Anda di halaman 1dari 7

Apa saja dampak dari stunting?

1. Dalam jangka pendek

Stunting menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif (proses mengingat,


mengambil keputusan, memecahkan masalah) dan motoric (proses tubuh kembang kemampuan
gerak anak), dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolism (mengalami
kelebihan/kekurangan nutrisi).

2. Dalam jangka panjang

Stunting menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual (kecerdasan). Gangguan struktur dan


fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan
menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitas saat dewasa.
Selain itu, kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek dan atau kurus)
dan meningkatkan resiko penyakit tidak menular seperti diabetes melliltus, hipertensi, jantung
koroner dan stroke.

Pencegahan Stunting
Program pemerintah dalam PENANGANAN STUNTING ada 2

1. Intervensi Gizi spesifik ialah intervensi yang sasarannya yaitu anak 1.000 hari perta- ma
kehidupan (HPK) yang lazimnya dijalankan sektor kesehatan dan sifatnya berjang- ka pendek,
yakni diawali dari masa hamil hingga melahirkan. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut

 Pemberian Tablet Tambah Darah untuk remaja putri, calon pengantin, ibu hamil.
 Promosi ASI Eksklusif.
 Promosi Makanan.
 Pendamping-ASI.
 Promosi makanan berfortifikasi termasuk garam beryodium.
 Promosi dan kampanye Tablet Tambah Darah.
 Suplemen gizi mikro (Taburia)
 Suplemen gizi makro (PMT)
 Kelas Ibu Hamil
 Promosi dan kampanye gizi seimbang dan perubahan perilaku
 Pemberian obat cacing
 Tata Laksana Gizi Kurang/ Buruk (Sandra,dkk 2019).

2. Intervensi gizi sensitif dimanifestasikan dengan menyediakan air bersih, sarana prasarana
sanitasi, termasuk dibangunnya luar sektor kesehatan yang sasarannya ialah masyarakat umum.
(Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017). Untuk lebih jelasnya sebagai
berikut.

 Menyediakan dan memastikan akses terhadap air bersih.


 Menyediakan dan memastikan akses terhadap sanitasi.
 Menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
 Memberikan pendidikan gizi masyarakat.
 Memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua.
 Memberikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universal
 Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada remaja.
 Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi.
Upaya Deteksi Dini Stunting dengan cara pemantauan pertumbuhan balita

Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi
badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di bawah normal. Balita
pendek adalah balita dengan status gizi yang berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut
umurnya bila dibandingkan dengan standar baku WHO MGRS (Multicentre Growth Reference
Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan dikategorikan sangat pendek jika nilai
z-scorenya kurang dari -3SD (Kemenkes, 2016).

Lalu Bagaimana cara orang tua jika anaknya sudah terkena stunting?

Anak yang telah mengalami stunting maka harus diberikan penanganan secepatnya agar
kondisinya tidak semakin buruk. Penanganan stunting dimulai dengan menerapkan perilaku
hidup sehat sehingga terhindar dari penyakit infeksi lalu diberikan terapi gizi yang optimal
(Amelia, 2019).

1. Pemenuhan nutrisi

Anak-anak memerlukan nutrisi agar pertumbuhan dan tumbuh kembangnya berjalan


dengan baik. Untuk itu, asupan nutrisi penting, termasuk gizi, vitamin anak dan mineral, harus
disertakan dalam menu makanan mereka sehari-hari.
a. Karbohidrat
Ada dua jenis karbohidrat yang terkandung di dalam makanan, karbohidrat
kompleks dan sederhana. Karbohidrat sederhana adalah nama lain dari gula yang bisa
ditemukan di gula putih, buah, susu, madu, sampai permen. Sementara karbohidrat
kompleks adalah jenis karbohidrat yang cenderung lebih sulit dicerna dan membuat anak
lebih cepat kenyang. Beberapa makanan yang termasuk karbohidrat kompleks yaitu:
kelompok umbi-umbian (kentang dan ubi), roti, pasta, jagung, gandum, singkong.
b. Protein
Kebutuhan protein balita bisa dipenuhi dari beberapa jenis makanan, yaitu produk
hewani dan nabati dengan kadar yang berbeda. Kandungan protein di dalam produk
hewani lebih tinggi, beberapa jenisnya seperti susu, telur, daging, ayam, dan makanan
laut. Sementara untuk sayur-sayuran yang mengandung protein tinggi seperti bayam,
pakcoy, brokoli, kol, jamur, dll.
c. Lemak
Untuk meningkatkan asupan lemak balita, jangan lupa untuk meningkatkan
kualitas lemak dan sesuaikan dengan kebutuhan kalori si kecil. Tetap perhatikan sumber
lemak, apakah lemak sehat atau tidak. Lemak tak jenuh sering dianggap lemak paling
sehat, baik untuk kesehatan jantung dan berperan penting dalam perkembangan otak,
saraf mata pada bayi contohnya seperti minya zaitun, kedelai. Sedangkan lemak jenuh
termasuk salah satu nutrisi yang bisa dikonsumsi balita tetapi jika dikonsumsi secara
berlebihan akan meningkatkan resiko penyakit jantung dan stroke, contoh lemak jenuh
yang dapat dikonsumsi yaitu daging, margarin, minyak kelapa.
d. Serat
Serat bisa membantu mengendalikan rasa lapar, menjaga kadar gula darah tetap
stabil, dan membantu menjaga berat badan balita agar tetap ideal. Sesuaikan menu
makanan yang kaya serat dengan porsi makan si kecil, seperti pisang, apel, wortel,
oatmeal, atau roti gandum.

Agar mampu melakukan berbagai aktivitas, tubuh anak memerlukan karbohidrat, protein,
lemak, serta berbagai vitamin dan mineral. Vitamin dan mineral ini bisa didapatkan dengan
mengonsumsi berbagai jenis makanan sehat, seperti buah dan sayuran.Berikut vitamin dan
mineral anak yang diperlukan oleh tubuh Si Kecil:
a. Vitamin A
Vitamin A juga baik untuk memelihara kesehatan kulit, menjaga daya tahan
tubuh, mendukung perkembangan dan pertumbuhan anak, serta memperbaiki tulang dan
jaringan. Vitamin A bisa diperoleh dari dua sumber, yaitu sumber hewani dalam bentuk
retinoid dan sumber nabati dalam bentuk karotenoid. Vitamin A dari sumber hewani,
dapat ditemukan di telur, hati, susu, keju, dan yoghurt. Sementara itu, sumber nabati
vitamin A dapat bisa berupa bayam, wortel, ubi, paprika merah, mangga, papaya, dan
aprikot.
b. Vitamin B kompleks
Vitamin B terdiri dari beberapa jenis, yaitu tiamin (vitamin B1), riboflavin
(vitamin B2), niasin (vitamin B3), asam pantotenat (vitamin B5), piridoksin (vitamin B6),
biotin (vitamin B7), asam folat (vitamin B9), dan kobalamin (vitamin B12). Vitamin B
kompleks memiliki beragam fungsi, di antaranya:
a. Mengolah makanan menjadi sumber energi tubuh
b. Menjaga kesehatan dan fungsi berbagai organ, seperti sistem saraf, mata, dan kulit
c. Membantu pembentukan hemoglobin, yaitu zat di dalam sel darah merah yang
berfungsi untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh
d. Mendukung metabolisme tubuh
Vitamin ini bisa diperoleh dengan mengonsumsi sayuran, seperti kacang polong,
brokoli, bayam, asparagus, dan buncis, serta telur, biji-bijian utuh, hati, susu, beras,
daging, ikan,kentang, tomat, kacang kedelai, keju, dan sereal yang diperkaya vitamin
B.
c. Vitamin C
Vitamin C atau dikenal juga dengan asam askorbat memiliki beberapa fungsi,
yaitu melindungi dan menjaga sel-sel tubuh dari kerusakan, membantu penyerapan zat
besi, serta meningkatkan daya tahan tubuh agar tubuh lebih kuat melawan infeksi.
Vitamin C dapat diperoleh dari buah-buahan, seperti jeruk, jambu biji, stroberi, kiwi,
lemon, dan tomat, serta sayuran seperti paprika, cabai, dan brokoli.
d. Vitamin D
Fungsi utama vitamin D adalah mempertahankan kadar kalsium dan fosfor dalam
darah serta mendukung proses penyerapan kalsium dalam tubuh, sehingga baik untuk
membentuk dan memelihara kesehatan tulang dan gigi. Sebagian besar vitamin D
diperoleh dari paparan sinar matahari. Namun, jangan lupa untuk tetap memakai tabir
surya saat beraktivitas di bawah sinar matahari. Vitamin ini dapat Anda peroleh di dalam
salmon, sarden, tongkol, telur, produk olahan susu, dan hati.
e. Vitamin E
Vitamin ini memiliki fungsi penting dalam menjaga sistem kekebalan tubuh,
membantu proses tumbuh kembang anak agar berjalan sempurna, dan menjaga kondisi
pembuluh darah sehingga aliran darah dapat berjalan lancar. Vitamin E bisa didapatkan
dari kacang almond, bayam, brokoli, kedelai, dan gandum.
f. Kalsium
Dibandingkan dengan mineral lainnya, kalsium memiliki jumlah terbanyak di
dalam tubuh. Fungsi kalsium adalah untuk membantu membangun tulang dan gigi yang
kuat, mengatur kontraksi otot tubuh dan detak jantung, dan memastikan pembekuan
darah berjalan dengan normal. Kalsium terkandung di dalam susu dan produk olahannya,
kacang kedelai, tahu, kacang-kacangan, ikan, serta sayuran hijau seperti brokoli dan
kubis.
g. Zat besi
Zat besi merupakan mineral yang berperan penting dalam pembentukan sel darah
merah. Sel darah merah ini bertugas untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Ada
beragam sumber zat besi hati, di antaranya daging merah, kacang-kacangan, buah kering,
biji-bijian, sereal, tepung kedelai, sayuran berdaun hijau gelap, kalkun, ikan tuna dan
salmon, serta telur.

2. Melakukan perubahan terhadap pola pengasuhan.

Praktik pengasuhan memiliki efektifitas atau peranan yang penting dalam membantu pening-
katan perkembangan kanak-kanak dengan adanya interaksi yang aktif dan responsive antara
orang tua dan anak sehingga membantu anak memberi stimulasi untuk peningkatan
perkembangannya. Praktik pengasuhan yang baik dan benar, maka dapat meningkatkan
perkembangan anak-anak. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya interaksi antara orangtua
dan anak saat pemberian stimulus sehingga perkembangan pun tejadi secara optimal.
Intervensi berbasis pengasuhan anak dan keterli- batan orang tua dalam pemberian nutrisi
makanan perlu dilakukan. Tidak boleh ada keteledoran lagi dari orang tua terkait gizi anak
yang terkena stunting (Primasari, & Keliat, 2020).

3. Harus rutin memeriksakan kondisi anaknya yang menderita stunting.

Orang tua diharapkan harus rutin memeriksakan kondisi anaknya yang menderita stuntinig.
Hal tersebut dimaksudkan agar anak bisa terus dipantau oleh dokter ataupun ahli gizi,
terutama untuk pasien yang mengalami mal nutrisi parah. Dengan melakukan pemeriksaan,
orang tua dapat mem- peroleh informasi yang cukup terkait dengan asupan gizi dari anak-
anaknya. (Amelia,2019).

4.Kondisi psikologis pada orang tua.

Di samping kondisi anak, orang tua juga harus memastikan kondisi dirinya, terutama kondisi
psikologisnya. Risiko anak mengalami malnutrisi kronis seperti stunting semakin meningkat
dengan kurangnya pengasuhan akibat depresi yang dialami oleh orang tua, termasuk ketika
masa penanga- nannya. Ibu yang mengalami depresi akan cenderung kurang memperhatikan
diri sendiri dan asupan gizi anak sehingga akan berdampak pada pertumbuhan dan
perkembangan anak (Mahahulah 2019)

Anda mungkin juga menyukai