yang berkualitas dan menurunkan


degradasi moral akibat dari pengaruh globalisasi.
Permasalahan yang terjadi di Kota Dumai saat ini ialah, banyaknya anak-
anak yang ingin bersekolah di Pondok Pesantren akan tetapi harus memondok di
luar Kota Dumai, hal ini terjadi dikarenakan Pondok Pesantren yang ada di Kota
Dumai ini memiliki kualitas dan kuantitas yang jauh di bawah standar, serta
kepercayaan akan orang tua terhadap Pondok Pesantren di Kota Dumai ini sangat
minim (Zainal Abidin, wawancara, 2018). Keterbatasan ruang belajar dan tenaga
pengajar juga merupakan masalah utamanya, kesadaran pemerintah akan
pendidikan Agama masih sangat minim, padahal visi dan misi Pemerintah Kota
Dumai ialah Menjadikan Kota Dumai 2021 Sebagai Kota Madani, serta banyaknya
yayasan-yayasan Agama di Kota Dumai yang kurang berminat untuk mendirikan
Pondok Pesanten.
Pondok pesantren ini direncanakan dan dirancang dengan menggunakan
tema arsitektur Neo-Vernacular, tujuannya agar hasil rancangan dapat
memunculkan kembali karakteristik daerah setempat. Dengan menerapkan prinsip-
prinsip dan ide-ide desain yang ada pada rumah Adat Melayu Dumai dengan
penambahan unsur-unsur modern didalamnya.
Oleh karena itu untuk dapat menarik Pemerintah dan pihak yayasan untuk
mendirikan Pondok Pesantren yang sesuai standar serta dapat meningkatkan minat
serta kepercayaan orang tua santri untuk melanjutkan jenjang pendidikan anaknya
ke Pondok Pesanten maka nantinya akan dirancang Pondok Pesantren yang dapat
menjawab segala permasalahan yang ada dan kontekstual dengan wilayah Kota
Dumai.

1.2 Identifikasi Masalah


Permasalahan yang diangkat dalam penelitian dirumuskan pertanyaan
sebagai berikut:
1. Bagaimana merencanakan konsep program ruang secara keseluruhan
berdasarkan Arsitektur Neo-Vernacular yang dapat mewadah segala
aktifitas dan kegiatan sehingga program ruang tersebut mampu menunjang
5

sisi kelancaran, kenyamanan, dan keamanan gerak sirkulasi di dalam desain


yang direncanakan?
2. Bagaimana konsep pondok pesantren di Kota Dumai yang dapat mewadahi
kegiatan pendidikan bagi masyarakat dengan menerapkan prinsip-prisnip
arsitektur Neo-Vernacular?
3. Bagaimana merencanakan bentuk, tatanan massa dan tampilan bangunan
Pondok Pesantren sebagai desain yang sesuai dengan prinsip-prinsip
arsitektur Neo-Vernacular?

1.3 Tujuan
Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah:
1. Mewujudkan program ruang secara keseluruhan berdasarkan Arsitektur
Neo-Vernacular yang dapat mewadahi segala aktifitas pelaku dan kegiatan
yang diwadahi sehingga program ruang tersebut mampu menunjang sisi
kelancaran, kenyamanan, dan keamanan gerak sirkulasi di dalam desain
yang direncanakan.
2. Merumuskan pondok pesantren di Kota Dumai yang dapat mewadahi
kegiatan pendidikan bagi masyarakat dengan menerapkan prinsip-prinsip
arsitektur Neo-Vernacular.
3. Merencanakan bentuk, tatanan massa dan tampilan bangunan Pondok
Pesantren sebagai desain yang sesuai dengan prinsip-prinsip arsitektur Neo-
Vernacular.

1.4 Lingkup dan Batasan


1.4.1 Lingkup
Pembahasan di fokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan pondok
pesantren dan prinsip-prinsip Arsitektur Neo-Vernacular. Data dan informasi yang
diperoleh diluar dari ilmu Arsitektur Neo-Vernacular yang mempengaruhi, melatar
belakangi dan mendasari faktor-faktor perencanaan dan perencangan akan dibatasi,
dipertimbangkan atau diasumsikan tanpa dibahas secara mendalam.
6

Kawasan yang dipilih sebagai site perencanaa dan perancangan kawasan yang
sesuai dengan potensi lahan yang ada sesuai dengan peruntukan rencana tata ruang
wilayah Kota Dumai.

1.4.2 Batasan
Untuk lebih memfokuskan perencanaan dan perancangan pondok pesantren
di Kota Dumai, maka batasan pada penulisan ini adalah bagaimana perencanaan
dan perancangan pondok pesantren dengan pendekatan Arsitektur Neo-vernacular
yang di sesuaikan dengan arsitektur bangunan melayu Kota Dumai.
7

1.5 Kerangka Pikir

Gambar 1.1 Kerangka Pikiran


8

1.6 Sistematika Pembahasan


Pada penulisan mengenai Pondok Pesantren menggunakan sistematika
pembahasan sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN
Pendahuluan yang berisikan latar belakang, ungkapan masalah, lingkup
pembahasan dan batasan judul, metode dan sistematika pembahasan.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA


Pembahasannya dapat dikemukakan secara umum mengenai data tentang
Pondok Pesantren, serta mengidentifikasikan data-data yang menjadi
faktor penentu serta penunjang dalam perencanaan dan perancangan
tersebut dengan melakukan studi banding. Melakukan tinjauan mengenai
Arsitektur Neo-Vernacular yang menjadi tema dalam perancangan
Pondok Pesantren, dengan mempelajari unsur-unsur yang terangkum di
Arsitektur Neo-Vernacular.

BAB 3 : METODE PERANCANGAN


Merupakan paradigma perancangan, strategi, serta metode dalam
pengumpulan data. Mengemukakan tinjauan analisis pemilihan lokasi
Pondok Pesantren di Kota Dumai.

BAB 4 : ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN


Merupakan tinjauan analisis dan konsep perancangan, yang berisikan
analisis tapak, fungsional, tampilan fisik bangunan, dan analisis lainnya.

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN


Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
9

1.7 Keaslian Penulis


Berdasarkan penelusuran mengenai judul perancangan pada Arsitektur
dengan konteks Pondok Pesantren, setidaknya terdapat 7 (tujuh) judul yang
memiliki keterkaitan. Keenam judul tersebut adalah:

Tabel 1.1 Perbandingan penulisan

No Judul Persamaan Perbedaan


1 Pondok Pesantren Modern di Pada pendekatan
Pekanbaru Dengan Pendekatan tema perancangan
Arsitektur Tropis atas Wahyu yaitu Arsitektur
Hidayat Program Studi Tropis.
Arsitektur Fakultas Teknik
Universtas Riau 2017.
2 Perancangan Kembali Pondok Pada pendekatan
Pesantren Zainul Hasan tema perancangan
Genggong Probolinggo dengan Perancangan yaitu Re-Invigoting
tema Re-Invigorating Tradition Pondok Tradition.
atas Nur Rozan Jurusan Teknik Pesantren
Arsitektur Fakultas Sains Dan
Teknologi Universitas Islam
Negeri (Uin) Maulana Malik
Ibrahim Malang 2013
3 Pondok Pesantren Modern Pada pendekatan
Jurusan Khusus Wanita di tema perancangan
Kabupaten Kendal dengan yaitu Arsitektur
Penekanan Desain Arsitektur Tropis
Tropis atas Nurul Hikmah
Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Negeri
Semarang 2016
4 Pesantren Ulul Albab Dengan Pada pendekatan
Pendekatan Arsitektur Islam atas tema perancangan
Muhammad Ikhsan Jurusan yaitu Arsitektur
Arsitektur Fakultas Teknik Islam.
Universitas Islam Negeri
Alaudin Makassar 2016
5 Galeri Seni Budaya Melayu Riau Pada perancangan
Dengan Pendekatan Arsitektur Galeri Seni Budaya
Neo-Vernakuklar atas Dyos Melayu Riau
Pangendra Program Studi
Arsitektur Fakultas Teknik
Universtas Riau 2018.
10

6 Ulu Kasok Resort di Desa Pualau Pada perancangan


Gadang Kabupaten Kampar yaitu Resort
Dengan Pendekatan Arsitektur

Neo-Vernakular atas Sayid Al- Pada


Fajri Saleh Program Studi pendekatan
Arsitektur Fakultas Teknik tema
Universtas Riau 2018. perancangan
7 Asean Youth Center di yaitu Neo- Pada Perancangan
Pekanbaru Dengan Pendekatan Vernacular. yaitu Asean Youth
Arsitektur Neo-Vernacular atas Center
Ade Nofriansyah Program Studi
Arsitektur Fakultas Teknik
Universtas Riau 2017.
11

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pondok Pesantren
2.1.1 Pengertian Pondok Pesantren
Menurut Fatah, dkk (2005) dalam Abu Yasid (2018) istilah “pesantren”
berasal dari kata “santri” yang merupakan tempat menuntut ilmu bagi calon santri.
Sementara itu, kata “santi” sendiri berasal dari bahasa jawa, yaitu cantrik, yang
mempunyai arti seseorang yang senantiasa mendampingi guru, kemana pun guru
itu pergi.
Menurut Mas’ud (2002) pesantren bisa diartikan sebagai wadah kehidupan
dimana tempat para santri belajar hidup. Secara etimologi pengertian pondok
pesantren dikemukakan langsung oleh pendapat para ahli antara lain:
1. M.Dawam Rahardjo dalam Suharto (2018) memberikan pengertian
pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan dan penyiaran agama
Islam, itulah identitas pesantren pada awal perkembangannya
2. Abdurrahman Wahid dalam Suharto (2018), mendefinisikan pesantren
sebagai tempat di mana santri hidup (a place where santri live).
3. Rabithah Ma’ahid Islamiyah dalam Suharto (2018), mendefinisikan
pesantren sebagai lembaga tafaqquh fiddin yang mengemban misi
meneruskan rislaah Muhammad SAW sekaligus melestarikan ajaran
Islam yang berhaluan Ahlusunnah Wal Jama’ah ala Thariqah al-
Madzahibal-Arba’ah.
Dari beragam definisi diatas, dapat dikemukakan bahwa pada prinsipnya
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajar tentang agama Islam,
dengan buku pedoman yaitu kitab kuning dan kyai sebagai element panutan oleh
para santri, serta para santri tinggal di pondok/asrama pesantren tersebut.

2.1.2 Fungsi dan Peranan Pondok Pesantren


Menurut Mashud (2003) dalam Suharto (2018) peran dan fungsi pondok
pesantren adalah:
A. Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam
12

Pesantren menyelenggarakan pendidikan, baik secara formal maupun


nonformal, yang secara khusus mengajarkan agama, yang sangat dipengaruhi oleh
pikiran-pikiran ulama-ulama fiqh, hadits, tafsir, tauhid dan tasawuf yang hidup di
antara abad ke 7–13 M.kitab-kita yang dipelajari antara lain: tauhid, tafsir, haidts,
fiqh, ushul fiqh, tasawuf, bahasa Arab (nahwu, sharaf, balangah, tajwid, matiq dan
lain-lain).
B. Pondok pesantren sebagai lembaga sosial
Pesantren menampung para santri dari berbagai lapisan masyarakat muslim,
tanpa membeda-bedakan tingkat ekonomi dan sosial orang tuanya. Para orang-
orang tua percaya bahwa kyai tidak akan menyesatkan, bahkan sebaliknya dengan
berkah kyai anak tersebut akan menjadi orang yang baik.
C. Pondok pesantren sebagai lembaga penyiar agama
Pondok pesantren sebagai lembaga penyiar agama keagamaan – tafaqquh
fiddin mempunyai fungsi pemeliharaan, pengembangan, penyiaran, dan pelestarian
Islam. Pondok pesantren lembaga keagamaan, di antaranya menjadikan fungsi
mesjid sebagai pusat kegiataan keagamaan serta menentukan perencanaan segala
kegiatan di dalamnya.

2.1.3 Tipologi Pondok Pesantren


Secara fakta ada 3 tipe pondok pesantren yang sedang berkembang di
Indonesia, adapun ketiga tipe pondok pesantren yaitu meliputi:
A. Pesantren Salafiyah (Tradisional)
Menurut Mastuhu dalam Shodiq (2011), Pesantren tradisional yaitu
pesantren yang masih tetap mempertahankan bentuk ajaran yang asli, aslinya
dengan mengajarkan kitab klasik yang ditulis dengan menggunakan bahasa Arab.
Pola pengajaranya “halaqah" sering dilakukan dalam pondok pesantren tradisional,
arti dari “halaqah” itu sendiri ialah, berdiskusi untuk menelaah arti dan makna
dalam kitab-kitab serta melalukan diskusi bersama-sama di masjid dengan
mengajukan berbagai pertanyaan kepada kyai atau ustadz. Untuk pondok pesantren
tipe tradisional kurikulumnya tergantung kepada para kyai pengasuh pondok.
Sedangkan sistem madrasah diterapkan juga bertujuan untuk memudahkan
13

berjalannya sistem sorogan yang ada dalam lembaga pengajian dan pembelajaran,
tanpa mengenalkan pengajaran umum (Dhofier dalam Shodiq, 2011), selain itu juga
terdapat sistem sorogan yang didalamnya menerapkan sistem bandongan (Bhaktiar
dalam Shodiq, 2011).
B. Pesantren Khalafiyah (Modern)
Pondok pesantren modern berupaya memadukan sistem ajaran
tradisionalitas dan modernitas pendidikan. Sistem pengajaran yang berbasis
didalam kelas dan kurikulum terpadu diambil dan digabungkan menjadi satu.
Kedua bidang ilmu ini sama-sama diajarkan, namu dengan proporsi pendidikan
agama lebih di mendominasi. Menurut Wardi Bakhtiar (1990), pondok pesantren
modern adalah lembaga pendidikan islam yang mempelajari kitab-kitab agam Islam
dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang diajarkan dengan sistem madrasah atau
klasikal seperti halnya sekolah-sekolah pada umum yang bersifat formal.
Menurut Barnawi dalam Tolib (2015), pesantren modern telah mengalami
transformasi yang sangat signifikan baik dalam sistem pendidikannya maupun
unsur-unsur kelembagaanya. Menurut Karim (2004), sistem yang digunakan dalam
Pondok Pesantren Modern adalah:
1. Mulai akrabnya dengan metodologi ilmiah modern.
2. Semakin terbuka atas perkembangan di luar dirinya.
3. Semakin banyaknya program dan kegiatan maka semakin terbuka akan
ketergantungan terhadap para kyai dan sekaligus dapat memberi
pembelajaran selain pelajaran agama maupun keterampilan yang
diperlukan dalam lapangan pekerjaan.
4. Dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat.
Menurut Nasir (2005), pondok pesantren khalaf/modern yaitu pondok
pesanten yang didalamnya terdapat sistem pendidikan dengan kurikulum 70%
agama dan 30% umum dan dilengkapi lembaga pendidikan lain yang ada di
dalamnya, antara lain diselenggarakan sistem sekolah umu dengan penambahan
“diniyah” (praktek membaca kitab salaf), perguruan tinggi, bentuk koperasi dan
dilengkapi dengan “takhasus” (bahasa Arab dan Inggris).
14

Menurut Yasid (2018), Akar kata multikulturalisme ialah kebudayaan.


Secara etimologis. Multikulturalisme dibentuk dari kata “multi” (banyak), “kultur”
(budaya), dan “isme” (aliran/paham). Multikulturalisme sebenarnya merupakan
konsep mengakui keberagaman, perbedaan, dan banyak budaya-budaya, baik ras,
suku, etnis hingga agama. Ada empat nilai atau core values dari pendidikan
multikultural. Pertama, apresiasi terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya
dalam masyarakat. Kedua, adanya pengakuan hak asasi manusia. Ketiga,
pengembangan tanggung jawab masyarakat dunia. Keempat, sebagai manusia
diberi amanah untuk menjaga bumi.
Sejak awal, pola pendidikan pesantren sangat menekankan pada nilai-nilai
ketaatan, keikhlasan, kesetiakawanan, persamaan, tolong menolong,
kesederhanaan, kebersamaan, saling menghargai, dan menghormati. Sehingga,
konsep pendidikan multikultural muncul, sesungguhnya pesantren telah lama
menerapkan konsep pendidikan tersebut
Djunaidi Ghony dalam Yasid (2018), menyebutkan, ada delapan nilai-nilai
multikulturalisme. Yaitu empati, kasih sayang, kebersamaan, menghargai
perbedaan, rela berkorban, tenggang rasa, toleransi, dan tolong-menolong. Delapan
nilai-nilai multikulturalisme tersebut harus tertuang pada tujuan pendidikan pondok
pesanten dan diturunkan ke mata pelajaran serta dirinci ke dalam bahan ajaran yang
berbentuk buku pelajaran, baik buku siswa atau guru, bahkan buku pengayaan.
Dipondok pesantren yang menganut sistem multikulturalisme tidak diberlakukan
penempatan permanen santri di sebuah asrama. Dalam arti, setiap santriakan
mengalami perpindahan tempat tinggal ke tempat santri lainnya, yang berada di
dalam lingkungan pondok pesantren, guna menumbuhkan jiwa sosial mereka
terhadap keragaman.
Pendidikan multikulturalisme lainnya dalam intensitas pendidikan pondok
modern adalah diberlakukannya aturan mengikat yang melarang santri berbicara
menggunakan bahasa daerah. Semua santri diwajibkan menggunakan bahasa
Nasional yaitu bahasa Indonesia dan menggunakan bahsa Arab serta Inggris
sebagai bahasa utamanya. Kedisiplinan akan menggunakan bahasa ini sangat ketat,
jika melanggar akan diberikan hukuman yang mendidik. Pendidikan toleransi atas
15

perbedaan juga sangat kental diajarkan dalam sistem pendidikan pondok pesantren
modern.
C. Pesantren Campuran (komprehensif)
Pondok pesantren komprehensif yaitu pondok pesantren yang memadukan
sistem pembelajaran di pondok pesantren tradisional dan modern. Artinya di dalam
pendidikan dan pengajaran kitab kuning menggunakan metode sorogan,
bandongan dan wetonan, namun secara reguler sistem persekolahan juga tetap ada.

2.1.4 Ciri-Ciri Pondok Pesantren Modern


Ciri-ciri pondok pesantren modern adanya perubahan, baik dari sistem
kultur dan nilai yang ada di dalam pondok pesantren, maka kini pondok pesantren
yang dikenal dengan salafiyah kini telah bertransformasi menjadi khalafiah. Alhasil
transformasi tersebut merupakan jawaban atas kritik-kritik yang diberikan kepada
pesantren dalam arus globalisasi ini, sehingga dalam sistem dan kurikulum
pesantren terjadi perubahan drastis, misalnya:
1. Perubahan sistem pengajaran dari perseorangan atau sorogan menjadi
sistem klasikal yang kemudian kita kenal dengan istilah madrasah.
2. Pemberian pengetahuan umum disamping masih mempertahankan
pengetahuan agama dan bahasa Arab.
3. Bertambahnya komponen pendidikan pondok pesantren
4. Lulusan pondok pesantren diberikan syahadah sebagai tanda tamat
Menurut Tolib (2015), ada beberapa unsur-unsur yang menjadi ciri khas
pondok pesantren modern yaitu:
1. Penekanan pada penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar.
2. Memakai buku-buku literatur bahasa Arab.
3. Memiliki sekolah formal dibawah kurikulum Diknas dan atau
Kemenag.
4. Tidak lagi memakai sistem pengajian tradisional seperti, sorogan,
wetonan dan bandongan.
Selain hal-hal yang diatas, pesantren modern sudah banyak melakukan
trobosan-trobosan baru diantaranya,
16

1. Adanya pengembangan kurikulum, bertujuan untuk mecetak generasi


yang berkualitas.
2. Melengkapi sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran,
seperti perpustakaan, majalah, sarana berorganisasi, sarana olahraga,
sarana pengembangan minat dan bakat (ekstrakrikuler), IT serta
internet.
3. Memberikan kebebesan kepada santri yang ingin mengembangkan
talenta masing-masing, baik yang berkenaan dengan pemikiran, ilmu
pengetahuan, teknologi maupun kewirausahaan.
4. Menyediakan wahana aktualisasi diri di tengah masyarakat.
Disatu sisi, pesantren modern memiliki program pendidikan yang disusun
sendiri dimana program ini mengandung proses pendidikan formal, non formal
maupun informal. Pondok pesantren bukan saja sebagai tempat pembelajaran
melainkan merupakan tempat menjalankan proses hidup itu sendiri, pembentukan
watak dan pengembangan sumber daya. Secara garis besar, ciri khas pesantren
modern adalah memprioritaskan pendidikan pada sistem sekolah formal dan
penekanan penggunaan bahasa Arab modern (lebih spesifik pada speaking/
musyawarah). Sistem pengajian kitab kuning, baik pengajian sorogan, wetonan
maupun madrasah diniyah, ditinggalkan sama sekali, atau minimum kalau ada tidak
wajib diikuti.
Menurut mastuhu dalam Tolib (2015), dari segi ilmu pendidikan, metode
sorogan sebenarnya adalah metode yang modern, karena anatar guru atau kyai dan
santri saling mengenal secara erat dan guru menguasai benar materi yang
seharusnya diajarkan, murid juga belajar dan membuat persiapan sebelumnya.
Demikian pula,tenaga pengajar sudah bisa membuat metode-metode yang cocok
untuk murid serta metode-metode apa yang seharusnya digunakan dalam mengajar.
Akan tetapi, ada pula sebagian pesantren yang memperbaharui sistem pendidikanya
dengan menciptakan model pendidikan modern yang tetap terpaku pada sisitem
pengajaran klasik (weton, bandongan) dan materi kitab-kitab kuning, tetapi semua
sistem pendidikan mulai dari teknik pengajaran, materi pelajaran, serta sarananya
didesai berdasarkan sistem pendidikan modern.
17

Karena ilmu pengetahuan dan teknologi terkadang memiliki sisi negatif dan
positifnya, maka diperlukan beberapa strategi yang mencakup:
1. Motivasi kreativitas anak didik ke arah pengembangan IPTEK di mana
nilai-nilai di mana Islam menjadi sumber acuannya
2. Mendidik keterampilan kemanfaatan produk IPTEK bagi kesejahteraan
hidup umat manusia yang menciptakan lainan kuat antara ajaran agama
dan IPTEK.

2.1.5 Unsur-Unsur Pondok Pesantren


Menurut Abu Yasid (2018) dan Hasbullah (1999), pesantren memiliki
unsur-unsur yaitu:
A. Kyai
Kyai sebagai pemimpin dan guru sekaligus. Pada umumnya, pendidikan di
pondok pesantren kecil di tangani langsung oleh seorang yang bernama kyai.
Namun, di pondok pesantren yang sudah memiliki banyak santri, kyai di bantu oleh
beberapa santi senior yang di angkat menjadi ustadz, Musa’id (pembantu kyai),
naib (wakil kyai) dan sebutan lain yang sepadan.
B. Santri
Sebagai murid yang belajar di pesantren atau pondok pesantren. Santri yang
belajar tetapi tidak tinggal di pesantren disebut santri kalong, sedangkan santri yang
belajar dan menetap di pesantren di sebut santri muqim. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata “santri” disematkan pada orang yang mendalami ilmu
agama Islam, orang yang beribadan secara sungguh-sungguh dan orang salih.
C. Pondok (asrama)
Yang membedakan antara pesantren dan pondok pesantren ialah adanya
asrama/pondok. Walaupun sebagian penulis menyamakan antara pesantren dengan
pondok pesantren. Suatu lembaga pendidikan tempat masyarakat menimba ilmu
(tafaqquh fiddin) bisa saja disebut pesantren, namun belum tentu pondok pesantren.
Apabila lembaga tersebut dilengkapi dengan adanya kamar atau asrama tempat
istirahat santri, maka ia bisa disebut pondok pesantren. Di asrama itulah, santri-
santri berkumpul menjadi satu keluarga. Tentu, dalam ikatan keluarga asrama
18

pondok pesantren ini dibutuhkan seseorang koordinator atau ketua demi ketertiban.
Ketua inilah yang di sebut ustadz, musa’id atau naib.
D. Mesjid
Masjid memiliki dwifungsi, yakni sebagai tempat ibadah dan pembelajaran.
Masjid sebagai tempat ibadah merupakan fungsi utama, sesuai dengan namanya,
yaitu tempat bersujud dan menyembah kepada Allah Swt. Selain fungsi utama
tersebut, masjid juga berfungsi sebagai tempat pembelajaran. Masjid di pondok
pesantren biasanya menjadi tempat kyai memberi pengajian kepada santri secara
umum, bahkan bersama-sama masyarakat sekaligus. Terkadang, masjid juga
dijadikan tempat pembelajaran khusus santri senior sebelum akhirnya para santri
senior tersebut ditugaskan untuk menyampaikan ilmu kepada santri-santri junior, di
dalam maupun di luar asrama pondok pesantren.
E. Pengajian
Pengajian pada umumnya dilakukan di dalam masjid, umumnya membahas
tentang kitab kuning dan kitab klasik Islam. Sedangkan aula dan bangunan lain
terkadang juga dimanfaatkan untuk pengupayaan pengembangan fasilitas, dimana
saat event-event tertentu yang membutuhkan ruangan besar dan luas atau untuk
pementasan.
F. Kitab-kitab Islam klasik
Unsur pokok lain yang cukup membedakan pesantren dengan lembaga
lainnya adalah bahwa pada pesantren diajarkan kitab-kitab Islam klasik, yang
dikarang oleh para ulama terdahulu, mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan
agama Islam dan bahasa Arab. Pelajaran dimulai dengan kitab-kitab yang
sederhana, kemudian dilanjutkan dengan kitab-kitab tentang berbagai ilmu yang
mendalam. Tingkatan suatu pesantren dan pengajarannya, biasanya diketahui dari
jenis-jenis kitab-kitab yang diajarkan.

2.1.6 Metode Pembelajaran


Secara etimologis, metode dalam bahasa arabdikenal dengan istilah
Thariqoh, yang berarti langkah-langkah starategis yang dipersipakan untuk
melakukan suatu perkerjaan. Bila dihubungkan dengan pendidikan maka metode
19

ini merupakancara-cara yang dilakukan guru dalam membelajarkan peserta didik


saat berlangsungya proses pembelajaran (Ramayulis, 2008).
Menurut ‘abd Al-Roziq dalam Hermawan (2011) metode pembelajaran
(thariqah al-tadris/teaching method) adalah tingkat perencanaan program yang
bersifat menyeluruh yang berhubungan erat dengan langkha-langkah penyampaian
materi pembelajaran secara prosedural, tidak saling bertentangan, dan tidak
bertentangan dengan pendapat. Abdul Rahim Ghunainah mendefinisikan metode
sebagai cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan-tujuan dan maksud-maksud
pengajar. Serta Hasan Langgung mendefinisikan metode sebagai cara atau jalan
yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan (Ramayulis. 2008).
Pola pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren sangat erat kaitannya
dengan tipologi yang ada di pondok pesantren sebagaimana yang dituangkan dalam
ciri-ciri (karakteristik) pondok pesantren. Maka ada beberapa metode pembelajaran
pondok pesantren :
A. Metode sorogan
Sorogan berasal dari kata sorog yang artinya kedepan atau terus maju.
Secara istilah metode ini disebut sorogan karena dalam sisitem sorogan ini, santri
menghadap kyai atau ustadz seorang demi seorang dengan membawa kitab untuk
dibaca atau dikaji bersama kyai atau ustadz tersebut (Sugiati, 2016). Jadi,
pembelajaran dengan metode sorogan ini yaitu seorang santri berhadapan langsung
(face to face) dengan ustadz untuk menyetorkan hasil dari belajarnya, baik dari segi
nahwu/ sharaf ataupun terjemahnya. Sedangkan menurut Enung K Rukiati dan
Fenti Hikmawati (2006) dalam Sugiati (2016) sorogan disebut juga sebagaicara
mengajar perkepala yaitu setiap santri mendapat kesempatan tersendiri untuk
memperoleh pelajaran langsung dari kyai. Belajar face to face dengan kyai atau
ustadz dimana para santi menunggu giliran untuk berguru dan bertatap muka satu
persatu. Pada umumnya, metode ini diberikan kepada para santri yang baru masuk
dan memerlukan bimbingan secara individual.
Landasan filosofis pola pembelajaran ini yaitu, bahwa setiap santri
memperoleh perlakuan yang berbeda dari seorang kyai atau ustadz. Perlakuan itu
disesuaikan dengan tingkat kemampuan samtri sehingga bisa memberi kesempatan
20

kepada santri untuk terus maju sesuai dengan keampuan masing-masing santri.
Sehingga pembelajaran tersebut lebih efektif, karena bisa menyesuaikan dengan
tingkat pemahaman santri masing-masing.
Menurut Fathan (1998) interaksi personal yang berlandaskan asas
kemesraan antara kyai dengan santri tersebut merupakan ciri khas dari pola
pembelajaran ini. Dalam pola pembelajaran ini tampak adanya transformasi nilai-
nilai kesabaran dari kyai atau ustadz kepada para santri dan keteladanan kyai
ataupun ustadz merupakan panutan utama bagi para santri. Kitab yang dipelajari
oleh masing-masing santri berbeda-beda sesuai dengan tingkat kemampuan dan
bakat para santri yang bersangkutan, akibatnya keberagaman materi dan tingkat
kemampuan serta penempatan yang proporsional para santri tampak tercemin
dalam pola pembelajaran kitab kuning dengan metode sorogan.
B. Metode Wetonan/Bandongan
Wetonan, istilah weton ini berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang
berarti waktu, (Depag, 2003). Metode weton ini mirip seperti mtode perkuliahan,
dimana para santri mengikuti pelajaran dengan posisi duduk yang berdekatan dan
mengelilingi kyai, santri memegang kitab masing-masing dengan menyimak apa
yang tertua di dalam kitab tersebut, sembari mencatat di dalam kitab itu. Istilah
wetonan ini di Jawa Barat di sebut dengan bandongan.

2.1.7 Tingkatan Pendidikan di Pondok Pesantren


Jenjang Pendidikan dalam Pondok Pesantren hampir sama dengan
sekolah umum, untuk tingkat SMP dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah
(MTs), sedangkan untuk tingkat SMA dikenal dengan nama Madrasah Aliyah
(MA). Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya
disebut pesantren salafi. Namun ada juga pondok pesantren yang memiliki format
jenjang pendidikan 6 tahun yang menggabungkan jenjang MTs dan MA, ini
dinamakan KMI (Kulliyatul Mu’alimin). KMI biasanya meluluskan para ustadz
yang nantinya mengajar di pondok pesantren itu sendiri.
21

A. Madrasah Tsanawiah (MTs)


Merupakan unit pendidikan setingkat SMP yang memadukan pendidikan
nasional dan pendidikan pesantren. Masa pendidikan 3 tahun sebagai kelanjutan
dari jenjang SD/MI.
B. Takhasus (Pra SMA)
Takhasus merupakan unit persiapan selama satu tahun. Diperuntukkan
siswa putra dan putri dari jenjang SMP umum maupun MTs (non pondok
pesantren). memperdalam pelajaran bahasa Arab dan Inggris serta materi khusus
kepesantrenan sehingga selama satu tahun diharapkan memiliki kemampuan
untuk menguasai ilmu yang seimbang dengan lulusan SMP Pondok Pesantren.
Dari unit ini santri dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan Madrsah Aliyah
C. Madrasah Aliyah
Madrsah Aliyah (MA) mendidik kader dakwah dan intelektual muslim
yang beraqidah lurus. Lama pendidikan 3 tahun. Menerima santri (siswa) dari
lulusan SMP pondok pesantren serta pondok pesantren lain yang sederajat.

2.1.8 Standar dalam Perencanaan Pondok Pesantren Modern


Berikut merupakan standar-standar Pondok Pesantren Modern
berdasarkan standar Department Agama (2003):
A. Tipe-Tipe Pondok Pesantren
1. Tipe A pesantren yang terdapat asrama bersama antara santri dan kyai.
Kurikulum dan cara mengaturnya otoritas kyai. Pembelajaran secara
individu/perorangan. Tidak terdapat madrasah.
2. Tipe B pesantren yang di dalamnya terdapat madrasah dengan
kurikulum yang ditentukan.
3. Tipe C merupakan jenis pesantren dimana santri tinggal di asrama
pondok semata-mata belajar agama. Santri belajar di sekolah
umum/madrasah. Fungsi kyai sebagai pelindung pengawas, pembina
mental dan mengajarkan ilmu agama Islam.
4. Tipe D merupakan jenis pesantren menyelenggarakan sistem pondok
sekaligus sekolah/madrasah.
22

Menurut Tolib (2015), dari keempat tipe pondok pesantren di atas,


nampaknya hanya tipe A yang barangkali tidak termasuk dalam kategori Pondok
Pesantren Modern, walaupun dalam konteks kekinian, tidak mudah untuk
mengklarifikasikan jenis pesantren salafian dan khalafiah. Hal ini dikarenakan,
dewasa ini banyak pesantren-pesantren yang diklaim sebagai pesantren salafiah
ternyata disana diajarkan metodelogi keilmuan yang diangga lebih lengkap
daripada pesantren modern.
B. Perencanaan Pembangunan
Hal yang diperhatikan dalam perencanaan sarana dan prasarana dari fisik
sampai perletakan bangunan untuk aspek penunjang perlengkapan pendidikan
yang memadai di dalam pondok pesantren sebagai berikut:
1. Faktor keindahan, simetris, harmonis.
2. Faktor sirkulasi udara, sinar matahari, sirkulasi air, pembagian dan
bentuk-bentuk untuk kesehatan jiwa dan raga.
3. Faktor-faktor bebrbagai macam jenis, mulai dari bentuk smpai luas
ruangan serta kelengkapan yang dapat menunjang efektifitas dan
produktifitas dalam dunia pendidikan.
4. Faktor data dan kelengkapan lapangan, balai pertemuan dan tempat
ibadah.
Selain itu perlu diperhatikan juga mengenai fungis ruang, jumlah
pemakaian, sandart satuan yang menyatakan ruang gerak minimal untuk setiap
orang dalam melakukan aktifitas, luas ruang, urgensi fungsi utama dan jumlah
ruang yang ditentikan menurut perhitungan efisien pemakaian ruang.
C. Standarisasi Lokasi/Lahan Pondok pesantren.
Standard dalam penentuan luas pada lokasi tertentu menurut standard
Depag (2003) adalah:
1. Dalam kota: 1 ha (70% bangunan bertingkat, 30% pertamanan dan
lapangan serba guna).
2. Pinggir kota : 2,5 ha (1 ha untuk bangunan model bertingkat, 1,5 ha
pertamanan dan cadangan untuk perluasan).
23

3. Daerah pedesaan; 10-50 ha (45 ha untuk contoh pengembangan usaha


sekaligus sumber logistik).
D. Unit-Unit bangunan/ Ruang dalam Pondok Pesantren Modern
Untuk memenuhi standard Depag dalam pembanguna pondok pesantren
modern maka harus memiliki unit-unit dibawah ini minimal memiliki:
1. Masjid
Fungsi masjid diperuntukkan untuk sholat, pengajian dan kegiatan
lain, hendaknya:
a. Mudah dikenal dan aksesibilitas mudah untuk santri dan
masyarakat.
b. Masyarakat luar yang hendak ke masjid, tidak melewati rumah kyai
dan asrama terlebih dahulu.
c. Luas halaman 2500 m2 untuk menampung luapan jamaah pada
waktu sholat id dan sebagainya.
d. Luas masjid @ 1 m2/orang dikalikan jumlah jamaah.
e. Bentuk dan corak sesuai dengan kemampuan dan kondisi daerah,
memperhitungkan kekuatan dan konstruksi bangunan dan estetika.
Adapun kaidah islam dalam merencanakan sebuah masjid adalah
sebagai berikut:
a. Arah kiblat.
b. Tempat imam (mihrob).
c. Tempat sholat
Masjid mempunyai 20 ciri-ciri tertentu dalam aspek tradisional
Melayu (Elba, 1983 dalam Nur Rozan, 2013), antara lain:
a. Denah berbentuk persegi empat
b. Mihrab
c. Menara atau tower
24

Gambar 2.1 Masjid Air Tiris

Sumber: http://alturl.com/b985t

2. Pondok
Seperti yang telah disebutkan di atas pondok pesantren merupakan
asrama- asrama atau disebut dengan tempat tinggal para santri, yang di
dalamnya terdapat unsur yang melengkapinya yang terdiri dari sebagai
berikut:
a. Ruang kamar
Ruang kamar merupakan kebutuhan privacy yang dimiliki para
santri, yang seharusnya meberikan rasa nyaman bagi para
penggunanya, berikut adalah standar kebutuhan untuk perancangan
sarana ruang kamar secara arsitektural:
25

Tabel 2.1 Standar Ukuran Tempat Tidur


Gambar Dimensi Keterangan

Lebar 90 cm dan tinggi Tempat tidur ala


110 cm. frankfurt (dilipat
disamping).

Setiap tempat tidur Tempat tidur 3 susun


luasnya 0.338m2, untuk kereta tidur,
ketebalan ranjang 35cm, rumah-rumah weekend
panajang berukuran 2m2, dan kamar anak-anak.
jarak antara ranjang
75cm, jadi total
ketinggian
ranjang185cm2.
Lebar ranjang tempat Tempat tidur yang tinggi
tidur 90cm2, panjang di atas lemari yang dapat
2m2, dan ketinggian ditari, bersamaan dengan
110cm2. atap lemari.

Jarak antara ranjang Tempat tidur bertingkat


tingkat 1 ke lantai 48cm, 2.
jarak antara ranjang
tingkat 1 ke tingkat 2
115cm.

Sumber: Neufer, (1996) dan Joseph, (1987).

b. Ruang makan
Ruang makan adalah sebuah ruangan yang digunakan untuk
aktifitas yang berulang-ulang setiap harinya yaitu makan dan
minum. Ruang makan juga meruapakn tempat dimana semua
anggota keluarga berkumpul, dalam tanda kutip anggota keluarga
pondok pesantren. Berikut adalah standar kebutuhan untuk
perancangan sarana ruang makan secara arsitektural:
26

Tabel 2.2 Standar pada Ruang Makan.


Gambar Dimensi Keterangan

Kapasitas untuk lebih dari 5 Untuk tempat duduk


oang dengan ukura 300cm x di ruang makan untuk
240cm, dan ukuan perabot 3 orang lebih, maka
yang sesuai dengan luas jaak untuk bergerak
ruangan: kursi 80cm, meja aktifitas adalah 80cm
makan 180cm. antara tempat duduk.

Kapasitas ruang yang Dengan penempatan


menampung 12 orang dengan kursi di depan pintu
lebar 400cm2. Ukuran ruang yang lebar atau
pelayanan 200cm x 190cm, dinding lipat dapat
dan ukuran perabot kursi memperluas ruangan
45cm dan meja 80cm, tersendiri. Meja
sedangkan pada meja makan servis/pelajan dan
berukuran 200cm x 260cm meja makan yang
dan 200cm x 255cm. disediakan untuk
menampung 7 dan 8
orang.

Jarak orang berjalan 60cm, Jarak antara meja


untuk persiapan 35 cm, dan untuk menyiapkan
untuk tempat duduk 45-50 makanan dan meja
cm.. makan ditentukan dari
ruan ggerak untuk
berjalan.

Tempat untuk alat-alat Meja tempat makan


makan seperti panci, disediakan tempat
mangkok, dan pinggan untuk alat-alat makan
disediakan antara 20cm dan keperluan
lainnya.

Sumber: Neufert, (1996)


27

c. Kamar mandi/Wc
Kamar mandi merupakan salah satu aspek yang penting dalam
sebuah pondok, yang berfungsi sebagai tempat mandi, buang air
besar/kecil dan kegiatan lainnya. Dalam hal ini perlu di perhatikan
tata letak toilet, apakah kamar mandi milik bersama atau privasi
per-kamar. Berikut standar kebutuhna untuk sarana sanitasi secara
arsitektural:

Tabel 2.3 Standar Fasilitas Kamar Mandi Dan Berbagai Macam Ukuran Luas
Gambar Dimensi Keterangan

 Ukuran bak mandi panjang Fasilitas untuk kamar


dan lebar 90cm. mandi khusus santri
 Ukuran closed lebar 40cm yaitu bak mandi,
dan panjang 70cm. closed dan wastafel.
 Ukuran lebar wastafel Posisi bak mandi
40cm dan panjang 30cm.
bersebelahan dengan
 Ukuran luas kamar mandi
165cm x 205cm. closed dan wastafel.

 Ukuran bak mandi panjang Penematan closed dan


dan lebar 90cm. wastafel pada 1
 Ukuran closed lebar 40cm tempat ditambah bak
dan panjang 70cm. mandi berada di
 Ukuran lebar wastafel samping depan.
40cm dan panjang 30cm.
 Ukuran luas kamar mandi
220cm x 145cm.

 Ukuran bak mandi panjang Penempatan closed


dan lebar 90cm. dan wastafel pada 1
 Ukuran closed lebar 40cm tempat ditambah bak
dan panjang 70cm. mandi berada di
 Ukuran lebar wastafel depannya.
40cm dan panjang 30cm.
 Ukuran luas kamar mandi
235cm x 150cm.
Sumber: Neufert, (1996)

d. Ruang belajar
28

Selain di sekolah ataupun masjid di pondok pesantren juga perlu


adanya ruang belajar tersendiri bagi siswanya agar tetap menjaga
privacy dan ketengan tersendiri bagi siswa yang dapat menunjang
bagi kegiatan yang ada di pondok pesantren. Berikut adalah
standar kebutuhan untuk perancangan sarana ruang belajar secara
arsitektural:

Tabel 2.4 Standar pada Ruang Belajar


Gambar Dimensi Keterangan

Ukuran posisi orang Duduk saat belajar


belajar normal
 tinggi meja berkisar
antara 75-80cm.
 Tinggi kursi duduk 45-
48cm.
 Ketinggian orang saat
duduk bervariasi,
normalnya1.35m.
 Untuk lebar space
terpakai 87,5cm.
Untuk meletakkan meja
belajar di dalam kamar,
memiliki jarak normal
 Jarak antara meja
belajar dengan tempat
tidur sekitar 1m.

Ukuran meja belajar


mulai 40 dan 60cm.

Sumber: Neufert, (1996) dan Joseph, (1987).

3. Sekolah atau Madrasah


29

Madrasah atau sekolah yang ada di pondok pesantren berfungsi


sebagai sarana penunjang kegiatan yang ada selain kegiatan yang
dilakukan di dalam masjid dan lingkungan masjid. Adapun persyaratan
yang harus ada pada madrasah/ sekoah antara lain sebagai berikut:

a. Ruang informasi/admin
Ruang informasi atau ruang admin berfungsi sebagai sarana untuk
memberikan dan melayani kebutuhan para santri dalam hal
kebutuhan sekolahmya, dan dapat juga berfungsi sebagai pemberi
informasi terkait dengan kegiatan sekolah yang diadakan. Ruang
informasi juga terletak tidak jauh dengan sekolah/ madrasah. Hal
ini bertujuan agar komunikasi guru dan para santri tidak akan
renggang dan guru bisa dapat mengawasi kegiatan para santri pada
jam-jam istirahat. Berikut standar kebutuh untuk perancangan
sarana ruang informasi secara arsitektural:

Tabel 2.5 Standar Ukuran Meja Kerja pada Ruang Admin.


Gambar Dimensi Keterangan

Ukuran 156cm x 140cm, Meja tulis dengan laci


dan 140cm x 145cm. untuk ukuran standar
DIN, dan meja tulis
organisasi dengan kursi
putar beroda.

Berukuran 140cm x Meja komputer dengan


118cm dengan tinggi perputaran ganda
68cm. keranjang tegak (velox).
30

Ukuran lebar 42cm, Bagian lemari arsip yang


panjang 62cm, dan dapat dipersatukan
ketinggian 65cm.

Gambar Dimensi Keterangan

Sikap bekerja yang benar


adalah lengan bagian atas
dan siku tegak lurus di
sudut sebesar 90o, bagian
atas dan bawah tegak
lurus di suduh 90o.
Ukuran sesuai dengan si
pemakai atau user, maka
ukuran meja dan ukuran
kursi dapat di rubah

Tinggi kurs bervariasi Kenyamana kaki


berukura antara 42-50cm
dan penopang kaki tinggi
bervariasi berukuran
antara 10-15cm

Sumber: Neufert, (1996)

b. Kantor Guru
Kantor guru merupakan sarana yang ada di dalamnya terdapat guru-
guru yang melakukan kegiatan sebagai seorang guru, dan kanto
guru juga berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat, berdiskusi
kegiatan dan kegiatan jenis lainnya yang telah diterapkan oleh pihak
pondok pesantren.
31

c. Ruang Kelas
Ruang kelas merupakan sarana yang harus ada pada pondok
pesantren untuk para santri dalam melakukan kegiatan sebagai
pelajar, di dalam kelas juga harus memenuhi fasilitas yang dapat
menunjang kegiatan santri dalam kegiatan belajar, seperti bangku,
papan tulis, proyektor, LCD, meja dan lain sebagainya. Berikut
adalah standar kebutuhan untuk perancangan sarana ruang kelas
secara arsitektural:

Tabel 2.6 Standar Perabot dalam Ruang Kelas


Gambar Dimensi Keterangan

Laboratorium

1. HS: 33 tempat belajar 1. Laboratorium


berupa meja yang bahasa untuk bahasa
berukuran 65m2 (2 m2/ asing HS-Labor
tempat)termasuk (Laboratorium untuk
ruang samping mendengan dan
berukuran 95m2. pembicara)
2. HAS-Labor: 23 tempat 2. HAS-Labor
belaja berupa (Laboratorium
kabinberukuran 65m2 pendengar dan
(2.8m2/ tempat). pembicara,
penerima)
Ruang Kelas

 Untuk ruang kelas Penyusunan meja belajar


biasa hitungan berbentuk menyilang,
permurid 1.8 - 2m2. dengan papan tulis
 Untuk ruang kelas berada di depannya.
besar kira-kira 3 – 5m2.
 Untuk ruang kelas
yang berfungsi sebagai
32

tempat latihan Penyusunan meja belajar


permuridnya 2 – berbentuk melingkar,
2
4.5m . dengan papan tulis
 Biasanya ruang untuk berada di depannya.
belajar normalnya
berbentuk bujur
sangkar.

Jarak antar meja 70-75 Meja tunggal


cm.

Jarak antar perabot Meja menerus


berukuran 50-55cm.

Membutuhkan tempat Standar kursi


dengan ukuran 40-70cm
untuk penempatan dan
pergerakan perabot.

Sumber: Neufert, (1996)

d. Toilet sekolah
Toilet merupakan salah satu aspek terpenting dalam gedung
sekolah, yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan sekunder.
Dalam hal ini perlu diperhatikan tata letak antara toilet ikhwan dan
akhwat yang seharusna terpisah dan jaranya tidak boleh
berdekatan, hal ini bertujuan untuk kenyamanan bersama. Berikut
33

standar kebutuhan untuk perancagan sarana sanitasi secara


arsitektural:

Tabel 2.7 Standar Perabot dalam Toilet Sekolah.


Gambar Dimensi Keterangan

 Lebar dan panjang Fasilitas toilet di sekolah


closed 40cm x 70 cm. ikhwat dan akhwat.
 Lebar dan panjang
wastafel 30cm x40 cm
 Lebar dan panjang
kedudukan wastafel
40cm x 50cm.
 Jarak antara dinding
dengan closed 80-100
cm.

Gambar Dimensi Keterangan

Toilet A  toilet A ukuran  Toilet A tidak


|-------125------|------205------|
pertoilet 85cm x menggunakan bak air
125cm. sebagai wadah
 Toilet B dengan pintu penyimpanan air, akan
dibuka ke dalam, tetapi menggunakan
ditambah urinoir, shower, dengan pintu
bentuk toilet bersaf-saf dibuka ke luar
atau berkelompok, ditambah urinoir,
degan ukuran pertoilet bentuk toilet bersaf-
85cm x 150 cm. saf, atau
berkelompok.
 Toilet B tidak
menggunakan bak air
Contoh B sebagai wadah
|-------150------|------165------| penyimpanan air, akan
tetapi menggunakan
shower, dengan pintu
dibuka ke dalam
ditambah urinoir,
bentuk toilet bersaf-
saf, atau
berkelompok.
34

Memiliki lebar 45cm dan Perletakan wastafel pada


panjang 50cm. satu pengelompokan.
Setiap toilet difasilitasi
dengan wastafel, baik
toilet ikhwan dan
akhwan.

Toilet dengan Letak antara toilet


perhitungan 250 remaja ikhwan dan akhwat
putra dan putri memiliki bersebelahan, namun
luasan ruang toilet 40m2. terpisah melalui pintu
masuk awal.

Sumber: Neufert, (1996) dan Joseph, (1987).

Tabel 2.8 Jumlah Perbandingan kebutuhan dengan Toilet yang Tersedia.

Akhwan Ikhwat

Jumlah
Kloset Kloset Wastafel
kebutuhan Wastafel urinoir
duduk/jongkok duduk/jongkok
orang
10 1 1 1 1 1

25 2 1 2 2 1

50 3 1 3 3 1

75 4 1 4 4 2
35

100 5 2 5 5 2

130 6 2 6 6 2

160 7 2 7 7 2

190 8 2 8 8 3

220 9 3 9 9 3

250 10 3 10 10 3

Sumber: Neufert, (1996)

4. Rumah kyai
Komplek sebua pesantren atau asrama santri pada umumnya
berdekatan dengan tempat tinggal para dewan kyai guna untuk
mengawasi dan menaungi para santrinya.

Tabel 2.9 Standar Ruangan Hunian Khusus Kyai.


Nama Ruangan Jumlah Luasan

Teras 1
Ruang tamu
Kamar tidur 3
Ruang tamu belakang
Ruang makan Luas bangunan 60 m2,
teras 24 m2, tanah 150
Dapur
m2 .
Kamar mandi
1
Gudang
Tempat jemuran dan
tempat cuci
Kamar kecil
Sumber: Kementrian Agama, (2003)
36

5. Rumah ustadz

Tabel 2.10 Standar Ruangan Hunian Khusus Ustadz.


Nama Ruangan Jumlah Luasan

Teras
1
Ruang tamu
Kamar tidur 2
Ruang makan Luas bangunan 45 m2,
Dapur luas tanah 75 m2.
Kamar mandi
1
Tempat jemuran dan
tempat cuci

Bentukan model hunian berupa kopel

Sumber: Kementrian Agama, (2003)

6. Rumah panong asrama (pengurus)

Tabel 2.11 Standar Ruangan Hunian Khusus Panong Asrama dan Santri
Nama Ruangan Jumlah Luasan

Kebutuhan Ruangan Pamong

Kamar tidur Luas bangunan 60 m2

Ruang makan
Dapur
Kamar mandi
1
Tempat jemuran dan
tempat cuci
Ruang tamu 500cm x 1000cm

Gudang 500cm x 1000cm


37

Ruang kantor 350cm x 500cm

Kebutuhan Asrama santri

Ruang belajar 1 ruang @ 30 orang 1200cm x 1000cm

Nama Ruangan Jumlah Luasan

Kamar tidur 1 ruangan @ 4 orang 400cm x 400cm

Tempat cuci 1 ruangan @ 15 orang 200cm x 300cm

Dapur 1 ruangan 750cm x 800 cm

Ruang makan 100 orang 1000cm x 1800cm

Tempat jemur 1 ruangan 400cm x 600cm

Sumber: Kementrian Agama, (2003)

7. Perpustakaan yang mudah dijangkau oleh guru dan santri.

Tabel 2.12 Standar Perabot dalam Perpustakaan dan Standar Perletakan Meja Baca.
Gambar Dimensi Keterangan

Panjang meja Jarak buku antar


berukuran 100cm dan meja.
lebar 140cm.
Jarak antara kedua
meja 60cm.
38

Lebar meja 70cm dan Luas untuk meja


panjang 100cm dan jarak perseorangan.
total keseluruhan 2.5m2.

380 x 370 cm. Total 14.1 4 daftar katalog


2
m. microfilm.

Gambar Dimensi Keterangan

Lebar meja 60cm, Model penyusunan meja


panjang 100cm, jika dan kursi miring
dimiringkan maka space
yang terpakai hanya
100cm x 120cm, itu
sudah termasuk kursi di
gerakkan.

Lebar meja 100cm untuk Penyusunan meja untuk


minimun, 120cm untuk membaca berada di
menengah dan 150cm tengah dan di sudut.
untuk memadai.
Untuk lebar lorong
150cm-180cm paling
minimal, karena kursi
belum bergerak,
sedangkan 270cm sudah
normal.
39

Dengan perabot kursi Ruang gerak minimum di


berukuran 150cm dan dalam jangkauan ruang
tanpa perabot berukuran baca.
135cm.

5 shaf rak dengan Untuk rak buku dewa


ketinggian 180cm dan memiliki 5-6 shaf.
lebar 100cm. Memiliki
kaki dengan tinggi 30cm.

Sumber: Neufert, (1996) dan Joseph, (1987).

Peran perpustakaan merupakan bagian dari tugas pokok yang harus


dijalankan, hal tersebut mempengaruhi tercapainya misi dan tujuan
perpustakaan. Setiap perpustakaan yang ada memiliki manfaat apabila
dapat menjalankan perananya dengan sebaikbaiknya. Peranan tersebut
berhubunan dengan keberadaan tugas dan fungsi perpustakaan, adapun
peranan perpustakaan sebagai berikut:
a. Perpustakaan merupakan media atau jembatan yang berfungsi
menghubungkan antara sumber infomasi dan ilmu pengetahuan
yangterkandung di dalamnya.
b. Secara umum perpustakaan merupakan sumber informasi,
pendidikan, penelitian, preservasi dan pelestari khasana budaya
bangsa serta tempat rekreadi yang sehat, gratis dan bermanfaat.
c. Perpustakaan aktif sebagai fasilitator, mediator, dan motivator bagi
mereka yang ingin mencari, memangaatkan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan pengalamnya.
40

Terlebih dari itu perpustakaan merupakan sebuah tempat yang


membutuhkan ketenangan lebih pada aspek penggunaanya, dengan
demikian penataan dan penggaturan perabotnya perlu diperhatikan
guna kenyamanan pengguna dalam ruangan tersebut. Berikut
standar kebutuhan untuk perancangan sarana perpustakaan secara
arsitektural:

Gambar 2.2 Tata Letak Meja Baca dan Rak Buku

Sumber: Neufert, (1996).

Gambar 2.3 Tata Letak Meja Baca dan Rak Buku

Sumber: Joseph, (1987).


8. Balai pertemuan / aula serbaguna.
a. Untuk rapat, diskusi, latihan kesenian, pertunjukan dan juga
pameran.
b. Luas 10x16 m2.
c. Standar 0,5 m2/orang.
d. Tinggi langit-langit minimal 4,5 m.
41

e. Bentuk bangunan memiliki ciri khas tersendiri.


Aula yang akan dirancang merupakan tempat untuk menunjang
kegiatan-kegiatan yang membutuhkan orang banyak. Pada dasarnya
aula banyak ditemukan ditempat-tempat lain selain di pesantren dan
bentuk penataannya pun tidak jauh berbeda. Ukuran aula juga berbeda-
beda sesuai dengan kapasitasnya. Adapun macam-macam atau standar
ukuran yang di butuhkan dalam perancangan sebuah aula.

Tabel 2.13 Standar Gedung Balai Pertemuan atau Aula.


Gambar Dimensi Keterangan

Ukuran kursi lebar 50cm Jarang antara 1 kursi ke


dan panjang 45cm. kursi lainnya yaitu
45cm, tujuannya agar
pengunjung dapat
melewati.
42

Ukuran kursi lebar 50cm Jenis perletakan miring


dan panjang 45cm.

Pengaturan kursi sejajar,


tidak ada perbedaan
ketinggian.

Perletakan kursi dengan


kemiringan.

Adapun perbedaan Peletakan kursi dengan


ketinggian antara kursi 1 perbedaan ketinggian
dengan yang lainnya
sekitar 25cm.

Gambar Dimensi Keterangan

Type barisan lurus


43

Type barisan senyawa

Type barisan
melengkung

Type barisan kipas Model ini menurut


Joseph sangat ideal.

Sumber: Joseph, (1987).

9. Poliklinik / balai kesehatan.


a. Kamar tidur 8x7 m2.
b. Kamar perawat 6x4 m2.
c. Kamar tamu 6x4 m2.
d. Kamar obat 6x4 m2.
e. Ruang pakaian 3x3 m2.
44

10. Lapangan olahraga

Tabel 2.14 Standar Ukuran Jenis-Jenis Lapangan Olahraga.


Gambar Dimensi Keterangan

Ukuran lapangan bola Fasilitas untuk pondok


sepak panjang 105m pesantren.
dan lebar 70m.
Ukuran gawangnya
lebar 7,32m dan tinggi
2,44m.

Ukuran lapangan volly


dengan panjang 18m
dan lebar 9m.

Ukuran lapangan
basket 26m untuk
panjang dan 14m untuk
lebarnya.
Tinggi tiang basket
4,05m, tinggi dari
lantai sampai
keranjangnya 3,25m
dan diamenter
lingkaran
keranjangnya 23cm.
45

Gambar Dimensi Keterangan

 Ukuran lapangan
tenin meja, panjang
274cm dan lebar
152,4cm.
 Tinggi meja 76cm.
 Kotak lapangan
7x14m
 Tinggi dinding 60-
65cm.
Ukuran lebar lapangan
bulu tangkis 6,10m dan
panjangnya 13,40m.

Sumber: Neufert, (1996).

11. Tempat latihan keterampilan terdiri atas:


a. ruang latihan 12x8 m2.
b. ruang instruktur 3x3 m2.
c. gudang 3x3 m2.
d. ruang pakaian 3x3 m2.
12. Training ground ( lahan praktik pertanian, pertukangan dan lain-lain )
dengan standar ideal 100 x 150 m2.
13. Koperasi
a. Gedung koperasi (toko, mini market) mudah dijangkau konsumen,
mudah memasarkan barang.
46

b. Kantor koperasi (administrasi)


c. Gudang koperasi, kokoh, ventilasi baik, menjaga kesehatan
lingkungan.
14. Sekolah penyedia tergantung dengan program dan kebutuhan
pesantren.
a. Tipe A (jumlah kelas untuk SD 12, SMP 27, SMA 27 ruang kelas).
b. Tipe B (jumlah kelas untuk SD 6, SMP 18, SMA 18 ruang kelas).
c. Tipe C (jumlah kelas untuk SD 3, SMP 9, SMA 9 ruang kelas).

3.2 Tinjauan Tema Rancangan


2.2.1 Latar Belakang Pemilihan Tema
Pondok Pesantren merupakan tempat setiap element yang ada di dalamnya
dibina sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. Tidak hanya mempelajari pelajaran
agama Islam saja, tingkah laku sampai tutur bahasa pun ikut di bina saat berada di
dalam pondok pesantren. Tujuan semua itu tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
menjadikan setiap insan yang nantinya akan terjun ke tengah-tengah masyarakat
dapat di jadikan panutan.
Perancangan pondok pesantren di Kota Dumai menggunakan pendekatan
atau tema Post-Modern dengan aliran Neo-Vernacular. Hal ini karena Post-
Modern adalah arsitektur yang telah melepaskan diri dari aturan-aturan yang
bersangkutan dengan Modern, dan menurut Charles Jenks aliran Neo-Vernacular
adalah menghadirkan kembali suasana dan elemen tradisional dalam pembentukan
yang diambil dari bangunan kearifan lokal. Arsitektur Neo-Vernacular adalah
konsep yang memiliki prinsip-prinsip yang terdapat dalam kaidah-kaidah normatif,
kosmologis, peran serta budaya lokal dalam kehidupan masyarakat serta
keselarasan antara bangunan, alam dan lingkungan masyarakat. Tidak hanya
menerapkan elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk modern akan tetapi
juga elemen non fisik seperti budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak dan lain-
lain.
Perpaduan antara gaya modern masa kini dengan arsitektur tradisional akan
menghasilkan bentuk yang tetap modern namun tetap memiliki unsur tradisi lokal.
47

Dengan adanya tema ini dapat mempermudah untuk merancang suatu karya
arsitektural yang menggambarkan suatu budaya dalam sebuah bangunan.

2.2.2 Pengertian Arsitektur Neo-Vernacular


Arsitektur Neo-Vernacular merupakan suatu pemahaman aliran yang
berkembang pada era Post-Modern, Post-Modernism yaitu istilah untuk
menyebutkan masa atau jaman yang dipakai sebagai disiplin untuk menguraikan
bentuk budaya dari suatu titik pandang berlawanan atau pengganti istilah
modernisme. Salah satu ungkapan bentuk fisik dari kebudayaan adalah seni
termasuk arsitektur, oleh karena itu post-modern lebih banyak digunakan dari aspek
kebudayaan lainnya, istilah ini dipakai sebagai istilah global bahwa modern tidak
hanya di Barat saja, budaya dunia religuis, rasional ataupun humanis sudah
bercampur (Yulianto,2005).
Kemungkinan besar Post-Modern berkembang oleh karena kejenuhan
terhadap konsep fungsionalisme yang terlalu mengacu kepada fungsi. Pada awal
80’an, gaya Post-Modern juga lebih banyak dipakai untuk menggambarkan suatu
bentuk dasar dalam berbagai anggapan tentang hubungan antara arsitektur dan
masyarakat. Dalam hal ini moral yang dituntut dari Modernisme antara lain bahwa
suatu bentuk dan penampilan bangunan seharusnya merupakan hasil dari beberapa
pendekatan logis dari program, sifat bahan bangunan dan prosedur konstruksi. Bila
arsitektur elektik akhir abad XIX dan awal abad XX dikemukakan di depan
mengambil bentuk-bentuk klasik, maka arsitektur Post-Modern sering disebut
sebagai Neo-Elektic yang “menghadirkan masa lampau” tidak saja yang klasik
tetapi juga modern awal termasuk Cubism, Art-Deco, Art-Nouveau dll.
Arsitektur Neo-Vernacular yang mana artikatanya berasal dari kata
Vernacular yang artinya adalah bahasa setempat menurut (Yulianto,2005), dalam
arsitektur istilah ini dipakai untuk menyebut bentuk-bentuk yang menerapkan
unsur-unsur budaya, lingkungan termasuk iklim setempat, diungkapkan dalam
bentuk fisik arsitektural (tata letak denah, struktu, detail-detail bagian, ornamen
dll). Dalam perkembangan arsitektur modern, ada suatu bentuk yang mengacu pada
“bahasa setempat” dengan mengambil elemen-elemen arsitektur yang ada kedalam
48

bentuk modern yang disebut Neo-Vernacular. Dalam asritektur Neo-Vernacular


kadang-kadang tidak hanya elemen-elemen fisik yang diterapkan dalam bentuk
modern, tetapi diterapkan dalam bentuk modern, tetapi juga elemen non fisik seperti
budaya, pola pikir, kepercayaan pandangan terhadap ruang, tata letak mengacu pada
makro kosmos, religi atau kepercayaan yang mengikat dan lain-lain menjadi konsep
dan kriteria perancangan.
Menurut Robert Venturi seorang tokoh pemikir Post-Modern dalam
bukunya yang berjudul “Complexity and Contraditional in Architecture (1996)”
menjelaskan hasil studi yang dilakukan dengan metode fenomenologi dengan cara
menganalisis karya-karya arsitektur kuil-kuil Yunani kuno dan fasade lanscap kota-
kota Italia dari zaman pertengahan, disatu sisi hasil studi Venturi membuat
pandangan secara berbeda karya-karya arsitek masa lalu, khususnya arsitektur dari
objek studi Venturi. Hasil dari studi ini melahirkan inspirasi munculnya gerakan
arsitektur Post-Modern, sekaligus menjadi prinsip dan karakter arsitektur
postmodern.
Menurut Venturi dalam Ikhwanuddin (2005), arsitektur Post-Modern
komplek dan kontradiktif. Ada beberapa karakter-karakter arsitektur Post-Modern
yaitu:
a. Hibrid bukan pure
b. Kompromi bukan clean
c. Distorsi bukan straightforward
d. Ambiguitas bukan artikulasi
e. Perverse dan juga impersonal
f. Membosankan sekaligus menarik
g. Konvensional bukan didesain
h. Akomodatif bukan peniadaan
i. Samar bukan simple
j. Vestigial dan juga inovatif
k. Tidak konsisten dan samar bukan langsung dan jelas
l. Vitalitas berantakan bukan unity
49

Menurut Charles Jencks dalam Ikhwanuddin (2005), ada enam (6) prinsip
arsitektur Post-Modern yaitu:
a. Double coding
b. Hybrida
c. Schizoprenia
d. Multivalensia
e. Kaya metafor
f. Multiplicity
Menurut Zikri (2012) dalam Ghina, dkk (2017) kriteria-kriteria yang
mempengaruhi arsitektur neo-vernakular adalah sebagi berikut :
1. Bentuknya menyerupai unsur budaya setempat beserta lingkungan
disekitar
2. Element-element yang diterapkan dibagi atas dua (2), element fisik dan
non-fisik, element non-fisik meliputi pola pikir budaya, kepercayaan,
dll.
3. Hasil dari perancangan menggunakan arsitektur Neo-Vernacular ini
tidaklah murni, melainkan hasil campuran anatara tradisional dan
modern.
Menurut Leon Krier (1988) dalam Sayid (2018), bangunan adalah sebuah
kebudayaan seni yang terdiri dalam pengulangan dari jumlah tipe-tipe yang terbatas
dan dalam penyesuaian terhadap iklim lokal, materi dan adat istiadat. Aliran
Arsitektur Neo-Vernacular sangat mudah dikenal dengan memiliki kelengkalapn
berikut ini: hampir selalu beratap bubungan, detrail terpotong, banyak keindahan
dan menggunakan material bata-bata.

2.2.3 Ciri-Ciri Arsitektur Neo-Vernacular


Charles Jencks (1990) dalam Ade Nopriansyah (2017) maka dapat
dipaparkan ciri-ciri Arsitektur Neo-Vernakular sebagai berikut :
1. Seringkali menggunakan atap sebagai pelindung dari rumah, pada atap
dibuat overhang yang selalu menutupi tembok sampai ke
50

2. Menggunakan material lokal, artinya memanfaatkan bahan-bahan yang


ada disekitar.
3. Mengembalikan bentuk-bentuk tradisional yang ramah lingkungan
dengan proporsi yang lebih vertikal.
4. Menyatupadukan anatara interior dan ekterior dengan elemen modern.
5. Menggunakan warna-warna yang dapat membuat dayatarik.
Ciri-ciri diatas dapat ditarik kesimpulannya bahwa arsitektur Neo-
Vernacular tidak di unggulkan dalam arsitektur Modern dan Vernacular, akan
tetapi lebih kepada kolaborasi antara keduanya.
Dalam penerapan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Interprestasi desain yaitu pendekatan melalui analisa bangunan
tradisional setempat serta peninggalan atau bekas-bekas bangunan
bersejarah yang nantinya diproses kedalam perancangan, lalu hasil
diwujudkan dalam bentuk rancangan yang mengikuti perkembangan
jaman.
2. Ragam dan corak desain yang digunakan adalah melalui pendekatan
simbolis.
3. Struktur tradisional yang digunakan mengadaptasi bahan bangunan
yang ada didaerah dan menambah elemen estetis yang diadaptasi sesuai
dengan fungsi bangunan.

2.2.4 Prinsip-Prinsip Arsitektur Neo-Vernacular


A. Prinsip-Prinsip Desain Arsitektur Neo-Vernacular
Adapun beberapa prinsip-prinsip desain arsitektur neo-vernakular secara
terperinci adalah sebagai berikut :
1. Hubungan langsung, merupakan pembangunan yang kreatif dan adaptif
terhadap arsitektur setempat disesuaikan dengan nilai-nilai atau fungsi
dari bangunan sekitar.
51

2. Hubungan absrak, meliputi interprestasi ke dalam bentuk bangunan


yang dapat dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan
arsitektur.
3. Hubungan lansekap, mencerminkan dan menginterprestasikan
lingkungan seperti kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
4. Hubungan kontemporer, meliputi penggunaan teknologi, bentuk ide
yang relevan dengan program konsep arsitektur.
5. Hubungan masa depan, merupakan pertimbangan mengantisipasi
kondisi yang akan datang.

B. Pendekatan Arsitektur Neo-Vernacular


Yang perlu diperhatikan dalam penerapan pendekatan dalam arsitektur neo-
vernakular adalah :
1. Interpretasi desain yaitu pendekatan melalui analisa tradisi budaya dan
peninggalan arsitektur setempat yang dimasukan ke dalam proses
perancangan yang terstruktur lalu kemudian diwujudkan dalam bentuk
yang termodifikasi sesuai dengan zaman sekarang.
2. Ragam dan corak desain yang digunakan adalah dengan pendekatan
simbolisme, aturan dan tipologi untuk memberikan kedekatan dan
kekuatan pada dsain.
3. Struktur tradisional yang digunakan mengadaptasi bahan bangunan
yang ada didaerah dan menambah elemen estetis yang diadaptasi sesuai
dengan fungsi bangunan.

2.2.5 Tinjauan Arsitektur Neo-Vernacular


A. Perbandingan Arsitektur Tradisional, Vernacular, dan Neo-Vernacular.
52

Tabel 2.15 Tabel perbandingan Arsitektur Tradisional dan Neo-Vernacular


Perbandingan Tradisional Neo Vernakular

Ideologi Terbentuk oleh tradisi yang Penerapan elemen arsitektur


diwariskan secara turun- yang sudah ada dan kemudian
temurun, berdasarkan kultur sedikit atau banyaknya
dan kondisi lokal. mengalami pembaruan menuju
suatu karya yang modern.

Prinsip Tertutup dari perubahan Arsitektur yang bertujuan


zaman, terpaut pada satu melestarikan unsur-unsur lokal
kultur kedaerahan, dan yang telah terbentuk secara
mempunyai peraturan dan empiris oleh tradisi dan
norma-norma keagamaan mengembangkannya menjadi
yang kental. suatu langgam yang modern.
Kelanjutan dari arsitektur
vernakular.

Ide Desain Lebih mementingkan fasad Bentuk desain lebih modern.


atau bentuk, ornamen
sebagai suatu keharusan
Sumber: Sonny Susanto, Joko Triyono, Yulianto Sumalyo.

B. Perbandingan Arsitektur Regionalism dan Neo-Vernacular

Tabel 2.16 Perbandingan Arsitektur Regionalism dan Neo-Vernacular


Perbandingan Regionalisme Neo Vernacular
Pengertian Region adalah daerah dan Neo berarti baru, masa
Isme adalah paham, jadi peralihan dan vernakular
faham bersifat kedaerahan adalah Native/asli/bahasa
setempat, jadi peralihan dari
bentuk setempat
Ideologi Menciptakan arsitektur yang Fokus kepada penerapan
kontekstual yang tanggap elemen arsitektur yang sudah
terhadap kondisi lokal dan ada dari hasil vernakular dan
senantiasa mengacu pada kemudian sedikit atau
tradisi, warisan sejarah serta banyaknya mengalami
makna ruang dan tempat pembaruan menuju suatu karya
yang modern.
53

Perbandingan Regionalisme Neo Vernacular


Prinsip Mengarah pada pemenuhan Arsitektur yang bertujuan
kepuasan dan ekspresi jati melestarikan unsur-unsur lokal
diri yang mengacu pada yang telah terbentuk secara
masa lalu, sekarang dan empiris oleh tradisi dan
masa yang akan datang dan mengembangkannya menjadi
masih tergantung suatu langgam yang modern
padavernakularisme dan kelanjutan dari arsitektur
vernakular.
Konsep Desain Masih cenderung hanya Bentuk desain lebih modern
meniru bentuk fisik, ragam dan mencoba menampilkan
dan gaya- gaya tradisional karya baru.
yang sudah dimiliki oleh
masyarakat setempat.
Kriteria  Menggunakan bahan  Bentuk-bentuk menerapkan
bangunan lokal dengan unsur budaya, lingkungan
teknologi modern. termasuk iklim setempat
 Tanggap dalam mengatasi diuungkapkan dalam bentuk
pada kondisi iklim fisik arsitektural (tata letak
setempat denah, detail, struktur dan
 Mengacu pada tradisi, ornamen)
warisan sejarah serta  Tidak elemen fisik yang
makna ruang dan tempat diterapkan dalam bentuk
 Mencari makna dan modern, tetapi juga elemen
substansi cultural, bukan nonfisik yaitu budaya pola
gaya/style sebagai produk pikir, kepercayaan, tata letak
akhir yang mengacu pada makro
kosmos, religius dan lainnya
menjadi konsep dan kriteria
perancangan.
 Produk pada bangunan ini
tidak murni menerapkan
prinsip-prinsip bangunan
vernakular melainkan karya
baru (mengutamakan
penampilaan visualnya)
Sumber: Aplikasi Regionalism dan Neo-Vernacular dalam Desain Bangunan. Agus
Dharma dan Hasan Sadli.

3.3 Studi Banding


Studi banding fungsi dan tema sejenis ini dimaksudkan agar memperoleh
gambaran mengenai fasilitas yang terdapat di pondok pesantren modern,
54

mengetahui fasilitas yang tersedia, kapasitas, tema dan juga tampilan bangunan
yang diterapkan.

2.3.1 Studi banding fungsi sejenis


A. Pondok pesantren Modern Selamat Kendal
Pondok Pesantren Modern selamat di bawah naungan Yayasan Wakaf
Selamat Rahayu yang didirikan pada 27 maret 1992 atau bertepatan 22 ramamdhan
1412 Hijriah, pondok pesantren modern berdiri di area seluas ±10 hektar. Pondok
pesantren ini merupakan lembaga pendidikan formal yang disertai
pendidikanagama dengan tujuan membentuk anak didik yang berakhlaqul karimah
yang dapat hidup di tengah lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Gambar 2.4 Denah Lokasi Pondok Pesantren Modern Selamat Kendal

Sumber: https://bit.ly/2yrZceE

B. Program Pondok
Adapun program pendidikan yang ada di pondok pesantren selamat antara
lain:
1. Program Pendidikan Umum
a. SMP Unggulan Pondok Peantren Selamat
b. SMP Pondok Pesantren Selamat
c. SMA Unggulan Pondok Pesantren Selamat
d. SMA Pondok Pesantren Selamat.
2. Program Pendidikan Agama
55

a. Hafalan Al-Quran
b. Pembelajaran Bahasa Arab
c. Kajian Kitab Kuning
d. Kajian Al-Quran dan Hadist
C. Daya Tampung Santri
Jumlah santri yang ada di Pondok Pesantren Modern Selamat ada sekitar
3000 orang. Pondok Pesantren Modern Selamat ini termasuk podok pesantren
dengan lingkup pelayanan nasional, banyaknya para santri berasal dari seluruh
Indonesia.

D. Kegiatan Harian Santri

Tabel 2.17 Kegiatan Sehari-Hari Pondok Pesantren Modern Selamat


No Waktu Kegiatan Lokasi/Tempat

1 04.00 Bangun pagi Asrama santri

2 04.45 Sholat subuh berjamaah Masjid

3 05.00 MCK dan sarapan pagi Asrama dan tempat


bersama-sama makanan

4 06.00 Masuk sekolah formal

5 12.00 Persiapan sholat zuhur Masjid


berjamaah
6 13.00 Makan siang bersama Tempat makan

7 14.00 Istirahat dan tidur siang asrama

8 15.00 Persiapan sholat ashar Masjid


berjamaah
9 16.15 Ekstrakilikuler, olahraga dan Sekolah, lapangan dan
MCK asrama

10 17.30 Kegiatan agama asrama


56

11 18.00 Persiapan sholat magrib Masjid


berjamaah
12 19.45 Makan malam bersama Tempat makan

13 20.00 Belajar mandiri, mengulang Asrama/sekolah


pelajaran bersama teman-
teman sekelas
14 21:30 Persipan tidur malam Asrama

Sumber: https://bit.ly/2C6ihGH

E. Fasilitas
1. Fasilitas belajar
a. Gedung pendidikan umum
Gedung pendidikan umum ini ada 4 buah memiliki 2 tingkat di
setiap gedungnya, 2 untuk bangunan SMP dan 2 untuk bangunan
SMA, memiliki ukuran ruang 8x7 m2. Setiap ruang mampu
menampung satri sebanyak 32-36 orang.
b. Perpustakaan
Pada pondok peantren modern selamat ini memiliki perpustakaan
disetiap gedung sekolah, mulai dari SMP sampai SMA.

Gambar 2.5 Perpustakaan dan Pusat Laboratorium

Sumber: https://bit.ly/2CaqPvY dan https://bit.ly/2PmzSOs

c. Laboratorium
Adapun laboratorium yang ada di pondok pesantren ini terdiri dari
labor:
57

 Bahasa
 Fisika, kimia dan biologi
 Komputer
 Multimedia

2. Fasilitas Ibadah dan Asrama


a. Fasilitas Ibadah
Masjid berlantai 2 yang terdapat di PPM Selamat terletak di area
depan pondok, sehingga masjid di pondok ini mudah dijangkau baik
oleh santri maupun jamaah yang berasal dari luar pondok. Masjid ini
mempunyai kapasitas sekitar 5000 jama’ah dan berfungsi sebagai
pusat kegiatan beribadah para santri dan kajian keislaman.

Gambar 2.6 Masjid di Pondok Pesantren Selamet dan Asrama

Sumber: https://bit.ly/2IMziHd dan https://bit.ly/2C4KnC1

b. Fasilitas Asrama
Bangunan asrama yang ada di Pondok Pesantren Modern Selamat
bejumlah 10 bangunan. Terdiri dari 5 blok asmara putra dan 5 blok
asrama putri. Masing-masing bangunan terdiri dari bangunan 2
lantai. Luas dari kamar asrama berbeda-beda tergantung dari
jumlah santri yang menempati kamar tersebut. Ada kamar asrama
yang ditempati oleh 4,8, dan 16 santri.
3. Fasilitas Olahraga dan Seni
a. Indoor
58

Pondok Pesantren Modern Selamat mempunyai fasilitas aula yang


dapat digunakan untuk acara akbar, ruanan yang adapun cukup luas,
adapun kegiatan yang membutuhkan aula seperti wisuda ataupun
pertemuan orang tua. Di PPM Selamet ini aula dijadikan focal point
dalam penataan layout Kawasan Pondok Pesantren Modern
Selamat Kendal.

Gambar 2.7 Aula dan Lapangan Upacara Pondok Pesantren Modern Selamat Kendal

Sumber: https://bit.ly/2QDstKF dan https://bit.ly/2ONVHJr


b. Outdoor
 Lapangan
Lapangan terdiri dari lapangan sepak bola, bola basket, bola volly
dan lapangan upacara bendera.
 Kolam renang
Salah satu fasilitas yang jarang kita jumpai di Pondok Pesantren
Modern lainnya ialah fasilitas kolam renang, tetapi berbeda
dengan PPM selamat, disini disediakan fasilitas kolam renang
untuk menunjang fasilitas dan ekstrakulikuler.
59

Gambar 2.8 Kolam renang dan Gazebo di Pondok Pesantren


Sumber: https://bit.ly/2OeMri5 dan https://bit.ly/2QE0qLe

 Gazebo
Fungsi dari gazebo di pondok pesantren ini adalah sebagai
area komunal untuk para santri berkumpul dan berdiskusi
dan terkadang juga sebagai temapt ektrakulikuer.
4. Fasilitas Pendukung
a. Ruang tamu
Ruang tamu yang ada di pondok pesantren modern selamet difungsi
khususkan untuk para orang tua murid yang ingin mengunjungi
anaknya di pondok.
b. Ruang pengelola
Ruang pengelola adalah ruang guru dan ruang kepala sekolah yang
mengajar di SMP dan SMA
c. Ruang makan dan dapur
Ruang makan dibagi menjadi dua, ruang khusus santri akhwan dan
ikhwan. Dapur untuk memasak berada di belakang ruang makan.
d. taman
60

Gambar 2.9 Taman

Sumber: https://bit.ly/2yqPhFZ

e. Kantin
Berbagai macam jajanan yang ditawarkan di kantin PPM selamat
ini, lokasi kantin terletak di depan gazebo gedung bangunan
sekolah, tujuannya agar para santri mudah untuk berbelanja.
f. ATM center
Di dalam pondok pesantren jika kekurangan uang maka dapat
mengabil uang di ATM center yang ada di dalam kawasan pondok
pesantren ini, tetapi tidak untuk umum, melainkan khusus untuk
tamu pondok pesantren, santri dan guru.
61

2.3.2 Studi Banding Tema Sejenis


A. Museum Tsunami Aceh

Gambar 2.10 Museum Tsunami Aceh

Sumber: https://bit.ly/2pKAlyA

Museum Tsunami Aceh atau juga dikenal dengan nama "Rumoh Aceh
Escape Hill" dibangun di atas area seluas 10.000 m2 ini berlokasi di Ibukota
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yaitu Kotamadya Banda Aceh di Jalan Sultan
Iskandarmuda persisnya di bekas kantor Dinas Peternakan Aceh sebelah
pemakaman kuburan Belanda (Kerkhoff).
Museum ini dirancang oleh Arsitek dari Indonesia, Ridwan Kamil. Neo-
Vernakularnya dapat dilihat dari corak ornamen pada kulit bangunannya yang
mengambil konsep tarian tradisional Aceh (tari saman) yang melambangkan suatu
kerjasama dan kekompakan yang mencerminkan kehidupan sosial yang kental dan
bergotong royong pada masyarakat Aceh. Ide dasar perancangan museum ini juga
mengambil konsep dari rumah panggung Aceh yang menunjukkan contoh kearifan
arsitektur masa lalu (Neo-vernakular) dalam merespon tantangan dan encana alam.
Design ini mengacu pada situasi Aceh pada Desember 2004 silam yang pernah
dilanda bencana tsunami.
Konsep ini menggambarkan suatu keyakinan terhadap agama dan adaptasi
terhadap alam. Museum ini juga merupakan taman terbuka bagi publik yang dapat
diakses dan difungsikan setiap saat oleh masyarakat Aceh sebagai respon terhadap
konteks Urban.
62

B. Konsep Museum Tsunami Aceh


a. Konsep Fasad

Gambar2.11 Konsep Fasad Museum Tsunami Aceh

Sumber : Reni, (2015)

Bentuk fasad bangunan Museum Tsunami Aceh ini menganalogikan


bentuk kapal di atas rumah, kapal tersebut merupakan salah satu fenomena
yang terdampar didekat pantai di daerah lampulo baru Kota Banda Aceh
pada saat terjadi bencana tsunami pada 26 Desember 2004 dan saat ini kapal
tersebut telah dijadikan sebagai museum wisata situs tsunami Aceh. Pada
bangunan Museum Tsunami Aceh dipertinggi dengan kolom-kolom
dibawahnya. Selain dari bentuk museum yang seperti kapal, terdapat bagian
bentuk yang menonjol, yaitu pada bagian yang terlihat seperti sumur
silender. Bentuk tersebut membentuk suatu ruang yang didalamnya terdapat
makna, pada bagian atas sumur tersebut terdapat sebuah lubang yang
menyorotkan cahaya ke atas langit dengan tulisan arab “Allah” Ekspresi dari
bentuk tersebut sangat mengandung nilai-nilai religi yang merupakan
cerminan konsep hubungan manusia dan Allah.
63

b. Konsep Atap

Gambar 2.12 Konsep Atap Museum Tsunami Aceh

Sumber : Reni, ( 2015)

Desain atap Museum Tsunami menganalogikan sebagai bukit


penyelamatan sebagai antisipasi terhadap bahaya jika suatu saat terjadi
Tsunami, yang juga merupakan taman terbuka publik yang dapat diakses
dan dipergunakan setiap saat sebagai respon terhadap konteks urban.
c. Konsep Dinding

Gambar 2.13 Konsep Dinding Museum Tsunami Aceh

Sumber : Reni, 2015

Dinding pada Museum Tsunami Aceh mengunakan konsep hubungan


antar umat manusia. Hal tersebut diterapkan pada kulit bangunan eksterior.
2.3.3 Studi banding bangunan Melayu di Kota Dumai
Riau memiliki beranekaragam seni dan budaya, seperti halnya keragaman
bentuk dari rumah adat yang terdapat di Kota, Kabuaten dan Propinsi Riau.
Keanekaragaman tersebut terjadi karena secara georgrafis Provinsi Riau
64

terpisahkan oleh laut dan antara pulau satu dengan yang lainnya sangat jauh,
dikarenakan faktor sulitnya berkomunikasi makanya seling mengisolirkan diri
antara satu dengan yang lainnya, makanya antara daerah satu dengan yang lainnya
ada kesamaan dalam bentuk rumah adatnya.
Kota Dumai sendiri mayoritas penduduk bersuku Melayu, akan tetapi
pernyebaran masyarakat Melayu yang ada di Kota Dumai berasal dari Pulau Rupat,
pulau rupat sendiri merupakat bagian dari Kabupaten bengkalis. Alhasil bangunan-
bangunan tradisional yang ada di Kota Dumai sangat mirip dengan bangunan yang
ada di Kabupaten Bengkalis.
A. Bagian–Bagian Bangunan Melayu Dumai
1. Atap
Bahan utama pada atap bangunan tradisonal Melayu ialah daun nipah,
akan tetapi pada perkembangannya sering dipergunakan atap seng. Data hasil
survei bangunan tradisional yang ada di Kota Dumai, tampak sangat jelas
bahwa, bentuk atap pada bangunan yaitu menggunakan Atap Kajang,
Menurut Mahyudi (2004) bentuk atap yang disebut Atap Kajang dikaitkan
pula dengan fungsi kajang, yakni tempat berteduh dari hujan dan panas,
hendaknya sikap hidup orang melayu dapat pula menjadi naungan bagi
keluarga dan masyarakat. Kajang merupakan sebuah naungan di kapal atau
sampah nelayan yang berbentuk segitiga, tujuannya ialah tempat berlindung
nelayan dari hujan dan panas saat melaut.

Gambar 2.14 Atap Bangunan Balai Adat Melayu Dumai


65

Gambar 2.15 Atap Bangunan Rumah Tahfiz Al-Quran Dumai

Gambar 2.16 Atap Bangunan Pertemuan

Gambar 2.17 Atap Bangunan Balai Pertemuan Rumah Walikota Dumai

Rumah tradisional melayu Dumai masih menggunakan atap limas.


Menurut Mahyudi (2004), hingga saat ini belum diketahui apa makna
lambang pada bentuk atap limas, kemungkina dahulu orang Melayu mengenal
lambang pada bentuk ini, terutama yang berkaitan dengan kepercayaan dalam
agama Hindu dan Budha, atau juga terpengaruh dari Eropa.
66

Gambar 2.18 Atap Rumah Warga Kota Dumai

2. Selembayung
Ada beberapa nama untuk penyebutan selembayung yakni, Sulo Bayung
dan Tanduk Buang, sebenarnya selembayung adalah hiasan yang
terletak bersilang pada kedua ujung perabung bangunan belah bubung
dan rumah lontik. Pada bagian bawahnya terkadang sering diberi hiasan
tambahan seperti tombak terhunus, menyambung kedua ujung
perabung. Hiasan tambahan ini disebut tombak-tombak (Mahyudin.
2004).

Gambar 2.19 Selembayung, Hiasan Bersilang Pada Kedua Ujung Pertemuan

Sumber : Mahyudin, (2004)

Gambar 2.20 Selembayung pada rumah warga Kota Dumai


67

Gambar 2.21 Selembayung Pada Balai Pertemuan dan Rumah Tahfiz Al-Quran

Gambar 2.22 Selembayung bangunan Balai Adat Melayu Dumai

Selembayung sendiri menggandung beberapa maksa, antara lain:


 Tajuk Rumah: selembanyung membangkitkan seri dan cahaya
rumah.
 Pekasih Rumah: sebagai lambang keserasian dalam hidup rumah
tangga.
 Pasak Atap: sebagai lambang sikap hidup yang tahu diri
 Tangga Dewa: sebagai lambang tempat turun para dewa, mambang,
akuan, soko, keramat, dan sisi yang membawa keselamatan bagi
manusia.
 Rumah Beradat: Sebagai tanda bahwa bangunan itu adalah tempat
kediaman orang berbangsa, balai atau tempat keidaman orang patut-
patut.
68

 Tuah Rumah: sebagai lambang bahwa banguna ini mendatangkan


tuah kepada pemiliknya.
3. Sayap Layang-Layang atau Sayap Layangan
Hiasan ini terdapat pada keempat sudut cucuran atap, jika
menggunakan selembayung maka haruslah memakai sayap layangan
sebagai padananya. Letak sayap layang-layang pada keempat sisi suduu
cucuran atap meruakan lambang “empat” pintu hakiki, empat pimtu
tersebut ialah pintu rizki, pintu hati, pintu budi dan pintu ilahi. Sayap
layang juga merupakan lambang kebebasan, kebebesan yang tergambar
dalam hiasan ini adalah kebebasan yang tau batas dan tahu diri.
(Mahyudin. 2004).

Gambar 2.23 Sayap layang

Sumber : Mahyudin, (2004)

Gambar 2.24 Sayap Layang pada Rumah Warga Kota Dumai

4. Lebah Bergantung
Hiasan lebah bergantung biasanya terdapat di cucuran atap atau
lisplang, terkadang di bagian bawah anak tangga, adapun nama lain dari
lebah bergantung ialah ombak-ombak. Adapun makna dari lebah
bergantung sikap rela berkorban dan tidak mementingkan diri sendiri,
69

makna ini diangkat dari sifat lebah yang memberi madunya untuk
kepentingan manusia (mahyudi, 2004).

Gambar 2.25 Lebah bergantung jenis Tampuk Manggis pada rumah warga Kota
Dumai

Gambar 2.26 Lebah bergantung jenis Kembang Jatun bangunan Balai Adat

5. Perabung
Hiasan yang terdapat di perabung rumah di sebut juga dengan kuda
berlari, hiasan ini hanya terdapat pada perabung Istana, Balai kerajaan
dan balai penguasa tertinggi wilayah tertentu.
6. Bidai
Bidai sering disebut juga Teban Layar, Ebek atau Sigap. Pada bagian
ini dibuat bertingkat dan diberi hiasan yang sekaligus berfungsi sebagai
ventilasi, bagian yang menjorok keluar diberi lantai disebut Teban
Layar atau Lantai Alang Buang atau disebut Undan-undan. Bidai
biasanya dibuat dalam 3 bentuk, bidai satu, dua dan tiga, setiap
tingkatan memiliki lambang tersendiri, adapun lambang dan maknanya
yaitu:
 Bidai satu, adalah bidai rata, bidai jenis ini hampir terdapat pada
bangunan umum, yang boleh dimiliki siapa saja.
70

Gambar 2.27 Ukiran Dasar Bidai Susun Satu

Sumber : Mahyudin, (2004)

Gambar 2.28 Bidai satu pada bangunan Balai Adat Melayu Dumai

 Bidai dua, adalah bidai dua tingkat, pada setiap tingkat diberi lantai
yang disebut Lantai Buang atau Teban Layar dan Undan-Undan.
Bangunan yang memiliki bidai dua ini melambangkan pemilik
bangunan itu adalah orang berbangsa atau berpatut-patut

Gambar 2.29 Ukiran Dasar Bidai Susun Dua


Sumber : Mahyudin, (2004)

 Bidai tiga: adalah bidai bertingkat tiga, pada bangunan yang


memiliki bidai tingkat tiga ini tandanya bangunan tersebut adalah
71

istana, balai kerajaan, balai adat atau tempat kediaman datok-datok


dan anggota kerajaan lainnya.

Gambar 2.30 Ukiran Dasar Bidai Susun Dua

Sumber : Mahyudin, (2004)

7. Tiang
Bangunan tradisional Melayu umumnya bangunan bertiang. Tiang
dapat berbentuk bulat maupun persegi, pada umumnya jumlah tiang
pada bangunan tradisonal Melayu berjumlah 12, 16 dan 24. Tiang-
tiang yang ada memiliki nama dan maknanya, adapun nama dan
maknanya yaitu:
 Tiang tua: tiang tua adalah tiang utama yang terletak di sebalah
kanan dan kiri pintu tengah, atau tiang yang terletak di tengah
bangunan yang pertama kali ditegakkan, dalam ungkapan tiang tua
ini melambangkan tua rumah, yakni pimpinan di dalam bangunan
itu, pimpinan di dalam kluarga dan masyarakat.
 Tiang seri: tiang seri adalah tiang yang terletak di keempat sudut
bangunan induk, dan tidak boleh bersambung, dari tanah terus naik
ke atas. Tiang serimelambangkan Datuk Berempat atau induk
berempat, serta melambangkan empat penjuru mata angin.
 Tiang penghulu: tiang penghulu adalah tiang yang terletak di antara
muka pintu dengan tiang seri di sudur kanan muka bangunan, tiang
72

ini melambangkan bahwa rumah itu didirikan menurut ketentuan


adat istiadat, dan sekaligus melambangkan bahwa kehidupan
didalam keluarga wajib tolong menolong atau disokong.
 Tiang tengah: tiang tengah ialah tiang yang terletak di antara tiang
tiang ,ainnya, terdapat di antara tiang seri dan tiang tua.
 Tiang bujang: tiang bujang yang dibuat khusu di bagian tengah
bangunan induk, tidak bersambung dari lantai smpai ke loteng atau
alangnya, tiang ini melambangkan kaum kerabat dan anak istri.

8. Pola dinding pada Bangunan Tradisional Melayu Dumai


Makna diding pada bangunanTradisional Melayu Dumai selalu
dikaitkan dengan perilaku sopan santun (Mahyudi, 2004).

Gambar 2.31 Bentuk Dinding Lidah Pian pada Bangunan Balai Adat Melayu
Dumai

9. Ragam Hias
Ukiran kaluk pakis biasanya terdsapt pada bidang memanjang, seperti
pada papan penutup dinding, daun pintu, ambang pintu, lis dinding
tiang, dan lis ventilasi, adapun termasuk kelompok kaluk pakis alah
semua bentuk bermotif daun-daunan dan akar-akaran
73

Gambar 2.32 Motif Kaluk Pakis pada bangunan Balai Adat Melayu Dumai

Gambar 2.33 Motif Kaluk Pakis pada bangunan Balai Adat Melayu Dumai
74

BAB III
METODE PERANCANGAN
3.1 Pradigma Perancangan
Pondok pesantren ini menggunakan tema Arsitektur Neo-Vernacular
dengan prinsip-prinsip yang ada pada bangunan tradisional melayu Dumai,
sebenanrya bangunan tradisional melayu yang ada di Dumai tidak jauh berbeda
dengan bangunan tradisional melayu di Kabupaten Bengkalis. Pada penampilan
Arsitektur Neo-Vernacular dapat menampilkan dan menghadirkan bentuk-bentuk
yang baru dalam pengertian unsur-unsur lama yang di perbaharui, dengan kata lain
penerapan elemen arsitektur yang sudah ada dan kemudian sedikit banyaknya
mengalami pembaharuan menjadi suatu desain yang lebih modern.
Pradigma perancangan arsitetur Neo-Vernacular menurut Charles Jenks
(1990) yaitu:
A. Cultural Elements (Element-Element Budaya)
Maksud dari unsur-unsur budaya menurut Charles Jenks ialah bentuk-
bentuk menerapkan unsur budaya setempat, lingkungan termasuk iklim setempat
yang diungkapkan dalam bentuk fisik aesitektural dalam kata lain tata letak denah,
detail, struktur dan ornamen.
B. Non-Physical Element (Elemen non fisik)
Selain element fisik ternyata element non fisik juga diterapkan dalam bentuk
modern, element non fisik berupa budaya, pola pikir, kepercayaan, tata letak yang
mengacu pada makro kosmos dan lainnya menjadi konsep dan kriteria perancangan.
C. Visual Prority (mengutamakan penampilan visual)
Adapun hasil dari rancangan ini tidak muri menerapkan prinsip-prinsip
bangunan Vernacular melainkan sebuah karya yang baru, dimana kara baru ini
menghasilkan penampilan visualnya.

3.1.1 Strategi Perancangan


Langkah-langkah yang dilakukan untuk dapat memulai perancangan adalah
dengan melakukan analisa atau melakukan pemograman dengan dua parameter
rancangan yaitu tapak dan fungsi yang nantinya data yang dianalisa akan
75

memberikan dukungan berupa informasi bagi proses analisis elemen-elemen


program yang dibutuhkan selama proses perancangan. Berikut analisis yang
digunakan untuk strategi perancangan.
A. Analisa Fungsi dan Aktifitas
1. Analisis Fungsi, Fungsi Utama, Fungsi Sekunder, dan Fungsi Tersier.
2. Analisis Aktifitas: Identifikasi aktivitas individu, definisi aktivitas,
penilaian atas kesamaan dan perbedaan aktivitas, klasifikasi
berdasarkan kesamaan katagori fungsional, penilaian atas atribut-
atribut aktivitas seperti jumlah orang atau pengguna, kondisi-kondisi
yang diperlukan untuk kinerja, jumlah, dan perioda waktu, identifikasi
saling bergantung dan hubungan-hubungan lain, pengelompokan
berdasarkan kesamaan dan kebergantungan, rekonsiliasi atas duplikasi
dan konflik, organisasi menuju sistem baik eksisiting maupun yang
diinginkan.
B. Analisa Site
Merupakan analisa beberapa karakter-karakter yang dimilki oleh lokasi
terpilih untuk dijadikan lahan yang tepat dalam perancangan. Analisa ini bertujuan
untuk memudahkan dalam menentukan pemilihan tapak, peletakan objek lapangan,
analisa aktifitas kegiatan, kondisi dan pontensi lahan, peraturan, sarana, orientasi
serta pemandagan dan sirkulasi.
C. Penzoningan
Bertujuan untuk membagi wilayah menjadi beberapa zona dimana terdapat
zona privat, semi publik, publik, maupun servis. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui perletakan area-area sesuai dengan kondisi tapak.
D. Tatanan massa
Tatanan massa ditentukan dengan memperhatikan kontur dan orientasi
bangunan serta sirkulasi guna mempermudah pencapaian antar massa.
E. Bentukan massa
Bentukan massa ini didasarkan oleh pada konsep yang akan digunakan.
Pada bentukan massa akan menentukan bukaan yang akan digunakan pada tiap
76

massa, menentukan jalur penghubung antar massa dan antar ruang berdasarkan tata
ruang dalam bangunan.
F. Tatanan Ruang Dalam
Setelah proses bentukan massa, kemudian dilanjutkan pada proses
pengolahan ruang dalam pada bangunan. Untuk tatanan ruang dalam pada Pondok
Pesantren ini memiliki pertimbangan sebagai berikut:
1. Sirkulasi Ruang Dalam
Dalam perancangan Pondok Pesantren ini terdapat beberapa bangunan
yang bersifat publik. Sehingga diperlukan sirkulasi ruang dalam yang
nyaman, efesiensi dan mudah dimengerti oleh para pengunjung dan
tidak mengganggu kenyamanan pengguna utama bangunan yaitu para
santri. Konsep sirkulasi ruang dalam yang digunakan pada perancangan
Pondok Pesantren ini adalah sirkulasi linier, karena konsep sirkulasi ini
lebih efisien dan sesuai dengan ruang-ruang yang bersifat formal seperti
bangunan pengelola, kelas dan bangunan yang lainnya.
2. Interior Bangunan
Untuk ruang dalam bangunan bisa mempertimbangkan prinsip sesuai
pada konsep yang akan diterapkan dan tema Arsitektur Neo-
Vernacular.
3. Dinding
Material dinding menggunakan bata maupun bahan sejenisnya yang
dapat memberikan kesan yang dingin dan sejuk berada dalam bangunan
itu sendiri.
4. Plafon
Sebuah ruangan maupun bangunan sangat membutuhkan plafon yang
dapat memperlancarkan sirkulasi udara pada dalam ruangan maupun
bangunan. Dengan meninggikan plafon dapat melancarkan aliran udara
didalam ruangan maupun bangunan dan dapat mengurangi suhu udara
panas yang ada pada dalam ruangan maupun bangunan itu sendiri.
77

5. Lantai
Untuk mendapatkan lantai yang nyaman dipijak meskipun tanpa
menggunakan alas kaki, dengan pemilihan bahan material yang tidak
licin dan juga hangat seperti parket kayu, sehingga bisa memberikan
kenyamanan untuk pengguna yang tidak menggunakan alas kaki
didalam ruangan maupun banguan itu sendiri.
6. Furniture
Membuat beberapa furniture yang dapat memberikan kesan yang
berbeda terhadap ruang kelas seperti model kursi belajar yang
susunannya melingkar dan terfokus pada guru.
G. Struktur
Struktur yang dirancang, dimulai dari bentukan struktur kolom pada massa,
balok, struktur atap, struktur aksessibilitas vertikal dan horizontal.
H. Utilitas
Menentukan sistem utilitas pada perancangan Pondok Pesantren, selain
menerapkan system utilitas umum yaitu, sistem air bersih, system air kotor dan air
kotoran serta system pengolahan sampah.
I. Konsep
Konsep perancangan adalah hasil dari analisis-analisis yang telah dilakukan
sehingga akan muncul sebuah konsep perancangan. Konsep perancangan
merupakan proses penggabungan dan pemilihan hasil analisis, dari proses ini
muncul suatu konsep yang nantinya akan menjadi pedoman dalam menyusun
konsep perancangan.
J. Hasil desain
Hasil desain merupakan hasil dari langkah-langkah yang digunakan dalam
proses perancangan Pondok Pesantren.

3.1.2 Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan dan pengolahan data yang dianalisis dalam perancangan ini
ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. Dalam pengumpulan data
78

dari informasi primer dan sekunder, digunakan metode yang dapat dijelaskan
sebagai berikut, yaitu:
A. Data Primer
Data primer menggunakan metode observasi yaitu metode pengumpulan
data dengan cara melakukan pengamatan mengenai hal-hal penting terhadap
obyek serta pengamatan terhadap masalah-masalah yang ada secara langsung.
Pengambilan data primer dilakukan dengan cara:
1. Survey lapangan (observasi). Suatu kegiatan yang dilakukan
mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala atau
fenomena yang diselidiki. Dengan melakukan survey lapangan ini
akan mendapatkan data:
a. Kondisi kawasan
b. Luasan tapak
c. Batasan tapak terhadap kawasan sekitar
d. Data iklim, topografi, pergerakan angin, peredaran matahari,
temperature dan kelembapan, dll.
e. Vegetasi pada tapak dan sarana-prasarana tapak
f. Sistem drainase pada tapak
g. Transportasi yang meliputi: jalur dan besaran jalan, angkutan
dan pengguna jalan serta fasilitas pendukung lainnya
h. Perekonomian disekitar kawasan tapak
2. Dokumentasi
Metode ini bertujuan untuk memperkuat dari metode di atas yang
merupakan data bersifat nyata dan memperjelas data-data yang akan
digunakan dalam analisa.
B. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya
oleh peneliti, atau data yang diperoleh dari literatur atau data yang bersumber
secara tak langsung. Pencarian data sekunder ini meliputi:
1. Studi Pustaka
a. Studi pustaka yaitu, metode pengumpulan data dengan melakukan
79

studi literatur terhadap buku-buku yang relevan. Studi pustaka


meliputi: Data atau literatur tentang kawasan dan tapak terpilih
berupa peta wilayah, dan potensi alam dan buatan yang ada
dikawasan. Data ini selanjutnya digunakan untuk menganalisis
kawasan tapak.
b. Literatur teori-teori arsitektur yang relevan dengan tema
perancangan dan objek.
2. Studi Banding
Studi ini dilakukan untuk mendapatkan data dari bangunan yang
sama, baik secara objek maupun tema. Studi banding ini dlakukan
sebagai bahan acuan objek perancangan dan memberi solusi
permasalahan pada objek perancangan, dari studi banding ini di dapat
diambil kelebihan dan keunggulan rancangan, sedangkan kelemahan dan
kekurangan rancangan menajd bahan evaluasi yang akan diterapkan pasa
Pondok Pesantren ini.

3.2 Tinjauan Lokasi


Tinjauan lokasi, pada pondok pesantren di Kota Dumai mengambil di daerah
Purnama atau di Kecamatan Dumai Barat, tepatnya di Jl. Cut Nyak Dien.
80

Peta Kota Dumai Peta Kecamatan Dumai


Barat

Gambar 3.1 Peta Lokasi

Sumber: google Earth

3.2.1 Latar Belakang Pemilihan Lokasi


Lokasi perancangan Pondok Pesantren tersebut berada di Jalan Cut Nyak
Diet, Kelurahan Purnama, Kecamatan Dumai Barat, Kota Dumai.

Gambar 3.2 Peta Administrasi Kecamatan Dumai Barat

Sumber: https://bit.ly/2D1GMWX
81

Dalam pemilihan lokasi pembangunan Youth Center, ada beberapa faktor


yang menjadi bahan pertimbangan pemilihan lokasi, antara lain adalah:
a. Akses
Lokasi Pondok Pesantren terletak di lokasi yang mudah di jangkau baik dari
segi sarana maupun prasarana. Jalan yang dapat dilalui oleh bus, truk/mobil
besar untuk drop maupun angkut barang dan pawai pemuda dengan jalan kaki
maupun sepeda. Selain itu juga mempertimbangkan keefektifan jalan lalu lintas
utama terutama terhindar dari area yang sering macet.
b. Keamanan
c. Fasilitas terdekat
Mempertimbangkan letak Pondok Pesantren dekat dengan beberapa
fasilitas lain area pendukung seperti terminal, pelabuhan, lapangan bola, klinik atau
puskesmas, mini market dan lainnya.
Oleh karena itu dipilih site di Jalan Cut Nyak Dien, Dumai dengan beberapa
pertimbangan antara lain;
a. Jalan Cut Nyak Dien merupakan jalan yang cukup besar dengan lebar jalan
±8 meter. Jalan Cut Nyak Dien juga dilewati oleh kendaraan umum seperti
bus, angkot, truk dan lori.
b. Site berdekatan dengan area institusi pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar,
Sampai Perguruan Tinggi terdapat di sekitar lokasi perencanaan.
c. Di sepanjang Jalan Cut Nyak Dien terdapat berbagai fasilitas yang dapat
dijangkau oleh para remaja, mulai dari mini market dan lapangan olahraga
yang terdapat di sekitar kawasan perancaan.
Pemilihan lokasi Pondok Pesantren juga didasarkan pada peta rencana
pola ruang Kota Dumai tahun 2013 dengan peruntukan sebagai lahan pendidikan.
Lokasi rencana site sesuai dengan rencana pola ruang kota Dumai.
82

A. Lokasi Tapak (Site)

Gambar 3.3 Lokasi Site

Sumber: google Earth

B. Batasan Site
 Timur : Lahan kosong dan Anak Sungai
 Barat : Gardu PLN
 Selatan : Lapangan Bola
 Utara : Hutan
C. Potensi Site
 Site terletak di Pinggiran jalan lintas antar kecamatan yang cukup padat.
 Berada Zona pendidikan, dengan adanya sekolah SMK 1, SMA Binsus
dan Sekolah Tinggi Ilmu Kelautan yang berdiri di sekitar site.
 Berdektatan dengan pelabuhan RORO Dumai dan P. Rupat.
 Jalan akses lintas menuju Dumai-Duri-Bagan dan Pekanbaru.
D. Kekurangan
 Berdekatan dengan persimpangan lalu lintas mobil truck.
 Bersebelahan dengan Gardu PLN.

3.2.2 Building Coverage


Building Coverage merupakan pembahasan tentang peraturan bangunan
yang telah ditentukan yang merupakan patokan untuk membangunan bangunan
83

baik itu dari ketinggian atau luas dasar bangunan seperti koefesian dasar bangunan
(KDB).
Berikut adalah peraturan yang telah ditentukan pada pemilihan tapak
perancangan bangunan Pondok Pesantern. Peraturan berdasarkan Peraturan Daerah
kota Dumai Nomor 4 Tahun 2003 Tentang Izin Bangunan dalam kota Dumai yaitu:
a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
1. KDB ditentukan atas dasar pelestarian lingkungan/ resapan air permukaan
tanah dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi,
fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan.
2. Setiap bangunan umum apabila tidak ditentukan lain, ditentukan Koefisien
Dasar Bangunan maksimum 60%.
b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
1. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) ditentukan atas dasar kepentingan oleh
pelestarian lingkungan /resapan air permukaan tanah, dan pencegahan
terhadap bahaya kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan,
fungsi bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan.
2. Ketentuan besarnya Koefisien Lantai Bangunan (KLB) pada ayat (1)
disesuaikan dengan rencana tata ruang kota atau sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
c. Ketinggian Bangunan
1. Ketinggian Bangunan ditentukan dengan rencana tata ruang.
2. Untuk masing-masing lokal yang belum dibuat tata ruangnya, ketinggian
maksimum bangunan ditetapkan oleh instansi terkait dengan
mempertimbangkan; lebar jalan, kondisi tanah, fungsi
bangunan,keselamatan bangunan,serta keserasian dengan lingkungannya.
3. Ketinggian bangunan deret maksimum 4 (empat) lantai dan selebihnya
harus bejarak dengan persil tetangga.
4. Ketinggian Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
berdasarkan:
a) Kapasitas Jalan;
b) Fungsi Bangunan;
84

c) Kemampuan Pengendalian Bahaya Kebakaran;


d) Besaran dan Bentuk Persil;
e) Keserasian Kawasan;
f) Keselamatan Bangunan;
g) Daya Dukung Lahan; dan
h) Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).
5. Tinggi Bangunan tidak holeh melewati Garis Potongan 60o (enam puluh
derajat) dari jalan yang berbatasan.
6. Ketinggian Bangunan Gedung dan Bangun-Bangunan pada Kawasan
Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP), harus memenuhi Persyaratan
Batas-batas Keselamatan Operasi Penerbangan (BKOP)
d. Garis Sempadan Sungai
1. Garis sempadan untuk bangunan yang dibangun ditepi pantai, danau dan
sungai apabila tidak ditetapkan lain,didasarkan pada Rencana Tata Ruang
wilayah Kota Dumai.
2. Besarnya garis sempadan pantai, danau dan sungai diluar ayat (1) ditetapkan
oleh walikota setelah mendengar pertimbangan para ahli.
e. Jarak Antar Bangunan
1. Jarak antara masa/blok bangunansatu lantai yang satu dengan lainnya dalam
satu kavling atau antara kavling minimum adalah 2-3 meter.
2. Setiap bangunan umum harus mempunvai jarak masa/blok bangunan
denganbangunan disekitarnya sekurang-kurangnya 6(enam)meterdan3
(tiga) meter dengan batas kaviing.
3. Untuk bangunan bertingkat setiap kenaikan satu lantai jarak antara
masa/blok bangunan yang satu dengan lainnya ditambah dengan 0,5 meter.
4. Ketentuan lebih rinci tentang jarak antar bangunan mengikuli ketentuan
dalam standar teknis yang berlaku.
f. Persyaratan Arsitektur Bangunan
1. Persayaratan arsitektur bangunan meliputi persyaratan penampilan
bangunan, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian dan keselarasan
bangunan dengan lingkungannya serta pertimbangan adanya keseimbangan
85

antara nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai


perkembangan arsitektur dan rekayasa.
2. Persyaratan penampilan bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus memperhatikan bentuk dan karakteristik arsitektur dan lingkungan
yang ada disekitarnya.
3. Persyaratan tata ruang dalam bangunan harus memperhatikan fungsi ruang,
arsirtektur hangunan dan keandalan bangunan.
4. persyaratan keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunan dengan
lingkungannya harus mempertimbangkan terciptanya ruang luar bangunan,
ruang terbuka hijau yang seimbang, serasi dan selaras dengan
lingkungannya.
(pasal 21)
1. Setiap bangunan tidak diperbolehkan menghalangi pandangan lalulintas.
2. Setiap bangunan langsung atau tidak langsung tidak diperbolehkan
.dibangun/beradadiatassungai,saluran/selokan/paritpengairanserta
mengganggu atau menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan
umum,keseimbangan/pelestarian lingkungan dan kesehatan lingkungan.
3. Untuk pembangunan disekitar sungai dan pantai dapat dimungkinkan
dengan struktur bangunan khusus.
86

3.3 Bagan Alur Perancangan

Survei3

Analisa site Analisa fungsi

Analisa ruang

Penzoningan

Konsep

Tatanan massa

Bentuk massa

Sistem struktur
feedback
Lansekap (tata ruang luar)

Denah dan Utilitas

Fasad

Hasil Desain

Gambar 3.4 Bagan Alur Perancangan


87

BAB IV
ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN
4. 1 Analisis Fungsional
Sebelum mencapai pada konsep perumusan pada perancangan Pondok
Pesantren di Kota Dumai dimana pada Perancangan pondok Pesantren ini
menggunakan pendekatan Arsitektur Neo-Vernacular, dalam merancang jika
menggunakan pendekatan Arsitektur Neo-Vernacular maka dibutuhkan analisis
fungsional, tujuannya ialah agar dapat menentukan kebutuhan ruang dan tatana
massa. Adapun analisis fungsional tersebut yaitu:
1. Fungsi Primer
Fungsi primer dari perancangan Pondok Pesantren di Kota Dumai
dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular yaitu sebagai tempat
yang mewadahi kegiatan belajar mengajar, pengajian, membahasa
kitab-kitab dan pengajian umum.
2. Fungsi Sekunder
Fungsi sekunder dari perancangan Pondok Pesantren di Kota Dumai
dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular dibagi dua, yaitu
kegiatan untuk santri di dalam pondok pesantren dan kegiatan untuk
diluar santri pondok pesantren, kegiatan untuk santri didalam pondok
pesantren meliputi kegiatan pengelolaan, pengembangan,
perpustakaan, organisasi-organisasi, sarana informasi dan sarana
olahraga, sedangkan diluar santri yaitu sebagai tempat penginapan
khusus untuk orang tua yang ingin mengunjungi anak-anak mereka
yang dititipkan di pondok pesantren ini, tempat untuk menampung
jemaah dari luar kawasan pesantren yang ingin sholat di dalam masjid
oleh karena itu untuk menunjang aktifitas tersebut maka fasilitas yang
akan disediakan yaitu, kamar penginapan dan masjid.
3. Fungsi Tersier
Fungsi sekunder dari perancangan Pondok Pesantren di Kota Dumai
dengan pendekatan Arsitektur Neo-Vernakular yaitu sebagai tempat
fasilitas pendukung seperti ATM center dan minimarket.
88

4.1.1 Analisis Jenis Kegiatan


Jenis kegiatan yang terjadi di bangunan pondok pesantren
dikelompokan menjadi tiga kelompok kegiatan yaitu kelompok kegiatan utama
meliputi kegiatan inti yang berhubungan dengan kegiatan akademik,
kelompok kegiatan pengelola dan kelompok kegiatan penunjang. Berikut ini
adalah diagram pengelompokan kegiatan.
A. Kelompok Kegiatan Utama di dalam Pondok Pesantren
Kegiatan utama merupakan kegiatan yang menjadi rutinitas sehari-hari para
santri di dalam pondok pesantren, adapun kegiatan sehari-hari para santri ialah
kegiatan akademik.
1. Kegiatan di Ruang Belajar
Kegiatan pembelajar yang ada di Pondok pesantren saat pagi hari
sampai sore hari sama seperti pembelajar yang ad a disekolah pada
umumnya, namun diperbanyak pelajaran agamanya dengan ratio
perbandingan 1:3, setelah pulang sekolah disambung sehabis magrib
untuk menghadiri pengajian dan pada malam harinya mengulas pelajar
bersamateman-teman di kelas atau majelis perkumpulan.
2. Kegiatan di dalam Asrama
Adapun kegiatan yang berlangsung dalam pondok atau asrama ialah
semua kegiatan yang berhubungan dengan asrama, slaah satu contohnya
ialah mandi.
3. Kegiatan Ibadah di dalam Masjid
Serangkaian kegiatan ibadah yang dilakukan didalam pondok pesantren
yaitu sholat berjamaah lima (5) waktu mengikuti pengajian dan
mengikuti event-event besar Islam.
B. Kelompok Kegiatan Penunjang di dalam Pondok Pesantren
Kegiatan dalam kelompok kegiatan penunjang meliputi kegiatan yang
mendukung dalam kelompok kegiatan utama, seperti :
1. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan salah satu hal yang wajib ada di dalam suatu
bangunan pondok pesantren. Karena fungsi penting perpustakaan
89

yang dapat membantu santri dalam belajar dan memperoleh ilmu


sebanyak-banyaknya melalui buku yang ada di dalam perpustakaan.
2. Fasilitas olahraga
Fasilitas olahraga dapat dimanfaatkan oleh para santri dalam kegiatan
ekstrakulikuler maupun untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan
positif seperti berolahraga. Fasilitas olahraga ini terdiri dari lapangan
sepak bola, lapangan basket, lapangan voli serta kolam renang.
3. Fasilitas kesehatan di dalam Pondok Pesantren
Fasilitas ini berupa klinik yang berada di dalam pondok pesantren
untuk mengantisipasi kejadian yang berhubungan dengan kesehatan
ataupun hanya sekedar untuk memerika kesehatan bagi bagi para
penghuni pondok.
4. ATM Center
Fasilitas ini dapat dimanfaatkan oleh semua orang, tidak hanya untuk
masyarakat yang ada di dalam pondok pesantren tetapi masyarakat
selain pondok pesantren pun dapat menggunakan fasilitas ATM center
ini.
C. Kelompok Kegiatan Pengelola di dalam Pondok Pesantren
Kegiatan pengelolal adalah yang melibatkan pengurus yayasan, pegurus
sekolah, maupun pengelola dalam kegiatan lain yang masih berhubungan dengan
pondok pesantren
1. Pengelola Yayasan
Pengelola yayasan memiliki tugas untuk mengawasi dan mengelola
pondok pesantren secara keseluruhan
90

Gambar 4.1 Organisasi Pengelola Yayasan

2. Pengelola Sekolah
Sekolah yang ada di Pondok Pesantren ini bersifat umum, artinya
seluruh hal yang menyangkut mengenai sekolah akan dikelola oleh
pengelola Sekolah. Dalam hal ini tingkatan pengelola sekolah yaitu:
91

Gambar 4.2 Organisasi Pengelola Sekolah

4.1.2 Analisis Pengguna


Analisis pengguna dalam suatu perancangan adalah untuk mengetahui
pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan dalam bangunan. Adapun pengguna
yang terdapat pada Sekolah Alam Bahari Bandar Bakau ini diantaranya:
a. Peserta Didik
Peserta didik adalah siswa tingkat dasar sekolah alam yang berusia sekitar
13-18 tahun, yang memanfaatkan fasilitas pondok pesantren untuk melakukan
aktifitas belajar dan aktifitas ektrakurikuler.
b. Tenaga Pengajar
Tenaga pengajar adalah guru atau ustadz dan ustadzah yang memanfaatkan
fasilitas pondok pesantren untuk membina dan mendidik dalam proses pendidikan
(indoor/outdoor), bimbingan, dan pengkajian bersama santri.
92

c. Pengelola
Pengelola merupakan suatu badan yang mengatur dan mengawasi serta yang
melaksanakan kegiatan pengelolaan didalam pondok pesantren, sehingga kegiatan
yang didalamnya dapat berjalan lancar sesuai dengan fungsi, dan tujuan serta
sasaran. Untuk bagian pengelolan pondok pesantren dibagi atas dua, pertama Ketua
Yayasan beserta struktur organisasi dan yang kedua Kepala Sekolah beserta
strukturnya dan tenaga pendidik, perpustakaan, kesehatan, psikolog anak)
d. Karyawan Servis
Karyawan adalah orang yang bekerja di area servis yang ada di Pondok
Pesantren ini seperti petugas kebersihan, petugas keamanan, dan petugas lainnya
yang bekerja di area servis. Karyawan servis ini memiliki ruangnya masing-masing
yang dekat dengan tempat kerjanya. Untuk petugas keamanan yang bekerja di luar
bangunan, sehingga membutuhkan ruang istirahat seperti pos keamanan.
e. Pengunjung
pengujung adalah orang tua siswa, pengantar, dan tamu lain yang
berkepentingan dalam urusan pendidikan ataupun di luarnya.

4.1.3 Analisa Kegiatan

Tabel 4.1 analisa Kegiatan di dalam pondok pesantren


No Bangunan Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas
stik
1 Pondok atau Santri Tidur Privat Kamar santri
Asrama
Istirahat atau santai Publik Ruang bersama

Belajar Privat Ruang belajar

Membaca Privat Ruang baca

Keperluan makan dan Publik Ruang makan


minum
Sholat
93

No Bangunan Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas


stik

Mencuci Publik Ruang cuci

Menjemur pakaian Publik Ruang jemur

Mandi Privat KM atau WC

Buang air besar atau Privat KM atau WC


kecil
Pelaku Aktivitas Karakteri Fasilitas
stik
Pengurus Mengawasi kegiatan Publik
atau para santri
pengawas Tidur Privat Kamar Pengawas

Istirahat Publik Ruang bersama

Belajar Privat Ruang belajar

Membaca Privat Ruang baca

Rapat Privat Ruang rapat

Keperluan makan dan Publik Ruang makan


minum
Sholat

Mandi Privat KMatau WC

Mencuci Publik Ruang cuci

Menjemur pakaian Publik Ruang jemur

Buang air besar atau Privat KMatau WC


kecil
94

NO Bangunan Pelaku Aktivitas Karakteri Fasilitas


stik
2 Madrasah Tenaga Mengajar Privat Ruang baca
atau sekolah pengajar
Rapat Privat Ruang rapat
atau Ustadz
Evaluasi Publik Kantor guru

Istirahat Publik Ruang bersama


Keperluan makan dan Publik Ruang makan
minum
Sholat

Buang air besar atau Privat


kecil

Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas


stik
Santri Belajar Privat Ruang kelas

Mendengarkan Privat Ruang kelas dan


Laboratorium
Membaca Publik Ruang baca atau
perpustakaan
Istirahat Publik Ruang bersama

Buang air besar atau Privat KMatau WC


kecil
NO Bangunan Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas
stik
3 Santri Belajar kitab-kitab Publik Aula
klasik
Mendengarkan Publik Aula
ceramah dari kyai
95

NO Bangunan Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas


stik
Mengadakan pengajian Publik, Aula
aktif
Mengadakan pengajian Publik, Aula
umum aktif
Buang air besar atau Privat Kamar mandi atau
kecil WC
Aktifitas Karakteri Fasilitas
stik
Mengajar Publik Aula

Kyai atau Kitab-kitab Kalsik Publik Aula


Ustadz
Kyai atau Memberi ceramah Publik, Aula
Ustadz aktif
Pelaku Mengadakan pengajian Publik, Aula
aktif
Buang air besar atau Privat, Kamar mandi atau
kecil statis WC
Aktifitas Karakteri Fasilitas
stik
Sholat Privat Masjid

NO Bangunan Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas


stik
4 Masjid Santri Belajar Publik Masjid
Bangunan Pelaku
Musyawarah Publik Masjid

Buang air besar atau Privat Kamar mandi atau


kecil WC masjid
Memimpin Sholat atau Privat Masjid
Imam Masjid
96

NO Bangunan Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas


stik
Mengajar mengaji Publik Masjid

Memipin musyawarah Publik Masjid


atau rapat
Buang air besar atau Privat Kamar mandi atau
kecil WC Masjid
Aktifitas Karakteri Fasilitas
stik
Menerima tamu atau Publik Resepsionis
pengunjung

NO Bangunan Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas


stik
5 Perpustakaan Pengelola Melayani penitipan Publik Ruang penitipan
barang barang
Perpustakaan Pengelola Mengatur tata letak Publik Ruang koleksi
Bangunan Pelaku sirkulasi buku dan buku dan tempat
tempat baca baca
Memeberikan Publik Ruang informasi
informasi kepada
pengunjung
Mengembalikan atau Publik Ruang rak buku
menata buku yang atau ruang
sudah di letakkan di penyimpanan
atas meja sementara

Menduplikat buku Publik Copy center


koleksi perpustakaan
Istirahat Publik Ruang istirahat
97

NO Bangunan Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas


stik
Keperluan makan dan Publik Ruang makan
minum
Buang air besar atau privat Kamar mandi atau
kecil WC perpustakaan
Aktivitas Karakteri Fasilitas
stik
Menitipkan tas Publik Ruang penitipan

Santri Menunggu Publik Ruang tunggu


atau
pengunjun
g
Santri Memilih koleksi buku Publik Ruang koleksi
Bangunan atau buku
pengunjun Membaca Publik Ruang baca
g
Belajar Publik Ruang belajar

Pelaku Buang air besar atau Privat Kamar mandi atau


kecil WC perpustakaan
Aktifitas Karakteri Fasilitas
stik
Menerima tamu Publik Resepsionis

6 Kantor Pengelola Mengatur manajemen Publik Ruang manejer


Pengelola Pengelola dalam pondok
pesantren
Mengatur administrasi Publik Ruang administrasi
dalam pondok pesantren
Memimpin kinerja Publik Ruang direktur
pengelola
Menangani Publik Ruang tatausaha
administrasi umum
98

NO Bangunan Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas


stik
Membuat minuman Privat Pantry

Rapat Privat Ruang rapat

Operasional Ruang operasional

Keperluan makan Publik Ruang makan


dan minum
Istirahat Publik Ruang bersama

Buang air besar atau Privat Kamar mandi atau


kecil WC Kantor
Aktivitas Karakteri Fasilitas
stik
Mencari informasi Publik Resepsionis

Pengunjung Mendaftar Publik Ruang tamu

Pengunjun Buang ai besar atau Privat Kamar mandi atau


g kecil WC kantor
Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas
stik
Menaruh barang Privat Loker
bawaan
7 Sarana Santri Ganti pakaian Privat Ruang ganti
olahraga atau
Pemanasan Publik Area olahraga
pelatih
Olahraga Publik Area olahraga

Istirahat atau makan Publik Kantin


dan minum
Buang air besar atau privat Kamar mandi atau
kecil WC area olahraga
99

NO Bangunan Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas


stik
8 Rumah kyai kyai Menerima tamu Publik Ruang tamu

Tidur Privat Ruang tidur

Istirahat atau santai Publik Ruang keluarga

9 Pusat Informan Keperluan makan Privat Ruang makan


informasi atau dan minum
pengelola Ibadah Privat Ruang ibadah
pondok
Memasak Privat Dapur
pesantren
Mencuci Privat Ruang cuci

Menjemur Privat Ruang jemur

Menyimpan peralatan Privat Gudang

Mandi atau buang air Privat Kamar mandi atau


besar atau kecil WC rumah kyai
Aktifitas Karakteri Fasilitas
stik
Menerima tamu Publik Ruang tamu

Memberikan informasi Publik Operator


dan pengumuman
Menyimpan peralatan Privat Gudang

9 Pusat Informan Istirahat Publik Ruang bersama


informasi atau
Keperluan makan Publik Ruang makan atau
pengelola
dan minum kantin
pondok
Buang air besar atau Privat Kamar mandi atau
pesantren
kecil WC kantor
100

Aktifitas Karakteri Fasilitas


stik
Pesan makan dan Publik Lobby
minum
Menunggu Publik Ruang makan

NO Bangunan Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas


stik
10 Kantin atau Pengunjun Makan dan minum Publik Ruang makan
Kafetaria g
Membayar makanan Publik Kasir

Buang air besar atau Privat Kamar mandi atau


kecil WC kantin atau
cafetaria
Aktifitas Karakteri Fasilitas
stik

Menerima pesanan Publik Lobby

Menghidangkan makan Publik Ruang saji


dan minum
Memasak
Dapur

Aktifitas Karakteristik Fasilitas Aktifitas

Pengelola Mencuci piring Privat Dapur basah


kantin atau
Menyimpan bahan Privat Lemari pendingin
cafetaria
makanan
Pelaku
Mendatangkan privat Loading dock
makanan
Istirahat Privat Ruang istirahat

Buang air besar atau k Privat Kamar mandi atau


ecil WC kantin atau
cafetaria
101

NO Bangunan Pelaku Aktifitas Karakteri Fasilitas


stik
11 Pos Penajaga Satpam Menjaga keamanan Publik Ruang jaga

Ganti pakaian Privat Ruang ganti

Melapor Publik Ruang tamu

Mengawasi Publik Ruang jaga

Buang air besar atau Privat Kamar mandi atau


kecil WC pos jaga
Sumber: Analisa (2018)

4.1.4 Analisis Penzoningan


Pada Pondok Pesantren Analisis Penzoningan bertujuan untuk menentukan
jumlah dan batasan ruang sesuai dengan kebutuhan. Berikut ini tipe-tipe zoning
yang ada dalam perancangan Central Elektronik:
1. Zona Publik, merupakan area ruang yang terbuka yang dapat dicapai
oleh siapa saja pada waktu kapan saja.
2. Zona Semi publik, bersifat sedikit lebih privat dari pada ruang publik,
yang dapat diakses oleh hampir semua pengguna.
3. Zona Privat, merupakan area yang aksesnya hanya untuk seseorang atau
sekelompok orang.

Tabel 4.2 analisa Penzoningan


Kelompok Kegiatan Utama
No Nama Bangunan Nama Ruang Zona
1 Asrama  Pos Satpam Asrama  Privat
 Resepsionis  Publik
 Kamar  Privat
 Ruang Tamu  Publik
 Ruang Berkumpul  Publik
 Ruang Cuci Baju  Publik
 Ruang Jemur  Publik
 Ruang Makan  Publik
 Ruang Cuci Piring  Publik
102

No Nama Bangunan Nama Ruang Zona


 Dapur  Publik
 Kamar Mandi  Privat
 Taman  Publik
 Gazebo  Publik
 Gudang  Semi Publik

2 Sekolah atau  Pos Satpam Sekolah  Privat


Madrah  Ruang Belajar  Privat
 Laboratorium  Privat
 Kamar mandi atau WC  Privat
 Ruang Informasi  Publik
 Gudang  Semi Publik
3 Masjid  Ruang wudhu  Publik
 Kamar Mandi  Privat
 Ruang Penitipan Barang  Publik
 Ruang Sholat  Publik
 Kamar Bilal  Privat
 Ruang Sound Sistem  Privat
 Gudang  Semi Publik
Kelompok Kegiatan Penunjang
No Nama Bangunan Nama Ruang Zona
1 Gedung Olahraga  Lapangan Bulu Tangkis  Publik
 Lapangan Tenis Meja  Publik
 Lapangan Volly  Publik
 Lapangan Futsal  Publik
 Lapangan Basket  Publik
 Kolam Renang  Publik
 Ruang Pengurus Gedung  Privat
 Ruang Ganti pakaian  Semi Publik
 Kamar Mandi  Privat
 Ruang Loker  Semi Publik
 Resepsionis  Publik
 Gudang  Semi Publik
103

2 Klinik  Ruang Pendaftaran  Publik


 Ruang Tunggu  Publik
 Ruang pasien  Semi Publik
 Ruang Obat atau Meracik  Privat
Obat
 Kamar Bidan atau Dokter  Privat
 Kasir  Privat
 Kamar Mandi atau WC  Privat
 Gudang  Privat

No Nama Bangunan Nama Ruang Zona


3 Perpustakaan  Resepsionis  Publik
 Ruang Penitipan Barang  Publik
 Ruang Baca  Publik
 Ruang Koleksi Buku  Publik
 Ruang Peminjaman Buku  Publik
 Kamar Mandi atau WC  Privat
 Gudang  Privat
4 Kantin atau  Kasir  Privat
Cafetaria  Ruang Makan  Publik
 Dapur  Privat
 Gudang  Privat
 TPS  Semi Publik
5 Aula atau Hall  Resepsionis  Publik
 Ruang Pertemuan  Publik
 Kamar Mandi  Privat
 Kamar Pengurus  Privat
 Panggung  Semi Publik
 Gudang  Privat
 Kamar Mandi atau WC  Privat
Kelompok Kegiatan Pengelola

No Nama Bangunan Nama Ruang Zona


1 Kantor Yayasan  Ruang Ketua Yayasan  Privat
 Ruang Wakil Ketua Yayasan  Privat
 Ruang Sekretaris Yayasan  Privat
 Ruang Humas Yayasan  Privat
 Ruang Bidang Rumah  Privat
Tangga
 Ruang Bidang Pendidikan &  Privat
Pengajaran
 Ruang Bidang Administrasi  Privat
104

 Ruang Bidang Pengelola &  Privat


Perawatan
 Ruang Rapat  Semi Publik
 Ruang Tamu  Publik
 Lobby  Publik
 Pantry  Semi Publik
 Toilet Pria & Wanita  Privat
2 Kantor Sekolah  Ruang Kepala Sekolah  Privat
 Ruang WaKepSek  Privat
 Ruang Tata Usaha  Privat

No Nama Bangunan Nama Ruang Zona


 Ruang Bendahara  Privat
 Ruang Sekretaris  Privat
 Ruang Absensi  Semi Publik
 Ruang Majlis Guru  Semi Publik
 Ruang Rapat  Privat
 Pantry  Semi Publik
 Kamar Mandi atau WC  Privat
 Gudang  Privat

Sumber: Analisa (2018)

4.1.5 Analisa Sirkulasi Ruang


A. Sirkulasi Santri dalam Pondok Pesantren
105

Gambar 4.3 Sirkulasi Santri/santri wati didalam Pondok Pesantren

B. Sirkulasi Ustadz dalam Pondok Pesantren

Gambar 4.4 Sirkulasi Ustadz Bertempat Tinggal Didalam Pondok Pesantren

Gambar 4.5 Sirkulasi Ustadz tidak bertempat tinggal diluar Ponpes


106

C. Pengelola Sekolah

Gambar 4.6 Sirkulasi pengelola sekolah dari luar Pondok Pesantren

D. Pengelola Yayasan

Gambar 4.7 Sirkulasi pengelola yayasan dari luar Pondok Pesantren


107

E. Pustakawan

Gambar 4.8 Sirkulasi pengelola yayasan dari luar Pondok Pesantren

F. Cleaning Service

Gambar 4.9 Sirkulasi Cleaning Service


108

G. Satpam

Gambar 4.10 Sirkulasi satpam pondok pesantren

H. Pengunjung atau Tamu

Gambar 4.11 Sirkulasi Pengunjung atau Tamu didalam Pondok Pesantren


109

4.1.6 Analisa Kebutuhan Ruang


Analisis program kebutuhan ruang dibagi berdasarkan fasilitas-fasilitas
yang ada pada Pondok Pesantren Modern di Pekanbaru yaitu berdasarkan asumsi
pribadi (AS),Studi Banding (SB), Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(PMPN), Peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (PMPO), standar dari Time
Server for Building (TS) dan standar dari Ernst Neufert Architec Data (NAD)

Tabel 4.3 Analisis Kebutuhan Ruang dan Fasilitas Pendidikan


N Nama Jumlah Kapasit
Standar Luas Sumber
o Ruang Ruang as
Kebutuhan Ruang Gedung SMP

1 Kelas 12 2,00 m2/org 30 720,00 PMPN


2 Laboratoriu
m IPA
Ruang
1 2,40 m2/org 30 72,00 PMPN
Analisis
Ruang
Pengelola 1 2,85 m2/org 1 2,85 NAD
Lab
Ruang
Penyimpana 1 1,20 m2/org 5 6,00 NAD
n
Laboratoriu
4 1 2,00 m2/org 30 60,00 PMPN
m Bahasa
Laboratoriu
m2/org 30 60,00 PMPN
5 m Komputer 1 2,00
6 Toilet

Tempat
2 0,85 m2/org 10 17,00 NAD
Wudhu
Toilet Murid 2 2,85 m2/org 4 22,80 NAD
7
Perpustakaan
Ruang
1 2,40 m2/org 2 4,80 AS
Pustakawan
Ruang
1 2,00 m2/org 20 40,00 NAD
Diskusi
Ruang Baca
1 1,50 m2/org 30 45,00 NAD
110

N Nama Jumlah Kapasit


Standar Luas Sumber
o Ruang Ruang as
Ruang Arsip
1 2,00 m2/org 5 10,00 NAD
Ruang Loker
1 0,6 m2/org 30 18,00 NAD
8 UKS
1 2,00 m2/org 20 40,00 PMPN

JUMLAH 1554.70 m2

SIRKULASI 30% 346.41 m2

TOTAL 1501,11 m2

Kebutuhan Ruang Gedung SMA

Kelas X 4 2,00 m2/org 30 240,00 PMPN


1
Kelas XI-XII
4 2,00 m2/org 30 240,00 PMPN
IPA
Kelas XI-XII
4 2,00 m2/org 30 240,00 PMPN
IPS
2 Laboratoriu
m Biologi
Ruang
1 2,40 m2/org 30 72,00 PMPN
Analisis
Ruang 18,0 m2/ruan
1 1 18,00 PMPN
Persiapan 0 g
Ruang
1 1,20 m2/org 5 6,00 NAD
penyimpanan
3 Laboratoriu
m Fisika
Ruang
1 2,40 m2/org 30 72,00 PMPN
Analisis
Ruang 18,0 m2/ruan
1 1 18,00 PMPN
Persiapan 0 g
Ruang
1 1,2 m2/org 5 6,00 NAD
penyimpanan
4 Laboratoriu
m Kimia
Ruang
1 2,40 m2/org 30 72,00 PMPN
Analisis
Ruang 18,0 m2/ruan
1 1 18,00 PMPN
Persiapan 0 g
111

N Nama Jumlah Kapasit


Standar Luas Sumber
o Ruang Ruang as
Ruang 1,20
1 m2/org 5 6,00 NAD
penyimpanan 0
Laboratoriu
6 1 2,00 m2/org 30 60,00 PMPN
m Bahasa
Laboratoriu
7 m2/org 30 60,00 PMPN
m Komputer 1 2,00
8
Toilet
1 2,85 m2/org 5 14,25 NAD
Toilet Guru
Tempat
2 0,85 m2/org 10 17,00 NAD
Wudhu
NAD
Toilet Murid 2 2,85 m2/org 5 28,50
9 Perpustakaan

Ruang
1 2,40 m2/org 2 4,80 AS
Pustakawan
Ruang
1 2,00 m2/org 20 40,00 NAD
Diskusi
Ruang Baca
1 1,50 m2/org 30 45,00 NAD
Ruang Arsip
1 2,00 m2/org 2 4,00 NAD
Ruang Loker
1 0,60 m2/org 30 18,00 NAD
10 UKS
1 2,00 m2/org 20 40,00 PMPN

JUMLAH 1521,55 m2

SIRKULASI 30% 456,46 m2


1978,01 m2
TOTAL
112

Tabel 4.4 Analisis Kebutuhan Ruang Pengelola Yayasan


Jumla
N Kapasit
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o as
Ruang
Kebutuhan Ruang Gedung Pengelola Yayasan
R. Ketua 36,0
1 1 m2/org 1 36,00 NAD
Yayasan 0
R. Wakil 24,0
2 1 m2/org 1 24,00 NAD
Ketua Yayasan 0
R. Sekretaris 12,0
3 1 m2/org 1 12,00 NAD
Yayasan 0
R. Bendahara 12,0
4 1 m2/org 1 12,00 NAD
Yayasan 0
R. Humas 12,0
5 1 m2/org 1 12,00 NAD
Yayasan 0
R. Bidang
6 Rumah 1 4,50 m2/org 10 4,50 NAD
Tangga
R. Bidang
7 Pendidikan & 1 4,50 m2/org 15 67,50 NAD
Pengajaran
R. Bidang
8 1 4,50 m2/org 10 45,00 NAD
Administrasi
R. Bidang
Pengelolaan
9 1 2,50 m2/org 12 18,00 NAD
&
Perawatan
R. Rapat
10 1 2,50 m2/org 30 75,00 NAD
R. Tamu
11 1 2,40 m2/org 10 24,00 TS
Lobby
12 1 0,60 m2/org 30 18,00 NAD
Gudang 16,0
13 1 m2/org - 16,00 AS
0
Pantry
14 1 3,00 m2/org - 3,00 AS
Toilet Pria
15 3 2,25 m2/org 1 6,75 TS
Toilet Wanita
16 3 2,25 m2/org 1 6,75 TS
113

JUMLAH 380,50 m2

SIRKULASI 30% 114,15 m2

TOTAL 494,65 m2

Tabel 4.5 Analisis Kebutuhan Ruang Pengelola Sekolah


Jumla
N Kapasit
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o as
Ruang
Kebutuhan Ruang Gedung Pengelola Sekolah
R. Kepala 20,0
1 1 m2/org 1 20,00 NAD
Sekolah 0
R. Wakil
20,0
2 Kepala 1 m2/org 1 20,00 NAD
0
Sekolah
3 R. Tata Usaha 1 4,50 m2/org 3 13,50 NAD
R. Ketua
4 1 4,50 m2/org 3 13,50 NAD
Jurusan
R. Bidang
5 1 4,50 m2/org 4 18,00 NAD
Laboratorium
R. Bimbingan
6 1 4,50 m2/org 4 18,00 NAD
Konseling
R. Bidang
7 1 4,50 m2/org 3 13,50 NAD
Ektrakulikuler
8 R. Guru 1 2,25 m2/org 60 135,00 NAD
9 R. Tamu 1 2,40 m2/org 10 24,00 TS
10 Gudang 1 9,00 m2/org - 9,00 AS
10,0
11 Pantry 1 m2/org - 10,00 AS
0
12 Toilet Pria 5 2,25 m2/org 1 6.75 TS
13 Toilet Wanita 5 2,25 m2/org 1 6.75 TS

JUMLAH 294,5 m2

SIRKULASI 30% 88.35 m2

TOTAL 382.85 m2
114

Tabel 4.6 Analisis Kebutuhan Ruang Hunian


Jumla
N Kapasit
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o as
Ruang
Kebutuhan Ruang Gedung Asrama
2448,0
1 Kamar Santri 180 3,40 m2/org 4 NAD
0
Kamar 12,0
2 20 m2/org 1 240,00 AS
Pengawas 0
1152,0
3 R. Makan 4 1,60 m2/org 180 NAD
0
4 Dapur 4 6,00 m2/org 20 480,00 NAD

5 Kamar Mandi 180 4 m2/org 1 720,00 NAD


Kantor
6 1 2,00 m2/org 2 4,00 NAD
Administrasi
7 Gudang 1 0,90 m2/rak 5 4,50 NAD

8 Pos Satpam 4 1,5 m2/org 2 12,00 NAD

JUMLAH 4553,98m2

SIRKULASI 30% 1366,19m2

TOTAL 5920,17m2

Tabel 4.7 Analisis Kebutuhan Ruang Rumah Kyai


Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
Kebutuhan Ruang Rumah Kyai

1 R. Tamu 2 2,40 m2/org 6 28,8 NAD

2 R. Tidur Utama 1 20,00 m2/org 2 40,00 NAD

3 R. Tidur 3 3,4 m2/org 2 20,40 NAD

3 R. Keluarga 1 20 m2 - 20,00 NAD


115

Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
4 R. Makan 1 30,00 m2 - 30,00 NAD

5 R. Sholat 1 0,85 m2/org 5 4,25 NAD

6 R. Jemur 1 6,00 m2 - 6,00 NAD

7 Dapur 1 5 m2 - 5,00 NAD

8 R. Cuci 1 1,5 m2/org 2 3,00 NAD

9 Gudang 1 6,00 m2 - 6,00 NAD

JUMLAH 163,05m2

SIRKULASI 30% 48,55m2

TOTAL X 4 Unit 846,40m2

Tabel 4.8 Analisis Kebutuhan Ruang Ibadah


Jumla
Kapasita
N Nama Ruang h Standar Luas Sumber
s
o Ruang
Kebutuhan Ruang Masjid

1030,0
1 R. Sholat 1 1,03 m2/org 1000 TS
0
R. Mihrab dan
2 1 25,00 m2/org 1 25,00 SB
Kotbah
R. Operator dan
3 1 12,00 m2/org 1 12,00 AS
Sound Sistem

4 R. Wudhu Putra 1 0,8 m2/org 40 32,00 NAD

5 R. Wudhu Putri 1 0,8 m2/org 40 32,00 NAD


Pria 10
WC=
3,6
6 Toilet 8 m2/org 1 12,62 NAD
1
UN=
0,8
116

Jumla
Kapasita
N Nama Ruang h Standar Luas Sumber
s
o Ruang
6
WT=
1,08
Wanita 10
WC=
3,6
1 m2/org 1 10,62
6
WT=
1,08

JUMLAH 1158.24 m2

SIRKULASI 30% 347,47m2

TOTAL 1505.71m2

Tabel 4.9 Analisis Kebutuhan Ruang Laundry


Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
Kebutuhan Ruang Laundry

1 R. Linen 1 30,00 m2/org - 30,00 AS

R. Mesin cuci +
2 1 2,00 m2/alat 40 80 NAD
Pengering

3 R. Jemur 1 1,00 m2/alat 40 40,00 AS

4 R. Setrika 1 1,5 m2/org 40 60,00 NAD

5 R. Staf 1 0,8 m2/org 5 4,00 NAD


Pria 10
WC=
3,6
6 Toilet 8 m2/org 1 12,62 NAD
1
UN=
0,8
117

Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
6
WT=
1,08
Wanita 10
WC=
3,6
1 m2/org 1 10,62
6
WT=
1,08
237,17
JUMLAH
71,15m2
SIRKULASI 30%
1233,37m2
TOTAL X 4 Unit

Tabel 4.10 Analisis Kebutuhan Ruang Unit Usaha


Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
Kebutuhan Ruang Unit Usaha
1
Restaurant atau kantin
R. Makan 1 1,60 m2/org 100 160,00 TS
Dapur 1 1,50 m2/org 20 30,00 NAD
R. Cuci 1 1,50 m2/org 20 30,00 NAD
Loading Dock
1 24,00 m2/Truck 1 24,00 NAD
dan Gudang
Toilet 2 2,5 m2/org 1 5,00 NAD

JUMLAH 249,00m2

SIRKULASI 30% 74,4 m2

TOTAL X 4 1293,60 m2
118

Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
2
Mini Market
R.Makanan 1 1,2 m2/org 50 60,00 TS
dan Minuman
Kasir 1 1,5 m2/org 3 4,50
TS
Loading Dock 1 24,00 m2/truck 1 24,00
NAD
dan Gudang
Toilet 1 2,25 m2/org 1 2,25
NAD
90,75m2
JUMLAH
27,22 m2
SIRKULASI 30%
117,97 m2
TOTAL

Tabel 4.11 Analisis Kebutuhan Ruang Pusat Informasi


Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
Kebutuhan Ruang Pusat Informasi

1 Resepsionis 1,20 m2/org 3 3,60 NAD

2 R. Tamu 2,40 m2/org 8 19,2 NAD

3 R. Adimistrasi 1,50 m2/org 3 4,50 NAD


1
4 Operator 2,00 m2/org 2 4,00 NAD

5 Gudang 3 m2 - 3,00 NAD

6 Toilet 2,25 m2/org 1 2,25 NAD

JUMLAH 36,55 m2

SIRKULASI 30% 10,96 m2

TOTAL 47,51 m2
119

Tabel 4.12 Analisis Kebutuhan Fasilitas Penunjang dan Olahraga


Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
Kebutuhan Ruang Aula atau Hall

1 R. Serbaguna 1 0,50 m2/org 800 400,00 NAD

2 Stage 1 0,60 m2/org 30 18,00 NAD

3 Toilet Pria 5 2,25 m2/org 1 11,25 NAD

4 Toilet Wanita 5 2,25 m2/org 1 11,25 NAD

Kebutuhan Ruang Olahraga

1 L. Pimpong 5 4,17 m2 4 20,85 NAD

2 L. Badminton 3 81,80 m2 4 245,40 NAD

3 L. Futsal 1 375 m2 - 375,00 NAD

4 L. Takraw 1 5 m2 - 245,40 NAD

JUMLAH 1325,15 m2

SIRKULASI 30% 398,14 m2


TOTAL 1723,29 m2

Kebutuhan Ruangan di Luar Aula atau Hall

1 L. Bola Kaki 1 750 m2 22 750,00 NAD

2 L. Basket 1 364 m2 10 364,00 NAD

3 L. Voly 1 162 m2 12 162,00 NAD

4 L. Bola Tenis 1 260 m2 4 260,00 NAD


120

Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
5 L. Seni Beladiri 1 2,5 m2/orang 30 75,00 NAD

6 L. Latihan Kuda 1 1000 m2 10 kuda 1000 AS

7 L. Memanah 1 200 m2 10 200 AS

JUMLAH 2811,00m2

SIRKULASI 30% 843,30m2

TOTAL X 4 Unit 3654,30m2

Tabel 4.13 Analisis Kebutuhan Ruang ME


Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
Kebutuhan Ruang ME

1 R. Genset 15,00 m2 - 15,00 NAD

2 R. Panel 20,00 m2 - 20,00 AS

3 R. Kontrol 20,00 m2 - 20,00 AS

4 R. Pompa 1 20,00 m2 - 20,00 AS

R. Penampung 100,0
5 m2 - 100,00 AS
air bersih 0
R. Penampung
6 40,00 m2 - 40,00 NAD
air kotor

7 R. Mesin 30,00 m2 - 30,00 AS

8 Toilet 1 2,25 m2 1 2,25 TS

JUMLAH 247,25m2
SIRKULASI 30% 74,17m2
TOTAL 321,42m2
121

Tabel 4.14 Analisis Kebutuhan Ruang Security

Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
Kebutuhan Ruang Security
R. Kepala
1 4,00 m2/org 1 4,00 NAD
Security
2 R. Staf Security 25,00 m2/org - 25,00 NAD
1
3 R. CCTV 25,00 m2/org - 25,00 NAD

4 Toilet 12,62 m2/5org - 12,62 NAD

JUMLAH 66,62m2

SIRKULASI 30% 19,96m2

TOTAL 86,58m2

Tabel 4.15 Analisis Kebutuhan Space Junk


Jumla
N Kapasita
Nama Ruang h Standar Luas Sumber
o s
Ruang
Kebutuhan Ruang Space Junk

1 R. Pilah Sampah 1 50 m2 - 50,00 NAD


R. Pilah Sampah
2 1 50 m2 - 50,00 AS
Organik
R. Pilah Sampah
3 1 50 m2 - 50,00 AS
Non-Organik
4 R, Staff 1 1,5 m2/org 13 20.50 NAD

5 Toilet 4 2,25 m2/org 1 9.00 NAD

JUMLAH 179,50m2

SIRKULASI 30% 53.85m2

TOTAL 233,35 m2
122

Tabel 4.16 Analisis Kebutuhan Lahan Parkir Kendaraan Bermotor


N
Nama Ruang Standar Kapasitas Luas Sumber
o
Parkir Pengelola
1 15,00 m2/mobil 15 Unit 225,00
roda 4
Parkiran guru
2 15,00 m2/mobil 15 Unit 225,00
roda 4
Parkiran tamu
3 15,00 m2/mobil 200 Unit 3000,00 NAD
atau wali murid

4 Parkir roda 2 3,00 m2/motor 100 Unit 300,00

5 Parkir bus 48,00 m2/bus 10 Unit 480,00

JUMLAH 4230m2

SIRKULASI 30% 1269m2

TOTAL 5499m2

Tabel 4.17 Total luas bangunan dan ruangan yang ada didalam kawasan pondok
pesantren
No Nama Bangunan Total Luas Bangunan
1 Gedung Sekolah SMP 1.501,11m2
2 Gedung Sekolah SMA 1.978,01m2
3 Gedung Pengelola Yayasan 494,65 m2
4 Gedung Pengelola Sekolah 382,85 m2
5 Gedung Asrama 5.920,17m2
6 Rumah Kyai 846,40m2
7 Masjid 1.505,71m2
8 Bangunan Laundry 1.233,37m2
9 Unit Usaha Dagang 1.411,57m2
10 Ruang Pusat Informasi 47,51m2
11 Gedung Hall atau Aula 1.723,29m2
12 Lapangan Olahraga 3.654,30m2
13 Ruang ME 321,42m2
14 Ruang Security 86,58m2
123

15 Space Junk 233,35m2


16 Lahan Parkir 5.499,00m2
Jumlah Total 26.839,29 m2

4. 2 Analisis Sistem Bangunan


4.2.1 Analisis Struktur dan Konstruksi
Karakteristik tanah pada lokasi perancangan cenderung datar dan keras,
lokasi perancangan lahan sudah bersih, tidak ada pepohonan dan semak belukar
lagi, sehingga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk menebang atau
membersihkan lahan. Desain pondok pesantren ini mengkombinasikan antara
material kayu dengan material yang lebih modern seperti beton, aluminium, kaca
dan lain sebagainya, menghemat bahan serta tidak menghilangkan material-material
yang ada pada rumah tradisonal Melayu .
A. Pondasi
Perancangannya menggunakan sistem rumah berpanggung dimana sistem
rumah berpanggung ini merupakan prinsip dari rumah tradisional Melayu yang
ada di Kota Dumai. Pada bagian bawah tiang yang berhubungan dengan tanah
diberi telapak batu atau umpak yang dicetak sehingga beban merata.

Gambar 4.12 Struktur pondasi rumah tradisional Melayu di Kota Dumai


124

B. Dinding
Dinding pada bangunan didesain rata dengan menggunakan teknik lidah
pian, lidah pian merupan model dari rumah tradisonal Melayu Kota Dumai.
Dinding pada bangunan yang akan didesain menggunakan kombinasi material
material seperti kayu, ukiran khas gedung atau rumah tradisional Melayu dan
mendesain jendela dengan menggunakan material kaca, agar terlihat lebih modern.

Gambar 4.13 Dinding dengan prinsip Lidah Pian

C. Atap
Struktur atap yang digunakan pada Pondok Pesantren adalah rangka atap
kuda-kuda. Rangka atap atau kuda–kuda adalah suatu susunan rangka batang yang
berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk juga berat sendiri dan sekaligus
memberikan bentuk pada atap.
Bahan yang digunakan untuk konstruksi kuda-kuda ini adalah baja ringan.
Rangka atap baja ringan adalah suatu struktur yang tidak bisa dirancang dan
dibangun tanpa hitungan dan desain teknis tertentu. Kegagalan struktur
kemungkinan akan terjadi bila desain dan perhitungan teknis diabaikan. Konsep
rangka merupakan satu unit kesatuan sistem terintegrasi secara struktural. Sehingga
dibutuhkan hitungan atau desain yang secara mekanika teknis mengakomodir
kebutuhan sistem tersebut. Rangka atap baja ringan ini terbuat dari bahan dasar baja
yang dilapisi oleh seng atau aluminium. Bahan pelapis yang digunakan untuk
Rangka Atap Baja Ringan, yakni Zinc (seng) dan aluminium.
125

Struktur Rangka atap baja ringan terdiri dari kuda-kuda, reng, sekrup dan
jurai dalam untuk mencegah tampias. Pada dasarnya konstruksi kuda-kuda terdiri
dari rangkaian batang yang membentuk segitiga. Dengan mempertimbangkan berat
atap serta bahan penutup atap, maka konstruksi kuda-kuda akan berbeda satu sama
lain. Untuk mendapatkan kuda-kuda yang kokoh, cermati lebar bentangan dan besar
beban yang akan diterima, demikian pula dengan derajat kemiringan atap. Dimana
besar beban terdiri dari beban rangka sendiri, beban genting yang digunakan, dan
beban angin.
Rangka baja ringan sangat tipis kurang dari 1 mm bila dibandingkan dengan
baja biasa, tujuannya untuk memudahkan dalam perakitan dan konstruksi, tetapi
properti kekuatan tariknya cukup tinggi 550 Mpa. Ketebalan material baja ringan
untuk kuda-kuda dan web berkisar 0,7–1 mm. Sementara untuk reng sekitar 0,4–
0,7 mm. Rangka atap baja ringan, memiliki kelebihan yakni :
1. Beban yang ditanggung oleh struktur dibawahnya lebih rendah, karena
rangka baja ini secara keseluruhan lebih rendah dari rangka kayu.
2. Bila terjadi kebakaran maka rangka baja bersifat tidak membesarkan
api dibandingkan dengan kayu.
3. Rayap atau hewan pemakan kayu lainnya bukan lagi merupakan
ancaman bagi rangka baja.
4. Baja relatif tidak mengalami penyusutan atau perubahan bentuk
lainnya dibandingkan dengan kayu.
5. Ramah lingkungan. Pemakaian baja sebagai pengganti kayu maka akan
mengurangi penggundulan hutan atau penebangan pohon.
Jenis Atap yang digunakan pada gedung atau rumah di dalam pondok
pesantren yaitu atap Kajang. Atap kajang ini sudah umum digunakan pada gedung-
gedung atau balai adat yang ada di Kota Dumai.
126

Gambar 4.14 Atap Kajang pada gedung balai adat di Kota Dumai

4.2.2 Analisis Pencahayaan


Dasar pertimbangan dalam menentukan sistem pencahayaan suatu ruang
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1. Kegiatan dan fungsi ruang.
2. Biaya.
3. Tingkat Iluminasi yang dibutuhkan.
4. Persyaratan penerangan yang dipilih.
5. Estetika Jenis.
Terdapat dua jenis penerangan yang digunakan dalam sistem pencahayaan
suatu bangunan yaitu :
A. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami merupakan pencahayaan yang berasal dari sinar
matahari. Tujuan pencahayaan alami adalah menghasilkan cahaya yang efisien dan
dapat menghemat energi pada bangunan. Penerangan alami yang digunakan ini
harus memenuhi persyaratan antara lain:
1. Diusahakan tidak menimbulkan silau.
Jika cahaya masuk terlalu banyak kedalam ruangan, akan menimbulkan
silau dan tidak nyaman bagi pengguna, oleh sebab itu perlu adanya
127

penutup seperti kerai kayu dibagian jendela agar dapat diatur intensitas
cahaya yang masuk kedalam ruangan.
2. Penyebaran sinar matahari diusahakan merata.
Penempatan jendela pada ruangan harus disesuaikan, sehingga cahaya
yang masuk dapat menyebar dengan merata pada ruangan.
B. Pencahayaan buatan.
Pencahayaan buatan bangunan dapat digunakan pada saat :
1. cuaca yang kurang baik sehingga terang cahaya alami berkurang pada
malam hari
2. pada ruangan yang tidak memungkinkan mendapat sinar matahari
3. pada ruang
Ruang tertentu yang membutuhkan pencahayaan khusus, seperti ruang
pameran, pertunjukan dan auditorium. Jenis – jenis pencahayaan buatan
yang digunakan adalah :
a. Lampu TL.
Jenis – jenis lampu TL atau sering disebut neon, banyak digunakan
untuk penerangan bangunan hal ini disebabkan lampu TL biasanya
berwarna putih cenderung kebiruan sehingga tidak menimbulkan
kesan panas. lampu TL mempunyai rendemen besar dan sangat awet
(7000–10000 jam). Segi ekonomi lebih menguntungkan karena
dengan jumlah daya yang sama lampu TL mempunyai kekuatan
cahaya lebih besar dari lampu pijar.
b. Lampu sorot (spot light) Digunakan untuk penerangan display yang
dimaksudkan untuk menonjolkan /mengekspose suatu obyek.
Lampu sorot dapat menciptakan efek visual paling menarik bagi
pertunjukan yang digelar di ruang pertunjukan dan juga ruang
pameran.
c. Lampu Taman
Penerangan pada area taman diperlukan pada malam hari, untuk
memperindah dan memberikan kesan hidup pada taman, sehingga
tamu juga dapat bermain ditaman pada malam hari.
128

4.2.3 Analisis Sistem Akustik


Akuistik lingkungan sebagai pengurangan kebisingan yang ditimbulkan
dari lingkungan sekitar yakni dengan memanfaatkan pola tata hijau pada area parkir
yang terdapat di sekeliling bangunan serta adanya jarak antara sumber bising utama
dengan bangunan utama.
Akuistik ruangan sebagai preduksi bising yang terjadi di dalam ruangan
yakni diterapkan melalui penggunaan bahan-bahan finishing yang mampu
menyerap bunyi seperti plafond accouistic tile pada semua ruangan kecuali ruang
service. Kontrol terhadap gangguan suara sangat penting karena pada saat ujian di
dalam kelas maupun membaca didalam perpustakaan tertentu sangat dibutuhkan
kosentrasi yang tinggi. Jika ada gangguan suara, maka akan mempengaruhi
ketenangan konsentrasi suatu aktivitas yang terjadi. Batas sakit pendengaran
manusia adalah 130 foon (sekitar 130db atau 1000Hz).
Berikut adalah tabel tingkat kebisingan suara, yang dapat digunakan sebagai
dasar penanganan desain akustik suatu ruang, yaitu :

Tabel 4.18 Tingkat Kebisingan Suara


No Jenis Kebisingan Desibel Efek suara yang diterima

1 Jet tinggal landas atau Menulikan pendengaran


120-130
suara tembakan meriam
2 Sonic boom, band rock,
ruangan disco atau 100-120 Menulikan pendengaran
club-club malam dll.
3 Truck tanpa kenalpot, Sangat keras bagi
kebisingan lalu lintas, 80-100 pendengaran
sempritan polisi dll
4 Kantor yang bising,
suara mesin ketik, Keras
60-80
volume musik yang di
maximalkan
5 Suara percakapan di Sedang
40-60
bandara
6 Ruangan kantor pribadi, lemah
20-30
rumah yang sepi dan
129

tenang, percakapan
yang lemah lembut
7 Gemersik daun, bisikan, Sangat lemah
10-20
nafas manusia dll

4.2.4 Analisis Sistem Penghawaan


Dasar pertimbangan dalam merancang suatu bengunan tidak bisa lepas dari
pengwaan bangunan itu sendiri. Beberapa pertimbangan sistem penghawaan
diantaranya; untuk kenyamanan fisik bagi pemakai bangunan, letak dan luas
bangunan, biaya , standar kenyamanan ruang temperatur 18-28 ºc, kelembaban 40-
60%, dan pergerakan udara 0,1-0,15 m/dtk.
Berikut dua jenis penghawaan bangunan yang dapat digunakan :
1. Penghawaan alami.
Penghawaan alami digunakan khusus untuk ruangan yang bersifat
terbuka yakni pada selasar–selasar bangunan. Prinsip penghawaan alami
adalah memasukkan udara melalui ventilasi ke dalam ruangan dan
idealnya udara yang masuk ke ruangan tersebut mengalami cross
circulation.

Udara segar mengalir di


dalam rumah melalui
ventilasi dan atap rumah

Udara segar juga masuk


dari kolong rumah
melewati lantai rumah.

Gambar 4.15 Sistem penghawaan alami di rumah panggung

2. Penghawaan buatan.
Sistem ini diterapkan guna mengatur kondisi udara (suhu dan
kelembaban) ruangan dalam bangunan terutama ruangan yang
memenuhi tuntutan kenyamanan masimal. Sistem penghawaan buatan
yang digunakan pada bangunan adalah sistem AC.
130

4.2.5 Sanitasi dan Plumbing


A. Jaringan Air Bersih
Sistem air bersih yang dapat digunakan dalam bangunan bersumber dari
PDAM dan deep well. Sistem pendistribusian air yang biasa digunkan antara lain,
1. Up Feed Distribution
Up feed distribution yaitu air dipompakan langsung dari ground
reservoir menuju outlet. Digunakan untuk outlet-outlet antara lain Fire
hydrant dan kran-kran umum.
2. Down Feed Distribution
Down feed distribution yaitu air dari ground reservoir dipompakan
menuju tangki atas, dan didistribusikan menuju outlet dengan bantuan
gravitasi. Digunakan untuk outlet-outlet antara lain sprinkler head,
shower, toilet, dapur, dll.

Bak Air

Gedung

Pompa air

Sumur Bor

Gambar 4.16 Sistem air bersih dari sumur bor

Bak Air

PDAM
Gedung

Gambar 4.17 Sistem air bersih dari PDAM


131

B. Sistem Drainase
Sistem drainase digunankan untuk memanfaatkan air hujan dan drainase
untuk menyiram tananaman, menyiram toilet, dll. Air drainase dan air hujan
disalurkan melalui pipa dan talang setiap bangunan, kemudian diteruskan dan
dialirkan ke sumur penampungan air hujan.
Poly Tank
Dapat dimanfaatkan untuk
sumber air dari mata air
sumur bor

Mesin Pompa
Drainase Bangunan
Dapat dimanfaatkan untuk
Sumur Resapan
menyirami taman dan Pipa Pompa Air
lapangan bola kaki

Gambar 4.18 Sistem sirkulasi air drainase

C. Sistem Air Kotor


Air yang berasal dari toilet dan dapur dialirkan langsung disaring dan
dialurkan menuju bak kontrol, kemudian setelah dilakukan penyaringan dialirkan
menuju sumur resapan. Sedangkan air yang tidak memiliki kotoran yang berasal
dari air mandi, pencucian dialirkan langsung ke sumur penampungan yang
dimanfaatkan untuk menyiram tanaman.

Sumber limbah
cair dan padat
Air dimanfaatkan
untuk menyiram
tanaman dan
rumput lapangan
Sumur resapan
air limbah Bak control
Gambar 4.19 Sistem sirkulasi air kotor atau limbah cair dan padat
132

4.2.6 Sistem Komunikasi


Sistem komunikasi berdasarkan penggunaannya terbagi menjadi :
1. Komunikasi internal, yaitu sistem yang khusus melayani percakapan antar
ruang dalam bangunan melalui airphone dan intercom. Hal ini dapat
dimanfaatkan antara ketua yayasan yang ingin menelfon ke bawahannya.
2. Komunikasi eksternal, yaitu komunikasi yang terjadi dari dan keluar
bangunan. Komunikasi ke luar dan kedalam bangunan menggunakan
telepon dengan sistem Private Automatic Branch Exchange (PABX) tanpa
operator dan sistem Private Manual Branch Exchange (PMBX) melalui
operator dengan layanan komunikasi dari pusat telepon (TELKOM) yang
dapat mengirim dan menerima pembicaraan pada bangunan.
3. Local Area Network (LAN) dan Wi-Fi, yang merupakan system hardware
dan software yang menyediakan sambungan untuk komunikasi suara dan
data. LAN memungkinkan dihasilkannya suatu jalur khusus yang
menghubungkan berbagai peralatan computer dengan efisien dan cepat
dengan sistem yang dapat memberikan layanan berupa email, transmisi
data, akses data eksternal dan input data, percetakan serta keamanan
jaringan. Fasilitas Wi-Fi perlu disediakan untuk mendukung kegiatan
didalam ruang TIK dan kantor yayasan serta sekolah.

4.2.7 Penangkal Petir dan Fire Protection


Instalasi penangkar petir adalah instalasi atau komponen-komponen dan
peralatan-peralatan yang secara keseluruhan berfungsi untuk menangkap petir dan
menyalurkan ke tanah sehingga semua bagian dari bangunan berseta isinya atau
benda-benda yang dilindunginya terhindar dari bahaya sambaran petir.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam merencanakan sistem
penangkar petir:
a. Keamanan Secara Teknis
b. Penampang hantaran-hantaran pertahanan yang digunakan
c. Ketahanan mekanis
d. Ketahanan terhadap korosi
133

e. Bentuk dan ukuran bangunan yang dilindungi


Sistem penangkal petir yang digunakan adalah elektrostatis, karena
memiliki keuntungan yaitu penyaluran arus petir yang tertutup dari obyek sekitar,
perawatan yang tidak terlalu sulit, terbuat dari bahan yang tidak mengandung radio
aktif serta terjamin keamannnya terhadap obyek yang dilindungi.
Fire Protection Merupakan pengamanan terhadap bahaya kebakaran dan
sekaligus terhadap kemungkinan bahaya kebakaran. Sistem penanggulangan
bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi
A. Sistem Deteksi
1. Heat Detector
Digunakan sebagai alat deteksi apabila panas pada ruangan mengalami
kenaikan yang drastis dan cenderung bahaya. Standar kebutuhan alat 1
unit/75m².
2. Smoke Detector
Digunakan sebagai alat deteksi apabila pada ruangan terdapat asap yang
melebihi kadar yang ditentukan.Pemakaian berdampingan dengan heat
detector. Standar kebutuhan alat 1 unit/75m².
3. Fire Alarm
Alaram Peringatan yang akan berbunyi bila ada kebakaran ataupun asap
yang melebihi standar yang dideteksi oleh heat dan smoke detector.
Standar kebutuhan 1 unit/225m².
B. Sistem Refresif
Sebagai sistem untuk menanggulangi meluasnya bahaya kebakaran.
Meliputi alat pemadam kebakaran dan penunjangnya. Dan kesiapan alat tersebut
untuk digunakan sewaktu-waktu. Sistem yang dipakai yaitu:
1. Fire Hydrant
Merupakan pilar-pilar yang dipasang pada tempat-tempat yang strategis
diluar bangunan, saluran yang berhubungan dengan sumber air dengan
jangkauan standar sekitar 800m².
2. Automatic Sprinkler System
134

Pemadam api otomatis yang terpasang pada plafond yang menyemprot


air sesuai dengan suhu ruangan yang memanas. Standart sprinkler
system 1unit/25m².

Sprinkler Bak air penyimpanan Asap itam

Resenta Pompa
Sumur

Gambar 4.20 Sistem sprinkler pada bangunan

3. Fire Extinguiser on House Reel


Alat Pemadam api praktis yang berupa tabung gas mandiri dan selang
air yang berhubungan dengan saluran air. Dipakai berdampingan pada
tempat-tempat rawan api, dan mudah dilihat dan dijangkau. Standart
kebutuhan masingt-masing 1 unit/200m².
C. Sistem Preventif
Usaha untuk mencegah terjadinya kebakaran dengan usaha sebagi berikut
ini:
1. Menjauhkan bahan yang mudah terbakar dari
2. Melindungi bahan yang mudah terbakar dengan bahan isolasi tahan api
3. Perencanaan dan perancangan yang baik seperti organisasi ruang,
pengelompokan ruang, sirkulasi, kelengkapan peralatan dan
penempatannya, dll.
D. Penyelamatan Penghuni
Usaha untuk menyelamatkan penghuni dari bahaya kebakaran yang terjadi
dan efek-efek yang ditimbulkan yakni,
1. Membuat tangga darurat pada tempat-tempat yang tinggi.
2. Pintu-pintu darurat
3. Ventilasi dengan penyedot asap
135

Beberapa hal lain yang juga harus dipertimbangkan yaitu,


1. Kebutuhan air sebagai pemadam kebakaran
Kebutuhan reservoir air untuk pemadam kebakaran dihitung dengan
perencanaan apabila semua outlet beroperasi, terdapat 1 menit waktu
alat bekarja sebelum pompa air ke resevoir beroperasi untuk menambah
air di reservoir.
2. Perencanaan penempatan reservoir
Perencanaan reservoir terpisah-pisah, yaitu untuk fire hydrant langsung
dari reservoir utama didistribusikan menuju outlet dengan pompa untuk
mempertahankan tekanan air. Sedangkan untuk sprinkler dari pompa
ditampung dulu pada atap bangunan, dengan menuju sprinkler head
dengan sistem down feed.

4.2.8 Sistem Kelisitrikan


Sumber daya listrik yang digunakan pada perancangan ini adalah PLN
sebagai perusahaan listrik milik negara yang memberikan jaringan listrik yang
merupakan suplai energi utama dan Diesel Generator Set (Genset) sebagai suplai
energi cadangan. Lokasi ini sudah dialiri oleh listrik sehingga sangat mudah untuk
mendapatkan sumber daya listrik. Pengoperasian sistem instalasi listrik pada
kondisi beban normal, seluruh beban listrik mendapat suplai energi dari PLN.
Ketika sumber tenaga listrik PLN mengalami gangguan atau mati dari pusatnya,
maka secara otomatis sumber tenaga listrik diambil alih oleh sumber cadangan
diesel genset yang dilengkapi Automatic Main Failure (AMF) dan melayani beban
listrik.

4.2.9 Sistem Pengolahan Sampah


Sampah-sampah yang berupa sisa-sisa bahan padat dikumpulkan secara
horisontal pada tiap lantai dengan menggunakan tong sampah disetiap lantai,
maupun zona beberapa area. Kemudian dibuang melalui shaft sampah untuk
bangunan bertingkat. Namun juga bisa langsung ke bak penampungan sampah,di
bak penampungan sampah, nantinya sampah-sampah akan dipilah, sampah organik
136

ke bagian sampah organik dan non organik akan di tempatkan di ruangan sampah
non-organik. Mulai dari bank sampah, diangkut petugas kebersihan ke
penampungan sementara, lalu diangkut oleh truk pengangkut sampah.

4.2.10 Sistem Keamanan


Sistem keamanan pada Pondok Pesantren ini berupa petugas security yang
bertugas menjaga keamanan didalam kawasan ini dan dibantu dengan penggunaan
CCTV (central circuit television) untuk membantu memantau seluruh kegiatan di
lingkungan kawasan ini. CCTV diletakkan di beberapa spot, dan akan dipantau di
suatu ruangan.

4. 3 Analisis Penerapan Tema dalam Bangunan


4.3.1 Arsitektur Neo-Vernacular
Tujuan dari adanya Arsitektur Neo-Vernacular ialah untuk melestarikan
kembali unsur-unsur lokal yang terbentuk baik secara empiris oleh tradisi yang ada
dan mengembangkannya menjadi lebih modern. Artikata memperbarui bentuk
visual ke modern, akan tetapi tidak diambil sepenuhnya dari bentukan bangunan
tradisional, hanya beberapa unsur-unsur yang menjadi cirikhas dari bangunan
tersebut,cirikhas disini ialah khayalak ramai mengetahui bahwa unsur tersebut
hanya dimiliki oleh bangunan tradisonal yang dimaksud.
Secara simple Arsitektur Neo-Vernacular ini sebuah proses yang mengikuti
perkembangan zaman atau mencetak kembali Arsitektur Vernacular dengan
mentransformasikan atau memperbarui bentuk bangunan dan struktur (fisik) serta
non fisik (nilai filosofi, simbolis dan makna-makna yang tersirat).
A. Nilai fisik
Nilai fisik dapat dilihat pada tampilan bangunan, yang mana tampilan rumah
tradisional Melayu yang lama dikembangkan agar terlihat lebih kekinian atau
modern. Selembayung yang biasanya hanya menyangkut di ujung dekat bidai, kini
dimodifikasi yang ujung menempel pada papan sampai ke tanah .
137

B. Nilai Non Fisik


Nila non-fisik diambil dari filosofi-filosifi yang melekat pada bentuk yang
ada pada rumah atau balai tradisional Melayu , seperti:
1. Ornamen-ornamen yang ada pada bangunan tradisional Melayu.
2. Tatanan ruang yang ada pada bangunan tradisional Melayu.

Bentuk denah rumah Bentuk denah balai


tradisional di Kota adat di Kota Dumai
Dumai

Gambar 4.21 Penerapan Nilai Non-Fisik pada Tema

4.3.2 Analisis Penerapan Tema


Penerapan tema pada Pondok Pesantren ini berdasarkan unsur-unsur
Vernakular yang diambil dari bagian-bagian Rumah Tradisional Melayu di Kota
Dumai, yaitu atap, fasad,ornamen dan massa. Terdapat nilai fisik dan non-fisik,
nilai fisik diambil dari rumah tradisional Melayu yang berupa tampilan bangunan,
sistem penghawaan dan sistem pencahayaan. Sedangkan elemen non-fisik dapat
berupa ornamen-ornamen dan tatanan ruang dari rumah adat Melayu.

Atap yang merengpun pada awalnya


Selembayung yang melekat diatas dan dimodifikasi menjadi lurus dan fungsinya
tergantung, kini dimodifikasi sampai ke tanah tetap sama

Gambar 4.22 Analisa Tema


138

A. Nilai Fisik
Tampilan fisik dari rumah Melayu di Kota Dumai yang mana ada sedikit
pengembangan dan modifikasi agar tampilan mengikuti zaman atau kekinian.
B. Nilai Non-Fisik
Nilai non-fisik yang diterapkan pada tema ini yaitu, penerapan berbagai
ornamen yang melekat pada balai atau ruma tradisional Melayu. Ornamen melayu
tidak hanya diterapkan pada fisik bangunan saja, melainkan juga harus diterapkan
pada ruang dalam bangunan agar suasana melayu lebih terasa.
Adapun tatatan pada rumah melayu juga diterapkan, penerapan tatanan ini
lebih kepada tatanan masa pada Pondok Pesantren, yaitu masjid, gedung sekolah
dan kantor, aula, asrama, parkiran serta lapangan olahraga yang merupakan
penerapan dari tiga (5) bagian dari tatanan rumah melayu secara umum meliputi,
selang, serambi, rumah induk, kamar dan dapur.

Gambar 4.23 Analisa Tatanan Massa


139

4. 4 Analisa Tapak
4.4.1 Kondisi dan Potensi Tapak
A. Kondisi
1. Lahan merupakan milik pribadi masyarakat atau kebun milik pribadi
masyarakat.
2. Tanah datar .
3. Lahan tidak memiliki banyak hutan dan semak belukar.
4. Berada dizona pendidikan.
B. Potensi
1. Menjadi satu-satunya pondok pesantren modern yang ada di wilayah
itu.
2. Jalur utama merupakan jalan lintas antar kota dan antar provinsi.
3. Dekat dengan pelabuhan roro Dumai-Rupat.
4. Dekat dengan terminal AKAP.
5. Suasana tenang, dikarenakan hanya jam-jam tertentu yang padat.

Gambar 4.24 Analisis Kondisi Tapak


140

4.4.2 Analisa Pencapaian


Untuk menuju site ada tiga jalan yang bisa dipakai untuk sampai ke tujuan,
pertama dari jalan Budi Kemuliaan, kedua dari jalan Dock dan yang ketiga dari
jalan Wan Amir. Lebar ukuran jalan Cut Nyak Dien sekitar 8m dengan 1 jalur 2
lajur.

Gambar 4.25 Analisis Pencapaian Tapak


141

4.4.3 Analisa Matahari dan Angin


Orientasi Masjid menghadap ke timur dan barat, yaitu menghadap ke gardu
PLN, bangunan selain masjid menghadap ke selatan dan utara, sehingga hanya
sedikit area yang terpapar oleh sinar matahari langsung. Selain itu bangunan juga
dilengkapi dengan pemakaian double fasad dan vegetasi pada area yang memiliki
tingkat intensitas matahari yang tinggi.

Dauble fasad dan vegetasi

Gambar 4.26 Analisis Matahari

Angin berhembus saat pagi sampai ke sore dari arah laut ke darat, hal ini
membuat hawa terasa panas dikarenakan hawa air laut membawa suasana panas.
Sedangkan angin yang berhembus dari darat kelaut membawa angin yang segar.

Gambar 4.27 Analisis Angin


142

4.4.4 Analisis Kebisingan


Sumber kebisingan utama terletak pada simpang 4 yang berada di arah barat
site, kebisingan berasal dari suara kendaraan bermotor yaitu truck dan bus yang
sering melewati jalan utama site. Berada pada kontur site yang datar maka tidak
memerlukan perlakuan pada site, karena jarak antara site dengan kebisingan utama
sejauh 200m. Sumber kebisingan yang lainnya yaitu adanya lapangan bola,
lapangan bola berada di arah barat laut pada site. Pada bagian yang dekat ke jalan
lintas utama dibuat zona parkir.

Gambar 4.28 Analisis Kebisingan tanggapan kebisingan


143

4.4.5 Analisa View


A. View dari luar kedalam tapak
View menuju tapak berupa hamparan kebun ubi atau singkok, posisi site
hampir sejajar dengan jalan, hanya turun -0,30cm dari muka jalan.

Kebun ubi Anak sungai


Gambar 4.29 View kedalam Tapak

B. View dari dalam keluar tapak


View keluar tapak mengarah ke jalan lintas utama, lapangan bola dan
perkebunan ubi atau singkong. Untuk view ke jalan perletakan zona parkiran yang
di utamakan.

Lapangan bola Kebun ubi atau singkong Jalan besar

Gambar 4.30 View keluar tapak

4. 5 Analisis Tampilan Fisik Bangunan


Gaya bangunan pada Pondok Pesantren ini dibentuk sesuai konsep dan tema
perancangan yaitu Arsitektur Neo-Vernacular sesuai dengan prinsip-prinsip rumah
atau balai tradisonal Melayu di Kota Dumai yang kemudian diterapkan sesuai
fungsi dan kebutuhan untk menghasilkan gaya bangunan baru.
A. Gedung Kantor Yayasan dan Sekolah
Gedung kantor yayasan dan sekolah berada pada satu atap, tujuannya agar
semua urusan yang berhubungan dengan Pondok Pesantren mudah diselesaikan,
terlebih lagi khusus pendaftaran santri baru. Gedung kantor ini membentuk huruf
144

L, dimana sebagian dari gedung mengikuti arah timur dan barat selebihnya lagi
menghadap ke selatan dan utara, gedung ini bagaikan gerbang yang menghapit
masjid yang berada di tengah-tengah site. Material yang digunakan pada gedung
adalah kombinasi antara material kayu, beton dan kaca, hal ini dilakukan agar tetap
nampak gaya tradisional akan tetapi sudah diperbarui dan sudah modern.
B. Gedung Aula atau Hall
Gedung hall atau aula berada di sisi timur depan masjid, orientasi aula ini
sebagian kecil menghadap ke timur dan barat, gedung aula ini membentuk huruf L,
gedung aula juga menghapit masjid sama halnya dengan bangunan kantor, pada
gedung Aula ini menggunakan sistem bentang lebar, dikarenakan hal ini sebagai
tempat mengadakan acara-acara akbar didalam pesantren. Gedung aula ini didepan
gedung sekolah khusus wanita. Gaya bangunan aula ini tetap menggunakan prinsip
balai atau rumah tradisional masyarakat Melayu yang ada di Kota Dumai, material
di dominasi oleh baja, beton dan kaca. Penggunakan material di atas agar aula
terlihat lebih modern, akan tetapi tetap saja menggunakan sistem panggung.
C. Masjid
Masjid diletakkan ditengah tengah site, tujuannya agar mudah dicapai
dengan akses menuju ke masjid dapat di tempuh dari manapun, masjid tidak hanya
berfungsi untuk masyarakat yang ada di dalam Pondok Pesantren saja, melainkan
untuk masyarakat diluar pondok pesantren, maka dari itu perletakan masjid pas
didepan zona parkiran. Masjid ini menggunakan sistem panggung dengan dengan
mengikuti prinsip-prinsip dari rumah dan balai tradisional masyarakat Melayu yang
ada di Kota Dumai, adapun material dari masjid ini ialah kombinasi antara kayu,
beton dan kaca.
D. Asrama
Perencanaan asrama nantinya dibagi menjadi dua wilayah, pembagian
wilayah santri pria dan santri wanita, bentuk bangunan pada asrama nantinya
berbentuk rumah susun dengan empat tingkatan, Perletakan asrama santri pria
berada dekat gedung sekolah khusus pria, agar akses menuju ke sekolah tidak jauh,
begitu pula dengan asrama santri wanita, berdekatan dengan gedung sekolah.
Asrama ini nanti dijadikan sebuah komplek atau dibaratkan sebagai perumahan.
145

Orientasinya menghadap selatan dan utara dengan pintu masuk langsung


mengakses ke jalan setapak di dalam pondok pesantren. Bentuk dari asrama ini
tetap menggunakan prinsip-prinsip dari balai dan rumah tradisional, serta
menggunakan atap kajang.
E. Gedung Belajar atau Sekolah
Gedung belajar berorientasi dari selatan dan utara, tepat berada di belakang
gedung kantor yayasan dan sekolah. Bangunan ini menggunakan prinsip rumah
panggung dengan mengkombinasikan material beton, kaca dan juga kayu, gedung
ini terdiri dari 2 tingkat, dimana dibawah lantai satu merupakan zona laboratorium
dan perpustakaan, tingkat pertama untuk kelas SMP dan tingkat kedua untuk kelas
SMA. Gedung belajar ini dibagi dua wilayah, satu wilayah untuk lokal pria dan
satunya lagi untuk wanita, sedangkan gedung belajar untuk wanita, diletakkan
berdekatan dengan gedung asrama.
F. Laundry
Laundry ditempatkan berdasarkan zona asrama, setiap zona asrama terdapat
dua (2) bangunan laundry, hal ini di buat agar tidak terjadinya antrian yang panjang
saat penjadwalan pencucian telah tiba. Bentuk bangunan laundry ini masih
berpanggung dengan orientasi menghadap ke selatan dan utara, serta area jemuran
menghadap ke barat dan selatan, agar sinar matahari dapat dimanfaatkan sebagai
pengering alami dari baju yang telah di cuci. Penggunakaan bahan material dari
bangunan laundry ini adalah kombinasi antara beton dan kaca. adapun
pemanfaatkan ruangan mencuci diletakkan di dekat panggung, sedangkan urusan
menggosok dan packing di letakkan di atas panggung, jadi zona dibagi 2, antara
basah dan kering. Bentukan bangunan laundri ini masih mengikuti prinsip-prinsip
dari rumah tradisional Melayu yang ada di Kota Dumai.
G. Bangunan Rumah Kyai
Rumah kyai diletakkan di antara asrama santri pria dan wanita, rumah kyai
dimanfaatkan sebagai pembatas, bentuk bangunan rumah kyai sama seperti asrama
para santri, perbedaanya terlihat dari luas bangunan dan kelengkapan ruangan yang
mengimplementasikan bentuk asli dari rumah tradisional melayu yang ada di Kota
Dumai, rumah kyai ini masih menerapkan sistem panggung dengan menggunakan
146

atap kajang, rumah kyai ini menggunakan kombinasi material kayu, beton dan kaca,
untuk material kayu digunakan diseluruh bangunan rumah, sedangkan beton
digunakan untuk tiang panggung rumah saja dan kaca mengikuti material yang
dibutuhkan.
H. Bangunan Rumah Tamu
Bangunan ini difungsikan hanyalah khusus orang tua para santri yang ingin
menjenguk anak-anaknya yang dititipkan di dalam Pondok Pesantren ini, bangunan
ini sengaja di hadirkan agar para orang tua santri tidak jauh-jauh dan susah payah
untuk mencari tempat menginap diluaran sana. Perencanananya bangunan rumah
tamu ini dibagi perzona lagi, antara zona asrama santri pria dan wanita, bentukan
dari bangunan rumah tamu ini ialah sebuah rumah besar yang didalamnya terdapat
beberapa kamar, bangunan rumah ini menggunakan material kayu, beton dan kaca
serta menggunakan atap kajang dengan sistem berpanggung. Perletakan bangunan
ini sederetan dengan rumah kyai dan dibelakang masjid.

4.5.2 Gubahan Massa


Gubahan massa pada bangunan Pondok Pesantren ini mengikuti pola-pola
atau sifat-sifat yang terdapat pada konsep yaitu Ka’bah, dimana bentuk dari pola
penyusunan bangunan yang ada di Pondok Pesantren ini memusat dan menyebar,
yang menjadi titik pusat pada pada penataan bangunan di Pondok Pesantren ini
ialah Masjid, sedangkan pola menyebar yaitu bangunan seperti Hall,kantor sekolah
dan yayasan, gedung olahraga, asrama dan lain sebagainya. Bentukan pola memusat
dan menyebar memiliki makna menjadi pusat perhatian dan melindungi bangunan
di tengahnya.

Gambar 4.31 Gubahan Massa Bangunan


147

4.5.3 Fasad
Adapun fasad yang digunakan pada gedung dan bangunan yaitu
menggunakan daoubel fasade dengan motif ukiran yang terdapat pada balai dan
rumah tradisional Melayu yang ada di Kota Dumai. Area yang mendapat paparan
matahari yang lama dapat penambahan unsur-unsur tanaman agar paparan sinar
matahari yang menembus ke dalam bangunan tidak terlalu kuat, dikarenakan
vegetasi dapat mengurangi intensitas cahaya sebanyak 92%. Adapun bentukkan
fasad diambil dari ornamen-ornamen yang melekat pada balai dan rumah
tradisional Melayu, adapun ornamen-ornamen yang melekat pada bangunan
tersebut ialah:

1. Pucuk Rebung
2. Lilit Kangkung
3. Kaluk Pakis
4. Trali Biola
5. Bunga Hutan
6. Lebah Bergantung Tampuk Manggis

4.5.4 Interior
Interior yang dihadirkan untuk asrama dan rumah tamu dibuat sedemikian
rupa dengan menghadirkan nuansa rumah melayu pada umumnya, terlihat dari
kesederhanaan interior di dalamnya, sedangkan untuk gedung-gedung seperti aula
atau hall, kantor yayasan dan sekolah serta ruang belajar dan seperangkatnya tidak
lagi mengikuti interior yang sama dengan asrama.

4.5.5 Warna dan Meterial


A. Warna
Warna pada bangunan menerapkan warna-warna yang sesuai dengan
nuansa kerajaan Melayu yang selaras dengan lingkungan. Dengan penggunaan
warna-warna dominan seperti warna-warna dasar kayu, memperbanyak cat pernis,
warna kuning emas, hijau, merah dan putih.
148

B. Material
Material yang digunakan adalah meterial alam seperti, kayu, batu alam yang
dipadukan dengan material-material modern seperti, beton, kaca dan lain
sebagainya.

4.5.6 Vegetasi
vegetasi yang ada dibagi menjadi 3 jenis yaitu:

A. Vegetasi peneduh
Vegetasi peneduh diletakkan pada area-area yang banyak aktivitas di luar
gedung, tentu saja penanaman pohon ini tidak sembarangan melainkan diatur jarak
antar pohon. Tumbuhan yang sering digunakan sebagai tumbuhan peneduh ialah,
pohon ketapang, flamboyan, kayu putih dan lain sebagainya.

B. Vegetasi pembatas
Vegetasi pembatas biasanya diletakkan diarea parkira, terkadang
dimanfaatkan juga sebagi penunjuk arah dan menuntun arah, adapun tumbuhan
yang sering digunakan sebagai pembatas serta penunjuk arah ialah, buluh cina,
glondong tiang, pucuk merah, cemara, lili brazil dan lain sebagainya.
C. Vegetasi hiasan
Begetasi hiasan biasanya ditanam di dekat taman, tidak jarang juga
diletakkan di pinggir bangunan sekolah sebagai penghiasa serta mempercantik
tampilan sekolah. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai penghias antara lain,
melati air, seruni, keladi merah dan hijau, bunga mawar, bugenvile dan lain
sebagainya.

4. 6 Konsep Perancangan
Dalam membuat sebuah konsep haruslah yang ada kaitannya dengan fungsi
dari bangunan yang akan di desain, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam
proses peracangan kedepannya. Pada perancangan pondok pesantren ini
menggunakan konsep Ka’bah. Ka’bah merupakan kiblat seluruh umat muslim yang
ada di dunia, jika dilihat lagi ka’bah memiliki satu pola yang sangat umum kita
149

kenali, yaitu pola satu titik atau sentral, dari pola inilah dapat dikembangkan
berbagai macam aktifitas, pembentukan massa, penyebaran massa dan lain
sebagainya.

Gambar 4.32 Konsep Perancangan

Gambar 4.33 Konsep Perancangan efek dari Ka’bah


150

Dari kelima efek dasar inilah yang nantinya akan dikembangkan dalam proses
mendesain Pondok Pesantren. Adapun tahap proses selanjutnya yaitu pengembangan:
A. Pola
Pengambilan pola untuk pengembangan perletakan massa bangunan harus
diterjemahkan dahulu dalam implementasi, pengimplementasian ini haruslah
memiliki persamaan yang hampir mirip dengan pengambilan konsep dasar diatas,
maka pengimplementasian Ka’bah sangat cocok jika diibaratkan sebuah Masjid.

Gambar 4.34 Konsep Pola Perancangan Pondok Pesantren


B. Bagian
Terjemahan dari konsep pola perancangan adalah pembagian massa
bangunan, akan tetapi dalam bagian ini hanya menjabarkan prinsip-prinsip dari
bangunan yang akan di bangun melanjutkan konsep pola perancangan pondok
pesantren.
151

Gambar 4.35 Pembagian Prinsip-Prinsip Massa Bangunan

4.6.1 Konsep Rencana Bangunan


Rencana massa bangunan menggunakan gaya Arsitektur Neo-Vernacular
yang konsep bangunan berorientasi pada Rumah dan Balai Adat tradisonal Melayu
yang ada di Kota Dumai itu sendiri, yang dikembangkan dengan konsep dasar yaitu
Ka’bah yang nantinya akan dibagi porsi antara Ka’bah dan bangunan Tradisional
Melayu, pada bangunan tradisonal Melayu yang ada di Kota Dumai akan didesain
dalam bentuk dan material yang lebih modern. Penerapan fisik gedung yang
diambil dari bangunan rumah dan balai adat tradisonal Melayu yang ada di Kota
Dumai berupa, atap, massa dan fasad, sedangkan penerapan ornamen dan filosofi
Melayu berupa ornamen lilit kangkung, ornamen pucuk rebung, ornamen jenis
bunga-bungaan dan lain-lain.
Pemilihan fungsi dan tema dimaksudkan agar orang yang telah memasuki
dalam lingkungan Pondok Pesantren dapat merasakan suasana rumah atau balai
adat tradisional Melayu yang telah di transformasikan dan dikemas dalam bentuk
yang lebih modern. Untuk menciptakan suasana tersebut diambillha beberapa unsur
yang ada pada rumah atau balai adat misalnya, penerapan ornamen-ornamen,
152

bentuk panggung, penerapan ukiran-ukiran, penggunaan selembayung dan lain


sebagainya.

transformasi

Rumah tradisional Selambayung


melayu diteruskan ke tanah

Perspektive bangunan
yang di Neo-
Vernacular
Gambar 4.36 Rencana Bangunan

4.6.2 Konsep Rancangan Tapak


A. Penzoningan Tapak

Perancangan bangunan Pondok Pesantren ini dibagi atas dua zona, yaitu
zona publik dan zona privat. Zona publik yaitu zona yang dapat diakses oleh orang
luar selain masyarakat pondok pesantren, seperti, kantor yayasan dan sekolah,
masjid, asrama tamu, hall, atm center dan parkiran, sedangkan zona privat yaitu
zona yang tidak dapat diakses oleh orang luar, seperti gedung sekolah, lapangan
olahraga, gedung belajar, asrama, dan rumah kyai.
153

Gedung Aula atau Hall

Gedung Kantor yayasan dan sekolah

Masjid

Bangunan asrama santri putra

Bangunan asrama santri putri

Gedung belajar putra

Gedung belajar putri

Rumah kyai dan tamu

Gambar 4.37 Zona dalam Bangunan

Akses utama adalah dari utara dikarenakan jalan utama berada di utara
yaitu jalan Cut Nyak Dien. Parkiran berada di depan sebelum memasuki kawasan
Pondok Pesantren.
154

Gambar 4.38 Zona Luar Bangunan

B. Orientasi Bangunan
Berdasarkan hasil analisis maka bangunan Pondok Pesantren akan
berorientasi ke arah selatan dan utara.
155

Gambar 4.39 Orientasi Bangunan

sedangkan bukaan pada bangunan sendiri lebih mendominasi menghadap


mengarah ke Masjid yang ada di tengah-tengah bangunan.

Gambar 4.40 Bukaan Bangunan


156

C. Pencapaian
Pondok Pesantren ini dapat diakses melaui jalan Cut Nyak Dien, untuk
kendaraan masuk dan keluar tetap menggunakan jalan utama ini sedangkan
pejalan kaki, akses masuk berada di pintu gerbang utara, barat dan timur
disana terdapat pedestrian yang di khususkan untuk pejalan kaki saja, hal
ini dilakukan karena, kendaraan bermotor hanya dapat masuk di lahan parkir
saja, selebihnya dengan berjalan kaki.

Gambar 4.41 Gerbang Masuk Pondok Pesantren

D. Konsep Landsekap
1. Parkiran
Parkiran kendaraan bermotor yang akan disedikan berada pada satu
titik, yaitu berada di depan sebelum memasuki gerbang wilayah Pondok
Pesantren, parkir kendaraan bermotor terdiri dari kendaraan motor,
mobil dan bus. Area parkir akan ditanami oleh pohon pelindung dan
berbagai macam tanaman hiasan lainnya yang dapat meneduhkan
kendaraan yang parkir.
2. Sirkulasi
Sirkulasi yang terdapat pada perencanaan perancangan
PondokPesantren ini terdiri dari sirkulasi kendaraan bermotor, sirkulasi
pejalan kaki maupun disabilitas. Sirkulasi kendaraan bermotor hanya
dibatasi sampai area parkir saja, sehingga dari pengemudi maupun
penumpang untuk melanjutkan masuk ke area Pondok Pesantren akan
157

difasilitasi oleh pedestrian yang di desain menarik agar pejalan kaki


menikmatinya.

4.6.3 Konsep Bangunan


Bentukan konsep bangunan diambil dari sifat-sifat dan pola-pola yang ada
pada lingkungan Ka’bah, jika dilihat secara sepintas, ka’bah memiliki garis poros
dimana ka’bah itu sendiri menjadi titik pusat dari bangunan sendirinya, banyaknya
orang yang melaksanakan tawaf atau mengelilingi Ka’bah makin dekat dengan
Ka’bah makin mengecil pola rotasinya, sedangkan makin jauh dengan Ka’bah maka
makin besarlah rotasinya untuk mengelingi Ka’bah. Bentukan awal yang akan di
ambi dari pola dan sifat-sfat dari Ka’bah ini ialah terpusat dan menyebar.

Gambar 4.42 Transformasi Desain


Garis yang awalnya berasal dari satu titik dengan titik pusat berada di
tengah-tengah, dengan adanya pola ini membuat sebuah poros yang makin jauh dari
titik makin membesar, maka hasil dari transformasi ini membentuk sebuah
bentukan bangunan pada Pondok Pesantren, dimana titik pusatnya ialah masjid.
158

Gambar 4.43 Hasil Transformasi Desain


159

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil perancangan Pondok Pesantren di Kota Dumai dengan
Pendekatan Arsitektur Neo-Vernacular, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dengan adanya Pondok Pesantren di Kota Dumai ini nantinya dapat
membantu anak-anak yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan ke
Pondok Pesantren tidak bersusah payah keluar dari Kota Dumai.
2. Pada fungsi perancangan pondok pesantren ini akan menerapkan arsitektur
Neo-Vernacular namun tetap mengunakan prinsip-prinsip kebudayaan
Melayu. Penerapan arsitektur Neo-Vernacular agar kebudayaan Melayu
yang ada di Kota Dumai tidak dikatakan tidak mengikuti perkembangan
zaman lagi, dimana adanya sebagian masyarakat yang tidak begitu
mencintai kebudayaannya sendiri, dengan adanya arsitektur Neo-
Vernacular dapat membuka wawasan tentang adanya perubahan dalam gaya
arsitektural bangunan akan tetapi wujud asli dari kebudayaan itu masih di
tonjolkan.

5.2 Saran
Penulis menyadari bahwa banyak hal yang mungkin belum terpenuhi dalam
penyusunan laporan seminar tugas akhir yang hasilnya jauh dari kesempurnaan.
Maka dari itu perlu adanya kajian lebih lanjut dengan tema-tema perancangan
maupun objek perancanaan yang matang. Perlu diketahui bahwasanya perancangan
objek ini masih dalam lingkup desaarsitektur yang menerapkan dasar perinsip
arsitektur pengintegritasian nilai-nilai Melayu. Menjadikan pesantren yang
membawa pendidikan yang sempurna dengan membawa kemaslahatan masyarakat
dalam segala aspek.
Hal tersebut memiliki tujuan yang diharapkan akan menajdi kajian dan
pembahsan arsitektur lebih lanjut mengenai objek perancangan sehingga dapat
bermanfaat bagi bidang keilmuan khususnya dalam bidang arsitektur

Anda mungkin juga menyukai