Anda di halaman 1dari 43

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : Ny.W

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 41 thn

No RM : 0001759556

Pendidikan terakhir : SLTA

Pekerjaan : Guru TK

Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Sunda

Status Marital : Menikah

Alamat : Haurpanggung rt/rw 02/04 Tarogong Garut

Ruang : Adenium

Tanggal maasuk RS : 24 April 2019

Tanggal Pengkajian : 06 Mei 2019

Diagnosa Medis : Skizofrenia Hebefrenik

Identitas Penanggung Jawab (Informan)

Nama : Ny.S

Umur : 61 tahun
Hubungan dengan klien : Ibu Pasien

2. Alasan Masuk

Sejak 3 bulan SMRS pasien tidak mau minum obat secara teratur,

kadang mengurangi dosis obat yang biasa diminumnya, yaitu Seroquel

200mg 1x1 tablet, menjadi 1x1/2 atau sama sekali tidak meminum obatnya

dengan alasan bosan.

Sejak 2 bulan SMRS pasien tampak mudah kesal dan mengatakan

bahwa hanya dirinya yang peduli pada ayahnya yang sedang sakit prostat,

sementara pasien tidak punya uang yang cukup untuk membelikan obat untuk

ayahnya , pasien juga tampak lebih bersemangat berkunjung ke rumah-rumah

keluarga yang biasanya tidak pernah dikunjungi, pasien masih bisa tidur,

makan, dan minum baik.

Sejak 1 minggu SMRS pasien tampak gelisah, marah-marah,

mencekik dan menendang tetangganya, memecahkan kaca, membuka

genteng, pasien juga banyak bicara, bicara tidak nyambung, kadang bicara

sendiri,senyum sendiri, tiba-tiba menari atau menangis sendiri tanpa alasan

yang jelas, pasien mengatakan dirinya diperkosa oleh jin dan semua orang

berniat jahat terhadap pasien.

Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 06 April 2019 alasan pasien

masuk RSHS pasien mengatakan obatnya dikurangi dosisnya karena merasa

sudah sembuh bahkan tidak minum obat kemudian pasien mengatakan

melempar batu ke kaca rumah tetangganya dan ngamuk karena kesal kepada
suaminya karena terus menyuruh untuk menminum obat kemudian sodaranya

membawa pasien ke RS Slamet Garut kemudian dirujuk ke RS Jiwa Cisarua

lalu pas nyampe RSJ Cisarua pasien ngamuk tidak mau keluar dari mobil dan

tidak mau dirawat lagi di RSJ Cisarua karena sudah janji pada dokter

sebelumnya bahwa pasien tidak akan dirawat di RSJ Cisarua lagi dan

kebetulan ruangan di RSJ Cisarua penuh kemudian pasien dibawa ke RS

Dustira dan dari RS Dustira dirujuk ke RSHS karena pasien mengalami

anemia.

Pada saat di IGD RSHS pasien mengamuk, banyak bicara dan

memarahi semua keluarganya termasuk dokter juga di bentak-bentakoleh

pasien, kemudian pasien di pindahkan ke ruang rawat inap Adenium. Pada

saat di ruang Adenium pasien banyak bicara, suara keras, pandangan tajam

dan pasien mengatakan kalo teman diruangannya berisik pasien suka

memarahinya dan juga pasien mengatakan sesekali ingin memukuli

temannya, pasien terlihat tidak rapi, kuku panjang dan mengatakan belum

gosok gigi dan belum keramas.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu

Keluarga mengatakan pasien mengalami gangguan jiwa sejak tahun 1995

faktor pencetusnya marah-marah merusak barang karena disebut orang

stres oleh temannya dan merasa tersinggung saat ditegur oleh guru
mengajinya karena tidak membawa kitab. Pasien pernah dirawat di RS

Hurip Waluya 3 kali tetapi keluarga lupa tahunnya, dan juga pernah di

rawat di RSJ Cisarua 1 kali pada tahun 2016. Selanjutnya pasien berobat

jalan di RSU Dr. Slamet Garut, obatnya yang terakhir kontrol yaitu obat

Seroquel 3x1 tetapi pasien sering mengganti dosis sendiri dengan

meminum 1x sehari dan pasien jarang meminum obatnya.

b. Pengobatan sebelumnya

Kurang berhasil karena pasien tidak patuh minum obat

4. Faktor Predisposisi dan Presipitasi

a. Aniaya fisik

Pasien mengatakan pernah menjadi pelaku kekerasan dengan cara

mencekik dan menendang tetangganya yang tidak salah apa-apa.

b. Penolakan

Pasien mengatakan pernah dikatain orang stress oleh temannya karena

terlambat dan mudah tersinggung ketika ditegur oleh guru mengajinya

karena tidak membawa kitab lalu pasientidak terima.

c. Kekerasan dalam keluarga

Pasien pernah menjadi pelaku karena memarahi dan menyiksa anaknya

karena menurut pasien anaknya belum sholat tanpa ditanyakan terlebih

dahulu.

Masalah Keperawatan: Resiko perilaku kekerasan


d. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami

gangguan jiwa.

e. Genogram

Keterangan
X
: Laki-laki :Perempuan meninggal

X
: Perempuan : Laki-laki meninggal

: Pasien : Tinggal serumah

Pasien tinggal serumah dengan orangtuanya, kakak tirinya, adik

bungsunya, suami dan anak-anaknya, pasien diasuh oleh ibunya, komunikasi


pasien dengan keluarganya sangat baik dan tidak ada perasaan iri dengan

kakak tirinya.

f. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

1) Kehilangan: pasien mengatakan merasa kehilangan dan sedih karena

guru mengajinya meninggal pada tahun 2010

2) Kegagalan: pasien mengatakan gagal dalam sekolah karena pada saat

kuliah belum tamat sampai sekarang karena sering keluar masuk RSJ

3) Trauma selama tumbuh kembang

a) Masa kanak-kanak

Pasien masuk SD umur 8 tahun dan setelah 3 bulan masuk SD pasien

dipindahkan sekolahnya karena temannya suka bercanda dan suka

memarahi pasien karena belum mempunyai teman.

b) Masa remaja

Pada awal masuk SMA pasien merupakan anak yang rajin dan pintar

oleh sebab itu pasien sering disuruh menjelaskan isi kitab di depan

banyak orang tapi pasien tidak mempunyai teman akrab dan pasien

pernah dikatain orang stres pada saat pasien terlambat sekolah pada

saat itu pasien menjadi diam.

Masalah keperawatan : Kehilangan dan Kegagalan

g. Riwayat penyakit fisik di masa lalu

Pasien mengatakan belum pernah di rawat di RS dengan penyakit fisik.


5. Pemeriksaan Fisik

a. Tanda-Tanda Vital

Tekanan Darah : pada saat duduk: 110/70 mmHg

pada saat berdiri: 110/80 mmHg

Nadi : 88x/menit

Respirasi : 20x/menit

Suhu : 36.0 C

b. Ukuran

BB: 55kg

TB: 155cm

BMI: 24.44

c. Keluhan Fisik

Tidak ada

d. Pemeriksan Fisik Persistem

1) Sistem integumen

Kulit kering, tidak terdapat lesi, pada saat di palpasi tidak ada edema,

kulit teraba hangar, turgor kulit elastis, kuku tangan dan kaki panjang

dan kotor, warna rambut berwarna hitam, rambut sedikit acak-acakan,

lengket dan bau.

2) Sistem kardiovaskuler

Akral hangat, konjungtiva anemis, CRT<2 detik,pulsasi denyut nadi

teraba kuat, irama denyut nadi teratur, denyut nadi teratur, nadi
88x/menit. Tekanan darah pada saat posisi duduk 110/70 mmHg, saat

posisi tidur 110/80 mmHg, tidak ada peningkatan vena juguralis.

3) Sistem respirasi

Bentuk hidung simetris tidak terdapat sianosis pada bibir, tidak

terdapat pernapasan cuping hidung, tidak terdapat sekret, tidak terdapat

penggunaan otot bantu pernapasan,bentuk dada simetris, tidak terdapat

adanya retraksi dada, ekspansi paru simetris, frekuensi napas

20x/menit

4) Sistem endokrin

Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid dan paratiroid

5) Sistem perkemihan

Tidak terdapat adanya distensi kandung kemih, tidak ada keluhan BAB

dan BAK

6) Sistem pencernaan

Warna bibir merah muda kecoklatan, mukosa bibir lembab, gigi

terlihat kotor karena belum gosok gigi, lidah berwarna merah muda,

tidak terdapat hipersalivas, skelra tidak ikterik, abdomen cembung

dengan kontur kasar, bising usus 9x/menit, tidak terdapat nyeri tekan

pada kuadaran 1-4.

7) Sistem persarafan

a) Nervus I (Olfaktorius)

Tidak terkaji.
b) Nervus II (Optikus)

Fungsi ketajaman penglihatan pasien tidak mengalami

gangguan,pasien dapat membaca name tag perawat dan bisa

membaca tulisan kecil di tv.

c) Nervus III (Okulomotoris), IV (Trochlearis), VI (Abducen)

Pasien mampu menggerakan bolamatanya kesegala arah yaitu

kebawah, atas, dan samping. Pupil kontriksi saat diberi cahaya,

pupil isokor.

d) Nervus V (Trigeminus)

Fungsi mengunyah pasien baik, pergerakan otot masetter dan

temporalis saat mengunyah baik tetapi otot rahangnya terlihat

kaku.

e) Nervus VII (Facialis)

Pasien dapat mengkerutkan dahi dan tersenyum dengan kedua bibir

dengan simetris.

f) Nervus VIII (Auditorius)

Pasiendapat mengulangi dan menjawab semua pertanyaan perawat.

g) Nervus IX (Glosofaringeus)

Pasien dapat membedakan rasa pahit dan manis.

h) Nervus X (Vagus)

Refleks menelan pasien baik.

i) Nervus XI (Assesorius)
Pasien dapat mengangkat bahu kanan dan kiri

j) Nervus XII (Hipoglosus)

Pasien dapat menggerakan lidah dan menjulurkannya kearah

samping kiri,kanan dan depan.

8) Sistem muskuloskeletal

a) Ekstremitas atas

Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas atas simetris, pergerakan

ROM kedua ekstremitas bebas kesegala arah, tidak terdapat nyeri

pada daerah persendian dan tulang, tidak terdapat deformitas,

tidak terdapat atrofi otot, kekuatan otot ekstremitas atas 5/5,

refleks bisep ++/++, trisep ++/++, tidak terdapat tremor.

b) Ekstremitas bawah

Bentuk dan ukuran kedua ekstremitas atas simetris, pergerakan

ROM kedua ekstremitas bawah bebas kesegala arah, tidak

terdapat nyeri pada daerah persendian dan tulang, tidak terdapat

deformitas, tidak terdapat atrofi otot, kekuatan otot ekstremitas

bawah 5/5, refleks patela ++/++, tidak terdapat tremor.

e. Bagaimana pola aktivitas kehidupan sehari-hari sebelum di RS dan

selama di rawat

No ADL Sebelum di RS Selama dirawat

1. - Makan
Frekuensi 3x1 porsi habis 3x1 porsi

Jenis Nasi, tahu, tempe, sayuran Nasi, lauk pauk

Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

- Minum

Frekuensi 4 gelas/ hari 5 gelas/ hari

Jenis Air putih, teh Air putih

Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

2. - Eliminasi BAB

Frekuensi 2x sehari 1x sehari

Warna Kuning Kuning

Bau Khas BAB Khas BAB

Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

- Eliminasi BAK

Frekuensi 6x sehari 5x sehari

Warna Kuning jernih Kuning jernih

Bau Khas BAK Khas BAK

Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

3. Istirahat tidur Tidur siang 1 jam , tidur Tidur siang 1-2 jam, tidur

malam 6 jam malam 6 jam

4. Aktivitas Membantu orang tua jualan , Nonton TV

beres beres
5. Personal hygene Mandi 2xsehari Mandi 1x sehari

Gosok gigi 2x sehari Belum gosok gigi

Keramas 2x sehari Belum keramas

Potong kuku jika terlihat Kuku terlihat panjang dan

panjang kotor

6. Psikososial

a. Konsep Diri

1) Gambaran Diri

Pasien merasa dirinya baik. Pasien paling menyukai bagian tubuhnya

yaitu tangan karena kalo punya cincin dipakai dijari dan menjadikan

tangannya lebih bagus.

2) Identitas

Pasien mengatakan bahwa dirinya perempuan, pasien adalah anak ke 3

dari 7 bersaudara. Pasien merasa puas dengan dirinya karena sering

membantu orangtuanya ketika dirumah.

3) Peran

Pasien sebagai ibu dari 2 orang anak dan pasien mengatakan tugas

seorang ibu adalah mendidik anaknya dan patuh terhadap suami, namum

pasien mengatakan kurang maksimal dalam mengasuh anaknya ketika

pasien di Rumah Sakit.


4) Ideal Diri

Pasien mengatakan harapannya sekarang hanya ingin segera pulang dan

mengurus kedua anaknya karena sudah hampir 10 haritidak mengurus

anaknya.

5) Harga Diri

Pasien seorang guru TK dan selalu akrab dengan masyarakat serta merasa

selalu dihormati.

Masalah Keperawatan:

b. Hubungan Sosial

1) Orang yang berarti

Pasien mengatakan mama adalah sesosok yang sangat berarti.

2) Peran serta dalamkegiatan kelompok/ masyarakat

Pasien mengatakan selalu mengikuti kegiatan di masyarakat seperti

pengajian dan beres-beres mesjid.

3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Tidak ada hambatan dalam bersosialisasi bersama orang lain karena

sangat akrab dengan masyarakat

Masalah Keperawatan: -

c. Spiritual

1) Nilai dan keyakinan

Pasien mengatakan bahwa penyakitnya ini datangnya dari Allah SWT dan

pasien yakin dengan adanya Allah dan selalu berdoa kepada Allah SWT.
2) Kegiatan ibadah

Pasien mengatakan selalu melaksanakan ibadah sholat 5 waktu tanpa

terlewati, dan terlihat bahwa pasien rajin melaksanakan sholat 5 waktu.

Masalah Keperawatan :-

7. Status Mental

a) Penampilan

Pada saat dikaji cara berpakaian pasien sesuai dengan fungsinya namun

kurang rapih, gigi kotor, belum mandi, belum keramas, kuku terlihat panjang

dan kotor.

Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri

b) Cara bicara

Pada saat pengkajian cara bicara pasien cepat, intonasi bicara keras, pasien

mau menjawab pertanyaan yang dilontarkan perawat.

Masalah Keperawatan: Resiko perilaku kekerasan

c) Aktivitas Motorik

Pada saat pengkajian aktivitas pasien agitasi atau selalu mondar-mandir tidak

jelas, gelisah seperti menunggu sesuatu dan terkadang di lain hari aktivtas

pasien sesuai.

Masalah Keperawatan: Resiko perilaku kekerasan

d) Suasana hati
Pada saat pengkajian pasien mengatakan saya sedang gembira sambil tertawa

berlebihan.

Masalah Keperawatan: Gembira berlebihan

e) Afek

Pasien menunjukan afek labil, emosi pasien labil karena ketika perawat

sedang berbicara dengan pasien selalu bergembira dan ketika pasien lain

bertanya kepadanya pasien langsung marah-marah.

Masalah Keperawatan: Resiko perilaku kekerasan

f) Interaksi selama wawancara

Pada saat perawat melontarkan pertanyaan kepada pasien, pasien mau

menjawab dengan benar dan sesuai namun terkadang bermusuhan.

Masalah Keperawatan: Resiko perilaku kekerasan

g) Persepsi

Pada saat ditanyakan apakah pasien mendengar atau melihat sesuatu dan

pasien mengatakan tidak pernah mendengarkan suara atau melihat yang aneh.

Masalah Keperawatan: -

h) Proses pikir

Proses pikir pasien yaitu sirkumtansial karena pasien bisa menangapi dan

menjawab satu pertanyaan dengan baik walaupun berbelit-belit tetapi sampai

pada tujuan.

Masalah Keperawatan: -
i) Isi pikir

Pasien mengatakan bahwa yang dibicarakannya semuanya benar dan sudah

terlihat apa yang dibicarakan pasien sesuai dengan yang di bicarakan pasien.

Masalah Kperawatan: -

j) Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran pasien sesuai karena pasien tahu bahwa dirinya berada di

RS Hasan Sadikin Bandung di ruang Adenium dan mengetahui hari pada saat

pengkajian dan juga waktunya.

Masalah Kperawatan : -

k) Memori

Pasien dapat mengatakan baru saja makan dan minum obat, pasien juga dapat

mengingat kejadian kemarin, pasie juga mengingat pertama kali pasien

masuk ke Rumah Sakit

Masalah Keperawatan : -

l) Tingkat Konsentrasi dan berhitung

Pasien dapat menjawab pertanyaan dari perawat dan ketika ada orang yang

baru konsentrasi pasien beralih, dan ketika pasien disuruh berhitung mundur

dari 20-1 pasien dapat melakukannya

Masalah Keperawatan : Mudah beralih

m) Kemampuan penilaian
Ketika dikasih pilhan antara minum alkohol dengan minum syrup ABC, dan

pasien memilih minum syrup ABC karena minum alkohol haram tidak

diperbolehkan.

Masalah Keperawatan : -

n) Daya tilik diri

Pasien mengatakan menyadari penyakitnya dan mengetahui bahwa pasien

sedang dirawat di RS namun terkadang pasien mengingkari penyakit yang di

deritanya dengan mengatakan bahwa dirinya tidak sakit.

Masalah Keperawatan: -

8. Kebutuhan Persiapan Pulang

Persiapan kebutuhan pulang

a. Makan

Frekuensi makan 3x/hari, porsi makan cukup pada saat makan pasien

menundukan kepala danmakan tanpa bantuan serta dapat membereskannya

setelah selesai.

Masalah Keperawatan: -

b. BAB / BAK

Frekuensi BAK ± 6x/hari secara mandiri, BAB frekeunsi 1x/hari tanpa

bantuan dan mampu kekamar mandi sendiri dan membersihkannya sendiri.

Masalah Keperawatan: -
c. Mandi

Pasien mandi 1x/hari, memakai sabun dan terkadang pasien tidak menggosok

gigi, keluarga mengatakan suka menyuruh sambil gosok gigi dan pasien

hanya mengangguk saja dan harus selalu diingatkan.

Masalah Keperawatan : Bantuan minimal

d. Berpakaian / berhias

Pasien mampu menggunakan pakaian sendiri, pakaian yang digunakan sesuai

walaupun tidak rapi

Masalah Keperawatan : -

e. Istirahat dan tidur

Pasien terbiasa tidur siang, pasien tidur malam selama 7 jam.

Masalah Keperawatan : -

f. Penggunaan obat

Pasien meminum obat secara teratur karena pasien telah mengetahui

waktunya minum obat, dan keluarga mengatakan ketika pasien sudah merasa

bosen minum obat keluarga selalu membujuknya agar pasien minum obat.

Masalah Keperawatan : Bantuan minimal

g. Pemeliharaan kesehatan

Pasien sudah mengetahui bahwa setelah keluar dari rumah sakit pasien harus

kontrol sesuai dengan jadwal yang diberikan.

Masalah Keperawatan : -
h. Kegiatan di dalam rumah

Pasien mengatakan ketika di rumah sering menyiapkan makanan untuk

keluarga dan selalu mencuci pakaian punya orangtuanya, suaminya dan

anaknya.

Masalah Keperawatan : -

i. Kegiatan di luar rumah

Pasien mengatakan apabila pergi keluar hanya bekerja sebagai guru dan juga

mengantarkan pesenan orang lain kerumahnya.

Masalah Keperawatan : -

9. Mekanisme Koping

Mekanisme koping pasien maladaptif yaitu pasien selalu memendam

masalahnya dan ketika sudah tidak tahan memendamnya pasien suka

mencelakai dirinya, anaknya dan disekitar lingkungannya.

Masalah Keperawatan: Resiko perilaku kekerasan

10. Masalah Psikososial

a. Masalah dukungan dengan kelompok

Pasien mengatakan mendapat dukungan dari keluarga dan masyarakat tetapi

pasien selalu memendam masalahnya sendiri.

b. Masalah dengan pendidikan

Pasien mengatakan lulusan SMA dan melanjutkan kuliah hanya sampai

semester 10 karena harus bulak balik RS.


c. Masalah dengan pekerjaan

Pasien bekerja sebagai guru TK, setelah keluar dari RumahSakit pasien akan

berhenti menjadi guru dan akan membantu ibunya produksi kerupuk

danjualan kerudung.

d. Masalah dengan perumahan

Pasien mengatakan ingin cepat pulang karena kangen anaknya dan suasana

rumahnya.

Masalah keperawatan : Resiko perilaku kekerasan

11. Pengetahuan Kurang Tentang

Pasien mengetahui tentang sakit yang dideritanya saat ini namun terkadang

mengingkari, pasien kurang pengetahuan tentang cara mengontrol amarah

dan pentingnya minum obat

12. Aspek Medik

a. Diagnosa Medik

Skijofrenia Hebefrenik

b. Terapi Medik

Nama Obat Rute Dosis Pagi Siang Malam

Halloperidol PO 2x5mg 08.00 - 20.00

Trihexypenidil PO 2x2mg 08.00 - 20.00


Sangobion PO 1x1 08.00 - -

13. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DO : Faktor Presipitasi Risiko perilaku

- pasien sering (putus obat Serequel) kekerasan/ perilaku

mondar mandir kekerasan

dan sering Mempengaruhi SSP

berdiam diri di

kursi sembari Neurotransmitter

sesekali melihat terganggu

orang dengan mata

tajam Mesolimbik

- cara bicara cepat

dan keras Dopamin kostisol

- tatapan mata tajam Endorfin Serotonin

- afek labil

DS : Mempengaruhi

- Pasien Amigdala

mengatakan kalo

teman yang ada Perubahan emosi


NO DATA ETIOLOGI MASALAH

diruangannya

berisik pasien suka Timbul gejala postif

memarahinya perilaku kekerasan

- Pasien

mengatakan Mudah marah

sesekali ingin

memukuli Risiko Perilaku

temannya Kekerasan

2 DO: Faktor Presipitasi Defisit Perawatan

(putus obat Serequel) Diri


- Pakaian pasien

terlihat sesuai
Mempengaruhi SSP
namun tidak rapi

- Kuku terlihat
Neurotransmitter
panjang dan kotor
terganggu
DS:

- Pasien
Mesolimbik
NO DATA ETIOLOGI MASALAH

mengatakan belum

mandi dan belum Dopamin kostisol

keramas Endorfin Serotonin

- Pasien

mengatakan belum Mempengaruhi aspek

sikat gigi psikologis timbul gejala

negatif

Mempengaruhi aktivitas:

malas melakukan

perawatan diri

Tampak tidak rapi

Defisit Perawatan Diri

2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko Perilaku Kekerasan

2. Defisit Perawatan Diri


3. Rencana Asuhan Keperawatan

Rencana Asuhan Tindakan Keperawatan Klien dengan Risiko Perilaku kekerasan

Nama klien : Ny.W Dx Medis : Skizofrenia Hebefrenik

No. Medrek : 0001759556 Ruang :Adenium

No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1 Risiko Pasien mampu: Setelah 2 x SP1 1. Dengan

perilaku 1. Mengidentifikasi pertemuan pasien 1. Identifikasi mengidentifikasi

kekerasan penyebab dan tanda mampu : penyebab, lebih mudah untuk

perilaku kekerasan 1. Menyebutkan tanda, gejala perencanaan yang

2. Menyebutkan jenis penyebab, dan akibat PK akan dilakukan

perilaku kekerasan yang tanda, gejala 2. Latih cara fisik 2. Tarik nafas

pernah dilakukan dan akibat PK 1: membantu pasien

3. Menyebutkan akibat dari 2. Memperagaka Tarik nafas agar lebih relaks


No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

perilaku kekerasan yang n cara fisik 1 dalam

dilakukan untuk masukkan

4. Menyebutkan cara mengontrol dalam jadwal

mengontrol PK harian pasien

5. Mengontrol PK secara:

a. Fisik

b. Sosial/ verbal

c. Spiritual

d. Terapi Psikofarmako

(patuh obat)

Setelah 1x pertemuan SP 2 1. Dengan

pasien mampu: 1. Evaluasi mengevaluasi


No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1. Menyebutkan kegiatan yang kegiatan

kegiatan yang lalu (SP 1) sebelumnya pasien

sudah 2. Latih cara dapat cepat

dilakukan fisik 2: mengontrol prilaku

2. Memperagaka a. Pukulkasu kekerasannya

n cara fisik r/bantal 2. Latihan cara fisik

untuk b. Masukkan ini untuk

mengontrol dalamjad menyalurkan rasa

kekerasan wal harian marah pasien

pasien

Setelah 1x pertemuan SP 3 1. Dengan

pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan mengevaluasi


No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1. Menyebutkan yang lalu (SP 1 kegiatan

kegiatan yang dan 2) sebelumnya pasien

sudah 2. Latih secara dapat cepat

dilakukan sosial/verbal: mengontrol prilaku

2. Memperagaka a. Menolak kekerasannya

n cara sosial dengan baik 2. Agar pasien dapat

verbal untuk b. Meminta melatih sosial/

mengontrol dengan baik verbal dengan baik

kekerasan c. Mengungkapk tanpa marah-marah

an dengan

baik

d. Masukan
No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

dalam jadwal

harian pasien

Setelah 1x pertemuan SP 4 1. Dengan

pasien mampu: 1. Evaluasi kegiatan mengevaluasi

1. Menyebutkan yang lalu (SP 1, 2 kegiatan

kegiatan yang dan 3) sebelumnya pasien

telah 2. Latih cara dapat cepat

dilakukan spiritual: mengontrol prilaku

2. Memperagaka a. Berdoa kekerasannya

n cara b. Sholat 2. Agar pasien

spiritual c. Masukan tampak tenang jika

dalam jadwal dilatih spiritualnya


No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

kegiatan

pasien

Setelah 1x pertemuan SP 5 1. Dengan

pasien mampu: 1. Evaluasi mengevaluasi

1. Menyebutkan kegiatan yang kegiatan

kegiatan yang lalu (SP 1,2,3 sebelumnya pasien

sudah dan 4) dapat cepat

dilakukan 2. Latih patuh mengontrol prilaku

2. Memperagaka obat kekerasannya

n cara patuh a. Minum 2. Agar pasien patuh

obat obat minum obat dan

secara tidak terjadi putus


No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

teratur obat kembali

dengan

prinsip 5B

b. Masukan

dalam

jadwal

kegiatan

pasien

2 Defisit Tujuan umum : klien Setelah 1 x SP1: SP1:

Perawatan mampu melakukan pertemuan klien 1. Identifikasi 1. Untuk

Diri perawatan diri dan mampu : - Kebersiha mengidentifikasi

berhias 1. menjelaskan n diri kebersihan diri,


No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

Tujuan khusus : pentingnya: - Berdandan berdandan,

1. melakukan kebersihan a. kebersihan - Makan makan,

diri secara mandiri diri - BAK/ BAB/BAK

2. melakukan kebersihan b. berdandan/ BAB pasien

dan berdandan secara erhias 2. Jelaskan 2. Agar pasien

baik c. makan pentingnya mengetahui

3. melakukan d. BAK/BAB kebersihan diri kebersihan diri

makan,menyiapkan e. Mampu 3. Jelaskan alat dan itu penting

makan dengan baik melakukan kebersihan diri 3. Untuk

4. melakukan BAB/BAK perawatan diri 4. Masukan dalam melatih/menging

secara mandiri jadwal kegiatan at apa yang

pasien sudah dibimbing


No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

SP2: SP2:

1. Evaluasi 1. Untuk mengetahui

kegiatan yang apa klien dapat

lalu SP1 melanjutkan SP

2. Jelaskan yang selanjutnya

pentingnya atau tidak

berhias 2. Untuk menambah

3. Latih cara pengetahuan

berhias pasien bahwa

berpakaian, berhias sangat

menyisir penting

rambut, 3. Melatih yang


No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

bercukur sudah dianjurkan

4. Masukan 4. Untuk melatih/

dalam jadwal mengingat

kegiatan kegiatan yang

sudah dilakukan

SP3: SP3:

1. Evaluasi 1. Mengetahui

kegiatan yang apakah klien bisa

lalu SP1, SP2 lanjut ke sp

2. Jelaskan cara selanjutnya

dan alat makan 2. Agar pasien bisa

yang benar mengetahui dan


No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

 Jelaskan melakukannya

cara dengan baik dan

mempersia rapi

pkan

peralatan

makan

 Jelaskan

cara

merapihka

n peralatan

makan

 Praktek
No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

makan

sesuai

tahapan

makan

yang baik

 Latih

kegiatan

makan

 Masukan

dalam

jadwal

kegiatan
No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

pasien

SP4: SP4

1. Evaluasi 1. Mengetahui

kegiatan yang apakah klien bisa

lalu sp1, sp2, menyebutkan SP

sp3 sebelumnya

2. Latih cara 2. Agar pasien bisa

BAB/BAK menepakan diri

yang baik dalam BAB/BAK

3. Jelaskan 3. Dijelaskan tempat

tempat BAB,BAK sesuai

BAK/BAB atau tidak


No Dx. Perencanaan

keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

yang sesuai 4. Menjelaskan

4. Jelaskan cara bahwa

membersihkan membersihkan

diri setelah setelah BAB/BAK

BAB/BAK penting

4. Implementasi dan Evaluasi


B. Pembahasan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Ny.W dengan resiko perilaku

kekerasan akibat skizofrenia hebefrenik di Ruang Adenium RSUP Dr.Hasan

Sadikin Bandung, penulis melakukan asuhan keperawatan melalui tahap

pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi. Penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus

pada proses keperawatan, penulis juga mengalami beberapa hambatan selama

proses berlangsung. Oleh karena itu penulis akan membahas kesenjangan dan

kesamaan teori pada kasus selama melakukan asuhan keperawatan pada Ny.W,

diantaranya:

1. Pengkajian

Selama penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny.W

selama 6 hari di Ruang Adenium RSUP Dr.Hasan Sadikin Bandung, pasien

masuk ke rumah sakit pada tanggal 24 April 2019 dengan alasan masuk

melempar batu ke kaca rumah tetangganya dan merasa kesal kepada

suaminya karena terus menyuruh untuk minum obat.

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 06 Mei 2019, pasien

mengatakan dibawa ke rumah sakit karena mengurangi dosis obat merasa

sudah sembuh dan suami saya menyuruh terus untuk minum obat

kemudian pasien melempar batu ke kaca rumah tetangganya, pasien

menunjukan tanda-tanda resiko perilaku kekerasan seperti nada bicara


keras, banyak bicara, agitasi, tertawa berlebihan karena pasien mengatakan

harus bahagia, bicara pasien berbelit-belit.

Dari tanda gejala yang timbul dari pasien tersebut menunjukan adanya

resiko perilaku kekerasan. Hal ini sesuai dengan teori dari Damaiyanti

(2012) bahwa perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang

dapat melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Tanda gejala

perilaku kekerasan pada Ny.W sesuai dengan yang diungkapkan oleh

Dermawan (2013) antara lainnada bicara keras, banyak bicara, tatapan

tajam, mengatakan suka ingin memarahi orang lain, mengatakan sesekali

inginmemukuli temannya di ruangan, afek labil, dan agitasi.

Pasien mengalami tanda gejala Skizofrenia Hebefrenik antara lain

mengalami jalan pikiran yang kacau, mood yang tidak teratur, sehingga

berdampak pada pengumpulan data masa lalu yang dilihat dari reka medis

pasien. Adapun faktor terjadinya perilaku kekerasan yaitu pada saat Ny.W

masuk SMA pasien sering di bully dan membuat respon emosional pasien

tidak sesuai. Hal ini sesuai dengan teori Kaplan (2010) bahwa skizofrenia

hebefrenik ditandai dengan respon emosinalnya tidak sesuai.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua pada proses

keperawatan yang dilakukan setelah pengkajian. Diagnosa keperawatan

menurut NANDA (2017) ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi

data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan pasien. Diagnosis


keperawatan memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan

pasien yang nyata (aktual) dan kemungkinan akan terjadi, dimana

pemecahannya dapat dilakukan dalam batas wewenang perawat.

Pada kasus Skizofrenia Hebefrenik ini diagnosa yang kemungkinan

muncul berdasarkan

3. Intervensi

Perencanaan yang dibuat oleh penulis adalah untuk mengatasi diagnosa

keperawatan perilaku kekerasan melalui pendekatan asuhan keperawatan

jiwa, diantaranya untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Perencanaan yang dibuat mengacu kepada Standar Asuhan Keperawatan

(SAK).

Adapun intervensi dari diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan

tebagi menjadi dua yaitu:

a. Intervensi mandiri

1) SP 1 mendiskusikan dengan pasien penyebab, tanda, gejala dan akibat

terjadinya perilaku kekerasan. Melatih mengontrol perilaku kekerasan

dengan cara fisik 1 tarik napas dalam. Bantu pasien memperagakan cara

fisik 1 tarik napas dalam. Meminta pasien untuk memperagakan ulang

dan membantu memasukan kedalam jadwal harian pasien.

2) SP 2 melatih pasien dengan cara fisik 2 yaitu dengan pukul kasur/ bantal

saat sedang emosi. Untuk membantu mengontrol perilaku kekerasan


dapat juga dengan memukul bantal/kasur. Ketika pasien memukul

bantal/kasur akan menyalurkan emosinya dengan pukul bantal/kasur.

3) SP 3 melatih pasien beraktifitas secara terjadwal. Melatih kegiatan agar

tidak mencederai diri sendiri dan orang lain dengan menjelaskan

pentingnya aktivitas untuk mengatasi perilaku kekerasan.

Mendiskusikan dengan pasien aktivitas yang bisa dilakukan. Bantu

pasien menyusun jadwal aktivitas sehari-hari dengan aktivitas yang

dipilih dari bangun tidur pagi sampai tidur malam dan memantau

pelaksanaan jadwal pelaksanaan jadwal kegiatan, berikan reinforcement

positif atas hasil yang dilakukan pasien.

4) SP 4 melatih pasien dengan spritual berdoa dan sholat. Mendiskusikan

dengan pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan berdo’a atau

beribadah. Ketika pasien beribadah atau berdoa maka hati pasien akan

merasa nyaman karena hidup ini ada yang mengatur.

5) SP 4 melatih pasien meminum obat secara teratur. Pasien dengan

gangguan jiwa yang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami putus

obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan kembali. Untuk

itu pasien dilatih untuk meminum obat sesuai dengan dosis dan jadwal

yang diberikan.

b. Tindakan kolaboratif
4. Implementasi

Implementasi yang sudah dilakukan oleh penulis sesuai dengan

rencana suhgan keperawatan yang telah dibuat, diantaranya pada diagnosa

keperawatan resiko perilaku kekerasan sudah dilakukan SP 1: membantu

pasien mengenali penyebab perilaku kekerasan dan melatih pasien

mengontrol resiko perilaku kekerasan dengan cara tarik napas dalam.

Dalam melaksanakan implementasi keperawatan penulis menemukan

hambatan yaitu pasien sering banyak bicara dan mondar-mandir tidak jelas.

Saat dilakukan implementasi pasien dapat menyebutkan penyebab, tanda,

gejala, dan akibat perilaku kekerasan itu muncul. Jika pasien marah pasien

terkadang melakukan tariknapas dalam dan pasien sering mengatakan

bahwa teman yang lain sering memancing emosinya, serta pasien harus

selalu diingatkan dalam mengontrol perilaku kekerasannya.

Pelaksanaan untuk SP 1, SP 2, SP 3, SP 4 tercapai, walaupun SP 5

tercapai ketika pasien masih dirawat, dan pada saat terakhir di ruang

Adenium pasien mengatakan akan selalu teratur minum obat dan

keluarganya juga sering mengingatkan pasien untuk minum obat. Penulis

menganjurkan kepada pasien agar selalu teratur minum obat karena jika

tidak teratur makaakan terjadi kekambuhan dan akan masuk ke rumah sakit

lagi.

Adapun hambatan dalam pemberian terapi yang didapat oleh pasien

pada saat melakukan implementasi yaitu semua terapi non farmakologi


yang diberikan khusunya terapi modalitas tidak dilakukan karena kondisi

ruangan di rumah sakit. Dari hambatan tersebut terdapat kesenjangan

antara teori dan kasus dimana menurut penelitian yang dilakukan oleh

Pardede, et al (2015) penanganan yang paling efektif pada pasien resiko

perilaku kekerasan ialah pendidikan dengan kepatuhan terhadap obat

dengan diiringi adanya terapi modalitas seperti Terapi Aktivitas Kelompok

(TAK). Kedua penangatan tersebut secara signifikan dapat mengurangi

gejala dan kekambuhan perilaku kekerasan jika dilakukan terus menerus.

5. Evaluasi

Menurut Prabowo (2014), evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk

menilai efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dapat dibagi

dua yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai

nelakukan tindakan, dan evaluasi hasil atau somatif dilakukan

membandingkan antara respon pasien dengan tujuan umum atau khusus

yang telah dilakukan. Secara umum evaluasi yang diterapkan pada pasien

resiko perilaku kekerasan yaitu membina hubungan saling percaya, pasien

dapat mengenal penyebab perilaku kekerasan, dapat mengontrol perilaku

kekerasan dengan tariknapas dalam dan pukul bantal/kasur, dapat

melakukan aktivitas yang disukai secara terjadwal apabila sedang emosi,

dapat melakukan ibadah ataupun berdoa ketika emosi, serta dapat

memanfaatkan obat dengan benar dan teratur.

Anda mungkin juga menyukai