Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN

PROGRAM UPAYA KESEHATAN INDERA PENGLIHATAN


PUSKESMAS ABCD

PUSKESMAS ABCD
DINAS KESEHATAN KABUPATEN x
TAHUN 20..
KATA PENGANTAR

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang


menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan mempunyai
funsi sebagai 1) Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, 2) Pusat
pemberdayaan masyarakat dan 3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam
mencapai Visi: Kecamatan Sehat, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan
wajib yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak
serta KB, upaya perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular serta upaya pengobatan. Selain itu sesuai dengan masalah daerah setempat
dapat dilaksanakan upaya kesehatan pengembangan. Kesehatan Indera Penglihatan
termasuk dalam upaya kesehatan pengembangan Puskesmas yang dapat diintegrasikan
dengan upaya kesehatan lainnya.
Agar program kesehatan Indera Penglihatan ini dapat dikelola baik dari aspek
manajemen di tingkat Puskesmas maupun aspek pelayanan kepada masyarakat yang
mencakup promotif, preventif, dan kuratif, maka diperlukan suatu pedoman pelayanan
kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas. Pedoman ini akan menjadi acuan bagi
petugas Puskesmas dalam pelaksanaan dan pengembangan program kesehatan Indera
Penglihatan di wilayah kerja Puskesmas..

Pedoman praktis merupakan penjabaran dari buku pedoman Upaya Kesehatan


Indera Penglihatan, yang memuat pedoman praktis kegiatan pokok Upaya Kesehatan
Indera Penglihatan secara menyeluruh,dan disesuaikan dengan keadaan wilayah kerja
Puskesmas ABCD.

Disadari Buku pedoman ini jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan
dan perlu perbaikan sehingga saran demi saran demi penyempurnaan pedoman ini sangat
kami harapkan.

x, ……………….
Penanggung Jawab
Program Kesehatan Indera Penglihatan

…………………….
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………
DISUSUN OLEH…………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………..……………
A. Latar Belakang…………………………………………………………………
B. Tujuan…………………………………………………………………………….
C. Sasaran…………………………………………………………………………..
D. Ruang Lingkup………………………………………………………………..
E. Batasan Opresional…………………………………………………………
F. Landasan Hukum…………………………………………………………….
BAB II STANDAR KETENAGAAN………………………………………………..
A. Kualifikasi Sumber daya manusia……………………………………
B. Distribusi Ketenagaan…………………………………………………….
C. Jadwal Kegiatan……………………………………………………………..
BAB III STANDAR FASILITAS………………………………………………………
A. Denah Ruangan……………………………………………………………..
B. Standart Fasilitas……………………………………………………………
BAB IV TATA LAKSANA……………………………………………………………..
A. Lingkup Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat………………..
B. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Pelayanan…………………
C. Permasalahan Kesehatan Indera Penglihatan……..
……………………………………….
D. Pembinaan Kesehatan Indera Penglihatan………………………………….
BAB V LOGISTIK…………………………………………………………………….
BAB VI KESELAMATAN SASARAN……………………………………………
BAB VII KESELAMATAN KERJA…………………………………………………..
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU………………………………………………..
BAB IX PENUTUP……………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional


yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
untuk hidup sehat sehingga terwujud derajat kesehatan yang optimal. Keberhasilan
pembangunan kesehatan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM). Indera penglihatan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia,
karena 83 % informasi sehari-hari masuknya melalui jalur penglihatan, melalui
Penglihatan 11 %, penciuman 3,5 %, peraba 1,5 %, dan pengecap 1,0 %.
Dari hasil survey Kesehatan Indera Penglihatan dan Penglihatan tahun 1993-1996
yang dilakukan di 8 Provinsi menunjukkan bahwa prevalensi kebutaan di Indonesia 1,5
%. Menurut WHO prevalensi kebutaan yang melebihi 1 % bukan hanya masalah medis
saja tetapi sudah merupakan maslah social yang petlu ditangani secara lintas program
dan lintas sector. Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78%), glaucoma (0,20%),
kelainan refraksi (0,14%), dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan usia
lanjut (0,38%).
Dalam rangka menurunkan angka kebutaan ini, WHO telah mencanangkan
program Vision 2020: The Right to Sight pada tanggal 30 September 1999, yang
kemudian ditindaklanjuti dengan pencanangan Vision 2020: The Right to Sight di
Indonesia pada tanggal 15 Februari 2000 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri. Dalam
sidang world Health Assembly ke 59 di Geneva, Mei 2006 dibahas berbagai isu penting
diantaranya pemberantasan kebutaan yang masih menjadi masalah dunia, dengan
penyebab terbanyak adalah katarak dan trachoma. Di Indonesia xeroftalmia masih
menjadi penyebab kebutaan yang disebabkan kekurangan vitamin A.
Sebagai tindak lanjut atas pencanangan Vision 2020 ini Departemen Kesehatan
telah menyusun kebijakan-kebijakan di bidang Kesehatan Indera Penglihatan yaitu:
Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan
(Renstranas PGPK) untuk mencapai Vision 2020 dan Pedoman Manajemen Kesehatan
Indera Penglihatan dan Penglihatan. Kegiatan penanggulangan gangguan penglihatan
dan kebutaan di Provinsi dan Kabupaten/Kota akan difokuskan pada 4 penyebab utama
kebutaan yaitu katarak, kelainan refraksi, xeroftalmia, dan glaucoma. Namun demikian
adanya focus penanggulangan tersebut tidak menutup kemungkinan untuk mengangkat
penyebab kebutaan yang spesifik yang ada di wilayah tersebut. Kegiatan pelayanan
kesehatan Indera dilaksanakan oleh Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan
strata pertama dan Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)/ Balai Kesehatan Indera
Masyarakat (BKIM) dan Rumah Sakit Umum (RSU) sebagai sarana rujukan.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja dan mempunyai
funsi sebagai 1) Penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, 2) Pusat
pemberdayaan masyarakat dan 3) Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang
meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam
mencapai Visi: Kecamatan Sehat, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan
wajib yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak
serta KB, upaya perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular serta upaya pengobatan. Selain itu sesuai dengan masalah daerah setempat
dapat dilaksanakan upaya kesehatan pengembangan. Kesehatan Indera Penglihatan
termasuk dalam upaya kesehatan pengembangan Puskesmas yang dapat diintegrasikan
dengan upaya kesehatan lainnya.
Agar program kesehatan Indera Penglihatan ini dapat dikelola baik dari aspek
manajemen di tingkat Puskesmas maupun aspek pelayanan kepada masyarakat yang
mencakup promotif, preventif, dan kuratif, maka diperlukan suatu pedoman pelayanan
kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas. Pedoman ini akan menjadi acuan bagi
petugas Puskesmas dalam pelaksanaan dan pengembangan program kesehatan Indera
Penglihatan di wilayah kerja Puskesmas.

B. Tujuan

1. Tujuan umum :
Meningkatkan derajat kesehatan Indera Penglihatan masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas.

2. Tujuan Khusus :
a. Menungkatmya pengetahuan dan ketrampilan petugas kesehtan dan kader
b. Meningkatnya kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat untuk memelihara
kesehatan dalam menanggulangi gangguan penglihatan dan kebutaan
c. Meningkatnya jangkauan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan kepada
masyarakat
d. Meningkatnya cakupan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan masyarakat
melalui deteksi dini
C. Sasaran

1. Sasaran Primer :
● Bayi

● Balita

● Anak usia sekolah/ remaja

● Usia produktif

● Ibu hamil

● Pekerja industri

● Pasien Gangguan Penglihatan

2. Sasaran sekunder :

● Tenaga kesehatan

● Kader

● Tokoh masyarakat

● Guru

D, Ruang Lingkup

Ruang lingkup bahasan pada pedoman pelayanan kesehatan Indera


Penglihatan di Puskesmas ini dibatasi pada pelayanan kesehatan MATA dasar yang bisa
dilaksanakan di Puskesmas dengan merujuk kasus-kasus yang tidak bisa ditangani ke
Rumah Sakit. Di samping itu pedoman ini juga memberikan pengetahuan tentang
bagaimana pimpinan Puksemas dapat melaksanakan pengelolaan program Kesehatan
Indera Penglihatan di Puskesmas

D. Batasan Operasional

1. Puskesmas : Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten /


kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu
wilayah kerja.
2. Kesehatan Indera Penglihatan adalah pelayanan kesehatan Indera Penglihatan di
Puskesmas ini dibatasi pada pelayanan kesehatan Mata dasar yang bisa
dilaksanakan di Puskesmas dengan merujuk kasus-kasus yang tidak bisa ditangani
ke Rumah Sakit.
3. Pelayanan kesehatan Indera Penglihatan di dalam gedung dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan dalam upaya kesehatan wajib Puskesmas. Kegiatan diluar
gedung terutama mengacu pada upaya promotif dan preventif serta penjaringan
kasus dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam rangka menciptakan
kemandirian masyarakat.
Pelayanan oleh tenaga profesional serta penatalaksanaannya dikoordinasikan
oleh pengelola program Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas

F. LANDASAN HUKUM

1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


2. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (Lembaran
Negara Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara 3670);
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
4437);
4. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah;
5. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara 3637);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat (Lembaran Negara Tahun 1998
Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara 3754);
8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom;
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 131/MENKES/SK/ XI/2001 tentang
Sistem Kesehatan Nasional;
10. Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 Tentang Kebijakan Dasar
Puskesmas
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 879/Menkes/SK/XI/2006 tentang Rencana
Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan untuk
mencapai tujuan Sound Hearing 2030
BAB II
STANDART KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Semua karyawan Puskesmas wajib berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan
Kesehatan Indera Penglihatan mulai dari Kepala Puskesmas ,tenaga kesehatan
lainnya dan pengelolah program yang berkaitan dengan Kesehatan Indera
Penglihatan. Penanggung jawab kegiatan Kesehatan Indera Penglihatan merupakan
koordinator dalam melaksanakan kegiatan Kesehatan Indera Penglihatan di
Puskemas ABCD
Adapun yang menjadi kualifikasi atau standart minimal pemegang program
Upaya Kesehatan Indera Penglihatan adalah
a) Lulusan Pendidikan kesehatan ( Minimal DIII Kesehatan ) atau yang memiliki
Kompetensi di bidang Kesehatan ( Perawat, Bidan,
b) Memiliki kemampuan dibidang kesehatan utamanya program Upaya Kesehatan
Indera Penglihatan.
c) Memiliki pengalaman kerja minimal 2 tahun masa pengabdian di institusi kesehatan.
d) Menguasai Wilayah dimana Kegiatan Upaya Kesehatan Indera Penglihatan akan
dijalankan dan dilaksanakan.
Pola Ketenagaan dan Kualifikasi SDM Program Upaya Kesehatan Indera
Penglihatan di puskesmas ABCD sebagai berikut :

Nomor Nama Jabatan Kualifikasi Sertifikat/


Formal/ Credentialling
Pendidikan
1 Dokter Umum Dokter Umum Pelatihan Indera
Penglihatan
2 Penanggung Jawab D3 Keperawatan, Pelatihan Indera
Program Upaya D3 Kebidanan Penglihatan
Kesehatan Indera
Penglihatan
3 Pelaksana Program D3 Keperawatan, Pelatihan Indera
Upaya Kesehatan D3 Kebidanan Penglihatan
Indera Penglihatan
6 Analis Laboratorium D3 Analis Pelatihan Laboratorium
Kesehatan
Distribusi Ketenagaan

Pengaturan dan penjadwalan kegiatan pelayanan Program Kesehatan Indera


Penglihatan di Puskesmas yang dikoordinir oleh penanggung jawab Program Indera
sesuai dengan kesepakatan.

No Nama Jabatan Peran Tugas

1 Dokter Umum Bertanggung 1. Melakukan


jawab dalam pemeriksaan pasien
pemeriksaan Ganggaun Penglihatan
diagnostic paasien
2. Menegakkan diagnostic
Ganggaun
Penglihatan, 3. Memberikan

pengobatan dan pengobatan kepada

rujukan pasien pasien Ganggaun


Penglihatan

4. Melakukan upaya
rujukan kepada pasien
Ganggaun Penglihatan

2 Penanggung Bertanggung 1. Membuat perencanaan


jawab Program jawab dalam kasus kasus Indera
Indera Indera Penglihatan Penglihatan
Penglihatan

2. Mendeteksi secara dini


kasus Indera
Penglihatan

3. Melakukan monitoring
dan evaluasi kasus
Indera Penglihatan

4. Melaksanakan
pemberdayaan
masyarakat dalam
upaya pengendalian
kasus Gangguan
Penglihatan
5. Melaksanakan
koordinasi dengan lintas
sektor, lintas program
dan Dinas Kesehatan

6. Melaksanakan
koordinasi pengedaan
dan pemeliharaan
logistik termasuk obat
untuk kasus Ganggaun
Penglihatan dibagian
farmasi puskesmas dan
Dinas Kesehatan

7. Melaksanakan
koordinasi pengobatand
dan perawatan pasien
Ganggaun Penglihatan
dengan fasyankes

8. Melaksanakan sistem
informasi pengobatan
pasien gangguang
Gangguan Penglihatan

3 Pelaksana Melaksanakan 1. Melaksanakan Progran


Program Indera program Indera Indera Penglihatan
Penglihatan Penglihatan
2. Mendeteksi secara dini
kasus Indera
Penglihatan

3. Melaksakan koordinasi
dengan lintas sektor,
lintas program dan
Dinas Kesehatan

4 Promkes Bertanggung 1. Melakukan promosi


jawab dalam Kesehatan tentang
promosi program Indera
Kesehatan Penglihatan
2. Melaksakan koordinasi
dengan lintas sektor,
lintas program dan
Dinas Kesehatan

BAB III
STANDAR FASILITAS DAN SARANA

A. DENAH RUANG
Koordinasi pelaksanaan kegiatan pelayanan Pasien gangguan Penglihatan di
lakukan oleh penanggung jawab program Kesehatan Indera yang menempati ruang BP
Umum dari gedung Puskesmas

B. STANDAR FASILITAS

1. Kit pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan


a. Buku Ishihara Tes
b. Lampu Senter untuk periksa / Pen light
c. Lensa Uji coba untuk pemeriksaan refraksi
d. Lup binokuler 3 – 5 dioptri
e. Snellen Chart 2 jenis (E Chart + Alphabet Chart)

2. Register Pencatatan Hasil Pemeriksaan.


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Sosialisasi

Sosialisasi ini diberikan kepada staf Puskesmas, lintas sektor, kader-kader


kesehatan, guru-guru UKS dan pekerja yang ada di wilayah kerja Puskesmas.
Tujuan sosialisasi agar mereka mendapatkan informasi secara jelas mengenai
program kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas dan masalah-masalah
gangguan Penglihatan dan Kebutaan.

2. Pelatihan
Pelatihan diberikan kepada: Kader, guru UKS dan tokoh masyarakat

3. Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan

a. Pelayanan di dalam gedung Puskesmas, berupa:


1) Penyuluhan kesehatan Indera Penglihatan
2) Penjaringan kasus-kasus penyakit mata dan kebutaan serta gangguan fungsi
penglihatan melalui rawat jalan pengobatan
3) Pemeriksaan dan tindakan medis pelayanan kesehatan Indera Penglihatan
Primer
4) Rujukan kasus-kasus penyakit mata
b. Pelayanan di luar gedung Puskesmas
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan tersebut adalah:
1) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat anak sekolah, kelompok pekerja
non formal, dan lain-lain
2) Penjaringan kasus-kasus gangguan penglihatan dan kebutaan oleh kader,
guru UKS, dan petugas kesehatan
3) Pemberian kapsul vitamin A 2x dalam setahun vitamin A pada balita 6-11
bulan (100.000 IU/kapsul biru), balita 1-5 tahun (200.000 IU/kapsul merah.
Sedang pada ibu nifas(< 42 hari diberikan 200.000 IU)
4) Pengobatan kasus-kasus penyakit mata serta pertolongan pertama pada
kedaruratan mata dapat dilakukan oleh dokter Puskesmas atau tenga perawat
Puskesmas dengan bimbingan dokter Puskesmas
5) Rujukan kasus ke Puskesmas

1. Pembinaan peran serta masyarakat


Langkah-langkah untuk menjalin kemitraan:
a. Identifikasi dan analisis masalah kesehatan Indera Penglihatan
Tabel 2. Contoh Matriks Analisis Masalah
MASALAH PERILAKU YG DIHARAPKAN DARI
KESEHATAN INDIVIDU/KELUARGA
INDERA
Dalam Mencegah Dalam Mengatasi
PENGLIHATAN

Katarak

Kelainan refraksi

Glaukoma

Xeroftalmia

b. Pemberdayaaan masyarakat
Dalam pembinaan peran serta masyarakat maka peran kader sangat penting
dalam pelaksanaan kegiatan program kesehatan indera Penglihatan ini.
Langkah-langkah pemberdayaan masyarakat melalui kader dalam upaya
kesehatan Indera Penglihatan adalah :
1). Membantu dan membimbing kader dalam menyusun rencana kegiatan upaya
kesehatan Indera Penglihatan di masyarakat untuk mengatasi masalah
kesehatan Indera Penglihatan yang ada.
2). Membimbing dan memonitor kegiatan kader
3). Membantu dan membimbing kader untuk mengenal masalah dan hambatan
dalam pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan oleh kader
4). Membantu dan membimbing kader dalam pelaksanaan kegiatan tindak lanjut.
5). Membantu dan membimbing kader untuk memecahkan masalah dan
hambaan yang dihadapi.
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader perlu
dilakukan pelatihan kader sehingga dapat melakukan deteksi dini kasus
gangguan Indera Penglihatan di masyarakat.

c. Promosi kesehatan Indera Penglihatan


Yaitu pemberian informasi terus menerus kepada masyarakat tentang:

● Masalah umum dan khusus gangguan Penglihatan dan Kebutaan

● Bahaya gangguan Penglihatan dan Kebutaan

● Pencegahan gangguan Penglihatan dan Kebutaan

Dengan pemberian informasi secara terus menerus diharapkan masyarakat


menjadi tahu, mau dan mampu melaksanakan pemeliharaan, pencegahan dan
pengobatan masalah gangguan Penglihatan dan Kebutaan

d. Bina Suasana
Yaitu upaya penggalangan kemitraan antar berbagai kelompok masyarakat (tokoh
masyarakat, tokoh agama,dll) untuk menciptakan suasana/mengembangkan
kerjasama yang mendukung penyuluhan masalah kesehatan indera Penglihatan.

Bina suasana dapat dilaksanakan melalui kegiatan pelatihan, mengadakan


lokakarya, sarasehan dan penyuluhan atau menyampaikan laporan studi banding
ke daerah lain yang telah berhasil.

Di tingkat kecamatan, pimpinan Puskesmas bersama-sama dengan koordinator


promosi kesehatan menjalin kerjasama dengan lintas sektor terkait di kecamatan
sehingga tersusun suatu kesepakatan:
pembagian tugas, pembagian wilayah, jadwal, kegiatan, dan supervisi terpadu.
Hal ini untuk menghindari kegiatan yang tumpang tindih, tetapi menghasilkan
pembinaan yang berkesinambungan.

e. Advokasi
Yaitu upaya untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari penentu kebijakan.
Untuk mendapatkan dukungan, advokasi harus dilaksanakan dengan teknik yang
tepat dan informasi yang akurat

Tahapan dan tujuan advokasi:


1). Adanya pemahaman/kesadaran tentang pentingnya masalah kesehatan
Indera Penglihatan
2). Adanya ketertarikan untuk mengatasi/solusi masalah
3). Adanya kemauan untuk mencari alternatif tindakan solusi masalah
4). Adanya kesepakatan satu tindakan solusi masalah
5). Adanya kesepakatan tindak lanjut
6). Adanya komitmen dan dukungan (kebijakan, sumber daya, regulasi, dll dalam
penanggulangan gangguan Penglihatan dan Kebutaan)

BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan pelayanan Kesehatan


Indera Penglihatan di Puskesmas dibuat dalam rencana usulan kegiatan ( URK ) yang
selanjutnya dibahas pada pertemuan Lokakarya Mini lintas program di Puskesmas ,
kemudian di hasilkan kesepakatan dalam bentuk rencana pelaksanaan kegiatan
( RPK ).

1. Persediaan Obat kesehatan Penglihatan

Untuk kepentingan pemeriksaan atau tindakan yang berhubungan dengan


penanggulangan gangguan Penglihatan dan Kebutaan, obat-obatan atau zat yang
harus tersedia di Puskesmas adalah :

1. Larutan Betadin (Povidone-Iodine 10%)

2. Larutan Alkohol 70%

3. Larutan Rivanol 1/1000

4. Salep Mata

Selain itu juga harus disediakan tampon telinga (bahan gass verband) steril,
gypsona, drain steril dan sarung tangan.
BAB VI
KESALAMATAN SASARAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan Kesehatan


Indera Penglihatan di Puskesmas perlu di perhatikan keselamatan sasaran dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada
saat pelaksanaan kegiatan. Misal :

1. Salah Pemberian Obat (Pemberian Obat yang tidak tepat atau tidak rasional)
Salah pemberian obat yang dimaksud adalah Pemberian atau Pemakaian Obat
yang tidak rasional seperti Meresepkan Obat dengan berlebihan, meresepkan obat
yang salah, atau meresepkan obat yang lebih dari satu jenis dan meresepkan obat
yang kurang

Upaya Pencegahan:
a. Anamnesa Pasien dengan benar dan tegakkan diagnose dengan tepat
b. Lakukan Pemeriksaan Berat Badan dan pemeriksaan fisik secara tepat.
c. Saat obat akan diserahkan pada pasien atau keluarga pasien, beritahukan cara
meminum obat sampai pasien atau keluarga pasien benar benar mengerti.

Cara Penanganan Jika Terjadi:


a. Segera datangi pasien ke rumahnya dengan membawa obat yang benar, baik
obat belum diminum atau sudah diminum oleh pasien, segera tukar obat yang
salah dengan obat yang benar.
b. Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien lainnya
c. Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24 jam.
2. Salah Dosis Obat
Upaya Pencegahan:
a. Timbang berat badan
b. Tetapkan dosis obat sesuai berat badan
c. Tuliskan dosis obat yang tepat sesuai berat badan
d. Pengobatan dimulai dengan dosis separuh lebih sedikit dari dosis yang
diberikan pada dewasa muda
e. Pilih obat yang memberikan rasio paling menguntungkan

Cara Penanganan Jika Terjadi:


a. Segera ganti resep obat dan obat sesuai dengan dosis
b. Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien lainnya
c. Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24 jam

3. Resiko jatuh atau terjadinya cedera saat penderita Periksa Kesehatan Indera
Penglihatan
Upaya Pencegahan:
a. Memberikan Penyuluhan dan motivasi kepada keluarga Kesehatan Indera
Penglihatan untuk mendukung dalam pelaksanaan posyandu Kesehatan Indera
Penglihatan.
b. Melakukan screening atau home visit bagi Kesehatan Indera Penglihatan yang
rentan atau tidak mampu untuk datang ke Puskesmas untuk mendapatkan
pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan.

Cara Penanganan Jika Terjadi:


a. Segera lakukan Pemeriksaan fisik terhadap Kesehatan Indera Penglihatan, jika
terjadi Kegawatdaruratan segera Rujuk ke Puskesmas untuk mendapatkan
Penanganan lebih Lanjut.
b. Isi formulir kejadian nyaris cedera dan formulir keselamatan pasien lainnya
c. Segera laporkan kejadian kepada Tim Keselamatan Pasien sebelum 1 x 24 jam.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai pelaksanaan kegiatan pelayanan Kesehatan Indera


Penglihatan di Puskesmas perlu diperhatikan keselamatan kerja karyawan Puskesmas
dan lintas sektor terkait dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Masalah keselamatan kerja yang sering atau potensial terjadi di program Kesehatan
Indera Penglihatan mungkin bisa terjadi jika petugas Kesehatan Indera Penglihatan
tidak waspada terhadap kegiatan atau penyakit yang sedang diselidiki.Beberapa hal
yang dapat memungkinkan Kejadian yang tidak diinginkan atau potensial terjadi pada
petugas Kesehatan Indera Penglihatan.
1. Tertular Penyakit saat melakukan Pemeriksaan Kesehatan:
Beberapa kasus yang berkaitan dengan tugas Upaya Kesehatan Kesehatan Indera
Penglihatan dapat menimbulkan dampak penularan bagi Petugas Kesehatan Indera
Penglihatan bila tidak berhati hati atau waspada dalam melakukan tindakan atau
kegiatan tersebut misal : Penyakit Diphtery, Penyakit TB paru, HIV/AIDS
1.1 Upaya Pencegahan :
a. Gunakan Masker Pada saat melakukan wawancara baik dengan penderita
maupun Suspect penderita.
b. Gunakan Sarung tangan dan APD bila melakukan pengambilan swab atau
sampel.
c. Biasakan melakukan Cuci tangan dengan antiseptik sebelum dan sesudah
melakukan tindakan.
d. Beritahu atau berikan informasi pada Penderita maupun keluarga bahwa
penyakit tersebut Potensial terjadi penularan secara langsung.
e. Pastikan Petugas Kesehatan Indera Penglihatan pada saat melakukan Home
visit dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
f. Ganti petugas bila memang petugas tersebut dalam kondisi kurang sehat.

1.2 Penanganan Bila terjadi


Lakukan pengobatan sesuai dengan tata laksana pengobatan penyakit
tersebut.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu pada Program Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas ABCD antara
lain dapat dilihat dari beberapa hal yaitu :
A. Sudut pandang Petugas :
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadwal
2. Kesesuain petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Tercapainya indikator kegiatan pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di
Puskesmas
4. Permasalahan dibahas pada tiap pertemuan Lokakarya mini tiap triwulan

B. Sudut pandang Sasaran :


1. Meningkatkan kesadaran pada Pasien Gangguan Penglihatan untuk membina
sendiri kesehatannya.
2. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat termasuk keluarganya
dalam menghayati dan mengatasi kesehatan Pasien Gangguan Penglihatan
3. Meningkatkan jenis dan jangkauan kesehatan Pasien Gangguan Penglihatan
4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan Pasien Gangguan Penglihatan
5. Meningkatkan harapan hidup dan kemandirian Kesehatan Indera Penglihatan

Untuk mencapai hal diatas maka Programer Kesehatan Indera Penglihatan dan
puskesmas perlu melakukanbeberapa hal penting yang dapat meningkatkan mutu diatas
yaitu :
a. Menggali kebutuhan sasaran program atau masyarakat sasaran Lintas program dan
Lintas sektor.
b. Memberdayakan masyarakat dalam setiap kegiatan yang berkaitan dengan
program.
c. Penanggung jawab program melakukan Koordinasi, Pengarahan, Pembinaan dan
konsultasi dengan para pelaksana.
d. Menyusun rencana peningkatan Mutu bersama sama dengan lintas sektor, lintas
program serta para pelaksana kegiatan.
e. Kepala puskesmas secara rutin dan periodic melakukan evaluasi terhadap kegiatan
Program Kesehatan Indera Penglihatan.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi pengelola Program Kesehatan Indera
Penglihatan di Puskesmas dan lintas sektor terkait dalam rangka meningkatkan
kualitas pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di Puskesmas. Untuk meningkatkan
efektifitas pemanfaatan pedoman pelayanan Kesehatan Indera Penglihatan di
Puskesmas ini, hendaknya pengelola Kesehatan Indera Penglihatan Puskesmas dapat
mengajarkannya dalam protap ( prosedur tetap ) yang berisi langkah-langkah dari
setiap kegiatan sesuai kondisi Puskesmas.

Selain itu dengan pedoman ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar advokasi
bagi pemegang kebijakan untuk peningkatan mutu pelayanan Kesehatan Indera
Penglihatan di Puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai