Anda di halaman 1dari 4

7/7/22, 7:18 AM Memeluk Mimpi (1): Kuliah ke Luar Negeri, Mungkinkah?

- Inspirasi Muslimah
O U O SU AS SAS A

INSPIRASI TUNTUNAN ISLAM KELUARGA SAKINAH ADABUL MAR’AH

POPULER KONSULTASI SASTRA

INSPIRASI KISAH

Memeluk Mimpi (1): Kuliah

ke Luar Negeri,
INSPIRASI TUNTUNAN ISLAM KELUARGA SAKINAH ADABUL MAR’AH

Mungkinkah?
POPULER KONSULTASI SASTRA

https://rahma.id/memeluk-mimpi-1-kuliah-ke-luar-negeri-mungkinkah/ 1/7
7/7/22, 7:18 AM
O U g O SU AS
Memeluk Mimpi (1): Kuliah ke Luar Negeri, Mungkinkah? - Inspirasi Muslimah
SAS A

 Juni 26, 2022 / Views 367 / 1 Comment

Saya tumbuh di pinggiran Jakarta Timur, tepatnya Cakung Barat dan mengalami proses pembentukan

karakter kehidupan (formative years) di Yogyakarta, sejak dari Tsanawiyah (SMP), Aliyah (SMA), S1 dan

S2. Sebagai anak kedua dari orangtua yang bercerai sejak kecil, saya tidak memiliki mimpi untuk ke

depan menjadi apa, apalagi kemudian untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi ke luar negeri. Namun,

kehadiran buku Andrea Hirata dengan judul Laskar Pelangi menyadarkan saya mengenai pentingnya

memiliki mimpi tersebut.

Dalam buku itu, Andrea Hirata menjelaskan mengenai mimpi. Menurutnya, “Setiap orang memiliki mimpi

Ada yang mundur dan membuangnya. Ada yang maju dan mengejarnya. Ada pula yang menanti untuk

menunggu kehadirannya”. Namun di antara ketiga tipikal itu, Andrea memilih yang kedua, yaitu maju dan

mengejar mimpi itu, yaitu pergi ke Eropa. Mimpi inilah yang kemudian ia wujudkan, salah satunya adalah

dengan menulis memoar tetralogi Laskar Pelangi.

Awalnya, memoar ini ia tujukan untuk Ibu guru tercinta, yaitu Muslimah Hafsari, ketika ia mengenyam

pendidikan dasar di SD Muhammadiyah Belitong. Memoar ini merupakan bentuk ucapan terimakasih

Andrea kepadanya yang telah mendidiknya hingga bisa terbang ke Edensor (Inggris) yang selama ini ia

cita-citakan. Saat buku ini menjadi dokumen yang sudah dicetak (diprint) secara pribadi, seorang teman

kerjanya di PT Telkom Jawa Barat diam-diam mengirimkannya pada penerbit Bentang; salah satu anak

perusahaan Mizan. Buku ini diterima dengan antusias oleh pihak Bentang dan kemudian disambut

hangat oleh masyarakat Indonesia, mulai dari guru, pejabat, pecinta sastra, hingga Ketua Pimpinan Pusat

Muhammadiyah.

Di antara teman-teman yang lain, saya mungkin adalah orang yang terlambat untuk mengenal karya

tersebut. Keterlambatan ini didasari oleh ketidakingintahuan dalam diri saya terhadap. Selain ditulis oleh

orang yang baru saja menulis novel, menurut saya, karya tersebut masih belum begitu bernilai layaknya

tetralogi-nya Pramudya Ananta Toer. Pembandingan ini sebenarnya tidaklah terlalu tepat dan memang

tidak sebanding antara karya Andrea Hirata dengan Pramudya Ananta Toer. Selain keduanya merupakan

karya yang relatif sangat berbeda dan begitu juga bidikan segmen pembaca yang ingin karya tersebut

tawarkan. Namun, perbandingan yang terlalu keras ini justru membuat saya tidak membaca mengenai

histeria massa saat menyambut kehadiran buku tersebut. Jika mengingat hal itu sekarang, sungguh, saya

sudah gagal menjadi peneliti, karena tidak bisa menangkap fenomena besar yang terjadi di masyarakat.

Seiring berjalan waktu, tiba-tiba ada kondisi yang memaksa saya untuk membaca karya tersebut, yaitu

ketika ada seorang teman perempuan yang baru saya kenal memberitahu bahwasanya ada bedah buku

itu di MP Book jalan Kaliurang; yang merupakan toko buku milik penerbit Mizan yang berasal dari

Bandung. Kalau tidak salah saya bertemu dengan perempuan tersebut di Gedung Bundar UGM. Saat itu,

saya baru memiliki laptop dengan merek Acer seharga 6 juta. Kedatangan saya ke sana karena ingin

mendapatkan akses internet secara gratis. Saat duduk di salah meja yang kosong itulah saya bertemu

dengan perempuan tersebut. Singkat cerita, kami berkenalan dan kemudian ia menginformasikan hal

tersebut. Terus terang, ketertarikan saya ini justru karena ingin dekat dengannya, bukan karena acara

bedah buku tersebut. Terbersit dalam hati saya, siapa tahu beliau bisa jadi jodoh saya.

Baca Juga Jagalah Orang Tuamu, Mereka Adalah Pintu Surga yang Paling Tengah

INSPIRASI TUNTUNAN ISLAM KELUARGA SAKINAH ADABUL MAR’AH

Usai magrib, saya mengendarai motor pitung warna hijau saya ke MP Book Jalan Kaliurang tersebut.
POPULER KONSULTASI SASTRA

https://rahma.id/memeluk-mimpi-1-kuliah-ke-luar-negeri-mungkinkah/ 2/7
7/7/22, 7:18 AM Memeluk Mimpi (1): Kuliah ke Luar Negeri, Mungkinkah? - Inspirasi Muslimah
POPULER KONSULTASI SASTRA

Sesampainya di sana, alih-alih bisa bertemu dengannya, banyaknya orang yang hadir dalam bedah buku

tersebut, membuat saya kemudian mengurungkan niat untuk masuk ke dalam. Namun, rasa penasaran

saya terus tumbuh, apalagi kemudian bertemu dengan Nurhalim Sumirat; kawan sejak mondok di

Madrasah Muallimin Muhammadiyah sampai kemudian S1 di UIN Sunan Kalijaga, yang datang bersama

istri dan anaknya. Kedatangan Nurhalim ini membuat saya kemudian berupaya untuk bertahan sambil

bertanya kepadanya siapa sih sebenarnya Andrea Hirata ini? Mengapa ia dan karyanya begitu

masyarakat gemari di tengah minat baca mereka yang tidak pernah kunjung baik. Dalam momen itu, saya

mengamati bahwasanya penggemar Andrea ini meliputi semua umur, mulai dari anak-anak, mahasiswa,

hingga seorang kakek-kakek yang rela berdesakan di tengah kerumunan ruang bedah buku tersebut

yang tidak terlalu besar.

Peristiwa ini membuat saya diam-diam menjilat lidah sendiri. Saya memaksakan diri untuk

membeli Laskar Pelangi tersebut dan menyediakan waktu untuk menghabiskan seharian untuk

membaca. Saat memegang buku tersebut, prinsip saya cuma satu, bagus atau tidak, yang pasti saya

harus selesai untuk membacanya. Begitulah saya berkomitmen untuk membaca buku tersebut.

Sementara itu, kehadiran buku-buku lain yang selama ini menjadi teman dalam kesendirian saya dan

eksplorasi mencari uang pun sejenak saya singkirkan. Keinginan saya membaca buku in, sekali lagi,

hanya satu tujuan, “Apa yang menarik dari buku ini sehingga begitu laku di masyarakat?”

Sehari kemudian, selepas salat magrib di kamar yang seluas 2 x 3 meter, ditemani secangkir kopi saya

membuka diri untuk masuk dalam dunia Laskar Pelangi. Lembar demi lembar halaman saya kunyah dan

cerna begitu mudahnya. Tentu saja diiringi dengan tingkah laku saya dengan tersenyum sendiri antara

kecut dan bahagia, dan kadang-kadang membuat saya tertawa. Kurang lebih sekitar pukul 23.00 saya

telah menutup buku ini. Satu kesan yang saya dapatkan ketika selesai membaca buku ini adalah keren

banget!. Jadi wajar kalau buku ini digemari oleh banyak orang, karena bisa menyihir pembaca untuk mau

meluangkan waktunya mereka untuk membaca.

Baca Juga Berkah Ramadan, Gara-Gara Ngabuburit Jadi Guru TPA Dadakan

Ada dua hal yang saya dapat simpulkan mengapa buku ini begitu orang-orang sukai. Pertama, cerita

dalam buku ini merupakan pergumulan pengalaman Andrea sendiri. Dengan cerita yang begitu mengalir,

mudah, sekaligus nyata membuat orang merasa beririsan (relate) dengan pengalaman Andrea tersebut.

Membaca karya tersebut, dengan kata lain, adalah membaca pengalaman sebagian besar masyarakat

Indonesia juga; di mana orang merasakan adanya pengalaman lmis dalam cerita yang Andrea

suguhkan. Tentu saja porsi pengalaman lmis ini sesuai dengan latarbelakang pengalaman pembaca

sebelumnya.

Kedua, cerita yang ia tuturkan memunculkan motivasi pembaca untuk bangkit dari pengalaman

terburuknya. Dengan kata lain, membaca buku tersebut bukan hanya mendapatkan informasi atas

pengalaman seorang penulis, daya magis yang menyihir orang untuk tidak patah semangat meraih cita-

cita yang selama ini hanya mereka endapkan dan kemudian hilang begitu saja. Karya ini menjadi

semacam medium menyambungkan semangat yang sempat pudar tersebut agar pembaca bisa seperti

Andrea Hirata; di tengah keterbatasan ekonomi sekaligus jauhnya letak geogra s ia tinggal dari kota

besar yang membuatnya kesulitan untuk mengakses fasilitas seperti buku dan perpustakaan.

Andrea juga menceritakan tentang sebuah cita-cita yang tinggi dan tampak sulit untuk terjangkau tapi
INSPIRASI TUNTUNAN ISLAM KELUARGA SAKINAH ADABUL MAR’AH
sebenarnya bisa diraih. Untuk meraihnya tentu saja sama resepnya seperti cerita keberhasilan yang lain,

belajar lebih keras dan tekun, hidup lebih disiplin, memiliki minat yang kuat ingin tahu, dan tentu saja
POPULER KONSULTASI SASTRA

https://rahma.id/memeluk-mimpi-1-kuliah-ke-luar-negeri-mungkinkah/ 3/7
7/7/22, 7:18 AM Memeluk Mimpi (1): Kuliah ke Luar Negeri, Mungkinkah? - Inspirasi Muslimah
O U O SU AS SAS A

memiliki sifat rendah hati yang dalam bahwasanya semua itu tidak bisa tercapai tanpa ada kehendak

Sang Maha Kuasa. Karena itu, setiap kali membaca buku Laskar Pelangi, setiap itu pula semangat saya

dalam hidup menjadi menyala. Bagi saya, buku tersebut bukan hanya kaya informasi mengenai cerminan

dunia pendidikan kita saat ini yang begitu mengenaskan di pelosok daerah nusantara; tapi juga menjadi

spirit untuk menggapai asa di tengah kepungan keterbatasan yang membuat seolah tidak bisa

melakukan apapun meraih cita. Buku ini seakan menegaskan, di tengah keterbatasan dan kesusahan

hidup kerapkali seluruh potensi yang kita miliki itu bisa muncul dan menjadi kekuatan untuk bangkit

melawan keterbatasan itu.

Baca Juga Teknologi Teleporter dalam Al-Qur’an

Dalam buku ini ada satu kalimat yang sangat kuat dari Andrea Hirata. Kalimat inilah yang membuat saya

selalu terngiang-ngiang bahkan hingga saat ini, yaitu “Janganlah pernah takut bermimpi. Bermimpilah!

Karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi itu”. Ungkapan kalimat tersebut bukan hanya indah;

melainkan memiliki daya pendorong orang untuk merealisasikan cita-cita tersebut. Ajakan untuk

merealisasikannya adalah dengan memulai untuk bermimpi saja terlebih dahulu. Sebab mimpi sendiri

adalah bunga tidur yang gratis, bisa dimiliki oleh semua orang; meskipun kenyataan dan pragmatis hidup

seringkali membuyarkan hal tersebut. Setidaknya, bagi saya, buku ini memberikan semacam asa bagi

banyak orang, termasuk saya; untuk mengejar mimpi yang sempat tertunda tersebut. Salah satu mimpi

saya saat itu adalah semoga satu waktu saya bisa jalan-jalan ke luar negeri dengan gratis.

Saat kuliah S2 di Pascasajarna Ilmu Religi dan Budaya pada tahun 2006, ada beberapa kakak kelas baru

saja pulang dari Asia Research Institute (ARI) National University of Singapore (NUS) setelah menempuh

program fellowship selama tiga bulan untuk memperdalam riset tesis mereka. Dengan malu-malu, saya

bertanya kepada mereka mengenai pengalamannya di Singapura tersebut sekaligus sejumlah

persyaratan yang dibutuhkan. Meskipun saat itu, rasanya sangat sulit bagi saya untuk menggapainya di

tengah kemampuan bahasa Inggris saya yang masih level pemula.

Namun, cerita sejumlah kakak kelas tersebut menumbuhkan harapan saya, mengingat tidak perlu ada

persyaratan standar kemampuan bahasa Inggris sebagai prasyarat. Hal utama yang menjadi persyaratan

adalah memiliki proposal riset berbahasa Inggris. Jika proposalnya dinilai layak, maka akan masuk seleks

untuk dipilih. Nah, tingkat persaingannya ini sangat ketat. Belum tentu, proposal bagus akan dipilih;

mengingat ketersediaan dosen di NUS yang sesuai dengan bidang yang kita geluti. Mendengarkan cerita

kakak kelas tersebut saya hanya membatin, “Semoga saya bisa memiliki pengalaman seperti kakak kelas

ini Ya Allah, bisa tinggal selama tiga bulan di Singapura”.

Wahyudi Akmaliah

Ph.D. student at Departement of Malay Studies NUS

IG w. akmaliah

Bagikan

INSPIRASI TUNTUNAN ISLAM KELUARGA SAKINAH ADABUL MAR’AH

POST TAGS:
POPULER KONSULTASI SASTRA

https://rahma.id/memeluk-mimpi-1-kuliah-ke-luar-negeri-mungkinkah/ 4/7

Anda mungkin juga menyukai