(13072023) Draft Paper
(13072023) Draft Paper
x- x
Original Article
Abstrak: Persamaan duffing merupakan persamaan diferensial tak linier orde dua yang menggambarkan osilator
dengan ketaklinieran berpangkat tiga. Metode multiple scales merupakan salah satu teknik perturbasi yang
digunakan untuk menentukan aproksimasi solusi analitik dari masalah perturbasi.
Pendahuluan 𝑑2 𝑥 ∗
+ 𝑓(𝑥 ∗ ) = 0 (1)
𝑑𝑡 ∗2
Persamaan diferensial dapat dikelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu persamaan diferensial linear dan Fungsi 𝑓 adalah fungsi nonlinear dari 𝑥 ∗ ,
persamaan diferensial tak linear. Persamaan diferensial 𝑑2 𝑥 ∗
dimana 2 adalah percepatan dan 𝑓 (𝑥 ∗ ) adalah
tak linear khususnya yang mengandung suku-suku 𝑑𝑡 ∗
gaya pemulih (restoring force) [2].
gangguan (perturbasi) dapat diselesaikan dengan
menggunakan metode-metode perturbasi. Salah satu Terdapat beberapa metode untuk menyelesaikan
contoh dari persamaan diferensial tak linear adalah persamaan duffing, salah satunya yaitu metode
persamaan duffing. perturbasi (gangguan). Dalam buku [2] teknik
perturbasi memiliki beberapa metode, yaitu
Persamaan duffing merupakan persamaan
straightforward expansions, strained coordinates,
diferensial tak linier orde dua yang
asymptotic expansions, averaging, dan multiple scales.
menggambarkan osilator dengan ketaklinieran
Dalam paper [3] dibahas metode straightforward
berpangkat tiga. Persamaan duffing digunakan oleh
untuk membandingkan sifat konvergensi
banyak peneliti sebagai suatu pendekatan model
pseudential, untuk metode strained coordinates,
dalam banyak sistem fisik [1]. Persamaan duffing
paper [4] menggunakan metode tersebut untuk
terdapat osilasi bebas dari banyak sistem yang
membahas inward spherical solidification. Pada paper
memiliki derajat kebebasan diatur oleh persamaan
[5] metode asymptotic expansions digunakan untuk
dalam bentuk berikut
membandingkan solusi menggunakan asymptotic
Original Article
𝑢̇ (0) = 𝑥̇ 0
2 | Indonesian Journal of Applied Mathematics , vol. xx, no. xx (20xx) e-ISSN: 2774-2016 | p-ISSN: 2774-2067
Title of Manuscript
FIRST AUTHOR LAST NAME et al., Indonesian Journal of Applied Mathematics, vol. x (xx), 20xx, pp. x- x
Original Article
Original Article
diketahui nilainya yang juga dikenal dengan istilah Berdasarkan persamaan (26) dan (27), berlaku dua
konstanta integrasi persamaan (21). Nilai 𝐴0 dan persamaan berikut
𝐵0 akan ditentukan kemudian.
𝐴0 (0,0, … ) cos(𝐵0 (0,0, … )) = 𝐴 − 𝑎0 ,
Selanjutnya, solusi partikular 𝑌0𝑝 dapat ditentukan (28)
2𝑏0 𝜔 + (𝑎0 − 𝐴)𝛽
dengan menyelesaikan persamaan diferensial 𝐴0 (0,0, … ) sin(𝐵0 (0,0, … )) = .
𝜂
berikut
Dengan menggunakan identitas trigonometri, dari
∂2 𝑌0𝑝 ∂𝑌0𝑝 persamaan (28) dengan mudah diperoleh
+𝛽 − 𝜅𝑌0𝑝 = 𝐹 cos(𝜔𝑇0 ) (23)
∂𝑇02 ∂𝑇0
(2𝑏0 𝜔 + (𝑎0 − 𝐴)𝛽)2 + 𝜆2 (𝑎0 − 𝐴)2
Fungsi penduga untuk solusi partikular 𝑌0𝑝 adalah 𝐴0 (0,0, … ) = √ ,
𝜆2
(29)
𝑌0𝑝 = 𝑎0 cos(𝜔𝑇0 ) + 𝑏0 sin(𝜔𝑇0 ). (24) 𝜆(𝐴 − 𝑎0 )
𝐵0 (0,0, … ) = cot −1 ( ).
2𝑏0 𝜔 + (𝑎0 − 𝐴)𝛽
Dengan mensubstitusikan persamaan (24) ke
persamaan (23) dan menyelesaikan persamaan Persamaan (29) selanjutnya menjadi nilai awal
yang diperoleh terhadap 𝑎0 dan 𝑏0 maka yang dapat digunakan untuk menghitung
didapatkan 𝐴0 (𝑇1 , 𝑇2 , … ) dan 𝐵0 (𝑇1 , 𝑇2 , … ).
4 | Indonesian Journal of Applied Mathematics , vol. xx, no. xx (20xx) e-ISSN: 2774-2016 | p-ISSN: 2774-2067
Title of Manuscript
FIRST AUTHOR LAST NAME et al., Indonesian Journal of Applied Mathematics, vol. x (xx), 20xx, pp. x- x
Original Article
haruslah koefisiennya bernilai 0. Berdasarkan Perhatikan bahwa sistem (34) memiliki satu titik
implikasi ini maka berlaku kritis saja ketika 𝐹 = 0, yakni (𝑦, 𝑥 ) = (0,0) . Ketika
𝐹 ≠ 0 tentu saja sistem (34) tidak memiliki titik
𝑑𝐵0 3 𝐴20 −𝑇 𝛽
− 𝜆 + (𝑏02 + 𝑎02 + 𝑒 0 ) = 0, kritis. Dinamika dari sistem yang dihasilkan ketika
𝑑𝑇1 2 2
(31) 𝐹 → 0 memiliki dinamika yang tidak jauh berbeda
𝑑𝐴0 −𝑇0 𝛽 ketika 𝐹 = 0. Untuk melihat dinamika dari sistem
𝑒 2 𝜆 = 0.
𝑑𝑇1
(34) secara numerik, metode Runge-Kutta atau
Sekarang kita sudah memiliki masalah nilai awal, toolbox ode45 pada Matlab/GNU Octave dapat
yakni sistem persamaan diferensial biasa (31) digunakan.
dengan nilai awal pada persamaan (29). Dengan
menyelesaikan masalah nilai awal tersebut,
diperoleh
𝐴0 (𝑇1 , 𝑇2 , … ) = 𝐴0 (0,0, … ),
𝐵0 (𝑇1 , 𝑇2 , … ) (32)
𝑇1 (3𝜂2 + (6𝑏02 + 6𝑎02 )𝑒 𝑇0 𝛽 )
= 𝐵0 (0,0, … ) + .
4𝜆𝑒 𝑇0 𝛽
𝛽𝑡
𝑌0 = 𝐴0 𝑒 − 2 cos(𝜆𝑡 + 𝐵0 ) Berdasarkan Gambar 1, perilaku sistem (34) di
(33)
+ 𝑎0 cos(𝜔𝑡) + 𝑏0 sin(𝜔𝑡). sekitar titik (𝑦, 𝑥 ) = (0,0) cenderung membentuk
siklus limit. Pada gambar diambil tiga titik uji,
dengan 𝐴0 ≡ 𝐴0 (𝑇1 , 𝑇2 , … ) dan 𝐵0 ≡ 𝐵0 (𝑇1 , 𝑇2 , … )
yakni (0,0) , (1,0) , (−1,0) yang mana ketiga titik
diberikan oleh persamaan (32) sedangkan
tersebut kurva solusinya membentuk siklus limit
konstanta 𝑎0 dan 𝑏0 diberikan oleh persamaan (25).
di sekitar titik (0,0) . Secara numerik, berdasarkan
Perbandingan Solusi Perturbasi dengan Hasil gambar kita masih belum bisa menjelaskan
Numerik eksistensi siklus limit ini. Kesimpulan yang
diperoleh tentu saja berdasarkan hasil visual yang
Persamaan (19) merupakan persamaan diferensial ditampilkan pada Gambar 1.
biasa orde 2 nonhomogen yang dapat dituliskan
kembali menjadi sistem dua persamaan diferensial Selanjutnya akan diperiksa kesesuaian hasil
biasa orde 1 nonhomogen. Dalam hal ini, misalkan numerik dengan solusi perturbasi yang diperoleh,
𝑥 = 𝑦̇ sehingga 𝑥̇ = 𝑦̈ . Jadi, persamaan (19) dapat yakni pada persamaan (33). Dengan menggunakan
dituliskan kembali menjadi nilai parameter yang sama seperti pada Gambar 1,
kurva solusi perturbasi dan hasil numerik diplot
𝑥̇ = −𝛽𝑥 + 𝜅𝑦 − ε𝑦 3 + 𝐹 cos(𝜔 𝑡)
dalam satu bidang seperti pada Gambar 2.
(34)
𝑦̇ = 𝑥
Original Article
Δ𝑦 = |𝑦𝑚𝑠 − 𝑦𝑛𝑢𝑚 |. Hal ini mengkonfirmasi ada siklus limit di sekitar titik
(0,0) dengan radius siklusnya bergantung pada nilai
6 | Indonesian Journal of Applied Mathematics , vol. xx, no. xx (20xx) e-ISSN: 2774-2016 | p-ISSN: 2774-2067
Title of Manuscript
FIRST AUTHOR LAST NAME et al., Indonesian Journal of Applied Mathematics, vol. x (xx), 20xx, pp. x- x
Original Article
koefisien solusi partikular dari hasil perturbasi yang scales. Reviews of Geophysics, 58(1),
e2019RG000667.
diperoleh.
[8] Na'imah, F., Yulida, Y., & Karim, M. A. (2021).
PEMBENTUKAN PERSAMAAN VAN DER
Kesimpulan POL DAN SOLUSI MENGGUNAKAN
METODE MULTIPLE SCALE. EPSILON:
Bagian kesimpulan harus dituliskan dalam JURNAL MATEMATIKA MURNI DAN
TERAPAN, 14(2), 104-114.
bagian ini di akhir artikel, sebelum bagian Ucapan
Terima Kasih. [9] Salih. A. (2014). The Method of Multiple
Scales.
[10] Tamimi, Z. A., & Waluya, S. B. (2014).
Konflik Kepentingan Penyelesaian Persamaan Duffing Osilator
Pada Aplikasi Weak Signal Detection
Sesuai dengan kebijakan kami tentang Menggunakan Metode Averaging. Indonesian
Konflik Kepentingan, pastikan bahwa konflik Journal of Mathematics and Natural
pernyataan kepentingan disertakan dalam naskah Sciences, 37(2), 192-199.
Anda di sini. Harap dicatat bahwa pernyataan ini [11] Widyaningrum, I., Waluya, B., & Wuryanto,
diperlukan untuk semua naskah yang diajukan. W. (2012). METODE MULTIPLE TIME SCALE
Jika tidak ada konflik kepentingan, harap UNTUK PENYELESAIAN PERSAMAAN
menyatakan bahwa "Tidak ada konflik DIFERENSIAL TAK LINIER SISTEM
kepentingan yang dinyatakan". DOUBLE SHOCKBREAKER. Unnes Journal of
Mathematics, 1(2).
Referensi
[1] A. H. Nayfeh. Perturbation Methods. Wiley,
1973.
[2] Engquist, B. (2002). The heterogeneous multi-
scale method. arXiv preprint physics/0205048.
[3] He, J., & Cai, J. (2019). Dynamic Analysis of
Modified Duffing System via Intermittent
External Force and Its Application. Applied
Sciences, 9(21), 4683.
[4] Howes, F. A. (1982). Introduction to
Perturbation Techniques (Ali Hasan Nayfeh).
In SIAM Review (Vol. 24, Issue 3)
[5] Holmes, M. H. (2012). Introduction to
perturbation methods (Vol. 20). Springer Science
& Business Media.
[6] Jakobsen, P. (2013). Introduction to the
method of multiple scales. arXiv preprint
arXiv:1312.3651.
[7] Li, L., Tan, J., Schwarz, B., Staněk, F., Poiata,
N., Shi, P., ... & Gajewski, D. (2020). Recent
advances and challenges of waveform‐based
seismic location methods at multiple