untuk
Daftar Isi
Tentang Kami ................................................................... Error! Bookmark not defined. Perempuan Penggenggam Peradaban ........................................................................... 4 Tanda Cinta dari-Nya.. .................................................................................................... 6 Inspirasi Berjilbab ........................................................................................................... 9 Jilbab Cantikku .......................................................................................................... 11 Jilbab dan Kenangan Kecilku ........................................................................................ 14 Aku dan Jilbab Pertamaku ............................................................................................ 18 Mantapkan Hati, Mari Kenakan Jilbab! ........................................................................ 19 Biarkan Rayuan Berjilbab Sukses Menggodamu .......................................................... 21 Jilbab Syari, antara Fanatik dan Kaafah ...................................................................... 24
Page 2
Tentang Kami
Oleh: Samiah
Beribu penyair membentuk sajak Tentang kami, wanita Tak terhitung pujian dihujani kepada kami, wanita tak tertangkis hinaan ditambakkan kepada kami, wanita dulu dan kini dengan bentuk yang tak selalu sama
Kami, wanita, yang di rahimnya Tumbuh kehidupan Peradaban atau kehancuran zaman
Kami, wanita, yang ditangannya Tumbuh manusia-manusia pembangun peradaban Atau penghancur peradaban
Islam memberikan kami, wanita, kebebasan memilih Tak ubah seperti rekan kami, laki-laki Islam memuliakan kami dengan meletakkan syurga di telapak kakinya Islam mengistimewakan kami dengan jasa yang tak pernah bisa dibalas
kami, muslimah, siap berbicara, bergerak atas nama zaman yang tekoyak oleh duri keangkuhan karena Peradaban ada ditangan kami
Page 3
Perempuan Dalam sejarah peradaban Merekalah yang tak putus Menyulam kebaikan Tak gentar melawan Arus kezaliman Tak goyah diterpa Sepoi angin keduniaan
Perempuan Dalam sejarah peradaban Merekalah yang molek paras dan hatinya
Lembut dalam tutur kata Santun berperilaku Serta tunduk patuh pada penciptanya
Perempuan Dalam sejarah peradaban Cantiknya meneduhkan Imannya menerangi Akhlaknya adalah pesona
Page 4
Sebab dalam kancah peradaban Mulia ia dalam singgasana-Nya Istimewa dalam peraduan-Nya
Dari rahimnya keluar Penerus peradaban Menjadi istri sholihah Penyejuk pandangan
Ibu, ibu, ibu, Tiga kali tersebut dalam sabda Kekasih-Nya Dihormati dan dituruti Lebih dari ayah tercinta
Perempuan Dalam sejarah peradaban Ialah cermin yang takkan pernah buram Merekalah embun yang menyejukkan dunia
Page 5
orang yang tidak mudah percaya apalagi hanya kata orang. Dan ketika aku ingin mengetahui tentang sesuatu maka aku harus membaca dari sumbernya. Maka itulah mengapa aku membeli buku Jilbab tersebut. Kemudian di malam hari aku membacanya, aku ingat bahkan aku sampai begadang untuk menghabiskan buku itu. Dalam buku itu ada dua yang paling menggugah hatiku, pertama bahwa Allah tidak akan mau memandang seorang wanita yang tidak tertutup auratnya. Hatiku pilu. Bayangkan saja, jika kita tidak dipandang oleh seorang yang kita cintai, ibu kita misalnya. Kemudian bayangkan lagi, betapa indahnya dipandang dengan cinta oleh Maha Pemberi Cinta. Bayangkan! Hal kedua, dalam buku itu juga disebutkan bahwa
seseorang wanita muslim yang meninggal tapi belum berjilbab, maka jenazahnya tak layak disholatkan. Hatiku makin pilu membacanya. Ya, dua hal ini yang paling kuingat karena dua hal itu yang paling menohok dan menggugahku untuk mengenakan kerudung. Dua hal itu adalah sebuah hadits jika tidak salah. Begitulah, melalui buku itu, mungkin Allah menunjukkan jalan-Nya padaku. Di buku itu juga banyak dibahas mengenai pernyataanpernyataan yang orang sebutkan untuk beralasan menunda mengenakan kerudung yang sebenarnya juga merupakan alasanku. Lantas, dibuku itu dijelaskan dengan logis tidak menggunakan bahasa pemaksaan. Sehingga benar-benar apa adanya. *** Hari senin, 24-1-05, saat pertama aku mengenakan jilbab ke sekolah, aku diberi ucapan oleh guruku, Wah, Amel sekarang pake jilbab? Alhamdulillah, selamet ya sayang. Disertai peluk cium ibu guruku. Begitu juga dengan beberapa guru lainnya. Terharu. Di awal-awal aku mengenakan jilbab. Entah mengapa, banyak sekali rezeki yang datang padaku. Banyak kompetisi keilmuan (Lomba Matematika, Cerdas Cermat MIPA, dll) yang aku ikuti dan aku juarai. Alhamdulillah. Yang sebelumnya prestasi itu hanya kudapat sebatas tingkat sekolah. Misalnya, juara umum sekolah. Namun di saat-saat terakhirku duduk di bangku SMP, penghargaan-penghargaan dari luar sekolah datang. Yang aku ingat, saat itu aku berkata dalam hati, ya Allah, apa ini berkah pake jilbab ya? sambil tersenyum mensyukuri. Alhamdulillah. Selain itu, aku pun diberi kemudahan dalam banyak ujian akhir sehingga bisa masuk ke SMA terfavorit di Jakarta. Alhamdulillah. Saat itu aku hanya berpikir, mungkin ini semua tanda kasih sayang dan hadiah dari Allah untukku. bahagia. Tersenyum
Page 7
Begitulah teman, yang aku buat dalam catatan di kepala dan hatiku hingga saat ini bahwa, ketika kita mendahulukan Allah maka Allah pasti mendahulukan kita. Banyak yang berkata padaku, kalo pake kerudung nanti jodohnya gimana? Lalu aku teringat kata-kataku diatas, Ketika kita berusaha berbuat baik pada Allah, maka Allah pasti akan berbuat baik pada kita. Tak mungkin Allah menyusahkan . Bahkan, Allah pasti akan memudahkan dan memberi yang terbaik. Begitu pikirku. Ingat, laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik. *Cek di Quran. Jika aku ditanya apa arti jilbab? Jawabku hanya, tanda cinta dari Allah yang khusus untuk para wanita. Ya, Allah cinta pada kita wanita, Allah ingin melindungi kita, Allah ingin kita tidak mudah diganggu, Allah ingin memuliakan kita, Allah sayang pada kita. Benar begitu, teman? Hidayah itu pasti ada, hanya tergantung kita mau mengambilnya atau tidak. Ambil saja teman, karena boleh jadi mutiara hidup kita adalah hidayah itu. Dan ingatlah, ada berjuta jalan mengambil hidayah, pilih saja satu jalan yang kau suka. Hari ini Alhamdulillah hidayah itu masih ada. Aku bisa tetap mengenakan jilbab hingga detik ini dan semoga hingga nafasku berhenti nanti. Allah, bantu aku untuk menjaga hidayah -Mu yang mahal ini..aamiin. Mohon doanya ya teman.. Satu hal lagi teman, jangan sampai saat pertama kita mengenakan jilbab adalah saat kita hendak dikubur. Naudzubillahimindzalik. Ya, untuk menghadapNya, jenazah kita mengenakan kerudung. Semangat teman! Doaku untukmu. Mungkin kita tak bisa berjumpa di dunia, tapi harapku aku bisa menjadi temanmu di surga-Nya. Wahai Allah, ampuni kami, sayangi kami, cintai kami.. aamiin.
Page 8
Inspirasi Berjilbab
Mahjati Nur Shabrina, Vokasi-Perumahsakitan 2010 Jam menunjukkan pukul 06.50. Aku baru saja masuk ke kelas. Dengan pakaian berbeda dari sebelumnya. Berjilbab. Aku memandang teman-teman perempuan di kelasku. Kok nggak ada yang pakai jilbab ya? Kenapa ya? Padahal Pak Muji, guru sejarahku mulai semester genap ini, menyuruh siswinya pakai jilbab saat pelajarannya, batinku. Dengan bertanya-tanya, aku kemudian berjalan menuju tempat dudukku. Temanku, Cici, belum datang. *** Karena baru saja masuk setelah liburan semester, pelajarannya belum berjalan efektif seperti biasa. Termasuk Pak Muji, beliau tidak datang ke kelas. Dan keadaan di kelas masih terbawa suasana liburan. Tidak kondusif. Tiba-tiba ada dua temanku yang sudah berjilbab lebih dulu, Yusrin dan Muthia dari barisan lain menghampiriku, Kamu sekarang sudah berjilbab ya? kata Yusrin. Bukannya hari ini ada pelajarannya Pak Muji? Kita kan disuruh pakai jilbab kalau ada pelajaran beliau, jawabku. Iya emang, semester kemarin beliau nyuruh kaya gitu. Tapi teman-teman yang lain juga belum pada pakai kan? Jadi belum mulai hari ini, kata Muthia. Saat itu aku langsung tersadar, kalau aku salah kostum alias saltum. Dan penyataan Muthia tadi menjawab pertanyaanku tadi pagi saat masuk ke dalam kelas. Iya juga sih, kataku lagi. Speechless. Kenapa kamu nggak berjilbab aja sekalian? Kamu cantik lho, kalau pakai jilbab. Kata Yusrin mengagetkanku. Iya ya.. Sebenarnya ibuku sudah sering menanyakanku kapan ingin berjilbab. Dan aku menjawab, Insya Allah, SMA, Bu.. Tapi kalau sekarang ada kesempatan...Insya Allah iya.. lanjutku. Wah...Alhamdulillah.. Selamat ya.. kata mereka serentak. ***
Page 9
Sejak saat itu, aku pun berjilbab. Walaupun jilbabku masih jilbab berukuran pendek serta berasal dari kejadian yang tidak diduga (saltum). Teman-teman dekatku sangat mendukung hijrahnya aku. Sampai teman sebangkuku, Sucianayang akrab dipanggil Cici memberikan dan menjahitkan sendiri rok pramukanya hanya untukku. Subhanallah. Terima Kasih Ya Allah...
Page 10
Page 11
Ra, kok pake celana? Roknya mana, De? Tanya Ka Dewi, FIB 2007, selaku sekretaris umum yang lebih dikenal dengan sekum. Saat itu, aku masih memakai celana bahan warna hitam, kaos, dan jilbab langsung dengan ukuran pendek (lebih dikenal dengan bergo). Dengan polos aku menjawab sekenanya, Hehe, tadi habis praktikum, Ka. Lantai tiga. Ribet, Kak. Masa? Aku waktu naik gunung tetap pake rok, De? Lebih nyaman dan ga ribet kok. Jelas Ka Dewi cukup panjang. Kakak-kakak yang lain tersenyum menguatkan. Aku hanya tersenyum sambil menunduk, malu. Ra, tau ga? Dulu juga aku kaya kamu penampilannya pas awal masuk kampus, bahkan aku belum berkerudung pas masuk kampus. Hingga suatu saat dosenku di FIB mengomentari tentang jilbab di kelas. Beliau bilang Ada suatu penelitian yang meneliti perilaku laki, kami, para kaum laki-lakitermasuk saya sendiri, yang menyatakan bahwa laki-laki lebih sering berpikiran porno dibandingkan wanita. Bahkan dalam interval lima menit sekali. Ketika melihat seorang wanita memakai celana, bukan celananya yang terlihat, tapi celana yang membentuk kaki itu mendeskripsikan lebih bagi kami, lebih tepatnya kami membayangkan apa yang ada dalam celana tersebut. Jadi, begitu detil dan indahnya Islam, ya? Mengatur pakaian wanita agar terjaga dan melindungi para muslimahnya, meski saya bukan muslim, tapi saya kagum dengan ajarannya, teratur dan koheren dengan kebutuhan hidup manusia. Begitu cerita dari dosen aku, Dek. .Aku hanya terdiam sambil mengangguk, bukan sekedar anggukan, tapi mengiyakan dan terkejut ternyata seperti itu gambarannya, mengapa kita kaum muslimah harus rapi, pake jilbab, rok, atau baju terusan. Dari situ aku dapat hikmah banyak. Surat AnNur ayat 31 dan Al Ahzab ayat 56 lebih menguatkanku lagi untuk lebih merapikan pakaian identitasku untuk menjadi muslimah sejati. Perlahan namun pasti, aku tidak memakai celana dan mengurangi memakai bergo jika bepergian dari kost-an atau rumah. Pokoknya berpakaian senyaman mungkin dan dipastikan rapi dulu sebelum melangkah keluar rumah. Keikutsertaanku sebagai pengurus SALAM UI, dari mulai SALMAN kemudian menjadi pengurus SALAM pun begitu menginspirasi dan penuh hikmah. Benar, semuanya karena komunitas dan lingkungan. Betapa indahnya ukhuwah karena lillah, semuanya dimulai dari sini. Meskipun saat itu tagline SALAM UI adalah makin bersahabat dan lebih bersahabat, tapi dari dulu sampe sekarang, SALAM selalu menginspirasi, khususnya untukku, dan para muslimah.
Muslimah Inspirasi, Keputrian LD se-UI 2011 Page 12
Kuamati cara berkerudung atau berjilbab kakaknya, begitu anggun lebar. Lebarnya jilbab mereka yang berkibar saat tersapu angin, tak menghambat langkah untuk selalu berprestasi di bidangnya masing-masing. Mereka membuktikan justru gerak langkah mereka begitu terjaga dengan jilbabnya. Sekarang di setiap sudut kampus UI, banyak sekali kita temui jilbab-jilbab berkeliaran. Di bikun, di BEM, juga di jalanan. Semuanya bangga melegitimasikan identitasnya bahwa AKU seorang MUSLIMAH. Dengan kibaran jilbabnya dan balutan pakaian muslimahnya yang anggun. Cantik, anggun, berakhlak mulia, dan cerdas. Dapat kita lihat Ka Oki Setiana Dewi, FIB 2007, yang bisa mengispirasi kita di bidang seni. Ka Dewina FKM 2006 yang menginspirasi dengan prestasi Mahasiswa Berprestasinya. Juga Ka Arreta Rei yang berprestasi sebagai atlit taekwondo dan silat. Mereka semua tetap istiqomah dengan jilbab dan pakaian muslimahnya. Semuanya mempunyai satu visi yang sama: Maratus salihah, jauzatul Muthiah, wa ummul madrasah.
Keindahan yang sebenarnya, adalah keindahan akhlak Kecantikan yang sebenarnya, adalah kecantikan etika Dan kebaikan yang sebenarnya, adalah akal.
Page 13
Jilbab dan Kenangan Kecilku Niimma Nur Azizah, Kaput FPPI FIK 2008
Cantik Ingin ku katakan kepadamu, tentang perintah Sang Kuasa demi kebahagiaan dirimu, hulurkan jilbabmu dengan sempurna Cantik Ada pesona ketaqwaan di balik jilbabmu Tak ada laki-laki yang berani menggangumu Tentu saja, karena Allah sayang kamu Ini kesungguhanSungguh Allah sayang kamu
Sebuah syair saya persembahkan untuk adik-adik muslimah, mahasiswa baru Universitas Indonesia. Selamat datang di kampus perjuaangan. Syair di atas terisnpirasi dari salah satu ayat-ayat cinta dari Allah yang termaktub dalam kitab suci kita, Al-Quran dalam surat Al-Ahzab ayat 59 yang artinya sebagai berikut:
Hai Nabi, katakanlah kepda istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka, yang demikian supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak mudah diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Indah nian surat cinta yang Allah berikan untuk hambanya, kita, ummat manusia yang mengaku sebagai muslimah Inilah bukti kasih sayang dan cinta Allah kepada muslimah. Jilbab menjadi identitas seorang muslimah, dimana salah satu hikmah darinya adalah tidak mudah diganggu. Kawan, itu janji Allah dan Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. Hingga kini, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan, mulia terkuak hikmahhikmah lain, misalnya dari segi kesehatan. Tentu saja kita sudah sering mendengar bahwa menutup aurat secara sempurna dapat melindungi kulit perempuan dari paparan pengaruh buruk sinar matahari sehingga dapat mengurangi risiko kanker kulit. Subhanallah
Muslimah Inspirasi, Keputrian LD se-UI 2011 Page 14
Bercerita mengenai pengalaman pertama berjilbab, maka saya kembali membuka memori 15 tahun silam, saat saya masih duduk di bangku SD. Saya bersekolah di SD Islam. Hari itu adalah hari pertama saya sebagai siswa kelas satu SD. Dengan penuh semangat saya bersiap-siap untuk berangkat sekolah bersama dengan ibu. Senangnya hati ini memakai jilbab baru, seragam merah putih, tas dan sepatu baru. Setibanya di depan kelas, ternyata seluruh bangku sudah hampir penuh semua. Saya terkejut karena teman-teman yang perempuan tidak ada yang memakai jilbab. Sesampainya di depan pintu kelas, ibu Guru menyalami saya dan berkata, mba imma ga kepanasan kalau dipakai jilbabnya? Dilepas aja ga papa kok mba. Kelas satu ga papa kalau ga pakai jilbab dulu. Nanti kalau sudah kelas 3 baru pakai jilbab ke sekolah. Saya pun mulai ragu dan menoleh ke ibu, meminta persetujuan karena takut dianggap aneh dengan jilbab yang saya pakai. Ternyata, tidak seperti SD Islam pada umumnya yang mewajibkan siswinya untuk berjilbab di lingkungan sekolah, SD tempat saya bersekolah baru mewajibkan siswinya berjilbab di lingkungan sekolah saat mereka duduk di kelas tiga. Saya dan ibu saya tidak mengetahui hal tersebut. Mengerti akan isyarat saya, ibu pun tersenyum dan berkata kepda Ibu Guru, Ga papa ko bu, biarin aja, ga usah dilepas jilbabnya. Jawaban ibu menguatkan hati saya, hingga saya yang saat itu baru berusia 5 tahun pun mengangguk mantap, iya bu Guru, ga papa kok, saya tetap pakai aja jilbabnya. Jadilah, saat itu saya menjadi satu-satunya siswi kelas 1 yang berjilbab. Ya, momen pertama saya berjilbab memang tak terpisahkan dari sosok seorang ibu yang telah melatih saya untuk berjilbab sejak dini yaiu sejak taman kanak-kanak, meskipun dulu belum sepenuhnya, karena imma kecil memakai jilbab hanya ketika bepergian jauh saja. Dahulu ibu yang memiliki ketrampilan menjahit juga sering menjahitkan baju untuk saya. Semuanya adalah busana muslimah. Terkadang saya pun ingin seperti temantemannya yang lain. Mereka dapat bebas mengikat rambut mereka dengan ikat rambut yang lucu, memakai gaun yang cantik, atau sekedar memakai kaos cantik lengan pendek dengan warna cerah dan rok selutut ketika bermain, sedangkan saya memakai busana muslimah dan tidak dapat memamerkan ikat rambut saya yang lucu kepada teman-teman karena tertutup oleh jilbab Pernah suatu ketika saya merajuk kepada ibu untuk memakai gaun berwarna merah muda pemberian paman saya untuk menghadiri acara tamasya bersama teman-teman.
Muslimah Inspirasi, Keputrian LD se-UI 2011 Page 15
Gaun tersebut berpasangan dengan topi cantik dengan hiasan pita yang menjuntai. Sayangnya gaun tersebut berlengan pendek. Awalnya saya merajuk ingin memakai gaun itu dan sekali-kali tidak mau memakai jilbab agar saya bisa memakai topi. Namun, dengan penuh kesabaran, ibu selalu menanamkan kepada saya bahwa menutup aurat secara sempurna adalah jauh lebih baik. Untuk meyiasatinya, ibu memakaikan baju lengan panjang warna putih, kemudian melapisinya dengan gaun tersebut, memakaikan jilbab warna putih dan memasangkan topi cantik di atas kepala saya. Setelah mematut diri di depan cermin, ternyata cantik juga. Hal yang membuat saya paling bahagia adalah, ternyata saya tetap bisa mengenakan topi cantik dengan pita menjuntai tersebut bersama jilbab. Warna putih yang ibu pilihkan memang sangat serasi dengan gaun merah muda. Sejak saat itu dan seiring dengan pertambahan usia, saya menjadi semakin yakin bahwa menutup aurat itu adalah wajib hukumnya bagi muslimah yang sudah baligh. Saya juga bangga mengingat masa kecil saya berjalan berdua bersama ibu memakai busana muslim kembar yang dijahit dengan penuh cinta oleh ibu, jadi terlihat lebih kompak. Kini ibu sudah tidak menjahitkan busana muslimah lagi untuk saya, namun kenangan-kenangan indah berjilbab dan berbusana muslimah bersama ibu tak kan hilang dari benak saya. Seorang sahabat pernah juga berkata kepada saya bahwa tidak ada hubungan antara berjilbab dan berakhlak baik, sebab berjilbab adalah murni perintah Allah terhadap setiap muslimah tanpa melihat bagaimana akhlaknya. Firman Allah dalam surat Al-Ahzab ayat 59 menunjukkan bahwa seluruh wanita muslimah dituntut untuk menjalankan perintah berjilbab ini tanpa ada pengecualian. Lalu, apakah yang membuat muslimah enggan untuk mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuhnya? Wahai para muslimah yang masih enggan untuk berjilbab karena berpikir, akhlak saya masih belum baik, saya bukan orang yang alim, saya belum pantas berjilbab karena tingkah laku saya masih seperti ini, sadarilah bahwa menutup auratmu secara sempurna adalah kewajibanmu sebagai muslimah yang telah baligh sama wajibnya seperti sholat, puasa, zakat dan ibadah-ibadah wajib lainnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda: wahai Asma, jika seorang wanita telah menjalani haidh, maka tidak diperbolehkan baginya dilihat kecuali ini dan ini. Beliau mengisyaratkan wajah dan kedua telapak tangannya. (HR. Dawud). Mungkin diantara kita juga pernah mendengar ucapan, ih berjilbab kok kelakuannya kaya gitu? Percuma saja pakai jilbab. Kawan, jangan pernah salahkan jilbab, karena. Jilbab
Muslimah Inspirasi, Keputrian LD se-UI 2011 Page 16
adalah murni wujud ketaatanmu kepada Allah, bukan sebuah topeng agar dipandang alim. Wanita berjilbab juga masih mungkin untuk melakukan kesalahan, karena dia juga bukan malaikat. Namun, muslimah yang taat pasti dapat menjadikan jilbab sebagai perisai dan upaya untuk senantiasa memperbaiki diri. Jika ingin berbuat maksiat, jlbabnya akan mengingatkan bahwa sebagai muslimah yang taat harus senantiasa merasa diawasi oleh Allah, sehingga dia pun tidak jadi berbuat maksiat. Jika suatu saat dia khilaf dan berbuat kesalahan, ketaatanya kapada Allah akan menuntunnya untuk selalu bertaubat dan memperbaiki kesalahannya. Memakai jilbab bukan pula sekedar untuk menghindari kanker kulit, menutupi kekurangan fisik, ataupun mengikuti trendsetter fashion agar daapt seperti artis idolanya. Jilbab bukan sekedar penutup rambut dan pembungkus kulit, karena berjilbab juga memiliki aturan syarI yaitu mengulurkan kain kerudung hingga ke dada (An-Nur:31), menutupi seluruh badan kecuali wajah dan dua telapak tangan, tidak membentuk tubuh (ketat), tidak tipis, dan tidak menyerupai laki-laki. Semua itu Allah syariatkan kepaa muslimah untuk kepentingan muslimah itu sendiri. Jadi, jangan ragu untuk mengulurkan jilbabmu duhai muslimahKarena dirimu sungguh berharga.
Page 17
Page 18
Berjilbab adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap wanita muslim. Bukan untuk membanggakan diri. Bukan untuk mencari popularitas. Bukan untuk meraup keuntungan dunia. Apalagi hanya untuk mendapatkan pujian semata. Jilbab digunakan untuk menegaskan jati diri wanita muslimah yang sebenarnya. Acap kali kita mendengar banyak wanita yang belum berhijab/berjilbab beralasan saya menghijabi hati saya dulu. Baru memakai jilbab. Jawaban seperti ini sebenarnya menyesatkan karena akan melemahkan keyakinan dan kesadaran dalam berjilbab. Menghijabi hati haruslah dimulai dengan menghijabi fisik kita, yakni berjilbab dan menutup aurat sesuai ketentuan Allah. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya..... (An-Nur 31). Ketika seseorang berniat memakai jilbab, maka kain yang dijadikan jilbab tersebut haruslah menutupi dadanya sebagaimana perintah Allah dalam surat An-Nur ayat 31. Selain menutupi dada dalam berjilbab, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para kaum wanita dalam berpakaian, yakni: 1. Tidak menyerupai laki-laki 2. Tidak membentuk tubuh 3. Tidak transparan 4. Tidak memakai wewangian 5. Tidak menyerupai orang-orang kafir Jika dalam berpakaian tidak menutup aurat seperti apa yang diperintahkan oleh Allah tersebut, maka sama saja dengan berpakaian tapi telanjang. Lantas, apakah pembeda dengan kaum non muslim jika menutup aurat pun tidak dengan segenap jiwa dan raga?
Page 19
Apalah artinya rambut yang menawan, apalah artinya wajah yang cantik, apalah artinya tubuh yang indah? Jika semuanya pun akan berpulang kepada Allah Wahai saudariku sesama muslimah Sadarkah engkau bahwa segala bentuk kampanye orang-orang nonmuslim lama kelamaan melemahkan iman kita? Sadarkah ketika artis-artis yang tidak berjilbab dijadikan idola maka akan mengikis kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya? Sadarkah bahwa aktivitas kita sedang dijajah oleh kaum kafir? Sadarkah bahwa kita sedang dicekoki dengan hal-hal yang melemahkan semangat berislam kita? Jutaan video dan film porno bertebaran. Mengikis habis kreativitas anak muda. Suplai rokok sangat lancar di Indonesia. Ribuan anak muda baik pria maupun wanita berlombalomba menghisap barang makruh tersebut. Itulah keadaan kita saat ini. Betapa ironinya jika setiap desah nafas kita dilakukan untuk hal-hal yang tidak berguna. Hai muslimah sudah saatnya kita bangkit. Kenakan jilbabmu. Pakaian terbaik yang Allah perintahkan untuk menutupi pancaran mahkota terindah yang Ia titipkan. Bergegaslah! Bangun dari keterpurukan dan bebaskan diri dari segala hal yang melemahkan iman kita. Dan ingatlah, ketika seseorang memakai jilbab, maka motivasi utamanya haruslah untuk mencapai ridho Allah. Mantapkan hati! Kikis rasa keraguan! Mari kenakan jilbab demi menggapai cinta-Nya. Semoga di akhirat kelak kita dikumpulkan dalam Jannah-Nya karena telah berjuang dengan segenap jiwa dan raga dalam mengamalkan setiap perintah Allah. Amiin Ya Rabb.. Wallahualam
Page 20
Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al Ahzab : 59)
Sungguh Allah sangat menunjukkan sayangnya pada kita, para muslimah. Secara langsung Allah berikan perhatianNya melalui firmanNya. Sudah jelas maksud yang termakna dalam firman Allah di atas. Perintah untuk berjilbab secara syari dan hikmah yang Allah ingin berikan kepada kita para muslimah, agar kita mudah untuk dikenal, dan tidak diganggu. Suatu waktu, ketika suasana ramai sekali dengan para bocah yang mulai menginjak masa pubernya, menginjak masa untuk pencarian jati diri. Perhatian mereka semua terpusat ke tengah lapangan, ke kakak-kakak yang sedang mencoba menarik perhatian adik-adik kelas para siswa baru. Ya, saat itu di salah satu SMA yang berada di komplek tentara sedang digelar pertunjukkan ekstrakurikuler dalam rangka promosi, pencarian anggota baru dari para siswa yang baru saja diterima di SMA itu. Di sekeliling lapangan juga ramai dengan stand-stand ekskul yang meriah dan ramai ditunggui oleh para pengurus ekskul. Dari sekian banyak stand di sana, entah kenapa, perhatianku teralihkan oleh satu stand yang banyak ditunggui oleh para kakak kelas muslimah yang cantik dengan balutan jilbabnya. Jilbab yang teruntai berkibar saat tertiup angin mengalihkan perhatianku dan akhirnya menarik kaki ini untuk menghampirinya. Memang ada juga yang berbeda di stand itu, dibagikan es krim gratis bagi siswa baru yang berkunjung. Tapi di luar alasan itu, aku merasa sangat kuat tarikan yang akhirnya menggugah aku untuk mengunjungi stand itu, tak tau kenapa. Tetapi mungkin aku telah menyadarinya, masa itu adalah masa titik balikku. Mungkin ini yang dinamakan hidayah, amin ya Allah...merasa diri menjadi orang yang selalu beruntung, merasa Allah begitu sayangnya. Beranjak dari kisahku di atas, mungkin teman-teman juga memiliki kisah berkesan sendiri. Kejadian-kejadian lampau bersama orang-orang terkasih, yang apabila dirunut, dicari-cari
Page 21
hubungannya, mungkin itu adalah salah satu masa yang akhirnya menjadikan diri menjadi dirimu yang sekarang. Hmm, aku tak mau melebar, di atas hanya sepotong kisah yang membuatku sadar, yang juga menuntun aku untuk terus belajar hingga saat ini. Sekarang aku sedang ingin berbicara dengan muslimah dan membicarakan tentang kita, muslimah yang seharusnya identik dengan jilbab. Kenapa aku bilang seharusnya identik? Ya, seharusnya muslimah itu identik, memiliki ciri dan bisa dibedakan dengan wanita lain. Muslimah seharusnya mudah untuk dikenal. Ya, hal ini kembali kepada perintah berjilbab dalam Q.S. Al Ahzab:59. Berjilbab, hal yang menurut sebagian besar muslimah adalah sesuatu hal besar yang sulit untuk dilakukan, atau perlu banyak pertimbangan untuk mewujudkannya. Tapi tak seperti itu seharusnya. Mulailah muslimah untuk memiliki mimpi dan berpikir mudah. Segala kebaikan insyaAllah akan Allah permudah. Hasrat untuk lebih baik tentunya pasti ada dalam setiap diri, tinggal bagaimana diri-diri kita mampu untuk melawan nafsu lain yang juga berusaha menggoda, hingga akhirnya menggagalkan mimpi baik kita. Hadirkanlah segala kebaikan yang Allah janjikan untuk wanita sholihah untuk menyemangati setiap hal yang akan kita lakukan. Hadirkanlah segala kebaikan yang akan mengikutimu ketika kau memutuskan untuk mulai berjilbab. Tak berlebihan ketika kukatakan kalau berjilbab secara syari itu adalah gerbang yang akan mengantarkanmu masuk ke kebaikan kebaikan lain. Jilbab akan menuntutnu, namun ia juga akan menuntunmu. Bersyukurlah ketika banyak tuntutan yang harus kau lakukan karena keputusanmu untuk berjilbab. Karena tuntutan-tuntutan itu yang akan menuntunmu untuk selalu mampu menjadi lebih baik. Kesempatan atau peluang kebaikan akan lebih besar datang kepadamu, dan kau pun akan memiliki energi yang lebih untuk mencapainya. Biarkan segala kebaikan yang akan kau peroleh setelah berjilbab merayumu hingga akhirnya ia sukses menggodamu. Kalahkan semua ragu yang selama ini menghalangimu. Hadirkan Yakin. Buat awal perubahan besar menuju banyak kebaikan dalam hidupmu dari keberanianmu untuk mengulurkan jilbab ke seluruh tubuhmu.
Teman-teman muslimah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dia telah berikan apa yang kita butuhkan, tinggal bagaimana saja kita mensyukurinya. Bentuk syukur kita adalah dengan menyadari nikmat itu, kemudian berusaha untuk menjadi
Muslimah Inspirasi, Keputrian LD se-UI 2011 Page 22
muslimah yang lebih baik setiap waktunya dengan meng-upgrade diri sendiri, hingga mampu menjadi teladan untuk orang lain, dan akhirnya bermanfaat bagi orang lain. Awalilah itu dengan Berani untuk Berjilbab. Kita patut berbangga, karena Islam adalah satu-satunya agama yang Allah ridhoi. Kita pun patut berbangga, karena Allah menjadikan muslimah sebagai makhluk yang unik, dan makhluk yang diberi banyak keistimewaan. Maka, sudah sepatutnya pula, sebagai wujud iman kita kepada Allah, kita buktikan taatnya kita yang tercermin dari hati, lisan, dan perbuatan sebagai seorang yang layak menyandang penghargaan nama muslimah, yang membedakan dengan wanita lain. Dunia ini adalah perhiasan, sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholihah. (H.R.Muslim)
Page 23
Potret 1 Dalam acara kumpul keluarga besar, di malam hari menjelang tidur, Nina tetap mengenakan jilbabnya, bahkan tetap berpakaian rapi tanpa mengurangi apapun yang melekat pada dirinya. Di sisi lain, saudara-saudaranya, tantenya, budenya, atau kakak adiknya yang juga memakai jilbab telah membuka jilbabnya dan memakai pakaian siap tidur. Kenapa pas mau tidur jilbabnya nggak dibuka, kan disini saudara semua saudara, tapi kan belum tentu mahram. atau pertanyaan lain Naak, kamu kenapa tetap pakai kaos kaki sih kalau di rumah saudara? hmm.. Hati-hati jangan terlalu fanatik belajar agamanya Mbak
Potret 2 Setiap ada tamu mendadak di rumah, atau ketika Ibu meminta bantuan beli sesuatu di warung, maka Nina selalu butuh waktu sejenak, untuk memakai rok panjang, jaket, kerudung kaos, dan kaos kaki. Seperti berlebihan, karena biasanya Ibu hanya menyambar jilbab ketika ke warung, atau bahkan lupa memakai jilbab ketika menyapu di halaman rumah. Pertanyaan Nina ke Ibunya, Bu, kalau ke depan rumah dipakai jilbabnya Kan ke depan aja, ga ada siapa2 kok Itu Bu, ada tetangga yang Bapak-bapak Ah, ga apa2 itu mah. tetangga kan saudara
Page 24
Sesekali Ibu Nina yang balik bertanya ketika Nina bersiap merapikan seluruh pakaiannya sebelum pergi, ke warung aja ngapain pake kaos kaki sih? Kaki kan juga aurat Bu, Aiih, warung kan deket, yang liat juga ga banyak, cuma tetangga doang Potret 3 Saat acara pernikahan saudara, Nina mendapat peran sebagai penerima tamu. Seperti orang-orang lain yang bertugas, Nina juga dibantu oleh seorang perias dalam mengenakan pakaian dan jilbabnya. Berbagai assesoris disiapkan, agar jilbab yang dikenakan tetap terlihat modis dan baju yang dikenakan pun terlihat hiasannya. Tante, ini jilbabya saya pakai sendiri ya, nanti tante yang hias bagian atasnya saja Pinta Nina sebelum tante perias memakaikan jilbab yang pastinya akan tercekik di bagian leher. Oh silahkan mba.. Eh ini kenapa dilapisin jilbabnya Ini kan tipis jilbabnya tante, saya pakainya panjang menutup dada. Oh, kalau sampai menutup dada sayang nanti hiasan di baju bagian atasnya ga kelihatan Gak papa tante, saya biasa pakai begini.. Tante perias jilbab pun masih berusaha merapikan jilbab yang telah dikenakan Nina seperti biasa tanpa hiasan. Beruntung Nina telah mempersiapkan jilbab lapis sendiri, jilbab lain untuk hiasan dan perlengkapan lainnya sehingga tante perias tidak banyak protes saat Nina meminta jilbabnya tetap terulur hingga ke dada. Di luar sana, banyak perias sang suka protes atau terlalu mengatur orang yang dirias karena menurutnya akan mempengaruhi hasil riasannya. Tetapi, untuk hal-hal yang prinsip, tetap harus dipegang sekuat hati. Masih banyak potret-potret yang lainnya yang kadang memiliki berbagai pandangan dari orangorang sekitar. Ketika seorang muslimah yang berhijab ingin sempurna menutup auratnya, ingin menyeluruh menjalankan ajaran agamanya, tetapi justru dianggap fanatik. Hal tersebut terjadi karena pemahaman setiap orang atas ajaran agama ini belum menyeluruh, sehingga pola pikir yang ditimbulkan pun berbeda. Padahal setiap aturan islam terangkum jelas, baik dalam Al-Quran maupuh hadits. Selain itu buku-buku Islam yang membahas aturan islam secara spesifik pun mudah Muslimah Inspirasi, Keputrian LD se-UI 2011 Page 25
didapatkan di toko-toko buku. Namun sayangnya, berbagai pengetahuan itu kalah populer dengan perkembangan mode dan budaya yang ada saat ini, sehingga masyarakat melihat yang benar adalah yang kebanyakan terlihat di masyarakat, dan yang sedikit itu masuk dalam kategori fanatik atau berlebihan dalam menjalankan ajaran agama. Fanatik lebih dekat konotasinya dengan hal yang negatif, sedangkan kaafah atau menyeluruh diperintahkan oleh Allah melalui Al-Quran yang pasti bermakna positif. Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara menyeluruh (QS. AlBaqarah:208) Pada awal masa peredarannya di Indonesia, jilbab benar-benar berfungsi sebagai penutup aurat. Bentuknya sederhana dan penggunanya pun masih sedikit karena pada masa itu pelarangan jilbab masih terjadi di Indonesia. Jika kita tengok pada masa itu, maka jilbab yang banyak dikenakan adalah jilbab yang sesuai syariat, menutup dada, tidak transparan karena kainnya tebal, dan tidak beragam bentuknya. Jilbab pada masa itu bukan ada karena perkembangan trend dalam berbusana, tapi jilbab pada masa itu adalah simbol perjuangan. Setelah jilbab dibebaskan penggunaannya, muslimah yang berjilbab pun semakin bertambah jumlahnya. Tak ada lagi kekhawatiran mereka tentang diskriminasi yang ada, karena jilbab telah diterima dengan baik. Hal tersebut memberi peluang berbagai pihak untuk menggunakan kreatifitasnya, sehingga model jilbab pun semakin banyak. Saat ini berbagai model hadir untuk memenuhi kebutuhan muslimah tetapi sayangnya tidak semua trend jilbab yang ada sesuai dengan syariat Islam. Selain itu, banyak juga jilbab yang hanya digunakan sebagai busana sehingga hanya dikenakan saat berpergian jauh, saat acara-acara penting, atau saat pengajian. Sementara saat di rumah, ke warung, atau mengantar anak ke sekolah, dengan santainya tak memakai penutup aurat itu. Seakan jilbab mengalami pergeseran makna, dari kewajiban sebagai penutup aurat menjadi busana agar terlihat semakin menarik. Setelah trend jilbab gaul marak, maka jilbab-jilbab syari yang cenderung lebih konservatif pun dianggap moderat. Jilbab panjang cenderung dianggap tidak modis dan identik dengan fanatisme. Pertama, Sebenarnya simpel, bahwa tujuan menutup aurat adalah menghindari terlihatnya bagian tubuh secara langsung ataupun tidak langsung. Maka, menutup aurat dengan jilbab adalah dengan kain yang tidak transparan, kain yang menutup hingga ke dada, dan tentunya tidak ketat agar tak terlihat bentuk tubuhnya. Simpel, tapi terkadang yang sesimpel itu belum terinternalisasi pada seluruh muslimah. Muslimah Inspirasi, Keputrian LD se-UI 2011 Page 26
Kedua, Esensi menutup aurat adalah menutupnya dari orang-orang yang tidak termasuk dalam mahram. Tidak semua saudara laki-laki dalam keluarga besar termasuk mahram, misalnya ipar atau saudara sepupu. Orang-orang yang termasuk mahram tercantum dalam Quran Surat An-Nur:31. Jadi kepada orang-orang selain mahram tersebut, kita sebagai muslimah wajib menutup aurat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara lakilaki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nur:31) Ketiga Tentang jilbab adalah tentang kewajiban yang sudah tidak bisa ditawar, maka menjaganya adalah menjaga kehormatan dan izzah sebagai seorang muslimah. Maka, ketika persoalan jilbab harus disandingkan dengan persoalan lain seperti pekerjaan, penampilan, atau eksistensi diri, jilbab harus tetap menjadi perhatian utama. Bagaimanapun kondisinya, usahakan jilbab syari tetap melekat pada diri kita. Saat ini, model jilbab yang syari tapi tetap modis juga telah banyak beredar sehingga tak perlu khawatir ketika harus tetap tampil syari saat acara-acara pernikahan atau acara penting lainnya. Bahkan ketika di luar negeri yang memiliki musim panas, jilbab syari tetap dipertahankan oleh muslimah yang ingin kaafah menjalankan ajaran agamanya. Jagalah Allah, niscaya dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapatinya bersamamu. (HR. Tirmidzi) Di luar respon negatif seperti pada potret-potret sebelumnya, masih ada respon positif dari mereka yang jujur dengan ajaran agamaNya. Respon positif ini tak lepas dari benih-benih pemahaman yang telah ditanamkan sebelumnya. Potret 4 Muslimah Inspirasi, Keputrian LD se-UI 2011 Page 27
Saat menjahit baju untuk sebuah acara pernikahan saudara, Nina tetap berusaha agar kebaya yang ia kenakan tidak seperti kebaya pada umumnya yang dibuat pas dengan ukuran tubuh. Maka ia sangat berpesan pada Ibu penjahit untuk melebarkan ukuran bajunya. Bu, ini jahitnya jangan ngepas badan ya, tolong dilebihkan di bagian pinggangnya., pinta Nina pada seorang penjahit yang sedang mengukur badannya. Ooh gitu ya Mba, tapi kalau kebaya kurang bagus kalau lebar jawab Ibu penjahit. Yang penting ga ngebentuk badan Bu, jadi dilebihin saja di sampingnya. Untuk panjang ke bawah dibuat sampai lutut juga Bu.., tutur Nina. Iya ini Bu, dia ga mau pakai baju yang ngepas-ngepas. Sukanya yang lebar, tambah Ibunda Nina. Iya, sih Bu, harusnya yang benar memang begitu kan. Dididik bagaimana sih Bu, ini anaknya bisa shalihah begini Ya, penjahit itu jujur bahwa sejatinya pakaian yang sesuai syariat tidak ketat dan tidak memperlihatkan lekukan badan. Walau biasanya ia menjahit sesuai dengan ukuran badan yang pas agar terlihat cantik, tapi ia tetap mengakui bahwa di luar kecantikan itu ada hal yang lebih tinggi, aturan syariat agama. Bukan, yang kita cari memang bukan respon atau tanggapan dari orang-orang sekitar kita. Karena pandangan manusia tak ada artinya dibandingkan pandangan Allah. Namun, tentunya menjadi tugas kita untuk mengajarkan kebaikan pada orang-orang di sekitar kita, agar pemahaman mereka tentang agama ini tidak setengah-setengah. Agar setiap muslimah di sekitar kita mengerti bagaimana cara menjaga auratnya dengan sempurna dan dapat menjaga izzahnya dimanapun mereka berada. Muslimah shalihah, jangan takut dianggap fanatik, jika kita yakin bahwa yang kita jalani adalah hal yang benar. Muslimah cerdas harus mengambil langkah yang tepat saat dianggap berlebihan dalam menjalani ajaran agama, bukan dengan meninggalkan prinsipnya atau bahkan merasa malu atau minder saat dianggap minoritas, tetapi siap menebarkan benih-benih pemahaman yang sebenernya dengan cara yang tepat. Ketika kita meyakini sesuatu hal, maka kita akan memegangnya dengan sunguh-sungguh dan pastikan saha hal yang kita pegang saat ini sesuai dengan dua pedoman utama agama kita, yaitu Al-Quran dan Hadits.
Page 28