Anda di halaman 1dari 35

KEGIATAN BELAJAR 3:

MODEL-MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN


DALAM KURIKULUM 2013

Sub- Capaian Pembelajaran

Membedakan model-model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013


Menjelaskan metode-metode pembelajaran dalam kurikulum 2013
Menjelaskan Pendekatan technological, pedagogical and content knowledge
(TPACK)

Materi Pembelajaran

A. Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013


1. Pengertian Model Pembelajaran
2. Jenis-jenis Model Pembelajaran
3. Langkah Pemilihan Model Pembelajaran
B. Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)
D. Metode Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran

URAIAN MATERI

A. Model-Model Pembelajaran Kurikulum 2013


1. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joice & Wells, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedo
Sedangkan menurut Arends dalam Trianto, model pembelajaran adalah

68
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yaitu:

a. Rasional teoretis logis yang disusun oleh para pencipta atau


pengembangnya. Model pembelajaran mempunyai teori berfikir yang
masuk akal. Maksudnya para pencipta atau pengembang membuat teori
dengan mempertimbangkan teorinya dengan kenyataan sebenarnya serta
tidak secara fiktif dalam menciptakan dan mengembangankannya.
b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan
pembelajaran yang akan dicapai). Model pembelajaran mempunyai
tujuan yang jelas tentang apa yang akan dicapai, termasuk di dalamnya
apa dan bagaimana siswa belajar dengan baik serta cara memecahkan
suatu masalah pembelajaran.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat
dilaksanakan dengan berhasil. Model pembelajaran mempunyai tingkah
laku mengajar yang diperlukan sehingga apa yang menjadi cita-cita
mengajar selama ini dapat berhasil dalam pelaksanaannya.
d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat
tercapai. Model pembelajaran mempunyai lingkungan belajar yang
kondusif serta nyaman, sehingga suasana belajar dapat menjadi salah satu
aspek penunjang apa yang selama ini menjadi tujuan
pembelajaran. (Trianto, 2010).
2. Jenis-jenis Model Pembelajaran

Berdasarkan Permendikbud Nomor 65 Tahun tentang Standar Proses, model pembelajaran yang
projek (Project Based Learning), Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching

69
Learning) dan model pembelajaran berbasis permasalahan (Problem
Based

a. Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)


Model pembelajaran Discovery Learning mengarahkan siswa untuk
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43).
Penemuan konsep terjadi bila data dari guru tidak disajikan dalam bentuk
akhir, tetapi dalam bentuk proses (never ending process). Dengan
penggunaan model pembelajaran discovery learning siswa didorong untuk
mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari
informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk
(konstruksi) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu
bentuk akhir.
Tujuan dari model pembelajaran Discovery Learning adalah: a)
meningkatkan kesempatan peserta didik untuk teribat aktif dalam
pembelajaran; b) membantu peserta didik belajar menemukan pola dalam
situasi konkret maupun abstrak; c) membantu peserta didik belajar
merumuskan strategi tanya jawab dan memperoleh informasi yang
bermanfaat dalam menemukan; d) membantu peserta didik membentuk
cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi serta
mendengarkan dan menggunakan ide-ide orang lain; dan e)
meningkatkan keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang
lebih bermakna.

Dengan mengaplikasikan Discovery Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kem


Discovery siswa menemukan informasi sendiri.

70
Langkah-langkah Pembelajaran Discovery
Learning
Kegiatan penciptaan stimulus dilakukan pada saat siswa
melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara
melihat, mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta yang
disediakan dimulai dari yang sederhana hingga fakta atau fenomena
yang menimbulkan kontroversi. Pada tahapan ini siswa dihadapkan
pada sesuatu yang menimbulkan perhatian, kemudian dilanjutkan
untuk tidak memberi generalisasi agar timbul keinginan untuk
menyelidiki sendiri.
2) Menyiapkan pernyataan masalah (Problem Statement)
Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru
memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan
dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atau opini atas
pertanyaan masalah) (Syah, 2004: 244).
Permasalahan yang dipilih itu selanjutnya dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pernyataan (statement)
sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi dan
menganalisis permasalahan yang dihadapi merupakan teknik yang
berguna agar mereka terbiasa menemukan suatu masalah.
3) Mengumpulkan data (Data Collecting)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada siswa untuk mengump
melalui berbagai cara, misalnya, membaca literatur, mengamati objek,

71
wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri
dan

untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan


yang dihadapi, sehingga secara alamiah siswa menghubungkan
masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4) Mengolah data (Data Processing)
Menurut Syah (2004: 244) pengolahan data merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa baik
melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,
bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002: 22). Pengolahan
data disebut juga dengan pengkodean (coding) atau kategorisasi yang
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru
tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat
pembuktian secara logis.
5) Memverifikasi data (Verification)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan
sebelumnya dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data
processing (Syah, 2004: 244). Dalam hal verification, menurut Brunner,
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau p
6) Menarik kesimpulan (Generalization)

72
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004: 244). Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan
proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan
materi pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang
luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

73
Hubungan antara sintak model pembelajaran discovery learning dengan langkah pembelajaran pendekatan saintifik diilustrasikan
pada contoh berikut ini
Sintaks Langkah/Kegiatan Pembelajaran
discovery
Mengamati Menanya Mengumpulkan data Mengasosiasi Mengomunik
learning
asikan

Essential Mengamati fenomena Mengidentifikasi


question sosial yang terjadi di masalah untuk
masyarakat memperoleh masalah
yang pokok sebagai
(masalah makanan
landasan untuk
yang halal dan baik)
melakukan penelitian
sosial dan kemudian
dikembangkan
menjadi rumusan
masalah

Designing Menyusun rancangan


Project Plan penilitian sosial.

76
Sintaks Langkah/Kegiatan Pembelajaran
discovery
Mengamati Menanya Mengumpulkan data Mengasosiasi Mengomunik
learning
asikan

Menyusun intrumen
penelitian

Creating Membuat jadwal


Schedule penelitian (rencana,
pelaksanaan, dan
pelaporan)

Monitor the Pengumpulan data


progress penelitian

Guru memonitor aktivitas


peserta didik selama
proses penelitian

7
77
Sintaks Langkah/Kegiatan Pembelajaran
discovery
Mengamati Menanya Mengumpulkan data Mengasosiasi Mengomunik
learning
asikan

Analisis data
penelitian
Assess the Guru melakukan
outcome evaluasi tentang
apa yang telah
dilakukan oleh
peserta didik
Evaluate the Membuat Mempresent
experiment kesimpulan dan asikan hasil
laporan hasil penelitian
penelitian tentang
tentang fenomena
fenomena sosial sosial

Melakukan
refleksi

78
Sintaks Langkah/Kegiatan Pembelajaran
discovery
Mengamati Menanya Mengumpulkan data Mengasosiasi Mengomunik
learning
asikan

bersama
guru dg
peserta didik

79
7
b. Pendidikan Berbasis Proyek (Project Based Learning)
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning atau PjBL)) adalah
model pembelajaran yang menggunakan proyek/ kegiatan sebagai inti
pembelajaran. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada
permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan
investigasi dan memahaminya. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing
peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai
subjek (materi) dalam kurikulum. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan
eksperimen secara kolaboratif.
Langkah Pembelajaran
1) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan
yang memberikan tugas kepada siswa dalam melakukan suatu aktivitas.
Mengambil topik yang sesuai dengan dunia nyata yang dimulai dengan
sebuah investigasi mendalam. Guru berusaha agar topik yang diangkat
relevan untuk siswa sesuai dengan tuntutan kompetensi yang diharapkan.
Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan di awal semester agar dapat
dirancang kegiatan selanjutnya yaitu mendesain perencanaan.

2) Mendesain perencanaan proyek


Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan siswa
sehingga
main, siswa
pemilihan merasa
aktivitas “memiliki”
pendukung proyek
untuk tersebut.
menjawab Perencanaan
pertanyaan berisi
esensial
dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin. Juga mengetahui alat dan bahan yan
aturan
3) Menyusun jadwal
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivit

78
timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian
proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4)
membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang pemilihan suatu cara.

4) Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek


Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas
siswa selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara
memfasilitasi siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan
menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses
monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas
yang penting.

5) Menguji hasil
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur
ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang
sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.

6) Mengevaluasi kegiatan/ pengalaman


Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa
diminta untuk mengungkapkan
menyelesaikan proyek. Guru danperasaan dan pengalamannya
siswa mengembangkan diskusiselama
dalam rangka
memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya
ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pad

79
Hubungan antara sintak model pembelajaran project based learning dengan langkah kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik
diilustrasikan pada contoh berikut ini.

Sintaks Langkah/Kegiatan Pembelajaran


project
Mengasosiasi Mengomunikasik
based Mengamati Menanya Mengumpulkan data
learning an

Essential Mengamati fenomena Mengidentifikasi


question sosial yang terjadi di masalah untuk
masyarakat persoalan memperoleh masalah
keagamaan. yang pokok sebagai
landasan untuk
melakukan penelitian
sosial keagamaan
kemudian
dikembangkan menjadi
rumusan masalah
Designing Menyusun rancangan
Project penilitian sosial.
Plan
Menyusun intrumen
penelitian
Creating Membuat jadwal
Schedule penelitian (rencana,
pelaksanaan, dan
pelaporan)

82
Sintaks Langkah/Kegiatan Pembelajaran
project
Mengasosiasi Mengomunikasik
based Mengamati Menanya Mengumpulkan data
learning an

Monitor Pengumpulan data


the penelitian
progress
Guru memonitor
aktivitas peserta didik
selama proses
penelitian
Assess the Analisis data
outcome penelitian
Guru melakukan
evaluasi tentang apa
yang telah dilakukan
oleh peserta didik
Evaluate Membuat Mempresentasika
the kesimpulan dan n hasil penelitian
experimen laporan hasil tentang feno-
penelitian tentang mena sosial
fenomena sosial keagamaan
keagaamaan dalam
Melakukan
PAI di sekolah.
refleksi bersama
guru dg peserta
didik

883
Manfaat model pembelajaran project based learning
1) Meningkatkan motivasi belajar, mendorong kemampuan siswa melakukan
pekerjaan penting, artinya mereka perlu dihargai.
2) Mengembangkam kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan
berpikir kritis.
3) Mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan
sumberdaya.
4) Memberikan pengalaman kepada siswa dalam pembelajaran, praktik, dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber
lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
5) Melibatkan siswa untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia
nyata.
6) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga siswa maupun
guru menikmati proses pembelajaran.

c. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)


Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan
sebuah model pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam
kehidupan sehari-hari peserta didik (bersifat kontekstual) sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar. Problem Based Learning (PBL) menantang peserta
didik untuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk
mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini
yang
digunakan
dimaksud.
untukMasalah
mengikat
diberikan
peserta kepada
didik pada
peserta
rasadidik,
ingin sebelum
tahu pada
peserta
pembelajaran
didik mempelajari konsep
Langkah-langkah Pembelajaran

a) Mengorientasi peserta didik pada masalah


Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan
guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang dilakukan oleh siswa maupun

82
guru, serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses
pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa
dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal
yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu:

(1) Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar


informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki
masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi siswa yang mandiri.

(2) Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban


mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai
banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.
(3) Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), siswa didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak
sebagai pembimbing yang siap membantu, sedangkan siswa harus
berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.
(4) Selama tahap analisis dan penjelasan, siswa didorong untuk menyatakan
ide-idenya secara terbuka. Semua peserta didik diberi peluang untuk
menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.
b) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,
pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi.
Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing
antar anggota. Oleh sebab itu guru dapat memulai kegiatan pembelajaran
dengan
membentuk kelompok-kelompok siswa, masing-masing kelompok akan
memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan siswa dalam
pembelajaran.

83
Setelah siswa diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk
kelompok belajar, selanjutnya guru menetapkan subtopik-subtopik yang
spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.

c) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok


Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan
memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya
melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen,
berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan
data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap
ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan
melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-
betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar siswa
mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide
mereka sendiri. Guru membantu siswa mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dari berbagai sumber, dan mengajukan pertanyaan pada siswa
untuk berpikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk
sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan


permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka
mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan
pemecahan. Selama pembelajaran pada fase ini, guru mendorong siswa
untuk menyampaikan ide-idenya dan menerima secara penuh. Guru juga
harus
mengajukan pertanyaan yang mendorong siswa berpikir tentang kelayakan
hipotesis dan solusi yang mereka buat sertakualitas informasi yang dikumpulkan.
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan
pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa berupa suatu video tape (menunj

84
model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan
pemecahannya),
program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan
artefak sangat hasil
memamerkan dipengaruhi
karyanyatingkat berpikir
dan guru siswa. Langkah
berperan sebagai organisator
pameran. Akan lebih baik jika dalam pameran ini melibatkan siswa lainnya,
guru-guru, orang tua, dan lainnya dapat menjadi “penilai” atau memberikan
umpan balik. Misalnya, hasil karya siswa dengan tulisan indah (kaligrafi
dengan kertas biasa atau kanvas).

e) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah


Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk
membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama
fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas
yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.

85
Hubungan antara sintak model pembelajaran problem based learning dengan langkah kegiatan pembelajaran pendekatan saintifik
diilustrasikan pada contoh berikut ini.

Sintaks Langkah/Kegiatan Pembelajaran


problem
Mengamati Menanya Mengumpulkan Mengasosiasi Mengomunikasika
based
data/informasi n
learning

Mengorientas Melihat video Mencari informasi Mempresentasikan


i peserta didik atau gambar atau tentang kondisi fakir /menyampaikan
pada masalah berita beberapa miskin secara rinci dan hasil analisis
contoh periliaku yang timbul terhadap
kehidupan para akibat kemiskinan tayangan video/
fakir miskin dengan beberapa gambar/ berita
dalam pilihan beberapa contoh
kesehariannya. keadaan yang
mencari literatur
menggambar kan
tentang masalah
perilaku fakir
pokok(apa, bagaimana,
miskin.
dan mengapa)

Mengorganisa Diskusi kelompok


sikan kegiatan mengenai kondisi
pembelajaran fakir miskin yang
berada pada
lingkungan sekitar
peserta didik.

8
88
Sintaks Langkah/Kegiatan Pembelajaran
problem
Mengamati Menanya Mengumpulkan Mengasosiasi Mengomunikasika
based
data/informasi n
learning
Diskusi Kelas
mengenai skala
prioritas
pengelolaan zakat,
Konsep zakat

Membimbing Mencari informasi


Penyelidikan tentang data fakir
Mandiri miskin di
wilayah/daerah
masing-masing.
Menafsirkan dan
memahami konsep
Alquran tentang
kewajiban zakat.

8
89
Sintaks Langkah/Kegiatan Pembelajaran
problem
Mengamati Menanya Mengumpulkan Mengasosiasi Mengomunikasika
based
data/informasi n
learning

Mengembang
kan dan
Menyajikan
Karya
Analisis dan menganalisis hubungan
Evaluasi antara konsep al-Quran
tentang zakat akibat
membiarkan fakir
miskin dan berpikir
rasional dalam
mengelola zakat dan
memecahkan masalah
pokok upaya
menanggulangi fakir
miskin (solusi yang
ditawarkan).

8
90
d. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching Learning (CTL) adalah
sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi konstruktivistik. Filosofi ini
berasumsi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap
makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap
makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru
dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.
Dalam pendekatan kontekstual, ada delapan (8) komponen yang harus
ditempuh, yaitu: a. Membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna; b.
Melakukan pekerjaan yang berarti; c. Melakukan pembelajaran yang diatur
sendiri; d. Bekerja sama; e. berpikir kritis dan kreatif; f. membantu individu
untuk tumbuh dan berkembang dan; g. Mencapai standar yang tinggi, dan
menggunakan penilaian otentik.
Pendekatan kontekstual dapat diterapkan dalam mata pelajaran apa saja,
tidak terkecuali pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Menurut konsep CTL, belajar akan lebih bermakna jika anak didik ‘mengalami’
apa yang dipelajarinya, bukan sekedar ‘mengetahui’ apa yang dipelajarinya.
Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil
dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
didik memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Hernowo, 2005:
61).
CTL merupakan konsep belajar yang membantu para guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembe
Dari konsep tersebut ada tiga (3) hal yang harus dipahami. Pertama, CTL menekankan kepada prose
belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima

89
pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah proses mencari dan menemukan
sendiri materi pelajaran.
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata. Artinya, siswa dituntut untuk
dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan
kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan mengkorelasikan materi
yang ditemukan dengan kehidupan nyata, materi yang dipelajarinya itu akan
bermakna secara fungsional dan tertanam erat dalam memori siswa sehingga
tidak akan mudah terlupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkan pengetahuannya
dalam kehidupan. Artinya, CTL tidak hanya mengharapkan siswa dapat
memahami materi yang dipelajarinya, tetapi bagaimana materi itu dapat
mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam
konteks CTL tidak untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan, tetapi
sebagai bekal bagi mereka dalam kehidupan nyata.
Terdapat lima (5) karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang
menggunakan CTL:
a. Dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang
sudah ada (activating knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak
terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari. Dengan demikian,
pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang
memiliki keterkaitan satu sama lain.
b. Pembelajaran yang kontekstual adalah pembelajaran dalam rangka
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge).

Pengetahuan baru itu dapat diperoleh dengan cara deduktif. Artinya,


pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan kemudian memperhatikan detailny
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) berarti pengetahuan yang diperoleh bu
d. Mempraktikkanpengetahuandanpengalamantersebut(applying
knowledge). Artinya, pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus

90
dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk
dan penyempurnaan strategi.
e. Pembelajaran Inkuiri (Inquiry Learning)
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri.
Pembelajaran inkuiri menekankan kepada proses mencari dan menemukan.
Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam
pembelajaran ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,
sedangkan guru berperan sebagai “fasilitator” dan “pembimbing” siswa untuk
belajar. Pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses
berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan
siswa. Pembelajaran ini sering juga dinamakan pembelajaran heuristic, yang
berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti “saya menemukan”.
Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi-kondisi umum yang merupakan
syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu: 1) aspek sosial di dalam
kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif yang mengundang siswa
berdiskusi;
2) berfokustentang
reliabilitas pada hipotesis yang perlulazimnya
fakta, sebagaimana diuji kebenarannya; danhipotesis.
dalam pengujian 3) penggunaan
Ciri-ciri Pembelajaran
fakta sebagai Inkuiri
evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan
Pembelajaran inkuiri memiliki beberapa ciri, di antaranya: Pertama, pembelajaran inkuiri menekan
validitas dan
berperan sebagai penerima materi pelajaran melalui penjelasan guru secara

91
verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari
materi

Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari


menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan
demikian, pada pembelajaran inkuiri menempatkan guru bukan sebagai satu-
satunya sumber belajar, tetapi lebih diposisikan sebagai fasilitator dan motivator
belajar siswa.

Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab


antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan teknik
bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan inkuiri. Guru dalam
mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor,
konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan
merefleksikan pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja
kelompok.

Ketiga, tujuan dari pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan


kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan
kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian,
dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai materi
pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang
dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat
mengembangkan kemampuan berpikir secara optimal. Sebaliknya, siswa akan

dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai


materi pelajaran.

Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inkuiri


Pembelajaran inkuiri mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:
a. BerorientasipadaPengembanganIntelektual.Tujuanutamadari pembelajaran inkuiri adalah pen

92
demikian, pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga
berorientasi pada proses belajar.

b. Prinsip Interaksi. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses


interaksi, baik interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru,
bahkan interaksi antara siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar,
tetapi sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
c. Prinsip Bertanya. Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan
pembelajaran ini adalah guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa
untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan
sebagian dari proses berpikir. Dalam hal ini, kemampuan guru untuk
bertanya dalam setiap langkah inkuiri sangat diperlukan. Di samping itu,
pada pembelajaran ini juga perlu dikembangkan sikap kritis siswa dengan
selalu bertanya dan mempertanyakan berbagai fenomena yang
sedang dipelajarinya.
d. Prinsip Belajar untuk Berpikir. Belajar bukan hanya mengingat sejumlah
fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think),
yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir
adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
e. Prinsip Keterbukaan. Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran
yang menyediakan berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus
dibuktikan kebenarannya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk

memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan


secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Inkuiri
Proses pembelajaran inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah. Kemampuan yang dituntut adalah: (1) kesadaran


terhadap masalah; (2) melihat pentingnya masalah dan (3) merumuskan masalah.

93
b. Mengembangkan hipotesis. Kemampuan yang dituntut dalam
mengembangkan hipotesis ini adalah: (1) menguji dan menggolongkan data
yang dapat diperoleh; (2) melihat dan merumuskan hubungan yang ada
secara logis; dan (3) merumuskan hipotesis.
c. Menguji jawaban tentatif. Kemampuan yang dituntut adalah: (1) merakit
peristiwa, terdiri dari: mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan,
mengumpulkan data, dan mengevaluasi data; (2) menyusun data, terdiri
dari: mentranslasikan data, menginterpretasikan data dan
mengklasifikasikan data; (3) analisis data, terdiri dari: melihat hubungan,
mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend,
sekuens, dan keteraturan.
d. Menarik kesimpulan. Kemampuan yang dituntut adalah: (1) mencari pola
dan makna hubungan; dan (2) merumuskan kesimpulan.
e. Menerapkan kesimpulan dan generalisasi.
f. Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM)
Pendekatan STEM merupakan salah satu inovasi pembelajaran yang
berkembang di Era Revolusi Industri 4.0. STEM merupakan singkatan dari
Science, Technology, Engineering dan Mathematics. Pembelajaran dengan
pendekatan STEM diidentifikasikan sebagai pembelajaran yang menggabungkan
empat disiplin ilmu yaitu Science, Teknologi, Engineering dan Mathematics
dengan memfokuskan proses pembelajaran yang mengeksplorasi dua atau lebih
bidang yang melibatkan siswa aktif dalam konteks pemecahan masalah dalam
dunia nyata (Sanders, 2009); Roberts, 2012); Bybee, 2013). Lebih jauh, Roberts
STEM
dan Bybee
tersebut
menyatakan
harus menjadi
bahwa satu
ke-empat
kesatuandisiplin
yang holistik.
ilmu yang terintegrasi dalam
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan STEM yaitu agar siswa memiliki literasi sains dan teknolo
paham akan STEM (Bybee, 2013), yang mempunyai: 1. Pengetahuan, sikap, dan

94
keterampilan dalam memecahkan masalah dunia nyata, mendesain, menjelaskan
fenomena alam, dan menyimpulkan berdasar bukti yang ada mengenai STEM; 2.
Memahami karakteristik STEM sebagai penyelidikan, pengetahuan, serta desain
yang dikemukakan; 3. Lingkungan material, intelektual dan kultural dibentuk
akan kesadaran terhadap disiplin STEM; 4. Keterlibatan dalam kajian STEM
sebagai warga negara yang peduli, konstruktif, dan reflektif yang menggunakan
ide-ide sains, teknologi, engineering dan matematika. STEM merupakan
pendekatan pembelajaran yang diyakini sejalan dengan ruh Kurikulum 2013.
Implemetasi STEM pada pembelajaran di sekolah-sekolah Indonesia
dimaksudkan untuk menyiapkan siswa Indonesia dalam memperoleh
keterampilan abad 21, yaitu keterampilan berpikir kritis, kreatif dan inovatif,
mampu memecahkan masalah dan mengambil keputusan, serta mampu
berkomunikasi dan berkolaborasi. Penerapan STEM dalam pembelajaran harus
menekankan beberapa aspek yaitu: a. Mengajukan pertanyaan dan mejelaskan
masalah; b. Mengembangkan dan menggunakan model; c. Merancang dan
melaksanaan penelitian, d. Menginterpretasi dan menganalisis data; e.
Menggunakan pemikiran matematika dan komputasi, f. Membuat penjelasan dan
merancang solusi; g. Berpartisipasi dalam kegiatan argumentasi yang didasarkan
pada bukti yang ada; h. Mendapatkan informasi, memberikan evaluasi dan
menyampaikan informasi (National Research Council, 2012).
Dalam merancangan pembelajaran dengan pendekatan STEM, ada beberapa
langkah yang haus dilakukan, yaitu:
a. Melakukan analisis Kompetensi Dasar (KD). Analisis KD dimaksudkan untuk
mengidentifikasi KD 3 dan KD 4 yang mengandung muatan STEM sehingga
berpotensi untuk dibelajarkan menggunakan pendekatan STEM. Hal ini perlu dilakukan karena tida
Mengidentifikasi topik yang sesuai dengan KD, yaitu topik yang mengandung muatan STEM sehing
Merumuskan indikator pencapaian kompetensi.
Melakukan analisis materi STEM, kemudian mendeskripsikan materi STEM yang dikandung oleh

95
Penerapan STEM dalam pembelajaran harus menekankan beberapa aspek
yaitu:
a. Mengajukan pertanyaan dan menjelaskan masalah;
b. Mengembangkan dan menggunakan model;
c. Merancang dan melaksanaan penelitian;
d. Menginterpretasi dan menganalisis data;
e. Menggunakan pemikiran matematika dan komputasi.

3. Langkah Pemilihan Model Pembelajaran


Pemilihan model pembelajaran (discovery learning, project based learning,
atau problem based learning) sebagai pelaksanaan pendekatan saintifik
pembelajaran memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model
pembelajaran mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
a. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif. Pada pengetahuan faktual dan
konsepetual dapat dipilih discovery learning, sedangkan pada pengetahuan
prosedural dapat dipilih project based learning dan problem based learning.
b. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI-
4. Pada keterampilan abstrak dapat dipilih discovery learning dan problem based
learning, sedangkan pada keterampilan konkret dapat dipilih project based
learning.
c. Pemilihan ketiga model tersebut mempertimbangkan sikap yang dikembangkan,

baik sikap religius (KI-1) maupun sikap sosial (KI-2)


Berikut contoh matrik pemilihan model yang dapat digunakan sesuai dengan dimensi pengetahuan

Dimensi Dimensi Keterampilan


Pengetahuan Abstrak Konkret

Faktual Discovery Learning Discovery Learning

96
Dimensi Dimensi Keterampilan
Pengetahuan Abstrak Konkret

Discovery Learning Discovery Learning


Konseptual

Discovery Learning Discovery Lerning


Prosedural
Problem Based Learning Problem Based Learning
Discovery Learning Discovery Learning
Metakognitif Projec Based Lerning Projec Based Lerning
Problem Based Learning Problem Based Learning

Berikut ini contoh pilihan Model Pembelajaran Sesuai dengan Karakteristik


Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam:

Project Problem
Dicovery
Kompetensi Dasar Based Based Kelas
Learning
Learning Learning
Memahami tentang pengelolaaan
wakaf dengan dalil surat Al Imran
ayat 92 dan hadis riwayat Abu  X
Dawud.
Memahami ayat-ayat al-Qur'an dan
hadis tentang taat, kompetisi dalam
kebaikan dan etos kerja QS. An Nisa’
ayat 59, Al Maidah ayat 48 dan QS at-  XI
Taubah ayat 105

Menghindarkan diri dari pergaulan


bebas dan perbuatan zina sebagai
implementasi dari pemahaman QS. Al
Isra’ ayat 32 dan QS an Nur ayat 2  X
serta hadis yang terkait

dan seterusnya

97
B. Technological Pedagogical Content Knowledge(TPACK)
TPACK adalah sebuah framework (kerangka kerja) dalam mendesain model
pembelajaran baru bagi guru atau calon guru dengan menggabungkan tiga aspek utama
yaitu teknologi, pedagogi dan konten/materi pengetahuan.

Selain penggunaan teknologi sebagai media belajar, dalam framework TPACK,


pedagogi adalah aspek penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan
pembelajaran. Pedagogi bukan saja bagaimana mengembangkan seni-seni dalam
mengajar, atau mendesain kelengkapan instrumen-instrumen proses dan penilaian dalam
pembelajaran, namun dituntut juga memahami siswa secara psikologis dan
biologis. Dalam pemikiran secara pedagogis ini, akhirnya ada sebuah penekanan bahwa
guru yang berhasil bukanlah guru yang hanya bisa menjadikan siswanya pintar seperti
dirinya, namun lebih dari itu yakni berhasil membantu siswa dalam menemukan dirinya
sendiri. Minat, bakat serta karakter peserta didik akhirnya harus dipahami oleh seorang
guru.

Konten pengetahuan (Content knowledge) pada kerangka kerja TPACK, adalah


elemen dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru sesuai disiplin keilmuannya. Untuk
meningkatkan content knowledge, latar belakang pendidikan sangatlah penting, selain
itu guru tidaklah cukup hanya mengandalkan text book semata, namun perlu didukung
dengan men-update informasi terkini bidang keilmuan terkait yang dipublikasikan oleh
lembaga-lembaga jurnal penelitian terpercaya.

TPACK merupakan theoretical framework yang merupakan pengembangan dari


Pedagogical Content Knowledge (PCK). Pedagogical Content Knowledge (PCK)
pertama kali digagas oleh Shulman pada tahun 1986. Menurut Shulman (1986),
seorang
guru harus menguasai Pedagogical Knowledge (PK) dan Content Knowledge (CK). Perpaduan PK dan CK
Menurut Shulman (1986), CK meliputi pengetahuan konsep, teori, ide, kerangka berpikir, metode pembuk
Pedagogical Content Knowledge (PCK) sebagai hubungan antara pengetahuan dasar

98
dari konten dan pedagogi dengan ketiga bidang yang diperlukan dari konteks. Hurrel
menggambarkan hubungan PCK merupakan perpaduan antara content knowledge dan
pedagogical knowledge yang diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas dengan
memperhatikan konteks yang ada.

Banyak penelitian tentang Pedagogical Content Knowledge (PCK) yang telah


dilakukan. Dari berbagai penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa
Pedagogical Content Knowledge (PCK) penting untuk pengembangan kemampuan
profesional guru dan calon guru (Turnuklu & Yesildere, 2007; Hill, Ball, & Schilling
2008; Anwar, Rustaman, & Widodo, 2014). Namun seiring perkembangan teknologi
yang begitu pesat dan memasuki era revolusi industri 4.0, maka kemampuan untuk
menguasai teknologi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan oleh guru maupun calon
guru. Perpaduan kemampuan PCK dan teknologi disebut Koehler & Mishra (2009)
sebagai Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK).

Koehler dan Mishra mengembangkan Technological Pedagogical Content


Knowledge (TPACK) berdasarkan Pedagogical Content Knowledge (PCK) yang
dikembangkan oleh Shulman pada tahun 1986. Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) merupakan sebuah kerangka teoritis untuk mengintegrasikan
teknologi dalam pembelajaran (Koehler dkk, 2013). Lebih lanjut, Koehler dkk (2013)
menjelaskan bahwa Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK)
mempunyai tiga komponen utama yaitu: technological knowledge, pedagogical
knowledge dan content knowledge.

C. Metode Pembelajaran

1. Pengertian Metode Pembelajaran


Menurut Sudjana dalam Nur Khasanah, metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam
sistematis yang terdiri dari langkah-langkah untuk mengefektifkan pembelajaran.

99
Dari beberapa literatur tentang metode mengajar dan pembelajaran, dapat
disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara sistematis yang digunakan
oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara efektif
dan efisien. Metode mengajar sangat berperan dalam menciptakan suasana proses
pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik, sehingga siswa termotivasi untuk
belajar secara aktif
2. Jenis-jenis Metode Pembelajaran
Berbicara tentang jenis-jenis metode pembelajaran, terdapat perbedaan
pendapat di antara para ahli dalam beberapa literatur yang ada. Muhammad Adnan
dalam artikelnya mengatakan bahwa PAIKEM adalah metode pembelajaran
singkatan dari kata Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Dari metode PAIKEM tersebut, kemudian muncul beberapa jenis
metode yang mendukung konsep tersebut.
Dalam beberapa literatur, metode pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013 dan sejalan dengan konsep PAIKEM terdiri dari:
1) Metode Examples non Examples, yaitu metode mengajar yang
menginstruksikan pada para siswa menganalisis gambar secara berkelompok
lalu mendiskusikan hasilnya.
2) Metode Picture and Picture, yaitu metode mengajar yang meminta siswa untuk
mengurutkan gambar berseri yang disusun secara acak, dan sambil
mengurutkan siswa diminta untuk memaparkan alasan pengurutannya
3) Metode Numbered Heads Together, yaitu metode yang terdiri dari tugas yang
diberi nomor. Tujuan metode ini adalah agar dipelajari oleh siswa yang
mendapatkan nomor tersebut dalam kelompok yang berbeda. Setelah itu
masing-
masing siswa pemegang nomor akan berbagi dengan anggota kelompok dan kelompok lainnya.
Metode Cooperative Script, yaitu metode Naskah Kooperatif yang mengajak peserta didik bekerja ber
Metode Jigsaw, yaitu metode pembelajaran yang membagi siswa ke dalam beberapa tim, dan masing
membahas sesuatu berdasarkan keahliannya

100
6) Metode Mind Mapping, yaitu metode pembelajaran dimana guru memberikan
permasalahan kepada siswa, kemudian siswa membuat peta konsepnya dan
mencari solusi atas permasalahan tersebut
Dalam literatur lainnya, jenis-jenis metode pembelajaran sama dengan
metode mengajar yang selama ini dipahami oleh para guru. Berdasarkan
pertimbangan itu, metode-metode yang bisa digunakan dalam proses pembelajaran
adalah metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, resitasi, eksperimen,
dan beberapa metode mengajar lainnya.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pembelajaran
Metode mengajar atau pembelajaran dipilih oleh guru dengan tujuan untuk
memudahkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien.
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode
pembelajaran, yaitu:
a. Tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah faktor penentu utama dalam
memilih metode pembelajaran, karena dari tujuan inilah bisa diketahui apakah
tujuan pembelajaran bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik;
b. Materi pembelajaran. Materi pembelajaran akan menentukan metode apa yang
akan digunakan untuk menyampaikan pesan kepada siswa;
c. Karakteristik siswa. Salah satu faktor siswa yang harus dipertimbangkan dalam
memilih metode mengajar adalah usia, tingkat kecerdasan, minat, motivasi, dan
kondisi fisik siswa;
d. Karakteristik Guru. Karakteristik guru yang harus dipertimbangkan dalam
memilih metode mengajar adalah kondisi fisik dan kompetensi yang dimiliki
guru;
Media pembelajaran. Faktor media yang harus dipertimbangkan oleh guru adalah ketersediaan media
Lingkungan. Faktor lingkungan yang harus dipertimbangkan oleh guru dalam
memilih metode mengajar adalah lingkungan alam, cuaca, dan lingkungan sosial dimana proses pemb

101
Contoh Soal Hots pada Materi Model-Model Pembelajaran:

Di akhir suatu pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu menyajikan


peta konsep untuk menyelesaikan masalah perbedaan pendapat tentang suatu
hukum dalam fikih. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka guru PAI dapat
menggunakan model pembelajaran ……………

A. Ceramah
B. Diskusi
C. Discovery
D. Problem based learning
E. Project based learning

TINDAK LANJUT BELAJAR

Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat melakukan


beberapa aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini, di antaranya sebagai
berikut:

1. Simaklah sumber belajar dalam bentuk video/artikel pada LMS Program


PPG. Kemudian lakukan analisis berdasarka konten!
2. Kaitkan konten video/artikel dengan nilai-nilai moderasi dalam proses
pembelajarannya di sekolah/madrasah!
3. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes akhir modul
di bawah standar minimum ketuntasan (70), maka Saudara melakukan

pembelajaran remedial dengan memperhatikan petunjuk dalam LMS program PPG.


4. Aktifitas tindak lanjut lebih detail, silahkan mengikuti tagihan tugas yang
ada di LMS.

102

Anda mungkin juga menyukai