Persembahan
1|Ghaliya Siridha
Ucapan Terimakasih
untuk bertemu dengan orang-orang luar biasa, sehingga aku banyak memetik pelajaran
dari kisah hidup mereka yang kisahnya kini dapat sedikit kutuangkan dalam buku
pertamaku ini.
Kepada suami tercinta Rubianto Ardy yang selalu menyayangi, mencintai, dan
Kepada kedua orangtua dan mertuaku serta teman-teman yang sudah banyak
membantu dalam menyelesaikan buku ini. Terutama kepada teman-teman hebat yang
Kepada mang Cucu Suryanto sebagai owner Farishma Publishing yang memberi
kesempatan luar biasa untuk menghasilkan sebuah karya dan telah bersedia
dengan caranya masing-masing. Untuk mereka semua aku ucapkan terima kasih
banyak.
Akhirnya buku “Jodoh Impian” bisa terbit setelah sekian lamanya menunggu.
Ghaliya Siridha
2|Ghaliya Siridha
Rangkaian Pengantar
Cinta merupakan kisah yang tak pernah terpisahkan dari kehidupan kita, dan
kisah tentang cinta selalu menjadi topik menarik untuk diceritakan. Urusan jodoh pun
ikut andil mengambil bagian terhadap akhir cerita cinta yang selalu dinanti-nanti,
Semua orang pasti berharap mendapatkan jodoh impiannya, meski tidak tahu
kapan dan dimana. Perjalanan setiap orang dalam mencari dan mendapatkan jodoh
jika dirangkaikan akan terbentuk menjadi sebuah bingkaian kisah menarik layaknya
cerita sinetron.
Buku ini menyuguhkan sebuah perjalanan pencarian jodoh impian yang diangkat
dari kisah nyata beberapa orang. Didalamnya berisi banyak pembelajaran yang bisa
dipetik dari cara Allah mempertemukan jodoh impiannya. Ternyata Allah selalu
Kisah ini diangkat bukan untuk menyebarkan aib, karena semuanya insyAllah
sudah mendapat izin dari orang yang bersangkutan. Beberapa nama yang digunakan
dalam setiap tokoh pun sengaja disamarkan untuk menjaga identitas asli tokoh yang
diceritakan.
Semoga kisah di dalam buku ini menjadi penguat bagi setiap orang yang sedang
menantikan jodoh impiannya, meyakini bahwa Allah punya cara tersendiri untuk
3|Ghaliya Siridha
Bekasi, Maret 2019
Penulis
Daftar Isi
- Persembahan
- Terimakasih
- Rangkaian Pengantar
- Daftar Isi
- Prolog
- Perisai Hati
- Jodoh Impian
- Pangeran Bertopeng
- Terjebak
- Pertemuan
- Sihir Cinta
- Pilihan
- Sebuah Kebenaran
- Sumber Referensi
- Profil Penulis
4|Ghaliya Siridha
֎ Sepenggal Nasihat Mengenai Jodoh ֎
Teringat disatu sudut sekolah masa-masa SMP dulu. Saatku sedang duduk istirahat
sendiri. Hanya sekantung pelastik es teh manis yang menemani. Bola mataku
Canda tawa terdengar dimana-mana. Ada yang biasa bercengkrama dengan teman
se-geng-nya. Ada yang berlari-lari mengejar teman pria yang biasa bertindak jahil. Ada
kantor. Ada juga yang terlihat acuh seperti tak menikmati setiap waktu yang dihabiskan
di sekolah. Bagaimana denganku? Ah, aku lebih menikmati kesendirian, bukan karena
Tiba-tiba seorang guru menepuk pundakku dan berkata "Neng, kalau minta jodoh
itu dari sekarang". Alisku tersentak bersamaan, entah mengapa sosok pria yang
rambutnya sudah hampir seluruhnya putih itu tiba-tiba datang menghampiri. Kata-
katanya tak lazim untukku yang saat itu masih bau kencur.
masih kecil pak, ngapain minta jodoh dari sekarang? Lagian bukannya jodoh itu udah
Beliau lalu duduk di hadapanku sambil mencari posisi yang nyaman. Terlihat
handuk kecil melingkar di pundaknya. Sesekali beliau usapkan handuk kecil itu pada
5|Ghaliya Siridha
Beliau adalah guru olahraga di sekolahku dulu. Bisa dibilang beliau salah satu guru
olahraga favorit dikalangan para siswa, namun ada juga sebagian yang takut dan segan
kepadanya karena banyak rumor yang beredar bahwa beliau bisa membaca pikiran
orang. Entahlah.. Terlepas dari itu, aku tak pernah diajar olehnya, karena ada guru
“Yaa.. mungkin aja kan do’a kamu yang saat ini justru yang akan dikabulkan oleh
Allah, soalnya bisa jadi kedepannya semakin kamu dewasa semakin kamu banyak dosa
Dalam hati aku menyetujui semua yang beliau sampaikan, aku hanya
menganggukkan kepala.
karena dalam kehidupan kita ini hanya 2 hal yang tidak bisa dirubah, yaitu dimana kita
"Jodoh itu seperti membeli sepatu, kita yang menentukan ingin seperti apa
warnanya, ukurannya, bentuknya, dan sebagainya. Kemudian tempat atau toko dimana
kita membeli sepatu itulah urusan Allah, kita tidak akan pernah tahu dimana dan kapan
Aku mengerutkan dahi, terlihat guratan garis di antara kedua alisku. Beliau yang
"Jadi sebenarnya Allah sudah menyiapkan toko dari A sampai Z, takdir kita
menemukan sepatu kita dimana itulah rahasia Allah. Bisa jadi di toko A, atau B, atau
mungkin di toko S, siapa yang tahu? Menariknya kadang kita nggak berniat untuk
membeli sepatu, tapi tiba-tiba nemu yang cocok dan akhirnya beli karena kebetulan kita
6|Ghaliya Siridha
pun mempunyai uang yang cukup. Atau bisa jadi kita niat membeli sepatu A tapi pas
masuk toko, sepatu B dirasa lebih menarik yang akhirnya kita membeli sepatu B, atau
mungkin ada juga yang niat beli tapi nggak nemu-nemu, entah itu karena terlalu milih-
“Oh saya mulai ngerti pak. Terus kalau konsep memantaskan diri itu maksudnya
gimana pak?”
"Nah itu sama seperti ketika kita ingin membeli sepatu tetapi uang kita nggak
cukup. Akhirnya kita harus lebih berusaha untuk mengumpulkan uang lebih supaya
sepatu yang kita harapkan bisa terbeli. Tapi lagi-lagi belum tentu juga, karena bisa jadi
pas kita lagi asik-asiknya ngumpulin uang eh sepatu yang kita incer udah dibeli sama
orang lain. Hahaha... “Jawabnya sambil tertawa kecil. Aku pun ikut tertawa bersamanya.
“Tapi tenang.. minimal uang kita sudah cukup untuk membeli sepatu dengan harga
yang serupa, betul?”. Ya, aku semakin mengerti dengan pembahasannya mengenai
Termasuk aku, yang masih asik mendengarkan nasihat dari guruku tersebut meski
angin sepoi-sepoi yang sesekali menyapa seolah menjadi oase di gurun sahara yang
"Gini neng.. sama halnya ketika kita mengharapkan jodoh yang shaleh, yang jujur,
yang berpendidikan misalnya. Tapi diri kitanya sendiri belum shaleha, belum menjadi
orang jujur dan belum berpendidikan. Ya akhirnya kita nggak bisa tuh mendapatkan
jodoh seperti apa yang kita harapkan itu. Kecuali kita ngumpulin ilmunya dulu untuk
jadi lebih shaleha, jujur dan juga berpendidikan". Jelasnya lebih lanjut.
7|Ghaliya Siridha
"Bener juga ya pak". Jawabku sambil tersenyum bahagia, merasa beruntung
Tiba-tiba terdengar bel berbunyi. Semua siswa berlarian menuju kelas masing-
“Baik pak. Oh iya makasih pak atas ilmunya”. Kuraih tangannya untuk menyalami
Dalam langkah kaki yang santai aku termenung, meresapi setiap kata yang
Entah apa yang membuatnya tiba-tiba berkata demikian, yang pasti aku selalu
meyakini bahwa semua terjadi karena Allah yang telah menghendaki. Aku merasa
seperti Allah lah yang langsung mengajarkanku melalui perantara hambaNya agar aku
banyak belajar. Nasihat tersebut sungguh masih tertanam di dalam ingatanku hingga
kini.
Seorang bijak pernah berkata, bahwa sejatinya kehidupan itu Allah yang
merencanakan dan kita yang menentukan, bukan sebaliknya. Kita lah pengambil
keputusan atas jalan hidup kita, sehingga tak ada alasan kita untuk menyalahkan takdir
Tuhan.
Bagi Allah kehidupan itu sudah selesai, Allah sudah merancang sedemikian rupa
dari awal mula terciptanya alam semesta beserta kisah kehidupannya hingga masa
penghakiman tiba. Semua telah Allah buatkan sistemnya dengan sempurna tanpa ada
cela sedikitpun. Allah sudah merancang segala skenario kehidupan, dan tugas kita
Ibarat sebuah kalkulator. Sistem itu sudah tersusun secara apik. Semua sudah ada
jawabannya. 1 + 1 hasilnya 2. Jika kita melakukan usaha sekian dengan doa yang
8|Ghaliya Siridha
sedemikian rupa kadarnya maka hasilnya akan sesuai dengan apa yang telah
diusahakan. Tergantung kita akan pilih angka berapa dengan ditambah, dikurang, dibagi
atau dikalikan berapa. Maka semua secara sistemik akan muncul hasilnya.
berada di jalanNya yang lurus, dan do’a sebagai alat komunikasi dengan sang sutradara
kehidupan yaitu Allah Yang Maha Esa untuk mendapatkan arahan atas pilihan skenario
Selama ini mungkin sebagian besar orang-orang masih banyak yang beranggapan
bahwa jodoh adalah takdir Allah yang tidak dapat dirubah, namun berbeda dari
pemahaman kebanyakan orang, aku memiliki pemahaman bahwa jodoh adalah sebuah
takdir yang kita usahakan. Dan hal ini sangat erat kaitannya dengan ayat Allah:
"...Wanita yang baik untuk lelaki yang baik, dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik"
Jodoh itu ibarat sebuah pintu, sebenarnya Allah sudah menyediakan pintu-pintu
jodoh kita dari A – Z, dan dari setiap pintu itu sudah ada skenarionya masing-masing
beserta orang-orang yang akan kita temui serta kejadian-kejadian yang akan kita
hadapi.
Dari pintu A – Z tersebut Allah berikan kita hak untuk menentukan pintu mana
yang akan kita buka untuk kita jalankan skenarionya, istikhoroh atau do'a adalah cara
kita meminta petunjuk kepada Allah atas pilihan jalan kehidupan yang lebih baik. Dari
setiap pintu tersebut selalu ada pilihan pintu lainnya untuk kita pilih lagi, dan begitu
seterusnya hingga kita menyadari bahwa pintu-pintu kehidupan yang kita pilih
Setiap pintu itu memiliki kualitas masing-masing, ada orang-orang yang mungkin
hanya Allah hadirkan pintu-pintu berbahan kayu biasa, ada juga orang-orang yang Allah
9|Ghaliya Siridha
hadirkan pintu-pintu berbahan kayu jati dengan kualitas nomor satu. Hal itu tergantung
dari kualitas kita sebagai manusia, semakin baik manusia di mata Allah maka Allah pun
untuk jodohnya kelak, maka benarlah adanya bahwa jodoh itu merupakan sebuah takdir
yang diusahakan.
Tidak mungkin Allah hadirkan pintu-pintu berkualitas tinggi jika kita masih
menjadi pribadi yang rendah. Maka dari itu, Jika kita ingin mendapatkan jodoh yang
berkualitas, kita harus memantaskan diri terlebih dahulu dihadapan Allah, agar Allah
10 | G h a l i y a S i r i d h a
Prolog
impiannya dengan cara-cara yang memiliki keunikan tersendiri. Ada yang menyangka
bahwa orang yang selama ini ia kagumi merupakan jodoh impiannya padahal bukan.
Ada juga sebagian orang yang menyangka bahwa orang yang ia benci tidak akan pernah
bisa menjadi jodoh impiannya, namun pada kenyataannya belum tentu demikian.
Terkadang manusia selalu merasa sok tahu, mereka merasa lebih tahu daripada
Tuhannya. Padahal Allah lah yang paling tahu mana skenario hidup terbaik untuk setiap
hambanya.
Mungkin salah satu dari kisah ini ada yang serupa dengan kisahmu, sehingga
kamu bisa lebih memperkuat lagi kenangan yang telah mendewasakanmu itu. Atau bisa
jadi kamu kini sedang dihadapkan dengan masalah dalam penantian jodoh impianmu,
dan dengan kisah-kisah ini semoga kamu bisa belajar dan mendapat jawaban serta
Ada beberapa orang yang bisa menemukan jodoh impiannya dengan cepat,
padahal belum tentu itu adalah akhir dari cerita bahagia seperti yang selalu dikisahkan
dalam dongeng-dongen klasik. Bisa jadi justru itu adalah awal dari bentuk pendewasaan
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan :”Kami
Ada juga beberapa orang yang harus mengalami proses panjang untuk bertemu
11 | G h a l i y a S i r i d h a
dengan jodoh impiannya, yang terkadang hal itulah yang membuat banyak orang merasa
khawatir, takut dan gelisah. Bahkan tak sedikit yang justru marah kepada Tuhan karena
Padahal semua ada waktunya, dan bisa jadi sebenarnya Allah sudah memberikan
sinyal-sinyal atas kehadiran jodoh impiannya, namun banyak yang tidak sadar. Karena
tak jarang banyak yang terlalu menetapkan standar tinggi yang hanya ingin sesuai
Maka sebenarnya tidak ada satupun kekhawatiran yang akan terjadi jika kita
berpegang teguh pada ajaran Allah dan rasulnya, meyakini dengan sepenuh hati bahwa
Allah pasti memberikan yang terbaik di waktu yang tepat. Justru khawatirlah pada diri
kita yang bisa jadi selama ini telah jauh dari ajaranNya.
Oh ya.. Pernahkah kamu melihat pasangan yang tampak serasi? Pasangan yang
terlihat begitu sempurna, hingga kita berkata.. “beruntungnya dia telah menemukan
orang yang tepat”. Dan akhirnya membuat standar bagi diri untuk mendapatkan jodoh
seperti dia.
Namun tahukah kamu? Sejatinya jodoh impian itu kita yang membentuknya.
Dua sejoli yang terlihat serasi bukan karena tanpa masalah, justru karena
masalahlah yang membuat mereka menjadi pasangan impian dan bahkan menjadi
pasangan teladan. Mereka layaknya baju yang bisa menutupi aurat, mereka pandai
pasangan impian.
12 | G h a l i y a S i r i d h a
₰- Perisai Hati
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula
kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan
Saat jiwa terasa hampa, saat rasa mendambakan dunia, dan saat pikiran mencari
banyak alasan untuk membenci kehidupan. Maka disaat itulah kita harus memiliki
Apakah perisai hati ini? Semoga kisah yang akan ku ceritakan ini menjawab
keingintahuanmu.
***
mulai terdengar saling bersahutan dibalik rerumputan pedesaan yang masih asri. Indah
dan terasa damai. Para ibu memangil anak-anaknya untuk segera masuk. Khawatir
dengan istilah “pamali” jika menjelang maghrib masih berkeliaran. Anak-anak pun
saling berlarian, meninggalkan jejak bermain untuk pergi menuju rumah masing-
masing.
Disudut sana, dalam sebuah deretan bangunan tua yang berjajar mengelilingi
sebuah lapangan, banyak orang yang terlihat masih hilir mudik. Sibuk dengan tugas
masing-masing. Acara spesial yang akan digelar untuk anak seorang kyai besar di
13 | G h a l i y a S i r i d h a
wilayahnya itu tak mungkin diselenggarakan biasa saja. Semua berusaha keras
Terlihat beberapa orang masih berjibaku dengan kepulan asap di dalam dapur.
Ada juga yang bergegas membawa tempayan berisi kue-kue basah dan juga kering
sebagai sajian untuk para tamu. Tak luput juga para petugas dekorasi ruangan yang
masih mengangkat barang kesana kemari untuk ditata agar terlihat indah. Mereka
bekerja dengan ritme yang sedikit dipercepat, karena adzan akan segera
berkumandang.
Suasana pondok pesantren yang berada di daerah pedalaman Cianjur itu terasa
sangat ramai. Bagaimana tak ramai, pak Kyai yang memiliki santri sekitar 500 orang itu
Aida, merupakan putri kedua dari 7 bersaudara. Kakak pertamanya laki-laki dan
belum memiliki calon istri. Wajar bila Aida sebagai putri tertua melangkah duluan
Pengajian akan segera dimulai selepas maghrib. Banyak santri yang juga ikut
membantu. Pesantren yang biasanya diisi dengan kegiatan mengaji dan sekolah kini
sibuk dengan segala macam persiapan pernikahan. Harum masakan sudah tercium
dimana-dimana. Dekorasi sudah mulai terlihat cantik disetiap sudut ruangan. Canda
keseluruh penjuru desa. Semua orang bersuka cita menyambut hari pernikahan Aida
yang akan dilaksanakan keesokan harinya. Namun tidak dengan Aida. Sejak pagi Aida
“Teteh Aida..”. Pintu kamar Aida diketuk. Seorang santri mencoba memanggil.
“Teteh Aida.. Hayo teh. Ieu tos seueur tamu” (ayo ini udah banyak tamu).
14 | G h a l i y a S i r i d h a
Sang pemanggil diam sejenak. Menempelkan telinga kanannya di daun pintu.
“Teeeh??? Hayu ieu bade mulai” (ayo ini mau mulai). Kini suaranya lebih
“Teh Aidaaaaa???”.
Masih hening.
Lima..
Enam..
Hingga belasan kali panggilan dan ketukan pintu pun tetap tak ada jawaban.
Terdengar sang pemanggil dari balik pintu kamar merasa panik. Ia berlari mencari
bantuan.
Semua orang ikut panik. Kakak laki-laki Aida menghampiri, siap dengan
tangannya yang cukup kuat untuk mendobrak pintu. Saat otot-otot tangannya mulai
“Ari teteh kunaon? Di gedoran titadi teu nembalan?” (Teteh kenapa? Di ketuk-
“Bobo a”. Jawab Aida singkat. Tak berani ia menatap mata kakaknya. Matanya
sembab. Tangannya lebam. Digunakannya manset tangan agar tak terlihat bekas luka.
Semua hanyut dalam syukuran yang digelar. Banyak do’a terpanjat, berharap
semua dilancarkan dan mendapat keridhoan. Setelah semuanya selesai, Aida bangkit
15 | G h a l i y a S i r i d h a
Aida menoleh. Segera ia tundukkan pandangannya ke lantai. Ibu Aida memegang
“Teteh.. ummi tau teteh sedih. Ummi tau apa yang teteh rasakan saat ini. Dulu
ummi juga pernah merasakan apa yang teteh rasakan”. Suara ummi menyapa lembut
putrinya itu.
“Teteh tau kalau kakek itu lebih keras dari abah? Tanpa pernah bertanya dan
menjelaskan, setiap perintahnya kakek selalu bilang “pokoknya harus nurut!”. Aida
menunduk sambil memainkan jemarinya. Ummi mengangkat lembut dagu Aida dan
menatapnya lekat-lekat.
“Teteh tau apa yang menjadi penguat ummi?”. Aida menggelengkan kepalanya.
“Ridho Allah adalah perisai hati dari membenci dan melemahkan keadaan. Kata-
katanya sederhana tapi kekuatannya luar biasa. Saat teteh merasa lemah, saat banyak
alasan datang untuk membenci kehidupan. Maka ingatlah bahwa ridho Allah yang kita
cari. Insyaallah kita akan senantiasa dituntun dalam kebaikan, kekuatan, serta
terpasang di lengan Aida. Seketika pipi ummi dibanjiri air mata. Kedua tangan putrinya
itu penuh lebam bekas gigitan. Diciumnya kedua tangan tersebut dengan penuh
16 | G h a l i y a S i r i d h a
“Ikhlas menerima bahwa semua adalah ketetapan Allah dan meyakini bahwa
semua itu pasti mendatangkan kebaikan akan menjadikan jiwa kita lebih tenang.
***
Satu minggu yang lalu, seusai mengajar ngaji anak santri di sore hari. Abah,
sapanya pada ayahnya yang merupakan seorang Kyai besar itu tiba-tiba mengajak Aida,
putri tertua dari tujuh bersaudara untuk bicara empat mata di ruang baca.
ensiklopedia, serta kitab-kitab bahan kajian menjadi bagian yang paling dominan dalam
memenuhi 3 rak buku besar yang terbuat dari kayu jati dengan kualitas nomor satu.
Semuanya tersusun rapi disana. Tak luput disamping jendela, sebuah kursi rotan tua
dengan lampu gantung yang menyoroti, terpajang sendiri dengan sejadah tebal
depan sejadah. Semuanya memberi kesan bahwa itu adalah tempat pribadi.
Seperti sudah menjadi adat kebiasaan, Aida duduk di atas sajadah dengan
bokong yang menempel dikedua kakinya yang dilipat ke belakang. Sedangkan Abah
“Teteh, Kita hidup di dunia ini hanya sementara. Sejatinya kita sedang
menyiapkan bekal untuk kehidupan yang abadi nanti yaitu akhirat. Bekal apa itu teh?”.
“Ya betul. Maka kita harus gunakan sisa hidup yang Allah berikan ini dengan
sebaik mungkin. Perbanyaklah amal shalih”. Abah terdiam sesaat, terjeda seketika
dengan menghela napas panjang. Kedua tangannya di simpan di atas paha dengan jari-
17 | G h a l i y a S i r i d h a
“Abah salut kepada laki-laki yang berani datang langsung meminang. Dia tau
bagaimana cara mendapatkan wanita dengan cara yang Allah ridhoi. Dia ingin
memuliakan teteh. Dia ingin memberi banyak kesempatan kepada teteh untuk
Kata-kata abah membuat lidahnya kelu dan membisu. Aida diam, tak bisa
berkata apa-apa. Hanya hati dan pikirannya yang berkecamuk tak karuan. Ingin hati
berkata tidak, namun ia tak kuasa. Malaikat dan setan dalam dirinya seolah berperang
Sejak dulu Aida tak pernah bisa menolak permintaan orangtuanya. Terlebih
Abahnya yang jika beliau sudah memutuskan sesuatu maka kata-katanya sulit untuk
ditolak. Kini Aida pun tak bisa menolak saat Abahnya secara tersirat memintanya untuk
menikah dengan seorang laki-laki yang bahkan tak ia kenal sama sekali. Bukan untuk
tahun depan atau bulan depan. Melainkan minggu depan dengan persiapan yang serba
mendadak.
Ada hati yang sebenarnya ia dambakan. Namun tak cukup nyali untuk
menceritakan. Hanya Bahasa tubuh yang bisa menjelaskan. Betapa tidak ada
“Teteh.. kabahagiaan teh lain kur sauukur perkara dunia. (Kebahagiaan itu bukan
hanya sekedar urusan dunia). Kalau semua diniatkan karena Allah. Insyallah
kebahagiaan dan keberkahan akan didapat bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat”.
***
18 | G h a l i y a S i r i d h a
Aida yang dulu terlihat anggun dan ayu dengan rambut yang terurai panjang jika
tak berjilbab, kini hanya tersisa bintik-bintik akar rambut yang nampak kepermukaan.
Banyak bekas luka yang tergores dikulit kepala serta bekas gigitan di kedua tangannya
yang mulus. Rambut yang menjadi mahkota bagi setiap wanita itu sengaja ia cukur
paksa hingga tak tersisa, agar tak nampak lagi kecantikan pada dirinya. Hanya itu yang
Tahun 2004 handphone belum secanggih sekarang. Bisa dikatakan masih banyak
orang yang merasa asing. Apalagi ditempatnya, pesantren yang jauh sekali dari hiruk
pikuk modernisasi. Barang-barang elektronik seperti Televisi dan speaker pun tak
Ingin hati berteriak pada sang kekasih nun jauh disana agar membawanya pergi
sejauh mungkin. Namun kabar tak mudah mengudara, pun tak ada merpati yang bisa
mengerti. Hanya tangan yang mampu merangkai kata dalam tulisan. Aku rindu..
***
pernikahan itu terucap di hadapan Allah dan rasulnya. Sebuah janji yang akan
nanti.
Nyanyian sholawat para santri menjadi warna keramaian dalam pernikahan. Tak
ada senyuman yang terukir dari bibir mempelai wanita. Berbeda dengan mempelai pria,
19 | G h a l i y a S i r i d h a
Tak kurang dari 5.000 undangan yang datang menyalami. Semua orang terlihat
berbahagia meski tanpa iring-iringan musik yang menggema. Hanya beberapa alat
Di kursi pelaminan Aida terlihat berdiri menjauh dari sang pria. Wajahnya
masam, tak peduli meski ia sedang menyalami ribuan tamu undangan yang hadir.
Dari kejauhan Aida melihat sosok laki-laki yang tak asing baginya. Laki-laki yang
selama ini ia rindukan. Laki-laki yang selama ini ia dambakan bersanding dengannya di
Kini, sosok itu terlihat berbaur dikeramaian. Mata Aida menyipit, kemudian
menyorot tajam ke arah sosok yang dimaksud. Meyakinkan diri bahwa yang ia lihat
adalah benar.
Tangan Aida bersalaman namun matanya berkeliaran. Seorang wali santri tiba-
tiba memeluknya dengan riang, memberi ucapan selamat dengan wajah sumringah.
matanya ke arah ribuan tamu, wajahnya turut bergerak kesana-kemari mencari sosok
yang mengganggunya sedari tadi. Sosok itu tak lagi ia dapati, menghilang ditengah
keramaian.
Kaki Aida hampir melangkah hendak mencari, namun tertahan oleh seorang pria
20 | G h a l i y a S i r i d h a
Jarum jam seakan berhenti berdetak. Seolah hanya bola matanya yang bisa
Jarum jam kembali berdetak. Laki-laki itu menyalami dan mengucapkan selamat.
Aida terkulai lemas. Bukan karena ucapan laki-laki itu. Tapi ia menyadari bahwa laki-
laki itu hanya tamu undangan biasa dan bukan orang yang ia sangkakan. Air matanya
menetes. Tak habis pikir dengan angan dan harap yang begitu besar. Matanya
***
qur’an. Suaranya dipoles menawan saat ayat demi ayat dalam bait-bait Al-qur’an itu
Mata Aida terbuka perlahan. Kepalanya terasa berat. Tubuhnya masih terasa
“Aa?”. Suara Aida terdengar lirih. Ia memanggil bukan untuk suaminya, tapi
Aida masih belum bisa menerima bahwa laki-laki asing yang ada dihadapannya adalah
suaminya.
“Aa belum berani buka jilbab neng, cuma bantu dilonggarkan supaya nafas neng
nyaman. Soalnya tadi masih banyak orang yang keluar masuk buat meriksa keadaan
21 | G h a l i y a S i r i d h a
neng. Sekarang aa bantu buka jilbabnya ya, supaya lebih nyaman.” Tangan si pria
mencoba membukakan jilbab namun Aida menepis. Mata Aida melirik tajam.
“Eh maaf, aa nggak bermaksud apa-apa. Cuma mau bantu neng buka jilbabnya”.
matanya. Terngiang kata-kata ummi yang mengingatkan dirinya bahwa ridho Allah
harus dijadikan sebagai penguat, saat banyak alasan untuk membenci kehidupan.
Mata suami berkaca-kaca. Merasa iba terhadap keadaan sang wanita yang
mungkin tak merasa bahagia. Sang suami tersenyum menutupi kemelut rasa dihatinya,
“Neng sungguh cantik. Aa suka”. Senyuman serta kata-kata yang keluar dari
mulut suaminya membuat Aida tak percaya. Ia menangis, tak bisa menahan diri. Dengan
Sang suami pun tak kuasa menahan diri untuk memeluk sang istri dengan penuh
***
22 | G h a l i y a S i r i d h a
Kamu tahu? Bahwa semua yang ada di muka bumi ini adalah energi.
yang ia miliki. Sinyal ini akan tertangkap oleh manusia yang memiliki
Bisa jadi, secara tidak sadar kita telah mengkoneksikan energi kita
dengan seseorang diluar sana yang mungkin orang itu kita benci namun
23 | G h a l i y a S i r i d h a
“Iya aku Abid”.
“Loh kalian udah kenal?”. Tanya sang imam masjid yang ternyata ayah Aina.
“Kan Abid adek kelas pak, kita selalu satu sekolah dari mulai SD, SMP, SMA”.
Abid tertegun. Ternyata kehadirannya selama ini disadari oleh Aina, wanita yang
Abid tak menyangka ternyata rumah yang ia singgahi adalah kediaman Aina.
Sudah 5 tahun berlalu, sejak Aina lulus SMA mereka tak pernah lagi bertemu. Abid
merasa bahagia. Malam itu terasa menjadi malam yang sungguh istimewa baginya.
“Mmm.. I..itu di UPI semester akhir. InsyaAllah lagi nyusun”. Jawabannya terbata-
bata. Suaranya terdengar lebih berat, mulutnya sedikit bergetar. Kali ini bukan karena
“Alhamdulillah.. Wah sekarang Aina jadi adik kelasnya Abid dong ya. Dia telat
pelan. Gemas dengan dirinya sendiri. Jauh dilubuk hatinya, ia ingin tahu mengapa dan
apa yang telah terjadi dengan Aina selama ini, namun ia belum bisa mengontrol
suaranya yang pasti akan terdengar bergetar saat berkata panjang lebar.
“Ayo diminum, saya tinggal dulu ya bid”. Aina pamit masuk ke ruang tengah.
Hampir satu jam setengah Abid berteduh di rumah Aina. Bukan hanya tubuh
Abid yang kini menjadi hangat. Hatinya pun terasa jauh lebih hangat. Siapa lagi kalau
24 | G h a l i y a S i r i d h a
bukan karena Aina, wanita pujaan yang kini jarak keduanya hanya beberapa langkah.
Ayah Aina bercerita tentang banyak hal. Abid mulai bosan, posisi duduknya
sudah bergonta ganti beberapa kali. Jemari kakinya ia hentak-hentakan pelan ke lantai
mengangguk-ngangguk seolah mengerti padahal ia tak tahu apa yang sedang ayah Aina
bicarakan.
“Sekarang jarang sekali anak muda yang mau shalat berjamaah di masjid.
Padahal siapa lagi yang mau memakmurkan mesjid nanti kalau orangtua-orangtuanya
sudah meninggal? Anak mudanya banyak yang lebih memilih nongkrong di cafe dan
mall-mall daripada nongkrong di mesjid. Padahal nongkrong di mesjid kan gratis, nggak
kayak ke mall atau ke cafe pasti ada uang yang harus dikeluarkan”. Keluh ayah Aina
terhadap kondisi yang terjadi saat ini. Entah berawal darimana topik pembicaraan itu
kini beralih ke kondisi mesjid. Padahal daritadi ayah Aina sedang menceritakan kisah
Abid mencoba merespon kata-kata ayah Aina untuk menghargai. “Iya pak, di
kampung saya juga sama. Apalagi sekarang banyak ahli mesjid yang sudah meninggal”.
“Kamu anak yang baik bid, masih suka shalat berjamaah ke mesjid”. Pujinya salut.
“Darimana bapak tahu saya suka ke mesjid?”. Tanya abid penasaran. Hidungnya
“Itu barusan kamu bilang di kampung kamu juga sepi. Mana kamu tahu mesjid
disana sepi kalau kamu nggak liat langsung kondisinya. Iya kan?”. Ayah Aina terkekeh.
Waktu sudah menunjukkan pukul 21.45 WIB. Abid sudah tak sanggup lagi
mendengar cerita-cerita ayah Aina. Matanya mulai ngantuk, badannya terasa lelah ingin
segera diistirahatkan. Akhirnya Abid memberanikan diri untuk pamit undur diri.
25 | G h a l i y a S i r i d h a
“Sepertinya sudah terlalu malam pak, lebih baik saya pamit pulang. Besok banyak
“Oh.. baik kalau begitu. Hati-hati a, titip salam sama yang di rumah ya”. Ayah Aina
“Waalaikumussalam”.
Mata Abid sedikit melirik ke arah ruang tamu, berharap Aina keluar mengucap
salam.
***
Saat tiba di depan kantor, Abid melihat sosok wanita yang ia kenali berpapasan
“Iya pak. Eh Abid.. Ketemu lagi ya”. Sapaan wanita itu menggetarkan hati Abid.
Abid tak menyangka kejutan yang diberi Allah untuknya tiada henti. Abid
mengangguk senyum.
“Semalem pulang jam berapa?”. Pertanyaan Aina terasa bagai sebuah perhatian
besar untuknya.
“Oh gitu.. Duluan ya pak, Abid”. Wanita itu pergi meninggalkan Abid yang masih
tak bisa berhenti menatap Aina. Mata Abid mengikuti langkah wanita itu hingga tak
26 | G h a l i y a S i r i d h a
“Hey!!!”. Gertak ayah menyadarkan.
“hmmm… Itu loh perempuan yang tadinya mau bapak jodohkan ke kamu. Tapi
Bagi Abid ini bukan hanya sekedar tentang cantik, tapi lebih daripada itu. Ada
rasa yang masih terpenjara dan kini kian memberontak keluar. Terlebih saat
***
Sapa Abid melalui pesan whatsapp. Tak terbendung rasa bahagia Abid saat
“Lain kali mau silaturahmi lg ke rumah boleh? Saya senang ngobrol sm ayah kmu”.
Di ujung sana Aina tertawa membaca pesan Abid. Ia cukup peka terhadap
27 | G h a l i y a S i r i d h a
perilaku pria yang menggunakan berbagai teknik modus untuk mendekatinya.
Duh.. Abid menepuk jidatnya. Malu. Ia sadar jika sebenarnya dirinya berbohong.
“Yaudah sm kmu aja ngobrolnya kalau gt, lebih seneng. Sekarang yakin kn? hehe”
Sejak saat itu mereka semakin dekat. Hari-hari Abid terasa lebih berwarna.
Bunga asmara seolah terus menghujani hati yang telah lama gersang. Orangtua Abid
Sekitar 3 bulan mereka mengenal dekat satu sama lain. Tak ada harapan yang
lebih besar selain membawa hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Abid melompat
kegirangan. Hatinya seperti kembang api yang tersulut ke udara, menghiasi langit di
malam hari. Dadanya yang bidang hampir reflek memeluk wanita di depannya saat
***
“Abid maneh rek kawin lain jeung si Aina?” (Abid kamu mau nikah bukan sama
Aina?)
pesan itu. Ternyata dia adalah laki-laki yang dulu merupakan kakak kelasnya di SMA.
Abid tak tergubris. Rasanya tak penting menjawab pesan dari orang yang tak ia
kenal dekat.
Tiba-tiba suara pesan facebooknya terdengar lagi. Ada pesan masuk. Kali ini
bukan kata-kata, melainkan sebuah foto. Abid membuka foto itu. Seketika matanya
“Tah calon maneh geus diasaan ku urang”. (Tuh calon kamu udah aku cobain).
28 | G h a l i y a S i r i d h a
Pesan itu masuk lagi, seolah mendeskripsikan foto yang terkirim.
itu Aina bersama seorang pria sedang berfoto mesra tanpa busana. Abid menangis,
“Dasar pelacur!!!”.
Abid tak bisa menahan diri untuk segera mengirim pesan kepada wanita yang
akan segera menjadi pengantinnya itu. Ia belum siap untuk menelpon langsung.
Terlihat balasan pesan dari Aina yang tak terima dikatai seperti itu. Abid segera
15 menit berlalu, tak ada balasan. Abid mendengus geram. Ia mengambil jaket
dan kunci motor hendak pergi menemui langsung sang terdakwa. Pembuluh darah
Suara vespa yang bising dipacunya dengan kecepatan 80km/jam. Ia tak peduli
Tak mau orangtua Aina tau jika ia sedang dalam keadaan emosi. Ia mengambil
handphone di dalam saku celana dan langsung menelepon Aina. Tak di angkat. Ia segera
mengirim pesan.
Abid tak sabar untuk segera bertemu. Bukan karena rindu. Tapi Abid ingin
wajah sendu, takut dan malu bercampur menjadi satu. Dia mendekati Abid yang sedang
29 | G h a l i y a S i r i d h a
duduk menunduk di atas motornya.
“Maafin aku.. kejadian itu udah lama. Dulu aku khilaf Abid, aku bodoh.. Maaf”.
Abid mengangkat wajahnya. Giliran Aina yang kini menunduk sambil menangis
menutupi kedua wajahnya. Sejenak Abid memalingkan wajahnya menahan tangis. Ia tak
bisa marah. Entah mengapa. Padahal emosi tadi begitu terasa menggebu. Mungkin ia tak
Abid terlihat berpikir, jari-jari tangan kanannya menekan bagian kening yang
“Oke, aku bisa menerima masa lalu kamu itu. Asal kedepannya kamu harus nurut
sama aku kalau kita menikah nanti. Kamu harus diem di rumah dan nggak boleh kerja.
Satu hal lagi, hapus semua akun medsos kamu dan nggak boleh lagi punya akun di
medsos!”.
entah apa yang membuat Aina merasa keberatan, ia menolak syarat yang diajukkan oleh
Abid.
“Maaf Abid aku nggak bisa janji bisa memenuhi permintaan kamu”.
Abid menyeringai. Kecewa dengan jawaban yang diberikan oleh Aina. Abid
menyelah motor vespanya. Memainkan gas motor hingga meraung keras. Melirik sinis
***
30 | G h a l i y a S i r i d h a
Semua yang kita lakukan selama ini, baik itu kebaikan maupun
semesta menjadi energi yang akan menarik kehidupan baik atau buruk
dikemudian hari.
Jika tabungan energi kita di alam semesta banyak yang positif maka
kita akan didekatkan dengan hal-hal positif lainnya, dengan jodoh yang baik,
rezeki yang baik, dan kehidupan yang baik. Sebaliknya jika energi kita yang
terakumulasi adalah negatif, maka kita pun akan mendapatkan hal-hal yang
kurang baik.
membuat kita merasa perih hari ini. Bisa jadi karena sebenarnya tabungan
energi positif yang kita miliki masih cukup besar untuk menghindarkan diri
₰- Jodoh Impian
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
***
Ku susuri setiap ruang yang penuh kenangan itu. Kenangan yang membawaku
terjerat dalam harapan cinta dengannya selama sepuluh tahun lamanya. Banyak orang
menyangka aku begitu setia. Menunggunya yang tak pasti. Padahal sudah seringkali aku
mencoba keluar darinya, dari angan tentangnya. Tapi gagal, dan selalu gagal. Bayangan
tentangnya selalu hadir menghantui. Membuatku merasa ingin mencobanya satu kali
31 | G h a l i y a S i r i d h a
lagi.
Ku naiki tangga yang menuju ke ruangan pertama, tempat dimana pertama kali
“Temen satu sekbidmu mana?”. Tanyaku pada Ikhlas, salah satu temanku saat
“Nih”. Ikhlas menunjuk seorang gadis yang duduk tepat di depan kami berdua.
“Shabiya!”. Panggil Ikhlas kepada sang gadis. Gadis itu menoleh. Manis..
“Apa?”
Ku lambaikan tangan dengan cepat. Malu. “Eh nggak bohong”. Darisanalah aku
Saat itu aku belum mengerti apa artinya cinta. Yang ku tahu, aku tertarik pada
gadis mungil yang matanya seketika menyipit saat tersenyum itu, dan justru hal itu
menambah rona manis di wajahnya. Dari perkenalan itu aku mulai usil dan sering
panggil dia dengan sebutan Dora –pemeran utama di film kartun anak-anak yang
memiliki sahabat seekor monyet-. Aku memanggilnya Dora saat ku tahu rambut yang
Aku tersenyum geli saat hal itu kini menjadi sesuatu yang lucu untuk dikenang.
Setiap kali ku jahili gadis itu, ia hanya berteriak “Biaaannn!!!!”. Tapi tak pernah marah.
Dia memang baik, dan membuatku ingin selalu berbuat usil. Gadis itu mampu
Aku berjalan memutar arah, memasuki sebuah lorong yang menuju ke tempat
lainnya. Semilir angin terus membawa langkahku pada ruang nostalgia. Kali ini aku
melewati sebuah lapangan. Teringat saat itu tahun 2007, 9 tahun yang lalu.
32 | G h a l i y a S i r i d h a
Gadis itu memanggilku dari balik angkot di luar pintu gerbang sekolah.
Aku berlari riang, hendak menemuinya ditempat yang sedang kita tuju. Yaitu
disini, di lapangan ini. Padahal setelah bertemu aku hanya diam. Tak berani
mengajaknya bicara.
Setiap sore, dua kali dalam seminggu kami mengikuti ekstrakurikuler yang sama
yaitu taekwondo. Bukan karena kebetulan, tapi memang karena aku yang sengaja
mengikuti apa yang ia ikuti. Aku selalu menunggu setiap saat latihan, hanya karena ingin
disana. Terlihat Bian remaja yang berlari di lapang itu, di kejar sang gadis yang ingin
menendang bokongnya karena lama menunggu giliran untuk menendang target dalam
latihan taekwondo.
“Atuh hei jangan pantat aku!” Aku memelas sambil berlari saat itu.
Gadis itu menyeringai. Mendelik tajam seperti hendak menerkam, ingin segera
menendang bokongku.
“Abis kamu yang suka nyebelin!”. Gadis itu tak akan berhenti mengejar jika
hasratnya belum terpenuhi. Akhirnya aku selalu pura-pura mengalah, padahal dalam
hati aku merasa sangat bahagia. Aku ingin ia selalu mengejarku seperti itu.
samping lapangan, ada sebuah kelas yang di depannya terdapat sebuah pohon besar.
Dulu kelas itu sering sekali aku perhatikan saat jam istirahat dan jam pulang
sekolah. Hanya sekedar ingin mengetahui apa yang sedang gadis itu lakukan.
33 | G h a l i y a S i r i d h a
pajangan karya siswa yang terpampang disana. Ruang kelas 8 tahun yang lalu dengan
saat ini terlihat sedikit berbeda. Kini di dalam kelas sudah terdapat loker untuk masing-
masing siswa.
Aku duduk dibangku paling depan, tepat di kursi yang gadis itu duduki dulu. Saat
“Shabiya, ini pulpen kamu ya?”. Kata-kata itu sudah ku latih selama seharian
penuh. Meski tetap saja saat dihadapannya tubuhku seperti tersengat aliran listrik.
Tanganku tak berhenti gemetar. Padahal aku sudah tak sabar menanti agar aku bisa
kosong, semua siswa sudah pulang. Aku rela menunggu semuanya pulang agar aku bisa
masuk ke kelasnya hanya untuk mengamati bangkunya, mencermati setiap coretan yang
Aku menepuk jidat sambil tersenyum malu. Menyadari betapa konyolnya diriku
saat itu.
Nyatanya di meja itu aku tak menemukan namaku terukir disana, tapi aku
menemukan sebuah pulpen terselip di kolong mejanya. Aku yakin pulpen itu pasti
miliknya.
Gadis itu langsung pergi meninggalkanku sesaat setelah mengambil pulpen yang
baru saja ku berikan tanpa memberi kesempatan kepadaku untuk menjawab. Meski
demikian, sungguh kata-kata itu membuatku tak bisa tidur semalaman. Sangat
sederhana memang, dan mungkin bagi orang lain hal itu tak berarti apa-apa. Tapi..
Aku berjalan ke depan meja guru, menatap foto yang terpajang di samping
34 | G h a l i y a S i r i d h a
lemari. Seorang guru dengan para siswa terlihat berfoto rapi. Melihat siswa yang
berjajar rapi membawaku pada memori satu tahun sekali selama tiga tahun di sekolah
Setiap tahunnya aku tak sabar ingin segera pergi ke sekolah. Berlari menuju
gerbang sekolah saat hari itu tiba, hanya karena ingin bersalaman dengannya di momen
halal bihalal seusai libur lebaran. Semua siswa pasti akan berjajar rapi untuk saling
bersalaman di lapangan. Dan bersalaman dengannya selalu menjadi momen yang paling
Tepat ditempat yang sama, dalam kondisi yang berbeda. Aku menyadari bahwa
yang menyukai gadis itu bukan hanya aku. Salah satunya Brino, teman kelasnya.
Saat itu selepas Ujian Nasional. Aku hendak mengambil foto gadis itu yang
tertempel di kartu ujian di atas bangkunya. Namun ternyata bukan hanya aku yang ingin
memiliki foto itu. Melainkan ada satu orang lagi, siapa lagi kalau Brino.
Masih sangat jelas terakam dalam ingatan, bagaimana perasaanku saat aku
berhasil mengambil foto itu namun aku harus berlari sekuat tenaga karena dikejar oleh
pesaingku yang nyatanya memiliki badan yang lebih besar. Wajahku pusat pasi, napasku
saling memburu. Tepat di pohon besar depan kelas itu kami saling mengitari, bak film
india yang sedang beradegan lari. Dengan sekuat tenaga aku mempertahankan foto
hitam putih berukuran 2 x 3 itu digenggaman agar bisa di bawa pulang. Wajah Brino
memerah menahan amarah saat ku berhasil kabur memasuki angkot yang sedang
melaju untuk membawaku pulang. Aku tak berpikir bagaimana hari esok Brino akan
bersikap, yang ku tahu aku bahagia karena telah memiliki foto Shabiya, gadis pujaanku.
meski ketika kami bersekolah di SMA yang berbeda. Untung saat itu facebook sudah
mulai dikenal sejak tahun 2009. Aku tak pernah absen memperhatikan akunnya di
35 | G h a l i y a S i r i d h a
laman facebook. Hampir setiap hari aku menyempatkan diri pergi ke warnet hanya
untuk melihat statusnya. Apa yang sedang ia pikirkan, apa yang akan ia posting dan
sebagainya. Meski ku tahu saat itu ia sudah memiliki kekasih. Sedangkan aku tak pernah
bisa berpindah ke lain hati. Hanya terus merawat perasaan yang terlanjur tumbuh.
Ah ya aku tersadar, minggu depan aku akan menikah. Aku datang kesini berniat
untuk memberi undangan ke kantor sekolah. Namun aku terjebak nostalgia di setiap
Ku nyalakan sepeda motor yang sudah menemaniku dengan setia selama 7 tahun
sejak aku duduk di bangku SMA. Lagi lagi kenangan itu muncul. Disini, di motor ini.
Tepat di tahun 2011, 5 tahun yang lalu. Untuk pertama kalinya aku membonceng
“Aku tunggu di tempat fotocopy ya”. Ucap gadis itu melalui sebuah pesan sms.
terbaikku, motorpun sengaja aku cuci hingga mengkilat, minyak wangi ku habiskan
hingga setengah botol. Hari itu hari yang sangat spesial bagiku. Akhirnya setelah 2 tahun
tak bertemu, dia mau untuk ku ajak mengikuti ujian try out umum yang diadakan
disekolahku.
Hari itu aku merasa sangat tampan, terlebih gadis itu tepat berada sejengkal
dibelakangku.
“Kalau udah lulus emang kamu pengen kuliah ke jurusan apa?”. Untuk pertama
36 | G h a l i y a S i r i d h a
kalinya aku memberanikan diri membuka percakapan secara langsung dengan cara yang
lebih dewasa. Tak ada lagi kejahilan-kejahilan yang dulu sering ku lakukan. Biasanya aku
hanya berani mengirim pesan. Bahkan sebelum aku memiliki handphone, aku sering
iseng menelpon ke telepon rumahnya. Meskipun ketika diangkat, aku hanya terdiam.
“Semoga keterima ya”. Aku bahagia saat ku tahu apa yang ia inginkan.
Namun.. sejak saat itu, kami tak pernah lagi berkomunikasi. Aku salah
mengambil langkah. Sejak pertemuan itu aku selalu membanjirinya dengan sebuah
pesan.
Kamu dimana? Kamu lagi apa? Hari ini mau ngapain? Kamu udah makan?
Sekolahnya mau aku anter? Kamu mau aku jemput?, dan masih banyak lagi.
Memperlihatkan dengan jelas bahwa aku menyukainya. Mungkin karena itu dia merasa
Ah bodohnya aku..
Aku menambah laju kecepatan motorku. Tak butuh waktu lama, lima menit
Aku terdiam sejenak. Teringat pertama kali aku berkunjung ke rumah seorang
wanita. Siapa lagi kalau bukan gadis itu. Saat itu tahun 2013, 3 tahun yang lalu.
Aku mulai rindu. 2 tahun tak bertemu. Aku ingin tahu bagaimana kabarnya dan
apa yang kini ia lakukan. Bulan Mei. Aku ingat, hari itu adalah hari ulangtahunnya. Aku
ingin memberi ucapan tapi tak bisa. Aku tak tahu nomor handphonenya yang baru, tak
“Pri anter yuk ka imah si Shabiya”. Aku mengajak temanku Sapri, teman SMP yang
juga merupakan teman gadis itu. Kali ini aku nekad, ingin datang langsung ke rumahnya
37 | G h a l i y a S i r i d h a
meski tak berani sendiri.
“Asli rek datang teh sabab hayang mere kado hungkul?” (Beneran mau datang
Sapri yang tahu bagaimana perasaanku tak habis pikir dengan tingkahku yang
“Nya, bari ngobrol we sakeudeung ngan jeung maneh we, urang mah era”. (Ya
sambil ngobrol aja sebentar, tapi sama kamu aja. Soalnya aku malu).
Di rumah gadis itu untuk pertama kalinya aku datang berkunjung. Wajahnya ayu,
semakin manis dan terlihat lebih dewasa. Ia begitu ramah, meski keramahannya bukan
ditunjukan untukku. Aku banyak diam dan hanya mendengar percakapan antara mereka
berdua yang tak ku mengerti. Ah menyesal rasanya. Menyesal karena mengajak Sapri
temanku.
Aku tak menyerah. Setelah kunjungan itu, aku mulai mendekatinya lagi. Kali ini
namun ia selalu menolak. Hatinya masih tertutup begitu rapat. Aku mulai lelah dengan
perasaanku sendiri yang tak pernah berbalas. Akhirnya aku memilih untuk
Dua tahun berlalu, aku sibuk dengan rutinitasku sebagai seorang pegawai negeri
sipil di Ibukota. Aku tak pernah lagi mencari tahu tentang gadis itu, takut jika hati ini
Aku mencoba membuka hati untuk yang lain. Gadis-gadis cantik seolah
bertebaran di depan mata. Aku mulai mengencani mereka yang cukup menarik bagiku
satu per satu, sekaligus belajar bagaimana caranya mendekati seorang wanita. Tak
38 | G h a l i y a S i r i d h a
pernah ada yang menolak. Mungkin karena pekerjaanku yang cukup bergengsi, sebagai
Aku mulai bosan. Rasanya hidupku tak memiliki tujuan. Tak ada seseorang yang
mampu membuatku semangat ingin berjuang. Lagi dan lagi, aku teringat gadis itu.
Saat perjalanan pulang di sebuah bis dari tugas dinas. Tiba-tiba Tikan seorang
sahabat yang juga merupakan teman gadis itu menelpon “Bian, masih berharap sama
Tak ada badai tak ada petir, tak ada hujan yang mengguyur bumi, dan entah
kenyataan atau hanya sebuah mimpi. Hatiku langsung bergetar hebat saat nama itu
disebutkan. Sebuah nama yang bagiku memiliki kesakralan tersendiri, yang ketika
Aku menampar pipiku dengan keras. Ah ternyata sakit sekali rasanya. Aku
Aku diam sesaat, tak merespon pertanyaannya. Tubuhku tiba-tiba menjadi panas
dingin. Keringat mengucur membanjiri tubuh. Bajuku basah kuyup layaknya orang yang
tercebur ke dalam kolam. Padahal AC bis saat itu aku fokuskan untuk mengarah
kepadaku.
Semua suara di sekitar menjadi tak terdengar. Terlihat seperti gambar bergerak
bagai volume televisi yang di mute. Hanya terdengar suara dalam hatiku yang dengan
Jujur aku bingung. Bilang iya, takut jika pada akhirnya kecewa. Ada perasaan
sedikit ragu karena kegagalan selama ini yang menghantui. Bilang tidak, sayang jika ada
39 | G h a l i y a S i r i d h a
kesempatan disia-siakan.
Entah cerita seperti apa yang akan terjadi nanti. Aku tak peduli. Yang ku tahu,
aku menyadari bahwa aku menyukai gadis itu.. Dulu, kini dan nanti.
Aku berazam ini yang terakhir kali. Jika masih ada penolakan, aku akan
“Dia lagi sendiri, saranku langsung datang ke orangtuanya”. Saran Tikan dengan
tegas.
“Yaaank??? Hei!!!”.
“Nggak, cuma lagi inget pertama kali aku datang ke rumah ini”. Senyumku
Entah bagaimana dan sejak kapan Tuhan akhirnya membukakan pintu hati yang
dulu tertutup begitu rapat. Aku masih tak percaya, gadis itu kini menjadi gadisku yang
40 | G h a l i y a S i r i d h a
Apa yang sering kita lihat, dengar dan rasakan yang kemudian
Dan apa-apa yang telah terekam di alam bawah sadar maka itu yang
telah kita tanamkan tersebut dan tanpa disadari kita akan diarahkan
manusia.
hambanya.
41 | G h a l i y a S i r i d h a
₰- Pangeran Bertopeng
Cintailah orang yang kamu cintai dengan biasa saja, karena kelak orang yang
kamu cintai bisa jadi orang yang paling kamu benci. Dan bencilah orang yang kamu benci
dengan biasa saja. Karena kelak orang yang kamu benci bisa jadi orang yang paling kamu
Perbanyaklah istighfar mulai saat ini jika hatimu masih bersikukuh untuk
disandingkan dengan seseorang yang kau anggap akan membuatmu bahagia, karena
42 | G h a l i y a S i r i d h a
kelak.. Jikapun Allah mengabulkan harapanmu bisa jadi itu merupakan sebuah bentuk
ujian bagi dirimu sendiri yang jika kau mampu melewatinya maka surga berada di
Kisah yang akan aku ceritakan kali ini adalah sebuah kisah perjalanan seorang
wanita yang membuatnya sadar bahwa ternyata terlalu mencintai selain pada Allah itu
akan membawanya pada jurang penderitaan. Semoga kisah ini membawa hikmah yang
***
Kata-kata manis itu seolah tak lagi mempan merampas iba dan menumbuhkan
rasa cinta. Hatinya seolah tersambar petir yang menghujam tajam. Wajahnya memerah
menahan amarah. Air matanya seolah sudah kering terkuras habis hingga kebagian
sumber mata air yang paling dalam. Ia sudah tak mau lagi mengeluarkan air matanya
yang berharga hanya untuk lelaki biadab itu. Puing-puing kekecewaan yang selama ini
tersusun sedikit demi sedikit, kini telah membentuk tumpukan amarah yang sudah
Kali ini, seorang pangeran tampan berhati malaikat yang dulu ia kagumi telah
berubah menjadi sosok keji berhati iblis. Selama ini ia baru menyadari bahwa lelaki itu
Hari itu merupakan hari yang paling kelabu dalam kehidupan Naura, seorang
mahasiswi yang sedang mengambil jurusan kebidanan di salah satu kampus swasta di
Jakarta. Noa, begitulah orang-orang menyapanya. Seorang gadis lugu dari pedalaman
yang kini menjelma menjadi wanita cerdas berwawasan luas itu harus siap menelan pil
pahit untuk memutuskan menjadi seorang janda di usianya yang masih relatif sangat
43 | G h a l i y a S i r i d h a
Masih terdengar isak tangis perempuan itu di ruang tamu sembari bersimpuh
memohon ampun dan pertolongan kepada ibu mertuanya atas janin yang kini sedang
dikandung akibat perbuatan suaminya. Naura yang kala itu sedang berdandan rapih
terisak-isak di ruang tamu. Alih-alih berniat untuk liburan melepas penat atas tugas
kuliahnya yang cukup menguras otak selama ini, ia malah disuguhkan dengan
perempuan yang bersaksi dan bersumpah dengan nama Tuhan atas apa yang dilakukan
Jam dinding menunjukkan pukul 10.00 WIB. Naura keluar kamar dengan
kemeja panjang berwarna putih yang sedikit di gulung dibagian tangannya dengan
kerudung berwarna merah yang dililit ke belakang. Tas dengan warna senada tak lupa
menjadi barang wajib yang ditentengnya dengan jaket berwarna orange yang digantung
di tangan sebelahnya.
Tiba di ruang tamu, ia melirik sedikit ke arah perempuan asing yang telah
membuatnya seolah tersambar petir di siang bolong. Ia segera memalingkan wajah dan
“Noa keluar dulu ya mah, kang Ari udah nunggu di toko furniture.
Assalamualaikum”.
Naura keluar rumah sambil menahan gejolak batin yang bergemuruh. Ibu
bergegas pergi dengan motor matic berwarna merah hendak menemui suaminya, Ari.
Seorang ibu yang terlihat masih muda dengan rambut ikal yang diikatnya itu
merasa tak enak hati pada menantunya. Wajahnya cemas, hatinya bertanya-tanya, aneh.
Mengapa tak ada reaksi apa-apa dari menantunya. Seolah semuanya baik-baik saja. Tapi
44 | G h a l i y a S i r i d h a
mustahil jika tak mendengar. Menantunya itu pun masih memenuhi janjinya untuk
menemui suami yang merupakan anaknya yang sudah terlebih dahulu pergi ke toko
selingkuhan anaknya tersebut masih menangis seolah menahan luka. Ia menatap lekat-
lekat wajah perempuan itu dengan tangan yang gemetar menahan tangis dan amarah.
sebagian wajahnya yang menunduk, mata sembab yang terlihat menyipit karena tak
henti-hentinya mengeluarkan air mata terus menerus diusapkannya pada sebuah sapu
tangan yang ia genggam. Ingin rasanya sang ibu memaki si perempuan jalang dan juga
“Sekarang lebih baik kamu pulang!!! Saya nggak mau liat kamu!! Perempuan
murahan!! Kamu sekarang sujud-sujud minta tolong, apa kamu dulu nggak mikir
Pernyataan tegas dari seorang ibu yang pernah merasakan hal yang sama pun
“Pulang!!! Sebelum saya makin maki-maki kamu lebih baik pulang!!”. Sang ibu
berdiri dan menuju pintu sambil menunjuk keluar dan mengelus dada.
penyesalan, ia terus bersumpah bahwa tak ada kebohongan dalam perkataan yang ia
sampaikan.
***
45 | G h a l i y a S i r i d h a
manisnya. Sudah lebih dari 2 tahun mereka terikat dalam janji suci pernikahan. Namun
selama itu pula mereka berdua masih tinggal terpisah. Naura yang harus kuliah
kebidanan di Ibu Kota terpaksa harus rela berpisah sementara dengan suaminya yang
berada di Cianjur Selatan yang terikat pekerjaan. Hanya 1 atau 2 minggu sekali mereka
baru sempat bertemu, baru jika Naura sedang libur panjang mereka bisa menghabiskan
waktu bersama.
Semuanya terasa indah pada satu tahun pertama pernikahan. Naura merasa
masuk dalam sebuah negeri dongeng bersama pangerannya yang selama ini ia puja.
Naura yang kala itu sebagai mempelai wanita, tak bisa hadir di acara
pernikahannya sendiri karena tugas praktik di luar pulau yang tak bisa ia tinggalkan.
Meskipun demikian, Naura bersedia untuk dinikahkan dengan Ari, pangeran yang
Ayah Naura mengambil peran sebagai wali atas pernikahan yang digelar dengan
sangat sederhana yang hanya disaksikan oleh keluarga dan sanak saudara serta kerabat
dekat. Semua terasa seperti mimpi bagi Naura setelah ia dikabarkan bahwa Ari sudah
Dalam perjalan Naura teringat masa-masa SMA dulu, ketika ia begitu mengagumi
sosok Ari sebagai senior di SMA-nya. Ari merupakan salah satu aktifis sekolah yang
pandai berorganisasi. Kata-katanya selalu memberi semangat pada junior dan rekan-
yang tegap dengan rambut yang sedikit panjang namun tetap memberi kesan
berwibawa, halisnya hitam dan tebal, kulitnya yang kecoklatan menambah kesan maco
pada dirinya. Selain itu kata-katanya selalu tegas namun tetap santun dan lembut, ia
46 | G h a l i y a S i r i d h a
jarang tersenyum, namun sekali senyum mampu membuat Naura berkhayal untuk bisa
bersanding dengannya.
Siapa sangka, gayung bersambut. Ternyata Naura tak bertepuk sebelah tangan.
Entah bagaimana sinyal yang dipancarkan berhasil menembus hati si pria pujaan.
Dirinya sering mendapati salam manis yang akhirnya berujung pada jalinan asmara
yang diidamkan.
***
“Teteh yakin bade nikah?”. Tanya ibu Naura dengan bahasa sunda yang halus.
“Tapi teteh kelas 3 SMA keneh. Teu acan lulus”. (Tapi teteh masih kelas 3 SMA.
Belum lulus).
Mata Naura bergulir ke kanan dan ke kiri, memutar otak agar direstui.
“Tapi kang Ari atos damel mah, tos siap nganafkahan”. (Tapi kang Ari udah kerja
“Nya tapi bari kuliah. Riweuh gera”. (Ya tapi sambil kuliah, repot nanti). Ibu Naura
“Kang Ari ge nyariosna bade nguliahkeun teteh”. (Kang Ari juga bilangnya mau
nguliahin teteh).
Satu alasan kuat yang membuat Naura ingin segera menikah dengan Ari
disamping rasa cintanya terhadap Ari. Ia sadar bahwa keluarganya bukan dari keluarga
untuk menjadi seorang bidan yang bayarannya tak murah, dan Ari hadir seolah menjadi
malaikat penolong yang berjanji akan membiayainya kuliah jika menikah dengannya
nanti.
47 | G h a l i y a S i r i d h a
Ari terlahir dari keluarga yang cukup berada. Sejak sekolah ia sudah difasilitasi
seringkali didapati ibunya sedang jalan bersama wanita lain. Alhasil kedua orangtuanya
sering bersitegang. Namun ibunya tetap memilih untuk tetap mempertahankan rumah
“Teteh.. nikah teh teu gampang..kudu..”. Belum selesai ibunya melanjutkan kata-
“Nya atos atuh nikahkeun we kumaha kahoyongna”. (Yaudah nikahin aja gimana
maunya).
Ibu Naura menghela napas panjang. Ia tahu bahwa ayahnya akan selalu
“Tunangan heula we atuh nya, mamah sareng bapak teu acan aya acisna. Pan
kedah persiapan”. (Tunangan dulu aja ya, mamah sama bapak belum punya uangnya. Kan
harus persiapan).
Naura pun mengerti dan setuju. Bagi Naura, Ari seperti seorang pangeran yang
selalu ada dalam cerita negeri-negeri dongeng, ia selalu berharap bahwa ia bisa menjadi
Pernikahan pun akhirnya digelar setelah Naura memasuki masa kuliah, dan Ari
sebagai calon suami saat itu mencoba menepati janjinya untuk membantu membiayai
kuliah Naura, hanya ketika Naura sudah menjadi istrinya yang sah ia yang mengambil
Seiring dengan kesibukan Naura sebagai mahasiswa dan asisten bidan yang
semakin bertambah. Sikap Ari, suaminya mulai berubah. Ari mulai banyak mencurigai
Naura. Ari menjadi sosok pencemburu dan pemarah. Bentakan demi bentakan sering ia
alamatkan kepada Naura hanya jika istrinya tersebut telat memberi kabar.
48 | G h a l i y a S i r i d h a
Saat bertemu pun bukan belaian rindu yang menggebu dalam balutan kasih,
bukan lagi kata-kata romantis yang sering membuat dirinya seolah terbang ke nirwana.
Namun cacian dan makian yang kini sering ia terima dari mulut suaminya menambah
“Kamu istri nggak tau malu! Pasti tadi kamu jalan sama laki-laki lain ya? Pasti
Naura sering tak habis pikir dengan jalan pikiran suaminya yang sudah tak waras dan
apalagi jalan sama laki-laki lain. Waktu aku udah full buat kerja dan kuliah, nggak ada
hal lain”.
tak percaya. Yang ada suaminya semakin emosi dan melontarkan cacian lainnya.
Seringkali Naura menangis dan merasa sudah tak sanggup lagi mempertahankan
Namun ia mencoba terus bertahan, tak ingin semuanya kandas di tengah jalan.
***
pink bergambarkankan hello kitty yang merupakan kartun favoritnya. Sudah sejak
sebulan yang lalu mereka berdua merencanakan untuk membeli peralatan rumah
tangga yang akan mereka simpan di rumah baru yang baru saja selesai dibuat.
Naura terdiam sejenak dan berpikir. Memikirkan cara terbaik untuk bersikap
dalam kondisi seperti ini. Ia pejamkan matanya dan menarik napas panjang, terlihat
49 | G h a l i y a S i r i d h a
dahinya yang mengkerut dengan keringat yang sedikit mengucur serta tangan yang
mengepal menahan segala macam gejolak emosi jiwa. Ia pun membuka mata perlahan
Dari kejauhan, Ari suaminya sedang terlihat asik memilih kursi untuk menghiasi
ruang tamu di rumah baru. Ari belum menyadari bahwa istrinya telah sampai di depan
toko.
Mata Naura berkaca-kaca. Tak kuat menahan luka. Ia pun memilih untuk berbalik
arah dan kembali menuju parkiran. Dilepaskannya cincin pernikahan dan kemudian ia
titipkan kepada salah seorang penjaga toko yang dimintanya untuk memberikannya
kepada Ari.
memilih pulang ke rumah kedua orangtuanya yang berjarak sekitar 25 KM dari arah
kampung mertua. Ingin hati Naura mempertanyakan semuanya pada sang suami tapi
ternyata untuk sekedar menatap matanya pun Naura tak sanggup karena luka yang
Hatinya sudah mantap untuk mengambil keputusan itu. Mungkin untuk menerima caci
maki serta bentakan demi bentakan Naura masih bisa bersabar. Namun jika sudah
Terbersit perasaan malu pada Allah, karena dulu ia meminta seolah dengan
setengah memaksa untuk menjodohkannya dengan Ari, sang pangeran idaman. Namun
ternyata pangeran impiannya itu selama ini hanya memakai topeng dibalik pesonanya
50 | G h a l i y a S i r i d h a
melanjutkan perjalanan sambil melaju dengan kecepatan tinggi di jalanan lenggang.
cemas. Ada sesuatu hal yang dirasa tak beres sedang terjadi menimpa anaknya tersebut.
“Naha tiba-tiba uih teh? Titadi si akang nelpon, aya naon?” (Kenapa tiba-tiba
pulang? Daritadi akang nelepn. Ada apa?). Tanya Ibu yang terlihat khawatir.
“Punten mah, teteh mah tos teu kiat ku sikapna kang Ari!” (Maaf mah, teteh udah
maaf.
“Eh kunaon? Sok atuh nyarios aya naon?”. (Eh kenapa? Ayo cerita ada apa?).
Naura hanya terisak, tak sanggup mengeluarkan kata-kata bahwa Ari telah
malu.
Tak lama seseorang terdengar mengetuk pintu. Ayah Noa pergi ke ruang tamu
“Kunaon maneh nyieun budak aing ceurik???” (Kenapa kamu bikin anak saya
nangis?).
Tanpa tahu alasan yang jelas, bapak tiba-tiba menampar keras wajah Ari dengan
bentakan bahasa sunda yang kasar. Bapak selalu begitu. Tak bisa melihat putri semata
wayangnya menangis. Beliau tak pernah peduli dan berpikir dua kali untuk memarahi
“Punten pak, Ari salah.. punten..”. Ari saat itu langsung tersungkur di kaki
Naura dan ibunya keluar. Mata Naura mendelik, sedangkan ibunya langsung
51 | G h a l i y a S i r i d h a
“Akang sareng teteh teh aya naon?” Tanya ibu Naura masih bersikap lembut.
Tiba-tiba Naura berbicara dengan suaranya yang parau sambil menatap Ari.
“Kang Ari kudu tanggung jawab, itu salah akang. Kasian anak yang lagi
“Perempuan saha ieu teh teteh?? Astaghfirullah..”. Kini ibu Naura yang tersungkur
Ari berulangkali meminta maaf atas segala khilaf yang telah dilakukannya, ia
mengakui segala dosa yang telah diperbuat. Namun nasi sudah terlanjur menjadi bubur.
Ari harus menelan semua konsekuensi yang harus ia hadapi atas segala kesalahannya
Satu hal yang Naura pelajari dari kisah hidupnya, bahwa tak ada cinta yang
hakiki selain kecintaan Tuhan kepada para hambaNya, dan ia pun banyak belajar bahwa
52 | G h a l i y a S i r i d h a
Seringkali kita tidak sadar terhadap sinyal-sinyal yang telah Allah
berikan untuk kita. Bisa jadi kita telah diperingati melalui orang-orang
***
disekitar kita. Tapi kita memilih untuk menjadi tuli dan buta terhadap
kebenaran.
Bukan berarti seberapa banyak harta yang ia miliki, tapi seberapa baik didikan
₰- Terjebak
yang ia dapat dari kedua orangtuanya.
Dan sungguh
Seorang anakakan
itu Kami berikan
adalah cobaan
peniru yangkepadamu
handal. dengan sedikitdan
Sikap baik ketakutan….”
buruk
yang ia“Dasar
dapat,Pelacur!!!”
maka komunikasikan dan berkomitmenlah untuk saling belajar
Haliskudiri
memperbaiki tersentak bersamaan
dan mau saatmenyembuhkan
untuk diajak sebuah pesan masuk dari seseorang
luka masa lalu. tak di
kenal. Karena mendidik anak bukan dari sejak kecil, tapi dari awal memilih
Pelacur? Apa maksudnya? Apa yang salah denganku? Apa yang telah aku
pasangan.
perbuat?
Dadaku bergemuruh, ingin marah. Aku memilih untuk sekedar membacanya lalu
Beberapa menit kemudian sebuah pesan baru masuk lagi untuk yang kedua
“Kamu jangan sok cantik! Gak usah maen ngerebut pacar orang deh! Dasar
pelacur!”.
53 | G h a l i y a S i r i d h a
Entah pacar mana yang ia maksud. Aku tak merasa merebut siapapun. Ku yakin
yang mengirim pesan ini pasti seorang wanita. Ada yang tak beres pikirku.
Aku mencoba mengingat-ingat. Takut ada salah yang pernah ku buat. Namun..
sekuat tenaga aku mencoba berpikir, ingatan tentang merebut pacar orang tak pernah
mencoba meluruskan sesuatu jika memang hal itu terjadi karena salah faham.
“Jangan pura-pura bego deh! Tiga hari yang lalu aku liat kalian kencan”.
Seingatku saat itu rutinitasku seperti biasa. Pergi pagi untuk bekerja, lalu pulang di sore
hari. Tak ada janji dengan siapa-siapa apalagi menyempatkan diri untuk berkencan.
Aaah.. jangan-jangan..
Tiba-tiba nama itu muncul dalam ingatan. Saat jam istirahat aku bertemu
seorang kawan lama. Tak sengaja kami bertemu di rumah makan. Kami ngobrol
tak yakin dengan dugaanku. Namun hanya dia satu-satunya orang yang kutemui diluar
saat itu.
Alamaaaak.. Aku tak percaya saat membacanya. Dian itu adalah kawan lamaku
sejak SMP. Lagipula… Dia adalah seorang WANITA!!! Sungguh gila!! Ternyata aku
Dian adalah seorang sahabat yang cukup perhatian kepadaku sejak dulu. Ia tahu
aku penggemar cokelat. Saat sekolah ia selalu memberiku sebungkus cokelat beng-beng.
54 | G h a l i y a S i r i d h a
Aku tak pernah berpikir hal aneh tentangnya. Apalagi memikirkan bahwa ia
tertarik dengan sesama jenis. Aku pun tak pernah dengar cerita-cerita aneh darinya,
kecuali saat ia bercerita bahwa ia berpacaran dengan seorang guru yang sudah memiliki
istri.
pernah membawa rokok ke sekolah yang jelas-jelas saat itu dilarang. Apalagi untuk
seorang wanita. Bisa-bisa hukuman skorsing ia dapatkan jika ketahuan. Tapi dia
melakukannya hanya untuk dirinya. Tak pernah mengajakku untuk mengikuti masa-
“Dian cuma temen yang udah lama nggak ketemu”. Jawabku membalas pesannya.
Terasa aneh saat ku coba menjelaskan sesuatu yang seharusnya tidak usah ku jelaskan.
“Alaah bulshit kau pelacur!”. Kali ini kata-katanya lebih ngotot. Kata-kata pelacur
Batinku memaki. Ku tarik napas panjang sambil mengelus dada. Akhirnya aku
memilih menutup layar handphone. Tak mau membalas lagi pesannya. Percuma.
menguap mengeluarkan keringat. Padahal hari itu langit malam sedang menyirami
bumi yang sudah lama kering. Ku buka jendela kamar yang menghadap langsung ke
taman rumah. Bau tanah yang tersiram guyuran hujan langsung tercium memberi
kedamaian atas hati yang bergejolak menahan emosi. Rerumputan terlihat bercahaya
disoroti lampu kekuningan. Percikan air hujan pun terdengar begitu syahdu.
Sejak lulus SMP aku tak pernah bertemu lagi dengan Dian. Kami sibuk dengan
55 | G h a l i y a S i r i d h a
lingkungan baru serta teman-teman baru. Semenjak lulus SMA pun kami tak pernah
bertemu. Aku meneruskan kuliah dikotaku Sukabumi, sedangkan ku dengar dia memilih
kuliah di Ibukota.
Hampir 8 tahun kami tak pernah bertemu. Sampai akhirnya kami bertemu
kembali saat itu. Kulihat kini gayanya berbeda. Rambutnya yang pendek semakin
menambah kesan bahwa ia ingin dikenal sebagai “cewek tomboy”. Dari dulu dia
memang terlihat cuek, tak pernah memakai bedak atau semacamnya. Tasnya pun selalu
tas selempang layaknya anak laki-laki. Biar simple katanya. Dulu yang ku tahu dia sering
bergonta-ganti pacar. Seorang pria tentunya. Jadi masih tak masuk akal bagiku jika dia
kini menyukai sesama jenis. Meski tak menutup kemungkinan. Aku hanya tak tahu apa
hasil pencarian. Ku baca satu per satu, hingga tak terasa puluhan artikel sudah terbaca.
artikel terkait tentang tema yang sedang ku cari. Tertulis nama Dian di panggilan masuk.
dalam jiwa. Kesal, perasaan itu kini muncul untuknya yang dengan sembarangan
Kali ini kurebahkan tubuhku di atas kasur. Meresapi gemericik air hujan yang
turun. Tak terasa mataku ikut hanyut dalam kedamaian dari rintikannya yang jatuh ke
***
Malam kian larut. Udara terasa semakin dingin. Dari luar jendela, hujan
56 | G h a l i y a S i r i d h a
terdengar semakin deras, disertai tiupan angin yang menyerbu. Membuat rumah-rumah
yang beratapkan seng bersuarakan ricuh. Aku menarik selimut dengan mata yang masih
tertutup malas.
yang menggelegar. Kali ini hujan terdengar tak bersahabat, seolah mengisyaratkan
Jendela kamar terdengar diketuk keras. Aku terperanjat. Tubuhku bergidik. Bulu
kudukku tiba-tiba berdiri. Mataku membulat dan rasa kantukku hilang dalam sekejap.
Aku melirik ke arah jendela dengan perlahan. Kupastikan telingaku tak salah dengar.
Kali ini suara ketukan itu terdengar semakin memaksa. Ku tarik selimut hingga
menutupi kepala. Siku dan lututku saling beradu. Aku memaksa memejamkan mata.
berteriak. Astaghfirullah..
Tanganku merayap di atas kasur, mencari handphone yang tak berhenti berbunyi.
Dian?
“Ini aku depan kamar kamu bie. Tolong aku..”. Suaranya terisak dibalik guyuran
hujan deras. Aku bisa menebaknya dari tarikan napasnya di hidung yang berair.
sebutannya untukku sejak dulu. Kini anehnya panggilan itu terdengar geli ditelingaku,
sejak tahu bahwa ia penyuka sesama jenis. Ingin aku berkata “Stop manggil aku dengan
57 | G h a l i y a S i r i d h a
panggilan itu lagi!”. Tapi aku tak bisa jika situasinya seperti ini. Akhirnya aku hanya bisa
“Ya ampun Dian ternyata kamu. Daritadi aku setengah mati ketakutan tau!”.
Nadaku sedikit tinggi. Aku mengelus dada. Darah mulai mengalir normal, detak jantung
kembali teratur.
“Tunggu sebentar!”. Aku mematikan telepon dan membuka selimut. Kulirik jam
di layar handphone, waktu menunjukkan pukul 01.20 WIB. Ya Allah malem-malem gini
mau apa?
Ku langkahkan kaki menuju pintu keluar. Hujan terus menerus mengguyur bumi.
Kali ini aku terkejutkan lagi dengan tubuhnya yang basah kuyup. Kulangkahkan
kaki dengan cepat menghampirinya yang sedang jongkok di depan jendela kamar sambil
menangis. Kedua tangannya dilipat dan disembunyikannya diantara paha dan perut.
“Loh Dian, ada apa?”. Aku tahu dia pasti kedinginan. Ku angkat kedua bahunya
“Tolong aku bie. Ku mohon tolong aku..”. Tubuhnya menggigil. Tatapannya penuh
“Ini apa Dian?”. Kini giliran kedua tanganku yang mengangkat kedua tangannya
ke depan wajah. Tanganku gemetar. Kedua tangannya penuh dengan darah yang
Dian yang saat ini, begitu penuh kejutan. Dan aku tak mengerti mengapa harus
58 | G h a l i y a S i r i d h a
aku yang selalu terjebak dalam kisahnya. Dia terus mengiba memohon pertolongan.
“Tadi sore aku berantem sama pacarku gara-gara ngebahas pertemuan kita tiga
hari yang lalu. Aku mati-matian jelasin tapi dia tetep nggak percaya. Dia terlalu over
protektif, aku gak tahan. Akhirnya aku putusin dia. Dia nggak terima dan malah
ngancam mau bunuh diri. Aku nggak peduli terus aku pergi”.
malam itu yang terus menerus mengguyur seolah mewakili hati yang sedang sakit.
Ku yakin pasti si pengirim pesan itu, seorang pacar yang ia maksud. Aku ingin
bertanya tentang banyak hal, tapi mulutku tak bisa berucap apa-apa.
“Aku nenangin diri, tadinya nelepon kamu karena pengen lupain sejenak
masalahku itu. Tapi mungkin kamu lagi sibuk. Akhirnya aku matiin handphone karena
pacarku terus-terusan nelepon. Tiga jam kemudian pas aku nyalain handphone, pacarku
ngirim foto dengan perutnya yang penuh darah. Aku bener-bener takut bie.. tolong aku”.
Kini dia bersimpuh dihadapanku dengan kedua tangan yang menggenggam tanganku.
“Oke oke ceritanya nanti lagi diterusinnya, sekarang apa yang bisa aku bantu?”.
Sedikit demi sedikit hujan terlihat mereda, hanya tersisa butiran-butiran halus
“Bantu aku bawa dia ke rumah sakit bie, tadi aku cek dia masih napas”. Pintanya
memelas.
“Gila! Jadi kamu belum bawa ke rumah sakit?! Kalau dia keburu meninggal
59 | G h a l i y a S i r i d h a
“Tadi aku ke kosannya naek motor, aku nggak bisa bawa dia sendiri ke rumah
sakit di motor. Nggak ada juga angkot yang lewat atau mobil yang bisa ku pinjem. Ini
udah terlalu malem. Aku nggak bisa mikir lagi selain kesini minta bantuan kamu, karena
handphone dan dompet ke dalam tas. Tak lupa ku ambil dua buah jaket yang
Ku perhatikan seisi rumah, semuanya tampak sepi. Orangtua serta adikku masih
terlelap di kamarnya masing-masing. Ada rasa tak enak saat pergi tak berpamitan. Ku
ambil kertas kosong beserta pulpen di atas meja kerja, menuliskan surat izin untuk
pergi sebentar lalu kutempelkan kertas itu di pintu kamar. Ku tahu orangtuaku pasti
***
Meski hujan kini hanya menyisakan rintikannya yang kecil, namun angin malam
tak melewatkan sifat khasnya yang dingin menusuk hingga ke tulang. Tubuhku bergidik
Motor dipacu dengan kecepatan 60 km/jam, tak kuat menahan dingin. Kulihat
Dian merasakan hal yang sama. Apalagi posisinya yang berada di depan. Tubuhnya
terlihat terus menggigil sambil mengendarai motor. Aku menjaga jarak kira-kira sekitar
satu jengkal darinya. Tanganku berpegangan ke besi jok belakang motor. Masih was was
“Apa yang terjadi dengan kehidupan kamu selama ini?”. Tanyaku membuka
percakapan agar tak terlalu fokus pada dinginnya malam. Ku tahu dia faham maksudku.
60 | G h a l i y a S i r i d h a
“Kehidupanku udah hancur bie. Sebenernya aku malu sama kamu”. Suaranya
“Aku udah hancur bie. Aku sekarang jadi mucikari buat bertahan hidup”. Dia pun
ikut berteriak.
kehidupannya. Aku pura-pura bersikap biasa saja, seolah itu bukan berita yang
“Sejak SMA. Nyari uang tambahan karena ibuku di PHK dari pabrik”.
“Bapakmu?”
“Kamu marah dengan semua itu?”. Aku menelisik jauh ke dasar hatinya.
Tak terbayang betapa pahit kisah hidup yang ia alami. Tak heran jika ia tumbuh
menjadi pribadi seperti sekarang ini. Air mataku menetes, iba. Aku tak mau menggalinya
***
Mata kami tertuju ke kerumunan orang-orang pada jarak kurang lebih 10 meter.
Waktu menunjukkan pukul 02.30 dini hari. Malam yang biasanya sepi kini bagai pasar
diskon yang baru dibuka. Orang-orang berlarian menuju satu tempat. Terdengar
beberapa orang di pinggir jalan saling berbisik “Ada mayat, ada mayat”.
Mobil polisi dan juga ambulance terparkir kira-kira 3 meter dari TKP. Garis
stang motor. Kali ini ku yakin bukan karena kedinginan. Matanya terus menatap kosong
61 | G h a l i y a S i r i d h a
ke arah kerumunan orang-orang di depannya. Wajahnya pucat.
“Dian?”. Aku menepuk-nepuk pundaknya. Dia tak bergeming. Butiran air mata
Aku turun mendekati TKP, meninggalkan Dian yang masih mematung di atas
Tak lama dua orang polisi membawa jenazah yang sudah dimasukkan ke dalam
kantung berwarna orange. Dua orang petugas ambulance bergegas membuka pintu
belakang mobil untuk dimasuki jenazah. Beberapa menit kemudian mobil ambulance itu
menstarternya. Motor tak mau menyala. Ku coba berkali-kali namun tetap tak mau
menyala. Ah shiitt!!!
Kali ini aku mencobanya dengan menyelah. Tiga empat kali percobaan barulah
motor itu menyala. Ku pacu motor dengan kecepatan 60 km/jam. Menyusul laju
Jalanan penuh kabut, jarak pandang hanya bisa ditembus dalam radius 5 meter.
Aku hanya bisa mengikuti mobil melalui bunyi sirine. Selang beberapa menit bunyi itu
menghilang. Ku tambah laju kecepatan motor hingga 80 km/jam. Tiba-tiba dari arah
depan terlihat lampu sorot berwarna kuning mengaburkan pandangan. Kubanting stang
ke kanan. Menekan kedua rem tangan sekuat tenaga. Dengkingan besi beradu
62 | G h a l i y a S i r i d h a
“Dee banguun shalat subuh!!! Itu alarm matiin berisik!!!”. Suara ibuku
menyadarkan.
Ku buka mata perlahan. Bola mataku berputar sejauh mata memandang. Kipas
angin masih berputar-putar. Lampu kamar masih menyala. Tangan meraba ke seluruh
tubuh, dari mulai ujung rambut hingga ujung kaki. Masih utuh. Ku raih handphone,
mematikan alarm. 3 panggilan tak terjawab dari Dian pada pukul 22.00 WIB. Aku
***
63 | G h a l i y a S i r i d h a
Kamu tahu? Kenapa ada penyuka sesama jenis di dunia ini? Dalam
bayi tersebut lahir dengan jenis kelamin yang tidak sesuai dengan
Kedua karena ada luka batin masa janin, masa balita atau masa
menjadi janin. Bahkan janin yang masih dalam usia 3 bulan sudah mampu
Maka latihlah dari mulai saat ini untuk selalu berkata-kata baik,
berprasangka baik, dan berperilaku baik, agar anakmu kelak terlahir dari
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
64 | G h a l i y a S i r i d h a
apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintahKu) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu berada dalam
hamba yang meminta kepadaNya? Bahkan Allah sangat senang jika seorang hamba
Tidak!!!
Lalu masihkah kau ragu bahwa kau memiliki Tuhan yang selalu mengabulkan
do’amu? Sedangkan Ia berada lebih dekat dari urat nadimu, yang pasti akan mendengar
setiap do’a bahkan jika itu berada disudut ruang hatimu yang paling dalam.
***
“Ya Allah.. Hamba minta jodoh ya Allah.. Pleaseeee.. Taun ini kasih hambamu ini
jodoh ya. Hamba ingin nikah ya Allah. Tolong ya Allah.. Gimanapun caranya berikan
Suara riuh tangis yang menggema di Masjid Istiqlal itu membawa Ama
tenggelam dalam Do’a yang merajuk kepada Rabbnya. Ia menangis terisak-isak layaknya
anak kecil yang memaksa dibelikan mainan kepada orangtuanya. Do’a yang dipimpin
oleh ust. Yusuf Mansyur dalam kajian rutinnya itu tak pernah kurang dihadiri oleh 2.000
jama’ah setiap bulannya. Menggiring Ama larut dalam atmosfir yang tercipta dari gema
tangis ribuan jama’ah di dalam masjid. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang
yang mencari jalan atas permasalahan hidup masing-masing, disamping sebagai sarana
65 | G h a l i y a S i r i d h a
menge-charge iman.
Wanita bernama lengkap Ai Nurhikmah yang sering disapa Ama itu sudah
hampir putus asa dengan penantian jodohnya. Sudah seringkali ia mendapat rayuan dan
“PHP! semua laki-laki itu suka bikin PHP. Capek gue!”. Keluh Ama pada Adita,
seorang sahabat yang saat itu keduanya berjalan keluar masjid usai mengikuti kajian.
“Lagian lu kok ngedo’anya nyampe gitu banget deh, gue yang disamping lu jadi
nggak khusuk nih karena ngeliat lu ngedo’anya nyampe ngerengek-rengek kayak anak
“Iya habis gue nggak tau harus gimana lagi cara minta ke Allah, hati gue udah
lelah bangeet”. Ungkap Ama sambil mengeluarkan sandal dari dalam kantong keresek
“Tarik napas dulu pelan-pelan sambil kita duduk dulu disini yuk”. Adita menarik
tangan Ama untuk duduk santai di teras Mesjid yang terlihat masih lenggang. Menunggu
Sinar matahari siang itu begitu menyengat, menjadikan udara yang berhembus
akhirnya tak terasa sejuk. Banyak orang yang mengipas-ngipaskan tubuhnya hingga
aroma mereka bercampur menjadi satu kesatuan yang tak bisa diungkapkan oleh kata-
Adita mengeluarkan sebotol air yang ia bawa dari rumah. Meneguknya hingga
“Mau?”. Tawar Adita kepada Ama, sambil menyodorkan botol air minumnya.
“Nggak usah gue juga bawa kok”. Tegas Ama yang juga sambil mengeluarkan
botol air minumnya. Setidaknya air dapat membuat tubuh mereka sedikit lebih segar,
66 | G h a l i y a S i r i d h a
Adita pun membuka kembali percakapan dari obrolan yang sempat terpotong.
“Bukannya lu kemaren udah dilamar sama cowok lulusan Cairo Mesir itu?” Tanya
Adita penasaran. Mengingat sahabatnya itu pernah bercerita tentang lelaki shalih
“Nah justru itu dit, dia udah PHP bangeet.. Tiba-tiba ngejauh dengan alasan udah
nggak cocok, sakit hati gue!”. Ama pun menarik napas panjang. Kerongkongannya
berusia 27 tahun lulusan S2 Al-Azhar Mesir Cairo yang katanya sedang mencari istri.
Ama yang pada saat itu sudah siap untuk menikah pun menyambut baik niat lelaki itu.
Selama 6 bulan mereka dekat, semua berjalan dengan lancar pada awalnya.
Lelaki itu terlihat menggebu-gebu untuk segera menikahinya. Ama yang begitu
bahagia menyimpan harapan begitu besar kepada lelaki yang sudah membawanya
terbang dengan sejuta angan. Namun tiba-tiba laki-laki itu menghilang tak ada kabar,
seperti debu yang tertiup angin. Semua pesan yang terkirim hanya dibacanya semata,
“Kalau diibaratin gue lagi naek pohon, kenapa dia nggak jatuhin gue pas gue baru
mulai manjat? Bukan pas ada di atas udah mau nyampe puncak dia baru nendang gue
sampe jatoh!”. Entah mengapa sekelebat ia tidak bisa melupakan momen menyakitkan
yang ia rasakan pada saat ia terus menunggu kekasih hati yang tak pernah memberi
Hingga suatu hari mas Reza, panggilannya kepada laki-laki itu tiba-tiba
Ama, silahkan lebih baik cari laki-laki yang lebih baik dari saya .
67 | G h a l i y a S i r i d h a
Ama memperlihatkan pesan whatsapp dari mas Reza itu kepada Adita. “Nusuk
banget nggak sih dit? Gue udah berharap banget sama dia, tapi tiba-tiba begini”. Tangis
Ama pun pecah. “Makanya gue capek dit, hati gue lelah banget rasanya. Bener-bener
kecewa kalau kita berharap sama manusia mah”. Suaranya sedikit sengau akibat cairan
hidungnya meler.
“Setelah si cowok Cairo itu, ada beberapa lagi yang deketin gue. Salah satunya
duda muda yang belum punya anak. Awalnya gue cukup respect sama dia, sampe pas gue
tau dulu dia nikah cuma 8 bulan dan cerai karena katanya istrinya itu gak melayaninya
“Kenapa ragu?”
“Ya.. gue mikirnya kok secepat itu dia ngambil keputusan buat bercerai? Padahal
kalau dia bener-bener niat nikah itu karena ibadah dan tau kalau Allah benci dengan
perceraian harusnya dia lebih berupaya lagi buat nuntun istrinya ke arah yang lebih
baik, bukan malah di ceraikan gitu aja. Apalagi pas dia bilang mau nikahin gue tapi nanti
Ama yang saat itu akan menginjak usia yang ke 25 tahun merasa khawatir
dengan jodoh impian yang belum juga terlihat batang hidungnya. Banyak yang datang
hanya menjadi cameo, tidak berani mengacungkan diri untuk menjadi pemeran utama
Bagi Ama usia tersebut sudah mulai memasuki masa rawan bagi seorang wanita.
Terlebih ia menargetkan maksimal usia menikahnya pada usia 25 tahun. Ia malu kepada
keluarganya yang kerap kali bertanya tentang siapa pendampingnya, kapan nikah, dan
68 | G h a l i y a S i r i d h a
sebagainya. Pertanyaan horror bagi seorang wanita disetiap lembaran usia dewasanya.
“Iya sih gue ngerti, udah nggak usah dipikirin lagi. Yakin aja bakal ada waktu
yang tepat untuk dipertemukan dengan orang yang tepat pula”. Ucap Adita menguatkan.
***
“Kalau mau mancing ikan yang besar harus juga nyiapin umpan yang besar. Mana
Ceramah ust. Yusuf Mansyur yang ia dengarkan minggu lalu itu masih membekas
dalam hatinya. Ama merasa malu akan do’a yang berharap segera dikabulkan, namun
Tiba-tiba ia teringat dengan gaji bulanan yang baru saja ia dapat dari sekolah
tempat ia mengajar. Tak pikir panjang, ia langsung menyedekahkan semua gajinya siang
itu kepada badan amal. Sedikit terasa berat memang, namun ia berharap itu menjadi
Seusai pulang mengajar tiba-tiba sang ayah yang daritadi duduk di kursi ruang
tamu langsung memanggil Ama yang baru saja menyimpan tasnya di kamar.
Ama yang saat itu belum sempat ganti baju segera menghampiri laki-laki paruh
baya yang sudah hampir 5 tahun belakangan ini mengasuhnya seorang diri karena
ditinggal mati sang istri yang tak lain adalah ibunya. Ia pun duduk sambil memerhatikan
wajah ayahnya yang kini mulai tampak garis-garis kerutan dibagian dahi dan ujung
kedua matanya. Rambutnya yang mulai memutih, semakin menambah kesan bahwa
Sang ayah kemudian menyodorkan sebuah foto seorang laki-laki kepada Ama
69 | G h a l i y a S i r i d h a
Ama menoleh, terdiam oleh suara Ayahnya yang bertanya tiba-tiba. Belum
pernah ayahnya membahas masalah seperti ini. Ia menatap ayahnya, menelan ludah.
“Dua hari yang lalu, dia datang ke rumah buat meminang teteh. Waktu itu teteh
masih ngajar. Bapak juga belum bisa ngasih jawaban karena harus nanya dulu ke teteh.
Insyaallah anaknya shaleh. Bapak tau dari uwa, karena dia anaknya temen uwa. Teteh
istikhoroh aja dulu. Bapak nyuruh dia minggu depan datang lagi”.
Mata Ama berkaca-kaca atas do’a yang terasa langsung didengar-Nya. Do’a dan
ikhtiarnya telah mampu mengguncang arsy hingga Allah benar-benar penuhi janjinya
untuk mengabulkan setiap do’a hambaNya. Hatinya tiba-tiba merasa yakin bahwa pria
yang ada dalam foto itu merupakan jawaban Allah atas do’anya. Tak ada sedikitpun
keraguan dalam hatinya, terlebih ayahnya sendiri yang telah menawarkannya. Ia yakin
jika restu dan ridho orangtua terlebih dahulu yang didapat, maka segalanya akan
Selang satu minggu laki-laki itu benar-benar hadir kembali ke rumahnya. Bahkan
melamar Ama.
Jantung Ama berpacu dengan begitu cepat. Pipinya terlihat memerah. Ia poles
wajahnya dengan sedikit riasan agar terlihat lebih cantik. Lipstik soft pink ia pilih untuk
Dengan kikuk ia membawa beberapa gelas air minum serta kue-kue kering di
atas nampan untuk dihidangkannya ke ruang tamu. Gerakan tubuhnya tak terkendali,
akibat ulah si jantung yang memompa darah begitu cepat. Tiba-tiba Kakakinya sedikit
terpelintir, membuat minuman dan makanan di atas nampan hampir terjatuh. Padahal
selama di dapur ia sudah latihan berjalan agar terlihat anggun. Namun gagal. Ama
70 | G h a l i y a S i r i d h a
mengernyitkan wajahnya, malu. Ia pun tak bisa mengendalikan getaran tangannya yang
“Santai aja teh”. Ucap seorang ibu dengan sedikit tawanya. Terlihat di
hadapannya sang pria mencoba melirik ke arahnya sambil tersenyum menahan tawa.
Ingin hati Ama berlari jauh dan menggali lubang. Namun raganya terjebak dalam
pertemuan yang akan menjadi sejarah hidupnya kelak. Ia hanya bisa pasrah.
Setelah keluarganya dan keluarga sang pria itu bercengkrama cukup lama, canda
tawa yang terdengar pun sudah cukup mengakrabkan suasana. Tibalah saatnya pihak
sang pria menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka. Ama yang daritadi
menantikan kata-kata itu terucap, sudah tak sabar memberi jawaban atas rasa yang
terlampau bahagia.
“Jadi.. mungkin keluarga bapak sudah tahu, bahwa kedatangan kami kesini tak
lain adalah untuk meminang putri bapak Ai Nurhikmah untuk menjadi istri dari putra
kami Heriawan. Semoga niat kami disambut baik dengan kabar bahagia dari keluarga
“Insyaallah.. Gimana teh?”. Tanya ayah Ama yang juga menantikan jawaban dari
putrinya itu.
Ama tersenyum dan menunduk malu, kemudian ia tatap wajah ayahnya. Dengan
ruangan dengan mengucapkan syukur kepada Allah atas bertemunya dua hati yang
Jodoh yang telah lama dinanti telah Allah datangkan dengan caranya yang luar
biasa. Tak dapat diterka dan tak disangka-sangka, jodoh yang tepat selama ini ternyata
71 | G h a l i y a S i r i d h a
Saat kita berdo’a, maka sejatinya kita sedang memancarkan energi
handphone-nya, jika tidak ada sinyal maka pesan tersebut susah bahkan
tidak akan sampai. Sinyal disini adalah energi yang dimiliki oleh hati.
hati, 5000 kali lipat dari gelombang pikiran, hal ini bisa diukur dengan
72 | G h a l i y a S i r i d h a
Hai wanita.. Jika hari ini kau menangis akan masalahmu yang terasa begitu berat,
belajarlah dari kisah yang akan ku ceritakan ini. Sebuah kisah yang akan membuatmu
lebih bersyukur bahwa kamu bukanlah satu-satunya orang yang pernah atau sedang
***
Pagi itu Pelangi terlihat resah. Hatinya bergemuruh tak kuasa menahan tangis
yang selama ini dipendamnya. Dia ingin berteriak, namun tak bisa. Kerongkongannya
Seketika bayangan itu hadir menyelimuti pikiran Pelangi. Saat pertama kali laki-
laki itu meminta untuk memeluknya. Pelangi begitu polos dan lugu. Ia tak bisa menolak
permintaan laki-laki itu. Bodoh, mungkin. Tapi terkadang seorang wanita tak bisa
menolak. Bukan karena tak tahu jika itu salah, tapi logikanya seringkali terkubur oleh
pesan masuk. Ia buka perlahan dengan setengah sadar menahan kantuk. Semilir angin
hebat.
Ditengah udara dinginnya malam, saat semua mata sudah terpejam lelap. Tiba-
tiba melalui pesan singkat laki-laki itu meminta Pelangi untuk menemuinya di gudang.
Semua pertanyaan itu berputar di dalam otaknya. Namun ia takut untuk sekedar
73 | G h a l i y a S i r i d h a
Dua menit kemudian SMS baru masuk menembus ruang lamunnya. Menggetarkan
“Saya ingin mengajarkanmu sesuatu. Ilmu ini hanya saya ajarkan kepadamu”.
Segera ia memakai baju gamis dan jilbab merah mudanya. Semua teman di
kamarnya sudah tertidur lelap. Ia buka pintu kamar dengan perlahan. Ia tengok kanan
kiri, semua pintu disekelilingnya tertutup rapat. Wajar mungkin karena ini jam 12
malam. Ia langkahkan kaki menuju gudang, sambil berharap semuanya akan baik-baik
saja.
Setibanya disana ternyata pintu gudang sudah terbuka. Dilihatnya sosok laki-laki
"Yuk ikut saya ke atas". Ajak lelaki itu sambil menunjukkan tangannya ke atas
Pelangi mengikuti langkah kaki laki-laki itu menuju tempat yang dituju tanpa
bertanya apa-apa lagi. Tempatnya begitu sepi karena memang tempat yang khusus
ajian-ajian dari bahasa arab. Pelangi tak mengerti bacaan apa itu. Ia mengerutkan dahi.
“Apapun yang kita inginkan akan terwujud dengan amalan ini”. Jelas laki-laki itu
74 | G h a l i y a S i r i d h a
Malam semakin sunyi, angin malam terasa menusuk hingga ke tulang. Tubuh
Pelangi bergidik kedinginan. Ia mencoba tenang dan mulai membacanya perlahan dalam
Semilir angin malam membuatnya dihinggapi rasa kantuk yang tak tertahankan.
Entah sudah sampai pada bacaan yang keberapa. Tasbih di tangannya terjatuh.
Tubuhnya sedikit demi sedikit mulai terkulai ke lantai, seolah tertarik oleh mata yang
menepis, namun tubuhnya kaku tak bisa bergerak. Pikiran sadarnya terasa samar.
Tampak wajah yang tertutup kabut. Apa ini?. Pelangi tak sadarkan diri dan terbangun
***
menoleh ke kanan dan ke kiri mengamati sekitar. Ia mendapati dirinya masih berada di
Batinnya bertanya-tanya. Pelangi tak ingat sama sekali apa yang telah terjadi
malam itu. Ia hanya sendiri disana. Seingatnya, Ia sedang membaca ajian yang diberikan
Pelangi kembali menuju kamarnya, tak ada siapa-siapa. Ah ya, semuanya pasti
Pelangi keluar kamar untuk mengambil air wudhu hendak menunaikan shalat
subuh. Ia merasakan sekujur tubunya masih terasa sakit, langkahnya gontai menuju
75 | G h a l i y a S i r i d h a
Pelangi mengganti pakaian dengan pakaian shalat. Ia hamparkan sajadah serta
dikenakannya mukena. Shalatnya mungkin tak khusuk saat itu, pikirannya berkeliaran
pakaian yang dikenakannya tadi malam. Ia melihat ada bekas darah menempel pada
Pikirannya makin tak karuan. Sedikit demi sedikit kejadian tadi malam mulai ia
ingat, meski berbentuk gambaran acak dalam ingatan. Dalam kondisi setengah sadar,
lelaki itu menatapnya penuh nafsu. Lelaki itu mencumbu dan memperkosanya.
Astagfirullah..
kamarnya, sambil berpikir antara sadar dan tidak sadar, mencubit pipinya dan bertanya.
***
Pelangi adalah seorang anak yatim piatu yang sudah tidak memiliki orangtua
sejak usianya 12 tahun. Ibunya meninggal pada saat usianya 5 tahun karena sakit paru-
paru yang dideritanya, sedangkan ayahnya meninggal saat usianya menginjak 11 tahun
karena kecelakaan.
Pelangi merupakan anak tunggal, ke-2 adiknya tinggal bersama uwa (kakak laki-
laki dari ibunya) di Jawa Tengah setelah kepergian kedua orangtuanya. Sedangkan
Pelangi ikut bersama bibinya (Adik dari ayahnya) di Bandung. Selama 3 tahun ia tinggal
76 | G h a l i y a S i r i d h a
Saat masa-masa SMA Pelangi memutuskan untuk tinggal di pondok pesantren
yang masih berada di daerah dataran sunda. Ia memilih sekolah dan pesantren disana
karena terdapat beasiswa bagi anak-anak yatim piatu. Ia berpikir tak mau lagi
merepotkan bibinya.
sehingga tak ada tangis saat memasuki dunia pesantren pertama kali. Tak seperti yang
Ditempatnya yang baru Pelangi tak kenal siapa-siapa. Ia mencoba untuk menyapa
setiap orang yang ia temui dengan senyuman terbaiknya, meyakinkannya bahwa mereka
berwarna hijau sebagai bangunan sekolah berdiri kokoh, membentuk sebuah lingkaran
yang mengitari sebuah mesjid yang tampak megah. Pohon-pohon yang mulai tumbuh
besar berjajar rapih sepanjang jalan, memberi kesan asri dan sejuk sejauh mata
memandang.
Di belakang area gedung yang berwarna hijau terdapat area untuk aneka jajanan
yang tertata rapih dengan stand-stand kecil berwarna putih sebagai tempatnya. Di
depannya sebuah lapangan volly dan lapangan badminton yang selalu tampak baru
seputaran lapangan tempat para santri melepas penat saat jam istirahat sekolah tak
lupa mempercantik area setempat. Ruang UKS, ruang musik, juga ruang serbaguna pun
menjadi pelengkap di sekitar area itu. Baru setelah itu, area pondok tempat para santri
menginap
77 | G h a l i y a S i r i d h a
Hari demi hari ia nikmati sebagai seorang santri. Ia mulai terbiasa dengan pola
Disana Pelangi memiliki seorang bapak asuh. Bapak asuh diperuntukkan khusus
bagi anak-anak yatim piatu. Ia begitu dihormati dan disegani, keilmuan agamanya tak
diragukan lagi. Ia sering mengisi pengajian santri selepas subuh ataupun maghrib. Tak
Kata-kata yang selalu ia ucapkan pada Pelangi dan anak-anak yatim piatu lainnya.
Semuanya begitu terasa nyaman pada awalnya. Hingga semuanya berubah menjadi
***
Ternyata kejadian malam itu adalah awal mula semua kesengsaraan dimulai.
Setelah malam itu laki-laki yang ternyata bapak asuhnya tersebut sering memaksa
Pelangi untuk memenuhi nafsu bejadnya, mengancamnya dengan berbagai ancaman jika
Pelangi tak berani berkata pada siapa-siapa. Ia hanya bisa mengutuk lelaki itu
dalam hati. Jika Pelangi merasa sudah tak tahan, ia selalu berteriak sekencang-
kencangnya seperti orang gila yang tak sadarkan diri. Semua santri mengira Pelangi
kesurupan.
Hati wanita mana yang tak hancur saat kehormatannya direnggut, terlebih jika
itu dilakukan oleh iblis bertopeng alim. Bukan hanya hatinya saja yang hancur, nama
agama pun dipertaruhkan, diobrak-abrik oleh budak nafsu yang mengatas namakan
78 | G h a l i y a S i r i d h a
Hingga di suatu pagi. Pelangi duduk terdiam disudut masjid sepulang mengaji
subuh. Ia menerawang langit yang begitu menakjubkan, dihiasi mentari yang mulai
memberi semangat bagi jiwa-jiwa yang penuh harapan. Mengikis sisa-sisa langit malam
yang kelabu.
Pasti akan ada pelangi yang indah setelah hujan, seperti mentari yang muncul
Pelangi terisak dalam do’anya di pagi hari. Seketika saat ia membalikan badan,
seseorang telah berdiri di depannya dengan wajah yang tampak tersenyum anggun.
Teh Nisa adalah ketua bimbingan anak-anak yatim. Baginya teh Nisa adalah sosok
"Pelangi sayang, bisa kita bicara sebentar". Tatapan mata Teh Nisa terlihat begitu
Jarang sekali rasanya teh Nisa mengajak ia berbicara serius seperti ini, biasanya
mereka hanya saling sapa tanpa banyak bicara. Teh Nisa mengajak Pelangi duduk santai
di atas lantai mesjid. Hanya mereka berdua disana. Semua santri sudah kembali ke
"Pelangi, jujur ya sama teteh. Pelangi udah diperlakukan secara dzolim ya sama
ludah. Namun mata tak bisa berbohong, air mata mulai menetes membasahi pipinya.
"Mungkin Pelangi heran, tapi Pelangi gak usah takut. Teteh tau semuanya".
79 | G h a l i y a S i r i d h a
Tiba-tiba dengan suara bergetar menahan tangis, teh Nisa melanjutkan
pembicaraannya.
Tanpa bisa terbendung lagi, tangisan teh Nisa pun pecah. Dipeluknya Pelangi
dengan erat. Sekujur tubuh Pelangi terasa kaku, seakan tidak percaya dengan semua
"Teteh tau darimana?". Pelangi mulai membuka suara. Teh Nisa melepaskan
pelukannya.
"Teteh liat Pelangi malam itu, saat Pelangi di ajak ke atas jemuran oleh bapak
pengasuh. Tapi teteh takut, jadi teteh lari terus nangis di kamar sendiri. Teteh nggak bisa
nolong Pelangi. Maaf.. teteh takut". Teh Nisa menutupi wajahnya dengan penuh perasaan
bersalah.
"Teteh nyangka Pelangi pasti diperlakukan dzolim, sama seperti yang sering ia
lakukan kepada teteh. Teteh menutupinya selama ini karena teteh takut, tapi teteh
sendiri udah nggak kuat, batin teteh hancur rasanya. Teteh udah nggak punya semangat
Tangisan Teh Nisa semakin menderu-deru, luapan emosi yang mungkin selama
ini terpendam keluar menjadi bentuk tangisan yang begitu mendalam. Pelangi mencoba
"Menurut teteh apa yang seharusnya kita lakukan sekarang? Lapor polisi?”
80 | G h a l i y a S i r i d h a
“Lebih baik jangan dulu.. seminggu ini kita coba selidiki lebih jauh siapa lagi yang
jadi korban. Nanti kita kabur bareng-bareng terus nyari perlindungan, setelah itu baru
lapor polisi”.
Saran teh Nisa terasa lebih baik. Bisa jadi masih banyak korban yang sama-sama
“Teh, yuk kita mulai jadi wanita yang kuat. Udah bukan saatnya lagi nangis, tapi
Selama satu minggu mereka mencari tahu, menggali informasi dan menapaki
Pelangi dan teh Nisa mulai bertindak. Mencari bukti serta memancing
pembicaraan kepada setiap orang yang dirasa sebagai korban seperti mereka berdua.
Akhirnya terkumpul kurang lebih 7 orang yang mau mengakui. Tanpa pikir
panjang pada malam harinya mereka sepakat untuk kabur dari pesantren dan mencari
perlindungan.
Hari itu merupakan hari yang paling menegangkan rasanya, namun atas
pertolongan Allah mereka mendapat pertolongan dari teman salah satu korban yang
Keesokan harinya pak Kyai tersebut menelpon polisi untuk menindak semuanya,
polisi pun mulai berdatangan dan mengkonfirmasi setiap korban. Atas izin Allah
***
81 | G h a l i y a S i r i d h a
Salah satu ciri seseorang yang tidak bahagia dan memiliki luka batin
adalah ketika dia tidak bisa membahagiakan orang lain dan menjadi
pengacau di lingkungannya.
dirinya"Maka
sendiri yang
setelah adaberkeinginan untuk
kesulitan itu pasti menyembuhkan
ada kemudahan, lukanya.
dan setelah Tapiitu
kesulitan
sayangnya, banyak
pastiorang yang berperilaku
ada kemudahan..." buruk 5-6).
(Q.S Al-Insyirah: tak sadar bahwa
perilakunya buruk. Dia menganggap hal itu biasa dan wajar. Jika hal ini
terjadi, maka
Sudah dia sudah
merupakan termasuk
janji Allah dalam kategori
dalam al-qur’an memilikidapat
yang tak mungkin gangguan
dipungkiri
psikologis.
bahwa setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan, bahkan Allah tegaskan kalimatnya
Jika kamu
hingga diulangi sedang
untuk keduadekat dengan
kalinya dalam seseorang (calon jodoh)
ayat yang beruntun. Makayang sering
yakinlah bahwa
menyakiti
akan ada pelangi kamu dengan
setelah hujan! kata-kata maupun perbuatannya,
***meminta maaf, tapi jika dia terus mengulang lagi kesalahannya maka
jangan pilih
Guruku dia sebagai
tersayang.. pendamping
Guruku tercintaa.. hidupmu.
Tanpamu Secinta
apa jadinya akuapapun kamu
terhadap dia,
Tak bisa karena
baca perilakunya
tulis, mengerti yang
banyak halburuk lama-lama akan mengikis rasa
cintamu dan
Guruku akan menggoreskan
terimakasih ku.. luka batin terhadap anak-anakmu kelak.
Rasa bahagia berbagi saat bersama komunitas yang diikutinya selama ini mampu
82 | G h a l i y a S i r i d h a
"Pelangi, makasih ya atas partisipasinya selama ini".
Suara itu membuat jantung Pelangi tiba-tiba berdebar, untuk kali pertamanya
yang pernah bersemi seolah hadir kembali, membawa Pelangi pada kenangan lama
Astaghfirullah..
Segera Pelangi menepis semua rasa. Ia mencoba berpikir logis bahwa kata-kata
si pria hujan tak berarti apa-apa. Tiba-tiba suara handphone menyadarkan lamunannya.
membawa suasana menjadi syahdu. Namun merdunya suara hujan tak semerdu suara
Dadanya terasa sesak, seperti ada yang menekan kuat. Akhirnya ia pamit untuk segera
pulang. Ia tak habis pikir dengan apa yang baru saja didengarnya.
***
Jika hati berdesir saat dua orang insan manusia berlainan jenis saling beradu
tatap meski hanya sesaat, disebut apa lagi kalau bukan cinta? Rasanya cinta tak pernah
gagal untuk memporak porandakan akal sehat. Bak sebuah busur yang langsung
menancap melalui tatapan, akal sehat mampu terseret rasa menuju angan untuk
Entah cintanya hanya bertepuk sebelah tangan atau hanya menjadi sebuah
angan. Namun pelangi terjebak dalam lamunan bersama pria yang baru saja berpapasan
83 | G h a l i y a S i r i d h a
dengannya. Seorang pria yang sudah ia kenal sejak pertama kali bergabung dengan
memberi semangat untuk berbagi dalam kegiatan sosial meski hujan deras sekalipun.
akan ada wanita yang tidak jatuh cinta kepadanya saat menatapnya.
“Siapa ini Ra?”. Pelangi mencoba membalas senyumnya dan bertanya pada
“Dia yang bakal jadi partner kamu nyiapin acara hari ini. Riga ini Pelangi”. Ucap
Paska lulus SMA, Pelangi langsung mencari kerja sambil meluangkan waktu
gajinya untuk membiayai kedua adiknya yang saat itu masih sekolah di bangku SMA. Ia
tak mau terus-terusan merepotkan uwa, ia merasa kasihan karena uwa sudah mulai
lanjut usia. Selain itu, Pelangi pun selalu berusaha menyibukkan diri dengan aktif
Setelah berhasil kabur dari kejadian yang mencekam malam itu, semua korban
dibiayai oleh Kyai yang menolong mereka saat itu untuk melanjutkan sekolah hingga
Keluarganya tak ada yang tahu kejadian masa lalu Pelangi. Mereka menganggap
semuanya baik-baik saja. Urusan perpindahan sekolah Pelangi saat itu pun keluarganya
84 | G h a l i y a S i r i d h a
tak ada yang diberitahu. Pelangi tak pernah bercerita apapun kepada keluarganya soal
jodohnya masing-masing. Termasuk teh Nisa, sosok wanita lemah lembut yang telah
menguatkannya mengambil langkah saat kejadian itu. Teh Nisa dipertemukan dengan
laki-laki shalih pilihan Allah yang mau menerima teh Nisa apa adanya.
***
Sejak perkenalan dengan Riga saat itu. Pelangi selalu dibanjiri dengan perhatian
“Aku suka sama kamu, sejak pertama kali kita ketemu”. Ucap Riga dari balik
telepon.
“Tapi aku belum suka sama kamu”. Jawab Pelangi. Sebenarnya ia ragu karena
Entah sejak kapan keduanya menjadi kian dekat. Padahal tak pernah ada
jawaban pasti terhadap ungkapan perasaan Riga. Dan tentang pria hujan, entahlah..
Seperti kata Riga, seiring dengan berjalannya waktu Pelangi semakin mudah
85 | G h a l i y a S i r i d h a
untuk membuka hati untuknya. Pelangi mencoba berpikir logis untuk memilih pria yang
terasa jauh lebih pasti. Banjiran perhatian dari Riga mampu mendobrak benteng
Jika penantian terhadap si pria hujan itu tak pernah membawakan hasil, maka
kini waktunya Pelangi untuk membuang perasaan yang ia rawat sejak satu tahun
Pribadi Riga tak seperti pria hujan. Riga bukanlah pria lembut yang terlihat
seorang wanita, seringkali kepastian dari seorang laki-laki adalah syarat utama untuk
memenangkan hatinya.
***
“Kalau gak ada aku siapa yang mau bantu kamu buat biayain sekolah adik-adik
Nada Riga memang bercanda, namun Pelangi seringkali merasa kesal dengan
Riga memang terlahir dari keluarga berada. Ia pun bekerja di salah satu
perusahaan maskapai ternama. Gajinya cukup besar. Seringkali Riga membantunya dan
“Kamu yakin sama Riga?”. Tanya Maura sahabat yang mengenalkan mereka
pertama kali.
“Aku bingung aja, soalnya Riga udah baik banget sama keluarga aku. Tapi.. masih
86 | G h a l i y a S i r i d h a
ada sikapnya yang aku kurang suka, cuma aku mikirnya emang manusia gak ada yang
sempurna kan”.
“Hmmm.. istikhoroh aja”. Saran Maura yang seringkali terucap saat Pelangi
merasa ragu.
Entah mengapa empat tahun perjalanan cinta keduanya belum cukup membuat
Pelangi yakin untuk bersanding dengan Riga dalam ikatan pernikahan. Banyak sikap
Riga yang masih terasa kurang cocok. Namun Pelangi lebih sering memilih untuk
***
"Mungkin sebaiknya kalian segera menikah!" . Ucap Ayah Riga di sabtu siang saat
"Tapi.. kalau bisa tahun depan, soalnya segalanya kan harus dipersiapkan.
Terlebih ayah ingin nanti acara resepsinya meriah, karena banyak rekan kerja ayah
yang harus diundang. Sedangkan tabungan ayah untuk membantu pernikahan kalian
Riga melirik ke arah Pelangi, lalu tersenyum tipis. Pelangi pun tak bisa berkata
apa-apa. Ia hanya tersenyum dan menganggukan kepala menandakan setuju dengan apa
Perasaan ragu pun berhembus lembut ke dalam hatinya. Terbersit pula perasaan
takut dalam diri Pelangi. Takut jika Riga dan keluarga tahu masa lalunya dan mereka tak
mau menerima.
87 | G h a l i y a S i r i d h a
Sambil menunggu hari itu tiba, sejak satu tahun sebelumnya mereka sudah
souvenir untuk tamu undangan, hingga foto-foto prewedding yang sudah jauh-jauh hari
membaringkan tubuhnya yang lelah karena bekerja seharian. Tiba-tiba Naya adik
perempuan Pelangi masuk kamar Pelangi dengan setengah berteriak berlari menuju
“Kak Pelangiiiii!!!”
Wajah Naya menegang, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat
menyangkal bahwa apa yang dia lihat di Intagram Story dari akun milik teman adiknya
tersebut bukanlah Riga. Namun terasa mustahil jika ada dua sosok Riga di muka bumi
Dilihatnya laki-laki itu telah berwifie ria bersama sekitar 7 orang lainnya yang
tak ia kenal. Sekilas foto tersebut terlihat biasa, namun bagi Pelangi yang melihat
seorang laki-laki melingkarkan tangan di atas pundak seorang wanita dengan begitu
erat dan terlihat mesra terasa sangat menyakitkan. Apalagi ia mengenali sosok tersebut
adalah Riga, calon suami yang sebentar lagi akan bersanding dengannya di pelaminan.
mencoba untuk tetap bersikap tenang. Ia bertanya tentang kegiatan Riga pada hari itu,
88 | G h a l i y a S i r i d h a
"Aku capek, aku istirahat duluan ya, aku sayang kamu" Jawabannya padat, jelas
***
Jika banyak orang yang berkata sebelum menikah itu pasti ada ujiannya.
Mungkin ini ujian yang harus dilalui Pelangi. Hatinya tak menentu. Keraguannya terasa
"Udah putusin aja siiih! Masih banyak yang lain yang insyAllah lebih shaleh dan
setia" Saran Maura dengan nada kesal setelah mendengar cerita dari Pelangi.
Topik tentang Riga selalu menjadi topik hangat bagi mereka berdua, bagi Maura
“Maaf ya dulu aku yang kenain kamu ke dia”. Jelas Maura menyesal.
“Eh bukan salah kamu kok. Aku yang mutusin buat kenal dia lebih jauh”.
Putusin? Mungkin kata-kata itu tak semudah dengan apa yang diucapkan.
pada janji pernikahan yang sudah terlanjur dipersiapkan. Semua persiapan sudah
dilakukan hampir 80%, jika harus putus ditengah jalan rasanya sayang.
“Aku gak enak sama orangtuanya. Orangtuanya udah banyak bantu buat nyiain
acara pernikahan kita nanti ra. Aku juga nggak mau ngecewin keluarga aku”.
"Belum nikah aja udah berani selingkuh apalagi nanti pas udah nikah? Tapi
terserah kamu sih. Kamu yang bakal ngejalaninnya" Terang Maura terbawa emosi.
89 | G h a l i y a S i r i d h a
Kata-kata Maura terasa benar adanya. Pelangi menghela napas panjang,
pundaknya terasa berat memikul beban, pikirannya jadi tidak fokus. Dalam
***
beradu dengan suara riuh hujan yang semakin membesar. Kini lukanya bukan hanya
sekedar sayatan. Tapi sudah robek dan mengeluarkan darah lebih banyak.
Suara dari balik telepon yang sudah merobek hatinya itu ternyata Riga yang
entah mengapa tiba-tiba membatalkan rencana pernikahannya begitu saja tanpa alasan
yang jelas. Pelangi tak habis pikir dengan apa yang baru saja ia dengar dari balik
telepon.
“Allah itu maha baik. Jika dia tidak baik bagimu, maka Allah akan menjauhkannya
darimu dengan caraNya yang mungkin sedikit menyakitkan. Disitulah letak ujian
lupa bahwa sejatinya Allah itu tak pernah mendzalimi hambanya. Allah lah yang telah
bermurah hati menjauhkan laki-laki yang mungkin tidak baik bagi dirinya dan untuk
kehidupannya kelak. Segera ia beristighfar dan mengucap syukur atas rahmat dan
pertolonganNya.
***
90 | G h a l i y a S i r i d h a
Pagi itu mentari terlihat menawan. Semilir angin meniup lembut tiap helaian
rambut. Suasana yang begitu anggun bak bidadari turun dari kayangan.
Tiga bulan berlalu sejak Riga membatalkan rencana pernikahan mereka, Pelangi
“Assalamualaikum..”.
jantungnya berdebar dengan pikiran penuh tanya, ia tak percaya dengan sosok yang ada
di depan matanya.
"Pria hujan? Eh Kak Iwan???". Pelangi segera menutup mulut dengan kedua
tangannya. Malu.
Pria itu tersenyum lembut. Si pria hujan yang bernama Iwan Priawan itu berdiri
kemeja lengan pendek berwarna putih, menambah aura cahaya pada wajahnya.
“Duduk dulu ya, aku ambilin dulu air minum”. Pelangi menuju dapur. Senyumnya
terasa seperti pelangi yang muncul selepas hujan. Entah apa yang membuat si pria
“Ayo kak diminum”. Pelangi menghidangkan segelas teh manis dan sekaleng kue
“Oh iya makasih banyak. Maaf jadi ngerepotin”. Suara si pria hujan terdengar
malu-malu.
91 | G h a l i y a S i r i d h a
Suasana terasa kaku. Sejenak menjadi hening. Sang tamu pun berdehem, terlihat
suaranya.
Di sisi lain terlihat Pelangi berusaha menahan diri untuk tetap terlihat santai.
Wajahnya berkedut. Sinyal getaran yang dipancarkan si pria hujan mampu tertangkap
“Maaf..”. Si pria meneguk lagi air di dalam gelas. Pelangi hanya tersenyum
menatapnya lucu.
“Aku tau rumah kamu dari Maura. Jadi iseng aja mampir kesini”. Jelas si pria
hujan sekaligus menjawab pertanyaan dalam benak Pelangi yang belum sempat
diajukkan.
“Aku kesini ngerasa waktunya pas aja sih, dan mungkin kamu bakal ngerasa hal
ini tiba-tiba”.
Kedua alis pelangi mengkerut. Ia tak begitu faham dengan apa yang dimaksud si
pria hujan.
“Sebenernya selama ini aku selalu nyari tau tentang kamu, tapi aku gak berani
deketin karena waktu itu kamu kabarnya udah mau nikah. Dan sejak kamu lari sambil
nangis setelah nerima telepon 3 bulan yang lalu itu aku dapet kabar lagi kalau kamu gak
mereka tiba-tiba. Ia pun mengangkat kepalanya dan menatap si pria hujan sambil
tersenyum.
92 | G h a l i y a S i r i d h a
“Nggak apa-apa. Luka aku udah sembuh kok kak”.
“Alhamdulillah.. syukur kalau gitu. Sejak tau berita terbaru itu aku mulai
istikhoroh, dan akhirnya memberanikan diri buat datang dan meyakinkan diriku juga
kamu kalau kita mungkin bisa mulai menjalani hidup baru bersama”. Wajah si pria
Entah angin darimana yang telah membawanya datang memberi kejutan serta
menyaksikan hadiah terindah yang diberikan oleh-Nya setelah kesedihannya selama ini.
Sosok pria hujan yang selama ini ia dambakan dalam angan, kini hadir menjelma
bukan hanya sekedar menjadi jodoh impian, tapi sudah menjadi jodoh masa depan yang
sebentar lagi digenggam. Allah itu sangat adil, Allah itu sungguh Maha Penyayang.
Pelangi berpikir bahwa Allah sengaja mematahkan hatinya agar tidak terjatuh pada
Allah ulangi kata-kata itu hingga 31 kali dalam surah Ar-Rahman, menegaskan
kepada semua hambaNya bahwa nikmat Allah itu sangat besar, dan tak ada seorang pun
Tak perlu menunggu waktu lama serta persiapan yang panjang, dua bulan
kemudian mereka berdua akhirnya dipersatukan dalam ikatan janji suci atas nama cinta
yang telah mereka jaga selama ini. Tak henti-hentinya Pelangi bertasbih dan bertakbir
dalam hati seraya memuji keMaha Kuasaan Allah. Dari dulu ia selalu meyakini bahwa
akan tiba saatnya sebuah pelangi terlihat begitu menawan menghiasi langit setelah
hujan.
***
93 | G h a l i y a S i r i d h a
3 ciri jodoh yang baik secara psikologis, jika rumah tanggamu ingin
bahagia:
- Dia tidak sanggup menyakiti kamu secara sengaja, dan ikhlas dengan
karena bangga terhadap sesuatu yang ada dalam dirimu atau karena
kekuranganmu.
₰- Sebuah Pertemuan
94 | G h a l i y a S i r i d h a
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu
Kamu seorang laki-laki? Jika iya. Kejarlah wanitamu semampumu sampai kamu
tak bisa mengejarnya lagi. Karena wanita akan memilih orang yang
***
Waktu sudah menunjukkan pukul 12.30. Setengah jam lagi, biasanya dia datang
kesini. Membawakanku sekotak nasi timbel dengan lalapan dan sambal serta lauk yang
bergonta-ganti setiap harinya. Kini aku selalu menunggu kedatangannya setiap hari
disini, ditempat kerjaku yang awalnya terasa membosankan karena selalu bertemu
dengan hal yang sama setiap harinya. Alat-alat perkakas, mesin las, alat pompa ban,
Setelah sekian lama, akhirnya aku bertemu dengan seseorang yang mampu
membuat hidupku lebih bergairah dari rasa yang telah pudar. Seorang wanita manis
berlesung pipit, dengan mata bulat layaknya artis boliwood yang ketika melirik
Tangan kiriku memainkan sebuah kotak kecil berwarna merah. Membuka tutup
kotak itu sambil membayangkan betapa bahagianya nanti saat hadiah kecil ini
kuberikan untuknya. Cincin putih bertuliskan kata love pasti akan sangat cocok bila
95 | G h a l i y a S i r i d h a
Terik mentari tak mampu menggersangkan hatiku yang telah teduh. Damai
tentram selalu kurasa tiap kali menunggu wanita itu. Secangkir kopi hitam menemaniku
dalam penantian. Aromanya membawaku terbang pada kenangan 6 bulan yang lalu,
“Ini pesanannya pak. 1 paket nasi timbel plus ayam kremes untuk lauknya hari
ini”. Wanita itu tiba-tiba memberiku sekotak nasi timbel lengkap dengan lalapan dan
Aku mengernyitkan dahi. Merasa tak memesan makanan hari itu. “Buat saya?”.
struk pesanan. “Tadi udah di transfer kan ya? Terimakasih pak, semoga puas dengan
pelayanan kami”.
“Iya, tapi…”.
Belum sempat kata-kataku selesai wanita itu bergegas pergi hendak mengantar
Rasa lapar yang terlanjur membuat perutku berdangdut ria lebih memilih untuk
menepis logika.
Keringat mulai mengucur dari seluruh penjuru wajah. Beberapa kali aku
mengusapnya dengan tisu. Namun harum masakan khas dari nasi yang dibalut oleh
daun pisang serta padanan rasa antara nasi, sambal dan lalapan yang mampu
menggoyang lidah membuatku tak bisa berhenti untuk melahapnya lagi dan lagi. Dalam
96 | G h a l i y a S i r i d h a
Ku lihat di kardus yang membungkusnya tertulis nama “Nasi Timbel Ujang”
dengan alamat dan nomor handphone yang tertera di bawahnya. Segera ku telepon
Setelah pulang kerja, aku menyempatkan diri untuk mampir di rumah makan
nasi timbel bercita rasa khas itu. Aku penasaran dengan tempatnya. Jaga-jaga suatu saat
nanti aku akan mengajak keluarga atau kerabat untuk makan disana.
Mobil Xenia berwarna hijau membawaku menyusuri jalanan ibukota di sore hari.
Tak lupa Google map menemani perjalananku mencari rumah makan tersebut. Terlihat
di dalam map jarak dari kantorku ke rumah makan tersebut tidak terlalu jauh, hanya
Sudah setengah jam laju mobil terhenti terjebak macet. Lelah. Selalu begini, tak
ada perubahan. Setiap pulang kerja tak pernah merasakan jalanan lenggang. Perjalanan
yang seharusnya ditempuh dalam waktu 30 menit bisa molor menjadi 5 kali lipat.
Dua jam berlalu, akhirnya aku tiba di persimpangan menuju sebuah gang kecil
yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil. Aku memandang sekitar. Kurasa Ini bukan
tempat yang strategis untuk berbisnis kuliner. Aku melirik google map, arahnya tak ada
yang salah. Hanya berjarak beberapa meter lagi aku akan sampai di tujuan.
Praaaank!!!
Terdengar suara benda berbahan besi jatuh. Bukan, lebih tepatnya dilempar
keras. Terlihat dibalik kaca mobil seorang pria tua sedang memarahi wanita muda yang
tertunduk takut.
Ku lihat spanduk di arah depan. Ternyata aku telah sampai di tempat tujuan. Aku
memarkirkan mobil. Menyelidik ke arah suara. Rasanya aku mengenal wanita itu.
97 | G h a l i y a S i r i d h a
Wanita yang tadi siang mengantar makanan ke kantorku. Kini ku lihat wanita itu sedang
“Makanya teliti! Sudah sering dikasih tau kok gak ngerti-ngerti! Tempat ini udah
Aku membuka pintu mobil. Ku lihat bangunan di arah depan. Tempatnya kecil
namun bersih. Banyak hiasan dinding terpajang dengan rapih. Satu hal yang mebuatku
aneh. Rumah makan itu terlihat sepi. Hanya ada seorang bapak tua dan dua orang
karyawan yang salah satunya ku kenal wajahnya. Padahal makanan yang dihasilkan
begitu lezat. Mendengar selintas bapak tua tadi, mungkin memang rumah makan ini
Aku duduk di kursi depan. Melihatku datang, si pria tua yang ku yakini sebagai
pemiliknya akhirnya diam. Memberi isyarat kepada sang wanita untuk datang
“Mau pesan apa pak?”. Ia tertunduk. Mungkin malu jika terlihat matanya sembab.
“Loh? Bapak yang tadi saya antar makan siang ya?” tanyanya meyakinkan.
“Aduh maaf pak tadi siang saya salah kirim alamat. Kenapa bapak gak bilang?
Saya jadi kena marah sama atasan saya”. Gadis itu menggerutu kesal.
Aku merasa sedikit bersalah. Aku kira makanan itu hadiah dari seseorang
untukku. “Maaf.. tapi tadi saya mau jelasin eh mbaknya keburu pergi”.
“Iya saya yang salah. Kenapa namanya kebetulan sama lagi. Harusnya saya
mengantar ke jalan blok G bukan B”. Dia mendengus. Memukul kepalanya keras.
98 | G h a l i y a S i r i d h a
Dari balik dapur, terlihat bapak tua itu mengamati. Aku beranjak dari kursi.
Aku pergi meninggalkan wanita itu. Berjalan menuju si bapak tua sambil meraih
“Selamat malam pak. Saya Damar. Ini kartu nama saya”. Aku mengeluarkan kartu
namaku. Memberikannya pada si bapak tua. Matanya menilik ke arah kartu nama.
“Maaf pak tadi siang pegawai bapak yang wanita itu salah mengirim makanan ke
saya. Tapi saya juga salah pak karena maen ambil aja”. Bapak tua itu melirikku.
“Mmm.. tapi makanan disini enak sekali pak. Saya mau langganan layanan pesan
antar setiap hari bisa? Sekalian nanti saya bantu promosi gratis. Sayang makanan
selezat ini kalau banyak yang nggak tahu”. Entah mengapa tiba-tiba mulutku berucap
Bapak tua itu meneteskan air mata. Air wajahnya memancarkan haru bahagia.
Aku melirik ke arah sang wanita. Memberi isyarat dengan menyatukan jari telunjuk dan
jempolku membentuk tanda OK. Wanita itu menatap haru. Sesungging senyum
Sejak saat itu kami sering bertemu. Setiap hari ia selalu mengantar pesanan ke
ruang kerjaku. Satu per satu karyawan yang berjumlah sekitar 20 orang di kantor pun
mulai ikut memesan bergantian. Setiap harinya ada sekitar 10 - 15 bungkus paket nasi
timbel yang dkirim ke kantor. Lumayan. Belum lagi jika ada acara-acara kantor. Rumah
Bosan? Tentu saja tidak. Rumah makan tersebut cukup cerdas untuk menggonta-
ganti menu pendampingnya. Menunya fleksibel, bisa dipesan sesuai dengan permintaan.
99 | G h a l i y a S i r i d h a
Satu hal yang pasti, bertemu dengannya adalah suatu alasan yang tak pernah
membuatku bosan.
Aku sangat tertarik pada wanita itu. Dia bukan tipe wanita gampangan untuk
sekedar di ajak jalan. Sudah berulang kali aku ditolak ketika mengajaknya berkencan.
Aku harus memutar otak mencari banyak alasan agar bisa jalan berdua. Hingga
“Bisa antar ke kantor gojek selesai mengantar pesanan?”. Pintaku pada wanita
“Ini permintaan bos kamu buat daftarin rumah makannya ke go-food. Tadi saya
daftar online tapi gagal terus. Gak tau salahnya dimana. Mungkin lebih baik langsung
datang kesana, dan sebenernya kalau kesana langsung harus pemilik usahanya yang
datang, tapi berhubung bos kamu bilang gak bisa jadi katanya ajak kamu aja”.
Untungnya sejak SD nilai mengarangku selalu mendapat nilai 9. Jadi tak sulit
bagiku untuk mengarang sebuah cerita. Pada kenyataannya aku hanya menyarankan
mendaftarkan rumah makannya ke go-food, dan bosnya hanya bilang boleh serta
ucapan terimakasih tanpa ada drama obrolan panjang lebar seperti itu.
Wanita itu menggigit jari telunjuknya. Bola matanya melirik ke atas. Inilah
pertama kalinya ajakanku terlihat sulit untuk ia tolak. Terbukti dari jeda waktu antara
pertanyaan dan jawaban yang hendak ia berikan cukup lama. Padahal biasanya ketika
aku mengajaknya pergi hanya butuh sepersekian detik ia langsung berkata maaf dan bla
bla bla dengan semua alasan penolakannya. Aku harap-harap cemas mendengar
100 | G h a l i y a S i r i d h a
Dia mulai menghela napas panjang. Aku menyipitkan kedua mataku dengan satu
Tiga huruf yang ia ucapkan mampu membuatku seperti berada di adegan sebuah
film pelari maraton yang ketika ia berlari detak jantungnya terdengar jelas di
telinganya, napasnya saling memburu dan ketika detik detik ia akan mencapai garis
finish temponya menjadi slow motion, membuat jantung penontonnya ikut terpacu. Dan
saat ia berhasil mencapai garis finish di urutan pertama, ada backsound yang mengiringi
Darisanalah aku tahu bahwa ia tak mungkin menolak jika urusan pekerjaan
Kenangan itu sedikit demi sedikit sirna bersama asap yang memudar. Aku melirik alroji.
Pintu ruang kerjaku hendak terbuka. Akhirnya momen yang paling ditunggu-
tunggu pun tiba. Baru saja aku melihat bayangnya yang menerobos masuk melalui celah
pintu membuat tubuhku gusar tak karuan. Aku merapikan pakaian. Segera ku masukan
“Ehem.. masuk aja”. Wajahku kupalingkan ke arah kertas di atas meja. Pura-pura
kendalikan.
101 | G h a l i y a S i r i d h a
“Ini pesanannya pak. 1 paket nasi timbel plus bebek goreng untuk lauknya hari
Detak jantungku seolah terhenti oleh suara asing. Ini bukan dia. Segera ku
menatap wajah orang yang mengantar pesanan. Beda. Wajah itu bukan wajah wanita
yang ku tunggu.
“Kemana mbak Dila yang biasa mengantar pesanan?”. Tanyaku pada seorang
“Aduh maaf saya kurang tau pak. Saya karyawan baru. Maaf ya pak saya buru-
buru harus mengantar lagi pesanan”. Dia pun bergegas pergi meninggalkanku yang
Aku duduk menyandarkan diri ke kursi. Menatap lekat sekotak nasi timbel yang
terparkir diatas meja. Pikiranku tak berhenti bertanya. Apa yang terjadi? Kemana dia
pergi? Kapan dia memutuskan untuk resign? Kenapa dia tidak memberi kabar?
Ku raih ponsel di dalam kantong baju. Mencari kontak bernama Dila. Sesaat setelah
Aaarrgghhhh!!!
Ku matikan telepon. Mendengus keras sambil memukul meja. Aku tak kehabisan
akal. Segera ku telepon rumah makan tempat dia bekerja. Berharap mendapatkan
informasi darisana.
“Selamat siang. Dengan rumah makan nasi timbel ujang disini. Ada yang bisa
102 | G h a l i y a S i r i d h a
Akhirnya setelah beberapa bulan kini teleponnya sudah aktif kembali. Ku dengar
memang rumah makan itu mulai bangkit perlahan. Karyawan sudah bertambah menjadi
10 orang. Kini mereka sangat sibuk mengurusi pesanan yang banyak datang memesan
dengan sistem delivery. Promosi dari mulut ke mulut serta melalui media sosial ternyata
Aku cukup giat membantu mereka untuk promosi. Mulai dari memanas-manasi
mereka melalui go-food. Tak heran jika kini aku mendapatkan free sebungkus nasi
setiap hari, dan berbagai potongan harga jika sedang mengadakan sebuah acara baik di
“Saya damar mbak. Saya cuma mau nanya kalau mbak Dila kabarnya resign ya?
Kalau boleh tau kenapa ya?”. Aku tak mau berbasa-basi. Takut mengganggu aktivitas
“Oh pak damar. Iya pak, dia balik kampung. Katanya minggu depan dia nikah”.
Hatiku tersengat perih. Bak disengat ribuan lebah. Aku tak pernah menyangka
wanita itu ternyata sudah memiliki kekasih. Bodohnya aku yang tak pernah bertanya
akan hal itu. Perasaan sungkan untuk bertanya masalah pribadi kepada dia yang
memang tertutup membuatku akhirnya memilih diam. Aku terlalu sibuk hanyut dalam
perasaan cinta yang menyelimuti tanpa tahu apa-apa. Dan akhirnya kami hanya
***
103 | G h a l i y a S i r i d h a
Jika jodoh itu seperti membeli sepatu. Maka kamu akan
kamu miliki. Jika dia tak bisa dimiliki, itu artinya uangmu belum sesuai
bisa saling memahami satu sama lain. Tak boleh menutup diri untuk
₰- Sihir Cinta
perbaikan diri, dan dekati sang pemilih hati.
“Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
Jika kamu ingin jodoh yang baik, maka harus bergaul dengan
sebenar-benarnya) dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”.
orang-orang baik. Karena orang baik hanya ada diantara orang-orang
(Q.S Al-Anbiya : 35)
baik, dan orang baik hanya akan memilih orang-orang yang baik pula.
sihirnya. Karena cinta mampu menguatkan sekaligus juga dapat melemahkan. Padahal
cinta itu tak berbentuk, cinta pun tak terlihat. Namun karena cintalah yang membuat
kehidupan dibumi ini menjadi ada. Ya.. karena cintaNya lah kehidupan ini tercipta.
Kisah yang akan aku ceritakan ini adalah sebuah kisah tentang kehidupan
seseorang yang benar-benar terjerat dalam efek magis dari sihir cinta. Dimana ia harus
berjuang sekuat tenaga agar sihirnya tak melemahkannya, justru sebaliknya.. ia harus
mencari cara bagaimana agar cinta ini dapat membawanya pada keagungan cinta yang
sesungguhnya. Semoga, jika hari ini kau masih terjerat sihir cinta yang melemahkanmu,
maka bukalah hatimu agar mendapat kekuatan dari cinta yang baru.
104 | G h a l i y a S i r i d h a
***
Jika bisa ku memutar waktu, maka aku ingin berada pada masa itu. Menjadi
Jiwanya mengembara entah kemana, terpisah dari jasad yang mematung sejak 1
minggu yang lalu. Matanya terlihat sembab. Tak henti-hentinya air mata mengalir
dikedua pipinya. Kini Dawiya hanya bisa duduk termenung di balik jendela kamarnya,
Sudah seminggu, tak sesuap nasipun masuk memberi energi. Hanya air putih
yang masuk ke dalam tubuhnya yang lesu. Ia terlihat lebih kurus, wajahnya muram tak
tersebut, tak jarang mereka mencoba menghibur Dawiya dengan mengajaknya liburan,
adalah seorang guru Madrasah Ibtidaiyah, beliau orang yang tegas dan berhati lembut.
Meski terkadang terlihat sedikit keras, namun beliau mudah tersentuh dan penyayang.
kesibukannya menjadi seorang guru yang bukan hanya sibuk mengurusi siswanya tapi
juga sibuk memenuhi tugas administrasi yang juga sering dikerjakan di rumah.
“Udah.. nggak usah lagi disesali. Ikhlaskan dan yakini bahwa Allah akan
memberikan pengganti yang lebih baik untuk kakak”. Saran ummi melanjutkan.
Dawiya hanya tertunduk malu, karena ia merasa selama ini ia hanya bisa
merepotkan orangtuanya.
105 | G h a l i y a S i r i d h a
“Maafin kakak ummi”. Tangis Dawiya pun pecah. Ummi pun memeluk Dawiya
dengan penuh kasih sayang sambil mengusap lembut kepalanya, serta membesarkan
***
“Assalamualaikum..”
Suara salam terdengar samar dari balik pintu rumah, menyelinap masuk ke celah
pintu dan jendela kamar Dawiya. Tak ada siapa-siapa di rumah. Ummi, abi serta adik
Dawiya sudah berangkat dengan rutinitas masing-masing dari jam 7 pagi. Sedangkan
kakak laki-lakinya sejak 2 tahun lalu sudah tinggal terpisah bersama istri dan anaknya.
Hanya Dawiya yang masih berselimut di kamar dengan earphone yang terpasang
ditelinga.
“Assalamualaikum.. kakaak”.
Untuk kedua kalinya salam itu terdengar dan terkesan menuntut dengan
ketukan pintu. Kini suara itu memanggil namanya seolah ia tahu bahwa yang ada di
Kang Herman adalah seorang perantau asal Karawang yang menjadi staf Tata
106 | G h a l i y a S i r i d h a
Awalnya kang Herman adalah seorang pedagang siomay yang menjadi langganan
umminya di sekolah. Hampir setiap hari ummi membeli siomaynya ketika jam istirahat
tiba. Ummi kagum terhadap sosok pemuda pekerja keras seperti kang Herman, terlebih
setelah tahu bahwa ia pun masih bersemangat kuliah di sela-sela waktu berdagangnya
kepala sekolah agar menjadikannya seorang staf di sekolah. Akhirnya kepala sekolah
pun menyetujuinya. Bahkan kang Herman difasilitasi kamar kecil di sudut sekolah agar
Tak jarang berbagai keperluan hidup sering ummi belikan untuk kang Herman.
Hal itu sudah terjadi sejak Dawiya masih menimba ilmu S1 di pulau Madura sambil
pesantren. Ummi sering berkata bahwa ia berbuat baik kepada kang Herman karena
ummi selalu teringat Dawiya yang juga sedang merantau di kota orang, dan ia hanya
berharap bahwa apapun kebaikan yang ia lakukan dapat juga dirasakan oleh anaknya di
seberang sana.
“Aaaarrghh!!!”
Dawiya pun beranjak dari kasurnya. Wajahnya kusut. Ia hentakkan kakinya saat
menginjak lantai. Ia ambil kerudung dibalik pintu sambil mendengus kencang. Alih-alih
Dawiya berniat pura-pura sedang tidak ada di rumah, namun ketukan pintu dan suara
yang semakin terdengar nyaring membuatnya malu dan takut terdengar tetangga.
Wajahnya merengut dengan mulut yang terlihat manyun. Ia bukakan daun pintu
hanya selebar bahu. Terlihat tangannya masih memegang gagang pintu, seperti tak rela
menerima tamu.
107 | G h a l i y a S i r i d h a
“Eh si kakak mah tong cemberut wae atuh bisi luntur geulisna coba”. Canda kang
Nada ketus yang terlontar dari mulut Dawiya sudah dianggap biasa oleh pria
yang usianya 7 tahun lebih tua dari dirinya itu. Dawiya bisa jadi satu-satunya orang di
keluarganya yang selalu bersikap cuek dan ketus kepada kang Herman, seolah tak
pernah menerima kang Herman sebagai bagian dari kelurganya. Mungkin karena
selama ini sudah lama ia tidak tinggal di rumahnya sehingga tidak begitu akrab dengan
kang Herman, atau bisa juga karena merasa jelous dengan sikap perhatian keluarganya
Dawiya yang ketika SMA pernah bersekolah di Sukabumi pun faham jika kang
Herman berbicara Bahasa sunda, meski kadang ia menimpalinya hanya bisa dengan
“Kebiasaan si kakak mah kalau pake Bahasa sunda suka kasar. Bade naon kitu
neng geulis!”
Bahasa sunda yang diucapkan oleh orang Jakarta yang terdengar sedikit aneh baginya.
Dawiya semakin kesal dibuatnya dan hampir menutup pintu, namun kang Herman
mampu menahannya.
“Eh iya maaf atuh kak, nih akang bawain makanan disuruh ummi. Sekalian mau
ngambil komputer di rumah yang katanya rusak, mau coba dibenerin di sekolah”.
108 | G h a l i y a S i r i d h a
“Oh roti bakar.. ambil aja tuh sendiri komputernya!”. Kini ia bukakan pintu
“Kok nggak bilang makasih?”. Tanya kang Herman dengan nada lembut.
“Ya nuhun!”. Sebenarnya bukan karena Dawiya lupa hingga harus diingatkan.
Sesaat setelah kang Herman membawa komputer dan hendak pergi. Langkah
“Kakak cantiknya ilang kalau murung terus, rugi banget nangisin orang yang
udah jelas-jelas nyakitin kita dan udah nggak peduli lagi sama kita. Mending air
matanya disimpen buat shalat malam sebagai tanda merajuk ke Allah buat ngasih
pengganti yang lebih baik”. Seketika kang Herman pun tersenyum sambil mengucapkan
salam.
Dawiya yang langsung tertegun dan merasa seperti tertampar keras hatinya oleh
ucapan kang Herman, merasa malu kepada Allah atas dirinya yang selama ini sudah
bersikap lemah. Segera ia pun mengucapkan istighfar seraya terus memohon kekuatan
kepada Allah.
***
tatapan kosong, sambil menikmati roti bakar yang dibawakan kang Herman. Tiba-tiba ia
teringat kejadian beberapa minggu lalu. Dawiya sering membawakan bungkusan nasi
kepada seorang duda beranak satu yang saat itu menjadi kekasihnya. Nasi bungkus dari
109 | G h a l i y a S i r i d h a
Mas Ridwan, panggilan Dawiya kepada sang kekasih yang dulu merupakan
gurunya ketika di pesantren Madura itu ikut merantau ke Jakarta tepat 2 minggu
setelah kelulusan Dawiya. Mereka yang menjalin kasih sejak Dawiya masih kuliah
semester 7 itu merasa hubungannya kini tak usah sembunyi-sembunyi lagi karena
Namun angan kadang tak seindah kenyataan. Kehidupan sang duda yang
merantau ke Jakarta justru hanya menjadi parasit bagi Dawiya yang juga belum bekerja
saat itu. Dawiya bahkan rela menjual handphone pemberian orangtuanya hingga
Jakarta.
“InsyaAllah nanti mas ganti ya. Maaf mas ngerepotin kamu terus”. Kata-katanya
“Iya nggak apa-apa. Kapan mas mau main ke rumah? Biar keluarga aku kenal
“Nanti ya. Mas malu belum punya pekerjaan yang bisa dibanggakan”.
“Rahasiain dulu aja hubungan kita ini ya. InsyAllah nanti mas datang langsung
bawa mahar”.
Mata Dawiya selalu berbinar saat sang kekasih menyebut kata mahar ataupun
Dawiya rela berkorban untuknya. Ada angan indah yang selalu disuguhkan di depan
110 | G h a l i y a S i r i d h a
mata. Tanpa sadar bahwa semua hanyalah ilusi. Ya terkadang hal itu menjadi salah satu
Sihir cinta dari sang kekasih mampu membuat Dawiya kehilangan akal sehatnya.
Dawiya sampai pernah meminjam KTP kakaknya untuk mengambil kredit motor demi
sang kekasih yang katanya baru diterima kerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta
Sang kekasih berjanji untuk melakukan angsuran per bulannya. Namun belum
genap 1 bulan, laki-laki itu malah kabur membawa motor atas nama kakak Dawiya.
Sehingga kakak Dawiyalah yang menjadi sasaran penagihan hutang dari pihak bank.
Setelah diselidiki ternyata selama ini laki-laki yang ia cintai tersebut juga
merupakan seorang buronan polisi Madura yang memiliki segudang catatan kasus
penipuan.
Astaghfirullah..
Dawiya mengelus dadanya saat kenangan pahit itu muncul dalam ingatannya.
Dawiya pun bangkit dari kursi dan kini ia kepalkan tangannya serta menepukkannya ke
***
“Kakak gimana kalau kakak nikah aja sama kang Herman?” Kata-kata ummi
membuat Dawiya tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
Kang Herman yang saat itu sedang menikmati makan malam bersama dengan
keluarga Dawiya pun langsung tersedak makanan yang baru saja sampai ke
tenggorokan.
111 | G h a l i y a S i r i d h a
“Santai santai”. Ummi Dawiya tertawa dan segera memberikan segelas air
tertunduk malu dengan wajah harap-harap cemas atas jawaban Dawiya terhadap
pertanyaan umminya.
Sudah 6 bulan berlalu sejak kejadian menyesakkan itu. Dawiya mulai menjalani
hari-harinya dengan penuh semangat. Ia mulai menata ulang masa depannya kembali,
membuka lembaran baru, serta meyakini bahwa Allah telah menyiapkan kejutan
terindah di balik masalahnya. Kini ia bekerja disebuah kantor kecamatan Jakarta Barat.
Support keluarga menjadi bagian terpenting dalam hidupnya, dan ia sangat mensyukuri
itu.
Entah sejak kapan, Dawiya kini terasa semakin akrab dengan kang Herman.
Berawal dari kedua orangtuanya yang sering menyuruh kang Herman untuk
menemani Dawiya saat hendak pergi. Awalnya Dawiya menolak, namun sejak kejadian
yang dialami Dawiya, orangtuanya selalu merasa khawatir dan tak mau sesuatu yang
tak diinginkan terjadi pada Dawiya. Dengan perasaan sedikit terpaksa akhirnya Dawiya
pun setuju.
Seiring dengan berjalannya waktu. Saat di perjalanan, Dawiya dan kang Herman
akhirnya sering bertukar cerita satu sama lain. Darisanalah Dawiya mulai mengenal
sosok kang Herman lebih dalam, membuatnya mengerti mengapa keluarganya sangat
Ummi Dawiya menangkap sinyal-sinyal cinta yang kuat dari mereka berdua,
akhirnya ummi meyakinkan keduanya untuk menjalin hubungan ke jenjang yang lebih
serius.
112 | G h a l i y a S i r i d h a
Seisi ruangan menjadi hening. Detak jarum jam terdengar lebih nyaring. Dawiya
terlihat berpikir. Gigi atasnya menggigit bibir bagian bawah. Mata Dawiya mengarah ke
“InsyaAllah ummi, kalau ummi dan abi ridhonya seperti itu”. Senyum Dawiya
mengembang.
***
113 | G h a l i y a S i r i d h a
Seringkali wanita merasa dirinya selalu dipertemukan dengan laki-
laki yang tidak baik. Sebenarnya alasannya hanya satu, karena wanita
terlalu mudah percaya dan terlalu mudah jatuh cinta. Sedangkan laki-laki
Dan
yang telah seringkali,
ditawar ketika
(dibeli) oleh wanita mengetahui
saudaranya, dan tidak halalkelakuan
meminangburuk dari
perempuang
kekasihnya
yang ia berusaha
telah dipinang menutup-nutupi
oleh saudaranya, kecuali biladan meyakinkan
saudaranya diri bahwa
telah membatalkan
ujung dahi hingga ujung dagu, lalu ke bagian perbatasan antara kedua telinga.
Sempurna.
mengangkat-angkat kedua alis, centil, dengan arah penglihatan yang tetap tertuju pada
cermin. Tak ada yang dirasa mengganggu, semua bagian wajah ku anggap tak memiliki
masalah.
114 | G h a l i y a S i r i d h a
Ku arahkan pandangan pada kedua alis. Ku tatap lekat-lekat jarak antara kedua
alis yang cukup dekat. Aku tersenyum. Ingatanku berkelana pada jaman sekolah dulu,
pembahasan tentang jarak alis yang selalu menjadi topik unik untuk diperbincangkan.
“Dry, alis kamu deket. Pasti jodohnya juga orang deket”. Ucap Diah, temanku di
SMA..
“Mitos itu”.
“Masa? Masa bodooo.. hahaha”. Aku terkekeh. Merasa mitos itu sangat konyol.
Entah sejak kapan jarak alis menjadi penentu jarak jodoh. Lucunya, kadang mitos
itu justru menjadi sebuah keyakinan bagi sebagian orang atas dugaan terhadap jodoh
orang lain.
Ku tatap lagi jarak kedua alis di cermin. Menatap dengan cermat setiap guratan
bulu hitam yang terlukis indah di wajah. Dalam hatiku bertanya. Mungkinkah jodohku
memang dekat?
“Udah cantik, gak usah ngaca mulu. Yuk jalan lagi”. Suara itu mengejutkanku.
Aku sedang berlibur bersama Agung, temanku. Sebenarnya kami tak berdua,
hanya saja yang lain sudah menunggu kami di alun-alun kota Sukabumi. Sedangkan aku
dan Agung harus menempuh perjalanan dari Bogor untuk bergabung bersama yang
lainnya.
115 | G h a l i y a S i r i d h a
Aku beranjak dari tempat duduk sambil menenteng ransel biru yang berisi
banyak makanan yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Mengingat perjalanan Bogor
– Sukabumi yang cukup melelahkan. Belum lagi perjalanan selanjutnya menuju taman
wisata Geopark Ciletuh yang diperkirakan akan menghabiskan waktu sekitar 5 jam.
Butuh persiapan fisik dan logistik yang cukup untuk menjaga stamina selama di
perjalanan.
“Udah siap? Yuk naek! Yang lain udah nunggu katanya.” Ucap Agung sambil
menyodorkan helm.
Sejujurnya aku merasa tak enak hati karena harus pergi dengan Agung.
Sedangkan aku sadar bahwa aku telah memiliki kekasih. Tapi saat itu aku butuh
seseorang untuk diajak refreshing, dan kebetulan saat itu hanya Agung yang bisa
menemani.
“Dry, kamu masih sama cowok yang di Jepang itu?”. Tanya Agung tiba-tiba.
Aku terpaksa berbohong. Benar kata Agung. Kekasihku yang sedang mengadu
nasib di negeri sakura itu pasti akan marah jika tahu aku sedang bersama laki-lak lain.
Tapi hubunganku dengannya sedang berada di ujung tanduk. Hubungan kami seperti
lilin kecil yang sebentar lagi padam. Aku lelah dan butuh refreshing.
Di sisi lain, aku tahu Agung menyukaiku. Tak mungkin ia akan rela capek-capek
menemani liburan jauh jika tak ada rasa apa-apa terhadapku. Ia tahu aku sudah
memiliki kekasih, namun entah mengapa ia seperti tak peduli. Mungkin bagi Agung
selama janur kuning belum melengkung maka ia masih punya banyak kesempatan
116 | G h a l i y a S i r i d h a
***
Perjalananku dan Agung menuju taman wisata Geopark Ciletuh ternyata sudah
Mataku menilik dari kejauhan, terlihat seseorang yang ku kenal berdiri di antara
“Kang Darusss!!!”. Teriakku pada sosok laki-laki berambut ikal dengan halis
tebal.
Aku yakin bahwa orang yang ku panggil namanya itu adalah kakak kelasku dulu
ketika di SMA.
“Iya kang. Waah seneng banget ada yang kenal ternyata disini”.
“Muhun, alhamdulillah..”.
Kang Darus tetap sama, sopan dan santun. Aku jadi malu bersikap so asik
“Ooh.. Hayu atuh takut keburu sore. Langsung lanjut ya perjalanannya!”. Seru
Kang Darus adalah ketua touring kali ini. Aku tak menyangka, laki-laki pendiam
dan lembut seperti dia sungguh penuh kejutan. Ia bisa bersikap tegas dan terlihat
117 | G h a l i y a S i r i d h a
Semua bersiap dengan motor masing-masing. Ada sekitar 10 orang yang ikut,
“Padahal bilang aja iya”. Ucap Agung tiba-tiba sambil pura-pura mengerucutkan
mulutnya.
“Iya apa?”
***
berbagai air terjun yang menawan. Taman wisata Geopark – Ciletuh Sukabumi sebagai
destinasi wisata Sukabumi selain Pelabuhan Ratu dan Ujung Genteng yang telah lama
traveler.
Subhanallah.. indah..
Aku asik ber-selfie ria di depan air terjun. Terlihat sedikit norak melihat
pemandangan yang sulit sekali ku dapatkan di daerah perkotaan. Anggota yang lain pun
Agung menyeriangai.
“Oh iya, tuh tiduran disana aja gung. Aku mau nikmatin pemandangan”. Aku
menunjuk sebuah batu besar yang teduh ditutupi pohon. Agung pun melenggang pergi
118 | G h a l i y a S i r i d h a
“Kang, mana pacarnya?”. Ku tepuk pundaknya perlahan.
Kang Darus menoleh. “Eh Audry, kaget. Pacar yang mana?”. Sebelah halisnya
terangkat.
“Oh itu mah bukan pacar akang neng”. Kang Darus tersenyum. Senyumnya
membawa kedamaian.
Hmmm…
Aku duduk di batu pinggir sungai dan membuka tas yang penuh dengan
makanan. “Sekarang sibuk apa kang?”. Tanyaku sambil menawarkan makanan kepada
kang Darus.
“Ngajar di SDIT”. Kang Darus pun ikut duduk. Sesekali tangannya mengambil
“Kamu gimana?”. Kang Darus bertanya balik sambil melemparkan batu kecil ke
arah sungai.
Aku menunjuk Agung yang sedang duduk bersandar di bebatuan besar sambil
menutup wajahnya dengan sebelah tangan. Terlihat wajah lelah Agung yang harus
“Kenapa nggak pacaran aja sama dia?”. Kali ini aku terkejut karena tak
119 | G h a l i y a S i r i d h a
“Nggak ah. Sekarang mah nyarinya bukan buat pacar. Tapi yang serius langsung
Aku tahu Agung baik, aku pun sempat tertarik kepadanya. Tapi, selain
hubunganku dengan si pria di negeri sakura belum selesai, aku pun sudah tak mau
hanya berpacaran tak jelas. Lelah hati jika selalu berharap. Sudah cukup kenyang
dengan janji si pria di negeri sakura yang bilang akan segera melamar, tapi tak kunjung
menghabiskan waktu, pikiran dan perasaan. Aku hanya sedang menunggu seseorang
yang benar-benar akan datang, meminta restu langsung pada kedua orangtuaku.
***
BBM.
Tanganku masih memegang handphone. Aku menggigit bibir. Tak tahu harus
menjawab apa.
“Kalau suka bilang aja sama orangtua”. Ku sisipkan emoji yang sedang
menjulurkan lidah.
Aku tak tau itu kode atau bukan. Yang pasti aku sudah tak mau berpacaran, dan
“Tunggu aku sampai siap ya”. Ia menyisipkan emoji memelas. Aku malah tertawa.
Agung seangkatan denganku, dan aku mengerti karena ia masih kuliah dan
belum bekerja. Pasti belum siap untuk datang meminang langsung ke rumah.
“Siapa aja yang duluan yang direstui orangtua. Hehe ”. Aku tak bisa berjanji pada
siapa-siapa, takut jika janji itu tak bisa ku tepati. Tak lama kemudian pesan baru masuk
120 | G h a l i y a S i r i d h a
lagi di BBM.
“Nikah yuk”.
Pesan baru yang masuk membuat nafasku seolah terhenti. Detak jantungku
saling memburu. Tapi kali ini bukan dari Agung. Tertulis nama kang Darus yang
mengirim pesan.
Sejak pertemuannya saat touring dua bulan yang lalu, aku dan kang Darus jadi
cukup intens berkomunikasi melalui pesan BBM. Kami sering bertukar cerita. Kang
Darus yang cukup dewasa sangat asik diajak diskusi dan dimintai saran-sarannya. Kali
ini lagi-lagi kang Darus selalu memiliki sikap dan jalan pikiran yang tak bisa ditebak.
Aku tak membalas dan memilih menaruh handphone di atas kasur. Ku pikir dia
salah mengirim pesan. Tapi.. sesaat kemudian, ku lihat lagi handphone yang tergeletak
Ini maksudnya ke aku atau salah kirim ya? Aku harus jawab apa ya?
Ah tau ah bingung!!!
Ku lemparkan lagi handphone ke atas kasur dan memilih untuk pergi keluar
kamar.
Suara dering telepon mengehentikan langkahku yang menuju keluar kamar. Nada
dering itu terdengar tak asing. Ah pasti dia.. Aku sengaja memasang nada dering telepon
121 | G h a l i y a S i r i d h a
lagu kecewa dari BCL untuk si dia yang masih berstastus sebagai kekasihku, meski
“Lagi diem, ada apa?”. Aku menjawab ketus. Tak ada gombalan-gombalan yang
terlontar seperti dulu. Padahal saat cinta itu masih terasa hangat aku selalu menjawab
Aku diam tak menjawab. Cintaku untuknya mungkin telah pudar. Masalah-
masalah sepele seperti telat membalas pesan, lupa mengucapkan selamat tidur, telepon
tak terangkat, dan sikap overprotektif yang sering ia tunjukkan selalu menjadi pemicu
Bibirku gemetar, semakin tak bisa berkata-kata. Entah apa yang membuat hari
“Mmmm.. nanti kita ngobrol lagi ya, aku mau ke kampus ngurusin wisuda lusa.
Udah dulu ya, assalamualaikum”. Aku mengalihkan pembicaraan dan langsung menutup
telepon.
Telepon berdering berkali-kali, namun aku enggan mengangkat. Kini aku hanya
***
122 | G h a l i y a S i r i d h a
sejarah besar yang tercatat dalam lembaran kisah perjalanan setiap orang dalam
perjuangan mencari ilmu. Termasuk Audry yang lulus wisuda dengan predikat
cumlaude. Bu bidan, mungkin kini kata-kata itu yang akan sering ia dengar.
“Makasih ya gung”.
orangtua Audry.
Dalam perjalanan mereka tak banyak bicara, terasa sedikit kaku karena
ungkapan perasaan Agung dua hari yang lalu. Hingga tak terasa perjalanan pun sampai
ke tujuan.
“Nggak usahlah nanti aja kalau udah waktunya”. Agung melambaikan tangan lalu
pergi. Hmmm..
Di dalam kamar, Audry melihat bungkusan cokelat tersimpan di atas meja belajar.
123 | G h a l i y a S i r i d h a
kekasihnya. Audry mengernyitkan dahi. Baru saja Audry hendak mengirim pesan,
handphone-nya berbunyi.
“Kok teleponnya nggak diangkat-angkat sih?”. Terdengar nada tinggi dari ujung
Audry yang sedang lelah malah semakin dibuat geram. “Udah ah capek!!!” Ia
“Maaf neng, kalau sedikit kasar. Padahal tadi cuma mau bilang selamat atas
“Udahlah capek denger maaf terus. Lebih baik kita putus!”. Audry mendengus.
Labilnya emosi sang kekasih lama-lama mengikis perasaan cintanya. Tekadnya bulat.
Mungkin ini yang terbaik. Ia pun segera menutup telepon dan mematikan handphone-
nya.
***
membukanya karena lelah. Ia lebih memilih berbaring di kasurnya dengan segala beban
keputusan yang harus segera ia ambil. Ia sadar bahwa dirinya tak boleh berlama-lama
“Siapa mah?”. Audry segera bangkit dari kasurnya dengan riasan yang masih
tertempel di wajah.
124 | G h a l i y a S i r i d h a
Belum selesai Audry dengan segala kegalauannya. Kini lagi-lagi jantungnya
dibuat berdebar kencang saat ia melihat kang Darus duduk di ruang tamu.
“Ada deh, masa ngajak nikah nggak tau rumahnya”. Jawabnya santai sambil
“Kalau nggak serius akang nggak datang kesini”. Matanya mulai menatap dengan
serius.
“Putus”.
Ibu Audry yang datang membawakan air ikut terenyuh hatinya saat mendengar
sekilas percakapan mereka berdua. Beliau menatap Audry sejenak dan mengangguk
Saat seseorang memberi bunga sebagai ungkapan cinta, ada juga yang memberi
janji dalam sebuah penantian. Disaat yang sama, satu orang berani memberi bukti,
bahwa cinta bukan hanya sekedar kata yang terucap tuk berikan bahagia. Tapi cinta
adalah tanggung jawab melalui pembuktian yang akan dibawa kehadapanNya kelak.
***
125 | G h a l i y a S i r i d h a
₰- Sebuah Kebenaran
“Wanita wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji
adalah untuk wanita-wanita yang keji pula. Dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula”.
***
Semua orang berlari di lorong yang tampak hening. Mendorong sebuah kasur
roda dengan seorang wanita yang tampak pucat diatasnya. Keringat mengucur dari
dahinya, menahan sakit. Darah terlihat membanjiri kasur yang bersepreikan kain
berwarna putih. Sepasang pria dan wanita yang masih tampak stylish di usianya yang
menginjak 40th tak henti-hentinya menangis sambil menyebut nama Allah. Tangisannya
126 | G h a l i y a S i r i d h a
menggema hingga menyelimuti seisi ruangan. Dua orang petugas mendorong kasur
roda di sebelah kanan dan kiri. Sedangkan satu orang lagi sibuk menempelkan oksigen
“Kuat nak.. kamu pasti kuat”. Ucap wanita dengan cardigan putih dan jilbab yang
diikat ke belakang.
“Ya Allah lindungi anakku ya Allah”. Wanita itu terus meratap melihat putrinya
Pintu IGD terbuka. Petugas langsung menghentikan langkah sang wali pasien
agar tak ikut masuk. Dokter jaga tak kalah gesit untuk segera melakukan pemeriksaan.
Dengan suara yang masih terisak keduanya terpaksa menunggu tepat di depan pintu.
Detak jarum jam di sudut dinding terdengar begitu nyaring, namun ritmenya
masih kalah dengan degup jantung yang terasa hendak merobek dada. Hanya harapan
yang menjadi penyejuk layaknya angin sepoi yang menghembus di tengah terik sebagai
“Mom, gimana kondisi Haza?”. Sepasang bola mata lain tampak tak kalah cemas
menanti kabar. Wanita bertubuh mungil dengan rambut panjang yang diikat
alakadarnya itu tiba-tiba sudah berdiri di hadapan ayah dan ibu korban dengan raut
wajah yang kusut. Keduanya menoleh, mata sang ibu beradu dengan wanita yang tak
Sang ibu langsung memeluk wanita tersebut. “Do’akan Haza baik-baik aja ya
Syanum”.
Tak lama dokter pun keluar. Wajahnya penuh keringat seolah habis bertarung di
127 | G h a l i y a S i r i d h a
“Maaf pak bu, anak bapak dan ibu tak tertolong. Kondisinya sangat kritis karena
kehabisan darah. Mungkin akibat usaha aborsi yang dilakukannya. Sekali lagi mohon
Sang ibu ambruk tersungkur sambil memegang dada. Sesak. Sedangkan sang
ayah hanya berdiri mematung dengan air mata yang berjatuhan tak tertahankan.
Tangannya mengepal geram. Ingin tahu siapa yang telah menghamili putrinya tersebut.
Mereka tak percaya putri semata wayang mereka harus meninggal dalam kondisi
seperti itu. Keduanya tak tahu bahwa putrinya sedang hamil dan nekat melakukan
tindakan aborsi.
Syanum merangkul sang ibu. Tangannya gemetar, wajahnya memucat, air mata
***
Memori Syanum..
Suasana kelas disebuah sekolah saat itu tampak hening. Menyatu dalam melodi
kedamaian sekolah yang terasa hangat. Sebuah tempat yang pernah menjadi tempat
perlindungan bagi pribadi-pribadi kecil yang sedang tumbuh. Sebuah tempat dimana
mereka tak perlu khawatir dengan dunia luar yang tampak garang, mencekam, dan
Setiap jiwa yang sedang tumbuh itu tak pernah tau apa yang akan terjadi pada
mereka esok hari ketika mereka harus menghadapi dunia di luar sekolah. Meski pada
umumnya mereka sangat menyukai jam pulang sekolah, namun pada kenyataannya
setelah dewasa mereka rindu dan ingin kembali ke dunia sekolah yang membuat
mereka merasa aman dan tak perlu memikirkan kehidupan yang rumit diluar sana.
Jika Doraemon itu nyata, aku ingin meminta mesin waktu untuk kembali ke dunia
128 | G h a l i y a S i r i d h a
sekolah waktu itu. Waktu pertama kali aku mengenal Haza.
“Hei kamu Syanum ya? Aku Haza”. Dengan ramah Haza menyapaku yang menjadi
murid pindahan saat itu. Senyuman hangat Haza mampu membuatku merasa diterima
dikelas baru.
Haza merupakan pribadi yang ceria dan mudah bergaul. Ia menyukai olahraga.
seseorang yang introvert, tak banyak bicara, pemalu, dan juga sangat tertutup.
Hanya satu persamaan kami. Yaitu sama-sama merasa menjadi anak broken
home. Haza anak semata wayang yang terlahir dari keluarga berada, namun ia kurang
mendapatkan kasih sayang karena kedua orangtuanya yang terlalu sibuk dengan dunia
bisnisnya. Sedangkan aku memiliki keluarga yang tercerai berai. Aku tinggal bersama
ibu, ayah tiri dan saudara-saudara tiri. Aku selalu merasa dikucilkan, merasa tak pernah
Pertemanan kami kian erat ketika pertama kali Haza datang menghampiriku
yang sedang menangis disudut perpustakaan. Dadaku terasa sesak, napasku tersendat-
sendat. Beberapa menit yang lalu ibuku menelpon untuk tidak dulu pulang ke rumah
karena emosi ayah tiriku tak terkendali akibat pengaruh minum-minuman keras.
Seringkali ayah tiriku bersikap tak waras hingga membuatku ingin memakinya. Namun
“Syanum? Belum pulang?”. Kedua mata itu menatapku dengan hangat. Aku hanya
diam. Ku susut segera air mata yang membasahi kedua pipiku. Aku tau ia ingin bertanya
“Eh berenang yuk? Kamu nggak ada acara kan hari ini?”. Ajak Haza tiba-tiba.
“Kalau aku lagi nangis aku paling suka berenang. Biar energi yang terbuangnya
129 | G h a l i y a S i r i d h a
nggak sia-sia. Udah gitu air dikolam saat kita berenang rasanya mampu menghapus air
mata kita dengan sendirinya. Coba rasain deh gimana enaknya. Gimana mau kan?”.
Haza tak pernah bertanya mengapa dan apa yang terjadi. Ia selalu mempunyai
cara untuk menghapus setiap duka. Aku tak bisa menolak. Aku butuh dia.
Sejak saat itulah kami menjalin persahabatan yang cukup erat. Hingga kami
***
Memori Haza..
Malam itu langit tampak marah, petir menyambar silih berganti dengan hujan
deras yang disertai angin kencang. Suaranya memekakkan telinga. Kemarahan langit
malam itu mewakili hatiku yang juga sedang bergejolak. Kutimpali suara itu dengan
Seperti biasa, rumah selalu sepi. Orangtuaku tak pernah pulang di bawah jam 1
malam. Asisten rumah tangga pun sedang pulang ke kampung halaman. Di dalam rumah
seluas 700m2 itu aku tak pernah merasakan kehangatan cinta keluarga yang
sesungguhnya.
Di dalam kamar aku mengurung diri. Ku hancurkan semua foto yang terpajang.
Persahabatan yang terjalin cukup lama seketika sirna saat salah satu merasa
dikhianati. Satu kenyataan pahit yang harus kuterima yaitu ketika kutahu bahwa
Mengapa Tuhan tak pernah rela jika aku memiliki cinta? Mengapa pada akhirnya
aku selalu membenci cinta? Cinta keluargaku, cinta sahabatku, dan cinta kekasihku.
130 | G h a l i y a S i r i d h a
Aku terkulai lemas. Sampai lupa bahwa aku belum makan sejak pagi. Ku usap
perut, dan teringat.. ada janin yang hidup dalam rahimku. Aku menagis sejadi-jadinya.
Aaaarghhhh…
yang tak dikenal. Ku tahu itu Syanum. Nomornya sudah ku hapus, tapi sialnya aku bisa
mengingatnya.
Pesan masuk membanjiri kotak masuk. Tapi tak kubuka satupun. Kumatikan
handphone, dan teriak lepas meluapkan rasa kecewa. Duniaku telah hancur. Aku tak
ingin hidup!!!
Waktu menunjukkan pukul 12.00 tengah malam. Petir tak berhenti menyambar.
Pikiranku semakin tak karuan. Kepalaku terasa sakit, seperti ada yang menusuk-nusuk.
Aku berjalan menuju dapur dengan sempoyongan. Dilihat ke arah meja makan, kosong.
Kulirik disampingnya ada sederetan pisau. Pikiranku mulai kacau. Syetan bukan
lagi berbisik, namun sudah menyuarakan dengan lantang bahwa mungkin dengan
Ku raih sebuah pisau, dan tanpa berpikir panjang ku tusukkan ke arah rahim.
***
Tangisan keluarga dan sahabat terasa begitu menyayat ketika mereka harus rela
melepas kepergian Haza siang itu yang perlahan mulai dimasukkan ke dalam liang lahat.
Banyak orang tak menyangka seorang gadis ceria seperti Haza meninggal dalam
131 | G h a l i y a S i r i d h a
Do’a-do’a kebaikan dan ceramah singkat seorang ustadz mampu menggetarkan
hati yang sadar bahwa kita semua pun akan mengalami hal yang sama, yaitu kematian.
kenyataan. Kedua tangannya tak lepas memegang papan bertuliskan almarhumah yang
tertancap di atas tanah, mengatakan berulang-ulang dengan lirih “maafkan ibu nak”.
Disisi lain, seorang sahabat yang juga masih tak percaya dengan kenyataan yang
terjadi, hadir dalam tangisan penuh penyesalan. Menyesal tidak ngotot untuk pergi
mencoba menenangkan. Vigo, seorang laki-laki bertubuh tinggi besar dengan kumis
Mata Syanum melotot tajam saat ia mendapati seseorang bertubuh tinggi kurus
berada di antara kerumunan para pelayat. Baju dan kacamata serba hitam serta topi
“Kamu jahat dud!!! Semuanya gara-gara kamu!!!”. Dudi menoleh kaget. Keringat
“Ngapain kamu kesini???”. Teriak Syanum sambil terisak dan memukuli Dudi.
Dibalik kacamata hitamnya mata Dudi telah lama sembab sejak mengetahui
kematian Haza kekasihnya. Ia sadar bahwa ia telah membuat luka di hati Haza dengan
“Udah sayang.. kita pulang aja yuk. Kondisinya nggak tepat”. Vigo merangkul
132 | G h a l i y a S i r i d h a
Syanum. Namun matanya melirik Dudi tajam.
***
Ternyata selalu bermain berempat dengan kekasih, sahabat dan juga kekasih
sahabat itu tak sehat. Bisa jadi karena terlalu dekat akhirnya tak tahu lagi siapa yang
Sudah satu bulan setelah kematian Haza. Syanum tak pernah berhenti menangis
setiap kali membuka album kenangan bersama sahabatnya itu. Mereka berempat, Haza,
Dudi, Syanum dan Vigo hampir setiap hari pergi menghabiskan waktu bersama.
Dilihatnya foto-foto dan video mereka berempat yang selalu tertawa lepas. Tak tahu
Syanum merasa terpukul dengan kematian Haza. Ia merasa ikut andil terhadap
kematian sahabatnya itu. Berawal dari curhat. Dudi dan Syanum seringkali curhat satu
sama lain saat mereka sedang ada masalah dengan kekasih masing-masing. Dudi tak
menyukai sifat Haza yang terlalu manja dan posesif. Sedangkan Syanum selalu merasa
Sadar akan perasaannya yang mulai tak menentu. Syanum mengajak Vigo untuk
melalui pesan Whatsapp sehari setelah Dudi dan Haza bertengkar 3 bulan yang lalu,
133 | G h a l i y a S i r i d h a
putus.
“Kesini kemana?”. Baru saja Syanum bertanya telepon mati tiba-tiba. Jaringan
error.
Tak lama kemudian sebuah alamat dikirimkan oleh ibu Haza. Syanum
Segera Syanum bergegas pergi menemui panggilan ibu Haza. Kakinya yang
lenjang dengan sepatu kets berwarna putih melangkah sedikit berlari. Namun
mengucur diseluruh wajah dan tubuhnya. Jantungnya berpacu tak berirama. Ia malu dan
Ibu Haza mendekati Syanum dan bicara perlahan. Terlihat ia menyeka air mata
“Syanum, maaf… kamu harus tau ini. Hasil analisis DNA janin menyatakan bahwa
DNA tersebut adalah milik Vigo. Momy juga nggak nyangka, maafin Haza ya nak.. maafin
Vigo dijerat pasal 348 ayat (1) KUHP dalam kasus dugaan menyuruh tindak
aborsi, yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan.
“Aku khilaf Syanum. Aku nggak sengaja”. Terdengar Vigo berteriak untuk
134 | G h a l i y a S i r i d h a
Syanum memeluk Ibu Haza dengan erat, lalu pamit pergi dengan tatapan kosong.
***
laki dihadapannya.
“Sssstt!!! Jangan teriak-teriak! Malu ini tempat umum”. Laki-laki itu menarik
Haza keluar. “Kamu tuh kenapa sih? Kamu nggak sadar kalau kamu itu egois!!!”. Timpal
“Tau ah aku capek”. Laki-laki itu masuk melanjutkan pekerjaan paruh waktunya
Akhirnya Haza pergi menuju mobil honda jazz berwarna putih yang diparkir tak
Di sisi lain, sepasang jemari lentik sedang memainkan jam pasir di atas kasur.
Berharap jam pasir itu segera membawanya ke alam mimpi. Tubuhnya lelah, namun hati
dan pikirannya terus hidup. Dadanya terus berdetak kencang, hatinya tak menentu. Ia
terus mencubiti pipinya yang tirus, meyakinkan dirinya bahwa dia memang masih
Sepasang bola mata yang sipit itu melirik handphone yang tergeletak di meja
pinggir kasur, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Ia raih
handphonenya, dan langsung dimatikan . Tak ingin percakapan itu makin berlanjut dan
jadi berbuntut.
Dudi gila nih kayaknya. Kenapa dia tiba-tiba bilang gitu?! . Gumamnya dalam hati.
Tepat setelah Haza dan Dudi bertengkar. Dudi yang dalam keadaan emosi
135 | G h a l i y a S i r i d h a
menelpon Syanum yang biasa menjadi teman curhatnya. Seperti biasa, setiap kali Dudi
dan Haza sedang mengalami masalah, Dudi terbiasa mengeluarkan semua kemelut
Hari itu, mungkin dudi merasa sudah terlalu lelah, hingga akhirnya dia tak
sengaja berkata bahwa Syanum adalah sosok wanita pendamping yang dia harapkan.
Bukan Haza.
Jebreeet!!!
Suara pintu mobil ditutup keras. Haza pacu mobilnya kencang sambil menangis
menahan kesal.
“Ah kemana sih Syanum? Kok gak aktif?”. Haza mendengus. Kedua tanggannya
Vigo melambaikan tangannya sambil tersenyum dengan dua cangkir kopi hangat
dikedua tangannya.
Haza membuka kaca mobil. “Kok lu ada disini? lagi sama Syanum?”
“Oh iya”. Haza pun membukakan kunci pintu mobil sebelah kirinya.
”Gue tadi nggak sengaja liat lu sama Dudi kayaknya lagi berantem depan café”.
ngapain kesini?”.
“Nih minum dulu”. Vigo memberikan secangkir kopi hangat yang ia beli di
136 | G h a l i y a S i r i d h a
indomart.
“Tadinya emang gue ada perlu sama Dudi. Tapi kayaknya Dudi lagi sibuk banget,
jadinya ngikutin lu, soalnya keliatannya lu lagi galau banget. Kan bahaya, nyetir sendiri
lagi”.
“Kemana?”
Tanpa basa basi Haza memacu mobilnya. “Eh motor gue?” Vigo melirik motornya
kecepatan mobilnya. Tangan Vigo reflek memegang handle pegangan tangan di dalam
Dalam tubuh manusia itu terdapat sel, dan dalam sebutir sel
mobil.
terdapat inti sel yang mengandung DNA. DNA ini cara kerjanya sama persis
“Gila lu Za!!!”
seperti sebuah Handphone yaitu bisa Bluetooth.
“Hahaha.. cemen lu”. Haza tertawa puas. Vigo pun ikut tertawa.
Pada dasarnya kemampuan blutuetooth pada tubuh manusia ini
Entah karena hati yang merasakan kekosongan, atau mungkin bisikan syetan
secara tidak sadar dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Maka tak
yang menyapa lembut melalui hembusan angin malam. Keduanya menghabiskan malam
heran dalam hadist shahih dijelaskan bahwa perumpamaan orang yang
berdua yang akhirnya membawa mereka hanyut dalam jurang dosa dan berakhir dalam
bergaul dengan orang baik seperti bergaul dengan penjual minyak wangi,
jurang penderitaan.
ia bukan penjualnya namun aromanya akan ikut menempel ditubuhnya.
***
Sedangkan perumpamaan orang yang bergaul dengan orang yang tidak
Salah satu cara menilai calon untuk bakal jodoh kita adalah dengan
baik, tapi jika lingkungannya tidak baik maka besar kemungkinan ia pun
137 | G h a l i y a S i r i d h a
Sumber Referensi
hypnotherapis Bpk Hermawan GS, SE, MM, CHt, MCHt, CI, CCH, CT. MNLP
138 | G h a l i y a S i r i d h a
Profil Penulis
Ghaliya Siridha adalah anak ke dua dari tiga bersaudara yang lahir di Sukabumi
tanggal 01 Mei 1993 ini merupakan lulusan Sarjana Pendidikan dari STKIP Bina Mutiara
Sukabumi. Saat ini ikut merantau bersama suami di kota Bekasi sebagai seorang PNS di
Aktivitas kini beserta suami membangun bisnis ghaliyahijab yang kini sedang
dirintis.
Sejak kecil menyukai dunia psikologi namun keadaan saat itu tak mendukung
untuk kuliah di jurusan psikologi. “Banyak Jalan Menuju Roma” adalah salah satu prinsip
hidup yang diyakini. Tak patah semangat akhirnya tahun 2015 mengikuti pelatihan
dan ikut menjadi bagian dari keluarga besar MMIH. Bergabung dengan komunitas
Hypnotherapi Rumah Motivasi Bandung sejak 2015 sebagai sarana mengasah keilmuan
Parenting, Hypno Succsess, Hypno Learning, Quantum Rich, Happiness Coaching for
Untuk kritik, saran atau sekedar ingin menyapa silahkan follow Facebook atau
Instagram Ghaliya Siridha. Dan untuk melihat-lihat koleksi hijab kami silahkan follow
139 | G h a l i y a S i r i d h a
140 | G h a l i y a S i r i d h a