E S T I G AT I O N
INV
MODUL FA-2
SIMULASI PENUGASAN
AUDIT INVESTIGASI
SIMULASI
PENUGASAN AUDIT INVESTIGASI
Modul-2
KASUS I
KECURANGAN KAS
BAB I
KASUS I: KECURANGAN KAS
Tim audit Saudara selaku Satuan Pengawasan Intern (SPI) melakukan audit atas beberapa
rekening/akun Laporan Keuangan tahun buku 20X8 sebelum dilakukan audit oleh Kantor
Akuntan Publik (KAP). Dari hasil audit, diperoleh hal-hal sebagai berikut:
1. Akuntansi “Piutang” kurang tertib. Kontrol Otomatis (Internal Check) antara akun
piutang di ledger dan piutang menurut subledger tidak berjalan atau terjadi perbedaan
yang sulit ditelusuri. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan konfirmasi positif
terhadap piutang-piutang yang saldonya material. Jawaban konfirmasi dari piutang pada
umumnya tidak sama saldonya, yaitu saldo piutang menurut pelanggan lebih kecil
dibanding saldo menurut perusahaan. Setelah ditelusuri perbedaan tersebut disebabkan
keterlambatan pencatatan oleh perusahaan. Kondisi seperti ini juga terjadi pada hasil
konfirmasi tahun-tahun sebelumnya termasuk konfirmasi oleh KAP. Dari hasil pengujian
transaksi secara sampling terindikasi adanya unsur kesengajaan menunda pencatatan
penerimaan pembayaran piutang.
2. Hasil opname kas per 25 November 20X8 ditemui selisih kurang kas sebesar Rp.
3.750.000,- yang belum dapat diketahui sebab-sebabnya. Dari hasil audit atas bukti
pengeluaran kas secara sampling terjadi salah buku bukti pengeluaran kas No.
63/XI/20X8 tanggal 5 November 20X8 sebesar Rp. 127.520.750,- yang dibuku sebesar
Rp. 172.520.750,-. Kesalahan buku itu belum termasuk selisih kurang kas opname
tanggal 25 November 20X8.
3. Dari hasil audit atas kewajiban kepada negara ditemui adanya koreksi oleh Kantor
Pelayanan Pajak atas setoran Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Koreksi tersebut terjadi
pada beberapa SPT masa dan jumlahnya cukup material, padahal semua kewajiban PPN
keluaran telah disetor tepat waktu dan didukung bukti Surat Setoran Pajak (SSP). Hal
yang mencurigakan menyangkut nomor urut register SSP pada Bank persepsi yang
sama yaitu SSP pada tanggal setoran yang terdahulu nomor urut registernya lebih besar
dari nomor urut setoran tanggal berikutnya.
4. Akuntansi “Hutang” juga tidak tertib, jumlah sisa hutang menurut ledger tidak sama
dengan rincian hutang pada subledger. Dari hasil audit atas timbulnya hutang terdapat
hutang yang tidak jelas transaksinya dan sebagai rekening lawan hutang adalah
rekening “biaya” yang juga tidak jelas bukti pendukungnya.
Saudara ditunjuk sebagai ketua tim untuk melakukan audit investigasi. Sehubungan dengan
penugasan tersebut susun langkah-langkah kerja audit dari penelaahan informasi awal s/d
penyusunan laporan hasil auditnya.
BAB II
PEMECAHAN KASUS: KECURANGAN KAS
A. Tahap Praperencanaan
Pada tahap praperencanaan dilakukan analisis dan penelaahan terhadap informasi
awal dalam hal ini informasi yang didapat dari hasil audit non investigasi. Analisis dan
penelaahan informasi tersebut bertujuan agar pengembangan ke arah audit
investigasinya lebih terarah atau untuk menilai kecukupan informasi, guna menjawab
5W dan 1H yaitu:
• Jenis penyimpangan (What)
• Pihak yang bertanggung jawab (Who)
• Waktu terjadinya penyimpangan (When)
• Tempat terjadinya penyimpangan (Where)
• Penyebab terjadinya (Why)
• Modus penyimpangan (How)
Informasi awal yang diperoleh (dari audit non investigasi) pada dasarnya dapat
menjawab pertanyaan 5W dan 1H dengan rincian sebagai berikut:
1. Piutang
a. Jenis penyimpangan yang terindikasi: Lapping Scheme
b. Modus operandinya: pengambilan kas dengan cara menunda pencatatan
penerimaan pelunasan piutang
c. Pihak yang diduga terlibat: pemegang kas atau bendaharawan
d. Penyebab: kelemahan pengendalian
e. Waktu terjadinya: pada saat penerimaan pelunasan piutang
2. Kas
a. Jenis penyimpangan yang terindikasi: pencurian kas yang sudah dicatat (Cash
Larceny)
b. Modus operandinya:
4. Hutang
a. Jenis penyimpangan yang terindikasi: pencurian kas yang sudah dicatat
b. Modus operandinya: menciptakan rekening hutang fiktif, kemudian dibayar dan
uangnya diambil oleh pelaku.
c. Pihak yang bertanggung jawab: pemegang kas
d. Saat terjadinya: pada waktu menciptakan hutang fiktif dan saat
pembayarannya.
Langkah-langkah kerja atau prosedur/teknik audit penting pada program kerja audit
kasus kecurangan kas, antara lain sebagai berikut:
Dilaksanakan
KKA
Oleh Waktu
1. Tujuan Audit
• Mengumpulkan bukti dan informasi tentang
kejadian dan transaksi yang terkait indikasi
kecurangan kas
• Mengevaluasi bukti untuk menentukan
terbukti/tidak terbuktinya kecurangan kas
• Menentukan unsur-unsur penyimpangan dan
unsur-unsur delik.
2. Langkah Kerja
1) Kasus Piutang
(1) • Lakukan pengujian sepintas (walk
through test) atas proses pelunasan A 1 Jam
piutang
• Bandingkan hasil pengujian sepintas
dengan prosedur yang berlaku.
(2) • Lakukan pengujian terbatas (limited
test) atas dokumen pelunasan A 1 Jam
piutang ( 25 sampel)
• Catat penyimpangan yang ditemui.
(3) Lakukan verifikasi atas bukti-bukti
pembayaran/pelunasan piutang. B 3 Jam
(4) • Lakukan vouching atas transaksi
pelunasan/pembayaran piutang dan B 1 Jam
hutang
(3) Catat hutang yang tidak jelas
timbulnya dan telusuri pelunasannya
(4) Catat dan hitung adanya hutang fiktif
dan buat modusnya
(5) Telusuri pihak yang terlibat timbulnya
hutang fiktif beserta peranannya
(6) Buat permintaan keterangan dari
pihak-pihak yang terlibat
(7) Buat flowchart kecurangan hutang
fiktif
5) Minta penjelasan dan tanggapan atasan
langsung pihak-pihak yang terlibat
6) Bicarakan hasil audit investigasi dengan
Pimpinan Perusahaan
7) Lakukan ekspose intern dengan melibatkan
para auditor yang kompeten dan pimpinan
yang membidangi bidang hukum
perusahaan
8) Lengkapi kekurangan perolehan bukti dan
pembuktian berdasarkan simpulan hasil
ekspose
9) Buat Laporan Hasil Audit Investigasi
Jakarta, 10 Des 20X8
Disetujui Ketua Tim
Supervisor A
d. Bukti penerimaan kas No. 32/X/20X8 tanggal 20 Oktober 20X8 sebesar Rp.
153.470.000 dibuku sebesar Rp. 135.470.000.
e. Dari hasil verifikasi bukti pengeluaran kas dan kontrol hubungan dengan
kegiatan operasional terdapat pembebanan biaya ganda sebesar Rp. 41 juta
yaitu bukti kas No. 14/IX/20X8 tanggal 9 September 20X8.
f. Bila diperhitungkan temuan c., d., dan e. tersebut diatas saldo buku kas
seharusnya Rp. 352.735.500.
g. Dari hasil permintaan keterangan diperoleh pengakuan dari Saudara PA ia
mengambil kas sebesar selisih antara sisa buku yang direkayasa dengan sisa
kas yang ada (Rp. 167 juta). Dalam pelaksanaannya Saudara PA dibantu oleh
Saudara PB selaku pemegang buku kas.
h. Hasil permintaan keterangan dari Saudara PB diperoleh penjelasan bahwa ia
melakukan pencatatan kas sesuai permintaan dari Saudara PA. Dan ia,
mendapat imbalan sebesar Rp. 5 juta (per transaksi).
i. Hasil permintaan keterangan dari Saudara PC sebagai atasan langsung
pemegang kas, diperoleh penjelasan bahwa seluruh pengeluaran kas dilakukan
verifikasi sebelum dibayar tapi saat pencatatannya di buku kas, Saudara PC
tidak melakukan verifikasi.
Seluruh bukti yang diperoleh tersebut diatas kemudian dievaluasi untuk dinilai kualitas
dan kuantitasnya guna mendukung terjadinya atau tidak terjadinya kecurangan.
Berdasarkan hasil pengumpulan pada butir C., bukti-bukti dievaluasi yaitu dilakukan
penilaian kualitas dan kuantitas bukti dengan hasil sebagai berikut:
Adapun Bagan Arus atau kasus posisinya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Penyebab terjadinya kasus ini juga dapat diketahui yaitu lemahnya pengendalian
internal karena akuntansi kas menggunakan catatan pemegang kas dan adanya
kolusi pemegang kas dengan pemegang buku kas.
Berdasarkan hal tersebut diatas kualitas bukti dan serta kuantitas bukti dapat
terpenuhi.
Bagan arus atau kasus posisi pencurian kas dapat dilihat pada Lampiran 2.
a. Terdapat pembayaran atas hutang fiktif yaitu hutang kepada PT. PQR sebesar
Rp. 90,5 Juta dan seluruhnya telah dibayar.
b. Kecurangan tersebut dilakukan berkolusi antara Pemegang Kas Saudara PA
dengan pihak ketiga (Saudara SC) yang mendirikan perusahaan papan nama
(PT. PQR).
c. Penyebab terjadinya kecurangan adalah lemahnya pengendalian intern yaitu
tidak dilakukan verifikasi independen atas timbul dan pembayaran hutang.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
E. Tahap Pelaporan
1. Tujuan dan Bentuk Laporan
Laporan hasil audit investigasi kasus kecurangan yang berindikasi tindak pidana
korupsi harus diarahkan pada dua tujuan, yaitu:
a. Memudahkan pejabat berwenang (Direksi atau Dewan Komisaris) dalam
mengambil tindak lanjut yang diperlukan
b. Dapat menunjang pelaksanaan penegakan hukum oleh penyidik
Laporan atas hasil audit investigasi dapat disusun dalam dua bentuk, yaitu:
a. Laporan bentuk Surat, bila hasil auditnya tidak ditemukan adanya
penyimpangan atau bila ada penyimpangan yang perlu segera ditindaklanjuti
sebelum audit selesai seluruhnya.
b. Laporan bentuk Bab bila dari hasil audit ditemukan adanya penyimpangan-
penyimpangan yang memerlukan tindakan ligitasi seperti penyimpangan yang
berindikasi tindak pidana korupsi.
b. Isi Laporan
BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Memuat uraian hasil audit secara ringkas dan jelas tentang
penyimpangan yang terjadi serta terpenuhinya unsur tindak pidana
korupsi. Pada bab ini juga diberikan rekomendasi berupa langkah-
langkah perbaikan atau tindak lanjut yang perlu diambil oleh atasan
langsung pejabat yang terlibat.
BAB II UMUM
1. Dasar Audit, memuat dasar penugasan audit antara lain:
• Dasar hukum auditor (instansi yang melakukan audit).
• Dasar dilakukan audit (pengaduan, pendalaman audit atau
permintaan)
2. Sasaran dan Ruang Lingkup
Memuat uraian yang menjadi sasaran dan ruang lingkup yang
diaudit misalnya mengenai pengadaan barang dengan
menyebutkan periode/ masa yang diaudit dan saat/jangka waktu
pelaksanaan audit.
3. Data Auditor atas kegiatan yang diaudit
• Nama unit yang diaudit atau kegiatan yang diaudit
• Alamat unit yang diaudit
• Organisasi unit atau kegiatan yang diaudit
KASUS II
KECURANGAN PENGADAAN
BARANG
BAB III
KASUS II: KECURANGAN PENGADAAN BARANG
Unit Organisasi Saudara selaku Satuan Pengawasan Internal (SPI) dari suatu badan usaha
yang bergerak di bidang industri tertentu, menerima pengaduan dari pegawai perusahaan
tentang adanya beberapa kecurangan pengadaan barang dan jasa tahun buku 20X8.
Adapun materi pengaduannya adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengadaan barang yang barangnya tidak diterima di gudang, yaitu pengadaan
barang untuk keperluan operasi dan terjadi tanggal 28 Agustus 20X8 senilai Rp. 37 Juta.
Pengadaan dilakukan oleh petugas pengadaan barang langsung dengan alasan barang
dipakai langsung.
2. Pengadaan barang oleh Bagian Logistik banyak yang tidak mengacu pada kebutuhan
sehingga banyak persediaan yang menumpuk di gudang, diantaranya terdapat dead
stock yang cukup besar jumlah dan nilainya. Pengadaan barang hanya mengacu pada
tersedianya anggaran.
3. Pengadaan Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk pabrik sering kali tidak masuk ke tangki
timbun BBM di pabrik.
4. Sejak awal tahun buku 20X8, perusahaan membangun prasarana fisik untuk perluasan
usaha berlantai tiga dengan basement tempat parkir. Pada pelaksanaan
pembangunannya terjadi rekayasa tender sehingga PT. ABC ditetapkan sebagai
pemenang tender. Hal ini terlihat dari pekerjaan yang telah dimulai sebelum proses
tender selesai.
5. Sehubungan lahan untuk areal perluasan usaha tersebut tidak rata dan banyak bekas
kolam ikan, pada kontrak pembangunannya terdapat jenis pekerjaan pengurugan tanah.
Realisasi fisik pengurugan/penimbunan tanah tersebut dilaporkan oleh pengadu
volumenya jauh lebih kecil dibandingkan kontraknya.
6. Terjadi mark-up harga pengadaan/pembebasan lahan tanah untuk lokasi pembangunan
prasarana fisik sehingga harga pengadaannya jauh diatas harga pasaran setempat.
Pimpinan Saudara tersebut, didukung pula oleh pengalaman audit tahun sebelumnya yang
ditemui adanya kelemahan pengendalian intern.
Buat langkah-langkah kerja audit investigasi tersebut sejak praperencanaan sampai dengan
penyusunan laporan hasil auditnya.
BAB IV
PEMECAHAN KASUS: KECURANGAN DALAM PENGADAAN
BARANG/JASA
A. Tahap Praperencanaan
Pada tahap ini auditor melakukan penelaahan dan analisis data/informasi awal yang
diterima dari pengadu untuk menentukan cukup/tidaknya alasan dilakukan audit
investigasi. Hal ini dimaksudkan agar audit investigasinya lebih terarah dan untuk
menilai kecukupan informasi. Penelaahan dan analisis informasi difokuskan untuk
menjawab 4W dan 1 H atau menjawab SIABIDIBA yaitu: Siapa, Melakukan Apa,
Bilamana, Dimana dan Bagaimana. Bila jawaban pertanyaan tersebut sumir dan tidak
dapat diperoleh informasi tambahan, maka perlu dipertimbangkan untuk tidak
dilakukan audit investigasi.
Pada kasus ini, informasi awal sudah cukup untuk menjawab siabidiba disamping
informasi tambahan akan mudah didapat mengingat kedudukan auditor di SPI.
Adapun hasil penelaahan informasi adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan barang fiktif
a. Siapa yang melakukan: Petugas pengadaan barang langsung
b. Apa: Melakukan pengadaan barang, tapi barangnya tidak diterima
c. Bilamana: Bulan Agustus 20X8
d. Bagaimana caranya: Membeli barang tidak masuk gudang dengan alasan
dipakai langsung
3. Rekayasa Tender
a. Siapa yang melakukan: Panitia lelang atau petugas yang berwenang
melakukan tender
b. Apa yang dilakukan: Memerintahkan pekerjaan sebelum proses tender selesai
c. Bilamana (saat terjadinya): Awal tahun buku 20X8
d. Bagaimana (cara melakukan): Masih harus dibuktikan
B. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan auditor menganalisis berbagai kemungkinan berdasarkan
data yang dimiliki. Berdasarkan hasil praperencanaan auditor telah memperoleh hasil
penelaahan dan hasil analisis informasi awal yang dapat dipergunakan untuk
menentukan langkah audit berikutnya. Dengan dasar hasil penelaahan tersebut
Adapun langkah kerja, prosedur/teknik audit yang penting yang tertuang dalam PKA
kecurangan pengadaan barang, antara lain sebagai berikut:
Dilaksanakan KKA
No Langkah kerja Ket
Oleh Waktu No
1. Tujuan Audit
• Mengumpulkan bukti dan informasi tentang
kejadian dan transaksi yang terkait indikasi
kecurangan pengadaan barang.
• Mengevaluasi bukti untuk menentukan
terbukti/tidak terbuktinya kecurangan
pengadaan barang.
• Menentukan unsur-unsur penyimpangan dan
unsur delik
2. Langkah Kerja
1) Pengadaan barang fiktif
(1) Lakukan pengujian sepintas (walk through A 3 Jam VI. 1
test) atas proses pengadaan barang
• Bandingkan hasil pengujian sepintas
dengan ketentuan yang berlaku
• Catat kelemahan atau penyimpangan
yang terjadi
(2) Lakukan pengujian terbatas atas transaksi B 6 Jam VI. 2
pengadaan barang ( 25 sampel)
• Catat penyimpangan yang ditemui
• Bila ditemui penyimpangan yang material
tambah populasi/sampel yang diuji dan
cari sebab terjadinya
(3) Telusuri pengadaan barang ke penerimaan
barangnya di gudang B&C 10 Jam VI. 3
• Catat pengadaan yang barangnya tidak
masuk digudang
(4) Telusuri pengadaan barang yang tidak A&C
diterima di gudang (termasuk yang diadukan
fiktif) mencakup
• Siapa penerima atau pembuat Berita
Acara serah terima barangnya
• Kemana barangnya
(5) Buat permintaan keterangan dari pihak yang
terkait atas barang yang tidak masuk A&B 10 Jam
gudang, yaitu
• Kepala gudang
• Penerima barang
• Pemakai barang/Penanda tangan Bon
Pemakaian bila barang dipakai langsung
• Pihak yang menyetujui pengadaan/
pembelian
• Pihak yang melakukan pengadaan/
pembelian
(6) Bila terbukti terjadinya kecurangan, buat A 6 Jam
flowchart yang memuat:
• Penyimpangannya
• Modus operandi
• Kerugiannya
• Pihak-pihak yang diduga terlibat beserta
peranannya
3) Rekayasa Tender
(1) Lakukan pengujian sepintas terhadap proses
tender
• Bandingkan dengan ketentuan yang ada
dan catat penyimpangan dan kelemahan
yang ditemui
(2) Terhadap masalah tender yang diadukan,
telusuri dan uji:
• Alasan pelaksanaan pekerjaan yang
mendahului kontrak
• Apakah alasannya tepat/dapat diterima
• Konfirmasi harga/harga satuan dengan
harga standar yang ditetapkan
• Bandingkan dengan harga pasar dan
hitung selisihnya
Lakukan langkah kerja yang sama terhadap
tender rekayasa lain yang ditemui
(3) Buat permintaan keterangan dari pihak-pihak
yang terkait dengan mengajukan fakta/bukti
yang diperoleh
(4) Buat simpulan hasil audit dan buat flowchart
bila terdapat kecurangan
Daud Ali
pengadaan barang sebesar Rp. 139 Juta tersebut fiktif. Diakuinya pula bahwa
dalam melaksanakan pengadaan dimaksud, ia bekerja sama dengan Saudara
SB yang ikut menandatangani penerimaan barang dan Saudara SC selaku
Direksi PT. PQR.
f. Dari hasil permintaan keterangan dari Saudara SB ia mengakui dan setiap
menandatangani pengadaan fiktif diberi imbalan Rp. 5 Juta (per bukti
penerimaan).
g. Diperoleh pengakuan dari Saudara SA bahwa PT. PQR didirikan oleh Saudara
SC dan perusahaan tersebut ternyata tidak aktif (hanya berupa perusahaan
papan nama).
b. Dari hasil inventarisasi fisik BBM di tangki timbun tidak ditemui selisih antara
sisa fisik dengan administrasi/catatannya.
c. Dari hasil perhitungan volume pemakaian BBM menurut norma pemakaian
BBM per jam produksi dibanding dengan pemakaian BBM menurut laporan dan
akuntansinya, terdapat selisih pemakaian BBM yang cukup material. Dari hasil
wawancara dengan Kepala Pabrik, selisih tersebut dibantah dengan alasan
mesin pabrik sudah tua, ia mempersilahkan untuk menghitung sendiri dengan
menunggu mesin berproduksi paling singkat 3 (tiga) jam, kemudian dihitung
berapa volume penggunaan BBM selama tiga jam tersebut.
d. Berdasarkan catatan portir tentang mobil tangki yang membawa BBM ke
pabrik terjadi pula perbedaan dibanding catatan penerimaan BBM, tapi dalam
jumlah yang tidak begitu material. Masih mungkin pula bahwa mobil tangki
yang masuk terisi BBM, keluarnya juga masih terisi, namun hal ini tidak dapat
dibuktikan oleh auditor.
e. Hasil audit atas angkutan BBM, bukti-bukti penerimaan dan pengeluarannya
tidak terbukti adanya kecurangan.
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
E. Tahap Pelaporan
1. Tujuan dan Bentuk Laporan
Laporan hasil audit investigasi kasus kecurangan yang berindikasi tindak pidana
korupsi harus diarahkan pada dua layanan, yaitu:
• Memudahkan pejabat berwenang (Direksi atau Dewan Komisaris) dalam
mengambil tindak lanjut yang diperlukan
• Dapat menunjang pelaksanaan penegakan hukum oleh penyidik
Laporan atas hasil audit investigasi dapat disusun dalam dua bentuk yaitu:
a. Laporan bentuk Surat, bila hasil auditnya tidak ditemukan adanya
penyimpangan atau bila ada penyimpangan yang perlu segera ditindaklanjuti
sebelum audit selesai seluruhnya.
b. Laporan bentuk Bab bila dari hasil audit ditemukan adanya penyimpangan-
penyimpangan yang memerlukan tindakan ligitasi seperti penyimpangan yang
berindikasi tindak pidana korupsi.
BAB II UMUM
1. Dasar Audit
2. Sasaran dan Ruang Lingkup
3. Data Auditan atau Kegiatan yang Diaudit
b. Isi Laporan
BAB I SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Memuat uraian hasil audit secara ringkas dan jelas tentang penyimpangan
yang terjadi serta terpenuhinya unsur tindak pidana korupsi.
Pada bab ini juga diberikan rekomendasi berupa langkah-langkah perbaikan
atau tindak lanjut yang perlu diambil oleh atasan langsung pejabat yang
terlibat.
BAB II UMUM
1. Dasar Audit, memuat dasar penugasan audit antara lain:
• Dasar hukum auditor (instansi yang melakukan audit).
• Dasar dilakukan audit (pengaduan, pendalaman audit atau permintaan)
2. Sasaran dan Ruang Lingkup
Memuat uraian yang menjadi sasaran dan ruang lingkup yang diaudit
misalnya mengenai pengadaan barang dengan menyebutkan periode/
masa yang diaudit dan saat/jangka waktu pelaksanaan audit.
3. Data Auditor atas kegiatan yang diaudit
• Nama unit yang diaudit atau kegiatan yang diaudit
• Alamat unit yang diaudit
• Organisasi unit atau kegiatan yang diaudit
Dari hasil audit ternyata PT. ABC tidak aktif melakukan jual beli barang
dan hanya sebagai perusahaan “papan nama”. Kejadian tersebut
disebabkan oleh lemahnya pengendalian intern atas pengadaan
KASUS III
KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN
KEUANGAN
BAB V
KASUS III: KECURANGAN PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
Saudara adalah seorang auditor dari Satuan Pengawasan Internal (SPI) PT. X yang bergerak
di bidang industri tertentu. Hasil produksi PT. X dipasarkan di dalam negeri merupakan
perusahaan group dan mempunyai beberapa anak perusahaan. Penjualan hasil produksi
dilakukan secara kredit dan tunai.
Komite Audit PT. X melaporkan kepada Dewan Komisaris bahwa dari hasil analisis terhadap
Laporan Keuangan terindikasi adanya kecurangan penyajian Laporan Keuangan tahun buku
20X8 berupa penekanan laba (revenue understatement) untuk memperkecil atau menekan
pengenaan pajak penghasilan.
Dalam rangka pencapaian good corporate governance, Dewan Komisaris memutuskan untuk
mencegah tindakan Direksi dan memutuskan untuk dilakukan audit investigasi. Saudara
ditugaskan sebagai ketua tim audit tersebut, di bawah kendali Komite Audit.
Sehubungan dengan penugasan tersebut, buat langkah-langkah kerja audit penting yang
akan Saudara lakukan diawali dengan melakukan berbagai prosedur analisis untuk
memperoleh indikasi adanya kecurangan laporan keuangan.
BAB VI
PEMECAHAN KASUS III: KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
b. Pengujian substantif
Untuk menghemat waktu audit, pelaksanaan pengujian substantif
diprioritaskan pada hasil analisis yang menunjukkan adanya indikasi
penekanan laba beserta modus atau cara-caranya. Adapun langkah kerja atau
prosedur dan teknik audit yang penting, antara lain:
1) Langkah kerja audit untuk mendeteksi pemindahan biaya dan pendapatan
ke perusahaan group
a) Bandingkan Laporan Keuangan diantara perusahaan group dan catat
perusahaan yang kondisi usahanya menderita rugi dan perusahaan
yang belum beroperasi penuh.
b) Teliti perusahaan anggota group yang usahanya tidak jelas dan
melakukan banyak transaksi dengan perusahaan (PT. X).
c) Telusuri transaksi PT. X dengan anggota group yang menderita rugi,
perusahaan yang belum beroperasi penuh dan perusahaan yang
kegiatannya tidak jelas.
d) Teliti pembebanan biaya dari perusahaan tersebut pada butir c) dan uji
apakah pembebanan biaya tersebut benar merupakan beban PT. X.