Anda di halaman 1dari 59

Lembaga Pengembangan The key to managing

Fraud your corporate fraud risk


Auditing

E S T I G AT I O N
INV

MODUL FA-2
SIMULASI PENUGASAN
AUDIT INVESTIGASI

Gedung Thamrin City, Cosmo Terrace, Blok Ofce Suite Lantai 3A


Jl. Thamrin Boulevard, Tanah Abang, Jakarta 10230
Telp.021-3199 7495 Fax.021-3199 7496
Email : info@lpfa.co.id Web: www.lpfa.co.id
MODUL PELATIHAN
FRAUD AUDITING

SIMULASI
PENUGASAN AUDIT INVESTIGASI
Modul-2

KASUS I
KECURANGAN KAS

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 1


Modul-2

BAB I
KASUS I: KECURANGAN KAS

Tim audit Saudara selaku Satuan Pengawasan Intern (SPI) melakukan audit atas beberapa
rekening/akun Laporan Keuangan tahun buku 20X8 sebelum dilakukan audit oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP). Dari hasil audit, diperoleh hal-hal sebagai berikut:
1. Akuntansi “Piutang” kurang tertib. Kontrol Otomatis (Internal Check) antara akun
piutang di ledger dan piutang menurut subledger tidak berjalan atau terjadi perbedaan
yang sulit ditelusuri. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan konfirmasi positif
terhadap piutang-piutang yang saldonya material. Jawaban konfirmasi dari piutang pada
umumnya tidak sama saldonya, yaitu saldo piutang menurut pelanggan lebih kecil
dibanding saldo menurut perusahaan. Setelah ditelusuri perbedaan tersebut disebabkan
keterlambatan pencatatan oleh perusahaan. Kondisi seperti ini juga terjadi pada hasil
konfirmasi tahun-tahun sebelumnya termasuk konfirmasi oleh KAP. Dari hasil pengujian
transaksi secara sampling terindikasi adanya unsur kesengajaan menunda pencatatan
penerimaan pembayaran piutang.

2. Hasil opname kas per 25 November 20X8 ditemui selisih kurang kas sebesar Rp.
3.750.000,- yang belum dapat diketahui sebab-sebabnya. Dari hasil audit atas bukti
pengeluaran kas secara sampling terjadi salah buku bukti pengeluaran kas No.
63/XI/20X8 tanggal 5 November 20X8 sebesar Rp. 127.520.750,- yang dibuku sebesar
Rp. 172.520.750,-. Kesalahan buku itu belum termasuk selisih kurang kas opname
tanggal 25 November 20X8.

3. Dari hasil audit atas kewajiban kepada negara ditemui adanya koreksi oleh Kantor
Pelayanan Pajak atas setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Koreksi tersebut terjadi
pada beberapa SPT masa dan jumlahnya cukup material, padahal semua kewajiban PPN
keluaran telah disetor tepat waktu dan didukung bukti Surat Setoran Pajak (SSP). Hal
yang mencurigakan menyangkut nomor urut register SSP pada Bank persepsi yang
sama yaitu SSP pada tanggal setoran yang terdahulu nomor urut registernya lebih besar
dari nomor urut setoran tanggal berikutnya.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 2


Modul-2

4. Akuntansi “Hutang” juga tidak tertib, jumlah sisa hutang menurut ledger tidak sama
dengan rincian hutang pada subledger. Dari hasil audit atas timbulnya hutang terdapat
hutang yang tidak jelas transaksinya dan sebagai rekening lawan hutang adalah
rekening “biaya” yang juga tidak jelas bukti pendukungnya.

Meskipun auditnya belum selesai, pimpinan Saudara memutuskan untuk mengembangkan


auditnya ke audit investigasi. Hal tersebut juga didukung oleh terpenuhinya gejala
(Simptom) dari kecurangan yaitu keganjilan akuntansi, lemahnya pengendalian internal dan
perilaku pemegang kas yang tidak biasa (unusual behavior).

Saudara ditunjuk sebagai ketua tim untuk melakukan audit investigasi. Sehubungan dengan
penugasan tersebut susun langkah-langkah kerja audit dari penelaahan informasi awal s/d
penyusunan laporan hasil auditnya.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 3


Modul-2

BAB II
PEMECAHAN KASUS: KECURANGAN KAS

A. Tahap Praperencanaan
Pada tahap praperencanaan dilakukan analisis dan penelaahan terhadap informasi
awal dalam hal ini informasi yang didapat dari hasil audit non investigasi. Analisis dan
penelaahan informasi tersebut bertujuan agar pengembangan ke arah audit
investigasinya lebih terarah atau untuk menilai kecukupan informasi, guna menjawab
5W dan 1H yaitu:
• Jenis penyimpangan (What)
• Pihak yang bertanggung jawab (Who)
• Waktu terjadinya penyimpangan (When)
• Tempat terjadinya penyimpangan (Where)
• Penyebab terjadinya (Why)
• Modus penyimpangan (How)

Informasi awal yang diperoleh (dari audit non investigasi) pada dasarnya dapat
menjawab pertanyaan 5W dan 1H dengan rincian sebagai berikut:
1. Piutang
a. Jenis penyimpangan yang terindikasi: Lapping Scheme
b. Modus operandinya: pengambilan kas dengan cara menunda pencatatan
penerimaan pelunasan piutang
c. Pihak yang diduga terlibat: pemegang kas atau bendaharawan
d. Penyebab: kelemahan pengendalian
e. Waktu terjadinya: pada saat penerimaan pelunasan piutang

2. Kas
a. Jenis penyimpangan yang terindikasi: pencurian kas yang sudah dicatat (Cash
Larceny)
b. Modus operandinya:

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 4


Modul-2

• Mencatat bukti pengeluaran lebih besar atau mencatat penerimaan lebih


kecil
• Mengambil kas dari selisih saldo buku dengan kas tunai yang ada.
Tidak tertutup kemungkinan adanya modus lain seperti tidak memasukkan
seluruh pendapatan, pengeluaran ganda atau biaya fiktif.
c. Pihak yang bertanggung jawab: pemegang kas.
d. Waktu terjadinya: saat terjadi transaksi

3. Penyetoran PPN Keluaran


a. Jenis penyimpangan yang terindikasi: pencurian kas yang sudah dicatat
b. Modus operandinya: penyetoran pajak fiktif dengan membuat SSP aspal dan
dibukukan ke buku kas sebagai setoran dan uangnya diambil pelaku, diduga
ada unsur kolusi.
c. Pihak yang bertanggung jawab: personal yang ditugaskan menyetor pajak
d. Waktu terjadinya: pada saat penyetoran pajak ke rekening Kas Negara

4. Hutang
a. Jenis penyimpangan yang terindikasi: pencurian kas yang sudah dicatat
b. Modus operandinya: menciptakan rekening hutang fiktif, kemudian dibayar dan
uangnya diambil oleh pelaku.
c. Pihak yang bertanggung jawab: pemegang kas
d. Saat terjadinya: pada waktu menciptakan hutang fiktif dan saat
pembayarannya.

B. Tahap Perencanaan Audit


Pada tahap ini auditor membuat hipotesa atau skenario worst case, yaitu
menganailisis berbagai kemungkinan berdasarkan data yang dimiliki. Auditor
memprediksi kemungkinan terjadinya berbagai penyimpangan dan diidentifikasi bukti
yang perlu dikumpulkan, sumber bukti atau informasi, teknik/metode pengumpulan
bukti/informasi dan pendekatan atau strategi pengumpulannya. Berdasarkan
penelaahan dan analisis informasi awal, auditor menyusun Program Kerja Audit (PKA)
dan merencanakan sumber daya yang dibutuhkan.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 5


Modul-2

Langkah-langkah kerja atau prosedur/teknik audit penting pada program kerja audit
kasus kecurangan kas, antara lain sebagai berikut:

PKA INVESTIGASI KECURANGAN KAS

Dilaksanakan
KKA
Oleh Waktu
1. Tujuan Audit
• Mengumpulkan bukti dan informasi tentang
kejadian dan transaksi yang terkait indikasi
kecurangan kas
• Mengevaluasi bukti untuk menentukan
terbukti/tidak terbuktinya kecurangan kas
• Menentukan unsur-unsur penyimpangan dan
unsur-unsur delik.

2. Langkah Kerja
1) Kasus Piutang
(1) • Lakukan pengujian sepintas (walk
through test) atas proses pelunasan A 1 Jam
piutang
• Bandingkan hasil pengujian sepintas
dengan prosedur yang berlaku.
(2) • Lakukan pengujian terbatas (limited
test) atas dokumen pelunasan A 1 Jam
piutang ( 25 sampel)
• Catat penyimpangan yang ditemui.
(3) Lakukan verifikasi atas bukti-bukti
pembayaran/pelunasan piutang. B 3 Jam
(4) • Lakukan vouching atas transaksi
pelunasan/pembayaran piutang dan B 1 Jam

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 6


Modul-2

teliti tanggal pelunasan dengan


pencatatannya
• Catat perbedaan-perbedaan yang
ditemui dan cari penyebabnya
• Konfirmasikan tanggal pelunasan
piutang khusus terhadap piutang
yang terbukti terdapat perbedaan
saldo.
(5) • Catat piutang yang pelunasannya
tidak tepat waktu dan hitung A & B 5 Jam
jumlahnya
• Buat permintaan keterangan dari
pemegang kas tentang pelunasan
piutang yang terhambat
dipertanggungjawabkan.
(6) Buat permintaan keterangan dengan
pihak-pihak terkait lain untuk menguji A & B 10 Jam
kecurangan pemegang kas
(7) Susun program kerja audit tambahan
yang diperlukan dalam rangka
pengembangan pengumpulan bukti yang A 2 Jam
belum didapat.
(8) Evaluasi bukti-bukti dan informasi yang
terkumpul untuk menentukan terjadinya
atau tidak terjadinya penyimpangan A&B 3 Jam
(9) Bila terbukti adanya penyimpangan buat
flowchart terjadinya penyimpangan
memuat:
- Penyimpangan A&B 3 Jam
- Modus operandi
- Kerugian
- Penyebab

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 7


Modul-2

- Pihak-pihak yang terlibat dan


perannya
2) Kasus Kekurangan Kas
(1) Tutup buku kas mendadak dan
lakukan kas opname
• Bandingkan buku kas pemegang
kas dengan buku kas bagian
akuntansi
(2) Lakukan vouching bukti pengeluaran
kas dan penerimaan kas. Dan catat
adanya salah buku sebagaimana
terjadi pada informasi awal
(3) Hitung sisa buku terkoreksi sesuai
temuan yang didapat dan bandingkan
dengan saldo kas opname
(4) Lakukan kontrol hubungan
pengeluaran kas dengan kegiatan
operasionalnya
(5) Teliti kemungkinan adanya
pembebanan biaya ganda dengan
mentrasir pembebanan biaya tanggal
berikutnya
(6) Buat prosedur audit tambahan untuk
mendukung atau memperkuat temuan
kecurangan kas yang telah didapat.
(7) Catat bukti-bukti pendukung
kecurangan kas yang ditemui
(8) Buat permintaan keterangan dari
pemegang kas dan dari pihak-pihak
terkait lain.
(9) Buat flowchart penyimpangan atas
kecurangan kas yang dapat dibuktikan

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 8


Modul-2

3) Kasus Penyetoran Pajak


(1) Lakukan pengujian sepintas atas
penyetoran pajak ke rekening Kas
Negara
• Bandingkan dengan ketentuan/
aturan yang berlaku
• Catat penyimpangan atau kelemahan
yang ditemui
(2) Uji bukti-bukti penyetoran pajak (SSP)
• Teliti nomor urut register
penerimaan setoran
• Catat adanya kejanggalan pada SSP
(3) Lakukan konfirmasi ke rekening Kas
Negara terkait pada Bank yang
menerima setoran selama 2 tahun
buku
(4) Hitung SSP yang tidak diakui Kantor
Pelayanan Pajak sejak tahun buku
sebelumnya
(5) Bandingkan jumlah setoran yang tidak
diakui fiskus dengan hasil konfirmasi
setoran
(6) Hitung adanya SSP asli tapi palsu
(7) Buat permintaan keterangan dari
petugas yang menyetorkan pajak dan
pihak-pihak terkait
(8) Buat flowchart penyimpangannya
4) Kasus Hutang
(1) Lakukan pengujian sepintas atas
proses timbulnya hutang dan
pembayarannya
(2) Lakukan vouching atas rekening

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 9


Modul-2

hutang
(3) Catat hutang yang tidak jelas
timbulnya dan telusuri pelunasannya
(4) Catat dan hitung adanya hutang fiktif
dan buat modusnya
(5) Telusuri pihak yang terlibat timbulnya
hutang fiktif beserta peranannya
(6) Buat permintaan keterangan dari
pihak-pihak yang terlibat
(7) Buat flowchart kecurangan hutang
fiktif
5) Minta penjelasan dan tanggapan atasan
langsung pihak-pihak yang terlibat
6) Bicarakan hasil audit investigasi dengan
Pimpinan Perusahaan
7) Lakukan ekspose intern dengan melibatkan
para auditor yang kompeten dan pimpinan
yang membidangi bidang hukum
perusahaan
8) Lengkapi kekurangan perolehan bukti dan
pembuktian berdasarkan simpulan hasil
ekspose
9) Buat Laporan Hasil Audit Investigasi
Jakarta, 10 Des 20X8
Disetujui Ketua Tim

Supervisor A

NB: Saudara diminta untuk melengkapi Program Kerja Audit di atas.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 10


Modul-2

C. Tahap Pengumpulan Bukti


Berdasarkan hasil pelaksanaan Program Kerja Audit (PKA) diasumsikan diperoleh
temuan/materi temuan atau dapat dikumpulkan bukti audit investigasi sebagai
berikut:

1. Kasus Lapping Scheme / Piutang


Dari hasil audit diperoleh bukti-bukti atau informasi sebagai berikut:
a. Hasil pengujian sepintas (walk through test) atas proses pelunasan piutang
diperoleh simpulan bahwa penerimaan pelunasan piutang tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku karena tidak dilakukan verifikasi antara tanggal
pembayaran/pelunasan piutang dengan penerimaan uangnya di kas.
Disamping itu tidak ada keharusan pembayaran piutang dengan transfer ke
Bank Perusahaan.
b. Dari hasil pengujian terbatas atas pembayaran piutang, dari 25 bukti yang di-
sample, terdapat 4 bukti yang pembukuannya terlambat antara 1 s/d 2 hari.
c. Dari hasil verifikasi bukti pembayaran piutang tidak diperoleh bukti yang
menyimpang.
d. Dari hasil vouching atas transaksi pelunasan atau pembayaran cicilan piutang
ditemui penyimpangan keterlambatan pembukuan.
e. Dari hasil perbandingan pembayaran piutang dengan hasil konfirmasi yang
telah dilakukan baik oleh SPI maupun Kantor Akuntan Publik diperoleh bukti
yang memperkuat indikasi adanya penyimpangan.
f. Dari hasil konfirmasi tanggal pelunasan piutang atas piutang yang berbeda
saldonya diperoleh pula bukti terjadinya penundaan pencatatan dan
penerimaan uangnya di kas secara sengaja.
g. Dari hasil wawancara terhadap pemegang kas (Saudara PA) diperoleh
pengakuan tentang pengambilan kas atas pembayaran/pelunasan piutang
dengan menunda pembukuan (lapping). Jumlah yang diambil untuk
kepentingan pribadi sebesar Rp. 175 juta.
h. Dari hasil permintaan keterangan dapat digambarkan modus kecurangan,
pihak-pihak yang terlibat dan penyebabnya.
i. Hasil auditnya adalah sebagai berikut:

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 11


Modul-2

• Pengambilan uang dimulai sejak pembayaran piutang PT. A tanggal 17


Maret 20X7 sebesar Rp. 50 juta, pembayaran PT. B tanggal 18 Maret
20X7 sebesar Rp. 65 juta dan pembayaran PT. C tanggal 18 Maret 20X7
sebesar Rp. 60 juta. Pembayaran PT. A dibuku tanggal 19 Maret 20X7
saat terjadi pembayaran dari PT. D sebesar Rp. 65 juta, sedangkan
pembayaran dari PT. B dan PT. C dibuku tanggal 21 Maret 20X7 pada
saat terjadi pembayaran PT. E sebesar Rp. 115 juta. Pembayaran dari PT.
D dan PT. E juga ditunda.
• Pihak yang bertanggung jawab adalah Saudara PA, tanpa melibatkan
pihak lain.
• Penyebab terjadinya adalah kelemahan pengendalian, yaitu tidak
dilakukan verifikasi dan tidak ada keharusan pembayaran piutang per
bank.
j. Menurut Saudara PA, uang yang diambil sebesar Rp. 175 juta dibelikan tanah
seharga Rp. 150 juta.

2. Kasus Kecurangan Kas


Hasil audit atas kasus ini, diperoleh bukti dan informasi sebagai berikut:
a. Hasil kas opname tanggal 5 Desember 20X8 tidak terdapat selisih antara saldo
kas dengan saldo buku. Saldo kas dan saldo buku per tanggal opname
jumlahnya sama yaitu Rp. 185.735.500.
b. Dari hasil perbandingan buku kas pemegang kas dengan buku kas menurut
bagian akuntansi ternyata sama. Diperoleh penjelasan bahwa buku kas bagian
akuntansi menggunakan catatan kas pemegang kas.
c. Dari hasil vouching bukti kas ke buku diperoleh perbedaan antara bukti dengan
pembukuannya:
• Bukti pengeluaran No. 25/III/20X8 tanggal 5 Maret 20X8 sebesar Rp.
126.370.000 dibuku sebesar Rp. 162.370.000.
• Bukti pengeluaran No. 96/VI/20X8 tanggal 20 Juni 20X8 sebesar Rp.
36.115.500 dibuku Rp. 63.115.500.
• Bukti pengeluaran No. 63/XI/20X8 tanggal 5 Nopember 20X8 sebesar
Rp. 127.520.750 dibuku Rp. 172.520.750.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 12


Modul-2

d. Bukti penerimaan kas No. 32/X/20X8 tanggal 20 Oktober 20X8 sebesar Rp.
153.470.000 dibuku sebesar Rp. 135.470.000.
e. Dari hasil verifikasi bukti pengeluaran kas dan kontrol hubungan dengan
kegiatan operasional terdapat pembebanan biaya ganda sebesar Rp. 41 juta
yaitu bukti kas No. 14/IX/20X8 tanggal 9 September 20X8.
f. Bila diperhitungkan temuan c., d., dan e. tersebut diatas saldo buku kas
seharusnya Rp. 352.735.500.
g. Dari hasil permintaan keterangan diperoleh pengakuan dari Saudara PA ia
mengambil kas sebesar selisih antara sisa buku yang direkayasa dengan sisa
kas yang ada (Rp. 167 juta). Dalam pelaksanaannya Saudara PA dibantu oleh
Saudara PB selaku pemegang buku kas.
h. Hasil permintaan keterangan dari Saudara PB diperoleh penjelasan bahwa ia
melakukan pencatatan kas sesuai permintaan dari Saudara PA. Dan ia,
mendapat imbalan sebesar Rp. 5 juta (per transaksi).
i. Hasil permintaan keterangan dari Saudara PC sebagai atasan langsung
pemegang kas, diperoleh penjelasan bahwa seluruh pengeluaran kas dilakukan
verifikasi sebelum dibayar tapi saat pencatatannya di buku kas, Saudara PC
tidak melakukan verifikasi.

3. Kasus Penyetoran Pajak


a. Dari hasil pengujian sepintas ditemui adanya penyimpangan prosedural yaitu
penyetoran pajak dipercayakan kepada pegawai (petugas penyetor) yang tidak
pernah diuji kebenaran setorannya.
b. Dari hasil pengujian SSP terdapat kejanggalan nomor beberapa registernya
sebagaimana informasi awal.
c. Dari hasil konfirmasi atas SSP ke rekening Kas Negara pada Bank persepsi
ternyata terdapat SSP yang tidak benar dan tidak ada realisasi setorannya.
• SSP No. 138 tanggal 7-6-20X7 Rp. 32 juta
• SSP No. 174 tanggal 6-7-20X7 Rp. 25 juta
• SSP No. 156 tanggal 5-8-20X7 Rp. 27 juta
• SSP No. 215 tanggal 7-9-20X7 Rp. 35 juta
• SSP No. 123 tanggal 8-2-20X8 Rp. 29 juta

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 13


Modul-2

• SSP No. 312 tanggal 6-4-20X8 Rp. 35 juta


• SSP No. 127 tanggal 5-7-20X8 Rp. 26 juta
d. Hasil permintaan keterangan dari pemegang kas (Saudara PA) diperoleh
penjelasan bahwa penyetoran pajak dipercayakan kepada KA.
e. Hasil permintaan keterangan dari Saudara KA selaku penyetor, setelah
ditunjukkan bukti-buktinya, mengakui.
f. SSP palsu diperoleh Saudara KA dari Saudara KB dengan imbalan 30% dari
nilai SSP
g. Saudara KB adalah pegawai perusahaan lain yang dikenal KA pada saat
mereka sama-sama sedang menyetor pajak.
h. Di samping pidana pemalsuan hal tersebut merupakan penyimpangan dari SK
Menteri Keuangan No. 547/KMK/04/2000 dan No. 548/KMK/04/2000.

4. Kasus Pembayaran Hutang Fiktif


a. Dari hasil pengujian sepintas atas transaksi hutang ditemui kelemahan berupa
tidak dilakukan verifikasi independen atas timbul dan pembayaran hutang.
b. Dari hasil verifikasi terhadap timbulnya hutang ditemukan rekening hutang
yang tidak didukung bukti yang relevan dan tidak didukung pula adanya
prestasi atas timbulnya kewajiban. Setelah ditelusuri ternyata hutang tersebut
fiktif dengan rincian:
• Hutang kepada PT. PQR, Bukti No. 73/VII/20X8 tanggal 23 Juli 20X8
sebesar Rp. 27,5 juta
• Hutang kepada PT. PQR, Bukti No. 98/VIII/20X8 tanggal 4 Agustus 20X8
sebesar Rp. 35 Juta
• Hutang kepada PT. PQR, Bukti No. 137/IX/20X8 tanggal 12 September
20X8 sebesar Rp. 28 juta.
c. Hutang fiktif tersebut seluruhnya telah dibayar per kas yaitu:
• Hutang Rp. 27,5 juta dibayar tanggal 5 Agustus 20X8
• Hutang Rp. 35 juta dibayar tanggal 7 Agustus 20X8
• Hutang Rp. 28 juta dibayar tanggal 16 September 20X8

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 14


Modul-2

d. Berdasarkan hasil permintaan keterangan dari Saudara PA selaku pemegang


kas setelah ditunjukkan bukti-buktinya, Saudara PA mengakui kecurangan
tersebut.
e. Saudara PA juga mengakui bahwa uangnya diambil olehnya. Dalam
pelaksanaannya ia dibantu oleh Saudara SC selaku Direksi PT. PQR dengan
imbalan sebesar 30%. Saudara SC ternyata juga terlibat kasus pengadaan
barang fiktif dan PT. PQR adalah perusahaan papan nama yang didirikan oleh
Saudara SC.

Seluruh bukti yang diperoleh tersebut diatas kemudian dievaluasi untuk dinilai kualitas
dan kuantitasnya guna mendukung terjadinya atau tidak terjadinya kecurangan.

D. Tahap Evaluasi Bukti


Pada tahap ini, auditor menilai apakah sangkaan kecurangan yang digambarkan
dalam hipotesa menunjukkan kondisi yang sebenarnya. Pada evaluasi bukti mencakup
penilaian kualitas dan kuantitas bukti yaitu:
• Kualitas bukti mencakup relevansi dan materialitas. Relevansi bukti
menggambarkan suatu proses terjadinya kecurangan sedangkan materialitas
bukti menekankan pada hubungannya dengan sangkaan yang diidentifikasikan.
• Kuantitas bukti mencakup pembuktian apa, siapa, bilamana, dan bagaimana
kecurangan dilakukan serta menutup kemungkinan bantahan dari pelaku.
Teknik evaluasi bukti mencakup:
• Bagan arus kejadian, kasus posisi/flowchart modus operandi
• Kronologis fakta dalam uraian narasi dengan menggambarkan urutan kejadian
sesungguhnya.

Berdasarkan hasil pengumpulan pada butir C., bukti-bukti dievaluasi yaitu dilakukan
penilaian kualitas dan kuantitas bukti dengan hasil sebagai berikut:

1. Kasus Kecurangan Piutang / Lapping Scheme


Pada pengumpulan bukti kasus ini diperoleh fakta:

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 15


Modul-2

a. Pengambilan uang dengan cara menunda pembukuan dan menunda


pemasukan uangnya ke kas perusahaan, yaitu:
• 17 Maret 20X7 atas pembayaran piutang dari PT. A Rp. 50 juta
• 18 Maret 20X7 atas pembayaran piutang dari PT. B Rp. 65 juta
• 18 Maret 20X7 atas pembayaran piutang dari PT. C Rp. 60 juta
Jumlah Rp. 175 juta

Dengan penundaan pembukuan tersebut pelaku (Saudara PA) dapat


mengambil kas dan tidak tampak di buku kasnya. Untuk menutupi ketekoran
kas pada periode berikutnya dilakukan penundaan penerimaan secara berantai.
Penyebab terjadinya kasus tersebut juga dapat diidentifikasi yaitu kelemahan
pengendalian intern.

Dengan demikian persyaratan kualitas dan kuantitas bukti sebagaimana


diuraikan diatas terpenuhi.

Adapun Bagan Arus atau kasus posisinya dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Kasus Kekurangan Kas


a. Dari hasil audit investigasi dapat dibuktikan terjadinya pencurian kas dengan
cara:
1) Membukukan bukti pengeluaran kas lebih besar senilai Rp. 167 Juta terdiri
dari:
• Bukti No. 25/III/20X8 (Rp. 162 Juta -/- Rp. 126 Juta) Rp. 36 Juta
• Bukti No. 96/VI/20X8 (Rp. 63 Juta -/- Rp. 36 Juta) Rp. 27 Juta
• Bukti No. 63/XI/20X8 (Rp. 172 Juta -/- Rp. 127 Juta) Rp. 45 Juta
2) Membukukan penerimaan (Rp. 153 Juta -/- Rp. 135 Juta
lebih kecil Bukti No. 32/X/20X8 Rp. 18 Juta
3) Pembukuan biaya ganda Bukti No. 14/IX/20X8 Rp. 41 Juta
TOTAL Rp. 167 Juta
b. Pencurian kas tersebut diakui oleh pelaku (Saudara PA) dan pelaku pembantu
(Saudara PB)

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 16


Modul-2

Penyebab terjadinya kasus ini juga dapat diketahui yaitu lemahnya pengendalian
internal karena akuntansi kas menggunakan catatan pemegang kas dan adanya
kolusi pemegang kas dengan pemegang buku kas.

Berdasarkan hal tersebut diatas kualitas bukti dan serta kuantitas bukti dapat
terpenuhi.

Bagan arus atau kasus posisi pencurian kas dapat dilihat pada Lampiran 2.

3. Kasus Penyetoran Pajak Aspal


Dari hasil audit diperoleh bukti yang dapat membuktikan jenis kecurangan, siapa
yang terlibat, bilamana dan bagaimana kecurangan dilakukan dengan uraian:
a. Terjadi penyetoran pajak fiktif sebesar Rp. 209 juta
1) Tahun 20X7 Rp. 119 juta terdiri dari:
• SSP No. 138 Juni 20X7 Rp. 32 Juta
• SSP No. 174 Juli 20X7 Rp. 25 Juta
• SSP No. 156 Agustus 20X7 Rp. 27 Juta
• SSP No. 215 Sept 20X7 Rp. 35 Juta
Rp. 119 Juta
2) Tahun 20X8 sebesar Rp. 90 juta terdiri dari:
• SSP No. 123 Februari 20X8 Rp. 29 Juta
• SSP No. 312 Maret 20X8 Rp. 35 Juta
• SSP No. 127 April 20X8 Rp. 26 Juta
Rp. 90 Juta
b. Kecurangan tersebut dilakukan oleh Saudara KA dengan membuat SSP asli tapi
palsu bekerjasama dengan Saudara KB (SSP Aspal diperoleh dari Saudara KB)
dengan imbalan 30%
c. Bagan arus atau kasus posisinya dapat dilihat pada Lampiran 3.

4. Kasus Pembayaran Hutang Fiktif


Dari hasil pengumpulan bukti diperoleh fakta sebagai berikut:

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 17


Modul-2

a. Terdapat pembayaran atas hutang fiktif yaitu hutang kepada PT. PQR sebesar
Rp. 90,5 Juta dan seluruhnya telah dibayar.
b. Kecurangan tersebut dilakukan berkolusi antara Pemegang Kas Saudara PA
dengan pihak ketiga (Saudara SC) yang mendirikan perusahaan papan nama
(PT. PQR).
c. Penyebab terjadinya kecurangan adalah lemahnya pengendalian intern yaitu
tidak dilakukan verifikasi independen atas timbul dan pembayaran hutang.

Berdasarkan analisis bukti tersebut terpenuhi persyaratan-persyaratan kualitas dan


kuantitas bukti. Bagan arus atau kasus posisinya dapat dilihat pada Lampiran 4.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 18


Modul-2

Lampiran 1

Lampiran 2

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 19


Modul-2

Lampiran 3

Lampiran 4

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 20


Modul-2

E. Tahap Pelaporan
1. Tujuan dan Bentuk Laporan
Laporan hasil audit investigasi kasus kecurangan yang berindikasi tindak pidana
korupsi harus diarahkan pada dua tujuan, yaitu:
a. Memudahkan pejabat berwenang (Direksi atau Dewan Komisaris) dalam
mengambil tindak lanjut yang diperlukan
b. Dapat menunjang pelaksanaan penegakan hukum oleh penyidik

Laporan atas hasil audit investigasi dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu:
a. Laporan bentuk Surat, bila hasil auditnya tidak ditemukan adanya
penyimpangan atau bila ada penyimpangan yang perlu segera ditindaklanjuti
sebelum audit selesai seluruhnya.
b. Laporan bentuk Bab bila dari hasil audit ditemukan adanya penyimpangan-
penyimpangan yang memerlukan tindakan ligitasi seperti penyimpangan yang
berindikasi tindak pidana korupsi.

2. Laporan Bentuk Bab


a. Susunan laporan bentuk bab antara lain sebagai berikut:
BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB II UMUM
1. Dasar Audit
2. Sasaran dan Ruang Lingkup
3. Data Auditan atau Kegiatan yang diaudit
BAB III URAIAN HASIL AUDIT
1. Dasar Hukum
2. Temuan Hasil Audit
1) Jenis Penyimpangan
2) Modus Operandi atau Fakta-Fakta dan Proses Kejadian
3) Penyebab dan Dampak Penyimpangan
4) Pihak yang Diduga Terlibat dan Bertanggung Jawab
5) Bukti-Bukti yang Diperoleh

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 21


Modul-2

3. Kesepakatan atau Pelaksanaan Tindak Lanjut dengan Pimpinan


Auditan
4. Kesepakatan dengan Pihak Instansi Penyidik
5. Lampiran-Lampiran, antara lain:
1) Flowchart atau Bagan Arus Proses Kejadian
2) Bukti-Bukti Pendukung yang Relevan
3) Risalah Pembicaraan dengan Auditan
4) Risalah Kesepakatan dengan Instansi Penyidik

b. Isi Laporan
BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Memuat uraian hasil audit secara ringkas dan jelas tentang
penyimpangan yang terjadi serta terpenuhinya unsur tindak pidana
korupsi. Pada bab ini juga diberikan rekomendasi berupa langkah-
langkah perbaikan atau tindak lanjut yang perlu diambil oleh atasan
langsung pejabat yang terlibat.

BAB II UMUM
1. Dasar Audit, memuat dasar penugasan audit antara lain:
• Dasar hukum auditor (instansi yang melakukan audit).
• Dasar dilakukan audit (pengaduan, pendalaman audit atau
permintaan)
2. Sasaran dan Ruang Lingkup
Memuat uraian yang menjadi sasaran dan ruang lingkup yang
diaudit misalnya mengenai pengadaan barang dengan
menyebutkan periode/ masa yang diaudit dan saat/jangka waktu
pelaksanaan audit.
3. Data Auditor atas kegiatan yang diaudit
• Nama unit yang diaudit atau kegiatan yang diaudit
• Alamat unit yang diaudit
• Organisasi unit atau kegiatan yang diaudit

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 22


Modul-2

BAB III URAIAN HASIL AUDIT


1. Dasar Hukum
Memuat peraturan perundangan, keputusan direksi, yang terkait
unit atau kegiatan yang diaudit.
2. Temuan Hasil Audit
Temuan Hasil Audit untuk kasus kecurangan kas sebagaimana
yang telah dibahas, diuraikan per kasus (kasus kecurangan
piutang, pencurian kas, penyetoran pajak fiktif dan kasus hutang
fiktif). Adapun contoh uraian salah satu kecurangannya antara lain
sebagai berikut:
1) Penyetoran Pajak Fiktif
Dari hasil audit atas penyetoran pajak ke rekening Kas Negara
tahun buku 20X7 dan 20X8 ditemui bukti Surat Setoran Pajak
(SSP) yang ternyata uangnya tidak disetor/tidak diterima di
rekening Kas Negara yang bersangkutan. Bukti-bukti tersebut
dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran kas perusahaan
dan uangnya diambil oleh pelaku, terdiri dari:
• SSP No. 138 tanggal 7-6-20X7 Rp. 32 Juta
• SSP No. 174 tanggal 6-7-20X7 Rp. 25 Juta
• SSP No. 156 tanggal 5-8-20X7 Rp. 27 Juta
• SSP No. 215 tanggal 7-9-20X7 Rp. 35 Juta
• SSP No. 123 tanggal 8-2-20X8 Rp. 29 Juta
• SSP No. 312 tanggal 6-4-20X8 Rp. 35 Juta
• SSP No. 127 tanggal 5-7-20X8 Rp. 26 Juta
Jumlah Rp. 209 Juta
Menurut SK Menteri Keuangan No. 547/KMK.04/2000 dan No.
548/KMK.04/2000 penyetoran pajak harus sudah disetor ke
Kas Negara paling lambat tanggal 7 setelah bulan pungutan.

Penyimpangan tersebut dilakukan oleh petugas penyetor


(Saudara KA) bekerja sama dengan pihak ketiga (Saudara KB)

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 23


Modul-2

dengan membuat Surat Setoran asli tapi palsu. SSP aspal


diperoleh Saudara KA dari Saudara KB dan Saudara KB
memperoleh imbalan sebesar 30% dari nilai SSP.

Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya pengendalian intern


atas penyetoran pajak yaitu Pemegang Kas (PA)
mempercayakan penyetoran pajak ke petugas lain tanpa
kendali sehingga terjadi kerugian perusahaan sekurang-
kurangnya sebesar Rp. 209 Juta.
Pihak yang diduga terlibat yaitu Saudara KA selaku petugas
penyetor dan Saudara KB selaku pihak ketiga yang membuat
SSP aspal dan keduanya telah mengakui.

Adapun bukti-bukti yang diperoleh adalah:


(1) Surat Setoran Pajak Asli tapi Palsu sebanyak 7 lembar
senilai Rp. 209 juta
(2) Jawaban konfirmasi atas SSP yang isinya menyatakan
bahwa SSP tersebut uangnya tidak diterima di rekening
Kas Negara.
(3) Bukti permintaan keterangan dari Saudara KA
(4) Pernyataan dari Saudara KB
(5) Bukti permintaan keterangan dari Saudara PA

2) Pembayaran Hutang Fiktif .... dst

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 24


Modul-2

KASUS II
KECURANGAN PENGADAAN
BARANG

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 25


Modul-2

BAB III
KASUS II: KECURANGAN PENGADAAN BARANG

Unit Organisasi Saudara selaku Satuan Pengawasan Internal (SPI) dari suatu badan usaha
yang bergerak di bidang industri tertentu, menerima pengaduan dari pegawai perusahaan
tentang adanya beberapa kecurangan pengadaan barang dan jasa tahun buku 20X8.
Adapun materi pengaduannya adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengadaan barang yang barangnya tidak diterima di gudang, yaitu pengadaan
barang untuk keperluan operasi dan terjadi tanggal 28 Agustus 20X8 senilai Rp. 37 Juta.
Pengadaan dilakukan oleh petugas pengadaan barang langsung dengan alasan barang
dipakai langsung.
2. Pengadaan barang oleh Bagian Logistik banyak yang tidak mengacu pada kebutuhan
sehingga banyak persediaan yang menumpuk di gudang, diantaranya terdapat dead
stock yang cukup besar jumlah dan nilainya. Pengadaan barang hanya mengacu pada
tersedianya anggaran.
3. Pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk pabrik sering kali tidak masuk ke tangki
timbun BBM di pabrik.
4. Sejak awal tahun buku 20X8, perusahaan membangun prasarana fisik untuk perluasan
usaha berlantai tiga dengan basement tempat parkir. Pada pelaksanaan
pembangunannya terjadi rekayasa tender sehingga PT. ABC ditetapkan sebagai
pemenang tender. Hal ini terlihat dari pekerjaan yang telah dimulai sebelum proses
tender selesai.
5. Sehubungan lahan untuk areal perluasan usaha tersebut tidak rata dan banyak bekas
kolam ikan, pada kontrak pembangunannya terdapat jenis pekerjaan pengurugan tanah.
Realisasi fisik pengurugan/penimbunan tanah tersebut dilaporkan oleh pengadu
volumenya jauh lebih kecil dibandingkan kontraknya.
6. Terjadi mark-up harga pengadaan/pembebasan lahan tanah untuk lokasi pembangunan
prasarana fisik sehingga harga pengadaannya jauh diatas harga pasaran setempat.

Pimpinan Saudara memutuskan untuk menindaklanjuti pengaduan tersebut dengan


membentuk tim audit investigasi dan Saudara ditunjuk sebagai Ketua Timnya. Keputusan

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 26


Modul-2

Pimpinan Saudara tersebut, didukung pula oleh pengalaman audit tahun sebelumnya yang
ditemui adanya kelemahan pengendalian intern.

Buat langkah-langkah kerja audit investigasi tersebut sejak praperencanaan sampai dengan
penyusunan laporan hasil auditnya.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 27


Modul-2

BAB IV
PEMECAHAN KASUS: KECURANGAN DALAM PENGADAAN
BARANG/JASA

A. Tahap Praperencanaan
Pada tahap ini auditor melakukan penelaahan dan analisis data/informasi awal yang
diterima dari pengadu untuk menentukan cukup/tidaknya alasan dilakukan audit
investigasi. Hal ini dimaksudkan agar audit investigasinya lebih terarah dan untuk
menilai kecukupan informasi. Penelaahan dan analisis informasi difokuskan untuk
menjawab 4W dan 1 H atau menjawab SIABIDIBA yaitu: Siapa, Melakukan Apa,
Bilamana, Dimana dan Bagaimana. Bila jawaban pertanyaan tersebut sumir dan tidak
dapat diperoleh informasi tambahan, maka perlu dipertimbangkan untuk tidak
dilakukan audit investigasi.

Pada kasus ini, informasi awal sudah cukup untuk menjawab siabidiba disamping
informasi tambahan akan mudah didapat mengingat kedudukan auditor di SPI.
Adapun hasil penelaahan informasi adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan barang fiktif
a. Siapa yang melakukan: Petugas pengadaan barang langsung
b. Apa: Melakukan pengadaan barang, tapi barangnya tidak diterima
c. Bilamana: Bulan Agustus 20X8
d. Bagaimana caranya: Membeli barang tidak masuk gudang dengan alasan
dipakai langsung

2. Pengadaan barang tidak mengacu kebutuhan


a. Siapa yang melakukan: Bagian Logistik
b. Apa: Melakukan pengadaan barang tidak berdasarkan permintaan calon
pemakai
c. Bilamana: Dilakukan saat pengadaan per transaksi
d. Bagaimana caranya: Pengadaan dilaksanakan berdasarkan tersedianya
anggaran

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 28


Modul-2

3. Rekayasa Tender
a. Siapa yang melakukan: Panitia lelang atau petugas yang berwenang
melakukan tender
b. Apa yang dilakukan: Memerintahkan pekerjaan sebelum proses tender selesai
c. Bilamana (saat terjadinya): Awal tahun buku 20X8
d. Bagaimana (cara melakukan): Masih harus dibuktikan

4. Pengadaan BBM tidak diterima di pabrik


a. Siapa pelaku: Pihak yang membeli BBM
b. Yang dilakukan: Pengadaan fiktif
c. Saat terjadinya: per transaksi atau saat penerimaan BBM
d. Caranya: Masih harus dibuktikan

5. Volume pekerjaan lebih kecil atau menyimpang dibanding kontraknya


a. Siapa yang melakukan: Pemborong (PT. ABC)
b. Yang dilakukan: Pelaksanaan fisik menyimpang dari kontrak
c. Dilakukan: Pada saat pekerjaan berlangsung
d. Caranya: Masih harus dibuktikan

6. Mark-up harga pembebasan/pengadaan tanah


a. Siapa yang melakukan: Panitia/petugas yang berwenang
b. Yang dilakukan: Menaikkan harga pengadaan tanah untuk lahan perluasan
prasarana fisik diatas harga pasar
c. Saat terjadinya: Awal tahun 20X8
d. Caranya: Masih harus dibuktikan

B. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan auditor menganalisis berbagai kemungkinan berdasarkan
data yang dimiliki. Berdasarkan hasil praperencanaan auditor telah memperoleh hasil
penelaahan dan hasil analisis informasi awal yang dapat dipergunakan untuk
menentukan langkah audit berikutnya. Dengan dasar hasil penelaahan tersebut

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 29


Modul-2

auditor dapat mengidentifikasi bukti-bukti yang perlu dikumpulkan, menentukan


sumber bukti, metode/teknik pengumpulan bukti/informasi dan pendekatan atau
strategi pengumpulan bukti/informasi. Hal tersebut dituangkan dalam Program Kerja
Audit (PKA).

Adapun langkah kerja, prosedur/teknik audit yang penting yang tertuang dalam PKA
kecurangan pengadaan barang, antara lain sebagai berikut:
Dilaksanakan KKA
No Langkah kerja Ket
Oleh Waktu No
1. Tujuan Audit
• Mengumpulkan bukti dan informasi tentang
kejadian dan transaksi yang terkait indikasi
kecurangan pengadaan barang.
• Mengevaluasi bukti untuk menentukan
terbukti/tidak terbuktinya kecurangan
pengadaan barang.
• Menentukan unsur-unsur penyimpangan dan
unsur delik

2. Langkah Kerja
1) Pengadaan barang fiktif
(1) Lakukan pengujian sepintas (walk through A 3 Jam VI. 1
test) atas proses pengadaan barang
• Bandingkan hasil pengujian sepintas
dengan ketentuan yang berlaku
• Catat kelemahan atau penyimpangan
yang terjadi
(2) Lakukan pengujian terbatas atas transaksi B 6 Jam VI. 2
pengadaan barang ( 25 sampel)
• Catat penyimpangan yang ditemui
• Bila ditemui penyimpangan yang material
tambah populasi/sampel yang diuji dan
cari sebab terjadinya
(3) Telusuri pengadaan barang ke penerimaan
barangnya di gudang B&C 10 Jam VI. 3
• Catat pengadaan yang barangnya tidak
masuk digudang
(4) Telusuri pengadaan barang yang tidak A&C
diterima di gudang (termasuk yang diadukan
fiktif) mencakup
• Siapa penerima atau pembuat Berita
Acara serah terima barangnya
• Kemana barangnya
(5) Buat permintaan keterangan dari pihak yang
terkait atas barang yang tidak masuk A&B 10 Jam

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 30


Modul-2

gudang, yaitu
• Kepala gudang
• Penerima barang
• Pemakai barang/Penanda tangan Bon
Pemakaian bila barang dipakai langsung
• Pihak yang menyetujui pengadaan/
pembelian
• Pihak yang melakukan pengadaan/
pembelian
(6) Bila terbukti terjadinya kecurangan, buat A 6 Jam
flowchart yang memuat:
• Penyimpangannya
• Modus operandi
• Kerugiannya
• Pihak-pihak yang diduga terlibat beserta
peranannya

2) Pengadaan barang yang tidak mengacu


kebutuhan
(1) Dari hasil pengujian sepintas yang telah A&B 10 Jam
dilakukan pada langkah kerja di atas; teliti:
• Apakah ada ketentuan yang mengatur
adanya keharusan pelaksanaan
pengadaan berdasarkan permintaan
calon pemakai
• Apakah realisasi pengadaan diharuskan
memperhatikan stock di gudang
• Apakah ketentuan tersebut dilaksanakan.
Bila ditemui adanya penyimpangan
apakah ada unsur kesengajaan
(2) Telusuri proses perencanaan pengadaan dan B&C 10 Jam
penganggaran pengadaan barang apakah
disusun berdasarkan rencana kebutuhan
berdasarkan kegiatan operasional selama
periode tertentu
(3) Lakukan inventarisasi fisik terhadap
barang-barang dead stock, slow moving dan B&C 10 Jam
barang-barang rusak akibat menumpuk di
gudang
(4) Terhadap pengadaan barang yang tidak
mengacu kebutuhan atau tidak A 3 Jam
memperhatikan sisa di gudang lakukan
konfirmasi harga atau bandingkan dengan
harga pasarnya.
(5) Lakukan wawancara dengan kepala Bagian A&B
Logistik tentang pengadaan yang tidak
mengacu kebutuhan dan tidak
memperhatikan sisa di gudang

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 31


Modul-2

(6) Buat permintaan keterangan dengan pihak-


pihak yang terkait pengadaan barang
dengan memperhatikan bukti-bukti yang
diperoleh
(7) Buat simpulan hasil audit dan buat flowchart
bila terbukti adanya kecurangan.

3) Rekayasa Tender
(1) Lakukan pengujian sepintas terhadap proses
tender
• Bandingkan dengan ketentuan yang ada
dan catat penyimpangan dan kelemahan
yang ditemui
(2) Terhadap masalah tender yang diadukan,
telusuri dan uji:
• Alasan pelaksanaan pekerjaan yang
mendahului kontrak
• Apakah alasannya tepat/dapat diterima
• Konfirmasi harga/harga satuan dengan
harga standar yang ditetapkan
• Bandingkan dengan harga pasar dan
hitung selisihnya
Lakukan langkah kerja yang sama terhadap
tender rekayasa lain yang ditemui
(3) Buat permintaan keterangan dari pihak-pihak
yang terkait dengan mengajukan fakta/bukti
yang diperoleh
(4) Buat simpulan hasil audit dan buat flowchart
bila terdapat kecurangan

4) Pengadaan BBM tidak diterima di Pabrik


(1) • Lakukan pengujian sepintas pengadaan
BBM
• Bandingkan dengan ketentuan yang ada
dan catat penyimpangan dan
kelemahannya
(2) Hitung peredaran BBM di tangki timbun (sisa
awal + pembelian -/- penggunaan = sisa)
dan bandingkan laporan/akuntansinya
(3) Lakukan inventarisasi fisik BBM di tangki
timbun dan cari selisih yang ditemui
(4) Hitung pemakaian BBM oleh Pabrik dengan
mengalikan jam produksi dengan
penggunaan/pemakaian BBM per jam
(normatif)
• Bandingkan hasilnya dengan pemakaian
BBM menurut akuntansi/laporan
keuangan dan hitung selisihnya

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 32


Modul-2

(5) Hitung jumlah truk pengangkutan BBM


menurut catatan portir/Satpam dan hitung
volume BBM menurut jumlah truk
pengangkut BBM
(6) Bandingkan hasil perhitungan pengadaan
BBM menurut catatan portir dengan hasil
perhitungan butir (4) diatas
(7) Buat permintaan keterangan dengan pihak
terkait penerimaan, pembelian dan A & B 4 Jam
pemakaian BBM
(8) Buat simpulan dan flowchart kecurangan
yang terbukti

5) Volume pekerjaan yang menyimpang dibanding


kontraknya
(1) Teliti owner estimate dan engineering
estimate pembangunan prasarana fisik
mencakup
• Volume pekerjaan
• Harga satuan
• Dalam rencana pengurugan/ penimbunan
tanah apakah sudah diperhitungkan
kondisi lahan yang ada kolamnya dengan
rencana lantai bawah tanah/basement
(2) Bandingkan volume OE/EE dengan
kontraknya
(3) Hitung realisasi fisik volume pengurugan
menurut Berita Acara Kemajuan Fisik dan
bandingkan dengan kontraknya
• Uji kebenaran perhitungan volume pada
BA Fisik pengurugan/penimbunan tanah
(4) Bandingkan BA Kemajuan Fisik dengan
pembayaran termijn
• Catat bila terjadi pembayaran yang
melebihi volume kemajuan fisik
(5) Uji laporan harian pengawas lapangan dan
bandingkan dengan BA Kemajuan Fisik
(6) Lakukan inventarisasi fisik di lokasi pekerjaan
dan bandingkan dengan laporan proyek dan
laporan Pengawas Lapangan
(7) Teliti laporan portir/Satpam tentang
masuknya truk/pengangkut tanah
• Hitung volume tanah yang masuk
berdasarkan truk tanah yang masuk
(8) Buat permintaan keterangan dari pihak-pihak
yang terkait dengan kegiatan proyek
(9) Buat simpulan hasil audit dan flowchart A, B &
terjadinya kecurangan C

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 33


Modul-2

6) Mark-up harga tanah


(1) Uji proses pengadaan lahan tanah untuk
pembangunan sarana fisik
(2) Uji sertifikat tanah yang dibeli dengan
• Konfirmasi risalah tanah ke Kantor Badan
Pertanahan Nasional A
• Dari risalah tanah catat riwayat
kepemilikan tanah tersebut
(3) Lakukan konfirmasi ke Kepala Desa/Lurah
setempat tentang riwayat kepemilikan dan
harga tanah saat transaksi
(4) Lakukan konfirmasi langsung ke
penduduk/tetangga lokasi tanah tentang A&B
tanah tersebut.
(5) Lakukan wawancara dengan pemilik
(sebelum dibeli perusahaan) serta pemilik
sebelumnya lagi.
(6) Lakukan wawancara dengan pihak-pihak
terkait
(7) Buat permintaan keterangan dari pihak-pihak
yang terindikasi terkait kecurangan dengan
menunjukkan bukti/fakta yang diperoleh
(8) Buat simpulan dan buat flowchart
kecurangan yang terbukti
7) Hitung seluruh kerugian yang dapat dibuktikan
8) Mintakan tanggapan dari atasan langsung pihak-
pihak yang terkait
9) Lakukan ekspose intern dengan melibatkan
Bagian Hukum perusahaan atas hasil audit A, B, C
investigasi dan catat komentar dan saran &D 10 Jam
peserta ekspose
10) Lengkapi kekurangan bukti/pembuktian A
berdasarkan simpulan hasil ekspose
11) Bicarakan hasil audit investigasi dengan
pimpinan perusahaan
12) Buat Laporan Hasil Audit Investigasi

Disetujui Jakarta, 26 Desember 20X8


Supervisor Ketua Tim

Daud Ali

NB: Saudara diminta untuk melengkapi Program Kerja Audit di atas.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 34


Modul-2

C. Tahap Pengumpulan Bukti


Dari hasil audit, diasumsikan diperoleh temuan audit investigasi sebagai berikut:
1. Kasus Pengadaan Barang Fiktif
a. Hasil pengujian sepintas atas perjanjian pengadaan barang, ditemui
kelemahan pengendalian intern, terutama pada aktivitas pengadaan langsung
(pengadaan tanpa melalui tender) yaitu:
• Kewenangan pengadaan diberikan kepada petugas logistik (Saudara SA)
secara penuh tanpa diimbangi kendali yang memadai
• Terjadi pengadaan yang tidak masuk dan tidak dicatat gudang dengan
alasan dipakai langsung
• Pelaksanaan barang tidak berdasarkan permintaan calon pemakai dan
tidak memperhatikan sisa persediaan di gudang
b. Dari penelusuran barang yang dipakai langsung, ternyata pihak yang
dinyatakan sebagai pemakai membantah dan menegaskan bahwa ia tidak
pernah memakai atau membutuhkan barang dimaksud sehingga diduga
merupakan pengadaan fiktif yaitu:
• Pengadaan barang tanggal 7-5-20X8 faktur dari PT. PQR
No. 16/V/20X8 Rp. 30 Juta
• Pengadan barang tanggal 28-8-20X8 Faktur PT. PQR
No. 27/VIII/20X8 Rp. 37 Juta
• Pengadaan barang tanggal 23-9-20X8 Faktur PT. PQR
No. 35/IX/20X8 Rp. 42 Juta
• Pengadaan barang tanggal 5-12-20X8 Faktur PT. PQR
No. 8/XII/20X8 Rp. 30 Juta
Jumlah Rp. 139 Juta
c. Barang-barang yang tidak masuk di gudang tersebut penerimaan barangnya
ditandatangani oleh Saudara SA dan SB
d. Dari hasil permintaan keterangan kepada gudang barang-barang yang dibeli
pada butir b. diatas ternyata barang-barangnya masih banyak tersedia di
gudang
e. Hasil permintaan keterangan dari Saudara SA dengan menunjukkan bukti-bukti
yang diperoleh, Saudara SA tidak dapat mengelak dan mengakui bahwa

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 35


Modul-2

pengadaan barang sebesar Rp. 139 Juta tersebut fiktif. Diakuinya pula bahwa
dalam melaksanakan pengadaan dimaksud, ia bekerja sama dengan Saudara
SB yang ikut menandatangani penerimaan barang dan Saudara SC selaku
Direksi PT. PQR.
f. Dari hasil permintaan keterangan dari Saudara SB ia mengakui dan setiap
menandatangani pengadaan fiktif diberi imbalan Rp. 5 Juta (per bukti
penerimaan).
g. Diperoleh pengakuan dari Saudara SA bahwa PT. PQR didirikan oleh Saudara
SC dan perusahaan tersebut ternyata tidak aktif (hanya berupa perusahaan
papan nama).

2. Kasus Pengadaan Barang Yang Tidak Mengacu Kebutuhan


a. Dari hasil pengujian sepintas ditemui kelemahan pengendalian yaitu
pengadaan barang tidak seluruhnya berdasarkan permintaan calon pemakai
dan tidak memperhatikan sisa persediaan yang ada di gudang. Pengadaan
barang mendasarkan dari pada tersedianya anggaran perusahaan.
b. Pengadaan barang yang dianggarkan perusahaan disusun oleh Bagian Logistik.
Rencana pengadaan tersebut, ternyata tidak disusun dari rencana kegiatan
yang dibuat atau diminta dari unit-unit yang memerlukan.
c. Dari hasil konfirmasi dan perbandingan harga pasar, tidak ditemukan
perbedaan harga yang mencolok.
d. Dari hasil inventarisasi fisik barang gudang terdapat barang-barang yang tidak
terpakai (dead stock) senilai Rp. 675 Juta, barang rusak senilai Rp. 300 Juta
dan barang-barang baik tapi lambat peredarannya (slow moving) senilai Rp.
782 Juta.
e. Berdasarkan hasil audit tidak ditemui unsur kecurangan, namun terjadi
kelemahan pengadaan yang berakibat pemborosan dan ketidakefektifan
sebagaimana diuraikan pada butir d. diatas.

3. Kasus Rekayasa Tender


a. Dari hasil pengujian sepintas proses tender pengadaan barang/jasa ditemui
kelemahan pada pelaksanaan tender pembangunan prasarana fisik.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 36


Modul-2

Pelaksanaan tender direkayasa mengarah pada pemenang tertentu, yaitu PT.


ABC. Hal ini terlihat dari:
• Tender tidak terbuka dan undangan tender kepada peserta lain sangat
mendesak sehingga penawaran yang diajukan dari calon rekanan lain
pada umumnya ada kelemahan/kurang memenuhi syarat
• Owner estimate/HPS tidak jelas, tapi kepada PT. ABC diberi penjelasan
yang rinci sehingga harga penawaran dan persyaratan teknisnya paling
memenuhi persyaratan
b. Dari hasil inventarisasi fisik dan penelitian jadwal pekerjaan lapangan terbukti
kebenaran materi yang diadukan yaitu pekerjaan sudah dimulai oleh PT. ABC
sebelum proses tender selesai.
c. Dari hasil perbandingan harga satuan per item pekerjaan tidak ditemukan
adanya selisih harga cukup material.
d. Dari hasil permintaan keterangan dari pihak terkait, diakui adanya tender
direkayasa dengan alasan pekerjaan mendesak dan mengejar penyelesaian
untuk segera dimanfaatkan sesuai yang dijadualkan oleh RUPS. Alasan
tersebut tidak tepat karena:
• Jadual pemanfaatan masih jauh waktunya bila dikaitkan proses tender dan
waktu pelaksanaan pekerjaannya
• PT. ABC ternyata saham mayoritasnya dikuasai ketua pelaksana tender
(Saudara DA)
e. Kondisi tersebut diatas mendukung terjadinya kecurangan pada volume
pelaksanaan pekerjaan yang akan diungkap pada temuan kasus No. 5

4. Kasus Pengadaan BBM Fiktif


a. Dari hasil pengujian sepintas pengadaan BBM ditemui kelemahan pengendalian
intern yaitu:
• Kewenangan pengadaan BBM diserahkan secara penuh kepada pegawai
tertentu (Saudara EA) dengan alasan atau pertimbangan untuk menjaga
kelancaran operasi pabrik.
• Volume pengadaan BBM tidak diatur secara jelas dengan alasan
pertimbangan penggunaan BBM tergantung jam produksi mesin.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 37


Modul-2

b. Dari hasil inventarisasi fisik BBM di tangki timbun tidak ditemui selisih antara
sisa fisik dengan administrasi/catatannya.
c. Dari hasil perhitungan volume pemakaian BBM menurut norma pemakaian
BBM per jam produksi dibanding dengan pemakaian BBM menurut laporan dan
akuntansinya, terdapat selisih pemakaian BBM yang cukup material. Dari hasil
wawancara dengan Kepala Pabrik, selisih tersebut dibantah dengan alasan
mesin pabrik sudah tua, ia mempersilahkan untuk menghitung sendiri dengan
menunggu mesin berproduksi paling singkat 3 (tiga) jam, kemudian dihitung
berapa volume penggunaan BBM selama tiga jam tersebut.
d. Berdasarkan catatan portir tentang mobil tangki yang membawa BBM ke
pabrik terjadi pula perbedaan dibanding catatan penerimaan BBM, tapi dalam
jumlah yang tidak begitu material. Masih mungkin pula bahwa mobil tangki
yang masuk terisi BBM, keluarnya juga masih terisi, namun hal ini tidak dapat
dibuktikan oleh auditor.
e. Hasil audit atas angkutan BBM, bukti-bukti penerimaan dan pengeluarannya
tidak terbukti adanya kecurangan.

5. Kasus Volume Pekerjaan Lebih Kecil Dibanding Kontraknya


a. Dari hasil audit atas penyusunan owner estimate/harga perhitungan sendiri
diperoleh temuan bahwa owner estimate kurang memperhatikan kondisi
lapangan, yaitu:
• Volume pekerjaan pengurugan tanah kurang memperhatikan kondisi tanah
dan struktur bangunannya. Lahan tanah untuk pembangunan prasarana
fisik terdapat bekas kolam ikan dan konstruksi bangunan untuk tempat
parkir dibuat di bawah tanah (basement). Volume urugan tanah tidak
memperhitungkan hal tersebut.
• Di lain pihak terdapat kalkulasi untuk biaya penggalian tanah untuk
basement yang volumenya juga tidak memperhatikan kondisi diatas.
• Estimasi harga pengurugan tanah per M3 tidak jelas harga dasarnya,
perhitungannya hanya berdasarkan perkiraan penyusun owner estimate.
b. Hasil audit atas volume pekerjaan yang pengurugan/penimbunan tanah
diperoleh hal-hal sebagai berikut:

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 38


Modul-2

• Volume tanah pada laporan kemajuan fisik pekerjaan yang dipergunakan


sebagai dasar pembayaran termijn tidak berdasarkan catatan harian yang
diketahui oleh Pengawas Lapangan
• Hasil perhitungan volume tanah dari catatan portir tentang truk
pengangkut tanah, jumlahnya jauh lebih kecil dibanding yang dilaporkan.
• Jumlah volume pengurugan sebanyak 3.000 M3 (seharga Rp. 175 Juta)
sedangkan menurut kontraknya 6.000 M3 (seharga 150 Juta)
c. Hasil perhitungan volume pekerjaan penggalian tanah ditemui:
• Dari hasil perhitungan volume yang digali dari jam operasi alat-alat berat
volumenya jauh lebih kecil dibanding yang dilaporkan
• Jam operasi alat berat tersebut didukung pula oleh catatan portir tentang
masuk dan keluarnya alat berat dan didukung pula oleh Pengawas
Lapangan.
• Hasil audit atas laporan harian Pengawas Lapangan juga diperoleh
simpulan bahwa volume penggalian tanah lebih kecil dibandingkan laporan
kemajuan fisik pekerjaan.
• Realisasi volume penggalian tanah 4.000 M3 (seharga Rp. 80 Juta)
sedangkan menurut kontraknya 8.000 M3 (seharga Rp. 80 Juta)
d. Hasil permintaan keterangan dengan berbagai pihak diperoleh simpulan
sebagai berikut:
• Petugas portir yang mencatat truk pengangkut baik siang maupun malam
semuanya menyatakan bahwa catatan tersebut benar dan dapat
dipertanggungjawabkan
• Pengawas Lapangan menyatakan bahwa laporan harian benar sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya bila dibanding catatan portir jumlahnya
relatif sama.
• Pembuat Berita Acara Kemajuan Fisik mengakui bahwa laporan yang
dibuat tidak berdasarkan data riil di lapangan tapi berdasarkan data yang
dibuat oleh kontraktor
• Pihak yang bertanggung jawab atas proyek tersebut (Saudara DA) dan
Kontraktor PT. ABC yang diwakili Saudara DB tidak dapat mengelak
setelah disodorkan bukti-bukti yang didapatkan. PT. ABC menyatakan

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 39


Modul-2

bahwa mengingat kontraknya adalah kontrak lumpsum mereka merasa


tidak bersalah, namun bersedia mengembalikan jumlah tersebut ke
perusahaan. Auditor tetap menyatakan PT. ABC terlibat, terbukti dari
pekerjaan yang dimulai sebelum proses tender selesai (ada kolusi)
e. Hasil permintaan keterangan dari penyusunan owner estimate mereka
menyatakan bahwa penyusunannya dilakukan sebelum dilakukan pembebasan
tanah. Mereka tidak memperoleh informasi bahwa lokasi yang akan dibangun
tidak rata dan perlu biaya pengurugan tanah. Mereka mengakui bahwa harga
pengurugan tanah per M3 hanya berdasarkan prakiraan karena tidak diperoleh
harga dasar. Disamping itu, penyusun OE menyatakan bahwa pihak yang
berwenang tidak meminta untuk merevisi OE sesuai kondisi tanah yang
dibebaskan.

6. Kasus Mark Up Harga Tanah


a. Dari hasil uji sertifikat tanah diperoleh riwayat tanah sebagai berikut
• Tanah tersebut sebelumnya dimiliki oleh beberapa petani, yaitu: Saudara
EA, EB, EC, ED, EE, dan EF. Luas tanah seluruhnya adalah 6.400 M2.
• Tiga bulan sebelum dibeli perusahaan tanah dibeli oleh Saudari EG dengan
harga Rp. 250.000/M2. Hal ini juga dibenarkan oleh para petani pemilik
semula. Harga tanah tersebut jauh diatas harga Nilai Jual Obyek Pajak
(NJOP) setempat dan jauh diatas harga pasar setempat, sehingga petani
pemilik tanah waktu didatangi Saudari EG setuju untuk menjualnya.
Saudari EG adalah istri Saudara EH.
• Saudara EG menggabungkan tanah itu menjadi satu sertifikat atas
namanya.
• Tiga bulan kemudian tanah kemudian dijual ke perusahaan dengan harga
Rp. 400.000 per M2 (tidak termasuk biaya sesuai ketentuan pemerintah).
b. Dari hasil wawancara dengan Kepala Desa setempat diperoleh penjelasan
bahwa empat bulan sebelum perusahaan membeli tanah tersebut Saudara EH
pernah mendatanginya dan mengatakan bahwa perusahaan akan membangun
perluasan prasarana fisik di desanya dan meminta agar Kepala Desa
membantu mencarikan tanah seluas  7.000 M2. Kepala Desa belum dapat

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 40


Modul-2

memperoleh pandangan tanah yang dapat dijual seluas itu, karena ia


beranggapan yang diminta adalah tanah yang datar. Kepala Desa memberi
penjelasan bahwa NJOP untuk tanah datar di wilayahnya Rp. 150.000 per M2
dan harga pasarnya Rp. 200.000 per M2.
c. Berdasarkan keputusan Direksi Perusahaan ternyata Saudara EH adalah ketua
tim pembelian/pembebasan tanah dengan anggota tim 3 orang yaitu Saudara
EI, EJ, dan EK
d. Hasil permintaan keterangan dari anggota tim pembebasan tanah, mereka
menyatakan bahwa setiap rapat, ketua tim tidak pernah memperhatikan usulan
anggota timnya. Keputusan lokasi tanah yang akan dibeli dan harganya
diputuskan secara tegas dilakukan Saudara EH tanpa musyawarah. Mengenai
keputusan harga sebesar Rp. 400.000 per M3, Saudara EH menjelaskan kepada
anggota timnya bahwa harga tersebut sudah cukup murah karena anggaran
yang tersedia Rp. 500.000 per M2. Setelah pengadaan/pembebasan tanah
selesai setiap anggota tim diberi Rp. 10 juta oleh Saudara EH dengan
penjelasan uang komisi.
e. Hasil permintaan keterangan dari Saudara EH setelah ditunjukkan fakta dan
bukti-buktinya, ia tidak dapat mengelak dan mengakui adanya kecurangan
tersebut.

D. Tahap Evaluasi Bukti


Pada tahap evaluasi bukti, auditor menilai apakah sangkaan kecurangan yang
digambarkan dalam hipotesa dapat dibuktikan. Evaluasinya meliputi:
a. Kualitas bukti mencakup:
• Relevansi bukti yaitu menggambarkan proses terjadinya kecurangan
• Materialitas bukti yaitu menekankan pada hubungannya dengan sangkaan
yang diidentifikasikan
b. Kuantitas bukti mencakup: Apa, Siapa, Bilamana, Dimana dan Bagaimana
kecurangan dilakukan dan menutup kemungkinan bantahan dari pelaku

Teknik evaluasi bukti, mencakup:


• Bagan arus kejadian/kasus posisi/flowchart modus operandi.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 41


Modul-2

• Kronologis fakta dalam uraian narasi dengan menggambarkan urutan kejadian


sesungguhnya.
Berdasarkan bukti-bukti yang telah diperoleh, hasil evaluasinya bukti adalah sebagai
berikut:

1. Kasus Pengadaan Barang Fiktif


a. Bukti-bukti yang diperoleh pada tahap pengumpulan bukti dapat membuktikan
bahwa kecurangan pengadaan barang berupa pengadaan fiktif benar-benar
terjadi, yaitu:
• Faktur No. 16/V/20X8 Rp. 30 Juta
• Faktur No. 27/VIII/20X8 Rp. 37 Juta
• Faktur No. 35/IX/20X8 Rp. 42 Juta
• Faktur No. 8/XII/20X7 Rp. 30 Juta
Rp. 139 Juta
Seluruh faktur atas nama PT. PQR
b. Pelaku kasus terindikasi yaitu Saudara SA, SB dan SC
c. Modus operandinya juga dapat terbukti, yaitu:
• Kerjasama antara Saudara SA, SB dan SC
• Saudara SA dan SB membuat bukti penerimaan barang yang barangnya
tidak pernah diterima perusahaan
• Saudara SC membuat perusahaan badan hukum papan nama sebagai
penjual barang.
Dengan demikian persyaratan kualitas dan kuantitas bukti dapat terpenuhi.
Bagan arus atau kasus posisinya dapat dilihat pada Lampiran 1.

2. Kasus Pengadaan Barang Tidak Mengacu Kebutuhan


a. Dari hasil pengumpulan bukti diperoleh
1) Kelemahan pengendalian, yaitu
• Pengadaan barang tidak berdasarkan permintaan calon pemakai dan
tidak memperhatikan sisa persediaan yang ada di gudang.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 42


Modul-2

• Pengadaan berdasarkan anggaran yang tersedia, sedangkan anggaran


yang disusun tidak berdasarkan usulan dari calon pemakai yang
penyusunannya berdasarkan rencana kegiatan operasional.
2) Kelemahan pengendalian intern berakibat terdapatnya barang rusak Rp.
300 Juta, dead stock Rp. 675 Juta dan slow moving Rp. 782 Juta.
b. Kecurangan tidak terbukti, namun kelemahan tersebut harus segera
disampaikan ke Direksi untuk ditindaklanjuti ke arah perbaikan.
3. Kasus Rekayasa Tender
a. Hasil pengumpulan bukti diperoleh:
• Kelemahan pelaksanaan tender
b. Tidak terbukti adanya kecurangan, namun hal ini mendukung terjadinya kasus
lain (Kasus No. 5)

4. Kasus Pengadaan BBM


a. Hasil pengumpulan bukti diperoleh
• Adanya kelemahan pengendalian pengadaan BBM dari segi anggaran dan
kewenangan pengadaan.
b. Bukti-bukti yang diperoleh tidak cukup untuk mendukung terjadinya
kecurangan.

5. Kasus Volume Pekerjaan Lebih Kecil dibandingkan Kontraknya


a. Hasil pengumpulan bukti dapat mendukung terjadinya kecurangan, yaitu:
• Realisasi volume pengurugan lebih kecil dibanding kontrak senilai Rp. 75
Juta
• Realisasi penggalian tanah lebih kecil dibanding kontraknya senilai Rp. 40
Juta
b. Pelaku kecurangan dapat diidentifikasi yaitu Saudara DA dan DB (PT. ABC)
c. Modus operandi: Kolusi dengan pihak pemborong
Berdasarkan hal tersebut maka persyaratan kualitas dan kuantitas bukti terpenuhi.
Bagan arus/kasus posisi dapat dilihat pada Lampiran 2.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 43


Modul-2

6. Kasus Mark-Up Harga Tanah


a. Dari hasil pengumpulan bukti diperoleh bukti-bukti yang dapat mendukung
terjadinya kecurangan:
• Pengadaan tanah jauh diatas harga pasar dengan selisih harga:
(6.400 x Rp. 400.000) -/- (6.400 x Rp. 250.000)
= Rp. 2.560.000.000 -/- Rp. 1.600.000.000 = Rp. 960 Juta
• Diperoleh keterangan dari pihak lain yang dapat dijadikan saksi
b. Pelaku dapat terindikasi yaitu Saudara EH dibantu Saudara EI, EJ, dan EK
c. Modus operandi
• Saudari EG selaku istri Saudara EH membeli tanah dari pemilik lama (tiga
bulan sebelum perusahaan membeli tanah) seharga Rp. 250.000 per M2
• Saudara EH selaku ketua pembebasan/pengadan tanah, memutuskan
membeli tanah EG dengan harga yang jauh diatas harga pasar yaitu Rp.
400.000 per M2 .
Berdasarkan hal-hal tersebut, persyaratan kualitas dan kuantitas bukti terpenuhi.
Bagan arus atau kasus posisi dapat dilihat pada Lampiran 3.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 44


Modul-2

Lampiran 1

Lampiran 2

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 45


Modul-2

Lampiran 3

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 46


Modul-2

E. Tahap Pelaporan
1. Tujuan dan Bentuk Laporan
Laporan hasil audit investigasi kasus kecurangan yang berindikasi tindak pidana
korupsi harus diarahkan pada dua layanan, yaitu:
• Memudahkan pejabat berwenang (Direksi atau Dewan Komisaris) dalam
mengambil tindak lanjut yang diperlukan
• Dapat menunjang pelaksanaan penegakan hukum oleh penyidik

Laporan atas hasil audit investigasi dapat disusun dalam dua bentuk yaitu:
a. Laporan bentuk Surat, bila hasil auditnya tidak ditemukan adanya
penyimpangan atau bila ada penyimpangan yang perlu segera ditindaklanjuti
sebelum audit selesai seluruhnya.
b. Laporan bentuk Bab bila dari hasil audit ditemukan adanya penyimpangan-
penyimpangan yang memerlukan tindakan ligitasi seperti penyimpangan yang
berindikasi tindak pidana korupsi.

2. Laporan Bentuk Bab


a. Susunan laporan bentuk bab antara lain sebagai berikut:
BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II UMUM
1. Dasar Audit
2. Sasaran dan Ruang Lingkup
3. Data Auditan atau Kegiatan yang Diaudit

BAB III URAIAN HASIL AUDIT


1. Dasar Hukum
2. Temuan Hasil Audit
1) Jenis Penyimpangan
2) Modus Operandi atau Fakta-Fakta dan Proses Kejadian
3) Penyebab dan Dampak Penyimpangan
4) Pihak yang Diduga Terlibat dan Bertanggung Jawab

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 47


Modul-2

5) Bukti-Bukti yang Diperoleh


3. Kesepakatan atau Pelaksanaan Tindak Lanjut dengan Pimpinan Auditan
4. Kesepakatan dengan Pihak Instansi Penyidik
5. Lampiran-Lampiran, antara lain:
1) Flowchart atau Bagan Arus Proses Kejadian
2) Bukti-Bukti Pendukung yang Relevan
3) Risalah Pembicaraan dengan Auditan
4) Risalah Kesepakatan dengan Instansi Penyidik

b. Isi Laporan
BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Memuat uraian hasil audit secara ringkas dan jelas tentang penyimpangan
yang terjadi serta terpenuhinya unsur tindak pidana korupsi.
Pada bab ini juga diberikan rekomendasi berupa langkah-langkah perbaikan
atau tindak lanjut yang perlu diambil oleh atasan langsung pejabat yang
terlibat.

BAB II UMUM
1. Dasar Audit, memuat dasar penugasan audit antara lain:
• Dasar hukum auditor (instansi yang melakukan audit).
• Dasar dilakukan audit (pengaduan, pendalaman audit atau permintaan)
2. Sasaran dan Ruang Lingkup
Memuat uraian yang menjadi sasaran dan ruang lingkup yang diaudit
misalnya mengenai pengadaan barang dengan menyebutkan periode/
masa yang diaudit dan saat/jangka waktu pelaksanaan audit.
3. Data Auditor atas kegiatan yang diaudit
• Nama unit yang diaudit atau kegiatan yang diaudit
• Alamat unit yang diaudit
• Organisasi unit atau kegiatan yang diaudit

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 48


Modul-2

BAB III URAIAN HASIL AUDIT


1. Dasar Hukum
Memuat peraturan perundangan, keputusan direksi, yang terkait dengan
unit atau kegiatan yang diaudit.
2. Temuan Hasil Audit
Temuan kasus kecurangan pengadaan barang sebagaimana dibahas pada
butir C. dan D. diatas diuraikan per kasus (kasus pengadaan barang fiktif,
kasus volume pekerjaan lebih kecil dibanding kontraknya dan kasus mark-
up harga tanah)

Adapun contoh uraian materi temuannya antara lain sebagai berikut:


1) Pengadaan Barang Fiktif
Dari hasil audit atas pengadaan barang langsung ditemukan pengadaan
barang yang barangnya tidak diterima perusahaan tetapi terjadi
pembayaran atas pengadaan tersebut, yaitu faktur pengadaan barang
PT. ABC:
• PT. ABC No. 16/V/20X8 tanggal 7-5-20X8 Rp. 30 Jt
• PT. ABC No. 27/VIII/20X8 tanggal 28-8-20X8 Rp. 37 Jt
• PT. ABC No. 35/IX/20X8 tanggal 23-9-20X8 Rp. 42 Jt
• PT. ABC No. 8/XII/20X8 tanggal 5-12-20X8 Rp. 30 Jt
Jumlah Rp.139 Jt

Modus kecurangan tersebut dilakukan dengan membuat Berita Acara


penerimaan barang fiktif oleh Saudara SA dan SB. Barang yang dibeli
tersebut dinyatakan dipakai langsung, tapi pihak yang disebut sebagai
pemakai barang membatalkan dan menyatakan tidak pernah memakai
barang dimaksud. Saudara SA juga berkolusi dengan pihak ketiga
sebagai penjual (PT. ABC).

Dari hasil audit ternyata PT. ABC tidak aktif melakukan jual beli barang
dan hanya sebagai perusahaan “papan nama”. Kejadian tersebut
disebabkan oleh lemahnya pengendalian intern atas pengadaan

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 49


Modul-2

langsung dan adanya kolusi antara petugas pelaksana pengadaan


barang, penerima dan pihak ketiga. Sebagai akibatnya perusahaan
dirugikan sekurang-kurangnya Rp. 139 Juta.

Pihak yang diduga terlibat adalah:


• Saudara SA selaku pelaksana pengadaan
• Saudara SB bersama-sama SA membuat Berita Acara Penerimaan
Barang Fiktif
• Saudara SC (Direksi PT. ABC) yang membuat faktur pengadaan
Saudara SB menerima imbalan Rp. 5 Juta setiap Berita Acara yang
dibuat dan Saudara SC (PT. ABC menerima 30% dari nilai barang).

Bukti-bukti yang diperoleh atas kasus tersebut:


a) Faktur pengadaan barang dari PT. ABC sebanyak 4 lembar senilai
Rp. 139 Juta
b) Berita Acara Penerimaan Barang Fiktif 4 BA senilai Rp. 139 Juta
c) Bukti pembayaran kas kepada PT. ABC dengan nilai Rp. 139 Juta
d) Bukti permintaan keterangan dari Saudara SA
e) Bukti permintaan keterangan dari Saudara SB
f) Pernyataan dari Saudara SC
g) Bukti wawancara dengan kepala Logistik
h) Pernyataan dari pihak yang disebut sebagai pemakai barang
i) Bukti wawancara dari kepala gudang

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 50


Modul-2

KASUS III
KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 51


Modul-2

BAB V
KASUS III: KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

Saudara adalah seorang auditor dari Satuan Pengawasan Internal (SPI) PT. X yang bergerak
di bidang industri tertentu. Hasil produksi PT. X dipasarkan di dalam negeri merupakan
perusahaan group dan mempunyai beberapa anak perusahaan. Penjualan hasil produksi
dilakukan secara kredit dan tunai.

Komite Audit PT. X melaporkan kepada Dewan Komisaris bahwa dari hasil analisis terhadap
Laporan Keuangan terindikasi adanya kecurangan penyajian Laporan Keuangan tahun buku
20X8 berupa penekanan laba (revenue understatement) untuk memperkecil atau menekan
pengenaan pajak penghasilan.

Dalam rangka pencapaian good corporate governance, Dewan Komisaris memutuskan untuk
mencegah tindakan Direksi dan memutuskan untuk dilakukan audit investigasi. Saudara
ditugaskan sebagai ketua tim audit tersebut, di bawah kendali Komite Audit.

Sehubungan dengan penugasan tersebut, buat langkah-langkah kerja audit penting yang
akan Saudara lakukan diawali dengan melakukan berbagai prosedur analisis untuk
memperoleh indikasi adanya kecurangan laporan keuangan.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 52


Modul-2

BAB VI
PEMECAHAN KASUS III: KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN

A. Modus Kecurangan Penekanan Laba


Kecurangan untuk menekan laba (Revenue Understatement) dalam rangka
menghindari atau memperkecil pajak penghasilan badan, antara lain dilakukan dengan
cara:
• Menciptakan biaya fiktif atau memperbesar biaya
• Memperkecil penghasilan dengan tidak melaporkan sebagian penjualan
• Mencatat sebagian pendapatan atau biaya ke periode akuntansi lain agar laba
periode fiskal lebih rendah
• Memindahkan biaya atau pendapatan ke perusahaan group yaitu pendapatan dari
perusahaan yang labanya besar, dipindahkan ke perusahaan lain dalam satu
group yang pada satu tahun fiscal sama menderita rugi. Biaya pada perusahaan
yang menderita rugi dipindahkan ke perusahaan lain dalam satu group yang pada
tahun fiskal sama labanya besar.
• Transfer Pricing penjualan ekspor, dengan merekayasa penjualan ekspor tidak
langsung ke pembeli di luar negeri tapi melalui perantara atau perusahaan bukan
pembeli sebenarnya dengan harga yang jauh lebih rendah.

B. Langkah-langkah Kerja Audit


1. Prosedur Analisis
Sebelum pengujian substantif dilakukan berbagai prosedur analisis untuk
memperoleh indikasi awal terjadinya kecurangan penyajian laporan keuangan.
Adapun prosedur analisis yang dilakukan, antara lain:
a. Analisis rentabilitas atas laporan keuangan tahun fiscal yang bersangkutan
untuk kemudian dibandingkan dengan rentabilitas tahun-tahun sebelumnya
dan dibandingkan dengan rentabilitas perusahaan sejenis.
b. Perbandingan omzet penjualan menurut laporan keuangan dengan SPT PPN
tahun fiskal yang sama.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 53


Modul-2

c. Perbandingan debet piutang usaha dengan omzet penjualan periode yang


sama.
d. Analisis rendemen pemakaian bahan normatif dengan realisasinya dan
perbandingannya dengan tahun lalu.
e. Analisis turnover persediaan dan dibandingkan dengan tahun lalu
f. Analisis turnover piutang usaha dan dibandingkan dengan tahun lalu
g. Analisis perbandingan omzet penjualan tahun buku berjalan dengan tahun
sebelumnya.
h. Analisis perbandingan hasil produksi biaya produksi tahun berjalan dengan
tahun sebelumnya.
i. Membandingkan harga pokok produksi dengan kalkulasinya dan dengan tahun
lain.
Hasil analisis tersebut akan tampak ada/tidak adanya kejanggalan yang dapat
menunjukkan indikasi ada/tidak adanya kecurangan penyajian laporan keuangan
untuk menekan laba perusahaan.

Adapun hasil analisis yang dapat menunjukkan adanya indikasi kecurangan


penekanan laba (revenue understatement), antara lain sebagai berikut:
a. Rasio rentabilitas tahun berjalan menurun dibanding tahun lalu, namun biaya
produksi tahun berjalan relatif sama dengan tahun lalu dan perputaran
persediaan juga tidak jauh berbeda.
b. Hasil perbandingan omzet penjualan menurut SPT PPN lebih besar dibanding
omzet penjualan menurut laporan keuangan, karena disamping penjualan
kredit ada penjualan tunai.
c. Rendemen pemakaian bahan lebih kecil dibanding rendemen menurut normatif
dan lebih kecil pula dibanding tahun lalu.
d. Hasil analisis perbandingan hasil produksi lebih kecil dibanding tahun lalu
sedangkan biaya produksi relatif tidak terjadi penurunan yang seimbang
dengan penurunan hasil produksi

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 54


Modul-2

2. Langkah Kerja Audit


Langkah kerja audit yang dituangkan dalam Program Kerja Audit (PKA) baik
pengujian ketaatan (compliance test) maupun pengujian rinci (substantive test)
mengacu pada pembuktian terjadinya penekanan laba beserta modusnya dengan
mendalami hasil analisis tersebut diatas.
a. Pengujian ketaatan
1) Lakukan pengujian ketaatan terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Pajak (UU PPh) dan aturan-aturan pelaksanaannya, seperti: SK Menteri
Keuangan dan SK/SE Dirjen Pajak.
2) Lakukan pengujian terhadap penerapan prinsip akuntansinya dan
bandingkan dengan prinsip akuntansi yang diberlakukan oleh fiskus, antara
lain: metode penyusutan aktiva tetap, penghapusan piutang, penilaian
persediaan, transaksi hubungan istimewa, dan sebagainya.

b. Pengujian substantif
Untuk menghemat waktu audit, pelaksanaan pengujian substantif
diprioritaskan pada hasil analisis yang menunjukkan adanya indikasi
penekanan laba beserta modus atau cara-caranya. Adapun langkah kerja atau
prosedur dan teknik audit yang penting, antara lain:
1) Langkah kerja audit untuk mendeteksi pemindahan biaya dan pendapatan
ke perusahaan group
a) Bandingkan Laporan Keuangan diantara perusahaan group dan catat
perusahaan yang kondisi usahanya menderita rugi dan perusahaan
yang belum beroperasi penuh.
b) Teliti perusahaan anggota group yang usahanya tidak jelas dan
melakukan banyak transaksi dengan perusahaan (PT. X).
c) Telusuri transaksi PT. X dengan anggota group yang menderita rugi,
perusahaan yang belum beroperasi penuh dan perusahaan yang
kegiatannya tidak jelas.
d) Teliti pembebanan biaya dari perusahaan tersebut pada butir c) dan uji
apakah pembebanan biaya tersebut benar merupakan beban PT. X.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 55


Modul-2

e) Teliti adanya transaksi penjualan atau pemindahan hasil produksi PT. X


kepada perusahaan butir c).
f) Bandingkan transaksi tersebut dengan harga pasar atau harga
penjualan oleh PT. X.
g) Lakukan koreksi atas pembebanan biaya yang tidak benar dan lakukan
koreksi harga jual antar perusahaan dalam group dengan harga pasar.
h) Lakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dengan transaksi
butir d) dan e) tersebut.

2) Langkah kerja untuk mendeteksi pencatatan pendapatan dan biaya ke


periode akuntansi lain
a) Lakukan kesejajaran pendapatan dengan biaya PT. X tahun buku 20X8
b) Teliti pembebanan pendapatan dan biaya awal dan akhir tahun buku
20X8, apakah terjadi pergeseran ke periode lain.
c) Uji transaksi setelah tanggal Laporan Keuangan apakah ada pergeseran
pendapatan tahun 20X8 ke tahun buku berikutnya.
d) Catat adanya pergeseran biaya ke periode akuntansi lain dan lakukan
koreksi biaya.
e) Lakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan pergeseran
beban/biaya ke periode akuntansi lain.

3) Langkah kerja audit untuk mendeteksi adanya keuangan dengan


merendahkan/ memperkecil pendapatan
a) Bandingkan laporan hasil produksi dari pabrik dengan catatan gudang
dan akuntansinya serta telusuri perbedaan yang ditemui
b) Bandingkan antara pendapatan dengan pengeluaran hasil produksi per
komoditi dikalikan harga jualnya.
c) Bila terjadi perbedaan telusuri setiap pengeluaran produk ke
penjualannya
d) Telusuri biaya-biaya penjualan dengan penjualan yang dilaporkan di
laporan keuangan.
e) Bandingkan faktur pajak penjualan dengan penjualan yang dilaporkan.

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 56


Modul-2

f) Bandingkan transaksi piutang usaha ke penjualannya.


g) Telusuri surat-surat angkutan hasil produksi dengan penjualannya
h) Lakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait dengan kegiatan
memperkuat kecil pendapatan

4) Langkah-langkah kerja audit untuk mendeteksi biaya fiktif dan


memperbesar biaya
a) Uji perhitungan biaya produksi dengan realisasi produksinya
b) Telusuri pembebanan per jenis biaya ke realisasi produksinya
c) Lakukan verifikasi bukti-bukti biaya dan trasir ke kegiatan dan
manfaatnya.
d) Hitung beban penyusutan aktiva tetap sesuai ketentuan pajak dan teliti
apakah ada mark-up nilai aktiva tetap
e) Bandingkan perhitungan penyusutan tersebut dengan Laporan
Keuangan.
f) Uji biaya-biaya pemasaran dengan kegiatan pemasarannya
g) Catat biaya-biaya yang tidak lazim dan telusuri ke kegiatan dan
pemanfaatannya
h) Catat biaya-biaya yang tidak diperkenankan oleh Undang-Undang PPh
dan teliti apakah ada unsur kesengajaan
i) Lakukan wawancara dengan pihak-pihak terkait hal tersebut
j) Lakukan koreksi atas biaya berdasarkan temuan audit

5) Lakukan koreksi laba fiscal berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh.


6) Bicarakan dengan pihak-pihak yang terkait dan bertanggung jawab

LPFA – Pelatihan Fraud Auditing 2 57

Anda mungkin juga menyukai