Anda di halaman 1dari 6

8 SURGA DAN 8 NERAKA

8 SURGA

1. SURGA FIRDAUS

2. SURGA ‘ADN

3. SURGA NAIM

4. SURGA MA’WA

5. SURGA DARUSSALAM

6. SURGA DARUL MUQAMAH

7. SURGA AL-MUQAMIN AMIN

8. SURGA KHULDI

8 NERAKA

1. NERAKA HAWIYAH

2. NERAKA JAHIM

3. NERAKA SAQAR

4. NERAKA LAZZA

5. NERAKA HUTHAMAH

6. NERAKA SA’IR

7. NERAKA WAIL

8. NERAKA JAHANAM

BAB 1 HARI AKHIR


Hari Akhir menurut bahasa artinya “Hari Penghabisan” (Q.S. al-Baqarāh/2:177), juga disebut “Hari
Pembalasan” (Q.S. al-Fātihah/1:4). Adapun menurut istilah, Hari Akhir adalah hari mulai hancurnya
alam semesta berikut isinya dan berakhirnya kehidupan semua makhluk Allah Swt. Hari Akhir juga
disebut hari Kiamat, yaitu hari penegakan hukum Allah Swt. yang seadil-adilnya (Q.S. al-
Mumtahanah/60:3).

Jenis hari kiamat


Kiamat Sughra (Kecil)
Q.S. ali Imran/3:185: Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan Sesungguhnya pada
hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu, barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah
kesenangan yang memperdayakan”
Kiamat Kubra (Besar)
Q.S. at-Takwír/81:1-3: Artinya: “Apabila matahari digulung, apabila bintang-bintang berjatuhan, dan
apabila gunung-gunung dihancurkan”.
Dalam Q.S. az-Zalzalah/99:1-5 dijelaskan peristiwa terjadinya kiamat dimulai dengan datangnya
gempa yang sangat dahsyat. Dalam Q.S. al-Qari’ah/101:1-5 dijelaskan keadaan manusia bagaikan
anai-anai yang bertebaran dan gunung-gunung bagai bulu yang dihamburhamburkan.
Hari Kiamat Menurut Ilmu Pengetahuan
Menurut Geologi Bumi beredar karena adanya daya tarik matahari terhadap bumi berkurang.
Akibatnya bumi akan bergeser dari matahari, sehingga putaran bumi semakin cepat dan akan
mengalami nasib seperti meteor (menyala/hancur)
Menurut Teori Fisika Kalau suatu ketika matahari tidak muncul atau cahayanya redup karena
tenaga/sinarnya habis, maka tidak ada angin dan awan yang berakibat hujan tidak akan turun.
Selanjutnya gunung-gunung akan meletus, ombak bergulung-gulung, air laut naik sehingga
hancurlah bumi ini
Peristiwa-peristiwa yang harus diimani yang akan terjadi sesudah mati antara lain
1) Fitnah kubur, yaitu beragam pertanyaan yang diajukan kepada orang yang meninggal tentang
Tuhannya, agamanya, nabinya, imannya, dan kiblatnya.
2) Siksa dan nikmat kubur
Bukti Indrawi Terjadinya Hari Akhir Imam Ath Thabari dan Ibnu Katsir berpendapat bahwa telah
diperlihatkan peristiwa-peristiwa yang menakjubkan di dunia sebagaimana berikut ini.
a. Peristiwa pembunuhan yang dipermasalahkan oleh Bani Israel, akan dihidupkan kembali oleh
Allah Swt. hanya dengan perantaraan daging sapi yang dipukulkan ke tubuh orang yang terbunuh
(Q.S. al-Baqarah/2:72-73).
b. Peristiwa Nabi Ibrahim dan burung-burung yang dicincangnya kemudian diletakkan di tiap-tiap
bagian di atas bukit lalu Allah Swt. berfirman: “Panggillah! niscaya mereka datang kepadamu dengan
segera” (Q.S. al-Baqarah/2:260).

Periode Hari Akhir


1. Yaumul Ba’ats
2. Yaumul Hasyr/Mahsyar
3. Buku Catatan
4. Yaumul Hisab lalu Mizan
5. As-Sirath
6. Yaumul Jaza
7. Balasan Perbuatan Baik dengan Surga
8. Balasan Perbuatan Buruk dengan Neraka
Cara Beriman Kepada Hari Akhir
Secara Ijmali (Umum/Global)
Secara Tafsili (Terperinci), contohnya :
1. Percaya kepada fitnah kubur
2. Meyakini terhadap siksa kubur dan kenikmatan kubur
3. Percaya kepada tiupan sangkakala malaikat isrofil
4. Percaya kepada hari kebangkitan Yaumul Baats
5. Percaya kepada hari pngumpulan
6. Meyakini adanya telaga surga / Haud
7. Meyakini adanya syafaat nabi Muhammad
8. Meyakini terhadap mizan
9. Meyakini adanya Sirath
10. Surga dan Neraka
Perilaku Yang Mencerminkan Kesadaran Beriman Kepada Hari Akhir
Melakukan Habluminallah secara ikhlas dan khusyu
Melakukan Hubungan Haluminannas dengan bnar dan istiqomah

Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir


1. Muncul rasa kebencian yang dalam kepada kemaksiatan dan kebejatan moral yang
mengakibatkan murka Allah Swt. di dunia dan di akhirat.
2. Menyejukkan dan menggembirakan hati orang-orang mukmin dengan segala kenikmatan akhirat
yang sama sekali tidak dirasakan di alam dunia ini.
3. Senantiasa tertanam kecintaan dan ketaatan terhadap Allah Swt. dengan mengharapkan
mau’nah-Nya pada hari itu.
4. Senantiasa termotivasi untuk beramal baik dengan ikhlas.
5. Senantiasa menghindari niat-niat yang buruk apalagi melaksanakannya
6. Menjauhkan diri dari asumsi-asumsi yang mengkiaskan apa yang ada di dunia ini dengan apa yang
ada di akhirat.

Bab 2 Qada dan Qadar


Pengertian Qada dan Qadar
Qadar dengan “ilmu Allah Swt. tentang apa yang akan terjadi pada makhluk di masa mendatang. ”
Qada adalah “ segala sesuatu yang Allah Swt. wujudkan (adakan atau berlakukan) sesuai dengan
ilmu dan kehendaknya.”
Qada menurut bahasa berarti “menentukan atau memutuskan”
menurut istilah artinya “segala ketentuan Allah Swt. sejak zaman azali”.
Qadar menurut bahasa adalah “memberi kadar, aturan, atau ketentuan”.
Menurut istilah berarti ”ketetapan Allah Swt. terhadap seluruh makhluk-Nya tentang segala
sesuatu”.
Iman kepada Qada dan Qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt.
telah menentukan segala sesuatu bagi makhluk-Nya.
Iman kepada Qada dan Qadar meliputi empat prinsip
a. Iman kepada ilmu Allah Swt. yang Qadīm (tidak berpermulaan), dan Dia mengetahui perbuatan
manusia sebelum mereka melakukannya.
b. Iman bahwa semua Qadar Allah Swt. telah tertulis di Lauh Mahfuzh.
c. Iman kepada adanya kehendak Allah Swt. yang berlaku dan kekuasaanNya yang bersifat
menyeluruh.
d. Iman bahwa Allah Swt. adalah Zat yang mewujudkan makhluk. Allah Swt. adalah Sang Pencipta
dan yang lain adalah makhluk
Dalil-Dalil tentang Qada dan Qadar
1) “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (takdir)” (Q.S. al Qamar/54:49)
2) “Tidak ada suatu bencana apapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada diri kalian
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu mudah bagi Allah Swt.” (Q.S. al-Hadīd/57:22)
3) “Dan tiap-tiap manusia telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung)
pada lehernya.” (Q.S. al-Isra/17:13)
4) “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah Swt.” (Q.S. at-
Tagabun/64:11)
Hikmah Beriman kepada Qada dan Qadar
1. Semakin meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini tidak lepas dari sunnatullah.
2. Semakin termotivasi untuk senantiasa berikhtiar atau berusaha lebih giat lagi dalam mengejar
cita-citanya.
3. Meningkatkan keyakinan akan pentingnya peran doa bagi keberhasilan sebuah usaha.
4. Meningkatkan optimisme dalam menatap masa depan dengan ikhitar yang sungguh-sungguh
5. Meningkatkan kekebalan jiwa dalam menghadapi segala rintangan dalam usaha sehingga tidak
berputus asa ketika mengalami kegagalan.
6. Menyadarkan manusia bahwa dalam kehidupan ini dibatasi oleh peraturan-peraturan Allah Swt.,
yang tujuannya untuk kebaikan manusia itu sendiri. Bersikap optimis, Ikhtiar dan Tawakkal sebagai
implementasi beriman kepada Qada’ dan Qadar Allah
Perilaku yang Mencerminkan Kesadaran beriman kepada Qada dan Qadar
1. Selalu menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
2. Banyak bersyukur dan bersabar
3. Bersikap optimis dan giat bekerja
4. Selalu tenang jiwanya

Bab 3 Berpikir Kritis


Manfaat Berpikir Kritis
1. Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt.
2. Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia
3. Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt. dalam mengembangkan IPTEK.
4. Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian).
5. Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam.
6. Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang berada di
dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta.
7. Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan
8. Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visione
9. Semakin bersemangat dalam mengumpulkkan bekal untuk kehidupan di akhirat dengan
meningkatkan amal saleh dan menekan/meninggalkan kemaksiatan.

Sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan berpikir kritis
berdasarkan ayat al-Quran dan hadis
1. Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal sehat.
2. Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah alam semesta bagi manusia.
3. Melakukan kajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Qur±n secara lebih mendalam bersama para pakar
di bidang masing-masing.
4. Menjadikan ayat-ayat al-Qur±n sebagai inspirasi dalam melakukan penelitianpenelitian ilmiah
untuk mengungkap misteri penciptaan alam.
5. Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sebagai inspirasi dalam mengembangkan IPTEK.
6. Mengoptimalkan pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan umat manusia.
7. Membaca dan menganalisis gejala alam untuk mengantisipasi terjadinya bahaya.
8. Senantiasa berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner.
9. Senantiasa berupaya meningkatkan amal salih dan menjauhi kemaksiatan sebagai tindak lanjut
dari keyakinanannya tentang adanya kehidupan kedua di akhirat dan sebagai perwujudan dari rasa
syukur kepada Allah Swt. atas semua anugerah-Nya
10. Terus memotivasi diri dan berpikir kritis dalam merespon semua gejala dan fenomena alam yang
terjadi

‫ِإَّن ِفي َخ ْلِق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر ِض َو اْخ ِتاَل ِف الَّلْي ِل َو الَّن َه اِر آَل َي اٍت ُأِلوِلي اَأْلْلَب اِب‬
190. Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal," (QS. Ali Imran: 190)

‫اَّلِذيَن َي ْذ ُك ُروَن َهَّللا ِقَي اًما َو ُقُعوًد ا َو َع َلٰى ُج ُنوِبِه ْم َو َي َتَف َّك ُروَن ِفي َخ ْل ِق الَّس َم اَو اِت‬
‫َأْل‬
‫َو ا ْر ِض َر َّب َن ا َم ا َخ َلْق َت َٰه َذ ا َباِط اًل ُسْب َح اَن َك َفِقَن ا َع َذ اَب الَّن اِر‬
191. Artinya: "(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), "Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci
Engkau, lindungilah kami dari azab neraka," (QS. Ali Imran: 191)

Bab 4 Bersatu dalam Keragaman dan Demokrasi


Rangkuman
1. Kandungan Q.S.ali-Imran/3:159 dan H.R. at-Tirmizi menjelaskan bahwa musyawarah termasuk
salah satu sifat orang yang beriman. Hal ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang
muslim terutama dalam hal-hal yang penting.
2. Mencintai musyawarah dalam mengambil keputusan pada segala hal yang terkait dengan
kehidupan keluarga dan masyarakat. Seperti memilih lembaga pendidikan yang cocok, memilih
tempat kerja, memilih ketua RT, dan lain-lain.
3. Bersikap lemah lembut dalam bermusyawarah, baik ketika menyampaikan pendapat maupun
menanggapi pendapat orang lain.
4. Berlapang dada untuk memaafkan semua pihak yang mungkin berlaku tidak wajar sehingga
memancing amarah kita.
5. Konsisten terhadap keputusan hasil musyawarah, terutama jika menyangkut kepentingan
bersama.
6. Melaksanakan hasil musyawarah dengan penuh sikap tawakal kepada Allah Swt, sehingga
terhindar dari segala sikap buruk sangka apabila ternyata keputusan musyawarah tersebut tidak
membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
7. Antara musyawarah (syura) dengan demokrasi terdapat titik temu, di mana dalam demokrasi
terdapat prinsip syura, yaitu adanya kebebasan berpendapat, keterbukaan, dan kejujuran,
sementara demokrasi, menjangkau ruang lingkup yang lebih luas.
8. Terjadi pro dan kontra di kalangan para ulama tentang demokrasi, sebagian menerima dan
sebagian menolak.

Bab 5 Menyembah Allah Sebagai Ungkapan Rasa Syukur


‫َو ِاْذ َقاَل ُلْق ٰم ُن اِل ْبِنٖه َو ُه َو َيِع ُظ ٗه ٰي ُبَن َّي اَل ُتْش ِر ْك ِباِهّٰلل ِۗاَّن الِّش ْر َك َلُظ ْلٌم َع ِظ ْي ٌم‬
13. (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, “Wahai anakku,
janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar
kezaliman yang besar.”
‫َو َو َّصْي َن ا اِاْلْن َس اَن ِبَو اِلَدْي ِۚه َح َم َلْت ُه ُاُّمٗه َو ْه ًن ا َع ٰل ى َو ْه ٍن َّو ِفَص اُلٗه ِفْي َع اَم ْي ِن َاِن اْشُك ْر ِلْي َو ِلَو اِلَدْي َۗك‬
١٤ ‫ِاَلَّي اْلَمِص ْيُر‬
14 Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam
dua tahun. (Wasiat Kami) “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya
kepada-Ku (kamu) kembali.
Bab 6 Meraih Kasih Allah dengan Ihsan

‫ِإْذ َأ َخ ْذ َن ا ِم ي َث ا َق َب ِني ِإْس َر اِئي َل اَل َت ْع ُب ُد و َن ِإاَّل ال َّل َه َو ِب ا ْل َو اِلَد ْي ِن ِإْح َس ا ًن ا‬


‫َو ِذ ي ا ْل ُقْر َب ٰى َو ا ْل َي َت ا َم ٰى َو ا ْل َم َس اِك ي ِن َو ُق و ُلوا ِلل َّن ا ِس ُح ْس ًن ا َو َأ ِقيُموا‬
‫الَّص اَل َة َو آ ُت وا ال َّز َك ا َة ُث َّم َت َو َّلْي ُت ْم ِإاَّل َق ِلي اًل ِم ْن ُك ْم َو َأْن ُت ْم ُمْع ِر ُض و َن‬
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah,
dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta
ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak
memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling (mengingkari), kecuali
sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang. (Al Baqarah 83)

Rangkuman
1. Dalam Q.S. al-Baqarah/2:83 Allah Swt. memerintahkan Bani Israil agar menyembah Allah Swt.,
berbuat baik (ihsan) kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin.
Agar bertuturkata yang baik kepada manusia, tetapi mereka tetap membangkang. Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti 119
2. Rasulullah menegaskan bahwa Allah Swt. menyuruh kita berlaku I¥s±n dalam segala hal dan
kepada semua makhluk Allah Swt.
3. Ihsan adalah berbuat baik dengan penuh keikhlasan, yang digambarkan dalam hadis seakan-akan
kita melihat Allah Swt., atau setidaknya merasa dilihat oleh Allah Swt.
4. Ihsan mencakup ibadah ritual kepada Allah Swt. dan berbuat baik kepada semua makhluk hidup
dengan ikhlas
5. Perbuatan ihsan pasti akan mendapat balasan I¥s±n juga, karena itu adalah janji Allah Swt. yang
tidak mungkin diingkari
6. Berbuat baik (ihsan) kepada siapapun, akan menjadi sebab terjadinya “balasan” dari kebaikan
yang dilakukan, karena demikianlah Allah Swt. menjadikan aturan bagi makhluk-Nya (Sunnatull±h),
bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan juga

Anda mungkin juga menyukai