Anda di halaman 1dari 16

Prolog

Banyak yang mengatakan jika orang yang berhijab sama seperti sebungkus permen yang
masih utuh terbungkus dengan cantik. Sedangkan seseorang yang tidak menggunakan hijab
maka orang tersebut diibaratkan dengan sebungkus permen yang sudah terlepas dari
bungkusnya. Dulu aku belum mengeti tentang makna tersebut. Namun setelah aku mengalami
semuanya kini aku tahu makna tersebut. Makna tersebut menunjukkan bahwa jika seseorang
yang tidak memakai hijab maka orang tersebut akan menggoda banyak orang mulai dari ujung
kepala sampai kaki. Seakan orang tersebut sedang berusaha untuk menunjukkan bahwa
dirinyalah yang tercantik dari yang tercantik. Ada yang berpendapat bahwa wanita yang
rambutnya terurai akan terlihat cantik dan indah. Yah, pendapat tersebut tidak sepenuhnya aku
bantah karena setiap orang boleh mengutarakan pendapatnya masing-masing. Aku pribadi
berpendapat demikian sebelum aku memutuskan untuk memulai berhijab. Ada satu hal yang
harus kalian ketahui khususnya untuk kalian para wanita yang muslim dan muslimah, janganlah
sekali-sekali kalian membuka aurat kalian jika kalian sudah tahu tentang konsekuensinya.
Kalian boleh menunjukkannya hanya kepada satu orang yang sudah dianggap sah oleh
agama dan hukum. Kenapa kita tidak boleh? Sedangkan wanita barat banyak dari mereka yang
dengan bebas membuka aurat mereka? Jika kalian mendengar pertanyaan tersebut apa yang
ada dibenak kalian? Akankah kalian hanya menjawab karena kita berbeda budaya? Atau kalian
akan menjawab karena di dalam al qur’an dan hadis sudah dijelaskan bahwa orang muslim
harus berhijab? Atau karena dosa? Ya, itu memang semuanya benar namun hal yang sering
kalian lupakan adalah ayah kita senidiri. Kenapa aku tidak mengatakan ibu melainkan ayah.
Karena yang berwajib menanggung semua dosa kita sebagai anak wanita adalah ayah bukan
ibu maupun kita sendiri. Jika kalian dilahirkan sebagai seorang wanita yang muslim-muslimah
maka ingatlah dosa kita nanti di akhirat akan ditanggung oleh ayah. Jika kita melakukan satu
kesalahan saja maka oleh malaikat sudah dihitung bahwa itu adalah satu bukti kesalahan dari
sang ayah yang tidak dapat mendidik anak perempuannya. Maka janganlah sekali-kali kalian
membuka aurat kalian hanya untuk tujuan yang tidak jelas seperti hanya untuk memamerkan
bahwa diri kalian cantik dan menarik. Perlu kalian ketahui bahwa seorang wanita cantik bukan
dilihat dari bagaimana kalian berpenampilan namun wanita yang cantik itu sebenarnya berawal
dari keakhlakan kita sebagai wanita yang bisa menjaga diri kita sendiri seperti menutup aurat,
tidak berpakaian yang menunjukkan lekuk-lekuk tubuh kita.
Salsabila Nur Khalisa nama yang penuh dengan arti, itulah yang dikatakan ibuku. Ibuku
mengatakan bahwa Salsabila Nur Khalisa yang berarti keberanian. Ibu mengatakan bahwa
namaku diambil dari pemikiran ibu dan ayah. Aku mempunyai satu saudara laki-laki yang lebih
tua 3 tahun dariku. Saat ini usiaku adalah 16 tahun jika dihitung maka usia kakakku 19 tahun.
Abdul Wafi itu adalah nama kakakku. Abdul Wafi yang berarti hamba allah yang setia, itu
yang dikatakan oleh ibuku. Yah, jika dilihat-lihat memang benar kalau sifat kakakku sama
seperti dengan namanya. Dia tidak pernah meninggalkan hal-hal yang wajib maupun yang
sunnah, contohnya saja dia selalu menyempatkan waktunya untuk melakukan puasa sunnah
dan solat dhuhanya. Jangan ditanya bagaimana dengan solat 5 waktunya, sudah jelas dia tidak
pernah melupakannya bahkan jika dia sedang sibuk-sibuknya mengerjakan tugaspun dia akan
segera pergi ke mushola untuk mengikuti solat berjamaah. Bisa dikatakan sifatku dengan kakak
itu berbanding terbalik. Disaat kakakku sedang solat berjamaah di mushola aku sendiri sedang
sibuk dengan gadgetku. Walaupun ke dua orang tuaku sudah menyuruhku untuk segera solat
sebelum waktunya habis aku masih saja sibuk dengan gadgetku dan hanya mengatakan “ia,
nanti sebentar lagi. Nanggung nih”. Dan saat ayah melontarkan perkataan seperti “Salsa, kamu
mau ayah pukul”, saat itu juga aku langsung berdiri dan ambil air wudhu. Satu hal yang paling
aku takuti di dunia ini setelah tuhan adalah ayahku. Jika ditanya bagaimana sih sifat ayahku,
aku akan menjawab bahwa ayahku adalah seorang ayah yang tegas,penyayang dan kadang
sedikit bawel seperti ibu namun itu adalah hal yang paling aku rindukan di dunia ini.
Saat aku mulai merindukkannya aku selalu berdoa untuk ayahku agar ayah selalu baik-
baik saja di sana. Dan aku selalu tidak bisa menahan air mataku. Aku selalu mengingat bahwa
dulu aku selalu membuat ayah marah,kesal dan membuat ayah sakit karena sikapku yang
kurang baik.
Hijab Yang Dirindukan
Tirai jendela di kamarku terbuka. Dengan mudahnya cahaya sang surya menerobos
masuk. Mataku yang masih tertutup pun tidak mampu menahan silaunya cahanya. Bagi siapa
pun itu pasti akan berusaha menghalangi cahayanya, dengan cara menarik selimut lagi.
Sentuhan tangan yang hangat, mengelus rambutku dan membisikkan suara indahnya.
“Sayang, bangun. Waktunya berangkat sekolah”, kata ibu
“Ahh, ia bu salsa tahu kok. Biarkan salsa tidur 5 menit lagi”, jawab aku sambil menarik
selimutku kembali.
“Sayang, sudah jam setengah 6 pagi loh. Kamu juga belum solat subuh kan? Ayo dong
salsa jangan jadi anak malas begitu”, kata ibu yang terus gigih membujukku untuk bangun.
Aku yang mendengar perkataan itu langsung bangun dan duduk sambil mengatakan,
“Ibu, masih jam setengah 6 masih pagi lagi pula salsa nanti akan solat kok, ibu ngga perlu terus
mengatakan itu terus”.
“Salsa kamu barusan mengatakan masih jam setengah 6? Kamu tahu tidak apa yang kamu
katakan itu tidak benar sayang, bukankah ibu sama ayah selalu mengatakan padamu jika waktu
untuk solat subuh itu tidak baik jika fajar sudah naik tinggi. Dan kamu juga tahu kan jika kamu
terus mengulur-ngulur waktu solat itu tidak baik sayang. Ayolah salsa wake up jangan terus
membuat ibumu ini mengatakan hal seperti ini setiap pagi”, kata ibu sambil berusaha
membantuku turun dari tempat tidurku.
Berat rasanya untuk meninggalkan tempat tidurku saat aku melihatnya ingin rasanya aku
menidurinya dan memeluk boneka dan bantal gulingku. Sembari bangun menuju ke kamar
mandi aku melirik ke tempat tidurku dan dalam hati aku mengataka,”Ahh, sayang-sayangku
aku ingin sekali memeluk kalian lagi, tapi apa boleh buat ibuku membuatku menyerah kepada
kalian. Aku janji aku akan memeluk kalian saat aku sudah pulang dari sekolahku”.
Selesai solat aku sudah dihadapkan dengan ayahku yang sudah duduk di tempat diruku
dan mengatakan, “Jam berapa sa? Kenapa baru solat? Kamu solat subuh atau solat duha?”.
Ingin rasanya aku mengtakan “Jam 6 yah, solat subuh lh, ayah kira aku solat duha. Yang
benar saja solat duha jam segini sungguh betapa rajinnya diriku melebihi kakakku”. Yah kalian
bisa menebaknya sendiri aku tidak bakal bisa mengatakan itu kepada ayah, yang bisa aku
lakuan hanya mendengarkan ayah dan menunduk dihadapnya seakan aku sedang dihakimmi.
Dengan menghela nafas panjang ayahku yang melihat aku hanya bisa menunduk dia
mengatakan, “Sudahlah, buruan mandi dan turun ke bawah kita makan bersama dan jangan
pernah mengulanginya lagi”.
“Baik ayah”,jawabku.
Aku langsung bergegas menyiapkan seragamku dan kemudian mandi. Setelah aku selesai
mandi aku langusng turun ke bawah dan ikut sarapan bersama. Saat aku sampai di meja makan
aku sudah diceramahi lagi dan sekarang giliran kakakku yang menceramahiku. Seakan aku
tinggal di rumah ini untuk mendengar ceramahan dari setiap orang yang tinggal di rumah.
“Sa, apa-apaan itu? Kenapa kamu meletakkan kerudungmu di pundak? Bukankah
seharusnya kamu mengenakannya di kepalamu. Apa kamu tahu jika aku seorang laki-laki”,
tanya kakakku yang memanatpku dengan tajam.
“Aku mau makan dulu kak, kemudian aku akan langsung memakainya saat aku sudah
selesai makan. Dan aku juga sudah tahu kalau kakak laki-laki. Lalu kenapa?”, jawab ku sambil
meletakkan kerudungku ke kursi makan.
“Kenapa? Kamu tanya lagi kenapa? Sudah pasti itu adalah aurat sa, kamu ngga boleh
membuka auratmu, walau aku ini kakakmu tapi kamu ngga boleh menunjukkan pada kakakmu
seenaknya. Kamu di sekolah diajari tidak sih, meskipun sesama saudara kandung tapi ada
aturan yang mengatakan tidak boleh menunjukkan auratmu sesuka hatimu itu bisa
menimbulkan nafsu”, tambah kakakku.
“Kak, plis deh aku ingin makan dengan tenang saja apa tidak bisa. Dan aku lebih tahu
tentang dirimu dibandingkan kakak sendiri, kamu tidak akan melakukannya kepada adikmu
sendiri”, jawabku.
Saat aku mulai mengambil satu suap nasi tiba-tiba kakakku yang duduk didepanku
menyodorkan tubuhnya padaku sehingga membuat wajahnya terlihat sangat dekat didepanku
seketika aku yang ingin memasukkan satu suap itu terkejut dan bertanya, “Apa yang kakak
lakukan? Bagaimana jika ayah dan ibu datang dan melihat kakak seperti ini mereka akan
memarahi kakak loh”.
“Biarkan saja, jika mereka memarahiku itu tidak masalah. Dan bukankah kamu tadi
mengatakan kamu lebih tahu tentang diriku? Lalu bagaimana jika aku melakukan sesuatu yang
tidak kamu duga a d i k k k u”, jawab kakak sambil membisikkannya ditelingaku. Aku yang
mendengar itu langsung serasa ingin ibu dan ayah segera datang agar kakakku tidak terus
menjahiliku. Dan saat itu juga doaku terkabul. Kakakku langsung kembali ke tempat duduknya.
Dan aku langsung memakai kerudungku.
“Loh kalian belum selesai makannya?”, tanya ibuku yang sudah rapih dengan pakaian
gurunya.
“Kita kan menunggu ibu dan ayah. Lagi pula kenapa ibu dan ayah sangat lama sekali?
Apa kalian tidak tahu kalau salsa sudah tidak sabar untuk makan”, jawab kakakku yang sambil
melirik ke arahku.
“Jika sudah lapar kalian bisa memulai makan dahulu, tidak perlu menunggu ibu dan
ayah.”, kata ibuku sembari menarik kursi makan.
“Siap bu”, jawab kakakku dengan semangat.
“Sebelum makan kalian sudah makan atau belum?”, tanya ayah yang membuatku
memuntahkan makananku yang sudah masuk ke mulut .
“Kenapa sa? Kamu lupa lagi belum berdoa?”, tanya ibuku dengan lembutnya.
Aku hanya mengangguk sembari membersihkan makanan yang tadi aku muntahkan
dikedua tanganku. Setelah aku kembali ke ruang makan semua orang melihatku dan setelah
aku kembali duduk ayah langsung memimpin doa makan.
Selesai makan dan membersihkan meja makan, masing-masing orang yang ada di rumah
melakukan pekerjaannya masing-masing. Aku dan ibuku pergi bersama ke sekolah kebetulan
ibuku mengajar di sekolahku, atau lebih tepatnya aku satu sekolah dengan ibuku. Karena aku
dulu saat masuk SMA disuruh oleh ayah untuk di sekolah tempat ibu bekerja agar bisa diawasi.
Sedangkan kakakku berangkat kekampusnya dengan menggunakan sepeda motor.
Sedangkan ayah sendiri pergi ke kantor. Karena arah kantor ayah dengan arah ke seolahku
berbeda sehingga ayah berangkat sendiri tidak ada acara antar-mengantar. Sejujurnya aku ingin
sekali berangkat bersama temanku. Karena semalam kami sudah berjanji untuk berangkat
bersama.
Sesampainya kami di sekolah aku langsung pamit ke ibu untuk pergi ke kelas. Saat aku
masuk kelas aku melihat urutan tempat dudukku dan hari ini jadwalku duduk di depan. Dalam
hati aku mengatakan, yah di depan, dan aku tidak bisa tidur atau bermain hp dong. Sebelum
aku duduk ditempatku aku melihat sekeliling ruangan dan mencari sesosok wajah yang aku
kenal dan akhirnya aku menemukan orang itu, lalu aku mendekat ke arahnya.
“Hei, kok kamu duduk di sini? Bukankah seharusnya kamu duduk di
belakangku?”,tanyaku padanya dengan tatapan tajamku.
“Aku duduk dibelakangmu? Kenapa aku harus duduk dibelakangmu?”, jawabnya dengan
ketus.
“Dika!”,bentakku.
Dia tidak menjawabku, dia justru memasukkan earphone ke telinganya. Kemudian aku
melepas salah satu earphone dengan keras dan mengatakan,”Kamu masih marah denganku?
Aku kan sudah mengatakan aku minta maaf dik. Begitu beratnya kamu memaafkanku?.
“Aku sudah memaafkanmu dan aku tidak marah ke kamu. Hanya saja aku sedikit kesal
saja”, jawabnya dengan ketus.
“Kesal? Kenapa kamu kesal kepadaku”, tanyaku balik.
“Kamu kemarin pergi dengan Bayu tidak izin orang rumah kan? Lalu kenapa kamu tidak
menggunakan hijab? Dimana hijabmu? Dan kemana kalian pergi?”,tanay Dika tanpa jeda.
“Itu bukan urusanmu. Lagi pula saat itu kamu melihatku kan? Kenapa bukan kamu saja
yang memberitahu orang rumah”, jawabku dengan kesal.
“Tentu saja itu urusanku. Aku tidak punya waktu untuk memberitahu kepada orang
rumahmu. Lagi pula itu kan tugasmu untuk memberitahu mereka dan aku juga ingin kamu
bersifat lebih dewasa dan bertanggung jawab atas apa yang kamu lakukan”, jelas Dika.
Aku yang mendengar itu dari mulut Dika, ingin rasanya aku mengatakan kasarnya.
Namun aku berfikir lagi, jika aku bicara kasar kepadanya itu justru akan menabur garam dalam
lukanya dan dia tidak akan mau lagi berbicara lagi kepadaku. Aku langsung pergi menuju ke
kursiku dan untungnya disebelah kananku ada Bunga. Ia salah satu teman dekatku dikelas dan
disekolah selain dika. Ia juga tempat curhatku, ia pendengar yang baik dan terkadang ia selalu
memberikan solusinya saat aku sedang kebingungan. Dan terkadang saat aku sedang ada
masalah dengan keluargaku atau dengan Dika maupun Bayu kekasihku aku selalu
mengatakannya kepadanya, seakan Bunga itu adalah bagian dalam hidupku dan jika tidak ada
Bunga hidupku terasa kosong tidak ada tempat untuk mencurahkan keluh kesahku lagi.
Namun satu hal yang perlu kalian tahu Bunga itu selain orangnya care ia juga supel
sekali. Saat istirahat saja ia selalu mengajakku untuk ke solat duha bersama. Namun terkadang
aku tergoda oleh hasutan setan yang membuatku malas untuk solat duha dengan alasan aku
sedang halangan sehingga Bunga tidak terus menarik-narik tanganku untuk pergi ke mushola.
Sembari aku menunggu Bunga kembali dari mushola aku duduk tenang dibangku
sembari chat dengan Bayu. Walaupun kami satu sekolah tapi kami tidak sebebas sepasang
kekasih yang lain, karena aku disini banyak yang mengasi bukan hanya ibu saja tapi Dika dan
Bunga. Walaupun Bunga orangnya yang tidak suka ikut campur urusan orang lain tapi jika
berhubungan dengan Bayu itu seperti dia marah atau tidak suka. Terkadang aku yang
melihatnya pun merasa heran sendiri, aku pernah sekali menyakan padanya apa dia punya
dendam kepada Bayu dia hanya menjawab tidak punya dendam hanya saja tidak suka.
Saat aku sedang asik membalas chat dari Bayu. Dika yang berdiri dibelakangku
mengatakan “Kamu tidak ke mushola bersama Bunga Sa?”.
“Aku sudah ke musoha lebih dulu dari Bunga”, jawabku sembari membalas chat bayu.
“Bohong. Tadi aku bertemu Bunga di jalan ke mushola dan katanya kamu sedang
berhalangan”,jawab Dika.
Aku yang mendengarnya langsung membalikkan badanku dan menghadap kearah Dika
dan mengatakan. “Jika kamu sudah tahu kenapa bertanya padaku. Kamu ingin membuatku
terlihat seperti orang bodoh yang tidak bisa berbohong begitu”.
“Jika kamu memang tidak pandai berbohong maka hentikan Sa. Sekali kamu berbohong
maka kamu akan terus berbohong karena menurutmu itu megasikkan kan?”,kata Dika dengan
tatapan tajamnya itu.
“Apa maksudmu?”, tanyaku heran.
Tiba-tiba Dika mendekatkan wajahnya ke depan wajahku dan membisikan,”Tentang
kamu sedang berhalangan itu bohong juga kan”.
Aku yang mendengarkannya malu dan membuat wajagku merah seperti kepiting rebus,
namun Dika yang mengatakannya justru malah tertawa kecil sembari meninggalkanku
dibangku. Aku masih saja terpaku sampai membuatku tidak menyadari bahwa Bunga sudah di
sebelahku dan terus memanggil namaku.
Aku yang sudah sadar bertanya balik kepada Bunga,”Tadi kamu memanggilku? Ada apa
Bunga?”.
“Ada apa? Kamu kok malah bertanya padaku ada apa. Justru kamu, ada apa denganmu
sampai wajahmu merah seperti kepiting rebus saja. Apa terjadi sesuatu?”, tanya Bunga
penasaran.
“Hah? Tidak. Tidak terjadi apa-apa kok”,jawabku sambil memegang kedua wahjahku.
Bunga yang melihatku aneh kemudian dia langsung melirik ke arah Dika. Dan Dika yang
melihat bahwa dirinya sedang dilihati oleh Bunga kemudian mengatakan dengan suara kecil,
“Apa?”. Bunga yang melihatnya langsung melotot dan memberikan isyarat bahwa Dika akan
selalu diawasi oleh Bunga.

Saat kelas sudah selesai, Bayu sudah menungguku di depan kelasku dan mengajak untuk
pulang bersama. Namun aku menolaknya.
“Kenapa? Kamu takut mereka akan memberitahu ibumu?”,tanya Bayu.
“Bukan seperti itu Bay, hanya saja..”, jawab aku dengan ragu-ragu.
“Hanya saja apa? Kenapa kamu bicara terpotong seperti itu?”,tanya Bayu balik.
“Hanya aku takut nanti Diki akan memberitahu ayahku Bay. Kamu kan tahu sendiri kalau
ayah sama Diki itu sangat akrab seperti seorang temen bukan seperti orang tua dengan seorang
anak remaja”, perjelasku.
“Ngga usah khawatir aku yang akan membuat Diki untuk menutup mulutnya”,kata Bayu
untuk meyakinkanku.
“Ok. Tapi aku minta izin sama ibuku dulu kalau aku akan pulang dulu”,jawabku.
Tiba-tiba Bunga menarik tanganku. Dan Bunga mulai ambil alih.
“Bayu, jika kamu ingin pulang bersama Salsa aku juga ingin ikut kalian berdua.
Boleh?”,tanya Bunga.
“Aku ngga mengajakmu Bunga, aku hanya mengajak Salsa saja”,jawab Bayu.
“Kamu tahu kan kalau perempuan dan laki-laki berduaan yang ketiganya itu setan? Jika
kamu tidak mengizinkanku ikut bersama kalian berdua, maka kalian berdua juga tidak boleh
pulang bersama”, jawab Bunga ngga mau kalah.
“Bunga bisakah kamu tidak ikut campur urusan orang lain? Kenapa kamu selalu ikut
campur urusan anatara aku dengan salsa?”,tanya Bayu dengan jelas.
“Ayo, kita pulang Sa”, ajak Bunga kepaduku dengan menarik tanganku.
“Hei, Bunga kau ngga mau jawab pertanyaanku? Kau mengabaikanku? Hei!”, tanya
Bayu sambil berteriak yang tidak direspon oleh Bunga.
“Sebegitunya kamu tidak sukanya kamu kepada Bayu?”,tanya ku kepada Bunga sembari
jalan menuju halte sekolah.
“Diam lah Sa, aku sedang mengabari ibumu kalau kamu pulang bersamaku”,jawab
Bunga.
Aku hanya bisa diam tanpa mengatakan satu kata pun. Karena aku tahu Bunga melakukan
ini pasti untuk kebaikanku juga. Sesampai di halte kami menunggu bus selama 10 menit dan
belum datang juga busnya. Kemudian tiba-tiba ada mobil yang berhenti didepan halte dan
ternyata itu mobil ayah. Ayah mengatakan hari ini pulang lebih awal sehingga bisa
menjemputku. Sebelum pulang aku minta kepada ayah untuk mengantar Bunga terlebih dahulu.
Setelah mengantar Bunga pulang, ayah menawari untuk makan siang di luar namun aku
menolak. Disepanjang perjalanan ayah menceritakan panjang lebar tentang hidupnya,baru kali
ini aku mendengar ayah menceritakan tentang hidupnya kepadaku. Aku sedikit terssentuh
dengan apa yang ayah ceritakan, karena di dalam ceritanya itu ayah bercerita bahwa dulu
hidupnya tidak seenak sekarang dulu ayah sangat susah. Ke dua orangtua ayahku sudah
meninggal saat ayahku berusia 18 tahun. Dan selama itu ayah hanya tinggal sebatang kara tidsk
mempunyai sanak saudara yang ayahku lakukan hanya terus mendekatkan diri kepada Allah
SWT, dan hanyalah kepada-Nya ayahku curhat dan saat itu ayah dipertemukan dengan ibu atas
izin Allah. Saat ayah sedang asik bercerita tentang kisah hidupnya aku tiba-tiba memotong
pembicaraan ayah.
“Ayah, satu minggu dari sekarang aku akan berusia 17 tahun. Boleh kah aku merayakan
sweet seventeenku?”,tanyaku sedikit ragu-ragu.
“Boleh. Tapi bukan mengadakan party melainkan mengadakan acara amal, untuk
bersyukur karena kamu masih diberi kehidupan di dunia ini”,jawab ayah tegas.
“Tapi yah, aku ingin mengadakan party bersama teman-teman. Boleh ya yah?”,tanyaku
dengan memasang wajah memohon. Namun ayah menghiraukannya.
“Ayah, nanti akan dipindah tugaskan ke Jakarta selama satu minggu. Saat hari jadimu
ayah baru pulang dari dinas. Akan lebih baik kita mengadakan amal saja. Nanti ibu menyuruh
tetangga untuk membantu memasak atau kita pesen makanan. Dan kamu boleh mengundang
Diki dan Bunga. Ayah tidak akan keberatan”, perjelas ayah.
Aku yang mendengarnya hanya bisa duduk diam dan menikmati angin dan pemandangan
sekitar. Setelah menghabiskan waktu selama 30 menit akhirnya kita samapai di rumah dan di
rumah sudah ada kakakku yang sednag menonton tv. Aku langsung naik ke atas tanpa menyapa
kakakku dulu.
“Kamu tidak kuliah fi?”,tanya ayah.
“Kuliah yah. Tapi hanya satu matkul karena dosennnya ada keperluan”, jawab kakakku.
“Fi, ayah hari ini harus ke Jakarta selama satu minggu. Nanti jika Salsa keluar tidak
menggunakan hijab tolong dibilangin jangan terlalu kasar bilanginnya. Dan ingatkan untuk
solat tepat waktu, jangan menyusahkan ibu. Bantu pekerjaan rumah juga baik itu kamu maupun
salsa. Dan yah, besok saat ayah pulang tepat saat salsa berumur 17 tahun tolong kamu cari anak
yatim piatu dan para orang jompo kita adakan amal ngga ada party. Sedangkan untuk makanan
kalian bisa pesan atau membuatnya. Jika membuat tolong kamu minta tolong ke tetangga atau
saudara dari ibumu yah?”,kata ayah dengan jelas.
“Siap yah. Ayah tidak perlu khawatir. Yang harus ayah khwatirkan adalah diri ayah
sendiri. Aku kan laki-laki aku bisa menjaga Salsa dan ibu”,jawab kakak dengan singkat.
“Ok. Ayah percayakan mereka kepadamu. Dan jika ada apa-apa hubungi ayah fi”,tambah
ayah.
“Ia ayah”,jawab kakak.
“Ayah pergi dulu. Assalamu’alaikum Wr Wb”
“Ia yah, wa’alaikumussalam wr wb. Hati-hati di jalan dan sampai dengan selamat”

Sudah 4 hari ayah tidak ada di rumah, rasanya sangat tenang karena rasanya orang yang
biasa mengomeli sekarang berkurang. Yah, walaupun ayah tidak ada tapi kakakku lebih sedikit
keras dari biasanya. Aku keluar kamar menggunakan celana pendek danlengan pendek pun
sudah dibilang. Keluar rumah hanya untuk menyiram bunga pun dibilang karena tidak
menggunakan hijab dengan alasan banyak kumbang yang hinggap disekitarku. Danuntuk ibu
akhir-akhir ini sedang sibuk karena menyiapkan akreditasi sekolah sehingga harus bekerja
lembur dikantor dan untuk urusan memasak dan pekerjaan rumah diserahkan pada kakak dan
aku.
Hari ini adalah hari libur karena tanggal merah peringatan hari buruh. Aku rasanya ingin
sekali keluar dari rumah untuk menghirup udara segar. Sudah 4 hari juga Bayu tidak ada
kabar,mungkin karena kejadian saat itu. Banyak kabar burung yang mengatakan jika Bayu
sudah punya kekasih baru yang elbih cantik dari aku dan lebih seksi dari kakakku. Ada juga
yang mengatakan bahwa Bayu tidak hanya punya satu melainkan dua atau tiga. Ada juga yang
mengatakan bahwa kekasihnya itu anak kuliahan dan kakak kelasku. Tapi aku tidak percaya
sebelum Bayu sendiri yang bilang padaku. Besok aku berencana untuk bertanya langsung
kepadanya. Namun hal itu tidak jadi karena Bayu tiba-tiba memberi kabar ingin bertemu
denganku. Aku langsung masuk ke kamar dan mengganti baju. Aku membutuhkan waktu 35
menit untuk berdandan dan memilih baju. Sebelum sempat aku keluar rumah kakakku
mencegatku dan beranya.
“Mau kemana di hari libur?”
“Keluar mencari udara segar”,jawabku dengan ketus.
“Kalau begitu ikutlah denganku dan Diki ke masjid karena hari ini ada pengajian akbar
an ibu selesai dari kantor akan ikut menyusul”,pinta kakak.
“Aku hanya akan prgi sebentar, nanti aku kan menyusul”,jawabku.
“Pergi dengan Bunga?”,tanya kakakku.
“Bukan”.
“Bayu”, tanya Diki yang sedang berdiri di ambang pintu rumah.
“Oh, sudah datang rupanya kau Ki. Sebentar aku ambil al qur’an dulu”,kata kakakku
dengan wajah senangnya.
“Bukan urusanmu. Menepi lah, aku mau lewat Ki”,pintaku.
Diki seketika langsung menepi dan saat aku melewatinya dia mengatakan, “Kemana
kalian akan pergi? Dan jangan pernah mau jika kamu disuruh untuk melepas hijabmu”.
Aku tidak menjawab dan tidak mau juga menuruti perkataannya. Memang siapa dia
kenapa aku harus menuruti semua perkataan dan perintahnya.
Sesampainya di taman aku melihat Bayu sudah menungguku, namun yang kulihat dari
wajah Bayu saat melihatku dia berubah menjadi masam. Dan aku memberanikan diri untuk
bertanya.
“Kenapa Bay? Apa ada yang aneh dariku?”
“Ia. Ada. Dan itu snagat banyak. Kenapa juga kamu memakai rok dan apa-apaan ini baju
lengan panjang dan jilbab sepanjang ini. Dimana pikiranmu Sa, kita sudah tidak bertemu 3 hari
saja dandananmu seperti ini”,jawab Bayu.
“Kamu ngga usah khawatir sayang. Aku bawa baju pendek dan ini Cuma aku pakai saat
keluar dari rumah saja kok”,terangku.
“Baguslah. Aku kira kau akan pergi kencan dengan pakaian seperti itu”
“Tidak lah. Aku lebih tahu tentang kamu kok Bay”
Setelah aku berganti baju aku dan Abyu langsung pegi ke bioskop, rencana awal saat aku
ingin bertanya pada Bayu tentang kekasih-kekasihnya yang lain aku urungkan. Dan untuk saat
ini aku menikmati kencanku dengannya. Pergi ke bioskop, pergi ke cafe dan jalan-jalan ke
mall. Dan aku di sana dibelikan baju,bunga dan boneka. Rasanya aku ingin seklai hari ini saja
waktunya dihentikan aku ingin lebih lama dengan Bayu dan bermesraan dengannya. Namun
tuhan tidak bisa mengabulkan permintaanku dan tidak terasa sudah jam setengah 6 sore. Itu
berarti aku sudah pergi selama 4 jam lebih. Aku diantar sampai rumah oleh Bayu dan saat aku
masuk rumah sudah ada ibu, kakak dan Diki. Aku yang melihatnya terkejut karena aku fikir
mereka masih dimasjid sehingga aku tidak mengganti pakaianku. Dan mereka yang melihatku
pun ikut terkejut, terutama ibuku yang tidak bisa berkata. Dan tamparan hebat dari kakak pun
mendarat diwajahku. Diki yang ada di sana pun tidak bisa berkata dan hanya bisa menenangkan
ibuku yang jatuh ke sofa.
“Apa kamu sudah gila hah? Bukankan aku sudah mengatakan berkali-kali padamu jangan
pernah lepaskan hijabmu salsa! Kamu tidak kasian sama ke dua orang tuamu? Terutama ayah
sa, kasianlah sama ayah sa. Semua dosamu nanti akan ditanggung oleh ayah. Kamu sudah
berani membuka aurat seperti itu, pahamu terlihat, rambutmu terurai dan apa ini baju kurang
bahan seperti ini apa kamu tidak malu sa? Jika ayah lihat pasti kamu akan kena pukul habis-
habisan sa, mungkin ayah akan mengurungmu dikamar beberapa hari agar kamu sadar ats
perbuatanmu. Kamu juga ingin aku mengatakan itu?”,kata kakakku dengan emosi.
“Kakak, tahu tidak sih ini adalah style anak saat ini. Dan ini itu sangat populer apaan itu
baju kurang bahan. Tentu saja baju ini tidak kurang bahan memang sengaja dibuat seperti ini.
Dan yah kenapa ayah yang harus menanggung dosaku? Kan aku yang berbuat tentu saja aku
akan menanggungnya sendiri”, jawab ku tidak mau kalah.
Saat kakak ingin melayangkan tangannya ke wajahku dengan reflek aku menutup
wajahku dan saat ku buka mataku kakak sudah menurunkan tangannya. Dan ibu mendekatiku
sambil menangis tersedu-sedu.
“Salsa, istigfar sayang. Kamu tahu arti dari namamu?”,tanya ibu.
“Tentu saja aku tahu. Keberanian kan?”,jawabku.
“Itu benar sayang tapi maksudnya bukan seperti in sayang. Maksudnya adalah kamu
harus berani bertanggung jawab atas apa yang kamu perbuat dan berani untuk menegakkan
hak-hak yang benar sayang. Kamu terlahir sebagai seorang muslimah seharusnya kamu tahu
tanggung jawab seorang muslimah itu ahrus menggunakan hijab jika keluar dan menutuppi
semua auratmu. Itu diberikan oleh Allah untuk dijaga dengan baik-baik bukan untuk
dipertunjukkan untuk orang yang bukan muhrimnya sayang. Makanya jika saat ibu
mengajakmu untuk ikut pengajian kamu harus ikut bersama ibu agar kamu tahu lebih dalam
tentang islam dan menjadi wanita muslimah”, jelas ibuku.
“Ia bu”,jawabku
“Sekarang masuk kamar. Mandi kemudian ganti pakainmu”,suruh ibu.
Sementara aku naik ke atas, Diki berpamitan untuk pulang. Dan aku baru sadar betapa
malunya diriku dilihat oleh Diki.

Selesai mandi aku langsung mengambil air wudhu dan segera solat magrib dan membaca
al qur’an sebelum aku menambah kakak dan ibuku marah. Namun sampai aku selesai solat dan
membaca al qur’an tidak ada diantara mereka yang menemuiku untuk menawari makan malam
atau apa. Saat aku membuka hp, aku mendapat satu notice dari laura dan saat ku buka laura
mengirim foto Bayu dengan berbeda perempuan. Aku tidak tahu maksud dari Laura. Laura
adalah mantan kekasihnya Bayu. Di saat aku menghiraukan notice dari Laura, kemudian Laura
mengirim SS (secrenshoot) chatnya dengan Bayu. Dan di situ mengatakan bahwa aku adalah
wanita yang murahan yang selalu menuruti perkataan Bayu. Saat itu aku langsung mengambil
selimut dan menutupi wajah ku untuk pergi tidur dan tidak menghiraukannya tapi entah kenapa
air mataku tiba-tiba menetes dengan sendirinya.
Keesokan harinya aku bangun dengan mata pandaku. Ibuku dan kakakku yang biasanya
membangunkanku untuk solat subuh tapi sekarang mereka tidak membangunkanku dan itu
membuatku merasa semakin tidak berguna di rumah ini, ingin rasanya aku ke tebing dan
berteriak dengan kencang bahwa aku salah aku ingin kehidupan normalku kembali. Tapi itu
tidak semudah yang kukatakan.
Sesampainya aku di sekolah aku melihat Diki yang sedang mengobrol dengan teman-
temannya. Biasanya saat aku melihatnya ia akan melihat balik kearahku tapi sekarang tidak
begitu lagi. Temen yang sedang bersamanya pun berusaha untuk memberitahu Diki tapi dia
pura-pura masa bodo begitu.
Bunga yang melihatku begitu langsung bertanya tanpa ragu, “Kenapa? Kamu punya
masalah dengan Diki? Kalian marahan lagi? Hah.. kalian seperti anak kecil saja deh”.
“Bunga, kamu tahu kalau Bayu selingkuh dan punya 3 perempuan dibelakangku dan kau
tahu jika dia suka membicarakanku?”,tanyaku dengan beribu pertanyaan.
“Bohong jika aku mengatakan tidak tahu”,jawab Bunga dengan santainya.
“Kena kamu tidak memberitahuku? Itu sebabnya kamu tidak suka dengan
Bayu?”,tambahku.
“Yah, kamu kan yang mengtaka sendiri kalau kamu ingin menanyakan langsung ke Bayu
tidak mau mendengar kabar burung”,jelas Bunga.
Setelah mendengar bunga mengtakan begitu aku putuskan istirahat ini aku untuk
menemui Bayu dan meminta kepastiannya. Sesampai aku di kelasnya aku tidak melihatnya di
kelas lalu aku bertanya kepada temannya. Temannya mengatakan bahwa Bayu hari ini tidak
berangkat dan aku mencoba untuk menghubunginya, namun percuma saja tidak diangkat
olehnya.
Saat perjalanan pulang aku melihat Bayu di super market dan aku putuskan untuk
berhenti. Setelah aku turun dari taxi aku langsung menemui Bayu dan mengatakan, “Apa yang
kamu lakukan di sini? Kenapa kamu tidak berangkat sekolah? Lalu kenapa kamu mengabaikan
panggilanku?”.
“Aku ada urusan”,jawabnya ketus.
“Urusan apa? Dengan kekasih kuliahanmu yang lebih cantik dan seksi dari aku?”,tanyaku
penasaran.
“Itu bukan urusanmu”,jawabnya singkat.
“Itu urusanku, karena kamu priaku dan bisa kah kita duduk sebentar dan
mengobrol?”,pintaku.
Tiba-tiba Bayu berhenti dan itu membuat tubuhku menabrak punggung Bayu yang
bidang itu.
“Sebenarnya maumu apa sih? Tidak bisakah jangan menggangguku?”,pinta Bayu.
“Aku mau kamu jujur padaku. Apa kamu punya perempuan lain selain diriku?”,tanyaku.
“Kalau ia kenapa? Kamu mau kita putus? Ok. Itu tidak masalah untukku”,jawab Bayu.
“Hah, Hei bay. Tunggu, bukankah seharusnya aku yang mengatakannya?”,tambahku.
“Kalau begitu aku akan menganggap kamu yang memutuskanku itu hadiahku untuk
ulang tahunmu besok.
Bayu langsung meniggalkanku sendiri, dia sepertinya memang benar ingin putus
denganku. Saat aku duduk dihalte bus aku tidak sengaja bertemu dengan Aldi salah satu
sahabatnya Bayu. Yah, walaupun kita berbeda sekolahan tapi kami cukup mengenal satu sama
lain. Itu yang membuatku ingin bertanya kepada Aldi alasan Bayu meminta putus denganku.
Namun sebelum aku bertanya justru Aldi menyapaku terlebih dulu.
“Kenapa kamu disini Sa? Apa kamu sedang mencoba menjadi anak tongkrongan”, tanya
Aldi dengan candaannya itu.
“Enak saja. Tentu saja tidak. Aku tadi habis bertemu dengan Bayu disini”,jawabku.
Dan seketika suasana menjadi canggung dan aku mencoba untuk membuka
kecanggungan ini.
“Al, kamu tahu aku putus dengan Bayu? Apa kamu juga tahu kenapa Bayu
memutuskanku?”,tanyaku tanpa ragu.
“Kalian sudah putus? Bagus dong, lagi pula kamu terlalu sempurna untuk orang seperti
Bayu. Kamu kan tahu sendiri jika Bayu carinya perempuan yang seksi dan tidak tertutup oleh
hijab sepertimu karena dia juga sebenarnya tahu batasannya tapi dia terlalu suka denganmu
sehingga mungkin dia ingin putus”, terangnya.
“Benarkah? Jika dia sangat menyukaiku kenapa ingin putus? Haruskah aku melepas
hijabku?”,tanyaku
“Hei, kamu percaya dengan perkataanku? Tentu saja itu benar sih. Tapi alasan
sebenarnya ia tidak ingin menyakitimu lebih jauh lagi. Dia melakukannya juga ada alasannya,
yang membuatnya seperti itu mungkin karena di picu oleh keadaan di rumahnya. Selain itu ia
juga butuh suati perhatian yang sebelumnya ia tidak dapat di rumah.”,tambahnya.
“Benarkah?”,tanyaku
“Tentu saja. Ah, Busku sudah datang. Aku duluan Sa. Senang bisa bicara denganmu”,
kata Aldi sambil memasuki bus dan melambaikan tangannya padaku.
Setelah menunggu bus terlalu lama akhirnya aku naik taxi. Di sepanjang perjalanan aku
hanya melamun dan saat aku mengingat Bayu aku ingin sekali berkata kasar namun juga aku
ingin menagis. Sesampai di rumah aku berhenti didepan pintu dan berfikir jika aku masuk
rumah pasti mereka akan mendiamkan aku lagi, sudah 2 hari sejak kejadian itu mereka masih
mendiamkanku, tapi jika aku tidak masuk aku akan membuat mereka lebih marah. Dan
akhirnya aku putuskan untuk masuk dan sudah banyak makanan di ruang tamu. Aku juga
melihat ibunya Diki berada di rumahku dan aku beranikan diri untuk bertanya.
“Tante, ada acara apa? Apa kita kedatangan tamu yang penting?”
“Apa kamu lupa sayang, hari ini kan hari jadimu yang ke 17 tahun. Dan kakakmu sudah
menyiapkan semua anak-anak panti dan orang jompo, mereka akan datang sebentar lagi sekitar
pukul 5 sore kamu masih puny waktu 2 jam untuk bersiap”, jelas ibu Dika.
Dalam hati aku bertanya hari jadi ke 17 tahun? Bukankah besok bukan sekarang? Apa
mereka salah tanggal? Atau aku yang salah? Ah tidak tahu aku mau naik saja ke kamar dan
bersiap saja. Saat aku mulai merebahkan diriku di tempa tidur ibu masuk.
“Kamu sudah mandi? Ayo bantu ibu bersiap, acaranya akan mulai. Pakai hijabmu dan
baju yang digantiung itu”, pinta ibu.
Saat aku melihat baju yang tergantung aku terkagum sendiri, wah begitu bagus sekali
gamis ini, dan saat aku mencoba memakianya bersama hijabnya aku melihat dicermin sungguh
betapa cantiknya wanita yang berhijab. Dan seketika aku berfikir kenapa aku tidak dari dulu
saja mengenakan pakaian ini. Setelah aku memakainya aku langsung turun dan membantu ibu,
aku melihat sekeliling rumah tapi aku belum melihat kakakku. Saat aku pergi keluar taman
belakang aku melihat kakak dan Diki sedang menyiapkan taman belakang rumah untuk
acaranya. Aku ingin mendekati mereka tapi tanganku diraih oleh tangan seorang wanita saat
aku melihatnya ternyata Bunga. Aku sangat senang karena mereka semua yang aku rasakan
tentang Bayu kini telah terobati oleh mereka. Bunga dengan cantiknya tersenum kepadaku dan
mengajakku unutuk kedapur membantu para wanita yang sedang memasak di sana.
Aku mendekati ibu dan bertanya, “ Ibu, itu akan harinya besok kenapa kita melakukannya
sekarang?”
“Ayahmu yang memintanya. Ayahmu sudah meminta dari jauh hari. Dan saat harimu
ayah ingin mengajak kita sekeluarga untuk berlibur”, jawab ibu.
Aku yang mendengarnya hanya bisa tersenyum bahagia, aku baru menyadari betapa
baiknya ayahku. Aku jadi tidak sabar untuk bertemu dengannya dan memeluknya sambil
mengatakan terimakasih dan minta maaf karena sudah membuatnya repot dan susah
mengurusku.
“Ibu, maaf yah untuk semua yang telah aku lakukan. Dan mulai saat ini aku tidak akan
melepaskan hijabku lagi”, kata ku.
Ibu yang mendengarnya hanya tersenyum.
Tidak terasa sudah pukul 5 sore dan acara yang ditunggu-tunggu dimulai. Untuk acara
pertama kami makan bersama dengan kemudian dilanjutkan solat berjamaah dan pengajian
akbar dan untuk acara penutupan membagikan ampao dan kenang-kenangan. Itu merupakan
hari yang sangat istimewa untukku. Saat acara sudah selesai semua langsung membereskan
rumah dan kembali seperti semula. Aku sudah bisa mengobrol santai dengan kakakku maupun
Diki. Mereka sudah memaafkanku dan mereka juga memberiku hadiah. Saat aku membukanya
kakakku memberiku hijab dengan sepucuk surat berisikan bahwa hijabmu adalah
pelindungmu. Aku yang membacanya tersenyum kecil. Sedangkan Diki memberiku sebuah
dvd yang berisikan pengajian-pengajian akbar dia mengatakan bahwa itu pentinguntuk
relaksasiku. Bunga memberiku satu buah al qur’an terjemah.

Saat tengah malam ibu mengatakan pada kami jika ayah akan pulang dan sebentar lagi
akan samapai rumah dan aku berniat untuk menunggunya sembari menonton tv bersama.
Namun saat kami sedang asik menonton kami dikejutkan dengan suara bel dan aku sangat
senang dan berlari untuk membuka pintu namun yang ku temui bukan ayah melainkan polisi
kemudian aku memanggil ibu.
Polisi itu membawa kabar yang tidak ingin ku dengar. Polisi itu mengatakan bahwa mobil
yang ditunggangi ayah mengalami kecelakaan beruntun yang menyebabkan ayahku tewas
ditempat untuk penyebabnya polisi sedang menyelidikinya. Dan saat itu polisi juga membawa
sebungkus hadiah yang bertuliskan untuk anakku Salsabila. Saat itu aku tidak ingin menerima
hadiah itu yang saat ini kuinginkan untuk pergi menemui ayah dan memastikan bahwa polisi
itu bohong. Ibu yang mendengarnya seketika langsung jatuh ke lantai dan dibantu oleh kakakku
untuk berdiri. Aku meminta kepada kakak untuk mengantarku ke RS dengan wajah yang penuh
dengan air mata dan wajah sembabku. Polisi itu yang melihatku tidak tega dan mengajakku
untuk ikut naik ke mobil polisi untuk mengantarku tapi aku tidak mau dan mengatakan.
“Aku ingin pergi dengan kakak, tidak ingin pergi dengan polisi itu. Aku tidak yakin
bahwa yang dikatakan polisi itu benar. Kakak, aku mohon”
Kakak yang melihat raut wajahku pun tidak tahu harus berbuat apa disaat ibu sedang
terlihat bingung dan tatapan kosongnya aku justru terus menangis dan meminta untuk ke RS.
Dan akhirnya kakak mengucapkan terimakasih kepada polisi tersebut untuk info dan
ajakananya. Kemudian kakakku meminta bantuan keluarga Diki untuk membantu
menenangkan ibuku. Aku,kakak dan diki pergi ke RS untuk memastikan dan mengurus hasil
otopsi.
Sesampai di ruang jenazah aku jatuh ke lantai dan menangis dengan deras melihat ayahku
berbaring tidak bisa apa-apa. Namun yang kulihat wajahnya sangat berseri dan cerah, aku tidak
tahu ayah memang sudah ikhlas untuk pergi meninggalkan kami atau apa aku tidak tahu. Aku
yang melihatnya merasa tidak adil, kenapa disaat aku ingin melakukan sesuatu yang baik untuk
ayahku justru aku tidak diberi kesempatan. Kakak meninggalkanku di ruang jenazah dengan
Diki untuk mengurus perawatan jenazahnya. Aku kemudian berdiri di bantu Diki dan memeluk
ayah dengan erat lalu mengatakan
“Ayah, maafkan Salsa. Salsa tahu salah tapi salsa janji untuk memperbaiki semuanya.
Mulai saat ini salsa tidak akan telat solat, mengaji, dan meninggalkan yang sunah, salsa juga
janji akan memakai pakaian tertutup dan berhijab seperti yang ayah inginkan, jadi ayah juga
janji ayah akan selalu mengawasi dan disisiku kan? Meski ayah sudah tidak ada tapi ayah akan
selalu di hati Salsa. Salsa tidak akan membuat ayah susah di sana, ayah tidak perlu menanggung
semua dosaku, izinkanku untuk menebus semuanya, izinkanku untuk memperbaikinyi ayah.
Sekali lagi aku minta maaf. Salsa akan mencoba untuk mengikhlaskan kepergianmu yah, dan
salsa akan menjadi wanita yang soleha, menurut dengan ibu,kakak dan perintah allah. Jadi ayah
tidak perlu khawatir tentang kami. Ayah, istirahatlah dengan tenang. Salsa menyayangimu
yah”.
Diki yang melihatku pun terbawa suasana dan ikut menangis. Selang beberapa menit ibu
datang dan memeluk ayah. Aku tidak tahu apa yang ibu bisikan kepada ayah. Yang aku dengar
hanya kalimat bahwa ibu akan menjaga anak-anaknya dengan baik dan menjadikan soleh dan
soleha.
Pada pukul 3 pagi jenazah ayah dipulangkan dan sudah dikremasi dengan baik. Dan pada
pukul 8 pagi jenazah ayah siap untuk di makamkan. Ibu meminta untuk dimakamkan dengan
cepat agar ayah tidak menunggu terlalu lama. Selesai pemakaman aku langsung pulang dan
ingin membuka hadiah dari ayah. Namun bunga meraih tanganku dan berkata
“Kamu tidak mau aku temani hari ini?”
“Aku baik-baik saja Bunga. Dan aku ingin sendiri hari ini”,jawabku dengan senyum agar
temanku ini tidak khawatir tentangku.
“Baiklah kalau begitu. Istirahlah, dan ingat aku selalu ada untukmu. Kabari aku jika kamu
membutuhkan tempat curhat. Kamu tahu kan kalau aku pendengar yang baik”, tambah Bunga
sambil memelukku.
“Ia, aku tahu kamu pendengar yang baik, temanku”,jawabku.
Bunga langsung pamit pulang. Di pemakaman ayah banyak yang datang. Aku tahu bahwa
ayahku adalah orang yang baik dan ramah kepada siapapun. Karena prinsip ayahku adalah
“kebahagian orang lain lebih penting dari pada kebahagiannya sendiri”. Aku yang
mendengarnya pun ingin tertawa sendiri bagaimana bisa kebahagian orang lain lebih penting
dari pada kebahagiannya sendiri. Bukankah itu terbalik namun ayahku mengatakan bahwa
kebahagian ayah adalah keluarganya sendiri.
Sesampai di rumah aku membuka hadiah dari ayah dan berisi 5 hijab dengan warna yang
berbeda dan sepucuk surat yang berisi
“Ayah ucapkan selamat untuk anakku yang ulang tahun di hari ini. Dan terimakasih untuk
anakku yang selalu mendengarkan semua perkataan ayah, ayah tahu ayah tidak pandai berkata
tapi satu yang ingin ayah sampaikan untuk anak ayah. Ayah memberimu hijab dengan lima
warna ayah berharap hari-harimu dalam mengenakan hijab dari ayah tidak ada rasa sedih
maupun kecewa karena tidak bisa tampil cantik seperti temanmu tapi saat kamu
menganakannya ayah berharap kamu selalu ceria seperti hijab yang ayah berikan dan selalu
cantik dimata ayah, ibu,kakakmu dan yang terpenting kamu harus tahu wanita yang berhijab
selalu dianggap cantik dan indah dimata Allah. Ayah menyayangimu anakku, salsabila nur
khalisa,kaulah anak kebanggaanku kaulah yang akan menuntunku ke jalan yang sudah
ditentukkan Allah untuk ayah. Terimaksih”.
Aku yang membacanya tidak bisa membendung air mataku dan mengalir deras dikedua
wajahku. Di dalam suratnya pun ayahku tetap saja bawel dan menulis hal yang membuatku
merindukan semua perkataan, ceramahannya. Dia memang orang yang tidak pandai berkata
namun dialah orang yang selalu kurindukan. Dia adalah pahlawanku yang selalu menjagaku
sampai saat ini. Terimakasih ayah untuk didikanmu selama ini dan beristirahatlah dengan
tenang. Kami selalu mendoakanmu.

Nama : Qisti M.S


Fakultas : Poltekkes Kemenkes Semarang

Anda mungkin juga menyukai