PUSKESMAS ABCD
DINAS KESEHATAN KABUPATEN x
TAHUN 20..
KATA PENGANTAR
Disadari Buku pedoman ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan
dan perlu perbaikan sehingga saran demi saran demi penyempurnaan pedoman ini sangat
kami harapkan.
x, ……………….
Penanggung Jawab
Program Kesehatan Indera Penglihatan
…………………….
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DISUSUN OLEH…………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..……………
A. Latar Belakang…………………………………………………………………
B. Tujuan…………………………………………………………………………….
C. Sasaran…………………………………………………………………………..
D. Ruang Lingkup………………………………………………………………..
E. Batasan Opresional…………………………………………………………
F. Landasan Hukum…………………………………………………………….
BAB II STANDAR KETENAGAAN………………………………………………..
A. Kualifikasi Sumber daya manusia……………………………………
B. Distribusi Ketenagaan…………………………………………………….
C. Jadwal Kegiatan……………………………………………………………..
BAB III STANDAR FASILITAS………………………………………………………
A. Denah Ruangan……………………………………………………………..
B. Standart Fasilitas……………………………………………………………
BAB IV TATA LAKSANA……………………………………………………………..
A. Lingkup Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat………………..
B. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan…………………
C. Permasalahan Kesehatan Indera Penglihatan……..
……………………………………….
D. Pembinaan Kesehatan Indera Penglihatan………………………………….
BAB V LOGISTIK…………………………………………………………………….
BAB VI KESELAMATAN SASARAN……………………………………………
BAB VII KESELAMATAN KERJA…………………………………………………..
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU………………………………………………..
BAB IX PENUTUP……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
Meningkatkan derajat kesehatan Indera Penglihatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.
2. Tujuan Khusus :
a. Menungkatmya pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehtan dan kader
b. Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara
kesehatan dalam menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan kepada
masyarakat
d. Meningkatnya cakupan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan masyarakat
melalui deteksi dini
C. Sasaran
1. Sasaran Primer :
● Bayi
● Balita
● Usia produktif
● Ibu hamil
● Pekerja industri
2. Sasaran sekunder :
● Tenaga kesehatan
● Kader
● Tokoh masyarakat
● Guru
D, Ruang Lingkup
D. Batasan Operasional
F. LANDASAN HUKUM
4. Melakukan upaya
rujukan kepada pasien
Ganggaun Penglihatan
3. Melakukan monitoring
dan evaluasi kasus
Indera Penglihatan
4. Melaksanakan
pemberdayaan
masyarakat dalam
upaya pengendalian
kasus Gangguan
Penglihatan
5. Melaksanakan
koordinasi dengan lintas
sektor, lintas program
dan Dinas Kesehatan
6. Melaksanakan
koordinasi pengedaan
dan pemeliharaan
logistik termasuk obat
untuk kasus Ganggaun
Penglihatan dibagian
farmasi puskesmas dan
Dinas Kesehatan
7. Melaksanakan
koordinasi pengobatand
dan perawatan pasien
Ganggaun Penglihatan
dengan fasyankes
8. Melaksanakan sistem
informasi pengobatan
pasien gangguang
Gangguan Penglihatan
3. Melaksakan koordinasi
dengan lintas sektor,
lintas program dan
Dinas Kesehatan
BAB III
STANDAR FASILITAS DAN SARANA
A. DENAH RUANG
Koordinasi pelaksanaan kegiatan pelayanan Pasien gangguan Penglihatan di
lakukan oleh penanggung jawab program Kesehatan Indera yang menempati ruang BP
Umum dari gedung Puskesmas
B. STANDAR FASILITAS
A. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Sosialisasi
2. Pelatihan
Pelatihan diberikan kepada: Kader, guru UKS dan tokoh masyarakat
Katarak
Kelainan refraksi
Glaukoma
Xeroftalmia
b. Pemberdayaaan masyarakat
Dalam pembinaan peran serta masyarakat maka peran kader sangat penting
dalam pelaksanaan kegiatan program kesehatan indera Penglihatan ini.
Langkah-langkah pemberdayaan masyarakat melalui kader dalam upaya
kesehatan Indera Penglihatan adalah :
1). Membantu dan membimbing kader dalam menyusun rencana kegiatan upaya
kesehatan Indera Penglihatan di masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan Indera Penglihatan yang ada.
2). Membimbing dan memonitor kegiatan kader
3). Membantu dan membimbing kader untuk mengenal masalah dan hambatan
dalam pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh kader
4). Membantu dan membimbing kader dalam pelaksanaan kegiatan tindak lanjut.
5). Membantu dan membimbing kader untuk memecahkan masalah dan
hambaan yang dihadapi.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader perlu
dilakukan pelatihan kader sehingga dapat melakukan deteksi dini kasus
gangguan Indera Penglihatan di masyarakat.
d. Bina Suasana
Yaitu upaya penggalangan kemitraan antar berbagai kelompok masyarakat (tokoh
masyarakat, tokoh agama,dll) untuk menciptakan suasana/mengembangkan
kerjasama yang mendukung penyuluhan masalah kesehatan indera Penglihatan.
e. Advokasi
Yaitu upaya untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari penentu kebijakan.
Untuk mendapatkan dukungan, advokasi harus dilaksanakan dengan teknik yang
tepat dan informasi yang akurat
BAB V
LOGISTIK
4. Salep Mata
Selain itu juga harus disediakan tampon telinga (bahan gass verband) steril,
gypsona, drain steril dan sarung tangan.
BAB VI
KESALAMATAN SASARAN
1. Salah Pemberian Obat (Pemberian Obat yang tidak tepat atau tidak rasional)
Salah pemberian obat yang dimaksud adalah Pemberian atau Pemakaian Obat
yang tidak rasional seperti Meresepkan Obat dengan berlebihan, meresepkan obat
yang salah, atau meresepkan obat yang lebih dari satu jenis dan meresepkan obat
yang kurang
Upaya Pencegahan:
a. Anamnesa Pasien dengan benar dan tegakkan diagnose dengan tepat
b. Lakukan Pemeriksaan Berat Badan dan pemeriksaan fisik secara tepat.
c. Saat obat akan diserahkan pada pasien atau keluarga pasien, beritahukan cara
meminum obat sampai pasien atau keluarga pasien benar benar mengerti.
3. Resiko jatuh atau terjadinya cedera saat penderita Periksa Kesehatan Indera
Penglihatan
Upaya Pencegahan:
a. Memberikan Penyuluhan dan motivasi kepada keluarga Kesehatan Indera
Penglihatan untuk mendukung dalam pelaksanaan posyandu Kesehatan Indera
Penglihatan.
b. Melakukan screening atau home visit bagi Kesehatan Indera Penglihatan yang
rentan atau tidak mampu untuk datang ke Puskesmas untuk mendapatkan
pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan.
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Indikator mutu pada Program Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas ABCD antara
lain dapat dilihat dari beberapa hal yaitu :
A. Sudut pandang Petugas :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuain petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Tercapainya indikator kegiatan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di
Puskesmas
4. Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan Lokakarya mini tiap triwulan
Untuk mencapai hal diatas maka Programer Kesehatan Indera Penglihatan dan
puskesmas perlu melakukanbeberapa hal penting yang dapat meningkatkan mutu diatas
yaitu :
a. Menggali kebutuhan sasaran program atau masyarakat sasaran Lintas program dan
Lintas sektor.
b. Memberdayakan masyarakat dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan
program.
c. Penanggung jawab program melakukan Koordinasi, Pengarahan, Pembinaan dan
konsultasi dengan para pelaksana.
d. Menyusun rencana peningkatan Mutu bersama sama dengan lintas sektor, lintas
program serta para pelaksana kegiatan.
e. Kepala puskesmas secara rutin dan periodic melakukan evaluasi terhadap kegiatan
Program Kesehatan Indera Penglihatan.
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi pengelola Program Kesehatan Indera
Penglihatan di Puskesmas dan lintas sektor terkait dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas. Untuk meningkatkan
efektifitas pemanfaatan pedoman pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di
Puskesmas ini, hendaknya pengelola Kesehatan Indera Penglihatan Puskesmas dapat
mengajarkannya dalam protap ( prosedur tetap ) yang berisi langkah-langkah dari
setiap kegiatan sesuai kondisi Puskesmas.
Selain itu dengan pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar advokasi
bagi pemegang kebijakan untuk peningkatan mutu pelayanan Kesehatan Indera
Penglihatan di Puskesmas.