BAB II Final
BAB II Final
BAB II
13
Frans Ceunfin SVD, ed., op.cit., hal. xiii.
13
19
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, op.cit., hal. 455.
2020
Ibid.
16
berhak, dalam persamaan yang penuh, atas pemeriksaan yang adil dan
terbuka oleh peradilan yang bebas dan tidak memihak, dalam penentuan
hak dan kewajibannya serta dalam setiap tuduhan pidana terhadapnya.”
Dalam setiap perampasan kemerdekaan, kebebasan bergerak
seseorang menjadi terbatas. Hak untuk bebas bergerak terdapat pada
Pasal 13 DUHAM, selain hak untuk bebas bergerak, Pasal 13 DUHAM
juga menyebutkan bahwa setiap orang berhak meninggalkan suatu
negara termasuk negaranya sendiri dan berhak kembali ke negara
asalnya.
Kebebasan berpikir, hati nurani dan agama merupakan salah satu hak
yang terdapat dalam DUHAM, hak ini tidak boleh dilanggar. Apabila
seseorang ditangkap dengan alasan pemikirannya atau agamanya maka
penangkapan tersebut sewenang-wenang. Hak kebebasan berpikir, hati
nurani, dan beragama disebut dalam Pasal 18 DUHAM.
Selain kebebasan berpikir, terdapat juga hak atas kebebasan
mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam hak ini termasuk
kebebasan memiliki pendapat tanpa gangguan, dan untuk mencari,
menerima dan menyampaikan informasi dan buah pikiran melalui media
apa saja dan dengan tidak memandang batas-batas (wilayah). Hak ini
disebut dalam DUHAM pada Pasal 19.
Setiap orang juga berhak untuk turut serta dalam pemerintahan
negerinya, baik secara langsung atapun melalui wakil-wakil yang dipilih
dengan bebas, selain itu setiap orang juga berhak atas kesempatan yang
sama untuk diangkat dalam jabatan pemerintahan negerinya. Hak ini
terdapat dalam Pasal 21 DUHAM. Pada Pasal 21 ayat (3) disebutkan juga
bahwa kehendak rakyat harus menjadi dasar kekuasaan pemerintah.
Kehendak ini harus dinyatakan dalam pemilihan umum yang dilaksanakan
secara berkala dan jujur dan yang dilakukan menurut hak pilih yang
bersifat umum dan yang tidak membeda-bedakan, dan dengan
pemungutan suara yang rahasia ataupun menurut cara-cara lain yang
menjamin kebebasan memberikan suara.
17
2121
Cess de Rover, op.cit., hal. 336.
22
Ibid.
19
tertulis atau cetakan, dalam bentuk karya seni atau melalui sarana lain
yang dipilihnya.”
Hak untuk berkumpul secara damai diakui oleh kovenan ini. Hal ini
terlihat pada Pasal 21 yang menyebutkan bahwa “hak untuk berkumpul
secara damai harus diakui.” Pengecualian terhadap hak ini juga diakui,
kalimat kedua dari Pasal 21 menyebutkan
“…tidak ada pembatasan yang dapat dikenakan terhadap
pelaksanaan hak ini, kecuali yang ditentukan oleh undang-undang dan
yang diperlukan dalam suatu masyarakat demokratis demi
kepentingan keamanan nasional atau keamanan umum, atau
ketertiban umum, perlindungan kesehatan atau moral umum, atau
perlindungan atas hak dan kebebasan orang lain.”
Selain hak untuk berkumpul secara damai, kovenan ini juga mengakui
adanya hak untuk berserikat dengan orang-orang lain, termasuk hak untuk
membentuk dan bergabung dengan serikat pekerja. Hak ini diakui
berdasarkan Pasal 22 ayat (1). Pada Pasal 25 disebutkan bahwa:
“Setiap warganegara harus mempunyai hak dan kesempatan,
tanpa pembedaan apapun seperti yang disebutkan dalam Pasal 2 dan
tanpa pembatasan yang tidak wajar untuk:
1. Ikut serta dalam pengaturan semua urusan pemerintahan baik
secara langsung maupun melalui wakil-wakil yang dipilih secara
bebas.
2. Memilih dan dipilih pada pemilihan umum berkala yang bebas
dan dengan hak pilih yang sama dan universal serta diadakan
melalui pemungutan suara secara rahasia, untuk menjamin
kebebasan menyatakan pilihan dari para pemilih.
3. Memperoleh pelayanan pemerintahan di negaranya atas dasar
persamaan dalam arti umum.”
23
Ibid., hal. 224.
24
Ibid.
22
25
Ibid., hal. 226.
23
ketentuan hukum dan oleh para pejabat yang berwenang atau orang yang
diberikan wewenang untuk itu (Body of Principles, Prinsip 2).26
Kata “berwenang” tidak hanya berarti “diberikan wewenang” tetapi juga
harus dipahami sebagai mengacu kepada kecerdasan dan sikap mental
atau fisik dari para petugas penegak hukum dalam keadaan
penangkapan.27 Selain berwenang seorang penegak hukum juga
mempunyai tanggung jawab untuk menjamin penghormatan hak-hak
setiap orang yang ditangkap sesuai dengan hukum.
26
Ibid.
27
Ibid.
24
28
Ibid., hal. 228.
25
29
Ibid., hal. 228-229.
26
30
Supra catatan kaki nomor 8.
27
33
Ibid.
29
Dengan anggota menteri pertahanan dan menteri luar negeri. Hal ini
diatur dalam Pasal 8 undang-undang ini.
The Central Board, dalam melindungi negara dari bahaya,
mempunyai hak untuk mengimplementasikan tindakan-tindakan berikut
melalui perintah yang bersifat terbatas. Tindakan tersebut adalah
melakukan penahanan kepada orang yang melakukan tindakan
tersebut selama 90 hari, penahanan ini dapat diperpanjang sampai
180 hari. Jika diperlukan, pergerakan orang tersebut dapat dibatasi
sampai lebih dari satu tahun. Hal ini diatur dalam Pasal 10 undang-
undang ini.
Dalam kasus yang penahanannya diperkirakan membutuhkan
periode yang lebih lama dari yang disebutkan pada Pasal 10 huruf a
dan pembatasan hak fundamental membutuhkan periode yang
melebihi seperti yang disebutkan dalam Pasal 10 huruf b maka the
Central Board harus mempunyai persetujuan dari kabinet. Kabinet
dapat memberikan persetujuan untuk melanjutkan penahanan atau
pembatasan hak fundamental dari orang yang melakukan tindakan
tersebut untuk periode dari 180 hari sampai dengan tiga tahun. Hal ini
diatur dalam Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 undang-undang ini.
Pada tanggal 9 Agustus 1991, State Law and Order Restoration
Council (SLORC) mengamandemen undang-undang perlindungan
negara, yang diamandemen adalah hak untuk banding pada Pasal 21
dihilangkan, dan maksimum hukuman penjara pada Pasal 14 dan 22
ditambah dari tiga sampai lima tahun.
Komisi Hak Asasi Manusia PBB. Pendirian kelompok kerja ini didasari
oleh Resolusi Komisi Hak Asasi Manusia 1991/42.
Di dalam Lembar Fakta HAM yang diterbitkan oleh Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia Indonesia disebutkan bahwa :
“Komisi Hak Asasi Manusia telah memberi kelompok kerja
sejumlah mandat berikut ini:
1. Menyelidiki kasus-kasus penahanan yang dilakukan secara
sewenang-wenang atau tidak konsisten dengan standar-standar
internasional yang relevan sesuai dengan yang dinyatakan dalam
DUHAM atau dalam instrumen legal internasional yang relevan dan
diterima oleh negara-negara yang bersangkutan apabila keputusan
final belum diambil terhadap kasus-kasus tersebut oleh pengadilan
domestik sesuai dengan hukum domestik;
2. Mencari dan menerima informasi dari pemerintah dan organisasi
antarpemerintah dan organisasi nonpemerintah (ornop), dan
menerima informasi dari individu yang bersangkutan, keluarga
mereka atau wakil mereka;
3. Menyajikan laporan komprehensif kepada komisi pada siding
tahunannya.
Kelompok Kerja untuk Penahanan Sewenang-wenang merupakan
satu-satunya mekanisme yang tidak berdasarkan perjanjian (non-
treaty-based mechanism) yang mandatnya adalah mempertimbangkan
keluhan individual dengan cepat. Ini berarti bahwa tindakan mereka
didasarkan pada hak individual untuk mengemukakan petisi di mana
pun di dunia ini.”34
Kelompok kerja ini terdiri dari lima orang ahli independen yang ditunjuk
setelah berkonsultasi dengan ketua Komisi Hak Asasi Manusia dengan
pertimbangan kriteria kesetaraan distribusi geografis dalam kepengurusan
yang diberlakukan di PBB. Sidang pertama kelompok kerja ini diadakan
pada September 1991. Mandat kelompok kerja diperluas oleh Komisi Hak
Asasi Manusia setiap tiga tahun. Pada setiap awal mandat tiga tahunan,
para anggota kelompok kerja memilih ketua dan wakil ketua.
Untuk memungkinkan kelompok kerja melaksanakan tugas-tugasnya
dengan menggunakan kriteria yang cukup ketat, kelompok ini mengadopsi
kriteria yang bisa diterapkan dalam menimbang kasus-kasus yang
diajukan kepadanya. Kelompok kerja mengacu pada ketentuan-ketentuan
34
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, op.cit., hal. 453-454.
31
35
Ibid.
32
Tidak hanya sekali opini yang dikeluarkan oleh working group ini,
melainkan sebelum-sebelumnya the United Nations Working Group for
Arbitrary Detention telah mengeluarkan opini bahwa penahanan Aung San
Suu Kyi adalah sewenang-wenang. Namun, hal ini tidak ditanggapi oleh
pemerintah Myanmar.