Anda di halaman 1dari 18

PEMBATALAN MEREK “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH

COMBED” BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG


MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DALAM PUTUSAN Nomor : 8/Pdt.Sus-HKI-
Merek/2021/PN Smg

Artikel Ilmiah
Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pada Program Studi Hukum Program Sarjana
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Oleh:
IRPAN SETIAWAN
E1A018112

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


PROGRAM STUDI HUKUM PROGRAM SARJANA
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS HUKUM
Jl. Prof. Dr. HR. Boenyamin 708 Purwokerto 53122
Telp. (0281) 638339, 0811298339, Faks. (0281) 627203
Laman: www.fh.unsoed.ac.id, Email: fh@unsoed.ac.id

ARTIKEL ILMIAH

1. Judul Skripsi : PEMBATALAN MEREK


“BOSS DIAMOND CARBON
PEACH TWILL STRETCH
COMBED” BERDASARKAN
UNDANG – UNDANG NOMOR
20 TAHUN 2016 TENTANG
MEREK DAN INDIKASI
GEOGRAFIS DALAM
PUTUSAN Nomor : 8/Pdt.Sus-
HKI-Merek/2021/PN Smg.
2. Pelaksanaan Penelitian :

a. Nama : Irpan Setiawan


b. NIM : E1A018112
c. Angkatan : 2018
d. Jumlah SKS : 148
3. Pembimbing Akademik : Manuggal Kwardaya, S.H., LL.M., Ph.D.
4. Pembimbing Skripsi :
a. Pembimbing I : Sukirman, S.H., M. Hum.
b. Pembimbing II : Agus Mardianto, S.H., M.H.
5. Program Studi : Ilmu Hukum
6. Lingkup Bagian : Hukum Keperdataan
PEMBATALAN MEREK “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL
STRETCH COMBED” BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR
20 TAHUN 2016 TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS
DALAM PUTUSAN Nomor : 8/Pdt.Sus-HKI-Merek/2021/PN Smg

Oleh :
Irpan Setiawan
E1A018112
ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan pembatalan merek


“BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED“ oleh Para
Penggugat yang dilandasi iktikad tidak baik, merek tersebut merupakan hak dari
Tergugat dalam Putusan Pengadilan Niaga Semarang Nomor 8/Pdt.Sus-
HKI/2021/PN.Niaga Smg. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana pembatalan merek terdaftar pemohon yang beriktikad tidak baik
berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan spesifikasi
penelitian deskriptif analis. Sumber data yang digunakan merupakan data sekunder
yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier yang dikumpulkan
melalui studi kepustakaan. Data tersebut kemudian diolah serta dianalisis
menggunakan metode normatif kualitatif dan disajikan dalam bentuk teks naratif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa Putusan Pengadilan Semarang Nomor 8/Pdt.Sus-HKI/2021/PN.Niaga Smg
telah tepat menolak gugatan Para Penggugat merek terdaftar Para Tergugat yang
beriktikad baik karena tidak adanya unsur persamaan pada pokoknya dan/atau
keseluruhan berdasarkan ketentuan Pasal 21 Ayat (1) dan Ayat (3) Undang-
Undang tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Kata Kunci: Pembatalan Merek, Merek Terdaftar, Iktikad Tidak Baik
CANCELLATION OF THE BRAND "BOSS DIAMOND CARBON PEACH
TWILL STRETCH COMBED" BASED ON LAW NUMBER 20 OF 2016
CONCERNING MARKS AND GEOGRAPHICAL INDICATIONS IN
DECISION OF THE VERDICT NUMBER 8/Pdt.Sus-HKI-Merek/2021/PN
Smg
By:
Irpan Setiawan
E1A018112
ABSTRACT
This research was motivated by the problem of canceling the brand "BOSS
DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED" by the Plaintiffs who
were based on bad faith, the mark was the right of the Defendant in the Semarang
Commercial Court Decision Number 8/Pdt.Sus-HKI/2021/PN.Niaga smh The
purpose of this study is to find out how the cancellation of the registered
trademark of an applicant with bad faith is based on Law Number 20 of 2016
concerning Marks and Geographical Indications.
This study uses a normative juridical approach with descriptive analysis
specifications. The data sources used are secondary data consisting of primary,
secondary, and tertiary legal materials collected through library research. The
data is then processed and analyzed using qualitative normative methods and
presented in the form of narrative text.
Based on the results of the research and discussion, it can be concluded
that the Decision of the Semarang Court Number 8/Pdt.Sus-HKI/2021/PN.Niaga
Smg has rejected the lawsuit of the Plaintiffs for the registered trademarks of the
Defendants who have good faith because they do not fulfill the elements of equality
in principle and/or entirely based on the provisions of Article 21 Paragraph (1)
and Paragraph (3) of the MIG Law.
Keywords: Trademark Cancellation, Registered Brand, Bad Faith
1

A. Latar Belakang Masalah

Manusia pada dasarnya adalah makhluk ciptaan yang unik karena


dikaruniai akal pengetahuan beserta pemikiran yang tak terbatas terhadap
sesuatu hal di kehidupan ini, hal tersebut pada era globalisasi sekarang sudah
menjadi salah satu sumber daya yang berasal dari sebuah hasil pemikiran
manusia yang bebas dan ekspresif yang dinamakan hak kekayaan intelektual.1
Merek sebagai Hak Kekayaan Intelektual pada dasarnya ialah tanda
untuk mengidentifikasikan asal barang dan jasa (an indication of origin) dari
suatu perusahaan dengan barang dan/atau jasa perusahaan lain. Merek
merupakan ujung tombak perdagangan barang dan jasa.2 salah satu contoh
kasus pembatalan merek yang terjadi di Indonesia pada putusan Pengadilan
Niaga Semarang Nomor 8/Pdt.Sus-HKI/2021/PN.Niaga Smg antara Bobby
Santoso disebut sebagai Para Penggugat melawan Nur Rohman, PT. Anugerah
Garmenindo Mandiri, Cq. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Cq.
Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual, Cq. Direktorat Merek dan Indikasi
Geografis, disebut sebagai Para Tergugat. Gugatan bermula dari adanya
pendaftaran merek Merek “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL
STRETCH COMBED” dengan atas nama Para Tergugat. Selain itu Para
Tergugat mendaftarkan merek tersebut dengan iktikad baik. Para Penggugat
merasa dirinya memiliki merek terebut sebagai pemegang merek yang sah
mendafarkan mereknya akan tetapi di tolak pendaftarannya, merasa keberatan
karena merek yang didaftarkan Para Tergugat menimbulkan kesan adanya
persamaan, baik mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau
kombinasi antara unsur, maupun persamaan bunyi ucapan, Para Penggugat
juga merasa adanya iktikad tidak baik (bad faith) dari Para Tergugat.
Berdasarkan uraian di atas penting untuk dikaji lebih dalam dan
menuangkan dalam suatu penelitian hukum mengenai penyelesaian sengketa
pembatalan merek menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang
1
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedilah, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori, dan
Praktiknya di Indonesia), PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2011, hlm. 17
2
Rahmi Jened, Hukum Merek (Trademark Law) Dalam Era Global & Integrasi Ekonomi,
Kharisma Putra Utama, Jakarta, 2015, hlm. 3.
2

Merek dan Indikasi Geografis yang berjudul PEMBATALAN MEREK


“BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED”
BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2016
TENTANG MEREK DAN INDIKASI GEOGRAFIS DALAM PUTUSAN
Nomor : 8/Pdt.Sus-HKI-Merek/2021/PN Smg.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka akan menimbulkan
pertanyaan yang merupakan permasalahan yang harus dicarikan penyelesaianya.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pembatalan merek terdaftar berdasarkan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis dalam Putusan Nomor
8/Pdt.Sus-HKI-Merek/2021/PN SMG?
2. Bagaimana akibat hukum terhadap pemegang merek terdaftar berdasarkan
Undang-Indang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis
dalam Putusan Pengadilan Niaga Semarang Putusan Nomor 8/Pdt.Sus-HKI-
Merek/2021/PN SMG?

C. Metode Penelitian.
1. Metode Pendekatan : Yuridis Normatif
2. Spesifikasi Penelitian : Deskriptif-Analitis
3. Lokasi Penelitian : Unit Pelaksana Teknis (UPT) Universitas
Jenderal Soedirman dan Pusat Informasi
Ilmiah
(PII) Fakultas Hukum Universitas Jenderal
Soedirman.
4. Sumber Data : Data Sekunder
5. Metode Pengumpulan Data : Studi Kepustakaan
6. Metode Penyajian Data : Teks Naratif
7. Metode Analisis Data : Normatif Kualitatif
3

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Pembatalan Merek “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL
STRETCH COMBED” berdasarkan Undang– Undang NOMOR 20 Tahun
2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis dalam Putusan Nomor :
8/Pdt.Sus-HKI-Merek/2021/PN Smg.
Merek merupakan salah satu hak kekayaan intelektual yang diakui Indonesia
yang merupakan adopsi dari perjanjian TRIP‟s. Hak merek dalam lingkup Hak
Kekayaan Intelektual merupakan bagian dari Hak Milik Perindustrian.
Merek dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang tentang Merek dan Indikasi
Geografis Tahun 2016:
“Merek adalah tanda yang dapat ditampilkan secara grafis berupa gambar,
logo, nama, kata, huruf, angka, susunan warna, dalam bentuk 2 (dua) dimensi
dan/atau 3 (tiga) dimensi, suara, hologram, atau kombinasi dari 2 (dua) atau lebih
unsur tersebut untuk membedakan barang dan/atau jasa yang diproduksi oleh
orang atau badan hukum dalam kegiatan perdagangan barang dan/atau jasa.
Harsono Adisumarto merumuskan bahwa merek adalah tanda pengenal
yang membedakan milik seseorang dengan milik orang lain, seperti pada
pemilikan ternak dengan memberi tanda cap pada punggung sapi yang kemudian
dilepaskan ditempat penggembalaan bersama yang luas. Cap seperti itu memang
merupakan tanda pengenal untuk menunjukkan bahwa hewan yang bersangkutan
milik orang tertentu. Biasanya untuk membedakan tanda atau merek digunakan
inisial dari nama pemilik sendiri sebagai tanda pembeda.3 Pendapat dari R.M
Suryodiningrat merek adalah barang-barang yang dihasilkan oleh pabrik dengan
dibungkus, pada bungkusnya dibubuhi tanda tulisan atau perkataan untuk
membedakan barang tersebut dari barang-barang sejenis milik perusahaan lain.
Tanda tersebut dinamakan Merek Perusahaan.4
Berdasarkan hasil penelitian dalam putusan Nomor: 8/Pdt.Sus-HKI-
Merek/2021/PN SMG menunjukkan bahwa Tergugat merupakan subyek hukum

3
HarsonoAdisumarto, Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta, Akademika Presindo,
Jakarta, 1991, hlm 44.
4
R.M Suryodiningrat, Pengantar Ilmu Hukum Merek, Pradya Paramitha, Jakarta, 1998,
hlm 3.
4

seorang pengusaha dibidang tekstil dengan kegiatan usaha menjual beberapa jenis
bahan-bahan kain. Kegiatan usaha ini telah berkembang menjadi industri dengan
skala nasional dengan produk yang dikenal memiliki kualitas sangat baik merek
dagang dari PT ANUGERAH GARMENINDO MANDIRI nomor agenda:
IDM00081132 tanggal 17 November 2020 untuk kelas 24. Merek “‟BOSS
DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED”.
Hasil penelitian tersebut telah sesuai dengan Pasal 1 Angka 1 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi, karena merek kain
“BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED” yang di
perdagangkan oleh Tergugat untuk kelas barang 24, dengan jenis barang yaitu kain
dan merek “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH
COMBED” terdiri atas gambar dan logo. Sesuai pula dengan pendapat Harsono
Adisumatro dan R.M Suryodiningrat karena terdapat unsur kata “BOSS
DIAMOND CARBON” dengan susunan warna emas dan hitam sehingga dapat
diartikan sebuah merek karena memiliki tanda dan nama untuk membedakan
produk barang dengan barang sejenis lainnya.
Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis, merek dapat dibagi dalam dua (2) jenis, yaitu merek dagang
dan merek jasa. Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
tentang Merek dan Indikasi Geografis, Merek Dagang adalah merek yang
digunakan pada barang yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang
secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan barang sejenis
lainnya. Sedangkan, merek jasa menurut Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis adalah merek yang
digunakan pada jasa yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang
secara bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa sejenis
lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian dalam putusan nomor
8/Pdt.SusMerek/2020/PN.SMG, merek “‟ BOSS DIAMOND CARBON PEACH
TWILL STRETCH COMBED” merupakan merek dagang PT ANUGERAH
GARMENINDO MANDIRI.
5

Hasil penelitian tersebut telah sesuai dengan Pasal 2 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, karena
merek “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED”
merupakan jenis merek dagang, jenis merek dagang terdiri dari 3 jenis merek:
Merek Dagang, Merek Jasa, dan Merek Kolektif.
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografis memberikan aturan bahwa merek dagang dan merek jasa dapat
diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau
badan hukum. Menurut Harsono Adisumarto merek sengaja dibuat bukan hanya
untuk dimiliki sendiri, melainkan untuk kepentingan bersama. Oleh karena itu
pemilik merek oleh seseorang atau badan hukum dapat terjadi.5
Berdasarkan hasil penelitian dalam putusan nomor
8/Pdt.SusMerek/2021/PN Smg, mengenai kepemilikan merek “BOSS DIAMOND
CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED” dimiliki oleh PT
ANUGERAH GARMENINDO MANDIRI.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis dan pendapat
Harsono Adisumarto, karena merek “BOSS DIAMOND CARBON PEACH
TWILL STRETCH COMBED” dimiliki oleh badan hukum yang berhak atas
merek tersebut yaitu PT ANUGERAH GARMENINDO MANDIRI.
Pemilik merek memperoleh hak atas merek dimulai ketika merek tersebut
telah terdaftar di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual. Pemilik merek harus
mengajukan permohonan pendaftaran merek kepada Menteri. Berdasarkan Pasal 4
ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi
Geografis.
Berdasarkan hasil penelitian dalam putusan nomor
8/Pdt.SusMerek/2021/PN.Smg, PT ANUGERAH GARMENINDO MANDIRI
telah mengajukan permohonan pendaftaran merek „BOSS DIAMOND CARBON
PEACH TWILL STRETCH COMBED‟‟ kepada PEMERINTAH REPUBLIK

5
Harsono Adisumarno, Hak Milik Intelektual Khususnya Paten dan Merek, Hak Milik
Perindustrian (Industrial Property), Akademi Pressindo, Jakarta, 1989, hlm. 25.
6

INDONESIA cq. KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA


REPUBLIK INDONESIA cq. DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN
INTELEKTUAL cq. KOMISI BANDING MEREK di Kelas 24 dengan jenis
barang “Kain, Kain Katun, Kain Tekstil” berdasarkan permohonan dengan Nomor
Agenda IDM000811322 pada 17 November 2020.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis, karena Tergugat
telah mengajukan permohonan pendaftaran merek pada 17 November 2020 kepada
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA cq. KEMENTERIAN HUKUM DAN
HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA cq. DIREKTORAT
JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL cq. KOMISI BANDING MEREK di
Kelas 24 dengan jenis barang “Kain, Kain Katun, Kain Tekstil”.
Pada penjelasan Pasal 21 Ayat (3) Undang-Undang tentang Merek dan
Indikasi Geografis tersebut yang dimaksud dengan "Pemohon yang beriktikad
tidak baik" adalah Pemohon yang patut diduga dalam mendaftarkan mereknya
memiliki niat untuk meniru, menjiplak, atau mengikuti merek pihak lain demi
kepentingan usahanya. Hal tersebut menimbulkan kondisi persaingan usaha tidak
sehat, mengecoh, atau menyesatkan konsumen. Pendaftaran hak atas merek yang
dilandasi iktikad tidak baik didasari pada perbuatan “penipuan” (fraud), rangkaian
yang “menyesatkan” (misleading) orang lain, dan tingkah laku yang mengabaikan
kewajiban hukum untuk mendapat keuntungan, yang dilakukan secara sadar untuk
mencapai suatu tujuan yang tidak jujur (dishonestly purpose). Pendaftaran hak atas
merek seperti demikian harus ditolak, atau apabila telah terdaftar, dibatalkan
menurut hukum.
Menurut Dewi Rosanti, Salamiah dan Dedi Sugiyanto, dari penjelasan
pasal 21 Ayat (3) Undang-Undang Merek dan Indikasi Geografis dapat
disimpulkan bahwa merek yang terdaftar wajib atau haruslah diajukan oleh
pemohon dengan beriktikad baik, karena jika beriktikad tidak baik maka
permohonan ditolak. Namun dalam praktiknya masih banyak terjadi pendaftaran
merek yang dilakukan dengan iktikad tidak baik, dan kemudian dapat melewati
pemeriksaan, sehingga menjadi merek terdaftar, maka dari karena itulah pihak
7

yang merasa dirugikan atas merek yang telah terdaftar dapat mengajukan
pembatalan suatu merek terdaftar dengan alasan karena tidak adanya iktikad baik
oleh pemohon pendaftaran merek tersebut.6
Menurut Eddy Damian, Pengertian iktikad tidak baik dalam pendaftaran
merek dapat dipahami sebagai ketidakjujuran pendaftar dan peniruan yang
disengaja dari beberapa atau semua merek yang terdaftar sebelumnya, tujuannya
adalah memungkinkan pendaftar untuk mencocokkan merek dagang yang ditiru,
sehingga dapat menguntungkan pendaftar merek dagang tersebut.7
Berdasarkan hasil penelitian dalam putusan Nomor: 8/Pdt.Sus-HKI-
Merek/2021/PN SMG “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH
COMBED” mengenai penolakan permohonan pendaftaran merek dagang
Penggugat yang memiliki persamaan dengan merek pembanding yang diajukan
oleh Tergugat.
Hasil penelitian tersebut sesuai dengan Pasal 21 Ayat (1) dan Ayat (3)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis,
karena merek tersebut didaftarkan terlebih dahulu dan pendaftaran tersebut melalui
prosedur beriktikad baik. Pendapat dari Eddy Damian, Dewi Rosanti, Salamiah
serta doktrin Dedi Sugiyanto, karena pendaftaran merek dagang yang dilakukan
oleh Penggugat memenuhi unsur pemohon yang beriktikad tidak baik. Bahwa
Penggugat bertiktikad tidak baik karena merek-merek tersebut memiliki persamaan
pada pokoknya dan/atau keseluruhan dengan merek-merek milik Para Tergugat.
Penggugat patut dianggap tidak jujur dan curang sehingga sudah sepatutnya
Penggugat tidak dapat menjadi pemilik merek dagang “BOSS DIAMOND
CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED” yang sah karena Penggugat
melakukan upaya pendaftaran merek dengan iktikad tidak baik.

6
Dewi Rosanti, Salamiah dan Dedi Sugiyanto,” Analisis Yuridis Itikad Tidak Baik Dalam
Pembatalan Merek Dagang Terdaftar Di Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual Republik
Indonesia (Studi Putusan Nomor 999 K/Pdt.Sus-HKI/2019), Artikel Ilmiah Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari, 2021, hlm 3
7
Eddy Damian, Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Bandung, Alumni,2002, hlm
49.
8

Dalam perkara ini Majelis hakim menolak gugatan pembatalan merek


milik Tergugat didasarkan karena adanya kesamaan merek milik Tergugat dengan
BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED milik
Penggugat. Majelis hakim juga menyatakan bahwa Penggugat mendaftarkan
mereknya dengan iktikad tidak baik. Undang-Undang tentang Merek dan Indikasi
Geografis memberikan landasan hukum untuk mengajukan gugatan pembatalan
merek terkait adanya pelanggaran hak merek berdasarkan alasan yang diatur dalam
Pasal 20 dan/atau Pasal 21 Undang-Undang tentang Merek dan Indikasi Geografis.
Hal ini diatur dalam Pasal 76 Undang-Undang tentang Merek dan Indikasi
Geografis.
Mengingat ketetuan Pasal 76 Undang-Undang Merek dan Indikasi
Geografis mengatur mengenai gugatan pembatalan merek terdaftar:
(1) Gugatan pembatalan Merek terdaftar dapat diajukan oleh pihak yang
berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
dan atau Pasal 21.
(2) Pemilik Merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) setelah mengajukan Permohonan kepada Menteri.
(3) Gugatan pembatalan diajukan kepada Pengadilan Niaga terhadap pemilik
Merek terdaftar.
Pasal 76 Ayat (1) menjelaskan bahwa pembatalan merek terdaftar dapat
diajukan oleh pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20 dan/atau Pasal 21. Pasal 76 Ayat (2) kemudian
menyatakan bahwa pemilik merek yang tidak terdaftar dapat mengajukan gugatan
sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) setelah mengajukan permohonan kepada
menteri. Selanjutnya dalam Ayat (3) dijelaskan bahwa gugatan pembatalan
diajukan kepada Pengadilan Niaga terhadap pemilik merek terdaftar.
Berdasarkan hasil penelitian pada putusan Nomor: 8/Pdt.Sus-HKI-
Merek/2021/PN SMG “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH
COMBED” tentang pembatalan merek-merek Tergugat gugatan dari Penggugat
ditolak dikarenakan Penggugat mendaftarkan mereknya adanya persamaan pada
9

pokoknya dan/atau keseluruhan, dan tentang pembatalan merek-merek Penggugat


yang dilandasi iktikad tidak baik,
Hasil Penelitian tersebut telah sesuai dengan Pasal 76 Undang-Undang
tentang Merek dan Indikasi Geografis, dikarenakan Penggugat mendaftarkan
mereknya adanya persamaan pada pokoknya dan/atau keseluruhan, dan tentang
pembatalan merek-merek Penggugat yang dilandasi iktikad tidak baik, dengan
ketentuan Pasal 76 Undang-Undang tentang Merek dan Indikasi Geografis maka
dapat dideskripsikan bahwa putusan Majelis Hakim untuk menolak gugatan dari
Penggugat sudah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 76 Undang-
Undang tentang Merek dan Indikasi Geografis berdasarkan alasan pembatalan
merek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dan/atau Pasal 21 Undang-Undang
tentang Merek dan Indikasi Geografis.

2. Akibat Hukum terhadap pemegang merek terdaftar berdasarkan Undang-

Indang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis dalam

Putusan Pengadilan Niaga Semarang Putusan Nomor 8/Pdt.Sus-HKI-

Merek/2021/PN SMG

Penolakan pendaftaran merek berkaitan dengan perlindungan secara


preventif terhadap merek terkenal perlu memperhatikan adanya unsur iktikad tidak
baik, dalam artian pendaftar yang bukan pemilik dari Merek Terkenal sengaja
dengan iktikad tidak baiknya ingin memanfaatkan ketenaran Merek Terkenal orang
lain, memanfaatkan promosi Merek Terkenal untuk keuntungan dirinya sendiri
secara cuma-cuma. Perlindungan secara refresif diberikan kepada seseorang
apabila telah terjadi pelanggaran hak atas merek. Pemilik merek terdaftar
mendapat perlindungan atas pelanggaran hak atas merek yang dimilikinya baik itu
dalam bentuk gugatan ganti rugi (dan gugatan pembatalan pendaftaran merek)
maupun berdasarkan tuntutan hukum pidana melalui aparat penegak hukum.8

8
Putu Eka Krisna Sanjaya dan Dewa Gde Rudy, Perlindungan Hukum Terhadap Hak
Merek Terkenal Di IndonesiaI, Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2018, halaman 7.
10

Dalam rangka melindungi pihak yang dirugikan atas registrasi merek,


Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis
memberikan peluang kepada pihak yang dirugikan untuk melakukan upaya hukum.
Menurut Ketentuan dalam Pasal 77 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis menyatakan bahwa Gugatan
pembatalan dapat diajukan tanpa batas waktu jika terdapat unsur iktikad tidak baik.
Pasal 77 ayat (2) ini memberikan kesempatan tanpa batasan waktu kepada pihak
penggugat, yaitu pihak yang berkepentingan atau Pemilik Merek yang tidak atau
telah terdaftar di Indonesia untuk melakukan gugatan kepada pemilik merek
lainnya dikarena adanya iktikad tidak baik.
Menurut Soeroso Akibat hukum merupakan suatu akibat dari tindakan
yang dilakukan, untuk memperoleh suatu akibat yang diharapkan oleh pelaku
hukum. Akibat yang dimaksud adalah akibat yang diatur oleh hukum, sedangkan
tindakan yang dilakukan merupakan tindakan hukum yaitu tindakan yang sesuai
dengan hukum yang berlaku.9
Berdasarkan hasil penelitian dalam Putusan Nomor: 8/Pdt.Sus-HKI-
Merek/2021/PN SMG, Merek “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL
STRETCH COMBED” milik Tergugat telah terdaftar di Indonesia pada Direktorat
Merek dan Indikasi Geografis, Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual,
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, pada tanggal 5
Juli 2019 dengan Nomor Pendaftaran IDM000811322 untuk melindungi jenis
barang yang termasuk ke dalam kelas 24, ternyata Penggugat telah mendaftarkan
Merek “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED”
tanggal pendaftaran 16 April 2020 dengan nomor pendaftaran DID2020020441
akan tetapi ditolak pendaftarannya, menurut Majelis Hakim pendaftaraan yang
dilakukan oleh Penggugat tidak memiliki iktikad baik, sehingga Majelis Hakim
menolak gugatan yang di ajukan oleh Penggugat.
Hasil penelitian tersebut telah sesuai dengan Pasal 77 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis serta
pemdapat Soeroso tentang akibat hukum, karena seharusnya Majelis Hakim tidak

9
R. Soeroso, Op.Cit hlm 295
11

mempertimbangkan masa lewat waktu atau daluarsa atas gugatan yang diajukan
oleh Penggugat sebab Merek “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL
STRETCH COMBED” milik Tergugat terdaftar dengan iktikad tidak baik yang
dilakukan oleh Tergugat atas pendaftaran merek “BOSS DIAMOND CARBON
PEACH TWILL STRETCH COMBED” dengan Nomor Pendaftaran
IDM0008132.
Menurut A. Ridwan Halim sebagaimana dikutip oleh Dudu Duswara
Machmuddin, akibat hukum adalah segala akibat yang terjadi dari segala
perbuatan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum terhadap obyek hukum
ataupun akibat-akibat lain yang disebabkan karena kejadian-kejadian tertentu oleh
hukum yang bersangkutan sendiri telah ditentukan atau dianggap sebagai akibat
hukum. Akibat hukum inilah yang melahirkan suatu hak dan kewajiban bagi para
subyek hukum. Atau dengan kata lain, akibat hukum adalah akibat yang
ditimbulkan oleh peristiwa hukum.10
Berdasarkan hasil penelitian pada Putusan Pengadilan Negeri Semarang
Nomor: 8/Pdt.Sus-HKI-Merek/2021/PN SMG, Merek “BOSS DIAMOND
CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED” yang menunjukan bahwa
terhadap gugatan milik Penggugat yang diajukan atas dasar iktikad tidak baik yang
mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhan, Majelis Hakim dengan
amar putusannya menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya, Majelis Hakim
berkesimpulan dan sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Tergugat dan
Turut Tergugat bahwa gugatan pembatalan merek yang diajukan Penggugat
terhadap Merek “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH
COMBED” terdatar dengan Nomor Pendaftaraan IDM000811322 milik Tergugat
telah lewat waktu atau daluwarsa , tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 77 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis karena
Merek “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED”
milik Tergugat telah terdaftar dengan iktikad baik.

10
Dudu Duswara Machmuddin, Pengantar Ilmu Hukum: Sebuah Sketsa, Bandung: PT
Refika Aditama, 2001, hlm 50.
12

Hasil penelitian tersebut telah sesuai dengan pendapat dari A. Ridwan


Halim, karena perbuatan subjek hukum, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh
manusia atau badan hukum yang mengakibatkan timbulnya akibat hukum dan juga
Ditolaknya gugatan Penggugat pada Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Semarang dengan Nomor: 8/Pdt.Sus-HKI-Merek/2021/PN SMG
merupakan peristiwa hukum dan mempunyai akibat hukum.
Akibat hukum yang ditimbulkan karena ditolaknya gugatan Penggugat
pada Putusan Nomor: 8/Pdt.Sus-HKI-Merek/2021/PN SMG yaitu tidak
terbatalkannya pendaftaran Merek “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL
STRETCH COMBED” milik Tergugat dengan Nomor Pendaftaran
IDM000811322, Memperhatikan pasal 76 (2), (3) jo pasal 21 (1) huruf a UU
Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis serta peraturan yang
bersangkutan dalam perkara ini menyatakan gugatan dari Penggugat Rekonpensi I
dan II tidak dapat diterima.

E. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Putusan Nomor 8/Pdt.Sus-HKI-Merek/2021/PN SMG yang menolak
gugatan permohonan pembatalan merek “BOSS DIAMOND CARBON
PEACH TWILL STRETCH COMBED” yang ditolak oleh Penggugat sudah
tepat sesuai dengan ketentuan Pasal 21 Ayat (1) huruf b Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.
2. Akibat hukum pembatalan merek yang diajukan para penggugat adalah tidak
dibatalkannya Merek “BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL
STRETCH COMBED” milik Tergugat didaftarkan dengan iktikad baik.
Penolakan gugatan Pembalatan Merek Terdatar “BOSS DIAMOND
CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED” milik Tergugat
berdasarkan ketentuan Pasal 77 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
Tentang Merek dan Indikasi Geografis, karena Tergugat dinyatakan sebagai
pemilik merek terdaftar yang beriktikad baik dalam mendaftarkan Merek
13

“BOSS DIAMOND CARBON PEACH TWILL STRETCH COMBED”


miliknya.

F. Saran
1. Bagi Pemohon hendaklah mendaftarkan mereknya dengan iktikad baik, dan
kejujuran agar mereknya terhindar dari pembatalan merek
2. Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual diharapkan harus lebih berhatihati
dalam memperhatikan proses pemeriksaan pendaftaran merek, sehingga
terhindar dari kesalahan yang bisa berakibat pada pembatalan merek. Hal
tersebut untuk mencegah diterimanya pendaftaran merek yang dilandasi
iktikad tidak baik dan/atau pendaftaran merek yang memiliki persamaan
pada pokoknya ataupun keseluruhannya.

G. Daftar Pustaka
1. Literatur
Djumhana, Muhammad dan R. Djubaedilah. (2011). Hak Milik Intelektual (sejarah, teori
dan Pratiknya di Indonesia). Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Eddy Damian. (2002), Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar. Bandung:


Asian Law Group Pty. Ltd Alumni
HarsonoAdisumarto, Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta, Akademika Presindo,
Jakarta, 1991,

Jened, R. (2015). Hukum Merek (Trademark Law) Dalam Era Global & Integrasi
Ekonomi . Jakarta: Kencana.
Putu Eka Krisna Sanjaya dan Dewa Gde Rudy. (2018) Perlindungan Hukum
Terhadap Hak Merek Terkenal Di IndonesiaI, Fakultas Hukum Universitas
Udayana.

Miru, Ahmadi. (2007) Hukum Merek (Cara Mudah Mempelajari Undang-Undang


Merek), Jakarta: Raja Grafindo Persada
Riswandi, A. (2005). Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya Hukum. Jakarta: Raja
Grafindo.
R.M. Suryodiningrat, (1998), Pengantar Ilmu Hukum Merek. Jakarta: Pradnya
Paramita.
14

2. Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHPer)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 12 Tahun 2021 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Hukum.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 67 Tahun
2016 Tentang Pendaftaran Merek

Anda mungkin juga menyukai