Anda di halaman 1dari 1

Jakarta, CNBC Indonesia – DKI Jakarta pada hari ini, Rabu 22 Juni 2022 kembali merayakan ulang

tahun yang ke 495. Berbagai ucapan ulang tahun kawasan Ibu Kota pun ramai diperbincangkan di
media sosial.

Bertepatan dengan HUT DKI Jakarta, kota metropolitan yang ramai padat penduduk ini
mendapatkan status baru. Jakarta resmi menjadi kota dengan kualitas udara dan polusi kota
terburuk d dunia!

Kualitas udara kawasan Ibu Kota yang memburuk sudah terjadi sejak akhir pekan kemarin. Bahkan,
ini menjadi kali ketiga Jakarta dinobatkan sebagai kota dengan kualitas udara dan polusi kota
terburuk dunia dalam tiga hari terakhir.

Hingga pukul 11.00 WIB, mengutip laman IQAir, Rabu (22/6/2022), indeks pencemaran udara di Ibu
Kota berada di angka 163 dan masuk dalam kategori tidak sehat.

Konsentrasi PNM 2.5 atau partikel udara berukuran lebih kecil dari 2,5 mikronmeter udara Jakarta
berada di angka 78,5 µg/m³. Kualitas udara Jakarta saat ini 15.7 kali di atas nilai panduan kualitas
udara tahunan WHO.

Sementara itu, suhu di Jakarta sat ini adalah 30 °C dengan kelembapan 74%, gerak angin 16.7 km/h,
dan tekanan sebesar 1010 mb.

Dalam laman tersebut dikatakan bahwa polusi udara telah menyebabkan kurang lebih 5.300
kematian di Jakarta pada 2021. Selain itu, polusi udara juga telah merugikan Jakarta sekitar US$ 1,4
miliar pada tahun yang sama.

Dengan data di atas, Jakarta tercatat sebagai kota dengan kualitas udara dan polusi kota terburuk di
dunia. Adapun posisi kedua ditempati oleh Dhaka, Bangladesh, dan Riyadh, Arab Saudi.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria sebelumnya telah buka suara atas buruknya kualitas
udara dan polusi kota Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pun akan melakukan berbagai upaya
untuk mengurangi polusi.

“Tindak lanjut macam-macam, mulai dari menyiapkan alat, sumber daya manusia kita siapkan,
berbagai program penambahan ruang terbuka hijau kita tingkatkan,” kata Riza kemarin.

Meski demikian, Riza menegaskan bahwa persoalan memburuknya kualitas udara Jakarta yang
memburuk tak bisa begitu saja diselesaikan. Pasalnya, penanganan memang perlu dilakukan secara
serius dan komprehensif.

“Pabrik yang ada, cerobong asap, semuanya saling melekat satu sama lain, tidak bisa secara sepihak
atau parsial,” kata Riza.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya bahkan sempat membantah bahwa DKI
Jakarta menjadi kota dengan kualitas udara terburuk. Menurutnya, ada berbagai cara menghitung
kualitas udara.

“Saya tidak bermaksud membela diri tetapi kita lihat dari metode yang biasa dipakai. Nanti saya
kasih data analisisnya, bahwa pada saat yang sama, DKI bukan yang sekian, nomor 44,” kata Siti di
kompleks Istana Kepresidenan.

Anda mungkin juga menyukai