Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
1. Hakekat Kemampuan Berpikir Logis
a. Pengertian Berpikir Logis
Berpikir logis adalah kemampuan atau proses berpikir yang didasarkan
pada prinsip-prinsip logika, alasan, dan pemikiran yang rasional. Berpikir
logis adalah bentuk berpikir yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang masuk
akal dan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku dalam suatu lingkungan
tertentu (Ranjabar, 2014). Berpikir logis adalah kemampuan untuk memahami
pola-pola, mengelompokkan informasi, melakukan perbandingan, mengenali
hubungan sebab-akibat, mengidentifikasi struktur, serta melakukan pemikiran
secara terstruktur. Berpikir logis terhubung dengan upaya aktif anak-anak
dalam memperluas pengetahuan mereka, terutama dalam konteks
menyelesaikan masalah sehari-hari, memahami lingkungan sekitar mereka,
dan melakukan pemikiran yang terstruktur dengan memanfaatkan semua
indera mereka (Hendi & Ismaniar, 2021).
Berpikir logis adalah bentuk pemikiran yang berfokus pada hubungan
sebab-akibat, dan dalam prosesnya, menggabungkan pengetahuan yang ada
untuk menghasilkan perubahan dalam pemahaman atau makna (Sella Monika,
dkk., 2023). Berdasarkan pendapat para ahi dapat disimpulkan bahwa Berpikir
logis merupakan kemampuan untuk merumuskan argumen atau pemikiran
yang konsisten, rasional, dan sesuai dengan prinsip-prinsip logika didasarkan
pada fakta-fakta objektif untuk memahami pola-pola, mengelompokkan
informasi, dan mengenali hubungan sebab-akibat.
b. Manfaat Berpikir Logis
Berpikir logis memiliki manfaat yang signifikan dalam pengembangan
kemampuan pemecahan masalah. Anak-anak yang memiliki kemampuan
berpikir logis yang baik cenderung lebih efektif dalam mengatasi tantangan
pemecahan masalah dalam berbagai konteks (Johnson & Smith, 2010).
menumbuhkan pengetahuan mereka secara aktif baik dalam hal memecahkan
masalah sehari-hari memahami lingkungan sekitar serta berpikir secara
struktur dengan seluruh panca indra mereka (Nahdi, dkk., 2020).
Berpikir logis dapat menggambarkan bagaimana anak-anak dapat
mengembangkan sikap ingin tahu, mencerminkan kreativitas, memahami cara
mengatasi masalah, memperhatikan diri dan lingkungan sekitar,
menyelesaikan masalah sehari-hari, menjadi siswa yang baik, dan menjaga
keseimbangan panca indera secara keseluruhan (Suminah, dkk., 2015).
Berdasarkan beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa berpikir logis
memiliki manfaat sebagai jembatan bagi anak dalam meningkatkan hasil
belajar.
c. Perkembangan Berpikir Logis Anak Usia Dini
Kognitif adalah istilah yang merujuk pada kemampuan belajar,
berpikir, dan kecerdasan, yang mencakup kapasitas untuk menggali
keterampilan dan konsep baru, kemampuan untuk memahami dinamika
lingkungan, serta kemampuan untuk menggunakan daya ingat dan
menyelesaikan tantangan sederhana (Wiyani, 2014). Proses perkembangan
kognitif anak-anak melalui berbagai aktivitas bermain, yang memiliki peran
yang sangat signifikan dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka (Fitri,
2017). Kemampuan berpikir logis merupakan salah satu kemampuan yang
termasuk ke dalam ranah kognitif. Dengan ke
Hal ini sesuai dengan Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 yang
menyatakan bahwa aspek kognitif pada anak usia dini ini di urai ke dalam tiga
bagian yaitu belajar dan pemecahan masalah, berpikir logis, serta berpikir
simbolik dalam tabel di bawah ini :
Tabel Tingkat Pencapaian Perkembangan Berpikir Logis Anak Usia 5-
6 Tahun :

ASPEK PERKEMBANGAN USIA 5-6 TAHUN

Kognitif a) Mengenal perbedaan ukuran :


Berpikir Logis “lebih dari” ; “kurang dari” ; dan
“paling/ter”
b) Menunjukkan inisiatif dalam
memilih tema permainan
c) Menyusun perencanaan kegiatan
yang akan dilakukan
d) Mengenal sebab akibat
tentang lingkungannya
e) Mengklasifikasikan benda
berdasarkan warna, bentuk, dan
ukuran
f) Mengklasifikasikan benda yang
lebih banyak dalam kelompok yang
sama atau kelompok sejenis atau
kelompok berpasangan yang lebih
dari dua variasi
g) Mengenal pola ABCD ABCD
h) Mengurutkan benda berdasarkan
ukuran dari paing besar ke paling
kecil atau sebaliknya

Peneliti akan mengunakan dua aspek perkembangan kognitif dalam


bagian berpikir logis yang akan digunakan sebagai indikator kerja yaitu :

a. Mengenal sebab akibat tentang lingkungannya


b. Mengklasifikasikan benda berdasarkan warna, bentuk, dan ukuran

2. Hakekat Metode Eksperimen


a. Pengertian Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik
baik perorangan maupun kelompok untuk melakukan percobaan yang sengaja
dirancang dan terencana untuk membuktikan kebenaran suatu teori dengan
menempuh/menggunakan cara yang teratur dan sistematis (Rismawati, dkk.,
2014). Metode eksperimen merupakan salah satu pendekatan pengajaran di
mana siswa aktif terlibat dalam melakukan percobaan terkait suatu topik,
mengamati langkah-langkahnya, mencatat hasil percobaan tersebut, dan
selanjutnya berbagi hasil observasi dengan rekan sekelas, serta
mengevaluasinya bersama-sama dengan bimbingan guru (Roestyah, 2008).
Metode eksperimen adalah strategi pengajaran di mana siswa terlibat
langsung dalam percobaan untuk mendapatkan pemahaman praktis dan
pengalaman langsung terkait materi yang diajarkan (Nindyati, dkk., 2017).
Sehingga disimpulkan bahwa metode eksperimen adalah suatu pendekatan
pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam melakukan percobaan
yang dirancang dengan sengaja dan terencana.
b. Langkah-Langkah Implementasi Metode Eksperimen
Pembelajaran dengan metode eksperimen melatih siswa dalam
memahami dan mempelajari konsep (Martiningsih, 2017). Metode eksperimen
mendorong anak untuk secara aktif belajar, serta menjadikan anak sebagai
pelaku pembelajaran dalam berbagai situasi, dilakukan secara alami dan
fleksibel, tanpa terikat oleh waktu atau tempat tertentu (Khoirussifa, 2018).
Pelaksanaan pembelajaran eksperimen selalu mengharuskan penggunaan
peralatan, karena prinsip dasar dari pembelajaran ini adalah melakukan
percobaan terhadap suatu objek serta terdapat tiga langkah atau prosedur yang
harus diikuti dalam menjalankan metode eksperimen, yakni: 1) langkah
persiapan, 2) langkah pelaksanaan, dan 3) langkah tindak lanjut (Dewi, dkk.,
2014).
Dalam penerapan metode eksperimen ada beberapa tahapan atau
langkah yaitu : langkah persiapan, Langkah pelaksanaan, Langkah tindak
lanjut dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Langkah Persiapan
Hal ini melibatkan peneliti dalam melakukan tinjauan pustaka
terkait permasalahan yang dihadapi dan juga terkait pendekatan
yang akan digunakan. Tujuan utamanya adalah untuk memperkuat
pendekatan dengan merujuk pada teori-teori yang ada serta
penelitian sebelumnya.

2. Langkah pelaksanaan
Di sisi lain, melibatkan kolaborasi antara peneliti dan guru
dalam menjalankan rencana kegiatan yang telah disusun. Proses ini
mencakup beberapa langkah, seperti mempersiapkan peralatan dan
lokasi, mengkomunikasikan aturan-aturan kegiatan, memberikan
demonstrasi tentang cara menjalankan kegiatan, dan memberi
kesempatan kepada anak-anak untuk aktif terlibat dalam kegiatan
tersebut.
3. Langkah Tindak Lanjut
Sementara Langkah tindak lanjut, merupakan langkah terakhir
yang dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan selesai.
c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Eksperimen
Adapun keunggulan metode eksperimen yaitu a. Memotivasi minat
belajar siswa. b. Mendorong pengembangan sikap ilmiah pada siswa. c.
Membuat pembelajaran lebih relevan dan terkini. d. Membantu pembentukan
kebiasaan belajar baik secara individu maupun kelompok (Anita, 2007).
Sedangkan kelemahan metode eksperimen yaitu a. keterbatasan alat-alat
eksperimen menyebabkan tidak semua siswa memiliki kesempatan untuk
melakukan eksperimen. b. jika eksperimen memakan waktu yang lama, siswa
harus menunggu sebelum mereka bisa melanjutkan pembelajaran. c. metode
ini lebih cocok untuk mempresentasikan materi-materi dalam bidang ilmu dan
teknologi (Diana & Elif, 2013).
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa metode eksperimen mempunyai
keunggulan dan juga kelemahan jika diterapkan dalam pembelajaran.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti kepada anak
usia 5-6 tahun di TK NDM Frobel Sondakan ditemukan anak yang mengalami
perkembangan kurang optimal khususnya dalam berpikir logis. Menghadapi
permasalahan tersebut, maka salah satu solusi dalam pembelajaran yaitu
dengan metode eksperimen. Penerapan metode eksperimen dengan penelitian
eksperimental untuk mengetahui pengaruh metode eksperimen terhadap
berpikir logis.

Pembelajaran
dengan Metode
Eksperimen

Berpikir Logis
Anak Usia Dini

Berpikir Logis Anak sebelum Berpikir Logis Anak sesudah


diberikan perlakuan diberikan perlakuan

Uji beda berpikir logis anak


yang sebelum dan sesudah
diberi perlakuan

C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka dalam penelitian ini
dapat dirumuskan hipotesis bahwa :
Ha : Penggunaan metode eksperimen memiliki pengaruh terhadap berpikir
logis anak usia 5-6 tahun di TK NDM Frobel Sondakan.
Ho : Penggunaan metode eksperimen tidak memiliki pengaruh terhadap
berpikir logis anak usia 5-6 tahun di TK NDM Frobel Sondakan.

Anda mungkin juga menyukai