Anda di halaman 1dari 15

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA ARAB PADA SISWA SEKOLAH

MENENGAH ATAS MELALUI PELATIHAN GOAL SETTING

IMPROVING MOTIVATION TO LEARN ARABIC IN THE HIGH SCHOOL STUDENT


WITH GOAL SETTING TRAINING

Muhammad Erwan Syah


Hepi Wahyuningsih
Ratna Syifa’a Rachmahana
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
E-mail: muhammaderwansyach@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of goal setting training on students' motivation to learn Arabic.
Participants were 26 students of class XI of SMA "X" Yogyakarta. They were grouping into 13 students as
the experimental group and 13 students as a control group with pre-post control group design. Data were
collected with Arabic learning motivation scale, interviews and observations. Result showed that both
pretest-posttest (Z = -4359, P = 0.000, P <0.05) and pretest-follow up score on motivation to learn Arabic
improve after treatment (Z = -2500, P = 0.012, P <0.05). Therefore goal setting training could enhance
Arabic learning motivation.

Keywords: Goal Setting Training, Arabic Learning Motivation, High School Student

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan goal setting pada motivasi belajar bahasa
Arab siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah 26 siswa kelas XI SMA “X” Yogyakarta, yang dibagi menjadi
13 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 13 siswa sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan skala motivasi belajar bahasa Arab, wawancara dan observasi. Rancangan
penelitian yang digunakan adalah pre post control group design. Hasil analisis data menunjukkan adanya
peningkatan skor motivasi belajar bahasa Arab, baik pada skor prates-pascates (Z= -4.359, P= 0.000, P<
0.05) maupun tindak lanjut (Z= -2.500, P= 0.012, P< 0.05). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pelatihan goal setting mampu meningkatkan motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas XI SMA “X”
Yogyakarta.

Kata Kunci : Pelatihan Goal Setting, Motivasi Belajar, Sekolah Menengah Atas

Bahasa Arab merupakan salah satu Menengah Atas (SMA). Menurut catatan
bahasa internasional. Di Indonesia, baha- PBB pada tahun 2014, bahasa Arab
sa Arab merupakan salah satu bahasa menempati urutan ke-2 bahasa inter-
asing yang diajarkan di sejumlah Sekolah nasional setelah bahasa Inggris. Seiring

202 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Arab Pada Siswa Sekolah Menengah Atas …

pesatnya persaingan global yang ada dan Berdasarkan Kurikulum Tingkat


mayoritas di negara Indonesia pendu- Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006
duknya beragama Islam, maka tuntutan pada mata pelajaran bahasa Arab di SMA
akan penguasaan bahasa Arab pun “X” Yogyakarta, standar kompetensi mata
semakin besar pula (Syah, 2010). Oleh pelajaran bahasa Arab adalah siswa dapat
sebab itu, siswa Sekolah Menengah Atas berkomunikasi dengan bahasa Arab yaitu
dituntut mempelajari bahasa Arab seba- mengamati, menanya, mengeksplorasi,
gai salah satu bahasa internasional baik mengasosiasi, mendengarkan, berbicara,
secara aktif maupun pasif, karena seiring membaca, dan menulis dengan meng-
dengan adanya persaingan di era globali- gunakan bahasa Arab. Kompetensi dasar
sasi. yang harus dicapai oleh siswa dalam
Bahasa Arab sudah menjadi mata mata pelajaran bahasa Arab yaitu
pelajaran wajib di sekolah Madrasah memahami cara penyampaian serta cara
Aliyah dan Pondok Pesantren (Departe- merespon, mengidentifikasi cara mem-
men Pendidikan Agama, 2004). Departe- beritahu dan menanyakan tentang fakta,
men Pendidikan Agama (2004) menetap- perasaan, dan sikap terkait suatu topik,
kan bahwa kemampuan yang harus mendiskripsikan secara sederhana unsur
dimiliki oleh siswa Madrasah Aliyah dan kebahasaan, dan struktur teks. Mensi-
Pondok Pesantren adalah memahami dan mulasikan dialog sederhana tentang cara
mengungkapkan informasi, pikiran, serta merespon ungkapan, mendemontrasikan
mengembangkan ilmu pengetahuan, dan ungkapan sederhana tentang cara mem-
budaya dengan menggunakan bahasa beritahu dan menanyakan fakta, perasa-
Arab. Oleh sebab itu, agar dapat lulus, an, dan sikap, menyusun teks lisan dan
siswa harus memperoleh nilai yang tulisan sederhana untuk mengungkapkan
sesuai dengan standar nilai bahasa Arab terkait topik tertentu.
yang sudah ditetapkan. Harapannya, Jumlah siswa kelas XI di SMA “X”
siswa Madrasah Aliyah dan Pondok Yogyakarta ada 245 orang yang terdiri
Pesantren dapat serius dan semangat dari dua kelas yaitu IPA dan IPS.
dalam belajar bahasa Arab, agar mampu Faktanya masih banyak siswa SMA “X”
dalam menguasai pelajaran bahasa Arab Yogyakarta yang ditemukan membolos
dengan baik dan berdampak pada nilai pada saat jam pelajaran bahasa Arab,
bahasa Arab yang baik juga. tidak mengerjakan tugas, tidak mengum-
pulkan tugas tepat waktu, siswa malas

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 203


Muhammad Erwan Syah, Hepi Wahyuningsih, & Ratna Syifa’a Rachmahana

belajar, merasa bosan dan jenuh dengan sehingga siswa harus mengikuti remidial
tugas bahasa Arab ataupun ketika belajar untuk mencapai nilai 7,60 bahkan ada
di kelas. Perilaku ini merupakan ciri-ciri juga siswa yang mengikuti remidial lebih
rendahnya motivasi belajar siswa pada dari satu kali. Ada 20% siswa sering
mata pelajaran bahasa Arab. Pada SMA keluar masuk kelas pada saat proses
“X” Yogyakarta ditemukan permasalahan belajar berlangsung, dan 40% siswa
yang sama. Hal ini ditunjukkan dengan kurang memperhatikan jika diberikan
data berikut ini, observasi yang dilakukan penjelasan oleh guru. Ada 20% siswa
pada tanggal 18 sampai 22 Agustus 2015 tidak menyelesaikan tugas yang diberikan
di SMA “X” Yogyakarta kelas XI, ada oleh guru. Apabila diberi tugas masih ada
sekitar 25% siswa yang meninggalkan 25% siswa yang tidak mengumpulkan
jam pelajaran bahasa Arab tanpa izin tepat waktu. Nilai rata-rata ujian akhir
guru dan tidak kembali hingga jam sekolah bahasa Arab yaitu 6,80 yang
pelajaran selesai. Siswa tidak menger- masih berada di bawah standar KKM.
jakan tugas bahasa Arab. Ketika sedang Hasil wawancara dengan guru
di kelas, siswa sering bercanda dengan Bimbingan dan Konseling juga menun-
teman sebangkunya, sehingga tidak jukkan hasil yang sama, yaitu siswa
mengumpulkan tugas yang diberikan meninggalkan kelas pada saat proses
oleh guru. Pada saat pelajaran bahasa belajar mengajar berlangsung, siswa
Arab, ada 25% siswa yang tidak tidak masuk sekolah, bahkan guru BK
mengerjakan dan mengumpulkan tugas harus mengontrol kantin dan koperasi
yang diberikan oleh guru ketika di kelas. siswa agar mau mengikuti pelajaran dan
30% siswa mencontek dalam menger- masuk kelas. Hal ini dikarenakan kantin
jakan tugasnya. Pada saat guru men- dan koperasi siswa dekat dengan kelas.
jelaskan pelajaran di kelas, siswa terlihat Siswa pergi ke kantin karena tidak
bercanda dan mengobrol, dan mainan sempat sarapan pagi di rumah. Guru BK
handphone sehingga suasana kelas terke- menyampaikan bahwa siswa lebih
san gaduh pada saat pelajaran berlang- menyukai suasana yang penuh canda dan
sung. tidak terlalu serius ketika belajar di kelas
Hasil wawancara dengan guru sehingga mengakibatkan target materi
bahasa Arab, menunjukkan bahwa 50% pelajaran bahasa Arab tidak selesai. Guru
nilai ulangan masih di bawah standar BK sering mendapatkan laporan dari
KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) guru, ketika mata pelajaran bahasa Arab,

204 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Arab Pada Siswa Sekolah Menengah Atas …

siswa tidak mengerjakan tugas yang spesifik dalam belajar bahasa Arab,
diberikan oleh guru di kelas, baik tugas belum memiliki metode yang tepat untuk
di rumah maupun tugas di sekolah. Data belajar bahasa Arab agar mudah di-
yang diperoleh dari presensi kelas XI pahami, dan tidak memiliki cara khusus
pada bulan Agustus 2015 tercatat ada 25 dalam belajar bahasa Arab.
kasus siswa tidak masuk pada pelajaran Perilaku ini pada umumnya meru-
bahasa Arab. pakan ciri-ciri rendahnya motivasi belajar
Selanjutnya, hasil wawancara de- bahasa Arab. Menurut Suryabrata (2010),
ngan siswa SMA “X” Yogyakarta, menun- motivasi belajar merupakan keseluruhan
jukkan bahwa ia sering tidak menyele- daya penggerak psikis dalam diri siswa
saikan tugas bahasa Arab yang diberikan yang menimbulkan kegiatan belajar,
oleh guru dan tidak mengumpulkan tugas menjamin kelangsungan belajar, demi
rumah. Siswa tidak memiliki waktu mencapai suatu tujuan dengan men-
belajar yang teratur, karena kegiatan di ciptakan kondisi sedemikian rupa.
sekolah sampai sore dan malamnya ada Dengan permasalahan tersebut, maka
les. Kemudian siswa mengaku sering tujuan penelitian ini untuk mengetahui
tidak menyelesaikan tugas tepat waktu, pengaruh pelatihan goal setting terhadap
bahkan sering mengumpulkan tugas di peningkatan motivasi belajar bahasa Arab
kelas tidak tepat waktu karena siswa pada siswa kelas XI di SMA “X”
sering mengobrol maupun bercanda Yogyakarta.
dengan teman sebangkunya. Siswa juga Hasil penelitian ini diharapkan
mengaku jika menemui kesulitan dalam dapat memberikan sumbangan secara
mengerjakan tugas bahasa Arab, tugasnya teoretis dalam memperkaya kajian ilmu
akan ditinggalkan begitu saja dan tidak psikologi terutama dalam bidang psi-
diselesaikan. Siswa mengaku sering pergi kologi pendidikan bahwa dengan pela-
meninggalkan proses belajar mengajar tihan goal setting mampu meningkatkan
bahasa Arab untuk pergi ke kantin. Selain motivasi belajar bahasa Arab di SMA.
itu, pada saat ulangan, siswa juga Penelitian ini diharapkan menambah
mengaku sering mencontek, karena tidak pengetahuan tentang teori motivasi
belajar, sehingga tidak bisa menjawab belajar bahasa Arab pada siswa Sekolah
soal yang diberikan oleh guru. Para siswa Menengah Atas. Selain itu, peneliti ingin
belum memiliki cita-cita yang ingin mengetahui apakah pelatihan goal setting
dicapai, belum memiliki tujuan yang dapat meningkatkan motivasi belajar

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 205


Muhammad Erwan Syah, Hepi Wahyuningsih, & Ratna Syifa’a Rachmahana

bahasa Arab pada siswa kelas XI di SMA tergantung berupa motivasi belajar.
“X” Yogyakarta, sehingga efek yang Rancangan eksperimen yang digunakan
diharapkan dalam modul ini dapat adalah pre-post control group design.
dikembangkan lebih lanjut dengan Pada desain ini, diawal penelitian ini
format dan waktu yang lebih sesuai. dilakukan pengukuran terhadap variabel
tergantung pada subjek. Kemudian sete-
METODE PENELITIAN lah diberikan perlakuan dilakukan peng-
ukuran kembali terhadap variabel tergan-
Desain Penelitian tung pada subjek dengan alat ukur yang
Penelitian ini merupakan penelitian sama (Azwar, 2003). Rancangan ekspe-
eksperimen, dengan menggunakan varia- rimen yang digunakan dalam penelitian
bel bebas berupa goal setting, variabel ini adalah:

Tabel 1. Disain Penelitian


Kelompok Prates Perlakuan Pascates Tindaklanjut
KE Y1 X Y2 Y3
KK Y1 - Y2 Y3

Subjek Penelitian skala motivasi belajar bahasa Arab, (2)


Subjek penelitian ini adalah 26 Uji coba skala motivasi belajar bahasa
siswa kelas XI SMA “X” Yogyakarta. Arab, (3) Wawancara, (4) Observasi.
Pembagian subjek menggunakan teknik Skala yang digunakan dalam pene-
random assignment adalah prosedur litian ini adalah skala motivasi belajar
memasukkan secara acak subjek pada yang dikembangkan oleh Putri (2011).
sampel penelitian kedalam setiap Validitas skala ini adalah 0,219 - 0,586
kelompok penelitian (Azwar, 2003). dan reliabilitas skala ini adalah 0,996.
Mata pelajaran yang digunakan dalam Skala motivasi belajar bertujuan untuk
penelitian ini adalah bahasa Arab. mengukur motivasi belajar pada siswa
SMA “X” Yogyakarta kelas XI. Skala ini
Metode Pengambilan Data mengacu pada teori McCown, Priscaol,
Langkah-langkah yang dilakukan dan Ropp (1996) yaitu (1) keinginan atau
oleh peneliti dalam melakukan pengum- inisiatif sendiri untuk belajar; (2) keter-
pulan data ini adalah: (1) Penyusunan libatan secara sungguh-sungguh dalam

206 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Arab Pada Siswa Sekolah Menengah Atas …

proses belajar dan tugas yang diberikan; fasilitator adalah modul pelatihan goal
(3) komitmen untuk terus menerus bela- setting, sedangkan materi pelatihan yang
jar sehingga bertahan dalam pelajaran. diberikan kepada observer mencakup
panduan observer. Pengukuran awal
Prosedur Penelitian dan Intervensi dilakukan dengan menggunakan skala
Prosedur pemberian perlakuan da- motivasi belajar yang telah di uji coba
lam penelitian ini dibagi menjadi bebe- dan dilihat validitas serta reliabilitasnya.
rapa tahap, yaitu: persiapan, pengukuran Tahap selanjutnya setelah tahap
awal (pretest), pelaksanaan penelitian, persiapan selesai dilaksanakan adalah
pengukuran akhir (posttest), dan pelak- pelaksanaan pelatihan, yaitu pelaksanaan
sanaan tindakan (follow up). pelatihan motivasi belajar bahasa Arab
Persiapan penelitian dilakukan pada siswa kelas XI di SMA “X”
dengan analisis kebutuhan, yaitu untuk Yogyakarta. Pelatihan diberikan dalam
mengetahui perlu atau tidaknya pelatihan tujuah sesi, yaitu pembukaan, inspirasi
diberikan pada siswa kelas XI di SMA “X” sukses, mengenal diri, penetapan tujuan,
Yogyakarta. Setelah analisis kebutuhan umpan balik, komitmen, dan penutup.
selesai, modul pelatihan disusun. Modul Kelompok eksperimen diberikan pela-
pelatihan goal setting disusun berda- tihan dengan durasi waktu 1,5 – 2,5 jam
sarkan modul Anindita (2012) dengan per sesi yang dibagi ke dalam dua kali
memodifikasi beberapa konsep goal pertemuan. Adapun kelompok kontrol
setting yang dikemukakan oleh Moran mendapatkan intervensi setelah rangkai-
(Sukadji, 2010), dan Locke dan Latham an penelitian selesai (wating list).
(2006), yang memiliki komponen antara Pengukuran akhir dilakukan setelah
lain tujuan yang spesifik, terukur, pelatihan selesai dilaksanakan. Peserta
realistik, memiliki batas waktu, mene- diberikan lembar evaluasi pelatihan dan
tapkan tujuan jangka panjang dan jangka langsung dilakukan pascates dengan
pendek (SMART), clarity atau kejelasan, memberikan skala motivasi belajar
challenge atau tantangan, task complexi- bahasa Arab. Pelaksanaan tindak lanjut
ty atau kompleksitas tugas, komitmen (follow up) dilaksanakan dua minggu
dan umpan balik. setelah pelaksanaan posttest dilakukan.
Peneliti menjelaskan hak dan ke- Pelaksanaan dilakukan dengan mem-
wajiban fasilitator, ko-fasilitator, dan berikan skala motivasi belajar bahasa
observer. Materi pelatihan yang diberikan Arab. Selain itu, dilakukan juga wawan-

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 207


Muhammad Erwan Syah, Hepi Wahyuningsih, & Ratna Syifa’a Rachmahana

cara tentang sejauh mana pelatihan goal dengan p= 0,000 (nilai sig < 0,05).
setting diterapkan dalam belajar. Berarti, hipotesis diterima yaitu ada
perbedaan motivasi belajar bahasa Arab
Teknik Analisis Data sebelum pelatihan (pretest) dan setelah
Analisis data yang digunakan da- pelatihan goal setting (posttest). Kemu-
lam penelitian ini adalah analisis statistik. dian motivasi belajar bahasa Arab dilihat
Metode yang digunakan untuk melihat lagi hasilnya dua minggu setelah
motivasi belajar bahasa Arab pada siswa pelatihan (follow up) diketahui nilai Z= -
sebelum diberikan pelatihan goal setting 2.500 dengan p= 0,012 (nilai sig <
dengan setelah diberikan pelatihan goal 0,05) yang berarti hipotesis diterima yaitu
setting. Hasil analisis data dapat dilihat ada perbedaan motivasi belajar bahasa
melalui analisis Uji Mann-Whitney. Ana- Arab sebelum pelatihan (pretest) dan dua
lisis untuk menguji hipotesis dalam minggu setelah pelatihan (follow up).
penelitian ini adalah dengan mengguna- Berdasarkan data skor skala moti-
kan gain skor Uji Mann-Whitney untuk vasi belajar bahasa Arab di atas, dapat
mengetahui ada tidaknya pengaruh pela- diketahui motivasi belajar bahasa Arab
tihan goal setting untuk meningkatkan berdasarkan skor yang diperoleh. Subjek
motivasi belajar bahasa Arab pada siswa termasuk dalam kategori motivasi belajar
kelas XI di SMA “X” Yogyakarta. bahasa Arab rendah apabila memiliki
skor kurang dari 57, subjek tergolong
HASIL PENELITIAN dalam kategori motivasi belajar bahasa
Arab sedang jika mendapatkan skor
Analisis data dilakukan secara ke- berkisar antara 57-95, dan jika subjek
seluruhan menggunakan analisis statistik termasuk dalam kategori memiliki moti-
uji Mann-Whitney. Priyatno (2012) vasi belajar bahasa Arab yang tinggi
mengatakan uji Mann-Whitney ini digu- apabila memiliki skor di atas 95. Dari 13
nakan untuk menguji perbandingan dua subjek pelatihan, semua subjek meng-
rata-rata kelompok sampel yang alami peningkatan setelah pelatihan
independen. Analisis ini termasuk non (posttest). Dua minggu setelah pelatihan
parametrik sehingga tidak mensyaratkan (follow up) mengalami penurunan,
data berdistribusi normal. Dari data meskipun tidak sampai dalam kondisi
pretest dan posttest skala motivasi belajar semula, ada satu subjek yang mengalami
bahasa Arab diketahui nilai Z= -4.359 penurunan seperti kondisi semula

208 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Arab Pada Siswa Sekolah Menengah Atas …

(pretest). Berdasarkan hasil wawancara membolos), siswa mengerjakan tugas dan


dengan guru bahasa Arab setelah PR yang diberikan guru, dan siswa lebih
mengikuti pelatihan, intensitas membolos memperhatikan ketika guru menjelaskan
pada saat jam pelajaran bahasa Arab materi saat di kelas. Perbandingan skor
berkurang (sebelum intervensi 25% siswa tersebut dapat dilihat pada grafik di
membolos pada jam pelajaran, setelah bawah ini:
dilakukan intervensi 10% siswa yang

140

120

100

80
Pretest
60
Posttest
Follow Up
40

20

Grafik 1. Perbandingan skor skala motivasi belajar bahasa Arab siswa sebelum
pelatihan, setelah pelatihan dan dua minggu setelah pelatihan

PEMBAHASAN goal setting. Dari data prates dan


pascates skala motivasi belajar bahasa
Penelitian ini bertujuan menguji Arab siswa diketahui nilai Z= -4.359
efektivitas pelatihan goal setting dalam dengan p=0,000 (nilai sig < 0,05)
meningkatkan motivasi belajar bahasa berarti hipotesis diterima yaitu ada
Arab siswa. Hipotesis penelitiannya perbedaan motivasi belajar bahasa Arab
adalah ada perbedaan motivasi belajar sebelum pelatihan (pretest) dan setelah
antara sebelum dan sesudah pelatihan pelatihan goal setting (posttes).

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 209


Muhammad Erwan Syah, Hepi Wahyuningsih, & Ratna Syifa’a Rachmahana

Kemudian motivasi belajar bahasa Arab menyelesaikan tugas akan membuat


dilihat lagi hasilnya dua minggu setelah individu untuk selalu mengarah perhatian
pelatihan (follow up) diketahui nilai Z= - kembali terhadap tugas tersebut); (2)
2.500 dengan p= 0,012 (nilai sig < goal menggerakkan usaha (semakin
0,05) yang berarti hipotesis diterima yaitu terasa sulit untuk mencapai goal, maka
ada perbedaan motivasi belajar bahasa kecenderungan akan semakin besar
Arab sebelum pelatihan (pretest) dan dua usaha yang akan dilakukan); (3) goal
minggu setelah pelatihan (follow up). meningkatkan ketahanan kerja (apabila
Diterimanya hipotesis yang diaju- seseorang memiliki goal yang jelas, maka
kan dalam penelitian ini sesuai dengan kecenderungan akan lebih sedikit ter-
penelitian yang dilakukan (Morisano, ganggu atau menyerah sebelum menca-
dkk. 2010) seseorang yang mempunyai painya). (4) Goal meningkatkan perkem-
tujuan yang jelas nampak lebih mampu bangan strategi baru (apabila strategi
untuk mengarahkan perhatian secara yang telah dilakukan tidak berhasil,
langsung, berusaha untuk melakukan seseorang cenderung akan mencoba
aktivitas yang relevan dengan tujuan dan strategi lainnya untuk mencapai goal
menjauhi usaha yang tidak relevan tersebut).
dengan pencapaian tugas, serta menam- Menurut Elliot, dkk (2009) pada
pilkan kapasitas regulasi diri yang besar. saat siswa sudah mempunyai tujuan
Penetapan tujuan yang jelas juga akan maka, siswa mengetahui rintangan atau
menampakkan adanya peningkatan antu- kendala dan strategi yang efisien untuk
sias, dan dengan adanya tujuan yang mencapai kesuksesan final. Pengalaman
penting bagi seseorang akan mengantar- yang tidak menyebabkan stres karena
kannya pada produksi energi yang besar memiliki sugesti positif untuk mencapai
dari pada tujuan yang tidak terlalu tujuan tersebut. Berusaha untuk men-
penting. dapatkan tujuan yang menantang, strategi
Locke dan Latham (dalam Sukadji, yang berbeda, melaksanakan tugas-tugas
2010) mengemukakan empat alasan secara berkelanjutan.
mengapa goal setting dapat mening- Upaya pengenalan goal setting
katkan motivasi belajar dan memperbaiki pada siswa dilakukan dengan pendekatan
performance, sebagai berikut: (1) goal pelatihan. Pendekatan pelatihan dipilih
mengarahkan perhatian seseorang terha- karena pelatihan merupakan suatu
dap tugas yang dihadapinya (goal untuk metode pembelajaran yang bertujuan

210 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Arab Pada Siswa Sekolah Menengah Atas …

untuk mengubah aspek kognitif, afektif batas waktu, kejelasan, tantangan,


serta hasil keterampilan atau keahlian kompleksitas tugas, komitmen dan
(Kikpatrick dalam Salas dkk, 2009). umpan balik.
Johnson dan Johnson (2007) menyatakan Setelah melakukan permainan pe-
bahwa metode pelatihan berdasarkan serta melakukan diskusi dimana peserta
prinsip experiental learning, yaitu bahwa sudah masuk pada tahapan publishing.
perilaku manusia terbentuk berdasarkan Orang yang telah melakukan aktivitas
hasil pengalaman yang terlebih dahulu akan membagikan pengalamannya, apa
dimodifikasi untuk menambah efektivitas yang mereka rasakan selama melakukan
dan semakin lama perilaku menjadi suatu aktivitas. Pada pelatihan ini peserta
kebiasaan dan berjalan dengan otomatis melakukan diskusi mengenai pelajaran
serta individu semakin berusaha memo- apa saja yang dapat mereka ambil dari
difikasi perilaku yang sesuai dengan simulasi permainan yang sudah dila-
situasi. kukan. Misalnya pada permainan lempar
Pada pelatihan goal setting didasar- bola, peserta menceritakan strategi untuk
kan pada prinsip pembelajaran experien- dapat memasukkan bola dalam keran-
tal learning. Experiental learning terda- jang, maupun memberikan masukan dan
pat lima tahapan, yaitu experiencing, semangat kepada teman-temannya. Sete-
publishing, processing, generalizing dan lah itu, akan masuk pada tahapan proces-
applying (Aryani & Supriyanto, 2011). sing dimana peserta saling memberikan
Pada pelatihan goal setting untuk me- masukan antar sesama peserta dari hasil
ningkatkan motivasi belajar bahasa Arab diskusi sebelumnya. Akhirnya peserta
siswa. Tahapan pertama experiencing menyadari bahwa mereka dapat mela-
yaitu dimana individu atau kelompok kukan perbaikan pada diri sendiri dan
melakukan aktivitas. Pada pelatihan goal memiliki semangat untuk merubah diri.
setting ini peserta melakukan beberapa Tahapan selanjutnya yaitu generali-
simulasi permainan yang terkait dengan zing dimana peserta melihat pengalaman
motivasi. Pada setiap permainan ada mereka, dan bagaimana hal itu dapat
target perilaku yang diharapkan dicapai digunakan. Peserta pelatihan goal setting
oleh peserta, yaitu memiliki tujuan yang mengkaitkan simulasi permainan dengan
spesifik dalam belajar bahasa Arab, kegiatan mereka ketika berada di
mempunyai langkah-langkah atau strategi sekolah, bagaimana belajar mereka di
agar tujuannya dapat tercapai, memiliki sekolah. Peserta mulai mengungkapkan

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 211


Muhammad Erwan Syah, Hepi Wahyuningsih, & Ratna Syifa’a Rachmahana

perasaannya mengenai permasalahannya dari pemaknaan permainan. Hal ini juga


yang ada di sekolah. Semua peserta sesuai dengan yang diungkapkan Ancok
diberi kesempatan untuk berbicara dan (2002) bahwa metode belajar dari
saling memberi tanggapan dan masukan pengalaman merupakan siklus belajar
kepada peserta lain. yang efektif, dimana ada pembentukan
Tahapan yang terakhir adalah pengalaman, perenungan pengalaman,
applying. Trainer membantu peserta pembentukan konsep dan pengujian
menerapkan apa yang sudah digene- konsep.
ralisasi pada tahap sebelumnya ke dalam Berangkat dari rendahnya motivasi
keadaan yang nyata. Pada tahap ini belajar bahasa Arab, diperlukan adanya
trainer mulai mengkerucutkan pendapat- intervensi untuk memperbaiki motivasi
pendapat peserta dan membuatnya belajar bahasa Arab siswa. Berdasarkan
menjadi satu harapan kecil yang ingin Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dicapai bersama untuk memajukan (KTSP) tahun 2006 pada mata pelajaran
sekolah. Di sini peserta mulai membuat bahasa Arab di SMA “X” Yogyakarta,
komitmen pada diri mereka kemudian standar kompetensi mata pelajaran baha-
menuliskan dan membacakannya. Peser- sa Arab adalah siswa dapat berkomu-
ta melakukan komitmen dan perilaku nikasi dengan bahasa Arab yaitu meng-
mereka yang baru ketika berada di amati, menanya, mengeksplorasi, meng-
sekolah, sehingga setelah dua minggu asosiasi, mendengarkan, berbicara, mem-
pelatihan dilakukan pengukuran kembali. baca, dan menulis dengan menggunakan
Di sini peserta diberikan kesem- bahasa Arab. Kompetensi dasar yang
patan untuk belajar membuat tujuan harus dicapai oleh siswa dalam mata
yang spesifik, measurable, action related, pelajaran bahasa Arab yaitu memahami
time based, clarity, challenge, task cara penyampaian serta cara merespon,
complexity, komitmen dan umpan balik. mengidentifikasi cara memberitahu dan
Dalam hal ini peserta dapat mening- menanyakan tentang fakta, perasaan, dan
katkan motivasi belajar bahasa Arab sikap terkait suatu topik, mendiskripsikan
mereka karena peserta dapat belajar secara sederhana unsur kebahasaan, dan
langsung dari simulasi-simulasi yang struktur teks. Mensimulasikan dialog
sudah dilakukan kemudian dikaitkan sederhana tentang cara merespon ung-
dengan kehidupan sehari-hari dan kapan, mendemontrasikan ungkapan
akhirnya peserta mendapatkan insight sederhana tentang cara memberitahu dan

212 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Arab Pada Siswa Sekolah Menengah Atas …

menanyakan fakta, perasaan, dan sikap, masa depan secara positif berpengaruh
menyusun teks lisan dan tulisan seder- terhadap motivasi belajar.
hana untuk mengungkapkan terkait topik Penelitian yang dilakukan oleh
tertentu. Mansfield (2010) menyatakan bahwa
Harapannya siswa SMA “X” Yogya- pencapaian tujuan, tujuan sosial, tujuan
karta dapat serius dan semangat dalam masa depan siswa sangat mempengaruhi
belajar bahasa Arab, tidak membolos, motivasi belajar. terutama terkait alasan
mengerjakan tugas dan PR yang dibe- masa depan untuk mencapai dan menun-
rikan oleh guru, memperhatikan penje- jukkan bahwa aspirasi masa depan yang
lasan yang diberikan oleh guru, sehingga akan dilakukan memang mempengaruhi
mampu memahami dan menguasai mate- motivasi belajar siswa. Selanjutnya, tuju-
ri yang disampaikan guru di kelas dengan an masa depan dikaitkan dengan kedua
baik dan berdampak pada nilai bahasa penguasaan dan tujuan kinerja.
Arab yang baik juga. Intervensi yang Penelitian lain (Harackiewicz, dkk;
diberikan untuk meningkatkan motivasi 2009), menyebutkan bahwa goal setting
belajar bahasa Arab adalah pelatihan belajar siswa mempengaruhi motivasi
goal setting. Setelah diberikan pelatihan instrinsik siswa. Jika siswa memiliki goal
goal setting, motivasi belajar bahasa Arab setting belajar yang baik maka siswa
siswa meningkat hal ini ditunjukkan dari memiliki motivasi belajar intrinsik yang
perilaku siswa antara lain intensitas tinggi juga, begitu sebaliknya jika siswa
membolos berkurang (sebelum intervensi memiliki tujuan belajar yang rendah
25% siswa membolos pada jam pela- maka siswa memiliki motivasi intrinsik
jaran, setelah dilakukan intervensi 10% yang rendah.
siswa yang membolos), siswa menger- Penelitian oleh Morisano, dkk
jakan tugas dan PR yang diberikan oleh (2010) pada 85 siswa yang mengalami
guru, siswa lebih memperhatikan ketika kesulitan akademis, menunjukkan bahwa
guru menjelaskan materi). setelah diberikan intervensi goal setting,
Diterimanya hipotesis pada pene- maka siswa menunjukkan perkembangan
litian ini sesuai dengan penelitian-pene- yang signifikan dalam peningkatan pres-
litian sebelumnya seperti yang dilakukan tasi akademis dan motivasi belajar. Pene-
oleh Kaufman dan Husman (2010) litian oleh Clarke, dkk (2009) menun-
bahwa persepsi murid tentang bagaimana jukkan bahwa pelatihan goal setting
mereka menetapkan tujuan belajar untuk dapat meningkatkan usaha pencapaian

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 213


Muhammad Erwan Syah, Hepi Wahyuningsih, & Ratna Syifa’a Rachmahana

tujuan dalam menyelesaikan pekerjaan motivasi belajar bahasa Arab pada siswa
atau tugas belajar. Penelitian oleh kelas XI SMA “X” Yogyakarta. Hal ini
Haslam, dkk (2009), menunjukkan dapat dilihat dari adanya peningkatan
bahwa siswa yang mengikuti pelatihan motivasi belajar siswa ketika di sekolah
goal setting lebih dapat mengaktua- pada aspek keinginan atau inisiatif
lisasikan diri dan mengembangkan diri sendiri untuk belajar, keterlibatan secara
dalam mencapai tujuan belajar. sungguh-sungguh dalam proses belajar
Permasalahan motivasi belajar ba- dan tugas yang diberikan, komitmen
hasa Arab siswa sering muncul di untuk terus belajar sehingga bertahan
sekolah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor dalam pelajaran. Hal ini menunjukkan
eksternal maupun faktor internal. Faktor bahwa pelatihan goal setting mem-
eksternal antara lain, kondisi sekolah berikan pengaruh bagi perubahan moti-
yang kurang mendukung baik sarana dan vasi belajar bahasa Arab pada siswa.
prasarana belajar bahasa Arab, metode Berdasarkan analisis kualitatif dida-
guru mengajar, teman sebaya, dan pola patkan bahwa siswa mendapatkan
asuh. Sedangkan faktor internal yaitu beberapa manfaat selama melakukan
tujuan belajar, cita-cita, kemampuan pelatihan goal setting seperti memiliki
siswa dan persepsi mengenai kemam- cita-cita dan tujuan yang jelas untuk
puannya. Dalam penelitian ini subjek belajar bahasa Arab, dan membuat
mengalami penurunan skor setelah dua langkah-langkah yang harus dilakukan
minggu pelatihan, hal ini dapat di- untuk mencapai tujuan, mendapatkan
pengaruhi oleh faktor lain, seperti masukan atau umpan balik dari orang
metode guru mengajar yang kurang tepat lain, saling memberikan dukungan dan
dengan kondisi siswa, maupun sarana semangat kepada teman.
dan prasarana sekolah.
Saran
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, seko-
lah perlu melakukan screening siswa
Simpulan yang mengalami hambatan dalam
Berdasarkan analisis data dan motivasi belajar dengan menggunakan
pembahasan yang dilakukan maka dapat skala yang telah dilakukan oleh peneliti
disimpulkan bahwa pelatihan goal setting dan memberikan psikoedukasi dan
dalam penelitian ini dapat meningkatkan konseling. Selain itu, konselor sekolah

214 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016


Meningkatkan Motivasi Belajar Bahasa Arab Pada Siswa Sekolah Menengah Atas …

atau wali kelas juga dapat melakukan Azwar, S. (2003). Metode penelitian.
observasi di kelas maupun di lingkungan Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
sekolah pada saat jam belajar sehingga
Clarke, S.P., Crowe, T.P., Oades, L.G., &
siswa yang memiliki kebutuhan khusus
Deane, F.P. (2009). Do Goal
dalam motivasi belajar mendapatkan Setting Intervention Improve The
penanganan. Guru dapat memotivasi Quality Of Goal in Mental Healt
siswa sebelum memulai pelajaran Services. Psychiatric Rehabilitation
dengan modeling seperti menceritakan Journal. 32 (4), 292-299.
tokoh orang sukses, sehingga siswa
Departemen Pendidikan Agama. (2004).
diharapkan termotivasi untuk seperti
Kurikulum Berbasis Kompetensi.
orang tersebut dan akan belajar dengan Jakarta.
sungguh-sungguh karena memiliki
keinginan untuk sukses. Elliot, A. J., Shell, M. M., Henry, K. B., &
Maier, M. A. (2009). Achievment
Goal, Performance Contingencies,
DAFTAR PUSTAKA
and Performance Attainment: An
Experimental Tes. Journal of
Ancok, D. (2002). Outbond Management Educational Psychology, 97 (4),
Training. Yogyakarta: UII Press. 630-640.

Anindita, D. (2012). Peningkatan prestasi Harackiewicz, J.M., Sansone, C., &


belajar mata pelajaran bahasa Manderlink, G. (2009). Compe-
indonesia pada siswa kelas xii IPA tence Achievment Orientation and
di SMA N “X” Lampung dengan Intrinsic Motivation: a Process
menggunakan pelatihan goal Analysis. Journal of Personality and
setting. Tesis (tidak diterbitkan). Social Psychology, 48 (2), 493-508.
Lampung: Universitas Negri
Lampung. Haslam, S.A., Wegge, J., & Pastmes, T.
(2009). Are we on a Learning
Aryani, D & Supriyanto, S. (2011). Curve or a Treadmill? The Benefits
Peningkatan Efektivitas Tim Kerja of Participative Group Goal Setting
Asuhan Keperawatan Melalui Become Apparent as Task Become
Metode Arung Alam. Jurnal Increasingly Challenging Over
Administrasi, Kebijakan, dan Time. European Journal of Social
Kesehatan. 1 (3), 140-145. Psychology. 39 (2), 430-446.

Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016 | 215


Muhammad Erwan Syah, Hepi Wahyuningsih, & Ratna Syifa’a Rachmahana

Johnson, D. W & Johnson, F. P. (2007). Morisano, D., Hirs, J.B., Peterson, J., &
Joining Together: Group Theory Shore, B.M. (2010). Setting
and Group Skills. Boston: Allyn & Elaborating and Reflecting on
Bacon. Personal Goal Improves Academic
Performance. Journal of Applied
Kauffman, D.F., & Husman, J. (2010). Psychology, 95 (2), 255-264.
Effects of Time Perspective on
Student Motivation: Introduction to Priyatno, D. (2012). Belajar Praktis
a Special Issue. Educational Analisis Parametrik dan Non
Psychology Review, 16 (1), 1-7. Parametrik dengan SPSS.
Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Locke, E. A & Latham, G. P. (2006). A
Theory of Goal Setting and Task Salas, E., Fowlkes, J.E., Stout, R.J.,
Performance. Englewood Cliffs, NJ: Milanovich, D.M., Prince, C.
Prentice Hall. (2009). Does CRM Training
Improve Teamwork Skills in the
Mansfield, C. (2010). Motivating Cocpit?: Two Evaluation Studies.
Adolescents: Goals for Australian The Journal of The Human Factors
Students in Secondary Schools. and Ergonomics Society June 1999,
Australian Journal of Educational & 41 (2), 326-343.
Developmental Psychology. 10 (3),
44-56. Sukadji, S. (2010). Sukses di Perguruan
Tinggi. Depok : Tidak Diterbitkan.
McCown, R., Priscaol, M., Ropp, P. G.
(1996). Educational Psychology: Suryabrata, S. (2010). Psikologi
Learning Centerd Classical Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Approach Edition 2. MA: Simon
and Schuster Companis. Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

216 | Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 8 No. 2 Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai