Anda di halaman 1dari 26

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEDAS CIMAUNG


Jalan Raya Pangalengan Desa Cikalong Kec. Cimaung 40374
Kab. Bandung Prov. Jawa Barat Email : rsudcimaung@gmail.com
Website : www.rsudcimaung.bandungkab.go.id

KEPUTUSAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEDAS CIMAUNG
NOMOR : 013/VI/RSBC/2023

TENTANG
PANDUAN ASUHAN GIZI DI RSUD BEDAS CIMAUNG
13. Keputusan
DIREKTUR RUMAH Menteri
SAKIT UMUM DAERAH Kesehatan
BEDAS CIMAUNG Nomor
270/MENKES/SK/X/2OO7 tentang Pedoman Manajerial
Menimbang : a. PPIbahwa
di Rumah
dalamSakit dan Fasilitas
upaya pelaksanaanKesehatan
gizi diLainnya;
RSUD Bedas
14. Keputusan
Cimaung, maka Menteri
perlu panduanKesehatan
yang mengatur Nomor tentang
12O4/MENKES/SK/X/2OO4
proses asuhan gizi di RSUD Bedas tentang
Cimaung; Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
15.b. Peraturan
bahwa untuk
Daerahmewujudkan sebagaimana
Kabupaten Bandung Nomortersebut
25 Tahun pada
huruftentang
2009 a, telah Perubahan
disusun panduanatas asuhan
Peraturangizi di RSUD
Daerah
Bedas Cimaung;
Kabupaten Bandung Nomor 5 Tahun 2008 tentang Rumah
bahwa
c. Sakit berdasarkan
Daerah Kabupatenpertimbangan
Bandung; sebagaimana tersebut
16. Peraturan
pada huruf a dan
Daerah b perlu ditetapkan
Kabupaten Bandung Keputusan
Nomor 25 Direktur
Tahun
tentang
2012 Panduan
sebagai Asuhan
perubahan atasGizi di RSUD
Peraturan Bedas Nomor
Daerah Cimaung. 21
Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga
Mengingat :17.1. Teknis Daerah Kabupaten
Undang-Undang RepublikBandung
Indonesia (Lembaran
Nomor 36 Daerah
Tahun
Kabupaten Bandung Tahun
2009 tentang kesehatan; 2012 Nomor 25);
Peraturan Bupati Bandung nomor 1 Tahun 2009 tentang
2. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum
Sakit; Peraturan Pemerintah no 28 Tahun 2004 tentang
Daerah Kab Bandung sebagaimana telah diubah dengan
Keamanan,
Peraturan Mutu
Bupati dan Gizi
Bandung Pangan;
Nomor 38 Tahun 2009 tentang
3. Perubahan
PeraturanAtas
Menteri Kesehatan
Peraturan Bupati Republik Indonesia
Bandung Nomor Nomor
1
18. Tahun034 2009
Tahuntentang
2017 Tentang Akreditasi Rumah
Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Sakit
sebagai
Rumah Sakit pengganti
Umum Daerah Peraturan Pemerintah
Kab Bandung; Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang
Surat Keputusan Bupati Nomor 445/Kep.587-org/2013 Akreditasi
Rumah
tentang Sakit;
Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Bedas
4.Cimaung
Peraturan Menteri
sebagai Kesehatan
Satuan No. 26 Daerah
Kerja Perangkat tahun Yang 2013
tentang Penyelenggaraan
Menerapkan Pola PengelolaanPraktek Tenaga Gizi.
Keuangan dan Layanan
5.Umum
Peraturan
DaerahMenteri Kesehatan Nomor 78 tahun 2013
secara Penuh;
tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit;
6. Peraturan MenteriKesehatan Nomor
1691/MENKES/PER/VIII/2Oll tentang Keselamatan
Pasien Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1096/MENKES/PER/VI/2O11 tentang Higiene Sanitasi
Jasa Boga;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
147/Menkes/Per/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 340/Menkes/Per/I/2010 Tentang Klasifikasi
Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 Tentang Pedoman
Organisasi Rumah Sakit
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
382/MENKES/SK/lll/2OO7 tentang Pedoman
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan Lainnya;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :

KESATU : Panduan Asuhan Gizi di RSUD Bedas Cimaung


sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini;
KEDUA : Panduan Asuhan Gizi di RSUD Bedas Cimaung
digunakan sebagai acuan dalam menyelenggarakan
pelayanan kesehatan di RSUD Bedas Cimaung;
KETIGA : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Bandung ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan dan akan dilakukan perubahan jika
dikemudian hari terdapat kekeliruan atau kesalahan.
LAMPIRAN I KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BEDAS CIMAUNG

NOMOR : 013/VI/RSBC/2023
TANGGAL : 5 Juni 2023
TENTANG : Panduan Asuhan Gizi di RSUD Bedas Cimaung

BAB I
DEFINISI

A. Latar Belakang
Asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan sangat berpengaruh dengan
peningkatan risiko penyakit maupun komplikasinya. Selain itu, terdapat
kecenderungan peningkatan kasus yang terkait gizi baik, pada individu dan
kelompok. Menurut hasil survey, 1 dari 3 pasien yang masuk ke rumah sakit
beresiko malnutrisi, namun sebagian besar tidak teridentifikasi karena tidak
dilakukan skrining. Hal ini memerlukan asuhan gizi yang bermutu guna
mempertahankan status gizi yang optimal dan untuk mempercepat
penyembuhan.
Asuhan gizi merupakan salah satu proses yang mendukung untuk
mengatasi malnutrisi dan memperbaiki hasil status pasien. Pasien yang
beresiko malnutrisi atau sudah dalam status malnutrisi diberikan asuhan
gizi sesuai dengan Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). PAGT ini proses
ini bertujuan untuk mendapatkan asupan makanan yang tepat dan
menunjang proses pemulihan selama dirawat di rumah sakit. Dalam
Permenkes 78/2013 tentang Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit
disebutkan bahwa PAGT adalah pendekatan sistematik dalam memberikan
pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian aktivitas yang
terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai pemberian
pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Proses Asuhan Gizi Terstandar merupakan siklus yang terdiri dari 4
langkah berurutan dan saling terkait, mulai dari pengkajian gizi, diagnosis
gizi, intervensi gizi dan monitoring evaluasi gizi. Proses PAGT tersebut hanya
dilakukan pada pasien/ klien yang teridentifikasi resiko gizi atau sudah
dalam kondisi malnutrisi sehingga membutuhkan dukungan gizi individual.
Identifikasi resiko gizi dilakukan melalui skrining/ penapisan gizi. Bila
masalah gizi spesifik telah ditemukan, maka dari data obyektif dan subyektif
pengkajian gizi dapat ditentukan penyebab, derjat serta area masalahnya.
Berdasarkan data dan fakta tersebut, dapat ditegakkan diagnosa gizi dan
disusun rencana intervensi gizi.
Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengamati perkembangan dan
respon pasien terhadap intervensi yang diberikan. Bila tujuan tercapai,
maka proses ini dihentikan. Namun, bila tujuan tidak tercapai atau tujuan
awal tercapai tetapi terdapat masalah gizi baru, maka proses ini dimulai
kembali dari pengkajian gizi. Siklus asuhan gizi ini terus berulang sampai
pasien/ klien tidak membutuhkannya lagi.
Oleh karena itu, pelaksanaan asuhan gizi di Rumah Sakit
memerlukan sebuah panduan sebagai acuan untuk pelayanan bermutu yang
dapat mempercepat proses penyembuhan pasien, mengurangi lama hari
rawat dan mengurangi biaya perawatan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Sebagai panduan bagi pelaksana terapi diet dalam melakukan asuhan gizi
di Rumah Sakit Umum Daerah Bedas Cimaung sehingga terlaksana
pelayanan gizi yang berkualitas.

2. Tujuan Khusus
a. Sebagai standar pemberian asuhan gizi di Rumah Sakit Umum Daerah
Bedas Cimaung
b. Meningkatkan kualitas pelayanan gizi di Rumah Sakit Umum Daerah
Bedas Cimaung
BAB II
RUANG LINGKUP

Adapun ruang lingkup Asuhan Gizi meliputi:


1. Konsep Asuhan Gizi
2. Asesmen atau Pengkajian Gizi
3. Diagnosa Gizi
4. Intervensi Gizi
5. Monitoring
6. Evaluasi Gizi
BAB III

TATA LAKSANA

A. Konsep Asuhan Gizi


Proses asuhan gizi merupakan sekumpulan aktivitas yang terorganisir
mulai dari mengidentifikasi kebutuhan gizi sampai intervensi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Tujuan asuhan gizi yaitu mengembalikan pada kondisi
status gizi yang seimbang dengan memperngaruhi berbagai faktor penyebab
ketidakseimbangan. Proses asuhan gizi terstandar (PAGT) yang dilakukan
secara konsisten dan terus menerus dapat meningkatkan kualitas pelayanan
asuhan gizi melalui pelayanan individual. 4 langkah dalam proses asuhan gizi
terstandar (PAGT) yaitu sebagai berikut :
a. Asesmen gizi
b. Diagnosa gizi
c. Intervensi gizi
d. Monitoring dan evaluasi
Asuhan gizi diberikan kepada pasien yang beresiko malnutrisi atau
malnutrisi sesuai dengan penyakit atau kebutuhan pasien yaitu sebagai
berikut :
a. Asuhan gizi diet diabetes mellitus diberikan kepada penderita dengan kadar
Glukosa Darah di atas normal (penderita Diabetes Mellitus) dengan tujuan
memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga dengan menyesuaikan
kesanggupan tubuh penderita sehingga mempertahankan kadar glukosa
darah mendekati normal, mempertahankan atau mencapai berat badan
normal,mencapai dan mempertahankan kadar lipid (lemak) darah.
b. Asuhan gizi diet penyakit jantung dan pembuluh darah diberikan kepada
penderita yang mengalami gangguan penyakit jantung dan pembuluh
darah.
c. Asuhan gizi diet tinggi kalori dan tinggi protein diberikan kepada pasien
kurang energi protein, sebelum dan setelah operasi tertentu, multi trauma,
serta selama radioterapi dan kemoterapi, luka bakar berat, dan baru
sembuh dari penyakit dengan panas tinggi, hamil dan post partum dimana
kebutuhan energi dan protein meningkat.
d. Asuhan gizi diet rendah garam diberikan kepada pasien dengan edema atau
asites dan atau hipertensi seperti yang terjadi pada penyakit
dekompensesio cordis, sirosis hati, penyakit ginjal tertentu dan
preeklamsia.
e. Asuhan gizi penyakit saluran cerna diberikan kepada pasien disfaghia,
pasca hematemesis-melena, penyakit lambung, usus inflammatory dan
divertikular
f. Asuhan gizi penyakit hati dan kandung empedu diberikan kepada pasien
hepatitis dan sirosis hati, kolesistitis, kolelitiasis,
g. Asuhan gizi penyakit ginjal dan saluran kemih diberikan kepada pasien
gagal ginjal akut, sindroma nefrotik, penyakit ginjal kronik, transplantasi
ginjal, gagal ginjal dengan dialysis, batu ginjal, dan batu asam urat.
h. Asuhan gizi penyakit Gout dan arthritis diberikan kepada pasien dengan
kadar asam urat meningkat dan diikuti dengan timbunan kristal berupa
garam urat di persendian
i. Asuhan gizi diet makanan cair diberikan kepada pasien mempunyai
masalah mengunyah, menelan atau mencernakan makanan padat
misalnya pada pasien operasi mulut atau tenggorokan dan atau pada
pasien penurunan kesadaran.

Asuhan gizi dilakukan setelah perawat melakukan skrining nutrisi atau


skrining gizi. Setelah mendapatkan hasil bahwa pasien/ klien beresiko
malnutrisi maka perawat menginformasikan kepada pelaksana terapi diet
melalui telepon dan atau pembatas kertas berwarna merah yang terdapat di
map status pasien. Pelaksana terapi diet melakukan asuhan gizi sesuai dengan
standar Proses ASuhan Gizi Terstandar.
Pelayanan gizi pada pasien yang tidak beresiko malnutrisi sebagai berikut:
a. Perawat melakukan order diet sesuai preskripsi diet awal dari dokter DPJP
melaui daftar permintaan makan pasien ( DPMP ) atau melalui formulir
permintaan makan pasien baru. Pasien akan diberikan diet biasa/lunak
standar makanan rumah sakit dengan kandungan energi sekitar 1800 kal.
b. Makanan didistribusikan ke ruang rawat inap sesuai order diet dalam
DPMP pada jadwal makan yang telah di tetapkan.
c. Selama dirawat, pasien keluarga yang membawa makanan dari luar rumah
sakit diberikan edukasi gizi oleh nutrisionis sesuai preskripsi diet awal.
d. Apabila dalam 1 minggu pasien yang tidak beresiko malnutrisi masih
dalam masa perawatan maka harus dilakukan skrining lanjutan dengan
metode MST lanjutan. Hal ini untuk mengetahui apakah pasien mengalami
resiko malnutrisi selama dirawat. Hasil skrining lanjutan di
dokumentasikan dalam rekam medis pasien.
e. Bila tidak beresiko malnutrisi, pasien tetap memperoleh makanan sesuai
preskripsi diet awal sampai diperbolehkan pulang. Pelayanan gizi berakhir
pada saat pasien pulang.
f. Bila dari skrining lanjutan diperoleh hasil pasien beresiko malnutrisi,
maka akan dilakukan proses asuhan gizi terstandar.

Pelayanan gizi pada pasien yang beresiko malnutrisi sebagai berikut:


a. Pasien yang berdasarkan hasil skrining beresiko malnutrisi, maka
dilakukan asesmen lanjut gizi oleh nutrisionis maksimal 2 x 24 jam dan
selanjutnya akan dilakukan proses asuhan gizi terstandar.
b. Dari hasil proses asuhan gizi akan diitetapkan preskrispsi diet devinitife
c. Jika preskripsi diet devinitife hasil proses asuhan gizi sama dengan
preskripsi diet awal dari DPJP maka diet awal tersebut di teruskan, apabila
terdapat perbedaan antara diet hasil asuhan gizi dengan diet awal maka
dietisien melakukan koordinasi asuhan dengan DPJP terkait perbedaan
diet tersebut. Dietisien melakukan dokumentasi terhadap diet devinitife di
rekam medis pasien.
d. Perawat melakukan order diet sesuai preskripsi diet devinitife yang telah
disepakati menggunakan daftar permintaan makanan pasien atau formulir
permintaan makan pasien baru.
e. Makanan didistribusikan ke ruang ruang rawat inap pada jam makan yang
sudah terjadwal.
f. Selama dirawat pasien dan keluarga memperoleh konseling gizi oleh
nutrisionis/dietisien untuk memperoleh pemahaman tentang dietnya,
sehingga pasien dapat menerima serta menjalankan diet.
g. Dietisien/ nutrisionis melakukan monitoring dan evaluasi.. Respon pasien
terhadap terapi gizi dimonitor dan didokumentasikan dalam rekam medis
pasien.
h. Apabila dalam satu minggu tujuan intervensi yang telah ditetapkan tidak
tercapai maka wajib dilakukan reasesmen.

Langkah Proses Asuhan Gizi Terstandar terdiri dari :

1. Assesmen / Pengkajian gizi


Asesmen gizi dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :
a) Anamnesis riwayat gizi
b) Data Biokimia, tes medis dan prosedur
c) Pengukuran antropometri
d) Pemeriksaan fisik klinis
e) Riwayat personal
2. Diagnosa Gizi
Mengumpulkan pola dan hubungan antara data dan kemungkinan
penyebabnya. Kemudian memilah masalah gizi yang spesifik dan
menyatakan masalah gizi secara singkat dan jelas menggunakan terminologi
yang ada. Penulisan diagnosa gizi terstruktur dengan konsep PES atau
Problem Etiologi dan Signs/ Symptoms. Diagnosa gizi terstruktur dengan
konsep PES. Diagnosa gizi dikelompokkan menjadi 3 domain, yaitu :
a) Domain Asupan
b) Domain Klinis
c) Domain perilaku / lingkungan
3. Intervensi gizi
Terdapat empat komponen intervensi gizi yaitu
a) Pemberian makanan dan zat gizi
b) Edukasi Gizi
c) Konseling Gizi
d) Koordinasi Asuhan
4. Monitoring dan Evaluasi Gizi
Kegiatan monitoring dan evaluasi gizi dilakukan untuk mengetahui respon
pasien/klien terhadap intervensi dan tingkat keberhasilan. Tiga langkah
kegiatan monitoring dan evaluasi gizi, yaitu :
a) Monitor perkembangan
b) Mengukur hasil
c) Evaluasi hasil
Empat kategori dampak dalam asuhan gizi, meliputi :
a) Riwayat terkait makanan dan gizi
b) Pengukuran antropometri
c) Data biokimia, tes medis dan prosedur
d) Pemeriksaan fisik fokus gizi

5. Koordinasi Pelayanan Gizi


Komunikasi antar disiplin ilmu sangat diperlukan untuk memberikan
asuhan yang terbaik bagi pasien. Sebagai bagian dari tim pelayanan
kesehatan, dietisien harus berkolaborasi dengan dokter, perawat, farmasi
dan tenaga kesehatan lainnya yang terkait dalam memberikan pelayanan
asuhan gizi. Oleh karenanya perlu mengetahui peranan masing masing
tenaga kesehatan tersebut dalam memberikan pelayanan,
a. Dokter Penanggung jawab pelayanan
i. Bertanggungjawab dalam aspek gizi yang terkait dengan klinis pasien.
ii. Menentukan preskripsi diet awal ( order diet awal )
iii. Bersama dietisien menetapkan preskripsi diet definitive
iv. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarganya mengenai
peranan terapi gizi.
v. Merujuk pasien yang membutuhkan asuhan gizi atau konseling gizi.
vi. Melakukan pemantauan dan evaluasi terkait masalah gizi secara
berkala bersama dietisien, perawat dan tenaga kesehatan lain selama
pasien berada dalam masa perawatan.
b. Perawat
i. Melakukan skrining gizi pasien pada assesment awal keperawatan.
ii. Merujuk pasien yang beresiko malnutrisi atau dengan kondisi khusus.
iii. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga terkait pemberian
makan melalui oral/enteral dan parenteral.
c. Dietisien
i. Mengkaji hasil skrining gizi perawat dan order diet awal dari dokter
ii. Melakukan asesmen gizi awal dan lanjut pada pasien yang beresiko
malnutrisi atau dengan kondisi khusus yang meliputi pengumpulan,
analisa dan interpretasi data riwayat gizi; riwayat personal; pengukuran
antropometri; hasil laboratorium terkait gizi dan hasil pemeriksaan fisik
terkait gizi
iii. Mengidentifikasi masalah/diagnosa gizi berdasarkan hasil asesmen dan
menetapkan prioritas diagnosa gizi.
iv. Merancang intervensi gizi dengan menetapkan tujuan dan preskripsi
diet yang lebih terperinci untuk penetapan diet definitive serta
merencanakan edukasi dan konseling.
v. Melakukan koordinasi dengan DPJP terkait dengan diet definitive
vi. Koordinasi dengan DPJP, perawat, farmasis dan tenaga lain dalam
pelaksanaan intervensi gizi.
vii. Melakukan monitoring respon pasien terhadap intervensi gizi.
viii. Melakuka evaluasi proses maupun dampak asuhan gizi.
ix. Memberikan penyuluhan, motivasi dan konseling gizi pada klien/pasien
dan keluarganya.
x. Mencatat dan melaporkan hasil asuhan gizi kepada DPJP di lembar
terintegrasi ( verifikasi ).
xi. Melakukan asesment gizi ulang ( reassesment ) apabila tujuan belum
tercapai.
xii. Melakukan ronde pasien bersama tim kesehatan.
xiii. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan atau diskusi dengan dokter,
perawat,anggota tim asuhan gizi lain, klien/pasien dan keluarganya
dalam rangka evaluasi keberhasilan pelayanan gizi.
d. Farmasi
i. Mempersiapkan obat dan zat gizi terkait seperti vitamin, elektrolit,
mineral dan nutrisi parenteral.
ii. Menentukan kompabilitas zat gizi yang diberikan kepada pasien.
iii. Membantu mengawasi dan mengevaluasi penggunaan obat dan cairan
parenteral oleh klien/pasien dan perawat.
iv. Berkolaborasi dengan dietisien dalam pemantauan interaksi obat dan
makanan.
v. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai interaksi
obat dan makanan

B. Asesmen Gizi
Asesmen gizi merupakan metoda pengumpulan verifikasi dan interpretasi
data yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi masalah terkait gizi, penyebab,
tanda dan gejalanya secara sistematika. Tujuan asesmen gizi yaitu
mendapatkan informasi yang cukup untuk mengidentifikasi masalah terkait
gizi dan membuat keputusan atau menentukan mengenai gambaran dan
penyebab masalah yang terkait gizi.
Dalam tahap pengkajian gizi ini, diperlukan berfikir kritis dietisien dalam
menetapkan dan mengumpulkan sumber data dan instrumen yang sesuai;
membedakan data yang relevan dan tidak; memilih norma dan standar yang
sesuai untuk membandingkan data tersebut serta mengemlompokan atau
mengkategorikan data agar teridentifikasi masalah gizi.
Data yang dikumpulkan terkait dengan masalah gizi sangat variatif
sehingga tergantung pada situasi dan kondisi tempat data dikumpulkan;
kondisi kesehatan terkini dari pasien/ klien dan kelompok; kaitan data yang
dikumpulkan dengan dampak yang akan diukur; prosedur yang dianjurkan;
dan apakah data tersebut merupakan pengkajian awal atau pengkajian ulang.
Informasi yang diperoleh dibandingkan dengan standar baku/ nilai normal,
sehingga dapat dikaji dan diidentifikasi seberapa besar masalahnya.
5 komponen asesmen gizi yaitu sebagai berikut :
1. Domain antropometri meliputi berat badan saat ini, berat badan ideal,
panjang badan atau tinggi badan, indeks massa tubuh, berat badan
biasanya, penurunan berat badan berapa persen dalam berapa minggu atau
bulan, lingkar lengan atas, tinggi lutut, dan ukuran tulang lengan bawah
(ULNA).
2. Domain biokimia terkait gizi meliputi data laboratorium (keseimbangan
asam basa, profil renal dan elektrolit, profil gastrointestinal, profil glukosa
atau endokrin, profil inflammatory, profil lemak, profil anemia gizi, profil
protein, dll) dan tes medis (GFR, retensi lambung, biopsites toleransi
glukosa, dll)
3. Domain pemeriksaan fisik klinis terkait gizi meliputi nafsu makan, diare,
mual, muntah, kemampuan makan, asites, oedema, kembung, konstipasi,
sesak, gangguan menghisap, gangguan menelan, gangguan mengunyah,
keterbatasan fisik, mobilitas, tanda-tanda vital seperti tekanan darah, suhu
tubuh, naddi dan respirasi.
4. Domain terkait makanan dan gizi (Food history) meliputi recall 24 jam, food
frequency, food habit, jumlah asupan makan dan zat gizi, pemberian
makanan dan zat gizi, penggunan obat-obatan baik alternative maupun
pelengkap, pengetahuan atau kepercayaan atau sikap, perilaku dan
akses/suplai makanan, fungsi dan aktivitas fisik, ukuran atau nilai-nilai
pasien terhadap gizi, alergi mkaanan tertentu, pantangan makanan,
ketidaksukaan makanan, dan pengalaman diet.
a. Asupan Makanan
i. Bagaimana komposisi dan kecukupan gizi?
ii. Bagaimana pola makan termasuk makanan selingan?
iii. Bagaimana suasana saat makan?
iv. Bagaimana daya terima terhadap makanan/ zat gizi?
v. Apakah ada diet yang sedang dijalani?
b. Kesadaran Terhadap Gizi dan Kesehatan
i. Bagaimana pengetahuan dan kepercayaan terhadap rekomendasi diet
yang diberikan?
ii. Bagaimana staus kemandirian dalam melaksanakan diet sehari-hari?
iii. Bagaimana kepatuhan dari edukasi dan konseling gizi yang sudah
didapat pada masa lalu?
c. Aktivitas Fisik
i. Bagaimana pola kegiatan sehari-hari?
ii. Bagaimana pola pengaturan waktu untuk melakukan aktivitas?
iii. Bagaimana intensitas, frekuensi dan kebiasaan melakukan olah raga?

d. Ketersediaan Makanan
i. Bagaimana kemampuan merencanakan menu?
ii. Bagaimana kemampuan daya beli?
iii. Bagaimana kemampuan dalam menyiapkan makanan?a
iv. Apakah ada keterbatasan? (fisik atau ekonomi)
v. Bagaimana dalam hal memilih makanan?
vi. Bagaimana sanitasi dan hygiene dalam menyediakan suatu makanan?

5. Domain riwayat klien atau personal meliputi riwayat personal, riwayat


penyakit atau kesehatan atau keluarga, penggunaan pengobatan alternative
atau kedokteran, dan riwayat sosial.
a. Riwayat Obat
i. Apakah obat-oabat yang digunakan yang berkaitan dengan masalah
gizi?
ii. Apakah ada suplemen gizi yang dikonsumsi?
b. Sosial Budaya
i. Bagaimana kondisi status social ekonomi, budaya, kepercayaan, dan
agama?
ii. Bagaimana kondisi situasi rumah?
iii. Bagaimana dukungan atau akses pelayanan kesehatan?
iv. Bagaimana hubungan social dengan tetangga, komunitas, dan
sebagainya?
c. Riwayat Penyakit
i. Apakah keluhan utama terkait masalah gizi?
ii. Apakah penyakit dahulu dan sekarang?
iii. Apakah ada riwyat pembedahan?
iv. Apakah memiliki penyakit kronis atau resiko komplikasi?
v. Apakah riwayat penyakit di keluarga?
vi. Bagaimana status kesehatan mental dan emosi?
vii. Bagaimana kemampuan kognitif dari klien/pasien?
d. Data personal
i. Berapa umur pasien/klien?
ii. Apakah pekerjaan pasien/ klien?
iii. Sebagai apa peranan dalam keluarga?
iv. Apa pendidikan terakhir pasien/ klien?
v. Bagaimana kemampuan baca klien?
vi. Apa etnik/suku dan agama klien?
Berikut contoh pencatatan asesmen gizi yaitu :
1. Domain antropometri
TB : 160 cm
BB : 65 Kg

IMT : 25,3 kg/m2


Status gizi :
overweight.
Dalam teknis asesmen akan dinilai untuk parameter Lingkar Lengan Atas
(LILA), Panjang Badan/ Berat Badan (PB/BB), berat badan sebelum masuk
rumah sakit, tinggi lutut, tebal lemak,dan lingkar pinggang lingkar
panggul.
2. Domain biokimia terkait gizi
GDP : 200 mg/dl GDP tinggi (normal : < 100
mg/dl) HbA1C : 9,2 %  tinggi (normal : 4-6 %)
Dalam teknis asesmen akan dinilai untuk parameter data bikomia lain,
pemeriksaan atau prosedur medis yang berkaitan dengan status gizi, status
metabolic, gambaran fungsi organ (nilai elektrolit, glukosa, lemak dan
pengosongan lambung).
3. Domain pemeriksaan fisik klinis terkait
gizi Apakah ada mual?
Apakah ada muntah?
Apakah ada diare?
Apakah ada masalah mengenai nafsu
makan? Apakah ada gangguan menghisap?
Apakah ada gangguan menelan?
Apakah ada gangguan megunyah?
Apakah ada keterbatasan fisik yang mengganggu/ menjadi hambatan dalam
makan?
Apakah ada sesak?
4. Domain terkait makanan dan gizi :
Asupan karbohidrat total : 10 penukar berlebih
Asupan gula; lebih menyukai makanan manis  tidak
sesuai Sumber karbohidrat : KH sederhana  tidak sesuai
Pemberian obat terkait gizi : metformin
Area dan tingkat pengetahuan : tidak tahu perhitungan
KH Memilih makanan yang salah  kurang pengetahuan

C. Diagnosa Gizi
Diagnosa gizi merupakan identifikasi dan memberi nama masalah gizi yang
spesifik dimana dimana pelaksana terapi diet bertanggung jawab untuk
merawatnya secara mendiri. Diagnosa gizi merupakan langkah kritis dalam
menghubungkan antara pengkajian gizi dengan intervensi gizi yang akan
diberikan nanti. Identifikasi maslaah, penyebab dan tanda gejala
disimpulkan dari hasil pengkajian gizi.
Pelaksana terapi diet/ gizi membuat prioritas dalam pelaksanaan intervensi gizi.
Domain terminologi dalam diagnosa gizi yaitu sebagai berikut :
1. Domain intake : masalah gizi terkait asupan energi, zat gizi, cairan, zat
bioaktif melalui oral maupun enteral dan perenteral.
2. Domain klinis : masalah gizi terkait kondisi fisik atau medis
3. Domain perilaku lingkungan : masalah gizi terkait dengan pengetahuan,
perilaku atau kepercayaan, fisik lingkungan atau penyediaan keamanan
makanan Pernyataan diganosa gizi terdiri dari 3 bagian :
1. Problem (P) : menggambarkan perubahan atau issue berhubungan dengan
gizi klien (masalah aktual); menggambarkan masalah gizi pasien/ klien.
Dietisien bertanggungjawab dalam memecahkan secara mandiri dengan
membuat tujuan dan target intervensi gizi yang lebih realistis dan terukur;
menetapkan prioritas intervensi gizi; dan memantau serta mengevaluasi
perubahan yang terjadi setelah dilakukan intervensi gizi.
2. Etiologi (E) : penyebab atau faktor resiko yang mempunyai kontribusi pada
masalah.faktor penyebab dapat berkaitan dengan patofisiologi, psikososial,
lingkungan, perilaku, dan lain-lain. Etiologi merupakan dasar dari
penentuan intervensi apa yang akan dilakukan.
3. Sign and Symptoms (S) : karakteristik penentu problem merupakan
pernyataan yang menggambarkan masalah/ kondisi pasien/ klien. Sign
umumnya data objektif dan simptoms merupakan data subjektif. Sign dan
symptoms ini merupakan dasar untuk monitoring dan evaluasi hasil.
Contoh penulisan diganosa gizi :
1. Domain intake
Asupan oral tidak adekuat (P) berkaitan dengan adanya gangguan menelan
(E) ditandai dengan asupan hanya 45 % dari kebutuhan (S).
2. Domain klinis.
Kelebihan berat badan (P) berkaitan dengan kebiasaan makan karbohidrat > 10

penukar dalam sehari (E) ditandai dengan IMT : 25,3 Kg/m2 atau status gizi
overweight (S)
3. Domain perilaku lingkungan
Kurang pengetahuan terkait gizi (P) berkaitan dengan tidak pernah
mendapatkan konsultasi gizi (E) ditandai dengan kebiasaan makan kurang
baik yaitu sering mengkonsumsi gorengan (S)

D. Intervensi
Intervensi merupakan tindakan terencana yang dirancang untuk
mengubah ke arah positif dari perilaku kondisi lingkungan terkait gizi atau
aspek-aspek kesehatan individu (termasuk keluarga dan pengasuh).
Intervensi gizi dikelompokan ke dalam 4 domain dengan terminologi yang
khusus, yaitu :
1. Pemberian Makanan dan Zat Gizi
2. Edukasi Gizi
3. Konseling Gizi
4. Koordinasi Asuhan Pelayanan Gizi.
Intervensi gizi diberikan sesuai dengan hasil asesmen dan diagnosa gizi
sesuai dengan penyakit atau kebutuhan pasien. Berikut intervensi gizi
berdasarkan penyakit atau kebutuhan pasien :
1. Diet Diabetes Mellitus
● Kebutuhan energi 25 – 30 gr/kg bb
● Protein 10-15 % kebutuhan energi total
● Lemak sedang 20-25 % kebutuhan energi total
● Karbohidrat 60-70% kebutuhan energi total
● Serat 25 gram /hari
● Vitamin dan mineral cukup
● Penggunaan gula alternative dalam jumlah terbatas 20% dari kebutuhan
energi total
● Bahan makanan yang dianjurkan : karbohidrat kompleks seperti nasi,
mie, roti, kentang
● Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,
tempe, kacang kacangan
● Sumber lemak dalam jumlah terbatas
● Bentuk makanan mudah cerna
● Pengolahan makan diutamakan direbus, dikukus, dipanggang, disetup,
dan dibakar
● Bahan makanan yang tidak dianjurkan: mengandung banyak gula
sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jam, jelly, buah buahan
yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan,
dan ice kream, kue kue manis, dodol, cake,
2. Diet penyakit jantung dan pembuluh darah
● Kebutuhan energi 25 – 30 gr/kg bb
● Protein 10-20 % kebutuhan energi total
● Lemak sedang 20-25 % kebutuhan energi total
● Kolesterol kurang dari 300mg
● Karbohidrat 50-60% kebutuhan energi total
● Serat tinggi 25 gram /hari
● Mitamin dan mineral cukup
● Bahan makanan yang dianjurkan : karbohidrat kompleks seperti nasi,
mie, roti, kentang, kue rendah lemak
● Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,
tempe, kacang kacangan, youghurt dan keju rendah lemak
● Sumber lemak dalam jumlah terbatas seperti minyak jagung, kedelai,
kacang tanah,
● Bentuk makanan mudah cerna
● Pengolahan makan diutamakan direbus, dikukus, dipanggang, disetup,
dan dibakar
● Bahan makanan yang tidak dianjurkan: mengandung banyak gula
sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup, jam, jelly, buah buahan
yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan,
dan ice kream, kue kue manis, dodol, cake
3. Diet Energi Tinggi Protein Tinggi
● Energi tinggi, yaitu 40 – 45 Kkal/ KgBB
● Ptotein tinggi, yaitu 2.0 – 2.5 gr/Kg BB
● Lemak cukup, yaitu 10 – 25% dari kebutuhan energi total
● Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
● Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
● Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna
● Makanan yang tidak dianjurkan yaitu dimasak dengan banyak minyak
atau kelapa/santan kental, minuman rendah energi, bumbu yang tajam
seperti cabe dan merica
4. Diet Rendah garam
● Energi cukup, protein,mineral dan vitamin
● Bentuk makanan sesuai dengankeadaanpenyakit
● Jumlah natriumdisesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau
air dan/atau hipertensi
● Makanan yang tidakdianjurkan seperti roti, biskuit dan kue yang
dimasak dengan garam dapur dan / baking powder dan soda, jeroan,
sarden, makanan yang diawetkan dengan garam dapur seperti daging
asap, ham, bacon, dendeng, abon, keju, ikan asin, ikan kaleng, kornet ,
margarin dan mentega biasa, minuman ringan, dan bumbu - bumbu yang
mengandung garam dapur seperti : kecap, terasi ,saus tomat, penyedap
dll
5. Diet penyakit Gastritis
● Kebutuhan energi basal pria 30 Kkal/Kg BB, wanita 25 Kkal/Kg BB
● Protein tinggi 1-1,5 gram/Kg BB
● Lemak rendah 15-20 % dari total energi
● Vitamin dan mineral sesuai dengan kecukupan
● Bila perlu suplementasi vitamin B12
● Cukup serat 20-25 gram
● Bahan makanan yang tidak dianjurkan : beras ketan, beras tumbuk, roti
whole wheat, jagung, ubi,singkong, talas, cake, dodol dan berbagai kue
yang terlalu manis serta berlemak tinggi, kacang tanah, kacang merah,
kacang tolo, sayuran mentah, syurang berserat tinggi, ssayuran bergas
(daun singkong,
kacang panjang, kol, lobak, sawi dan asparagus), buah yang tinggi serat,
buah yang menimbulkan gas (jambu biji, nanas, apel, kedongdong,
durian, nangka, buah yang dikeringkan), lemak hewan dan santan kental,
minuman bersoda, alkohol, kopi, eskrim, cabe, bawang, merica serta
cuka.
6. Diet pada penyakit Gastro Esophageal Refluks Disease (GERD)
● Energi disesuaikan dengan kebutuhan
● Protein tinggi 1-1,5 gram/Kg BB per hari untuk meningkatkan sekresi
gastrin sehingga dapat meningkatkan tekanan lower esophageal
sphincter
● Lemak rendah 20% dari energi total
● Karbohidrat sisa dari perhitungan protein dan lemak
● Serat cukup 20-25 gram/hari
● Membatasi konsumsi kopi, alkohol, mint, minuman ringan dan coklat
terutama menjelang tidur
● Menghindari makanan yang berasa asam dan manis
● Makanan tidak mengandung gas
● Makanan tidak merangsang asam lambung
● Jadwal makan menjelang tidur sudah harus berakhir 2jam sebelum tidur
7. Diet penyakit hati dan kandung empedu:
● Energi tinggi untuk mencegah pemecahan protein yang diberikan
bertahap sesuai kemampuan pasien, yaitu 40-45kkal/kg bb
● Lemak cukup, yaitu 20- 25% dari kebutuhan energi total, dalam bentuk
yang mudah cerna atau dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami
steatorea, gunakan lemak dengan asam lemak rantai sedang (MCT).
● Protein agak tinggi yaitu 1.25-1.5 gr/kg bb
● Vitamin dan mineral diberikan sesuai dengan tingkat defisiensi.
● Natrium diberikan rendah tergantung tingkat edema dan asites
● Cairan diberikan lebih dari biasa,kecuali bila ada kontra indikasi
● Bentuk makanan lunak, bila ada keluhan mual muntah, atau makanan
biasa sesuai kemampuan saluran cerna
● Serat tinggi terutama dalam bentuk pektin yang dapat mengikat
kelebihan asam empedu dalam saluran cerna
● Hindari bahan makanan yang dapat menimbulkan rasa kembung dan
tidak nyaman
8. Diet penyakit ginjal dengan hemodialisa
● Energi cukup,yaitu 35 kkal/kg bb ideal per hari pada pasien hemodialisis
(HD) dan CAPD
● Protein tinggi yaitu 1-1,2 gr/kg bb ideal per hari pada HD dan 1.3
gr/kg bb ideal per hari pada CAPD
● Karbohidrat cukup yaitu 55-75% dari kebutuhan energi total
● Lemak normal yaitu 15-30% dari kebutuhan energi total
● Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar per 24 jam
yaitu:
o 1 gr + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gram untuk
tiap ½ liter urin (HD)
o 1-4 gr + penyesuaian jumlah urin sehari , yaitu 1 gram ntuk setiap ½
liter urin (CAPD)
● Kalium sesuai dengan urin yang keluar per 24 jam yaitu
o 2 gr + penyesuaian menurut jumlah urin sehari yaitu 1gr untuk tiap 1
liter urin (HD)
o 3 gr + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gr untuk
setiap 1 liter urin (CAPD)
● Kalsium tinggi, yaitu 1000mg per hari
● Fospor dibatasi yaitu < dari 17 mg.kg bb ideal/hari
● Cairan dibatasi, yaitu jumlah urin per 24 jam + 500-700ml
● Suplemen vitamin bila diperlukan, terutama vitamin larut air seperti B6,
asam folat dan vit C
● Bila nafsu makan kurang, berikan suplemen enteral yang mengandung
energi dan protein tinggi
9. Diet penyakit gagal ginjal tanpa HD
● Energi cukup, yaitu 35kkal/kg bb per hari
● Protein rendah yaitu 0.6-0.75 gr/kg bb. Diutamakan sumber protein
bernilai biologic tinggi
● Lemak cukup yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total.
● Karbohidrat cukup yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang
berasal dari protein dan lemak
● Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria,atau
anuria. Bantaknya natrium yang diberikan antara 1-3 gram
● Kalium dibatasi (40-70mEq). Apabila ada hiperkalemia >5,5 mEq,
oliguria, atau anuria
● Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah
pengeluaran cairan melalui keringat dan pernafasan (+/- 500 ml)
● Vitamin cukup,bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vit C
dan vitamin D
10. Diet penyakit Gout dan Arthritis
● Energi sesuai dengan kebutuhan tubuh. Bila berat badan berlebih atau
kegemukan asupan energi sehari dikurangi secara bertahap sebanyak
500- 1000 kkal dr kebutuhan energi normal hingga tercapai berat badan
normal
● Protein cukup, yaitu 1.0-1.2 gr/kg bb atau 10-15% dari kebutuhan energi
total
● Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyai kandungan
purin lebih besar dari 15 mg/100 gr seperti jeroan, ekstrak daging, bebek,
ikan sarden, makarel, remis, kerang
● Lemak sedang yaitu 10-20% dari kebutuhan energi total
● Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak yaitu 65-75% dari kebutuhan
energi total
● Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan
● Cairan cukup 2-2 ½ liter per hari
● Bahan makanan yang dianjurkan nasi, ubi, singkong, jagung, roti, mie,
bihun, tepung beras, cake, kue kering, puding, susu, keju, telur,
lemak dan minyak, gula, sayuran, dan buah buahan.
● Bahan makanan yang dibatasi yaitu daging maksimal 50-75 gram (1-1 ½
potong), ikan atau unggas, atau 1 mangkuk (100 gr) sayuran sehari,
ayam, udang, kacang kering, dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe,
asparagus, bayam, daun singkong, kangkung, daun dan biji melinjo
11. Diet makanan cair
● Tidak merangsang saluran cerna
● Bila diberikan lebih dari 3 hari harus dapat memenuhi kebutuhan energi
dan protein
● Kandungan energi minimal 1 Kkal/ml
● Konsentrasi cairan dapat diberikan secara bertahap bertahap dari ½, ¾
sampai penuh
● Porsi diberikan kecil dan sering (tiap 2-4 jam)
● Ada 2 golongan makanan cair yaitu formula rumah sakit dan formula
komersial.
12. Diet untuk penyakit Dislipidemia
● Diberikan diet rendah lemak disesuaikan dengan hasil
perhitungan kebutuhan energi
● Frekuensi pemberian makanan 3x dan makanan selingan 2x
● Kebutuhan protein 12-15 % dari total energi
● Kebutuhan karbohidrat 50-60 %
● Lemak total 30% dari total energi (10 % lemak jenuh, 10% lemak tak jenuh
tunggal, 10 % lemak tak jenuh ganda)
● Kolesterol < 300 mg
● Serat 25 gr
● Bahan makanan yang dibatasi yaitu jeroan kambing/sapi, daging
kambing/sapi, gajih kambing/sapi, mentega, margarine, santan, minyak
kelapa, coklat, kuning telur, susu full cream, belut, kerang, udang,
kepiting, sosis, keju, produk makanan jadi dan buah yang diawetkan
dengan gula
● Bahan makanan yang dianjurkan beras terutama beras tumbuk dan
beras merah, macaroni, roti tinggi serat, sereal, ubi, kentang, ikan,
unggas tanpa kulit, putih telus, susu skim, tempe, tahu, kacang-
kacangan, semua sayur dalam bentuk segar, direbus, dikukus,
disetup, ditumis dan semua buah dalam keadaan segar atau bentuk
jus
13. Diet pada penyakit Hiperemesis Gravidarum
● Tinggi energi bila beresiko gizi kurang dan mencegah katabolisme
protein tubuh
● Protein sedang 10-15 % dari energi total
● Lemak rendah 10% dari kebutuhan energi total
● Karbohidrat tinggi 75-80 % dari energi total
● Pemberian makanan dalam bentuk kering, mudah dicerna, tidak
merangsang saluran cerna
● Menghindari makanan dengan aroma merangsang, berbumbu tajam dan
makanan lain yang tidak disukai pasien
14. Diet untuk penyakit konstipasi
● Energi sesuai kebutuhan berat badan ideal
● Protein 10-15% dari total energi
● Lemak cukup
● Serat 30-35 grsm/ Kg BB/hari, terutama serat tak larut air
● Cairan 8-10 gelas/hari
15. Diet penyakit osteoporosis
● Energi sesuai kebutuhan
● Kebutuhan protein moderat yaitu 0,8 gr/ Kg BB atau 10% dari total
energi dan mengutamakan protein dari kedelai
● Kebutuhan lemak moderate yaitu 25% dan utamakan lemak tidak jenuh
● Kebutuhan karbohidrat 65% utamakan karbohidrat kompleks
● Meningkatkan asupan kalsium dari makanan yaitu 1000-1500mg/hari
● Meningkatkan asupan Vitamin D dari makanan
● Kebutuhan phosphor disesuaikan dengan asupan kalsium dengan rasio
Ca : P adalah 2 : 1
● Kebutuhan magnesium, vitamin A, Vitamin K disesuaikan dengan AKG
● Makanan yang perlu dibatasi adalah makanan yang mengandung garam
atau natrium tinggi (makanan yang diawetkan dan makanan atau
minuman kaleng), makanan yang berlemak serta mengandung protein
tinggi (daging, alkohol, bir, tape, ragi, kopi, teh kental dan soft drink)
● Makanan yang dianjurkan adalah makanan sumber kalsium dan bahan
makanan yang mengandung fitoestrogen yaitu susu serta olahannya,
udang kering tawar, ikan yang dimakan dengan tulangnya seperti ikan
presto serta ikan teri basah, buah kering, sayuran hijau, kacang kedelai
serta olahannya dan bahan makanan yang mengandung estrogen seperti
bengkoang.
● Gunakan susu sebagai bahan makanan yang mengandung kalsium tinggi
saat memasak misalnya bubur kacang ijo, sup jagung, bubur sereal, dll.
● Gunakan yoghurt dalam minuman buah
● Tambahkan keju pada sayuran atau roti
16. Diet Gizi Buruk
Perhitungan kebutuhan nutrisi anak dihitung dengan cara

Usia Energi/kg berat badan ideal


Dibawah 1 tahun 100-120
1-3 100
4-6 90
7-9 80

Usia Laki-laki Perempuan


10-12 70 60
13-15 55 50
16-18 50 45

Intervensi diet gizi buruk pada anak dibagi menjadi 3 fase yaitu sebagai
berikut:
a. Fase Stabilisasi
● Energi 80-100kkal/kg bb yang digunakan untuk perhitungan
adalah berat badan aktual
● Protein 1-1.5 gr/kg bb per hari, diutamakan protein hewani seperti
susu, daging ayam atau telur
● Cairan 130 ml/kg bb, bila ada edema 100 ml/kg bb perhari
● Rendah laktosa
● Mineral mix 20ml/1000 ml formula
● Frekuensi makan diberikan setiap 2 jam (12x) atau setiap 3 jam (8x)
dalam
24 jam. Bila anak mampu menghabiskan porsi yang diberikan maka
makanan dapat diberikan setiap 4 jam (6x)

b. Fase Transisi
● Energi 100-150kkal/kg bb yang digunakan untuk perhitungan
adalah berat badan aktual
● Protein 2-3 gr/kg berat badan
● Cairan sampai 150ml/kg berat badan
● Mineral mix 20ml/1000ml formula
● Pemberian makan dengan frekuensi sering dan porsi kecil. Diberikan
setiap 4 jam sekali.
● Pada 48 jam pertama formula masih diberikan F75. Selanjutnya pada
hari ketiga volume F100 ditambah setiap hari sampai mencapai 150
ml/kg berat badan
c. Fase Rehabilitasi
● Energi 150-220kkal/kg berat badan yang digunakan adalah berat
badan aktual
● Protein 4-6gr/kg berat badan
● Cairan 150-200 ml/kg berat badan
● Berdasarkan energi total tersebut makaanak secara bertahap dapat
diberi makanan yang sesuai dengan berat badannya (F100 semakin
dikurangi dan makanan padat ditambah).
17. Diet Saluran Cerna
● Energi normal sesuai dengan kebutuhan berdasarkan berat badan ideal
sesuai tinggi badan aktual
● Protein 10-15% total energi
● Lemak 25-30% total energi
● Karbohidrat 50-60% total energi
● Pemberian makan porsi kecil frekuensi sering
● Hindari jus buah kemasan atau minuman yang mengandung gas

E. Monitoring dan Evaluasi


Monitoring merupakan mengkaji ulang dan mengukur secara terjadwal
indicator asuhan gizi dari status pasien sesuai dengan kebutuhan yang
ditentukan, diagnosa gizi, intervensi dan hasil. Evaluasi merupakan
membandingkan secara sistematik data-data saat ini dengan status
sebelumnya, tujuan intervensi gizi, efektifitas asuhan gizi secara umum dan
atau rujukan standar. Berikut data-data yang digunakan dalam monitoring dan
evaluasi dengan membandingkan standar pembanding (nilai normal) yaitu
riwayat terkait makanan dan gizi (asupan makan dan zat gizi), pengukuran
antropometri, data biokimia tes medis dan prosedur, pemeriksaan fisik focus
gizi. Data-data yang akan dimonitoring dan evaluasi ini diambil dari data
asesmen gizi.
BAB IV
DOKUMENTASI

Asuhan gizi yang diberikan kepada pasien di dokumentasikan pada


formulir asesmen gizi sesuai dengan format yang tersedia dan hasil asesmen
dicatat di formulir catatan perkembangan pasien terintergrasi (CPPT)
dengan format ADIME dengan penjelasan sebagai berikut :
1. A (Asesmen)
Dalam asesmen dicantumkan atau ditulis hasil pengakajian yang
dilakukan oleh dietisien pada pasien. Hasil asesmen dapat berupa data
riwayat terkait gizi dan makanan, data antropometri, data biokimia, tes
medis dan prosedur, data penilaian fisik yang berfokus pada gizi dan
data riwayat pasien.
2. D (Diagnosa)
Mengidentifikasi dan mengungkapkan problem gizi spesifik yang dapat
ditangani atau diperbaiki melalui intervensi gizi dengan pernyataan PES
(Problem, Etiologi, dan Sign/symptoms). Dalam diagnosis ini, dietisien
menentukan problem yang dapat membantu pasien, mengevaluasi
etiologi atau akar permasalahan dengan intervensi gizi, serta memeilih
data asesmen untuk menerangkan perbaikan dan penyelesaian.
3. I (Intervensi)
Aktivitas untuk menanggulangi masalah gizi yang teridentifikasi melalui
perencanaan dan implementasi tindakan sesuai kebutuhan klien.
Sasaran intervensi adalah etiologi pada diagnose gizi atau tanda dan
gejala. Memiliki 4 domian diantaranya: doamain pemeberian makanan
dan zat gizi, edukasi gizi, konseling gizi dan koordinasi asuhan.
4. ME (Monitoring dan Evaluasi)
Dalam monitoring dan evaluasi dilakukan penentuan dan pengukuran
bersar kemajuan yang dibuat oleh dietisien terkait intervensi gizi yang
diharapkan telah tercapai. Dalam komponen monitoring evaluasi gizi
diantaranya pengumpulan informasi data/ indicator, mengukur atas
indicator evaluasi berupa membandingkan hasil saat ini dan
sebelumnya/ yang menjadi tujuan.

Contoh :
Ny. S, usia 55 th, suku Betawi, pendidikan SMP, agama Islam, datang
ke ruang konseling gizi rawat jalan atas rujukan dokter dengan diagnosis
medis Obesitas, Hipertensi stage II, Dislipidemia, dengan keluhan pusing
dan pegal pada bagian tengkuknya. TB = 145 kg, BB = 63 kg. Hasil lab :
kolesterol total = 253 mg/dl (N < 200), kolesterol LDL = 165 mg/dl (N < 100),
kolesterol HDL = 79 mg/dl (N laki > 40, perempuan > 50), trigliserida = 102
mg/dl (N < 150). TD = 140/90 mmHg, tubuh tampak gemuk.
Pasien adalah seorang janda pensiunan pegawai negeri yang tinggal
bersama anak dan menantunya. Pekerjaan rumah sehari-hari,
membersihkan rumah, ke pasar dan memasak dikerjakan oleh menantunya,
dimana pasien sering minta untuk menambahkan penyedap dalam
masakannya. Pasien jarang berolah raga, meskipun anak dan menantunya
selalu mengingatkan untuk berolah raga, dan mengharapkan penurunan
BB ibunya. Sehari-hari waktunya banyak dihabiskan dengan nonton TV
rata-rata 9 jam, tidur malam dan siang 10 jam. Pasien belum pernah
mendapat konseling gizi. Ketika dietisien memberikan pertanyaan terkait
dietnya, pasien tidak dapat menyebutkan jenis bahan makanan tinggi
natrium, tinggi serat, dan beranggapan bahwa makanan tinggi lemak adalah
jeroan, kikil, dan lemak daging.

Pola makan 3x/hari : nasi dengan lauk pauk lebih sering digoreng, hewani
(ayam/ikan asin goreng) 2x/hari, nabati (tempe goreng) 1x/hari, sayuran
2x/hari, sambal terasi, buah (pisang) 1x/hari, minum teh manis 2x/hari,
makanan selingan lebih sering berupa singkong goreng/biskuit 2x/hari 2-3
potong. Hasil anamnesa gizi berdasarkan Semi FFQ, asupan : E = 1850
kkal, P = 47,5 g, L= 73 g, KH = 250 g, serat = 12,3 g, Natrium = 2050 g.
Tidak ada riwayat alergi makanan. Ibu dan kakak pasien punya penyakit
jantung. Obat yang diberikan adalah captopril 25 g.

Dua minggu kemudian setelah menjalankan dietnya, pasien melakukan


kunjungan ulang. BB pasien turun 1 kg dari kunjungan sebelumnya,
asupan sehari (Semi FFQ) E = 1200 kkal, P = 45 g, L = 33,3 g, KH = 180 g,
TD 130/80 mmHg. Pasien sudah mulai berolah raga 3x/minggu selama 15
menit dan mengikuti perkumpulan ngaji bersama ibu-ibu di lingkungan
tempat tinggalnya. Selain itu, pasien juga sudah memodifikasi makanannya
dengan mengkonsumsi makanan yang digoreng hanya 1x/hari dan
mengurangi makanan bersantan.

Jawaban:
Asesmen (A)
Pada kunjungan pertama :
Food History :
● Ny S pola makan 3 kali per hari berupa nasi da lauk pauk yang
cenderung digoreng
● Konsumsi lauk hewani (ayam/ikan asin goreng) 2 kali per hari
● Tempe atau lauk nabati 1 kali per hari
● Buah pisang 1 kali per hari.
● Teh manis manis 2 kali per hari
● Makanan selingan berupa singkong atau biscuit 2 kali per hari 2-3 potong.
● Tidak ada alergi makanan
● Selalu meminta penyedap rasa setiap masakan.
Asupan energi 1850 kkal; protein 47,5 gram, lemak 73,3 gram,
karbohidrat 250 gram, serat 12.3 gram.
Pada kunjungan kedua :
● Asupan energi sebesar 1200 kkal; protein 45 gram; lemak 33.3 gram;
dan karbohidrat 180 gram.
● Sudah melakukan modifikasi makanan; mkanan yang digoreng
frekuensinya sudah berkurang menjadi 1 kali per hari.
● Sudah mengurangi makanan bersantan.
Antropometri :
● Tinggi badan 145 cm
● Berat badan 63 kg
● Indesk massa tubuh 29,96 kg/m² (overweight)
Biokimia terkait gizi :
● Kadar kolesterol 253 mg/dl (N<200 mg/dl)
● Kadar kolesterol LDL 165 mg/dl (N<100 mg/dl)
● Kadar kolesterol HDL 78 mg/dl (N>40 mg/dl)
● Kadar Trigliserida 102/dl (N<150 mg/dl)
Fisik dan Klinis gizi :
● Pusing (Ya)
● Pegal pada tengkuk (Ya)
● Tekanan darah 140/90 mmHg

Riwayat Klien :
● Janda pensiunan PNS
● Tinggal bersama anak dan menantu
● Aktivitas jarang berolahraga, menonton TV ± 9 jam, tidur 10 jam
● Suku betawi
● Usia 55 tahun
● Pendidikan SMP
● Beragama Islam

Diagnosa Gizi (D)


……………………………. berkaitan dengan ………………………..ditandai
………………
…………………………….. berkaitan dengan……………………….. ditandai
………………
Intervensi (I)
Tulis apa yang akan diberikan, sesuai dengan penyebab masalah yang terjadi
Contoh:
● Pembatasan asupan lemak dari minyak.
● Peningkatan asupan serat dari sayur dan buah
● Peningkatan aktivitas fisik
Pemberian/Preskripsi diet :
Jenis diet : rendah lemak tinggi serat
Bentuk diet : Nasi Biasa
Route : oral
Kebutuhan energi.................kalori
Kebutuhan lemak :……………..gram (. .penukar)
Kebutuhan karbohidrat :………….gram (.........penukar)
Kebutuhan protein :………….gram (.......penukar)
Kebutuhan serat :………….gram (.....penukar buah dan sayur)
Makanan bervariasi (untuk selingan kurangi makanan selingan sumber lemak)
Monitoring Evaluasi (M)
● Baik, Keluhan fisik klinis gizi hilang/tidak ada
● Baik, Asupan lemak dari minyak.....penukar
● Baik, Asupan serat dari buah....penukar
● Baik, hasil biokimia terkait gizi sesuai standar normal.

Ditetapkan di : Cimaung
Pada Tanggal : 05 Juni 2023

DIREKTUR
RSUD BEDAS CIMAUNG
KABUPATEN BANDUNG

HERIYANTO

Anda mungkin juga menyukai