Anda di halaman 1dari 110

Mekanisme Operasional

Lini Lapangan
Program Bangga Kencana
(Pembangunan Keluarga, Kependudukan, & Keluarga Berencana)

bagi
Institusi Masyarakat Pedesaan/ Perkotaan
&
Kampung Keluarga Berkualitas

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


Direktorat Bina Lini Lapangan
Tahun 2020
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

bkkbn.go.id
@bkkbnofficial
Mekanisme Operasional
Lini Lapangan
Program Bangga Kencana
bagi
Institusi Masyarakat Pedesaan/ Perkotaan
& Kampung Keluarga Berkualitas

Pelindung : Nofrijal, MA
Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan
Informasi
Penanggungjawab : Wahidin, M. Kes
Direktur Bina Lini Lapangan

Editor : Ridwan Fadjri Nur


Ato Suwarto
I Made Dwipayama
Penyusun : Masrinto Pongrambu
Yusna Afrilda
Gyakuni Firsty Niko
Ari Nurdin
Desain : Masrinto Pongrambu
Ari Nurdin
ISBN : 978-602-316-234-5
83 hlm; 14,8 x 21 cm
Direktur Bina Lini Lapangan BKKBN

Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya, Panduan Mekanisme Operasional telah selesai disusun.
Panduan mekanisme operasional program Bangga Kencana ini adalah
pembaruan dari panduan yang diterbitkan, untuk menjawab tantangan
di lini lapangan. Panduan ini dibuat sebagai penunjuk (guidance) bagi
para pengelola Program Bangga Kencana di lini lapangan, baik
PKB/PLKB maupun IMP, yang berkecimpung langsung dengan para
pemangku kepentingan dan masyarakat, dan yang berperan aktif
dalam menggerakkan Program Bangga Kencana di tingkat desa.
Dalam panduan ini terdapat beberapa penyesuaian terkait
mekanisme operasional program Bangga Kencana, seperti
penambahan perspektif baru – perspektif kewilayahan – dan
penyesuaian langkah-langkah PKB/ PLKB. Selain itu terdapat beberapa
penyesuaian istilah-istilah, seperti akronim KKBPK yang kini diubah
menjadi Bangga Kencana (Pembangunan Keluarga, Kependudukan,
dan Keluarga Berencana). Perubahan-perubahan ini diharapkan tidak
sekedar mengubah slogan, tetapi juga menyegarkan semangat dan
menempatkan gerak lini lapangan sesuai dengan perkembangan jaman
dan semangat Rebranding BKKBN.
Pada akhirnya kami menyadari, pembuatan panduan ini tentunya
masih jauh dari sempurna, baik secara konteks maupun konten, untuk
itu kami menerima saran dan kritik demi perbaikan ke depan. Terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan
panduan ini, semoga panduan ini bermanfaat untuk mewujudkan
keluarga Indonesia menjadi keluarga yang sejahtera dan berkualitas.
Jakarta, Juli 2020

Drs. Wahidin, M. Kes


Direktur Bina Lini Lapangan

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan


Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan, dan Informasi BKKBN

Di era otonomi daerah, Program Pembangunan Keluarga,


Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) seringkali
dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting dan tidak diprioritaskan.
Padahal selama 10 (sepuluh) tahun (2002-2012) Total Fertility Rate
(TFR) atau jumlah rata-rata anak yang akan dilahirkan hidup oleh
seorang perempuan stagnan di angka 2,6 (Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia atau SDKI, tahun 2002 dan 2012). Oleh karena itu
program KB mulai kembali digaungkan, dan mulai menunjukkan hasil
positif dengan turunnya TFR menjadi 2,4 (SDKI 2017). Walau demikian,
hasil ini masih jauh dari target ideal TFR yaitu sebesar 2,1.
Lahirnya Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ikut membawa angin segar
penguatan program Keluarga Berencana, yang ditopang dengan dua
program lainnya, yaitu Kependudukan dan Pembangunan Keluarga.
Lewat undang-undang ini BKKBN direstrukturisasi, tidak lagi menjadi
badan koordinasi bidang KB, dan diubah menjadi lembaga pemerintah
untuk melaksanakan program Kependudukan, Keluarga Berencana,
dan Pembangunan Keluarga (KKBPK). Amanat lain dari undang-undang
ini (pasal 54) adalah pembentukan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Daerah (BKKBD) di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Hanya saja, dengan berbagai alasan, pembentukan BKKBD tidak banyak
terealisasi.
Setelah berlakunya Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) disebutkan
sebagai program konkuren (bersama) antara Pemerintahan Pusat dan
Daerah. Dengan berlakunya undang-undang tersebut secara efektif

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan


pada tahun 2016, Penyuluh KB (PKB) dan Petugas Lapangan KB (PLKB)
kembali menjadi pegawai pemerintah pusat (BKKBN), setelah 12 tahun
pasca era desentralisasi urusan KB.
Di sisi lain, Kampung KB sebagai satuan wilayah setingkat desa atau
setara dengan kriteria tertentu, dimana terdapat keterpaduan program
Bangga Kencana dan pembangunan sektor terkait dalam upaya
meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat, telah
dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia di Dusun Jenawi, Desa
Mertasinga, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa
Barat pada tanggal 14 Januari 2016. Kampung KB digiatkan untuk
membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan, dan secara konkret
agar program KB dapat lebih dirasakan secara langsung oleh
masyarakat terutama yang berada di wilayah miskin, padat penduduk,
tertinggal, terpencil, dan wilayah nelayan di seluruh tanah air. Sejak
tahun 2020 Kampung KB telah dimaknai sebagai Kampung Keluarga
Berkualitas, dan diharapkan dapat menjadi contoh program
pembangunan lintas sektoral di seluruh Indonesia.
Sejalan dengan semangat pembangunan dari daerah, Institusi
Masyarakat Pedesaan/Perkotaan (IMP) turut berperan serta dalam
pengelolaan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan,
Keluarga Berencana (Bangga Kencana) sebagai wadah masyarakat di
tingkat desa/kelurahan, dusun/RW dan RT ke bawah. Secara nasional
IMP juga dikenal secara praktis sebagai PPKBD, Sub PPKBD dan
Kelompok KB. Lewat IMP inilah, PKB/PLKB menggiatkan program
Bangga Kencana di tengah-tengah masyarakat.
Oleh karena itu, BKKBN memandang perlu untuk menyiapkan suatu
panduan pelaksanaan mekanisme operasional penggerakan program
Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana
(Bangga Kencana) yang selaras dengan sistem otonomi daerah untuk
akselerasi pencapaian sasaran program di tingkat lini lapangan,
termasuk di Kampung KB. Panduan ini juga diharapkan dapat

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan


menjelaskan keterkaitan berbagai peraturan yang ada terkait dengan
Program Bangga Kencana. Lebih lanjut, dengan adanya panduan ini,
diharapkan peran atau tanggung jawab pemerintah daerah terhadap
program Bangga Kencana (KKBPK) baik tingkat provinsi maupun
kabupaten/ kota akan meningkat. Hal ini ditandai dengan semakin
giatnya aparatur di tingkat lini lapangan yaitu pemerintah kecamatan
maupun pemerintah desa/kelurahan berkoordinasi, bergerak, dan
bekerja sama menyejahterakan masyarakat setempat melalui sinergi
pelaksanaan program Bangga Kencana dan program-program
pembangunan lainnya.
Oleh karena itu, panduan pelaksanaan operasional yang sistematis,
berurutan, berkesinambungan ini diharapkan akan menjadi peta
penunjuk yang akan digunakan oleh segenap sektor pemerintahan
untuk menemukan tautannya dengan program Bangga Kencana. Lewat
Panduan ini diharapkan terbentuk kesepahaman pengelolaan Program
Bangga Kencana di setiap tingkat wilayah, baik pada OPD Kab/ Kota,
kecamatan dan desa, sehingga visi di tingkat lapangan menjadi sama,
dan pergerakan lapangan pun menuju ke tujuan yang sama, yaitu
menyejahterakan masyarakat.
Secara singkat, sasaran pengguna panduan mekanisme operasional
Program Bangga Kencana ini adalah para penanggung jawab, pengelola
dan pelaksana program Bangga Kencana di lini lapangan, yaitu:
1. Organisasi Perangkat Daerah atau dinas pemerintah
Kabupaten/Kota yang bertugas di bidang Pengendalian
Penduduk dan Keluarga Berencana.
2. Camat dan instansi terkait di tingkat Kecamatan.
3. Kepala desa/lurah serta lembaga‐lembaga lain di tingkat desa.
4. Kepala UPT/ Koordinator Lapangan KB/ yang setara.
5. Penyuluh/Petugas-Lapangan KB (PKB/PLKB)
6. PPKBD, Sub PPKBD dan Kelompok KB.
7. Pengelola kelompok kegiatan (poktan): BKB, BKR, BKL, PIK
remaja, Kelompok UPPKS dan paguyuban KB pria, di masyarakat.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan


8. Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB.
9. Mitra Kerja tingkat kecamatan dan desa (Tokoh masyarakat,
Tokoh agama, Pendamping Desa, PKK, serta organisasi
kemasyarakatan lainnya).

Demikian pengantar Panduan Mekanisme Operasional Lini


Lapangan Program Bangga Kencana ini kami sampaikan, semoga
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi pembangunan
masyarakat Indonesia, dan bagi aparatur pemerintahan di tingkat
kecamatan maupun desa yang bekerja dengan giat untuk
menyejahterakan warga di sekitarnya.

Jakarta, Juli 2020

Nofrijal, SP, MA
Deputi Bidang Advokasi,
Penggerakan, dan Informasi
BKKBN

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan


i

ii

vi

Bab I 1
1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 3
1.2.1. Tujuan Umum 3
1.2.2. Tujuan Khusus 3
1.3. Sasaran Pengguna 4
1.4. Ruang Lingkup 5
1.5. Batasan dan Pengertian 5

Bab II 14
14
14
2.1. Kebijakan 14
2.2. Strategi 14

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan


Bab III 17
17
17
3.1. Mekanisme Operasional Lini Lapangan 17
3.2. Mekanisme Operasional Lini Lapangan Berdasarkan Tingkatan
Wilayah Pelaksana dan Pengelola 18
3.2.1. Mekanisme Operasional Tingkat Kecamatan 20
3.2.2. Mekanisme Operasional Tingkat Desa 24
3.2.3. Pelaksanaan Program Bangga Kencana tingkat
Dusun/RW 29
3.2.4. Pelaksanaan Program Bangga Kencana tingkat RT 30
3.3. Rangkaian Kegiatan dalam Mekanisme Operasional Lini
Lapangan 30
3.3.1. Staff Meeting 32
3.3.2. Rakor Kecamatan 35
3.3.3. Rakor Desa 38
3.3.4. Pembinaan IMP (Pertemuan Lengkap) 41
3.3.5. Pertemuan Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB 41
3.3.6. Pencatatan dan Pelaporan 42
3.3.7. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) 52
3.3.8. Pelayanan 54
3.4. Mekanisme Operasional Bagi Institusi Masyarakat Pedesaan/
Perkotaan (IMP) 59
3.4.1. Pembinaan IMP (Pertemuan Lengkap) 59
3.4.2. Kegiatan IMP 62

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan


3.5. Mekanisme Operasional bagi Kelompok Kerja (Pokja)
Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) 63
3.5.1. Penggerak 66
3.5.2. Hasil yang diharapkan (Output) 66
3.5.3. Peserta 67
3.5.4. Materi Pertemuan Pokja Kampung KB 67
3.5.5. Kegiatan Sebelum Pertemuan 68
3.5.6. Kegiatan dalam Pertemuan 69
3.5.7. Kegiatan Sesudah (Pasca) Kesepakatan Pertemuan 69
3.5.8. Frekuensi Pertemuan 70
3.5.9. Tempat 71
3.5.10. Notulen Pertemuan 71
3.6. Pembiayaan Operasional Program KB di Lini Lapangan
(Kecamatan, Desa, Dusun/RW, RT) 72
3.7. Pembinaan dan Pengembangan 78
3.8. Monitoring dan Evaluasi 80

Bab IV 82
82
4.1. Kesimpulan 82
4.2. Harapan 83

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan


Staff Meeting A

Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan B

Rapat Koordinasi Tingkat Desa C

Pembinaan IMP (Pertemuan Lengkap) D

Pertemuan Pokja Kampung KB E

Pencatatan dan Pelaporan F

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi G

Pelayanan H

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan


Bab I

bkkbn.go.id | @bkkbnofficial
Bab I

1.1. Latar Belakang


Di era otonomi daerah, Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) seringkali
dianggap sebagai sesuatu yang tidak penting dan tidak diprioritaskan.
Selama 10 (sepuluh) tahun (2002-2012) Total Fertility Rate (TFR) atau
jumlah rata-rata anak yang akan dilahirkan hidup oleh seorang
perempuan stagnan di angka 2,6 (Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia atau SDKI, tahun 2002 dan 2012). Oleh karena itu program
KB mulai kembali digaungkan, dan mulai menunjukkan hasil positif
dengan turunnya TFR menjadi 2,4 (SDKI 2017). Walau demikian, hasil
ini masih jauh dari target ideal TFR yaitu sebesar 2,1.
Pada masa berlakunya Undang-Undang nomor 2 tahun 1999
dan Undang-Undang 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Program Keluarga Berencana (KB) berada Pemerintahan Daerah
(Kabupaten/Kota) dan dilaksanakan oleh satuan kerja perangkat
daerah (SKPD), yang bisa sangat berbeda statusnya antara satu daerah
dengan daerah yang lainnya. Di masa ini juga peran Penyuluh KB (PKB)
dan atau Petugas Lapangan KB (PLKB) mengalami penurunan, dimana
banyak PKB/PLKB dialihfungsikan menjadi pekerja di bidang lain, di luar
kompetensi dasarnya. Tak dapat dihindarkan, program KB mulai
merosot di era ini, dan tidak menjadi prioritas pemerintahan daerah.
Lahirnya Undang-Undang 52 tahun 2009 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga ikut
membawa angin segar penguatan program Keluarga Berencana, yang
ditopang dengan dua program lainnya, yaitu Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga. Lewat undang-undang ini BKKBN
direstrukturisasi, tidak lagi menjadi badan koordinasi bidang KB, dan
diubah menjadi lembaga pemerintah untuk melaksanakan program

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 1


Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga
(KKBPK). Amanat lain dari undang-undang ini (pasal 54) adalah
pembentukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah
(BKKBD) di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota. Hanya saja, dengan
berbagai alasan, pembentukan BKKBD tidak banyak terealisasi.
Setelah berlakunya Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan, dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) disebutkan
sebagai program konkuren (bersama) antara Pemerintahan Pusat dan
Daerah. Dengan berlakunya undang-undang tersebut secara efektif
pada tahun 2016, Penyuluh KB (PKB) dan Petugas Lapangan KB (PLKB)
kembali menjadi pegawai pemerintah pusat (BKKBN), setelah 12 tahun
pasca era desentralisasi urusan KB.
Dalam pelaksanaannya, pendayagunaan tenaga lini lapangan
(PKB/ PLKB) dilaksanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) atau
dinas yang mengurus program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan, dan Keluarga Berencana di tingkat kabupaten/kota.
Di sisi lain, Kampung KB telah dicanangkan oleh Presiden
Republik Indonesia di Dusun Jenawi, Desa Mertasinga, Kecamatan
Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 14
Januari 2016. Kampung KB adalah satuan wilayah setingkat desa atau
setara dengan kriteria tertentu, di mana terdapat keterpaduan
program Bangga Kencana dan pembangunan sektor terkait dalam
upaya meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat.
Kampung KB digiatkan untuk membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara
kesatuan, dan secara konkret agar program KB dapat lebih dirasakan
secara langsung oleh masyarakat terutama yang berada di wilayah
miskin, padat penduduk, tertinggal, terpencil, dan wilayah nelayan di
seluruh tanah air. Lebih lanjut, semenjak tahun 2020, Kampung KB
telah dimaknai sebagai Kampung Keluarga Berkualitas, dan diharapkan

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 2


dapat menjadi contoh program pembangunan lintas sektoral di seluruh
Indonesia.
Sejalan dengan semangat pembangunan dari daerah, Institusi
Masyarakat Pedesaan/Perkotaan (IMP) turut berperan serta dalam
pengelolaan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan,
Keluarga Berencana (Bangga Kencana) sebagai wadah masyarakat di
tingkat desa/kelurahan, dusun/RW dan RT ke bawah. Secara nasional
IMP juga dikenal secara praktis sebagai PPKBD, Sub PPKBD dan
Kelompok KB. Lewat IMP inilah, PKB/PLKB menggiatkan program
Bangga Kencana di tengah-tengah masyarakat.
Melihat besarnya cakupan wilayah dan cakupan program
Bangga Kencana, maka keseluruhan pihak terkait perlu bergerak
harmonis agar program ini dapat berjalan secara maksimal. Oleh
karena itu, untuk menyatukan gerak berbagai pihak dalam
pembangunan program Bangga Kencana di tingkat lini lapangan, maka
diperlukan suatu mekanisme operasional yang jelas serta mudah
dipahami dan diterapkan oleh tenaga lini lapangan, yakni para
PKB/PLKB beserta IMP dan Pokja Kampung KB. Detail Mekanisme
Operasional Lini Lapangan yang dimaksud akan dijelaskan lebih lanjut
dalam bab-bab berikutnya.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Tersedianya panduan pelaksanaan mekanisme operasional
penggerakan program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan
Keluarga Berencana (Bangga Kencana) yang selaras dengan sistem
otonomi daerah untuk akselerasi pencapaian sasaran program di
tingkat lini lapangan, termasuk di Kampung Keluarga Berkualitas (KKB).

1.2.2. Tujuan Khusus


a. Meningkatnya tanggung jawab pemerintah daerah
terhadap program Bangga Kencana (KKBPK) khususnya di

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 3


tingkat provinsi dan kabupaten/ kota, yang didukung oleh
aparatur kecamatan, dan pemerintah tingkat desa/
kelurahan.
b. Terselenggaranya pelaksanaan operasional secara
sistematis, berurutan berkesinambungan yang
terkoordinasi dengan seluruh sektor pembangunan
lainnya.
c. Meningkatnya dukungan, komitmen stakeholder, mitra
kerja dalam pengelolaan dan pelaksanaan program
Bangga Kencana di lini lapangan.
d. Meningkatnya pemahaman para penanggung jawab
program KB di tingkat kecamatan (camat) dan di tingkat
desa/kelurahan (kepala desa/lurah).
e. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan penyuluh
serta institusi pengelola program Bangga Kencana dalam
melaksanakan mekanisme operasional.
f. Meningkatnya dukungan sumber daya dan potensi dalam
penggerakan program Bangga Kencana.

1.3. Sasaran Pengguna


Sasaran pengguna panduan mekanisme operasional Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga
adalah penanggung jawab, pengelola dan pelaksana program Bangga
Kencana di lini lapangan yang terdiri dari :
1. OPD bidang Pengendalian Penduduk dan KB
kabupaten/kota.
2. Camat dan instansi terkait di tingkat Kecamatan.
3. Kepala desa/lurah serta lembaga‐lembaga lain di tingkat
desa.
4. Kepala UPT/Koordinator Lapangan KB atau yang setara.
5. Penyuluh/Petugas-Lapangan KB (PKB/PLKB)
6. PPKBD, Sub PPKBD dan Kelompok KB.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 4


7. Pengelola kelompok kegiatan (poktan): BKB, BKR, BKL, PIK
remaja, Kelompok UPPKS dan paguyuban KB pria, di
masyarakat.
8. Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB.
9. Mitra Kerja tingkat kecamatan dan desa (Toma, Toga,
Pendamping Desa, PKK serta Organisasi Kemasyarakatan
lainnya).

1.4. Ruang Lingkup


Ruang lingkup panduan mekanisme operasional program
Bangga Kencana di lini lapangan meliputi:
1. Komitmen.
Panduan ini akan membahas bagaimana membangun
komitmen dari stakeholder di tingkat kabupaten/kota
hingga ke tingkat RW dalam pelaksanaan Program
Bangga Kencana.
2. Persiapan Data Program Bangga Kencana
Panduan ini membahas persiapan dan pemanfaatan data
untuk Peta Kerja Program Bangga Kencana yang akan
digunakan untuk percepatan capaian Program
Pembangunan Nasional di lini lapangan.
3. Pelaksanaan mekanisme operasional
Panduan ini membahas tentang bagaimana pelaksanaan
mekanisme operasional program Bangga Kencana di
setiap tingkatan wilayah.
4. Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
mekanisme operasional.

1.5. Batasan dan Pengertian


Berikut ini adalah batasan dan pengertian untuk istilah yang
digunakan dalam buku panduan ini:

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 5


1. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana perimbangan yang
diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana
Alokasi Khusus,
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan desa yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan
Badan Permusyawaratan Desa, dan ditetapkan dengan
Peraturan Desa.
3. Balai Penyuluhan Program Bangga Kencana (KKBPK) adalah
tempat yang dibangun melalui APBD kabupaten/kota atau
melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) yang terletak di wilayah
kecamatan, berfungsi sebagai Kantor Kepala Unit
Pelaksana Teknis KB (Kepala UPT)/ Koordinator Lapangan
program Bangga Kencana atau yang setara, sekaligus
sebagai tempat merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi, mengendalikan dan melaksanakan
pembinaan kepada PKB/PLKB dan Institusi Masyarakat
Pedesaan/ Perkotaan (IMP) dalam operasional Program
Bangga Kencana di kecamatan serta menjadi tempat
pengembangan Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera
(PPKS).
4. Dana Desa (DD) adalah dana yang bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara yang
diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa,
pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa.
5. Institusi Masyarakat Pedesaan/ Perkotaan yang
selanjutnya disingkat IMP adalah wadah masyarakat yang

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 6


berperan serta dalam pengelolaan Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga (Bangga Kencana), di tingkat desa/kelurahan,
dusun/RW dan RT ke bawah yang secara nasional disebut
PPKBD, Sub PPKBD dan Kelompok KB.
6. Kepala Unit Pelaksana Teknis KB (Ka. UPT KB)/ Koordinator
Lapangan Program Bangga Kencana atau yang setara,
adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertugas
mengkoordinasikan, mengelola, dan menggerakkan
masyarakat dalam program Bangga Kencana di Kecamatan.
7. Kampung Keluarga Berkualitas (KKB), atau lebih dikenal
sebagai Kampung KB, adalah satuan wilayah setingkat desa
atau setara dengan kriteria tertentu di mana terdapat
keterpaduan program Bangga Kencana dan pembangunan
sektor terkait dalam upaya meningkatkan kualitas hidup
keluarga dan masyarakat.
8. Kelompok KB adalah perkumpulan peserta KB yang ada di
tingkat RT dipimpin oleh seorang Ketua (Ketua Kelompok)
dengan kegiatan pelaksanaan program Bangga Kencana di
tingkat RT.
9. Kelompok‐kelompok Kegiatan (Poktan) adalah kelompok
masyarakat yang melaksanakan dan mengelola kegiatan
Bina Keluarga (BKB, BKR, BKL) dan pembinaan Usaha
Ekonomi Keluarga (UPPKS) yang berada di tingkat
desa/kelurahan dalam upaya mewujudkan ketahanan
keluarga.
10. Kelompok Kerja (Pokja) adalah kelompok yang disusun
oleh organisasi dengan tujuan untuk menjalankan berbagai
pekerjaan yang terkait dengan pencapaian tujuan
organisasi. Kata lain yang biasa digunakan adalah satuan
kerja, satuan tugas, atau pengurus.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 7


11. Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) adalah kelompok
kerja yang melaksanakan perencanaan, pengendalian dan
evaluasi Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga secara menyeluruh yang
dilaksanakan pada forum Rakor Program Bangga Kencana
di tingkat Kecamatan.
12. Kelompok Kerja Teknis (Pokjanis) adalah sekumpulan
tokoh‐tokoh masyarakat (Tokoh Agama, Tokoh
Pendidikan, Tokoh Wanita, Tokoh Pemuda, Tokoh
Ekonomi, dan lain‐lain) di tingkat desa/kelurahan yang
secara sukarela aktif membina kelompok‐kelompok
kegiatan secara teknis menurut bidang keahliannya
bersama unsur‐unsur terkait dari seksi‐seksi di Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kota (LPMD/K).
13. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang
terdiri dari suami‐istri, atau suami-istri dan anaknya, atau
ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
14. Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran
anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan
sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas.
15. Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang mampu
memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang
layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki
hubungan serasi, selaras dan seimbang antar anggota dan
antar keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
16. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan
jumlah, struktur, pertumbuhan, persebaran, mobilitas,
penyebaran, kualitas, dan kondisi kesejahteraan yang
menyangkut politik, ekonomi, sosial budaya, agama serta
lingkungan penduduk setempat.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 8


17. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/ Kelurahan
(LPMD/K) adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas
prakarsa masyarakat sebagai mitra pemerintah
desa/kelurahan dalam menampung dan mewujudkan
aspirasi kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan.
18. Lini Lapangan adalah satuan wilayah yang melaksanakan
aktivitas penyelenggaraan operasional Program Bangga
Kencana di wilayah yang paling dekat dengan sasaran
(keluarga/masyarakat) di kecamatan, desa/ kelurahan,
RW/dusun dan RT.
19. Mekanisme Operasional Program Bangga Kencana adalah
langkah‐langkah operasional Program Bangga Kencana
yang bekerja atau berfungsi dengan baik, teratur,
terencana dan terus‐menerus, yang satu sama lain saling
berkaitan, berkesinambungan, bersinergi, dan
berkelanjutan, dengan melibatkan seluruh potensi yang
ada di kecamatan, desa/kelurahan, RW/dusun dan RT
dalam upaya mencapai sasaran Program Bangga Kencana.
20. Mitra Kerja adalah perseorangan atau lembaga
pemerintah atau, organisasi swasta, lembaga swadaya dan
organisasi masyarakat (LSOM) yang berperan serta dalam
pengelolaan Program Bangga Kencana.
21. Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa
(Musrenbang‐Desa) adalah forum musyawarah tahunan
yang dilaksanakan secara partisipatif oleh para pemangku
kepentingan desa (pihak berkepentingan untuk mengatasi
permasalahan desa dan pihak yang akan terkena dampak
hasil musyawarah) untuk menyepakati rencana kegiatan di
desa 5 (lima) dan 1 (satu) tahunan.
22. Pemangku Kepentingan (stakeholder) adalah kelompok
atau individu yang dapat mempengaruhi dan atau
dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu yang

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 9


terkait dengan isu dan permasalahan yang sedang
diangkat.
23. Pembangunan Keluarga adalah upaya mewujudkan
keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang
sehat.
24. Pembantu Pembina KB Desa yang selanjutnya disingkat
PPKBD adalah seorang kader/beberapa orang kader dalam
wadah organisasi yang secara sukarela berperan aktif
melaksanakan dan mengelola Program Bangga Kencana
tingkat Desa/Kelurahan.
Catatan: PPKBD dapat disebut dengan nama lain di
beberapa daerah, seperti Pos KB Desa di Jawa Barat dan
ada juga Pos KB Desa pada tingkat RW seperti di Kota
Bandung. Dan hal ini bisa terjadi di berbagai tempat, untuk
itu agar masing‐masing daerah menyesuaikan dengan
tidak menghilangkan inovasi serta kreativitas wilayah
masing‐masing.
25. Pembinaan IMP/ Pertemuan Lengkap adalah pertemuan
yang dipimpin oleh PKB/PLKB dan diikuti oleh Kader PPKBD
dan Sub PPKBD secara periodik dalam rangka pembahasan
teknis pelaksanaan Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga yang dilaksanakan
1 (satu) bulan sekali di wilayah kerja binaannya.
26. Penyuluh Keluarga Berencana selanjutnya disingkat PKB
adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang
dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan, pelayanan, evaluasi
dan pengembangan Kependudukan, Keluarga Berencana
dan Pembangunan Keluarga (Bangga Kencana).
27. Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Internal (staff
meeting) adalah pertemuan internal petugas KB se-
Kecamatan antara Kepala UPT/ Koordinator atau yang

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 10


setara, dengan penyuluh KB yang merupakan wahana
pembinaan koordinasi dan pembahasan teknis
pelaksanaan program Bangga Kencana di kecamatan
minimal seminggu sekali. Namun ada beberapa
penyesuaian mengingat beragamnya situasi dan kondisi
tiap daerah antara lain:
a. Tidak adanya petugas KB tingkat desa maka pertemuan
perencanaan dilaksanakan oleh petugas tingkat
kecamatan bersama Camat (aparat Kecamatan) yang
menangani bidang KB.
b. Daerah yang tidak membentuk UPT tingkat
kecamatan, namun memiliki penyuluh KB di desa,
maka penyuluh melakukan pertemuan perencanaan
teknik dengan kepala desa (aparat desa).
c. Daerah yang tidak memiliki petugas Bangga Kencana
baik di kecamatan maupun desa, seharusnya
bupati/camat/kepala desa menunjuk penanggung
jawab Bangga Kencana sesuai dengan tingkatannya.

28. Pertemuan Perencanaan/ Kesepakatan Pelayanan Medis


(Mini Lokakarya), adalah pertemuan antara petugas
Bangga Kencana tingkat Kecamatan dengan pihak
puskesmas, dalam menggalang kerja sama tim untuk
penggerakan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan di
puskesmas sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.
Namun apabila lokakarya tidak dapat dilaksanakan, maka
kesepakatan harus tetap tercapai dalam hal pelayanan dan
pembinaan peserta KB. Kesepakatan itu berbentuk
konsultasi antara petugas KB kecamatan dengan pihak
puskesmas atau petugas KB tingkat desa dengan bidan
desa, sebagai bahan untuk dibahas baik di rakor desa
maupun rakor tingkat kecamatan.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 11


29. Petugas Lapangan Keluarga Berencana yang selanjutnya
disingkat PLKB adalah PNS dan/ atau Non PNS yang
bertugas melaksanakan, mengelola dan menggerakkan
masyarakat dalam Program Bangga Kencana di
desa/kelurahan.
30. Rapat Koordinasi Program Bangga Kencana tingkat Desa
(Rakordes) adalah forum evaluasi, perencanaan, dan
pembentukan kesepakatan pelaksanaan Program Bangga
Kencana, dipimpin oleh kepala desa/ lurah yang
dilaksanakan minimal sebulan sekali, dengan peserta
terdiri dari kepala desa/ lurah, PKB/ PLKB, Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Desa atau Kota (LPMD/K), Tokoh Masyarakat/
Tokoh Agama/ Tokoh Adat (Toma/ Toga/ Todat), PKK,
Bidan desa, Institusi Masyarakat Pedesaan/Perkotaan
(IMP), lembaga/organisasi dan mitra kerja lainnya.
Catatan : Rakor desa bisa berdiri sendiri atau disatukan
forumnya dengan mingguan desa, Rembug Desa atau
Forum‐forum lain di tingkat desa sesuai dengan peraturan
atau kebiasaan setempat.
31. Rapat Koordinasi Program Bangga Kencana tingkat
Kecamatan (Rakorkec) adalah forum evaluasi,
perencanaan, dan pembentukan kesepakatan pelaksanaan
Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan
Pembangunan Keluarga yang dipimpin oleh Camat dan
dilaksanakan minimal sebulan sekali, dengan peserta
terdiri dari : Kepala Desa, Instansi tingkat Kecamatan, Tim
Operasional Program Tingkat Kecamatan dan mitra kerja
tingkat Kecamatan dalam penggarapan Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga secara khusus atau dipadukan dengan
pembahasan program pembangunan lainnya.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 12


Catatan: Forum Rakor Kecamatan bisa dilaksanakan pada
pertemuan tingkat Kecamatan yang sesuai dengan
peraturan yang berlaku di daerah tersebut.
32. Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) adalah
dokumen perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun
merupakan penjabaran dari RPJM‐Desa yang memuat
rancangan kerangka ekonomi desa, dengan
mempertimbangkan kerangka pendanaan yang
dimutakhirkan, program prioritas pembangunan desa,
rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik
yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah desa maupun
yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat
dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah
Daerah dan RPJM‐Desa.
33. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM
Desa) adalah dokumen perencanaan untuk periode 5
(lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan
Desa, arah kebijakan keuangan desa, kebijakan umum, dan
program, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD), lintas SKPD, dan program prioritas kewilayahan,
disertai dengan rencana kerja.
34. Sub Pembantu Pembina KB Desa yang selanjutnya
disingkat Sub PPKBD adalah seorang kader/beberapa
orang kader dalam wadah organisasi yang secara sukarela
berperan aktif melaksanakan dan mengelola Program
Bangga Kencana di dusun/RW.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 13


Bab II

bkkbn.go.id | @bkkbnofficial
Bab II

2.1. Kebijakan
Kebijakan dalam rangka penggerakan lini lapangan dapat
dilakukan melalui optimalisasi pelaksanaan mekanisme operasional
lini lapangan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan,
Keluarga Berencana (Bangga Kencana) secara sistematis, terencana
dan berkesinambungan, yakni melalui:
1. Peningkatan komitmen, peran serta pemangku
kepentingan (stakeholder) dan mitra kerja di semua
tingkatan wilayah lini lapangan, yaitu di tingkat
kecamatan, desa/ kelurahan, hingga ke tingkat
dusun/RW/ dan RT;
2. Peningkatan penggerakan Program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana di lini
lapangan melalui Institusi Masyarakat Pedesaan/
Perkotaan (IMP), yaitu para PPKBD, Sub-PPKBD, dan
kader-kader Poktan;
3. Peningkatan penggerakan Program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana di lini
lapangan melalui Kampung Keluarga Berkualitas
(Kampung KB).

2.2. Strategi
Strategi penggerakan lini lapangan dapat dikelompokkan ke
dalam tiga bagian, yaitu:
1. Strategi Pendayagunaan Tenaga Lini Lapangan
2. Strategi Penguatan Institusi Masyarakat Pedesaan/
Perkotaan

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 14


3. Strategi Penguatan Mekanisme Operasional Lini
Lapangan

Di sisi lain, Lini Lapangan sebagai bagian dari Kedeputian


Advokasi, Penggerakan, dan Informasi, memandang perlu untuk
mendukung penurunan Unmet-need sebagai target Renstra
Kedeputian Advokasi, Penggerakan, dan Informasi.
Oleh karena itu, untuk dapat mencapai target dan
melaksanakan kebijakan di atas, maka beberapa strategi teknis
sebagaimana berikut dapat dilakukan, yaitu:
1. Meningkatkan kuantitas Advokasi Program Bangga
Kencana kepada Pemerintah Daerah di seluruh
Indonesia;
2. Meningkatkan kualitas Advokasi Program Bangga
Kencana kepada Pemerintah Daerah yang memiliki
indeks pencapaian program Bangga Kencana yang
rendah;
3. Menggerakkan seluruh potensi pemangku kepentingan
(stakeholder) dan mitra kerja dalam penggerakan
Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan,
Keluarga Berencana (Bangga Kencana) untuk
melaksanakan melalui Advokasi dan KIE;
4. Memberdayakan seluruh potensi pemangku
kepentingan (stakeholder) dan mitra kerja dalam
penggerakan Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan, Keluarga Berencana (Bangga Kencana)
melalui kegiatan momentum;
5. Meningkatkan dukungan operasional pelaksanaan
kegiatan Program Bangga Kencana dalam rangka
berjalannya mekanisme operasional di lini lapangan
melalui bantuan dana operasional KB (BOKB);

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 15


6. Meningkatkan kuantitas SDM lini lapangan melalui
rekrutmen yang bersih dan profesional.
7. Meningkatkan kualitas SDM lini lapangan melalui
pelatihan tepat guna.
8. Meningkatkan kualitas data, serta pelaksanaan
pencatatan dan pelaporan Program Bangga Kencana.
9. Menggerakkan tenaga lini lapangan (PKB/PLKB) untuk
melaksanakan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
kepada kelompok masyarakat maupun individu yang
dipandang memerlukan solusi dari program
Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga
Berencana.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 16


Bab III

bkkbn.go.id | @bkkbnofficial
Bab III

3.1. Mekanisme Operasional Lini Lapangan

Mekanisme Operasional Program Bangga Kencana adalah


langkah‐langkah operasional Program Bangga Kencana yang bekerja
atau berfungsi dengan baik, teratur, terencana dan terus‐menerus,
yang satu sama lain saling berkaitan, berkesinambungan, bersinergi,
dan berkelanjutan, dengan melibatkan seluruh potensi yang ada di
kecamatan, desa/kelurahan, RW/dusun dan RT dalam upaya
mencapai sasaran Program Bangga Kencana.
Dalam pelaksanaannya, mekanisme operasional dapat dilihat
dari beberapa perspektif, diantaranya:
1. Perspektif Tingkatan Wilayah Pelaksana dan Pengelola
2. Perspektif Rangkaian Kegiatan Mekanisme Operasional

Perspektif Perspektif
Wilayah Kegiatan

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 17


3.2. Mekanisme Operasional Lini Lapangan Berdasarkan
Tingkatan Wilayah Pelaksana dan Pengelola

Berdasarkan tingkatan wilayahnya, pelaksanaan program


Bangga Kencana dan mekanisme operasional di lini lapangan terbagi
atas tiga tingkatan, yaitu:
1. Mekanisme Operasional tingkat Kecamatan
2. Mekanisme Operasional tingkat Desa
3. Pelaksanaan Program Bangga Kencana di tingkat Dusun/ RW,
dan RT

PPLKB/ • Staff Meeting


KA UPT KB • Rakor tingkat Kecamatan
KEC
PKB

Tim Operasional Program (TOP) Bangga Kencana tingkat Kecamatan


:

• Rakor tingkat Desa/ Kelurahan


PKB/PLKB
• Pembinaan IMP (Pertemuan Lengkap): PKB/PLKB,
DESA IMP, dan Ketua Poktan
PPKBD
• Pertemuan Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB
dilakukan di daerah yang memiliki Kampung KB
• Kencana tingkat Desa
Tim Operasional Program (TOP) Bangga

• Pencatatan dan Pelaporan


Sub
Dusun/ • Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
PPKBD/
RW/ • Pelayanan
Pok. KB/
RT
Poktan

Kegiatan di tingkat dusun/ RW/ RT dapat dilakukan oleh PKB/ PLKB dan/ atau IMP (PPKBD,
Sub-PPKBD/ Kader Poktan

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 18


MEKANISME OPERASIONAL LINI LAPANGAN
PROGRAM BANGGA KENCANA
Rakor TOP KKBPK
PPLKB/ Staff Meeting: Tk. Kec.: Tk. Kec.:
KEC KA UPT KB Jumlah mitra
Pemetaan Target & Komitmen
potensial yang LOKMIN BP/PPKS
PKB Evaluasi Stakeholder & Mitra
melakukan KIE

Koord
Tk. Des/ Kel.
Komitmen Stakeholder
PKB/PLKB Pertemuan POKJA KIE oleh TOP KKB YAN KB
Kampung KB Tk Des/Kel.: DI FASKES/
DESA Rencana Kerja Masy. Jumlah KIE
yang dilakukan TOP NAKES
PPKBD TERDEKAT
Pembinaan IMP
(Pertemuan Lengkap)
Penjabaran target & evaluasi masing-masing kader

Sub PENCATATAN & KIE PELAYANAN


Dusun/ PELAPORAN
PPKBD/
RW/ Peningkatan MKJP
Pok. KB/
RT perbaikan cakupan Jumlah sasaran Penurunan Unmet-need
Poktan & kualitas data terpapar program Penurunan Drop-out

Keterangan: KELUARGA
Hubungan Langsung Hubungan Proses
Hubungan Langsung Timbal Balik Hubungan Koordinasi Timbal Balik
Hubungan Koordinasi Garis Rujukan

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 19


3.2.1. Mekanisme Operasional Tingkat Kecamatan

Mekanisme Operasional (MEKOP) Pengelolaan Program


Kependudukan Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga pada
tingkat Kecamatan merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan
berbagai unsur baik pengelola dan pelaksana, untuk mencapai
kesepakatan di dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan operasional
dan pengendalian operasional di tingkat Kecamatan.

• Rakor tingkat Kecamatan *


• Pertemuan Internal (Staff Meeting) *

Unsur Komitmen Pengorganisasian

Kegiatan MEKOP integrasi program membentuk


tingkat kecamatan Bangga Kencana ke organisasi
melibatkan unsur dalam mekanisme pengelola KB
Kecamatan
• Pengelola yang terdiri dari
• Pelaksana • perencanaan bulanan, instansi pemerintah,
• pertemuan mingguan/ serta sektor
bulanan Lembaga
Masyarakat ,
seperti : Tim Kerja
Bangga Kencana,
Tim Kerja Kampung
KB

Penggerak
KA UPT KB/ Koordinator PKB/ Pengawas PLKB

Tim Operasional Program (TOP) Bangga Kencana tingkat Kecamatan


Staff Meeting (lihat lampiran SOP 1); Rakor tingkat Kecamatan (lihat lampiran SOP 2)
:

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 20


a. Unsur
Unsur pelaksana dan pengelola Program Bangga Kencana di
tingkat Kecamatan adalah sebagai berikut :
1) Camat
2) Anggota Musyawarah Pimpinan tingkat Kecamatan
(Muspika) lainnya
3) Kepala UPT/ Koordinator PKB/ Pengawas PLKB
4) Kepala Puskesmas
5) Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) bidang KB
6) Tokoh masyarakat/ Tokoh agama
7) Pimpinan LSOM
8) Ketua Tim Penggerak PKK
9) Pimpinan organisasi swasta dan pengusaha

b. Komitmen
Pada tingkat kecamatan (mengingat kecamatan bukan daerah
otonomi) maka aturan‐aturan program Bangga Kencana menginduk
pada aturan dan komitmen di tingkat kabupaten/ kota, khususnya yang
dikelola oleh OPD bidang KB tingkat kabupaten/kota. Sebagai
penjabaran dari komitmen tingkat kabupaten, maka di kecamatan
berkewajiban membentuk Tim Kerja/ Tim Operasional dengan
memasukkan program Bangga Kencana dalam Mekanisme Kerja
Kecamatan seperti perencanaan bulanan, pertemuan
mingguan/bulanan serta mengkoordinasikan program Bangga Kencana
pada Instansi dan Lembaga Masyarakat yang ada di tingkat kecamatan.

c. Pengorganisasian
Di tingkat Kecamatan, Kepala UPT KB/ yang setara perlu
berupaya untuk membentuk organisasi pengelola KB (tim kerja atau
tim operasional) yang terdiri dari instansi pemerintah serta sektor
Lembaga Masyarakat seperti (Tim Kerja Bangga Kencana, Tim Kerja
Kampung KB). Tujuan dibentuknya organisasi ini adalah untuk

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 21


melaksanakan proses program Bangga Kencana agar mencapai tujuan
yang diinginkan secara berkualitas melalui peranan masing‐masing
tupoksi.
Pengorganisasian ini sebaiknya dituangkan dalam Keputusan
Camat, baik yang menyangkut orang maupun fungsi masing‐masing
komponen. Misalnya:
• MUI Kecamatan, Dewan Masjid Indonesia (DMI), penyuluh
agama honorer berfungsi sebagai konsultan, penyuluh
Bangga Kencana dibidang keagamaan, khususnya bidang
Ketahanan Keluarga/ Pembangunan Keluarga.
• Petugas statistik tingkat kecamatan (ada yang memiliki
petugas khusus, ada juga yang di bawah kendali seksi
pemerintahan tingkat kecamatan), peran utamanya untuk
bekerja sama dalam administrasi kependudukan yang
kemudian menjadi program‐program Kependudukan.
• Puskesmas, Dokter, Bidan Praktik Swasta berfungsi
memberikan pelayanan dan rujukan peserta KB.
• Himpaudi (Himpunan Pembinaan Anak Usia Dini) berfungsi
sebagai penyuluh/konsultan tentang tumbuh kembang
anak.
• KNPI, UPT Pendidikan sebagai pembina Bina Keluarga
Remaja dan PIK Remaja.
• dan sebagainya
Pengorganisasian Tim Kerja/ Tim Operasional Program Bangga
Kencana tingkat Kecamatan sangat diperlukan terutama untuk
menjaga keberlangsungan yang dikoordinasikan oleh camat/
berdasarkan surat keputusan camat. Namun apabila di wilayah‐wilayah
tertentu, karena berbagai alasan diantaranya penganggaran dan lain
sebagainya, jalinan dan pemanfaatan stakeholder dan mitra kerja terus
dikembangkan baik secara kelompok maupun individu. Hal ini menjadi
tanggung jawab Kepala UPT KB, Kepala Sub Bagian (Kasubbag) TU UPT
atau yang setara dibantu oleh para penyuluh KB di wilayah kecamatan

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 22


yang bersangkutan. Bagi daerah yang tidak memiliki UPT KB tingkat
kecamatan/koordinator peran koordinasi di tingkat kecamatan
dilakukan oleh penyuluh KB yang bekerja sama dengan Kepala Seksi
Pemberdayaan tingkat Kecamatan di bawah koordinasi Camat.

Ringkasan
Kegiatan terkait Program Bangga Kencana di tingkat Kecamatan, dapat
berupa pertemuan internal (staff meeting), Rapat Koordinasi tingkat
Kecamatan (Rakorkec), KIE oleh Tim Operasional Program Bangga
Kencana, Lokakarya Mini (Lokmin) oleh Puskesmas, Kegiatan Balai
Penyuluhan/ Pusat Penyuluhan Keluarga Sejahtera (BP/ PPKS), hingga
pelayanan KB di Fasilitas Kesehatan/ Tenaga Kesehatan terdekat
(misalnya Puskesmas).

Gambar Kegiatan terkait Program Bangga Kencana


Tingkat Kecamatan

Walau demikian, untuk kegiatan Mekanisme Operasional Lini Lapangan


Program Bangga Kencana itu sendiri, hanya terdiri dari 2 (dua) aktivitas
saja, yaitu pertemuan internal (staff meeting), dan Rakorkec.
Penjelasan selanjutnya dari dua kegiatan ini dapat dilihat pada sub bab
3.3 tentang Rangkaian Kegiatan dalam Mekanisme Operasional Lini
Lapangan.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 23


3.2.2. Mekanisme Operasional Tingkat Desa

Mekanisme Operasional (MEKOP) Pengelolaan Program


Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga pada
tingkat Desa merupakan rangkaian kegiatan yang melibatkan berbagai
unsur baik pengelola dan pelaksana, untuk mencapai kesepakatan di
dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan operasional dan
pengendalian operasional di tingkat Desa.

• Rakor tingkat Desa/ Kelurahan (Rakordes) *


• Pembinaan IMP (Pertemuan Lengkap)*: PKB/PLKB, IMP, dan
Ketua Poktan
• Pertemuan Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB *
dilakukan di daerah yang memiliki Kampung KB

Unsur Komitmen Pengorganisasian


Kegiatan MEKOP integrasi program membentuk
tingkat desa Bangga Kencana ke organisasi
melibatkan unsur dalam mekanisme desa pengelola KB
• Pengelola • visi dan misi desa tingkat desa, dusun/
• Pelaksana • RPJM desa RW, dan RT

Penggerak
• PKB/PLKB
• PPKBD

Tim Operasional Program (TOP) Bangga Kencana tingkat Desa

* Rakordes (lihat SOP 3); Pembinaan IMP (lihat SOP 4); Pert. Pokja KKB (lihat SOP 5) :

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 24


a. Unsur
Unsur pelaksana dan pengelola Program Bangga Kencana di
tingkat desa/kelurahan, sebagai berikut:
1) Kepala Desa/Lurah
2) Anggota Pamong desa
3) PKB/PLKB
4) Bidan di Desa
5) PPKBD
6) Tokoh masyarakat/tokoh agama
7) Ketua Tim Penggerak PKK
8) Institusi Pedesaan lainnya.

b. Komitmen
Pada tingkat desa mengingat desa adalah daerah otonomi,
maka program Bangga Kencana harus masuk pada aturan‐aturan yang
ada di desa. Di tingkat desa/ kelurahan, program Bangga Kencana harus
masuk/tertuang pada visi dan misi desa, serta RPJM Desa.

1) Visi dan misi desa.


Sebagai contoh, Desa Buleleng memiliki visi “mewujudkan
masyarakat yang mandiri, dinamis dan sejahtera”. Kata
sejahtera dalam visi ini dapat menjadi payung program
Bangga Kencana dalam mewujudkan tujuan desa.
Sedangkan dalam misi lebih baik apabila dituang ke dalam
poin tersendiri (karena misi terdiri dari beberapa poin),
misalnya:
a) (misi lain/sektor lain).
b) (misi lain/sektor lain).
c) Mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui
pembangunan keluarga berkualitas (itu sudah masuk
misi desa tentang program Bangga Kencana).
d) (misi lain/sektor lain).

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 25


2) RPJM Desa setiap 6 tahun sekali
Contoh:
a) Meningkatkan peserta KB IUD dari 10 menjadi 70.
b) Membentuk Kelompok BKB dari 1 menjadi 7.

Dalam pelaksanaannya, hal ini dapat dituangkan ke dalam


tabel RPJM Desa sebagai berikut.

Tabel Kegiatan Program Bangga Kencana

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun


No. Kegiatan
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Meningkatkan
1. IUD 10 25 40 55 65 70
Membentuk
2. BKB 1 3 4 5 6 7

Dalam hal penyusunan RPJMDes seorang penyuluh KB harus


tetap berkonsultasi dengan Kepala Desa, BPD, LPM serta jumlah target
sesuai dengan hasil kesepakatan bersama. Di samping itu pola dan
bentuk disesuaikan dengan peraturan atau ketentuan yang berlaku di
desa yang bersangkutan.
Program Bangga Kencana harus masuk pada RKP Desa agar
mendapatkan pembiayaan dalam Musrenbangdes. Bentuk RKP Desa
itu sendiri hampir mirip dengan RPJM Desa, namun penjabarannya
bukan dalam bentuk tahunan melainkan bulanan. Hal ini memerlukan
konsultasi, serta perlu disesuaikan dengan tata cara dan aturan
setempat.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 26


c. Pengorganisasian
Salah satu tugas Penyuluh KB sebagai petugas pemerintah yang
ditugaskan di tingkat desa/kelurahan adalah membantu kepala desa
dalam melaksanakan program Bangga Kencana. Maka penyuluh KB
bersama kepala desa membentuk, membina dan mengembangkan
pengorganisasian pengelola Bangga Kencana di tingkat desa, RW dan
RT.
Pengelolaan Program Bangga Kencana di tingkat Desa
dilakukan melalui pembentukan Tim Kerja/ Operasional/ Pengelola/
Pelaksana tingkat desa, yang terdiri kepala desa, ketua BPD, ketua LPM,
ketua PPKBD/Pos KB, dan lembaga‐ lembaga desa yang ada (MUI desa,
Karang Taruna desa, DMI desa) ditambah lagi dengan petugas
pemerintah lain yang ada di desa yaitu bidan desa, pendamping desa,
pendamping PKH (Pembinaan Keluarga Harapan), pendamping
Posyandu dan sebagainya. Tim pengelola tingkat desa diharapkan
berbentuk organisasi yang ditetapkan/ dikukuhkan oleh Surat
Keputusan Kepala Desa/ Lurah. Apabila karena sesuatu tidak bisa
terbentuk, maka penyuluh KB tetap mengadakan koordinasi secara
intensif dengan seluruh mitra kerja di atas, diantaranya dengan:
a) BPD dalam hal penyusunan/pembuatan PERDES (Peraturan
Desa) tentang Program Bangga Kencana.
b) LPM dalam rangka penggerakan masyarakat terutama RT, RW
dan lembaga lainnya.
c) Pendamping desa dalam kegiatan penyusunan anggaran yang
bersumber dari dana desa.
d) Bidan desa dalam kegiatan pelayanan dan pembinaan peserta
KB
e) Kader Posyandu dalam melaksanakan Program KB di Posyandu.
f) Fasilitator PKH untuk bekerja sama agar keluarga yang
mendapat bantuan PKH menjadi peserta KB MKJP. Kerja sama
meliputi saat pendataan, saat pencairan dana, dan saat
pembinaan.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 27


Demikian diantaranya pengorganisasian di tingkat
desa/kelurahan. Selain kegiatan koordinasi yang telah disebutkan di
atas, kegiatan koordinasi lainnya masih bisa dikembangkan sesuai
dengan potensi dan kondisi wilayah masing‐masing.

Ringkasan
Kegiatan terkait Program Bangga Kencana di tingkat Desa/ Kelurahan,
dapat berupa pertemuan internal Rapat Koordinasi tingkat Desa/
Kelurahan (Rakordes/kel), Pembinaan IMP (Pertemuan Lengkap),
Pertemuan Pokja Kampung KB (untuk desa yang memiliki Kampung KB),
KIE oleh Tim Operasional Program Bangga Kencana tingkat Desa/
Kelurahan, hingga pelayanan KB di Fasilitas Kesehatan/ Tenaga
Kesehatan terdekat (misalnya POSKEDDES).

Gambar Kegiatan terkait Program Bangga Kencana


Tingkat Desa
Walau demikian, untuk kegiatan Mekanisme Operasional di tingkat
desa/ kelurahan itu sendiri, hanya terdiri dari 2-3 (dua hingga tiga)
aktivitas saja, yaitu Rakordes/kel, Pembinaan IMP (Pertemuan
Lengkap), serta Pertemuan Pokja Kampung KB (untuk desa yang
memiliki Kampung KB). Penjelasan selanjutnya dari tiga kegiatan ini
dapat dilihat pada sub bab 3.3 tentang Rangkaian Kegiatan dalam
Mekanisme Operasional Lini Lapangan.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 28


3.2.3. Pelaksanaan Program Bangga Kencana tingkat Dusun/RW

Kebutuhan pembentukan Tim Kerja di tingkat Rukun Warga


(RW) sesungguhnya tidak terlalu mendesak. Namun koordinasi dan
penggerakan pemangku kepentingan (stakeholder) yang ada di tingkat
RW harus lebih intensif karena dalam satuan wilayah yang lebih kecil.

Gambar Kegiatan terkait Program Bangga Kencana


Tingkat Dusun/ RW hingga RT

Potensi di tingkat RW yang bisa diperankan sebagai pengelola


program KB.
a) Memberikan peran kepada Ketua RW sebagai penanggung
jawab KB di tingkat RW.
b) Membentuk dan mengembangkan Sub PPKBD/Sub Pos KB
sebagai koordinator pengelola.
c) Mengoptimalkan posyandu sebagai tempat pelayanan dan
pembinaan peserta KB.
d) Mengoptimalkan peran Ketua DKM/pengelola pengajian
tingkat RT sebagai motivator (karena rata‐rata pengajian
berada pada tingkat RW).
e) Membentuk dan mengembangkan poktan‐poktan KB yaitu
BKB, BKR, BKL, UPPKS pada satuan RT apabila sasarannya
memungkinkan. Pada daerah‐ daerah dengan jumlah
penduduk sedikit, poktan‐poktan bisa dikembangkan pada
tingkat desa/kelurahan.
f) Mengoptimalkan peran karang taruna yang ada di tingkat RW
sebagai pengelola program KB dengan menjalin kerja sama

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 29


dengan organisasi lain dalam bentuk kelompok kegiatan yaitu
PIK Remaja dan Remaja Masjid.
g) Memberikan peran kepada tokoh masyarakat dan tokoh
agama di tingkat RT sebagai pembina, pengelola dan pelaksana
program Bangga Kencana.

3.2.4. Pelaksanaan Program Bangga Kencana tingkat RT

Pengorganisasian kegiatan program Bangga Kencana di tingkat


RT dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan sederhana sebagaimana
berikut :
a) Memberikan peran RT sebagai penanggung jawab program
Bangga Kencana.
b) Membentuk paguyuban/kelompok KB dengan pengurus
tunggal sebagai ketua kelompok yang anggotanya adalah
peserta KB di lingkungan RT tersebut.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 30


3.3. Rangkaian Kegiatan dalam Mekanisme Operasional
Lini Lapangan
Eratnya keterkaitan antara berbagai kegiatan operasional di
tingkat lini lapangan, membuat mekanisme operasional di dua
tingkatan wilayah (Kecamatan dan Desa/ Kelurahan) tidak dapat
dipisahkan; bahkan merupakan suatu rangkaian terpadu yang saling
mendukung. Kesatuan kegiatan tersebut tergambarkan dalam skema
Mekanisme Operasional Program Bangga Kencana di tingkat
kecamatan dan desa/kelurahan, dusun/RW dan RT, sebagaimana
berikut.
Siklus Bulanan Mekanisme Operasional Bangga Kencana:
Tingkat Kecamatan Dan Desa
PEMBINAAN & Staff MONITORING
PENGEMBANGAN Meeting & EVALUASI

Pencatatan Rakor
dan Pelaporan Kecamatan

Rakor
Pelayanan
Desa

KIE Pembinaan
IMP

Rakor
Pokja Kampung KB

Dengan tetap mengacu pada penjelasan bagian sebelumnya,


urutan kegiatan dari kedua tingkatan wilayah tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Staff Meeting (Pertemuan Internal)
2. Rakor Desa
3. Rakor Kecamatan

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 31


4. Pembinaan IMP (Pertemuan Lengkap)
5. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
6. Pelayanan
7. Pencatatan dan Pelaporan
8. Rakor Pokja Kampung KB
9. Pembinaan
10. Monitoring dan Evaluasi
Dari siklus tersebut, terdapat 7 (tujuh) langkah mekanisme
operasional, ditambah dengan 1 (satu) Langkah pada wilayah yang
memiliki Kampung KB.
Langkah Pembinaan serta Monitoring dan Evaluasi, diletakkan
kembali ke hakikatnya sebagai bagian dari kewenangan Dinas/ OPD KB
Kota/ Kabupaten/ Provinsi, Perwakilan BKKBN Provinsi dan Kantor
Pusat BKKBN.
Bilamana ketujuh langkah tersebut telah dilaksanakan, maka
siklus akan kembali lagi kepada langkah pertama yaitu staff meeting.
Penjelasan rangkaian kegiatan mekanisme operasional tersebut akan
dijelaskan dalam sub sub-bab berikut.

3.3.1. Staff Meeting (Pertemuan Internal)


Kegiatan ini adalah forum komunikasi, konsultasi dan pembinaan
Pengelola Program Bangga Kencana dan Penyuluh Keluarga Berencana
yang dilaksanakan minimal satu bulan sekali di tingkat kecamatan.
Pertemuan ini difokuskan antara lain pada rencana operasional
Program Bangga Kencana kecamatan untuk bulan mendatang,
mencakup pula pembahasan persiapan mini lokakarya serta rangkaian
kegiatan mekanisme operasional kecamatan dan desa lainnya.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 32


Hasil yang Materi Peserta
diharapkan
• Evaluasi proses dan PKB/ PLKB
Meningkatnya pencapaian dan/atau yang
kemampuan • Permasalahan dan berfungsi sebagai
teknis dan upaya pemecahannya penyuluh
motivasi kerja • Penyusunan rencana program Bangga
PKB/ PLKB dan kerja/ kegiatan Kencana.
staf PPLKB • Penyampaian informasi
dll baru

Frekuensi

1 minggu 1 kali
Tempat Pelaksanan
(bagi daerah
Di tingkat kecamatan yang memiliki
Pelaksana atau di desa binaan UPT) /
Penyuluh KB dan/atau Bagi yang tidak
UPT KB staf yang ditugaskan memiliki UPT,
dan/atau jika sebagai Penyuluh 1 bulan 1 kali
tidak ada UPT Program Bangga Kencana
maka
Koordinator
PKB/ Pengawas
PLKB

* lihat lampiran SOP 1 tentang Staff Meeting

a. Hasil yang diharapkan


• Tersusunnya Rencana Kerja/ Kegiatan PKB/ PLKB atau yang
berfungsi sebagai Penyuluh Program Bangga Kencana.
• Terlaksananya kegiatan evaluasi proses dan hasil kegiatan
Program Bangga Kencana minggu/bulan yang lalu.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 33


• Terlaksananya identifikasi dan upaya pemecahan masalah
dalam pelaksanaan operasional minggu/bulan yang lalu.
• Peningkatan wawasan PKB/ PLKB dalam Program Bangga
Kencana.
• Peningkatan kemampuan teknis dan motivasi kerja
Koordinator PKB, Pengawas PLKB, dan PKB/ PLKB dalam
pengelolaan Program Bangga Kencana.
b. Materi
• Penyusunan rencana kerja/ kegiatan
• Evaluasi proses dan pencapaian
• Permasalahan dan upaya pemecahannya
• Penyampaian informasi baru tentang program Bangga
Kencana
c. Peserta
PKB/ PLKB dan/ atau yang berfungsi sebagai penyuluh program
Bangga Kencana.
d. Pelaksana
Kepala UPT KB dan/ atau jika tidak ada Kepala UPT maka
Koordinator PKB/ Pengawas PLKB .
e. Frekuensi
o 1 (satu) kali per minggu bagi daerah yang memiliki UPT
o 1 (satu) kali per bulan kali apabila tidak ada UPT
f. Tempat
Di tingkat kecamatan atau di desa binaan Penyuluh KB
dan/atau staf yang ditugaskan sebagai Penyuluh Program
Bangga Kencana

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 34


3.3.2. Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan
Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan (Rakor Kecamatan/
Rakorcam) dapat diawali dengan Koordinasi antara Kepala UPT/
Koordinator PKB dan Camat setempat. Rapat ini dapat membahas
tentang evaluasi dan perencanaan terkait program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana di wilayah
kecamatan tersebut.

Hasil yang Materi Peserta


diharapkan
1. Gambaran tentang • Unsur pemerintahan
di Kecamatan
• Terlaksananya proses dan
• Forum Komunikasi
kegiatan evaluasi pencapaian Program
Pimpinan Kecamatan
proses maupun Bangga Kencana • Kepala Puskesmas
hasil pelaksanaan 2. Dukungan daya, dan jajarannya
Program Bangga dana dan sarana • Kepala Desa/Lurah
Kencana bulan pelayanan program • TP. PKK Kecamatan
lalu. Bangga Kencana • TOMA, TOGA,TODAT
• dst .. • LSM/LSOM
• PKB/PLKB
• PPKBD
• Pendamping desa
• Mitra kerja terkait
Pelaksana lainnya

Kepala UPT KB/


Koordinator PKB Tempat Pelaksanaan
(atau yang setara)
bekerjasama • Ruang Rapat di
Frekuensi
dengan Kasi di kecamatan
Kecamatan (yang • Balai Penyuluhan 1 bulan 1 kali
berkaitan dengan • Tempat lain yang
Program Bangga representatif di
Kencana tingkat kecamatan
kecamatan).

* lihat lampiran SOP 2 tentang Rakorcam

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 35


Tujuan pelaksanaan rapat koordinasi tingkat kecamatan adalah
terbentuknya kesepakatan dan rencana teknis pelaksanaan program
Bangga Kencana dengan dukungan mitra strategis di tingkat kecamatan.
Lewat Rakor Kecamatan ini dapat dilakukan monitoring dan
evaluasi proses serta capaian program Bangga Kencana dalam
kerangka program pembangunan di tingkat kecamatan.
Selanjutnya, akan dibahas rincian dalam kegiatan Rakor
Kecamatan, sebagaimana berikut:

a. Hasil yang diharapkan


• Terbentuknya kesepakatan teknis operasional Program
Bangga Kencana antara lain dalam bentuk rencana kerja
jadwal/jadwal kegiatan
• Terlaksananya kegiatan evaluasi proses maupun hasil
pelaksanaan Program Bangga Kencana bulan lalu.
• Teridentifikasi masalah dan upaya pemecahannya.
• Tersedianya dukungan daya, dana dan sarana pelayanan
Program Bangga Kencana
• Peningkatan Capaian Target Program Kampung KB di
wilayah binaan.
b. Materi
1) Gambaran tentang proses dan pencapaian Program
Bangga Kencana, diantaranya:
• Pencapaian Peserta KB baru dan aktif
• Perkembangan institusi masyarakat
• Perkembangan tahapan keluarga
• Upaya intervensi dalam peningkatan keluarga
sejahtera (BKB, BKR, BKL, dsb).
• Perkembangan UPPKS
• Perkembangan kegiatan rintisan program
kependudukan (Pasar Minggon, pesantren wisata)

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 36


2) Dukungan daya, dana dan sarana pelayanan program
Bangga Kencana
c. Peserta
• Unsur pemerintahan di Kecamatan
• Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan
• Kepala Puskesmas dan jajarannya
• Kepala Desa/Lurah
• Tim Penggerak PKK Kecamatan
• Tokoh Masyarakat/ Agama/ Adat (Toma, Toga, Todat)
• LSM/ LSOM
• PKB/ PLKB
• PPKBD
• Pendamping desa
• Mitra kerja terkait lainnya
d. Pelaksana
Kepala UPT KB/ Koordinator PKB atau yang setara bekerjasama
dengan Kasi di Kecamatan yang berkaitan dengan Program
Bangga Kencana kecamatan.
e. Frekuensi
1 (satu) kali 1 (satu) bulan
f. Tempat
• Ruang Rapat di kecamatan
• Balai Penyuluhan
• Tempat lain yang representatif di tingkat kecamatan
Kesepakatan yang dihasilkan dalam Rakor Kecamatan
merupakan acuan operasional yang akan dijabarkan dalam bentuk
kegiatan teknis penggarapan Program Bangga Kencana di tingkat
kecamatan, dengan memperhatikan kondisi desa/ kelurahan masing‐
masing.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 37


3.3.3. Rapat Koordinasi Tingkat Desa
Rapat Koordinasi Tingkat Desa (Rakor Desa/ Rakordes) dapat
diawali dengan Koordinasi antara PKB/ PLKB dan Kepala Desa/ Lurah
setempat. Rapat ini dapat membahas tentang evaluasi dan
perencanaan terkait program Pembangunan Keluarga, Kependudukan,
dan Keluarga Berencana di wilayah desa tersebut.

Hasil yang diharapkan Materi Peserta

• Gambaran tentang 1. Gambaran tentang • Unsur pemerintahan


proses dan proses dan di desa/ kelurahan
pencapaian Program pencapaian • Badan
Bangga Kencana Program Bangga Permusyawaratan
• Dukungan daya, Kencana Desa (BPD)/LPMD/K
dana, dan sarana 2. Dukungan daya,
• Kepala Pustu/kepala
pelayanan Program dana dan sarana
Polindes/ bidan desa
Bangga Kencana pelayanan program
• TP. PKK desa
Bangga Kencana
• Toma, Toga, Todat
• LSM/LSOM
• PPKBD
Pelaksana • Pendamping
desa/pendamping
Penyuluh KB dan/atau
lokal desa
berfungsi sebagai
• Mitra kerja terkait
penyuluh program Tempat Pelaksanaan
lainnya
Bangga Kencana
• Balai Desa/ • RT dan RW
bekerja sama dengan
Kepala Urusan di Kelurahan
desa/kelurahan yang • Sekretariat Poktan/
Pok KB Frekuensi
menangani Program
Bangga Kencana. • Tempat lainnya
1 bulan 1 kali
yang representatif
untuk pertemuan

* lihat lampiran SOP 3 tentang Rakordes

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 38


Rapat Koordinasi Tingkat Desa (Rakor Desa/ Rakordes) diawali
dengan evaluasi hasil pencapaian Program Bangga Kencana masing‐
masing RW. Evaluasi dapat berupa permasalahan yang timbul dan
dilanjutkan dengan pembahasan Rencana Operasional Desa untuk
bulan mendatang. Rencana Operasional ini merupakan hasil
perpaduan dari rumusan yang telah dipersiapkan untuk usulan‐usulan
operasional tingkat desa. Apabila desa/ kelurahan memiliki Kampung
KB, maka pembahasan pengelolaan Kampung KB dapat disertakan.
a. Hasil yang diharapkan
• Terlaksananya kegiatan evaluasi proses maupun hasil
pelaksanaan Program Bangga Kencana bulan lalu.
• Teridentifikasi masalah dan upaya pemecahannya
• Terbentuknya kesepakatan teknis operasional Program
Bangga Kencana antara lain dalam bentuk rencana
kerja/jadwal kegiatan
• Tersedianya dukungan daya, dana dan sarana pelayanan
Program Bangga Kencana
• Terlaksananya Pembinaan Pengelolaan Kampung KB pada
desa/kelurahan yang menjadi wilayah Kampung KB
b. Materi
1) Gambaran tentang proses dan pencapaian Program
Bangga Kencana, diantaranya:
• Pencapaian Peserta KB baru dan aktif.
• Perkembangan institusi masyarakat
Pedesaan/perkotaan
• Perkembangan tahapan keluarga
• Upaya intervensi pemberian dukungan dalam
peningkatan keluarga sejahtera
• Perkembangan program Bina Keluarga Sejahtera
(BKB, BKR, BKL, dsb)
• Perkembangan UPPKS

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 39


• Perkembangan kegiatan rintisan program
kependudukan (Pasar Mingon, Pesantren wisata)
2) Dukungan daya, dana, dan sarana pelayanan Program
Bangga Kencana
Setiap langkah dan kesepakatan hasil Rakor dicatat dalam
notulen Rakor ditanda tangani oleh Kades/Lurah
diperbanyak dan disampaikan kepada peserta Rakor dan
pengelola/ pelaksana terkait untuk, ditindaklanjuti sesuai
tugas dan fungsi masing‐masing. Hal‐hal yang perlu dicatat
dalam notulen hasil Rakor antara lain: Waktu dan Tempat
pelaksanaan, penyaji materi, peserta, permasalahan dan
upaya pemecahan, rencana kerja/ jadwal, butir‐butir
kesepakatan/ rekomendasi yang harus dilanjuti oleh
masing‐masing peserta Rakor.
c. Peserta
• Unsur pemerintahan di desa/ kelurahan
• Badan Permusyawaratan Desa (BPD)/LPMD/K
• Kepala Pustu/ Kepala Polindes/ Bidan Desa/ TP. PKK desa
• TOMA, TOGA, TODAT
• LSM/LSOM
• PPKBD
• Pendamping desa/pendamping lokal desa
• Mitra kerja terkait lainnya
• RT dan RW
d. Frekuensi
1 (satu) kali 1 (satu) bulan
e. Pelaksana
PKB/ PLKB dan/atau berfungsi sebagai penyuluh program
Bangga Kencana bekerjasama dengan Kepala Urusan di desa/
kelurahan yang menangani Program Bangga Kencana.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 40


f. Tempat
• Balai Desa/ Kelurahan
• Sekretariat Poktan/ Pok KB
• Tempat lainnya yang representatif untuk pertemuan
Kesepakatan di tingkat desa/kelurahan yang dihasilkan
Rakor desa/ kelurahan merupakan pokok-pokok arahan teknis yang
harus dilaksanakan di tingkat RW/Dusun dengan mendapatkan
dukungan dari tokoh masyarakat/tokoh agama.

3.3.4. Pembinaan IMP (Pertemuan Lengkap)


Pembinaan Kader IMP (Institusi Masyarakat Pedesaan/
Perkotaan) adalah bagian dari kegiatan Program Bangga Kencana di
tingkat Desa/ Kelurahan. Secara praktis Pembinaan IMP adalah
kegiatan pertemuan lengkap antara PKB, IMP dan kader poktan yang
ditujukan untuk membahas implementasi serta penguatan peran dan
fungsi kader dalam mendukung program Bangga Kencana di tingkat
desa. Untuk selanjutnya kegiatan ini akan dijelaskan pada Sub Bab 3.4
tentang Mekanisme Operasional bagi Institusi Masyarakat Pedesaan/
Perkotaan.

3.3.5. Pertemuan Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB


Pertemuan Kelompok Kerja Kampung Keluarga Berkualitas
(Pokja KKB) adalah bagian dari kegiatan Program Bangga Kencana di
tingkat Desa/ Kelurahan. Kampung Keluarga Berkualitas (KKB), atau
lebih dikenal sebagai Kampung KB, adalah satuan wilayah setingkat
desa atau setara dengan kriteria tertentu di mana terdapat
keterpaduan program Bangga Kencana dan pembangunan sektor
terkait dalam upaya meningkatkan kualitas hidup keluarga dan
masyarakat.
Selanjutnya kegiatan ini akan lebih lanjut dijelaskan pada Sub
Bab 3.5 tentang Mekanisme Operasional bagi Kelompok Kerja
Kampung KB.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 41


3.3.6. Pencatatan dan Pelaporan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Program Bangga Kencana di
BKKBN menggunakan Sistem Informasi Keluarga (SIGA). Sistem ini akan
dapat memenuhi dan memperkuat penyediaan berbagai kebutuhan
data program, baik sebagai bukti nyata kegiatan yang dilakukan,
maupun sebagai gambaran akuntabilitas publik bagi para pelaksana
dan pengelola Program Bangga Kencana di berbagai tingkatan wilayah
dalam menjalankan tugas dan perannya. Selain itu. SIGA juga
menunjang tersedianya data dan informasi Program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana. Oleh karena itu
diperlukan komitmen para penentu kebijakan di setiap tingkatan
wilayah untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten,
dukungan dana, sarana dan prasarana yang memadai, serta lingkungan
kondusif untuk mendukung pelaksanaan SIGA.
Sistem Informasi Keluarga (SIGA) adalah seperangkat tatanan
yang meliputi data, informasi, indikator, prosedur, perangkat,
teknologi, dan sumber daya manusia yang saling berkaitan dan dikelola
secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau keputusan yang
berguna dalam mendukung pembangunan keluarga. SIGA terdiri dari
data rutin dan data non-rutin.
a. Data Rutin
Data Rutin adalah data yang dikumpulkan secara berkala sesuai
dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Data rutin
meliputi sebagai berikut.
1) Pendataan Keluarga
a) Data kependudukan
b) Data KB
c) Data pembangunan keluarga
2) Pelayanan KB
a) Data potensi hasil pelayanan KB
b) Data hasil pelayanan KB

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 42


c) Data logistik alat dan obat kontrasepsi (alokon)
3) Pengendalian Lapangan
a) Data SDM lini lapangan
b) Data sarana pengendalian lapangan
c) Data hasil pembinaan kelompok kegiatan (Poktan)

Hasil yang Jenis Data Peralatan &


diharapkan Sasaran

• Cakupan • Data Rutin Peralatan:


Laporan - Pendataan Keluarga (PK) • Aplikasi SIGA
• Kualitas Data - Pelayanan KB (sistem
• Pemanfaatan - Pengendalian Lapangan pelaporan
Data online)
• Data Non-Rutin • Sistem
- Data khusus Pelaporan
- Data luar biasa Offline
Pelaksana
Sasaran:
• Petugas Masyarakat
Pencatatan dan Tempat Pelaksanaan
Pelaporan di
Pencatatan
tempat
pelayanan KB • Tempat Pelayanan KB Frekuensi
• PKB/ PLKB • Balai Desa/ Kelurahan
• IMP (PPKBD, • Sekretariat Poktan/ Pok KB Sesuai jadwal
Sub-PPKBD, • Tempat lainnya yang
Kader) representatif

Pelaporan
• Balai Penyuluhan
• Tempat lainnya yang
representatif
* lihat lampiran SOP 6 tentang Pencatatan dan Pelaporan

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 43


Penjelasan tentang pencatatan Data Rutin pada kegiatan
Pelayanan Keluarga Berencana dan Pengendalian Lapangan
adalah sebagaimana berikut.
a. Pendataan Keluarga
Pendataan Keluarga dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali
dan dilakukan pemutakhiran data setiap tahunnya.
Pengumpulan data dilakukan dengan format F/I/PK.
b. Data dan Informasi Pelayanan KB
Penjelasan tentang pencatatan Data Rutin pada kegiatan
Pelayanan Keluarga Berencana dilaksanakan sebagaimana
berikut.
Alur Pengelolaan Data dan Informasi Pelayanan KB

1) Formulir R/I/KB/15 dan R/II/KB/15


a) Jaringan dan jejaring melaporkan R/I/KB/15 dan
R/II/KB/15 kepada fasilitas kesehatan (Faskes KB)
paling lambat pada tanggal 1 setiap bulannya.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 44


Personal yang melaporkannya adalah Petugas
Penghubung.
b) Faskes KB melaporkan bundel R/I/KB/15 dan
R/II/KB/15 kepada Balai Penyuluhan
KB/Kecamatan paling lambat pada tanggal 3
setiap bulannya. Personal yang melaporkannya
adalah PKB/PLKB.
c) Balai Penyuluhan KB/Kecamatan melaporkan
berkas (bundle) R/I/KB/15 dan R/II/KB/15 kepada
Unit Pengelola Data dan Informasi SKPD‐KB
Kabupaten/Kota paling lambat pada tanggal 5
setiap bulannya. Personal yang melaporkannya
adalah UPT/PPLKB/Koordinator.
d) Balai Penyuluhan KB/ Kecamatan memasukkan
(entry) berkas R/I/KB/15 dan R/II/KB/15 ke dalam
aplikasi SIGA (siga.bkkbn.go.id)
e) Bagi Kecamatan atau Balai Penyuluhan KB yang
tidak mempunyai jaringan internet dapat
melakukan entry data R/I/KB/15 dan R/II/KB/15 di
Kabupaten/ Kota dengan berkoordinasi dengan
Unit Pengelola Data dan Informasi SKPD‐KB
Kabupaten/ Kota.
2) Formulir K/0 tempat pelayanan KB (Data Potensi)
a) Jaringan dan jejaring melaporkan K/0/KB/15
kepada Faskes paling lambat tanggal 1 Februari
setiap tahunnya. Personal yang melaporkannya
adalah Petugas Penghubung.
b) Faskes melaporkan bundel K/0/KB/15 kepada
Balai Penyuluhan/Kecamatan paling lambat pada
tanggal 3 Februari setiap tahunnya. Personal yang
melaporkannya adalah PKB/PLKB.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 45


c) Balai Penyuluhan/Kecamatan melaporkan bundel
K/0/KB/15 kepada Unit Pengelola Data dan
Informasi SKPD‐KB Kabupaten/ Kota paling lambat
pada tanggal 5 Februari setiap tahunnya. Personal
yang melaporkannya adalah UPT/PPLKB/
Koordinator.
d) Balai Penyuluhan KB/ Kecamatan melakukan
entry berkas K/0/KB/15 ke dalam aplikasi SIGA
(siga.bkkbn.go.id)
e) Bagi Kecamatan atau Balai Penyuluhan KB yang
tidak mempunyai jaringan internet dapat
melakukan entry data K/0/KB/15 di Kabupaten/
Kota dengan berkoordinasi dengan Unit Pengelola
Data dan Informasi SKPD‐KB Kabupaten/ Kota.
c. Data dan Informasi Pengendalian Lapangan
Penjelasan tentang pencatatan Data Rutin pada kegiatan
Pelayanan Keluarga Berencana dilaksanakan sebagaimana
berikut.
1) Formulir R/I/POKTAN/15 dan R/I/SUB‐PPKBD/15
a) Kelompok kegiatan (Poktan) dan Institusi
Masyarakat Pedesaan (IMP) melaporkan
R/I/POKTAN/15 dan R/I/SUB‐ PPKBD/15 kepada
PKB/PLKB paling lambat tanggal 1 setiap
bulannya. Personal yang melaporkannya adalah
petugas penghubung.
b) PKB/PLKB melaporkan bundel R/I/POKTAN dan
R/I/SUB‐PPKBD/15 kepada Balai Penyuluhan
KB/Kecamatan paling lambat tanggal 3 setiap
bulannya. Personal yang melaporkannya adalah
PKB/PLKB.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 46


c) Balai Penyuluhan KB/Kecamatan melaporkan
bundel R/I/POKTAN/15 dan R/I/SUB‐PPKBD/15
kepada maksimal tanggal 5 setiap bulannya.
Personal yang melaporkannya adalah UPT/PPLKB/
Koordinator.
d) Balai Penyuluhan KB/Kecamatan memasukkan
data (entry) berkas R/I/POKTAN dan R/I/SDM/15
ke dalam aplikasi SIGA (siga.bkkbn.go.id)
e) Bagi Kecamatan atau Balai Penyuluhan KB yang
tidak mempunyai jaringan internet dapat
melakukan entry data Register Poktan, SDM dan
Sarana di Kabupaten/ Kota dengan berkoordinasi
dengan Unit Pengelola Data dan Informasi SKPD‐
KB Kabupaten/Kota.
2) Formulir K/0 (Data Potensi)
a) Poktan dan Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP)
melaporkan K/0/POKTAN/15 dan K/0/SDM/15
kepada PKB/PLKB paling lambat tanggal 1 Februari
setiap tahunnya. Personal yang melaporkannya
adalah petugas penghubung.
b) PKB/PLKB melaporkan bundel K/0/POKTAN/15
dan K/0/SDM/15 kepada Balai Penyuluhan
KB/Kecamatan maksimal tanggal 3 Februari setiap
bulannya. Personal yang melaporkannya adalah
PKB/PLKB.
c) Balai Penyuluhan KB/Kecamatan melaporkan
bundel K/0/POKTAN/15 dan K/0/SDM/15 kepada
Unit Pengelola Data dan Informasi SKPD‐KB
Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 5 Februari
setiap tahunnya. Personal yang melaporkannya
adalah UPT/PPLKB/ Koordinator.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 47


d) Balai Penyuluhan KB/Kecamatan melakukan entry
berkas K/0/POKTAN dan K/0/SDM/15 ke dalam
aplikasi SIGA (siga.bkkbn.go.id)
e) Bagi Kecamatan atau Balai Penyuluhan KB yang
tidak mempunyai jaringan internet dapat
melakukan entry data potensi Poktan, SDM dan
Sarana di Kabupaten/ Kota dengan berkoordinasi
dengan Unit Pengelola Data dan Informasi SKPD‐
KB Kabupaten/Kota.

Alur Pengelolaan Data dan Informasi Pengendalian


Lapangan

b. Data Non-Rutin
Data non-rutin adalah data yang dikumpulkan sewaktu‐waktu
sesuai kebutuhan dan prioritas pembangunan keluarga yang

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 48


ditetapkan pemerintah. Data non-rutin meliputi sebagai
berikut.
1) Data khusus
Data khusus adalah data sasaran khusus, faktor risiko,
lingkungan keluarga, dan lainnya yang mendukung
Program Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.
Data khusus terdiri dari sebagai berikut.
a) data sasaran khusus
b) data faktor risiko
c) data lingkungan keluarga; dan
d) data lain yang mendukung program pengendalian
pendudukan dan keluarga berencana.
2) Data luar biasa
Data luar biasa adalah data yang dikumpulkan dalam
keadaan tertentu, antara lain keadaan luar biasa, wabah,
bencana, dan kedaruratan program pengendalian
penduduk.
Data luar biasa terdiri dari sebagai berikut.
a) data keadaan luar biasa
b) data wabah
c) data bencana; dan
d) data kedaruratan program pengendalian penduduk.
Pelaksanaan kegiatan SIGA yang meliputi pencatatan dan
pelaporan, pengumpulan data, pengiriman laporan umpan balik,
bimbingan teknis dan pengamatan data dan informasi dari kegiatan
operasional pengendalian lapangan akan berjalan dengan baik jika
didasarkan pada hal‐hal sebagai berikut:
a. Proses kegiatan dan hasil pengendalian lapangan yang
dilakukan oleh Kepala UPT KB/ Koordinator Lapangan KB
atau yang setara, PKB/ PLKB, Pengurus PIK Remaja, Kader
KB di Institusi Masyarakat Pedesaan/ Perkotaan, seperti

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 49


PPKBD dan Sub‐PPKBD, Kader KB di Kelompok Kegiatan
UPPKS, BKB, BKR, dan BKL serta Tokoh Masyarakat dan
Tokoh Agama yang melakukan Advokasi dan KIE KB di
wilayah kerjanya, harus dilakukan pencatatan dan
pelaporannya sebagai bukti nyata (evidence base) dan
pemenuhan akuntabilitas publik dari kegiatan pelaksanaan
pengendalian lapangan dan pelayanan Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga kepada masyarakat di wilayah itu.
b. Data dan informasi Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga yang dikumpulkan
merupakan variabel data yang digunakan sebagai bahan
penentuan dan monitoring indikator kinerja program. Oleh
karena itu, pengertian atau definisi operasional dari data
dan informasi yang dikumpulkan ini diberlakukan dalam
sistem yang standar secara nasional.
c. Data dan informasi Program Kependudukan, Keluarga
Berencana dan Pembangunan Keluarga ini dapat
dikumpulkan secara cepat, tepat, akurat dan bermanfaat
untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan operasional
program, perencanaan dan evaluasi sasaran Program
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga di berbagai tingkatan wilayah (desa/
kelurahan, kecamatan, kabupaten dan kota, provinsi dan
pusat).
Periode waktu pelaporan ditetapkan di setiap tingkatan
wilayah. Hasil pelaporan tersebut diumpan-balikan secara periodik
bulanan dan tahunan sesuai dengan jenis pelaporan. Selain itu juga
hasilnya di-desiminasikan/ sarasehan kepada mitra kerja terkait di
masing‐masing tingkatan wilayah.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 50


Instrumen yang digunakan untuk mencatat dan melaporkan
dengan menggunakan format register, kartu, catatan dan formulir.
Rangkaian kegiatan pencatatan dan pelaporan mengacu pada
Peraturan Kepala BKKBN RI tentang Petunjuk Teknis Tata Cara
Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Program Pembangunan
Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 51


3.3.7. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
Pelaksanaan di tingkat desa, RW, atau RT, KIE dilaksanakan
sesuai dengan rencana operasional yang telah ditetapkan dalam rakor
kecamatan dan rakor desa. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh tokoh
masyarakat, PKB/ PLKB, kader, baik secara perorangan maupun
kelompok. KIE oleh tokoh masyarakat dilakukan sebagai dukungan dari
tokoh dalam memotivasi lingkungan masyarakatnya agar bersedia
berpartisipasi dalam pelayanan Program Bangga Kencana

Hasil yang Materi Pelaksana


diharapkan
• Keluarga Kecil Bahagia • PKB/PLKB PNS
• Meningkatnya dan Non PNS
Sejahtera
jumlah keluarga
• Delapan fungsi • PPKBD
yang terpapar
keluarga • Sub PPKBD
program KKBPK
• Peran keluarga dalam • Kader Pok KB
• Meningkatnya
kegiatan Program dan Poktan
jumlah keluarga
Bangga Kencana
yang memiliki
• Jadwal kegiatan
baduta
Program Bangga
terpapar 1000
Kencana
HPK Peserta

Masyarakat
Tempat Pelaksanaan (Keluarga dan
kader di
• Rumah DataKu lingkungan
• Sekretariat IMP setempat
Frekuensi
• Sekretariat Kampung
Sesuai jadwal KB
• Sekretariat Pokja KB
dan Poktan
• Balai Desa/
Kelurahan
• tempat representatif
lainnya
* lihat lampiran SOP 7 tentang KIE

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 52


a. Hasil yang diharapkan
Melalui KIE diharapkan terjadinya peningkatan kesadaran dan
perubahan perilaku masyarakat, dari yang tidak mengenal
tujuan dan manfaat program Bangga Kencana menjadi tahu,
menerapkannya, bahkan ikut serta ke dalam aktivitas di
lapangan.
b. Materi
• Peran keluarga dalam Program Bangga Kencana
• Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
• Delapan fungsi keluarga
• Jadwal kegiatan Program Bangga Kencana
c. Peserta
Keluarga dan kader di lingkungan setempat
d. Pelaksana
PKB/ PLKB, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, kader,
kades, ketua RW, ketua RT, dan lain-lain.
e. Frekuensi
Sesuai jadwal
f. Tempat
• rumah dataku
• sekretariat IMP
• sekretariat Kampung KB
• sekretariat Pokja Kampung KB dan Poktan
• balai desa/kelurahan
• tempat representatif lainnya sesuai rencana
Pelaksanaan KIE pada dasarnya merupakan
penyuluhan/motivasi untuk menumbuhkan opini yang mendukung,
sekaligus memberikan keyakinan bagi masyarakat untuk berperan
serta dalam gerakan KB dan pembangunan KS.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 53


3.3.8. Pelayanan

Dalam kesempatan ini, unsur kecamatan, desa, serta


masyarakat bertemu pada waktu dan lokasi yang telah ditetapkan.
Melalui koordinasi dan kerja sama antara para petugas, kader, serta
para keluarga binaan, berbagai kegiatan pelayanan KB dan
Pembangunan KS dapat dilaksanakan dengan sebaik‐baiknya.

Hasil yang Jenis Pelayanan Peserta


diharapkan
• Kependudukan Sesuai jenis
Sesuai jenis • Keluarga Berencana pelayanan
pelayanan - Pra Pelayanan,
- Pelayanan,
- Paska Pelayanan
• Pembangunan Keluarga
- identifikasi potensi Poktan
- fasilitasi pembentukan
- fasilitasi pembinaan

Pelaksana

Sesuai jenis Tempat Pelaksanaan


pelayanan
• Rumah Dataku Frekuensi
• Sekretariat IMP
Sesuai jadwal
• Sekretariat Kampung KB
• Sekretariat Pokja Kampung
KB dan Poktan
• Balai Desa/ Kelurahan
• Tempat lain yang
representatif sesuai rencana
* lihat lampiran SOP 8 tentang Pelayanan

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 54


a. Pelayanan Kependudukan
Dalam penyelenggaraan pelayanan kependudukan dapat
dilaksanakan:
1) melakukan identifikasi potensi pembentukan Rumah Data‐
Ku, Pojok Kependudukan, dan penyelenggaraan
pendidikan kependudukan di tingkat kecamatan baik
formal, non formal, dan informal,

2) memfasilitasi pembentukan implementasi pendidikan


kependudukan baik formal, non formal, maupun informal
di PAUD, SD, SLTP, SLTA, Gerakan Pramuka, Lembaga
Keagamaan (Sekolah Minggu, Remaja Mesjid), Kelompok
Masyarakat (Pokmas), Pengajian

3) memfasilitasi pembinaan secara berkesinambungan dan


berkala pada lembaga/ kelompok yang dibentuk Gerakan
literasi (PAUD, SD), Sekolah Siaga Kependudukan (SLTP,
SLTA), Kelompok Masyarakat (Remaja Mesjid, Sekolah
Minggu)

b. Pelayanan Keluarga Berencana


Dalam penyelenggaraan pelayanan keluarga berencana dapat
dilaksanakan:

1) Pra Pelayanan
Kegiatan pra-pelayanan yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
a) Identifikasi potensi PUS yang belum menggunakan
kontrasepsi dan PUS yang masih menggunakan KB non
MKJP dalam upaya meningkatkan penggunaan
kontrasepsi MKJP (Sumber: R/I/PUS)

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 55


b) Melakukan pemantapan KIE: tentang Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi oleh petugas
c) Petugas melakukan penggerakan PUS ke fasilitas
kesehatan untuk mendapatkan pelayanan

2) Pelayanan
Pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan
Reproduksi (KR) yang berkualitas pada saat ini sudah
menjadi tuntutan masyarakat. Oleh karena itu kewajiban
pemerintah dan tenaga pelayanan untuk menyediakan
pelayanan KB dan KR bagi semua masyarakat, terutama
bagi Keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I, tidak lagi
hanya berorientasi pada pencapaian kuantitas peserta KB,
tetapi harus pula berorientasi pada pemenuhan
permintaan masyarakat terhadap pelayanan berkualitas.
Dengan demikian, kebijakan pelayanan KB dan KR
diarahkan untuk memaksimalkan akses dan kualitas
pelayanan. Aspek penting dalam pelaksanaan pelayanan
KB dan KR yang juga harus menjadi perhatian adalah aspek
efisiensi dan efektivitasnya, seperti penggunaan
kontrasepsi jangka panjang (IUD, MOW, MOP dan Implan).
Pelayanan KB dan KR yang dilaksanakan harus tetap
menjaga prinsip‐prinsip pelayanan yang berkualitas antara
lain mencakup:
• Tercapainya tujuan (informed choice).
• Tersedianya alat dan obat di tempat pelayanan sesuai
prinsip kafetaria dan pemberian secara rasional.
• Petugas yang mempunyai kompetensi medis dan
kemampuan konseling cukup memadai.
• Pelayanan KB di fasilitas kesehatan dapat terlayani
melalui sistem BPJS

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 56


• Penyuluhan KB dan Kesehatan Reproduksi dalam
meningkatkan kesertaan KB
• Memfasilitasi Peningkatan kompetensi tenaga
kesehatan seperti Bidan Desa dalam melakukan
pelayanan KB dan pemberian edukasi tentang
kesehatan reproduksi.
• Memfasilitasi tersedianya materi‐materi
• KB dan KR di Balai Penyuluhan di Desa
• Memfasilitasi Dinas Kesehatan kabupaten/ kota
bersama dengan OPD KB Kab/Kota saling mendukung
dalam melakukan pergerakan dan pelayanan KB
bergerak sampai ke desa‐desa.
• PKB memastikan ketersediaan alat kontrasepsi
• Tempat dan konstelasi pelayanan yang memenuhi
kriteria pelayanan yang berkualitas.
• Tindakan rujukan (follow‐up) bisa dilakukan apabila
terjadi efek samping, komplikasi dan kegagalan
penggunaan kontrasepsi dapat dilakukan di tempat
yang sama atau di tempat rujukan yang lain.

3) Paska Pelayanan
Setelah pelaksanaan pelayanan KB dan KR, harus
ditindaklanjuti dengan kegiatan yang meliputi
pemutakhiran data, pencatatan dan pelaporan, dan
pembinaan pasca-pelayanan terhadap keluarga binaan
khususnya bagi peserta KB baru. Kegiatan ini dilakukan di
setiap tingkatan wilayah secara berjenjang sampai ke
kecamatan dan kabupaten/kota. Rangkaian kegiatan
tersebut di atas pada dasarnya dilakukan secara terus‐
menerus sebagai suatu siklus kegiatan yang berlangsung 1
(satu) bulan penuh dan berulang pada bulan berikutnya.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 57


c. Pelayanan Pembangunan Keluarga
Dalam penyelenggaraan pelayanan pembangunan keluarga
dapat dilaksanakan:
1) melakukan identifikasi potensi pembentukan kelompok
kegiatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga (BKB, BKR,
BKL, UPPKS, PIK Remaja),
2) memfasilitasi pembentukan kelompok kegiatan ketahanan
dan kesejahteraan keluarga (BKB, BKR, BKL, UPPKS, PIK
Remaja)
3) memfasilitasi pembentukan pusat pelayanan keluarga
sejahtera (PPKS) di balai penyuluhan Bangga Kencana
4) memfasilitasi pembinaan secara berkesinambungan dan
berkala pada kelompok kegiatan ketahanan dan
kesejahteraan keluarga (BKB, BKR, BKL, UPPKS, PIK
Remaja)

d. Tempat
• rumah dataku
• sekretariat IMP
• sekretariat Kampung KB
• sekretariat Pokja Kampung KB dan Poktan
• balai desa/kelurahan
• tempat representatif lainnya sesuai rencana

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 58


3.4. Mekanisme Operasional Bagi Institusi Masyarakat
Pedesaan/ Perkotaan (IMP)

Dalam sub bab 3.3 tentang Rangkaian Kegiatan dalam


Mekanisme Operasional, telah dijelaskan tentang Pembinaan IMP
(Pertemuan Lengkap). Sebelumnya, pada sub bab 3.2 tentang
Mekanisme Operasional Lini Lapangan Berdasarkan Wilayah Pelaksana
dan Pengelola, telah dijelaskan tentang potensi berbagai pihak di level
dusun/ RW dan RT dalam penggerakan program Bangga Kencana.
Pada sub bab 3.4 ini, akan dijelaskan lebih lanjut tentang peran
IMP (PPKBD, Sub-PPKBD/ Kader Poktan).

3.4.1. Pembinaan IMP (Pertemuan Lengkap)


Pertemuan kader terdiri dari: pertemuan PPKBD dengan Sub
PPKBD di tingkat desa, pertemuan Sub PPKBD dengan kelompok KS di
tingkat dusun/RW, dan pertemuan kader Dasa Wisma dengan ketua
kelompok KS di RT.

Pembinaan IMP (Pertemuan Lengkap)

Penjabaran target & evaluasi masing-masing kader


PKB/PLKB
Desa
PPKBD

Dalam pertemuan ini dilakukan pembahasan hasil rakor desa,


mencakup kegiatan yang melibatkan masing‐masing kelompok,
persiapan‐persiapan yang harus dilakukan dalam menghadapi KIE oleh
tokoh, kegiatan Program Bangga Kencana.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 59


Hasil yang diharapkan Materi Peserta

• Meningkatnya • Program Bangga • Ketua sub PPKBD


wawasan, keterampilan Kencana
teknis dan peran • Dukungan program
PPKBD/Sub PPKPD (dana, daya, sarana,
dalam pengelolaan data basis dan
Program Bangga pencatatan dan
Kencana di desa/ pelaporan)
kelurahan, RW/dusun
dan RT.
• Dst.
Pelaksana

Frekuensi Penyuluh KB, bekerja


sama dengan
1 bulan 1 kali Ketua PPKBD
Tempat Pelaksanaan

di desa/ kelurahan

a. Hasil yang diharapkan


• Meningkatnya wawasan, keterampilan teknis dan peran
PPKBD/Sub PPKPD dalam pengelolaan Program Bangga
Kencana di desa/ kelurahan, RW/dusun dan RT.
• Meningkatnya pencapaian Program Bangga Kencana di
desa/ kelurahan, RW/ dusun
• Meningkatnya keberadaan dan peran PPKBD/ Sub PPKBD
mengacu pada 7 peran institusi.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 60


• Pemutakhiran data basis sasaran Program Bangga Kencana
di wilayah binaannya.
• Terselenggaranya kegiatan pengelola Program Bangga
Kencana sesuai dengan jadwal yang disepakati bersama.

b. Materi
• Program Bangga Kencana.
• Dukungan program (dana, daya, sarana, data basis dan
pencatatan dan pelaporan).

c. Peserta
Ketua sub PPKBD

d. Pelaksana
Penyuluh KB bekerja sama dengan ketua PPKBD

e. Frekuensi
satu bulan satu kali

f. Tempat
di desa/ kelurahan

Hal‐hal yang disepakati dan telah dituangkan dalam jadwal


penggarapan program Bangga Kencana akan lebih rinci dijabarkan
dalam pertemuan sub PPKBD dengan kelompok kegiatan dalam bentuk
penjadwalan kegiatan dan pembagian tugas masing‐masing unsur
pengelolaan Program Bangga Kencana di tingkat RT.
PKB/ PLKB dapat menggerakkan potensi pengelola/ pelaksana
program Bangga Kencana di tingkat dusun/ RW hingga RT, melalui
berbagai aktivitas. Informasi lain tentang kegiatan Pembinaan IMP
dapat di lihat pada sub sub-bab 3.2.2 tentang Mekop tingkat Desa, dan
3.3.4 tentang Pembinaan IMP (bagian dari Rangkaian Kegiatan Mekop).

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 61


3.4.2. Kegiatan IMP
IMP (PPKBD, Sub-PPKBD, Kader Poktan) dapat memainkan
peran penting pelaksanaan Program Bangga Kencana di tingkat lini
lapangan. Kegiatan yang dapat dilakukan oleh IMP dikelompokkan ke
dalam tiga bagian utama, yaitu: pencatatan dan pelaporan, KIE, serta
pelayanan.

Kegiatan Institusi Masyarakat Pedesaan/ Perkotaan

Sub • Pencatatan dan Pelaporan


Dusun/ • Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE)
PPKBD/
RW/ • Pelayanan
Pok. KB/
RT
Poktan

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh IMP ini


sebenarnya dapat juga dikerjakan oleh PKB/ PLKB, apabila belum
terbentuk IMP di wilayah kerja PKB terkait. Apabila telah ada IMP di
wilayah tersebut, PKB/ PLKB perlu mendorong peran aktif masyarakat,
dengan menggerakkan kader-kader yang telah memahami program
Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana.
Oleh karena itu PKB/ PLKB perlu memahami bagaimana cara
menemukan, melatih, dan menggerakkan kader program Bangga
Kencana, sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh kader-kader
tersebut. Penjelasan lebih lanjut tentang kegiatan IMP dapat dilihat
pada sub bab 3.3 tentang Rangkaian Kegiatan dalam Mekanisme
Operasional Lini Lapangan, khususnya pada kegiatan nomor 6, 7, dan
8.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 62


3.5. Mekanisme Operasional bagi Kelompok Kerja (Pokja)
Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB)

Dalam panduan sebelumnya (Panduan Mekanisme


Operasional Program Bangga Kencana di Lini Lapangan, 2018), belum
terdapat mekanisme bagi Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB, walau
Kampung KB itu sendiri telah mulai dicanangkan sejak tahun 2015.
Hal ini dapat dipahami, bahwa pada saat itu, Kampung KB
belum tumbuh besar seperti saat ini, dan dipandang belum
memerlukan penjelasan mekanisme kegiatan tersebut dalam
mekanisme operasional lini lapangan. Belum lagi sifat dasar Kampung
KB yang lintas sektoral, yang mungkin menyebabkan sulitnya
merancang mekanisme yang cukup umum (general) untuk dapat
diterapkan di puluhan ribu Kampung KB.
Dalam perkembangannya, Kampung KB telah tumbuh semakin
besar, dan diharapkan akan semakin besar perannya bagi keberhasilan
program Bangga Kencana. Oleh karena itu, pemikiran tentang konsep
mekanisme operasional bagi Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB terus
dimatangkan, didiskusikan, dan siap diujicobakan. Lebih lanjut, saat ini
Kampung KB dimaknai kembali sebagai Kampung Keluarga Berkualitas.

Pertemuan Kelompok Kerja (Pokja) Kampung KB


dilakukan di daerah yang memiliki Kampung KB

PKB/ PLKB Ketua Pokja KKB

PKB dan Ketua Pokja Kampung KB perlu bersinergi dalam:


PKB/PLKB
Desa • Pertemuan
• Kesepakatan: Rencana Kerja Masyarakat (RKM)
PPKBD • Pelaksanaan
• Evaluasi
• Tindak Lanjut

Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran SOP Pertemuan Pokja Kampung KB

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 63


Konsep Mekanisme Operasional bagi Kelompok Kerja Kampung
KB diharapkan akan menjadi panduan yang praktis bagi para pelaksana
di desa tempat Kampung KB itu berada, bahkan bagi para pengambil
kebijakan, serta pihak-pihak terkait lainnya yang berkepentingan.

Perlengkapan Peserta
Output
1. data penduduk • Peserta Utama
• Pemetaan dan prioritas
menurut karakteristik - Ketua Pokja KKB
masalah
2. data program KKBPK - Anggota Pokja KKB
a. kesertaan ber-KB, • Data sumber daya
- PKB sebagai fasilitator
b. alasan tidak pakai KB potensial yang dapat
- PPKBD
c. angka putus pakai digerakkan
- Sub-PPKBD
• Rencana Kerja Kampung
d. data efek samping • Peserta Lain
dan kegagalan KB KB dengan penguatan
e. kesertaan kelompok program Bangga Kencana
sasaran dalam • Catatan kegiatan
kegiatan Kampung KB
f. poktan, • Laporan Kampung KB
g. data kawin muda, dst • Hasil evaluasi kegiatan
Kampung KB Tempat Pelaksanaan
3. Data kesehatan dan
masalah kependudukan • Sekretariat Kampung KB
lainnya • Rumah Dataku
• Sekretariat IMP
• Sekretariat Pok KB dan
Kegiatan Poktan
• Balai Desa/ Kelurahan
• Pra Pertemuan
• Dalam Pertemuan
Frekuensi • Pasca Pertemuan

1 bulan 1 kali

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 64


Dari forum pertemuan Pokja Kampung KB dengan para
pendamping serta fasilitator program Bangga Kencana di tingkat desa,
diharapkan akan terlaksananya pemetaan kondisi wilayah, tersusunnya
rencana kerja serta mekanisme pelaksanaan pembangunan, yang
terintegrasi dengan sektor pembangunan lain.
Adapun Pertemuan Kelompok Kerja Kampung KB (Pokja KKB)
diawali dengan koordinasi jadwal Pertemuan Pokja antara PKB/PLKB
dengan Ketua Pokja Kampung KB. Apabila telah disepakati waktu
pelaksanaan pertemuan tersebut, maka informasi waktu pertemuan
tersebut dapat disampaikan kepada PLKB/PPKBD/Sub-PPKBD dan
Kader-kader Pokja.
Selain jadwal pertemuan, pimpinan dan peserta rapat perlu
mempersiapkan beberapa hal sebelum rapat, seperti: data/ rancangan
rencana kegiatan pokja, data wilayah, peta sasaran dan rencana
pelaksanaan. Hal ini perlu dilakukan, agar dalam pelaksanaannya, rapat
dapat berjalan dengan lebih lancar. Peralatan kerja seperti kertas
karton/ lembar balik untuk menampilkan rancangan rencana kerja,
buku untuk mencatat notulen rapat, serta buku/kertas untuk mencatat
rencana kerja (final) perlu disediakan. Bila memungkinkan, komputer
dan LCD proyektor dapat digunakan sebagai alat kerja untuk
memudahkan kelompok kerja. Apabila terdapat komputer, akses
internet sebaiknya juga perlu dipersiapkan, agar data-data pertemuan
Pokja Kampung KB dapat diunggah secara langsung ke internet dan
disimpan di server situs web Kampung KB atau tempat penyimpanan
data yang lain.
Pembahasan pengelolaan Kampung KB dimulai melalui
pertemuan Pokja Kampung KB dan dapat diteruskan pembahasannya
pada tingkat desa/kelurahan, dan tingkat kecamatan.
Dalam pelaksanaannya, pergerakan Pokja Kampung KB dapat
dilakukan mulai dari Pertemuan Pokja Kampung KB yang sekurang-
kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut:

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 65


3.5.1. Penggerak
PKB/PLKB dan/atau yang berfungsi sebagai penyuluh program
Bangga Kencana bekerja sama dengan Ketua Pokja Kampung KB untuk
menggerakkan pelaksanaan pertemuan ini, dan menyampaikan
laporannya secara berkala kepada OPD-KB dan Perwakilan BKKBN
Provinsi di wilayah kerjanya, melalui sistem pencatatan dan pelaporan
yang disediakan oleh BKKBN.

3.5.2. Hasil yang diharapkan (Output)


Lewat pertemuan Pokja Kampung KB, ada beberapa hasil
(output) yang diharapkan terjadi, yaitu:
• Terlaksananya Pembinaan Pengelolaan Kampung KB pada
desa/kelurahan yang menjadi wilayah Kampung KB oleh
PKB/PLKB terkait.
• Teridentifikasinya masalah-masalah di Kampung KB dan
potensi solusi penyelesaian masalah
• Tersampaikannya peta sasaran beserta kondisi wilayah,
dan rencana pelaksanaan program Bangga Kencana
• Tersusunnya prioritas masalah yang harus diselesaikan
• Tersedianya alternatif rencana kegiatan dan sumber daya
potensial untuk penyelesaian masalah prioritas
• Terintegrasinya kegiatan Poktan ke dalam kegiatan Pokja
Kampung KB
• Tersusunnya rencana kerja masyarakat (RKM) Kampung KB
yang selaras dengan penguatan program Bangga Kencana
• Tersedianya dukungan daya, dana dan sarana pelaksanaan
rencana kegiatan masyarakat (RKM) Pokja Kampung KB
• Tersedianya catatan kegiatan Kampung KB dan
terlaksananya pelaporan data kegiatan
• Terlaksananya rencana kegiatan masyarakat (RKM)
Kampung KB

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 66


• Tersedianya hasil evaluasi (perencanaan, pelaksanaan, dan
hasil) kegiatan Kampung KB

3.5.3. Peserta
Peserta utama dalam pertemuan Pokja Kampung KB adalah
sebagaimana berikut:
• PKB/PLKB sebagai fasilitator,
• PPKBD,
• Sub PPKBD,
• Ketua Pokja
• Sekretaris Pokja
• Anggota pokja Kampung KB sebagai pelaksana
Selain peserta utama di atas, Pertemuan Pokja Kampung KB
dapat dihadiri oleh:
• Unsur pemerintahan di desa/ kelurahan
• Badan Permusyawaratan Desa (BPD)/LPMD/K
• Kepala Pustu/ Kepala Polindes/ bidan desa
• Tim Penggerak PKK desa
• Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Adat
• LSM/ LSOM
• Pendamping desa/pendamping lokal desa
• Mitra kerja terkait lainnya
• RT dan RW

3.5.4. Materi Pertemuan Pokja Kampung KB

Materi Pertemuan Pokja Kampung KB yang perlu dipersiapkan


terbagi ke dalam dua bagian, yaitu materi yang disampaikan oleh
PKB/PLKB/PPKBD/Sub-PPKBD, dan materi yang disampaikan oleh Pokja
Kampung KB.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 67


1) Materi PKB/PLKB serta PPKBD/Sub-PPKBD:
PKB/PLKB atau PPKBD/Sub-PPKBD dapat menyampaikan beberapa
topik Program Bangga Kencana sebagaimana berikut:
• Pencapaian Peserta KB baru dan aktif.
• Perkembangan institusi masyarakat Pedesaan/perkotaan
• Perkembangan tahapan keluarga
• Upaya intervensi pemberian dukungan dalam peningkatan
keluarga sejahtera
• Perkembangan program Bina Keluarga
• Sejahtera (BKB, BKR, BKL, dsb.)
• Perkembangan UPPKS
• Perkembangan kegiatan rintisan program kependudukan
(Pasar Mingon, Pesantren wisata)
• Dukungan daya, dana, dan sarana melalui kegiatan Program
Bangga Kencana
• Isu penting lainnya terkait program Bangga Kencana
(misalnya, wabah penyakit Covid-19 dan dampaknya
terhadap masyarakat dan program Bangga Kencana)

2) Materi Pokja Kampung KB


• data/ isu/ hasil pengamatan yang terkait dengan tupoksi
masing-masing seksi atau isu lain yang penting dan menjadi
perhatian masyarakat
• rencana kegiatan yang akan berkontribusi untuk
menyelesaikan masalah

3.5.5. Kegiatan Sebelum Pertemuan


Sebelum melaksanakan pertemuan Pokja Kampung KB,
PKB/PLKB serta Ketua Pokja perlu melakukan persiapan, diantaranya:
• PKB/PLKB mengkoordinasikan jadwal pertemuan Pokja

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 68


• Ketua Pokja menginformasikan waktu pelaksanaan
pertemuan Pokja kepada PLKB/ PPKBD/ dan Sub-PPKBD

3.5.6. Kegiatan dalam Pertemuan


Setelah pertemuan disepakati dan dimulai, maka setiap pihak
harus melaksanakan perannya masing-masing, yaitu:
• PPKBD/Sub-PPKBD menyampaikan peta sasaran dan
rencana pelaksanaan program Bangga Kencana.
• Masing-masing anggota Pokja menyampaikan data/ isu/
hasil pengamatan yang terkait dengan tupoksi masing-
masing seksi atau isu lain yang penting dan menjadi
perhatian masyarakat
• PKB/PLKB bersama dengan Ketua Pokja merumuskan atau
menyepakati prioritas masalah yang harus diselesaikan,
termasuk Program Bangga Kencana
• Masing-masing seksi mengajukan rencana kegiatan yang
akan berkontribusi untuk menyelesaikan masalah
• PPKBD/Sub-PPKBD Mengintegrasikan kegiatan masing-
masing Poktan ke dalam kegiatan per seksi
• PKB/PLKB bersama dengan Ketua Pokja menyepakati
usulan kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan
Masyarakat (RKM)

3.5.7. Kegiatan Sesudah (Pasca) Kesepakatan Pertemuan


Sesudah kesepakatan dicapai dalam pertemuan, maka
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
• Ketua Pokja menginformasikan RKM kepada Kepala Desa/
Lurah
• PKB/PLKB melaporkan rencana kegiatan masyarakat
(RKM) di dalam situs web Kampung KB

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 69


• Ketua Pokja bersama-sama dengan PKB/PLKB dan Kepala
Desa/ Lurah menyusun metode dan alat untuk sosialisasi
kegiatan di Kampung KB kepada masyarakat
• Ketua Pokja bersama-sama dengan PKB/PLKB dan Kepala
Desa/ Lurah menandatangani Rencana Kegiatan
Masyarakat (RKM) beserta metode dan alat untuk
melakukan sosialisasi kegiatan di Kampung KB kepada
masyarakat
• Ketua Pokja menyerahkan Rencana Kegiatan Masyarakat
(RKM) yang telah ditandatangani PKB/PLKB dan Kepala
Desa/ Lurah
• Sekretaris Pokja menggandakan dan mengarsipkan RKM,
serta membagikan salinan RKM kepada masing-masing
seksi.
• Masing-masing seksi melaksanakan kegiatan sesuai
dengan RKM yang telah ditetapkan bersama-sama
• Masing-masing seksi dan sekretaris mencatat setiap
kegiatan yang dilakukan menurut seksi
• PKB/PLKB melaporkan pelaksanaan kegiatan di dalam situs
web Kampung KB
• Masing-masing seksi melakukan evaluasi terhadap
keterlaksanaan RKM
• PKB/PLKB beserta PPKBD/Sub-PPKBD melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap keterlaksanaan rencana
kegiatan masyarakat (RKM) dan capaian program Bangga
Kencana di Kampung KB.
• Masing-masing seksi membuat rencana tindak lanjut hasil
evaluasi
• Ketua Pokja menyetujui rencana tindak lanjut

3.5.8. Frekuensi Pertemuan


Satu bulan satu kali

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 70


3.5.9. Tempat
Tempat pertemuan Pokja Kampung KB dapat dilakukan
beberapa tempat, diantaranya sebagai berikut:
• Sekretariat Kampung KB
• Rumah Dataku
• Sekretariat IMP
• Sekretariat Pokja KB dan Poktan
• Balai desa/kelurahan

3.5.10. Notulen Pertemuan


Setiap langkah dan kesepakatan hasil Rakor dicatat dalam
notulen Rakor. Hal‐hal yang perlu dicatat dalam notulen
Pertemuan Pokja Kampung KB diantaranya:
• Waktu dan Tempat pertemuan
• Pemimpin Rapat
• Peserta
• Pembicara/ Pemberi Usul/ Presenter
• Permasalahan-permasalahan yang disampaikan dalam
pertemuan dan upaya pemecahannya.
• Rancangan Rencana Kegiatan Masyarakat
• Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) yang telah disepakati
dan harus dilaksanakan.
Dengan adanya Panduan Mekanisme Operasional Lini
Lapangan bagi Pokja Kampung KB, diharapkan seluruh Kampung KB
yang telah terbentuk dapat mencapai tujuan awal pembentukan
Kampung KB, yaitu terbentuknya norma keluarga kecil yang bahagia
dan sejahtera, melalui kerja sama berbagai sektor untuk mewujudkan
masyarakat yang sehat, makmur, bahagia dan sejahtera.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 71


3.6. Pembiayaan Operasional Program KB di Lini Lapangan
(Kecamatan, Desa, Dusun/RW, RT)
Termasuk Pembiayaan Penggerakan Mekanisme Operasional

Urusan keluarga berencana dan kependudukan adalah urusan


di hulu. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, akan
menambah beban pemerintah, masyarakat, dan keluarga itu sendiri.
Oleh karena itu Program Keluarga Berencana (KB) telah ditetapkan
sebagai urusan bersama (konkuren) yang wajib bagi Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah (provinsi, dan kabupaten/kota), sesuai dengan
mandat Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah. BKKBN adalah lembaga yang mewakili pemerintah pusat
menangani program Keluarga Berencana, sesuai dengan Undang‐
Undang nomor 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan
dan Pembangunan Keluarga. Secara singkat program terkait
kependudukan dan pembangunan keluarga berencana dilaksanakan
melalui dua kegiatan utama, yakni:
• Pengendalian kuantitas penduduk, yaitu terkait:
perubahan jumlah penduduk, perubahan struktur
penduduk, komposisi dan persebaran penduduk yang
seimbang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan
• Peningkatan kualitas penduduk, melalui perwujudan
norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Dalam upaya menyukseskan mandat kedua undang-undang
tersebut, BKKBN mengajak serta Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/ Kota untuk secara bersama-sama melayani masyarakat
(public) dengan bahu-membahu mengerjakan program
Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga
Berencana (Bangga Kencana) sesuai dengan kapasitas
atau sumber daya yang dimiliki masing-masing. Sumber
daya tersebut dapat berupa tenaga kerja (man),

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 72


metode atau tata cara kerja (methods), peralatan kerja (machines/
tools), bahan-bahan (materials), hingga sumber daya keuangan
(money/ finance) yang dimiliki.
Dengan penerapan metode kerja yang baik dan sistematis,
niscaya capaian atau hasil kerja Program Bangga Kencana akan lebih
baik. Untuk itu, penerapan mekanisme operasional (MEKOP) lini
lapangan perlu didukung dengan sumber daya yang lain, termasuk
sumber daya manusia, peralatan, bahan, dan keuangan yang cukup.
Dalam mekanisme operasional, pengelola program KB diharapkan
dapat memastikan semua sumber daya yang dimiliki bekerja secara
efektif dan efisien, dan dengan demikian dapat mencapai hasil
maksimal.
Di tingkat pusat, perencanaan keuangan untuk program dan
kegiatan prioritas Pembangunan Nasional tidak lagi dirancang
berdasarkan konsep Money
Follow Function, melainkan
Money follow Money Follow Program.
Programs Dalam konsep ini, uang
yang dianggarkan, harus
dibelanjakan untuk
Money follow program prioritas, yang
Functions dituntut mengeluarkan
hasil (output) maupun
memberi dampak (outcome)
yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas. Hal ini sesuai dengan konsep
perencanaan pembangunan nasional yang menggunakan pendekatan
holistik (menyeluruh), tematik (terfokus), terintegrasi (terpadu) dan
spasial (lokasi yang jelas). Oleh karena itu pemerintah daerah, baik
provinsi maupun kabupaten/kota diharapkan dapat ikut menerapkan
berbagai metode baru perencanaan pembangunan dan perencanaan
keuangan, agar hasil pembangunan dapat dirasakan masyarakat, baik
secara langsung di hari ini, maupun dampaknya di masa depan.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 73


Dalam praktiknya, perencanaan pembangunan dan
penganggaran keuangan di daerah tentu saja harus
mempertimbangkan berbagai faktor, mulai dari faktor legal seperti
peraturan perundangan, kebutuhan daerah saat ini, hingga visi
pimpinan daerah untuk wilayahnya di masa depan.
Mengingat pentingnya program KB untuk masa depan suatu
wilayah, program ini terus didukung Kementerian Keuangan dan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ BAPPENAS. Dana
Alokasi Khusus (DAK) telah disediakan untuk pemerintah daerah yang
memerlukan tambahan
dukungan dana untuk
terkait Program Pembangunan Keluarga,
Kependudukan, dan Keluarga Berencana melancarkan
• UU 52/ 2009 tentang Perkembangan
pelaksanaan program
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Bangga Kencana di
• UU 6/ 2014 tentang Desa lapangan. Selengkapnya,
• UU 23/ 2014 tentang Pemerintahan Daerah petunjuk penggunaan
• PP 43/ 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan dana ini telah diatur
UU 6/ 2014 tentang Desa (Jo. PP 11/2019) secara detail pada
• PP60/ 2014 tentang Dana Desa
Peraturan Badan
• Permendagri 20/ 2018 tentang Pengelolaan Kependudukan dan
Keuangan Desa
Keluarga Berencana
• Permendes 11/ 2019 tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa tahun 2020 Nasional (BKKBN) nomor
• Permendagri 90/ 2019 tentang Klasifikasi, 1/ 2019 tentang Petunjuk
Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Teknis Penggunaan Dana
Pembangunan dan Keuangan Daerah Bantuan Operasional
• Peraturan BKKBN 1/ 2019 tentang Petunjuk
Keluarga Berencana, dan
Teknis Penggunaan Dana Bantuan
Operasional Keluarga Berencana Peraturan BKKBN nomor
• Peraturan BKKBN 10/ 2019 tentang Petunjuk 10 tahun 2019 tentang
Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus Petunjuk Operasional
Fisik Subbidang Keluarga Berencana dan Penggunaan Dana
Subbidang Penurunan Stunting Keluarga
Alokasi Khusus Fisik Sub-
Berencana

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 74


bidang Keluarga Berencana dan Sub-bidang Penurunan Stunting
Keluarga Berencana.
Tak hanya dana dari pemerintah pusat casu quo BKKBN,
pembiayaan program KB di tataran pemerintahan daerah dapat juga
menggunakan dana dari Provinsi (Alokasi Dana Desa), Kabupaten
(Alokasi Dana Desa), dan dari Desa itu sendiri (Dana Desa). Hal ini sesuai
dengan prinsip urusan bersama (konkuren) sesuai dengan amanat UU
23/ 2014 tentang Pemda, dan UU 6/2014 tentang Desa.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2014
tentang Dana Desa, dan Peraturan Menteri Desa, PDT, dan
Transmigrasi (Permendes) tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa
(yang setiap tahun diperbaharui, untuk tahun 2020 Permendes
11/2019), Dana Desa dapat digunakan untuk mendukung program
Kampung KB yang notabene ditujukan untuk menaikkan kualitas hidup
dan lingkungan warga desa. Untuk perencanaan penganggarannya
Kementerian Dalam Negeri telah menerbitkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri nomor 90 Tahun 2019 tentang Klasifikasi, Kodifikasi dan
Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah, yang
ikut memuat kodifikasi untuk penganggaran program Bangga Kencana.
Secara umum, berbagai peraturan perundang-undangan telah
mengizinkan penggunaan Dana Desa (DD) untuk membiayai program
KB. Dan sesuai dengan semangat otonomi daerah, maka secara umum
program Keluarga Berencana menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah, termasuk pembiayaan yang harus dikeluarkan. Namun, dalam
pelaksanaannya, pemerintah pusat dan provinsi masih dapat
memberikan bantuan‐bantuan melalui program kementerian/
lembaga, program dinas provinsi, baik berupa kegiatan maupun dana
alokasi khusus (DAK) bagi kabupaten dan kota. Di beberapa provinsi,
Gubernur selaku pimpinan pemerintahan tingkat provinsi telah ikut
memberikan bantuan yang cukup signifikan terhadap pelaksanaan
program KB di lapangan.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 75


Dengan demikian, secara singkat pembinaan program KB di
tingkat lini lapangan (Kecamatan, Desa/ Kelurahan, Dusun/ RW, dan RT)
dapat dibiayai berbagai pembiayaan, sebagaimana berikut:
Pembiayaan Tingkat Kecamatan
1. Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah Kabupaten/ Kota
2. Anggaran Balai Penyuluhan KB
3. Anggaran lain-lain yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
Pembiayaan Tingkat Desa, Dusun/ RW, dan RT
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), ditentukan oleh
Peraturan Desa (PERDES) tentang program Pembangunan
Keluarga, Kependudukan, dan Pembangunan Keluarga (Bangga
Kencana/ KKBPK).
2. Dana Desa (DD) yaitu dana yang dialokasikan khusus dari APBN
untuk Desa, sesuai UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Panduan
teknis dana ini lebih lanjut dapat dilihat pada :
a. Peraturan Menteri Desa tentang Prioritas Penggunaan Dana
Desa (diperbarui setiap tahun, untuk tahun 2020 diatur melalui
Permendes nomor 11 tahun 2019 tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa tahun 2020)
b. MOU antara BKKBN dengan Kementerian Desa, Transmigrasi
dan Daerah Tertinggal.
c. Buku pedoman pengelolaan program Kependudukan, Keluarga
Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK/ Bangga
Kencana) tingkat desa yang dikeluarkan/ditandatangani oleh
tiga lembaga yaitu: Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Desa, dan Kepala BKKBN
3. Alokasi dana desa yang diberikan untuk kepentingan desa, yang
bersumber dari APBD Kab/ Kota, dan ditentukan oleh Peraturan
Daerah tingkat Kabupaten/ Kota (APBD II).

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 76


4. Alokasi dana desa yang diberikan untuk kepentingan desa, yang
bersumber dari APBD Provinsi, dan ditentukan oleh Peraturan
Daerah tingkat Provinsi (APBD I).
5. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang dialokasikan oleh pemerintah
pusat untuk Desa melalui Kementerian/ Lembaga Pemerintah Non
Kementerian (LPNK). BKKBN adalah salah satu lembaga pemerintah
yang ikut menyalurkan bantuan dana untuk desa, salah satunya
melalui dana bantuan operasional KB (BOKB).
BOKB disalurkan dengan kegiatan yang dikoordinasikan oleh kantor
perwakilan BKKBN tingkat Provinsi, dan selanjutnya diteruskan
oleh pemerintah kabupaten/kota. sedangkan DAK dapat langsung
dimasukkan kepada APBD tingkat kabupaten dan kota. DAK untuk
APBD kabupaten/kota disalurkan melalui dinas/OPD yang
menangani bidang Keluarga Berencana di tingkat kabupaten/ kota.
6. Sumber dana lain yang tidak mengikat, baik dari perorangan atau
organisasi, seperti Corporate Social Responsibility (CSR) yang
berasal dari dunia usaha atau swasta.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 77


3.7. Pembinaan dan Pengembangan
Kegiatan pembinaan dan pengembangan Mekanisme
operasional lini lapangan program Bangga Kencana meliputi
pembinaan dan pengembangan kegiatan: Pertemuan Internal (Staff
Meeting)1, Rakorkec2, Rakordes3, Pembinaan IMP (Pertemuan
Lengkap)4, Pertemuan Pokja Kampung KB5, Pencatatan dan Pelaporan6,
KIE7, serta Pelayanan8. Kegiatan pembinaan dan pengembangan ini
dapat dilakukan secara berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi,
Kabupaten/ Kota, agar visi dan pelaksanaan Program Bangga Kencana
dapat semakin selaras di tingkat lini Lapangan, di seluruh Indonesia.
Pada dasarnya, seluruh rangkaian kegiatan Mekanisme
operasional lini Lapangan dilakukan secara terus menerus sebagai
suatu siklus kegiatan yang berlangsung selama 1 (satu) bulan penuh,
dan kemudian berulang pada bulan berikutnya. Melalui tujuh sampai
delapan (7-8) kegiatan tersebut di atas, apabila dilakukan secara benar,
dengan urutan kegiatan yang benar, serta melibatkan seluruh potensi
yang ada, maka sasaran program Bangga Kencana dapat dicapai
bersama-sama dengan program pemerintah di tingkat kecamatan dan
desa. Mulai dari sasaran bulanan yang telah ditetapkan, baik sasaran
tingkat kecamatan maupun tingkat desa, dapat dicapai dengan sebaik‐
baiknya, hingga pada akhirnya sasaran tahunan dapat juga dicapai
sesuai dengan rencana.

a. Hasil yang diharapkan


Terlaksana dan berkembangnya kegiatan Mekanisme
Operasional Lini Lapangan Program Bangga Kencana di seluruh
wilayah Indonesia, dalam upaya mencapai sasaran program
Bangga Kencana yang telah ditetapkan.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 78


b. Kegiatan
Pembinaan Pelaksanaan Mekanisme Operasional Lini
Lapangan Program Bangga Kencana, khususnya bagi daerah
yang belum melaksanakan Mekanisme Operasional.
c. Pelaksana
Pelaksana* kegiatan Pembinaan/ Pengembangan kegiatan
Mekanisme Operasional Lini Lapangan, dapat dilakukan oleh
• BKKBN
• Perwakilan BKKBN Provinsi
• OPD KB tingkat Provinsi
• OPD KB tingkat Kabupaten/ Kota
• Pengurus dan Pelaksana Program KB tingkat Kecamatan
* Pelaksana disesuaikan dengan peserta/ sasaran pembinaan.

d. Peserta
• Perwakilan BKKBN Provinsi
• OPD KB tingkat Provinsi
• OPD KB tingkat Kabupaten/ Kota
• Pengurus dan Pelaksana Program KB tingkat Kecamatan
• Pengurus dan Pelaksana Program KB tingkat Desa/
Kelurahan

e. Frekuensi
Disesuaikan sesuai hasil monitoring dan evaluasi, dan atau
berdasarkan hasil analisis kebutuhan (needs assessment).

f. Tempat
Disesuaikan sesuai hasil monitoring dan evaluasi, dan atau
berdasarkan hasil analisis kebutuhan (needs assessment).

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 79


3.8. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi (Monev) Mekanisme Operasional Lini


Lapangan Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan
Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dilaksanakan secara rutin dan
berkesinambungan. Kegiatan monev ini dilakukan untuk mengetahui
pelaksanaan keseluruhan kegiatan MEKOP lini Lapangan dan
dampaknya terhadap kemajuan Program Bangga Kencana.
Kegiatan ini meliputi monitoring dan evaluasi: Pertemuan
Internal (Staff Meeting)1, Rakorkec2, Rakordes3, Pembinaan IMP
(Pertemuan Lengkap)4, Pertemuan Pokja Kampung KB5, Pencatatan
dan Pelaporan6, KIE7, serta Pelayanan8 menggunakan Sistem
Monitoring dan Evaluasi MEKOP Lini Lapangan yang bertautan dengan
Sistem Informasi Keluarga (SIGA), guna memonitor keseluruhan
rangkaian kegiatan dan hasil kegiatan program secara berkelanjutan.
Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Mekop
dilaksanakan baik secara langsung maupun tidak langsung:

a. Monitoring Langsung
• Camat melihat pelaksanaan staff meeting, menghadiri
pelayanan, ikut membentuk kelompok‐kelompok kegiatan.
• Camat menghadiri pembentukan Kampung KB di satu desa
atau setingkat.
• Kepala Desa memantau kegiatan BKB, BKR dan BKL
• Kepala UPT menghadiri KIE di tingkat RT.
• PKB/ PLKB memantau pemberian materi khutbah jum’at di
salah satu masjid
• PPKBD mengecek keberadaan akseptor melalui kunjungan
rumah (sebaiknya membawa kartu K/IV/KB dari klinik)

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 80


b. Monitoring Tidak Langsung
• Evaluasi melalui staff meeting, oleh Kepala UPT (atau yang
setara) bersama PKB/ PLKB, dengan melihat perkembangan
Program Bangga Kencana di wilayah kerja.
• Kepala UPT melakukan analisa atas kesesuaian Rencana
Kerja Program Bangga Kencana di wilayahnya.
• Kepala Desa mengevaluasi pada Rakor Desa
• Camat mengevaluasi pada Rakor Kecamatan
• Kepala UPTD Kesehatan memantau ketersediaan
kontrasepsi di Puskesmas juga memantau di Dokter dan
Bidan Praktik Swasta (BPS).
• Monev melalui Aplikasi MONEV MEKOP Lini Lapangan

Demikianlah penjelasan rangkaian mekanisme operasional


Program Bangga Kencana di tingkat kecamatan dan desa pada setiap
bulannya. Perlu diingat kembali, apabila kesembilan langkah tersebut
telah selesai dilaksanakan maka siklus akan kembali lagi kepada
langkah pertama yaitu staff meeting, di mana siklus tersebut berputar
kembali.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 81


Bab IV

bkkbn.go.id | @bkkbnofficial
Bab IV

4.1. Kesimpulan
Buku Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan Program Bangga
Kencana: Bagi Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) dan Kelompok
Kerja (Pokja) Kampung KB disusun sebagai bentuk pembaruan buku
panduan mekanisme operasional yang diterbitkan tahun 2018.
Panduan tersebut menjelaskan penggerakan mekanisme operasional
(MEKOP) di lini lapangan bagi Perwakilan BKKBN Provinsi, kabupaten
dan kota, kecamatan, desa/ kelurahan. Dalam buku ini mekanisme
operasional Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) serta Kelompok Kerja
(Pokja) Kampung KB ditambahkan, mengingat peran IMP perlu
dikuatkan kembali, sementara itu peran Kampung KB telah semakin
besar. Oleh karena itu pedoman Mekop pun tidak bisa hanya sekedar
tambal sulam saja, tetapi ditinjau ulang secara keseluruhan, dan
disusun kembali dengan model yang lebih relevan dan menarik.
Secara umum Panduan Mekop bertujuan untuk memperkuat
pelaksanaan Program Bangga Kencana di lini lapangan, dengan
menggerakkan semua mitra kerja di tingkat pemerintahan daerah,
khususnya di wilayah kecamatan, desa/ kelurahan, dusun/RW/RT
dalam mendukung pencapaian target program Bangga Kencana. Selain
melalui buku pedoman, pembinaan mitra kerja Program Bangga
Kencana diharapkan melibatkan seluruh potensi sumber daya yang ada
– lintas kementerian/ lembaga pemerintah non kementerian,
pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, hingga sektor
swasta – sehingga pelaksanaan program Bangga Kencana dan Kampung
KB dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Salah satu potensi sumber daya keuangan yang ada untuk penggerakan
Kampung KB adalah Alokasi Dana Desa (ADD) dan dana Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR).

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 82


Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 90 tentang
Klasifikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan
dan Keuangan Daerah, telah ikut mengatur pembiayaan mekanisme
operasional lini lapangan di dalamnya. Oleh karena itu, pemanfaatan
dana desa ini perlu didorong lebih jauh oleh jajaran pemangku
kepentingan Program Bangga Kencana, dari tingkat pusat, provinsi,
hingga kabupaten/ kota. Beberapa desa dan Kampung KB telah sukses
memanfaatkan dana-dana ini, dan berhasil mendorong kemajuan desa
atau Kampung KB tersebut. Hal baik ini tentu perlu ditumbuhkan di
lebih banyak tempat lagi, agar kemajuan masyarakat di desa/
kelurahan akan semakin terasa. Selain alokasi Dana Desa dan CSR,
BKKBN sendiri telah menyiapkan Bantuan Dana Operasional KB (BOKB)
untuk penyelenggaraan kegiatan KB di lapangan. Untuk itu perlu
diperhatikan bahwa penyediaan dana-dana ini bagi penggerakan lini
lapangan program Bangga Kencana ini perlu dipastikan sampai kepada
yang berhak sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.

4.2. Harapan
Dalam pelaksanaannya, mekanisme operasional lini lapangan perlu
dimonitoring dan dievaluasi secara berjenjang untuk memastikan
kegiatan pembinaan Program Bangga Kencana di semua tingkatan
terlaksana sesuai dengan perencanaan, tepat sasaran dan tidak
menimbulkan permasalahan dalam pemeriksaan pengawasan. Oleh
karena itu pengembangan metodologi dan teknologi pengawasan
mekanisme operasional lini lapangan perlu segera dipersiapkan dan
dilaksanakan, demi menjawab tantangan masyarakat era 4.0 yang
didominasi oleh milenial dan zilenial.
Pada akhirnya, harapan kami, dengan diterbitkannya Panduan
Mekanisme Operasional Lini Lapangan Program Bangga Kencana ini,
Institusi Masyarakat Pedesaan/ Perkotaan dan Pokja Kampung KB akan
semakin giat dan maju, demi terbentuknya keluarga-keluarga yang
berbahagia, dan tercapainya visi BKKBN bagi Indonesia, penduduk yang
tumbuh seimbang.

Panduan Mekanisme Operasional Lini Lapangan 83


bkkbn.go.id | @bkkbnofficial
Staff Meeting
unduh detail SOP di: s.id/panduanMekop

Pelaksana
No Kegiatan
Ka. UPT / Koord. PKB/PPLKB PLKB/PKB
1 Mengusulkan jadwal & topik staff
meeting

2 Menyepakati jadwal & topik staff


meeting

3 Penjabaran target Progam


BanggaKencana

4 Evaluasi capaian target

5 Merumuskan hasil evaluasi program

6 Menyusun strategi dan rencana


kerja percepatan capaian program

7 Updating perkembangan kebijakan,


strategi, dan informasi lainnya

8 Menetapkan strategi dan rencana


kerja

bkkbn.go.id | @bkkbnofficial A
Rapat Koordinasi Tingkat Kecamatan
unduh detail SOP di: s.id/panduanMekop

Pelaksana
No Kegiatan Peserta Lainnya
Ka.UPT/ Koord. PKB PLKB Camat (Lurah, Mitra
Kerja, dll)
Mengusulkan waktu
1
penyelenggaraan
2 Konfirmasi waktu
penyelenggaraan

3 Menyiapkan draft surat


penyelenggaraan

4 Menandatangani surat
penyelenggaraan

5 Mendistribusikan surat
penyelenggaraan

6 Menerima surat
penyelenggaraan

7 Menyampaikan & membahas


Materi Perkembangan
Program Kecamatan
8 Menyampaikan & membahas
Materi Program
BanggaKencana & Sektor
Lain

9 Menyimpulkan kondisi
perkembangan serta kendala
pelaksanaan program tingkat
kecamatan
10 Menyusun strategi
percepatan pencapaian
program

11 Menetapkan strategi
percepatan pencapaian
program

bkkbn.go.id | @bkkbnofficial B
Rapat Koordinasi Tingkat Desa
unduh detail SOP di: s.id/panduanMekop

Pelaksana
No Kegiatan Kepala Desa/ Peserta Lainnya
PKB/PLKB
Lurah (PPKBD,Mitra Kerja, dll)
1 Mengusulkan waktu
penyelenggaraan

2 Konfirmasi waktu penyelenggaraan

3 Menyiapkan draft surat


penyelenggaraan

4 Menandatangani surat
penyelenggaraan

5 Mendistribusikan surat
penyelenggaraan

6 Menerima surat penyelenggaraan

7 Menyampaikan & membahas


Materi Perkembangan Program
Desa/Kelurahan
8 Menyampaikan & membahas
Materi Program BanggaKencana &
Sektor Lain

9 Menyimpulkan kondisi
perkembangan serta kendala
pelaksanaan program tingkat
desa/kelurahan
10 Menyusun strategi percepatan
pencapaian program

11 Menetapkan strategi percepatan


pencapaian program

bkkbn.go.id | @bkkbnofficial C
Pembinaan IMP (Pertemuan Lengkap)
unduh detail SOP di: s.id/panduanMekop
Pelaksana
No Kegiatan KADER
PLKB/PKB PPKBD SUBPPKBD
POK KB
1 Mengusulkan jadwal pelaksanaan
pembinaan IMP
2 Konfirmasi jadwal pelaksanaan
pembinaan IMP

3 Menetapkan waktu pelaksanaan


pembinaan IMP

4 Menginformasikan waktu pelaksanaan


pembinaan IMP kepada para IMP dan
kader poktan
5 Menyampaikan topik pembahasan
pembinaan IMP (penjabaran target,
perkembangan program, monev, dll)
6 Menyampaikan
informasi/target/momentum terbaru
(update) kepada peserta pertemuan
7 Menyampaikan capaian penggunaan
alat kontrasepsi menurut jenisnya (mix
kontrasepsi)
8 Menyampaikan capaian program
Banggakencana di tingkat desa

9 Menyampaikan capaian/kendala
program Banggakencana di tingkat
rw/dusun dalam 1 bulan
10 Menyampaikan perkembangan
kegiatan dan partisipasi dalam Poktan

11 Merangkum seluruh capaian serta


kendala yang dialami oleh IMP dan
kader poktan, yang telah disampaikan
dalam pembinaan IMP
12 Mendiskusikan rencana teknis
pelaksanaan program Banggakencana
untuk 1 (satu) bulan ke depan

13 Membina dan memotivasi peserta


untuk melaksanakan tugas dan
mencapai target

14 Menetapkan rencana teknis


pelaksanaan program Banggakencana
untuk 1 bulan ke depan

bkkbn.go.id | @bkkbnofficial D
Pertemuan Pokja Kampung KB
unduh detail SOP di: s.id/panduanMekop

Pelaksana
No Kegiatan
PKB/PLKB PPKBD/Sub-PPKBD Ketua Pokja Anggota Pokja
1 Mengkoordinasikan jadwal pertemuan
Pokja
2 Menginformasikan waktu pelaksanaan
pertemuan Pokja kepada PLKB/ PPKBD/
dan Sub-PPKBD
3 Menyampaikan peta sasaran dan rencana
pelaksanaan program Banggakencana
4 Menyampaikan data/ isu/ hasil pengamatan yang
terkait dengan tupoksi masing-masing seksi atau
isu lain yang penting dan menjadi perhatian
masyarakat
5 Merumuskan prioritas masalah Program
Banggakencana di Kampung KB
6 Menyepakati prioritas masalah yang harus
diselesaikan, termasuk Program
Banggakencana
7 Mengajukan rencana kegiatan yang akan
berkontribusi untuk menyelesaikan
masalah
8 Mengintegrasikan kegiatan masing-
masing Poktan ke dalam kegiatan per
seksi
9 Menyepakati usulan kegiatan yang
dituangkan dalam Rencana Kerja
Masyarakat (RKM)
10 Menginformasikan RKM kepada Kepala
Desa/ Lurah

11 Mencatat setiap kegiatan yang dilakukan


menurut seksi

12 Melaporkan kegiatan di dalam website


Kampung KB

13 Melakukan evaluasi terhadap


keterlaksanaan RKM

14 Membuat rencana tindak lanjut hasil


evaluasi

15 Menyetujui rencana tindak lanjut

bkkbn.go.id | @bkkbnofficial E
Pencatatan dan Pelaporan
unduh detail SOP di: s.id/panduanMekop

Pelaksana
No Kegiatan
PKB/PLKB PPKBD SUB-PPKBD KADER POK KB
1 Mendistribusikan formulir
pencatatan dan pelaporan ke setiap
desa binaan
2 Memilih formulir pencatatan sesuai
dengan kelompok kegiatan (poktan)

3 Mendistribusikan formulir
pencatatan dan pelaporan ke
masing-masing poktan
4 Menyiapkan formulir pencatatan

5 Melakukan pencatatan langsung


setelah pelaksanaan kegiatan, sesuai
dengan formulir yang berlaku
6 Melakukan rekapitulasi data
kegiatan dalam satu bulan (akhir
bulan/ tgl 28)
7 Melaporkan hasil pencatatan kepada
PPKBD secara periodik (pada tanggal
1 setiap bulannya)
8 Melaporkan hasil pencatatan kepada
PLKB/PKB/Kepala Desa secara
periodik (pada tanggal 3 setiap
bulannya)
9 Mengevaluasi dan menyetujui
laporan hasil pencatatan
PPKBD/Sub-PPKBD/ Kader Poktan
(pada tanggal 3-5 setiap bulannya)
10 Melaporkan hasil pencatatan melalui
Sistem Informasi Keluarga (SIGA)
secara periodik (pada tanggal 5
setiap bulannya)

bkkbn.go.id | @bkkbnofficial F
Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
unduh detail SOP di: s.id/panduanMekop

Pelaksana
No Kegiatan PPKBD/SUB-PPKBD/
PKB/PLKB MASYARAKAT
KADER
1 Menentukan sasaran KIE

2 Menentukan: 1 materi, 2 metode, dan 3


alat bantu KIE

3 Mengusulkan tempat pelaksanaan KIE

4 Menetapkan tempat pelaksanaan KIE

5 Menemui sasaran KIE

6 Mengucapkan salam, menjelaskan


maksud dan tujuan kedatangan kepada
sasaran KIE, dan melakukan KIE

9 Membuka kesempatan untuk bertanya

10 Menyampaikan pertanyaan

11 Menjawab pertanyaan yang diketahui

12 Menginformasikan tempat rujukan


apabila sasaran membutuhkan
pelayanan lebih lanjut

13 Menutup KIE

14 Mengucapakan terimakasih dan salam

bkkbn.go.id | @bkkbnofficial G
Pelayanan
unduh detail SOP di: s.id/panduanMekop

Pelaksana
No Kegiatan PKB/ PLKB/ PPKBD/ SUB-PPKBD/
MASYARAKAT
KADER POKTAN
1 Mengunjungi tempat pelayanan

2 Menerima sasaran pelayanan


(masyarakat) dan mengucapkan salam
(Selamat pagi/siang/sore/dll)
3 Menanyakan maksud dan tujuan
kedatangan kepada sasaran pelayanan
(masyarakat)
4 Menyampaikan maksud dan tujuan
kedatangan

5 Menentukan pemenuhan kebutuhan


masyarakat

6 Mencatat identitas sasaran pelayanan


capaian program Banggakencana

7 Melakukan pelayanan (KS/ KB/


Kependudukan) sesuai dengan
kapasitas pemberi layanan
8 Membuka kesempatan untuk bertanya

9 Mengajukan pertanyaan

10 Menjawab pertanyaan yang diketahui

11 Menginformasikan tempat rujukan


yang lebih lanjut/ sesuai

12 Memberikan rujukan bila diperlukan

13 Menutup sesi pelayanan dan


mengucapakan terimakasih dan salam

bkkbn.go.id | @bkkbnofficial H
bkkbn.go.id | @bkkbnofficial
BACKCOVER

International Standard Book Number (ISBN)


Katalog Perpustakaan Nasional

978-602-316-234-5
bkkbn.go.id
@bkkbnofficial

s.id/panduanMekop

Anda mungkin juga menyukai