Anda di halaman 1dari 17

KARAKTERISTIK DAN CIRI CIRI

TUNAGRAHITA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Inklusif
Disusun Oleh :

KELOMPOK 7 :

1. Devi Febriani (2101010099)


2. Silviantika Batubara (2101010097)
3. Edo Lazwardy Aritonang (2101010098)
4. Dipa Martina Sirait (2101010107)
5. Gabe Lumban Gaol (2101010121)

DOSEN PENGAMPU: Emelda Thesalonika Manalu , M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMENSEN
PEMATANG SIANTAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya,
sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan. Adapun makalah ini kami susun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Inklusif yang berisi tentang Karakteristik dan
ciri ciri Anak Tunagrahita

Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan sekaligus pemahaman terhadap
materi tersebut dan semoga setelah penyelesaian penulisan makalah ini kami semakin memahami
tentang bagaimana penulisan makalah yang baik dan benar.

Di sisi lain, kami mendapatkan pengalaman dan ilmu yang berharga dalam penulisan
makalah ini. Kami sangat berterima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini Ibu Emellda
Thesalonika Manalu M.Pd.

Menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini dan masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran serta bimbingan dari
para dosen untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini, demi
penyempurnaan di masa-masa yang akan datang, semoga makalah ini bermanfaat bagi
semuanya.

Pematang Siantar, 25 Juli 2023

Penyusun

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Batasan Masalah...............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................1
PELAKSANAAN OBSERVASI.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Pengertian, Penyebab dan Ciri-ciri Tunagrahita.................................................................
A. Pengertian Tunagrahita.......................................................................................................
B. Penyebab Tunagrahita.........................................................................................................
C. Ciri-ciri Anak Tunagrahita..................................................................................................
2.2 Klasifikasi Tunagrahita.......................................................................................................
2.3 Metode Pembelajaran Anak Tuna.......................................................................................
2.5 Intervensi Di Kelas..............................................................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
DOKUMENTASI..............................................................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah tunagrahita (intellectual disability) atau dalam perkembangan sekarang lebih dikenal
dengan istilah developmental disability, sering keliru dipahami oleh masyarakat, bahkan sering terjadi
pada para professional dalam bidang pendidikan luar biasa didalam memahami konsep tunagrahita.
Perilaku tunagrahita yang kadang-kadang aneh, tidak lazim dan tidak cocok dengan situasi lingkungan
seringkali menjadi bahan tertawaan dan olok-olok orang yang berada didekat mereka. Keanehan tingkah
laku tunagrahita dianggap oleh masyarakat sebagai orang sakit jiwa atau orang gila. Tunagrahita
sesungguhnya bukan orang gila, perilaku aneh dan tidak lazim itu sebetulnya merupakan manifestasi
dari kesulitan mereka didalam menilai situasi akibat dari rendahnya tingkat kecerdasan. Dalam
pengertian lain terdapat kesenjangan yang signifikan antara kemampuan berfikir dengan perkembangan
usia.

Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasa dihubungkan dengan
tingkat kecerdasan seseorang. Tunagrahita memiliki arti menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya
jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidak cakapan dalam interaksi
sosial. Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman,
motivasi, dan lingkungan sosial sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang.

1.2 Batasan Masalah

1. Apa pengertian, penyebab, dan ciri-ciri anak berkebutuhan khusus tunagrahita?


2. Bagaimana metode belajar tunagrahita serta kelebihan dan kekurangan dari metode
tersebut?
3. Bagaima intervensi pembelajaran tunagrahita?

1.3 Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian, penyebab dan ciri-ciri anak berkebutuhan khusus


tunagrahita
2. Untuk mengetahui metode belajar tunagrahita serta kelebihan dan kekurangan dari
metode tersebut.
3. Untuk mengetahui intervensi pembelajaran tunagrahita

4
PELAKSANAAN OBSERVASI

Kegiatan observasi kelompok dilaksanakan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pendidikan Inklusif. Observasi dikategorikan sebagai salah satu model pembelajaran
kontekstual. Pelaksanaan observasi memberikan gambaran secara nyata dan kondisi tertentu.
Observasi pembelajaran di kelas memberikan tambahan wawasan bagi kelompok mengenal
praktik pembelajaran tunagrahita disekolah. Selama kegiatan observasi berlangsung, kelompok
melakukan pencatatan mengenai aspek perkembangan kognitif dan pendokumentasian
pembelajaran dengan cara merekam proses pembelajaran di kelas

Profil Sekolah

Nama Sekolah : SLB NEGERI JLN. RONDAHAIM Tanjung Pinggir

Fasilitas Sekolah : Ruang Kelas

Ruang Guru

Permainan indoor

Kamar mandi

Profil Kelas

Nama wali kelas : Monika Siregar, S.Pd

Kelengkapan kelas : 1 Lemari; 6 Meja dan 6 kursi; 1 Papan Tulis;

Alat kebersihan.

Jumlah siswa : 5 orang

Kondisi Fisik : Ukuran kelas sudah mencukupi syarat yaitu 7x6 meter Formas tempat
Duduk di kelas ini adalah satu meja satu orang. Dalam penataan perabotan kelas seperti lemari,
meja siswa,meja guru, dan alat kebersihan sudah baik dan rapat. Keadaan kebersihan dalam
kelas sudah cukup baik.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Penyebab dan Ciri-ciri TunaGrahita

A. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita atau disabilitas intelektual merupakan gangguan perkembangan
belajar, penalaran, sosial, dan kemampuan hidup. Kondisi ini dapat terlihat sejak lahir
atau selama masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa. Tunagrahita dapat terjadi
dalam berbagai tingkat dan dapat diakibatkan oleh faktor genetik, lingkungan, atau
yang tidak diketahui. Tingkat tunagrahita sangat bervariasi pada anak-anak dan dapat
menghambat pertumbuhan anak. Pengidapnya biasanya mengalami kesulitan untuk
membiarkan orang lain mengetahui keinginan dan kebutuhan mereka, dan mengurus
diri mereka sendiri. Tunagrahita dapat menyebabkan seorang anak belajar dan
berkembang lebih lambat dari anak-anak yang seumuran. (dr.Rizal Fadli , 2022).

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut individu yang


memiliki kecerdasan intelektual (IQ) secara signifikan di bawah rata-rata karena
adanya hambatan masa perkembangan, mental, emosi, sosial dan fisik sehingga tidak
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan
mental, yang perlu dididik dan dilatih untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Mereka membutuhkan dukungan yang lebih dari orang tua dan lingkungannya agar
bisa hidup mandiri. Oleh karena itu, anak tunagrahita membutuhkan layanan khusus
yang disesuaikan dengan kemampuan mereka. (Muchlisin Riadi , 2020).

Tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah


rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidak cakapan dalam
komunikasi sosial. Anak berkebutuhan khusus ini juga sering dikenal dengan istilah
terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya. Akibatnya anak berkebutuhan
khusus tunagrahita ini sukar untuk mengikuti pendidikan disekolah biasa . (Jati Rinakri
Atmaja, M.Pd 2018)

Tunagrahita merupakan kondisi yang kompleks, menunjukkan kemampuan


intelektual yang rendah dan mengalami hambatan dalam perilaku adaptif. Seseorang
tidak dapat dikategorikan sebagai tunagrahita apabila tidak mempunyai dua hal

6
tersebut yaitu, perkembangan intelektual yang rendah dan kesulitan dalam perilaku
adaptif. Dalam pengertian lain seseorang baru dapat dikategorikan tunagrahita apabila
kedua syarat tadi dipenuhi.

Istilah perilaku adaptif diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam


memikul tanggung jawab social menurut ukuran normal social tertentu, dan bersifat
kondisi sesuai dengan tahap perkembangannya. Hambatan dalam perilaku adaptif pada
tunagrahita dapat dilihat dalam tujuh area yaitu; (1) terhambat dalam perkembangan
keterampilan sensorimotor, (2) terhambat dalam keterampilan komunikasi, (3)
terhambat dalam keterampilan menolong diri, (4) terhambat dalam sosialisasi, (5)
terhambat dalam mengaplikasikan keterampilan akademik dalam kehidupan sehari-
hari, (6) terhambat dalam menilai situasi lingkungan secara tepat dan (7) terhambat
dalam menilai keterampilan sosial. Aspek 1 sampai dengan 4 dapat diobservasi pada
masa bayi dan kanak-kanak, sementara aspek 5 sampai dengan 7 dapat diobservasi
pada masa remaja.
Karakteristik anak dengan perkembangan (tunagrahita), meliputi hal-hal sebagai
berikut:

a. Mempunyai dasar secara fisiologis, sosial, dan emosional sama seperti anak-anak yang tidak
menyandang tunagrahita.

b. Selalu bersifat eksternal locus of control sehingga mudah sekali melakukan kesalahan
(expectancy for filure

c. Suka meniru perilaku yang benar dari orang lain dalam upaya mengatasi kesalahan-kesalahan
yang mungkin ia lakukan (outerdirectedness).

d. Mempunyai perilaku yang tidak dapat mengatur diri sendiri.

e. Mempunyai permasalahan berkaitan dengan perilaku sosial (social behavioral).

f. Mempunyai masalah berkaitan dengan karakteristik belajar.

g. Mempunyai masalah dalam bahasa dan pengucapan.

h. Mempunyai masalah dalam kesehatan fisik.

i. Kurang mampu untuk berkomunikasi.

j. Mempunyai kelainan pada sensori dan gerak.

7
B. Penyebab Terjadinya Tunagrahita

8
Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention, keterbatasan intelektual atau
tunagrahita dapat disebabkan oleh masalah yang dimulai kapan saja sebelum seorang anak
berusia 18 tahun, atau bahkan sebelum lahir. Faktor penyebab tunagrahita umunnya karena
faktor genetik atau ffisiologis

Masalah-masalah yang bisa menyebabkan tunagrahita adalah sebagai berikut:


1. Kondisi genetik
Tunagrahita dapat disebabkan oleh kondisi genetik yang diwarisi darii orang tua
ataupun mutasi yang terjadi saat peluruhan gamet. Kondisi genetik yang dapat
menyebabkan tunagrahita adalah down syndrome, fragile X syndrome, dan juga
fenilketonuria.
2. Masalah saat kehamilan
Tunagrahita dapat terjadi pada janin yang awalnya sehat dalam perut ibu. Hal
tersebut dipicu oleh hal-hal yang menganggu perkembangan otak janin, di
antaranya adalah malnutrisi, infeksi, preeklamsia, serta penggunaan alkohol,
narkoba, dan obat-obatan tertentu.
3. Masalah saat melahirkan
Tunagrahita dapat terjadi jika bayi kekurangan oksigen saat melahirkan atau
lahir sangat prematur.
4. Penyakit
Beberapa penyakit juga dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita
misalnya campak, batuk rejan, meningitis, keracunan merkuri, keracunan timbal,
hingga kekurangan gizi ekstrim seperti busung lapar.
5. Cedera
6. Cedera berat pada kepala akibat kecelakaan, benturan, maupun operasi otak yang
fatal dapat menyebabkan seseorang menjadi tunagrahita.
C. Karakteristik Anak Tunagrahita
1. Mengalami kesulitan dalam mempelajari hal yang baru dan pengetahuan yang
bersifat abstrak, penyandang tunagrahita juga cepat lupa dengan apa yang sedang
mereka pelajari jika tidak dilatih terus menerus.
2. Memiliki cacat fisik dan kurang dalam perkembangan gerak mereka. Mayoritas
penyandang tunagrahita dengan kategori berat memiliki keterbatasan dalam
gerak fisik, seperti tidak dapat atau tidak lancar dalam berjalan.
3. Mengalami kesulitan dalam mengurus diri sendiri. Penyandang tunagrahita rata-
rata dari merek tidak dapat mengurus kebutuhan hidupnya sendiri, seperti
berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan sendiri.
4. Kurangnya kemampuan mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Penyandang tunagrahita dengan kategori ringan masih dapat bermain dengan
teman mereka, namun tunagrahita dengan kategori berat tidak dapat melakukan
hal-hal tersebut.

9
5. Penyandang tunagrahita terkadang bertingkah laku kurang wajar secara terus
menerus, senang memutar-mutar jari mereka di depan wajah mereka atau
menggigit dirinya sendiri.

2.2 Klasifikasi Anak Tunagrahita

Klasifikasi pada Tunagrahita dibagi menjadi 4 jenis berdasarkan tingkatan IQ anak, yaitu ringan,
sedang, berat, dan sangat berat.

1.Ringan (Rentang IQ 55-70)

Karakteristik anak pada kategori ini mengalami perkembangan fisik yang agak lambat dibandingkan
dengan rata-rata anak seusianya. Mereka juga kesulitan untuk menyelesaikan tugas-tugas di akademik
sekolah. Namun mereka dapat melakukan keterampilan praktis dan rumah tangga sehingga kelak dapat
hidup mandiri.

2.Sedang (Rentang IQ 40-55)

Dilihat dari perkembangan bahasanya, anak memiliki kemampuan komunikasi yang sederhana bahkan
hanya komunikasi untuk menyampaikan kebutuhan dasar seperti makan, mandi, dan minum.
Penampilan fisiknya juga menunjukkan kelainan sebagai gejala bawaan. Meskipun demikian, mereka
tetap dapat dididik untuk merawat dirinya sendiri meskipun membutuhkan proses yang cukup lama.

3.Parah (Rentang IQ 25-40)

Pada rentang ini, anak tidak mampu mengurus dirinya sendiri maupun melakukan tugas-tugas
sederhana. Anak dengan Tunagrahita memiliki gangguan bicara dan kelainan fisik yang dapat dilihat
pada bagian lidah serta ukuran kepala yang lebih besar dari ukuran kepala normal. Secara keseluruhan
kondisi fisik mereka lemah karena mengalami gangguan fisik motorik yang cukup berat.

4.Mendalam (Rentang IQ di bawah 25)

Pada kategori terberat ini, anak menunjukkan kelainan fisik dan intelegensi dalam bentuk ukuran kepala
yang membesar seperti hyrdrochephalus dan mongolism . Mereka juga membutuhkan pelayanan medis
yang intensif karena kemampuan beradaptasi yang sangat kurang. Terlebih lagi, mereka tidak dapat
melakukan kegiatan tanpa bantuan orang lain.

Anak tunagrahita mampu didik (debil) adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada
program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui
pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal. Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak
tunagrahita mampu dididik antara lain: (1) membaca, menulis, mengeja, dan berhitung; (2)
menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri kepada orang lain; (3) keterampilan yang sederhana
untuk kepentingan kerja dikemudian hari. Kesimpulannya, anak tunagrahita mampu didik berarti anak
tunagrahita yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, social, dan pekerjaan.

Anak tunagrahita mampu latih (imbecil) adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedemikian
rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita
mampu didik. Oleh karena itu, beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu
diberdayakan, yaitu (1) belajar mengurus diri sendiri, misalnya; makan, pakaian, tidur, atau mandi
sendiri, (2) belajar menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya, (3) mempelajari kegunaan

10
ekonomi di rumah, di bengkel kerja, atau di lembaga khusus. Kesimpulannya, anak tunagrahita mampu
latih berarti anak tunagrahita hanya dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan
sehari-hari (activity daily living), serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut
kemampuannya

11
NAMA KELAS 3B TUNAGRAHITA
1) Seprizal
2) Dava
3) Jeriko
4) Aprila
5) Marvel

Kelas 3 B :
Di kelas 3 B adalah anak anak yang mengalami Tunagrahita. Beberapa dari mereka ada
yang masih bisa mendengar sedikit, ada yang bisa berbicara sedikit tetapi tidak fasih dan ada
juga anak autis yang mengalami tantrum di kelas. Mereka memiliki kemampuan anak yang
berbeda – beda, ada anak anak yang bisa mengerti pembelajaran dan ada juga anak yang sama
sekali tidak bisa mengikuti pembelajaaran dan juga tidak bisa menulis dan memiliki
kemampuan di bawah rata-rata. Mereka berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat dan
menggunakan bahasa tubuh. Ketika Ibu gurunya berbicara menggunakan bahasa isyarat dan
berbicara , mereka mengerti apa yang di ucapkan gurunya saat mengumpulkan tugasnya.
Pada saat belajar ada anak yang mengganggu temannya, ada anak yang tekun juga
dalam pembelajarannya. Mereka juga mengerjakan soal latihan , menggambar dengan baik,
sesuai dengan usaha yang mereka lakukan. Ibu gurunya memberikan mereka tugas untuk
menulis angka 0, 1 dan angka 2 , mereka mengerjakannya dengan baik tetapi harus dibantu
dalam menulis juga karena mereka mengalami kesulitan dalam menullis. Pada saat menulis
dikelas ada 1 anak yang sama sekali tidak bisa menulis sehingga harus dibutuhkan perhatian
khusus dalam membimbingnya untuk menulis. Didalam kelas juga ada anak autis yang
mengalami tantrum sehingga dia duduk di didepan disamping gurunya supaya tidak
mengganggu teman-temannya saat belajar.
Kemampuan sosial anak- anak tunagrahita sangat baik , mereka mau berbaur dan
bermain bersama-sama dengan teman-temannya. Pada saat istirahat pembelajaran pun mereka
bergabung dengan teman-temannya di kelas lain juga, mereka terlihat sangat akrab saat
berteman.

1
Media yang digunakan : Alat Berbentuk Huruf maupun Angka
Metode : Berceramah

Tantangan yang dihadapi oleh seorang Guru dalam mengajar dikelas


1. Telaten melatih anak berkebutuhan khusus dengan segala keterbatasannya
Meski punya kekurangan, bukan berarti ABK gak bisa dilatih untuk punya skill dan
kemandirian yang baik lho. Kuncinya adalah telaten. Gelas yang kosong itu pasti isinya
bisa bertambah. Seberapa jauh sang guru mampu telaten, sepenuh itulah isi gelas.
Tingkat IQ yang berbeda dengan anak normal, memang mengharuskan mereka untuk
lebih banyak berlatih.
2. Mampu memilih metode dan media mengajar yang sesuai dengan kebutuhan masing-
masing siswa
Inilah pentingnya menggali karakter dan tingkat kemampuan anak berkebutuhan khusus,
sebab mereka perlu metode pengajaran yang berbeda. Tidak seperti anak normal yang
kurikulumnya dipukul rata berdasarkan tingkat kelas, siswa ABK yang tingkat
kemampuannya beragam butuh penyampaian materi yang berbeda supaya bisa
dipahami. Inilah tantangan setiap pendidik yang berkecimpung di SLB.
3. Siap menguasai medan dengan level kesabaran 100 persen
Tingkah laku siswa ABK seringkali menguras emosi, misalnya anak penyandang autis
yang tiba-tiba suka memukul atau berteriak. Hanya kamu yang punya level kesabaran
tingkat tinggi yang bisa bertahan mendampingi mereka. Saat mengajar pertama kali,
jangan langsung berharap siswa ABK bakal langsung tunduk dan patuh. Bahkan
sebagian kurang bisa menghormati gurunya.

2
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tunagrahita merupakan kondisi yang kompleks, menunjukkan kemampuan intelektual yang rendah dan
mengalami hambatan dalam perilaku adaptif. Seseorang tidak dapat dikategorikan sebagai tunagrahita
apabila tidak mempunyai dua hal tersebut yaitu, perkembangan intelektual yang rendah dan kesulitan
dalam perilaku adaptif. Dalam pengertian lain seseorang baru dapat dikategorikan tunagrahita apabila
kedua syarat tadi dipenuhi. Tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-
rata dan ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan ketidak cakapan dalam komunikasi sosial. Anak
berkebutuhan khusus ini juga sering dikenal dengan istilah terbelakang mental karena keterbatasan
kecerdasannya. Akibatnya anak berkebutuhan khusus tunagrahita ini sukar untuk mengikuti pendidikan
disekolah biasa

3
DAFTAR PUSTAKA

Jati Rinakri Atmaja, M.Pd, “Pendidikan dan Bimbingan Anak Berkebutuhan Khusus”. (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya, 2018), Hlm. 98, Hlm. 101 , Hlm. 104-105, Hlm. 110-111.

dr. Rizal Fadli . 2022. Penyebab dan Gejala Tunagrahita pada Anak. Jakarta : PT Media Dokter
Investama.

Muchlisin Riadi.2020. Anak Tunagrahita (pengertian, karateristik, klasifikasi, penyebab dan


permasalahan). Jakarta:Kajian Pustaka.

Usdy.2018.Tunagrahita.Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Bratanata. 2019. Ortopedagogik Anak Tunagrahita . Jakarta : Balai Pustaka.

Freud . 2018. Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita.


Jakarta.Dapertemen Pendidikan Nasional.

DOKUMENTASI

4
Bersama Kepala Sekolah

5
RUANGAN KELAS

Anda mungkin juga menyukai