Mata Kuliah : Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya
Topik 4 : Kerangka Strategi
Kelas : PPG PGSD 2 Anggota Kelompok : 1. Olivia 2. Nurmaya Pelita 3. Maharani 4. Lisa Husnul Khotimah 5. Indri Rahmawati 6. Ori Yunarto
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL
STRATEGI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI
Salah satu strategi yang kami angkat adalah strategi diferensiasi proses, dalam kegiatan ini langkah pertama guru perlu memahami apakah peserta didik akan belajar secara berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada peserta didik-peserta didik. Siapa sajakah peserta didik yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah peserta didik yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam skenario pembelajaran yang akan dirancang. Cara diferensiasi proses di antaranya: • Kegiatan berjenjang, di mana semua peserta didik bekerja membangun pemahaman yang sama tetapi dilakukan dengan dukungan, tantangan dan kompleksitas yang berbeda. • Menyediakan pertanyaan pemantik atau tantangan melalui sudut-sudut minat, dengan demikian akan mendorong peserta didik mengeksplorasi berbagai materi yang dipelajari. • Membuat agenda individual untuk peserta didik, misalnya guru membuat daftar tugas berisi pekerjaan umum untuk semua kelas serta daftar pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan individual peserta didik. • Jika peserta didik telah selesai mengerjakan pekerjaan umum maka mereka dapat selesai melihat agenda individual dan pekerjaan yang telah dibuat khusus untuk mereka. • Memfasilitasi lama waktu yang peserta didik dapat ambil untuk menyelesaikan tugas. Dalam hal ini untuk memberikan dukungan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau sebaliknya mendorong peserta didik yang cepat untuk mengejar topik secara lebih mendalam. • Mengembangkan kegiatan yang bervariasi yang mengakomodasi gaya belajar visual, auditori dan kinestetik. • Menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan dan minat peserta didik.
STRATEGI PEMBELAJARAN PENGAJARAN YANG RESPONSIF KULTUR
Aktivasi pendidikan responsif budaya di sekolah meliputi pengembangan potensi diri aktif peserta didik untuk dapat menguasai sikap dan karakter unggul seperti pengetahuan, keterampilan, plus kecakapan abad 21, hanya dapat dilakukan dengan memfasilitasi peserta didik yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran yang menyokong praktik baik ketahanan sosial budaya, termasuk perilaku toleran dan inklusif. Praktik baik toleransi di sekolah bukan hanya menjadi bahan bacaan dalam mata pelajaran Agama, Pendidikan Kewarganegaraan (PPKn), dan bacaan teks buku pelajaran Bahasa Indonesia. Namun, diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari warga sekolah, baik dalam interaksi di dalam, maupun di luar sekolah. Rancangan aktivasi praktik baik tersebut dari pihak sekolah yang memungkinkan warga sekolah melaksanakan toleran dan inklusif sesuai nilai-nilai Pancasila dengan penekanan pada dimensi ketahanan sosial budaya yang meliputi indicator sebagai berikut: • Toleran terhadap mereka yang berbeda agama untuk melakukan kegiatan di lingkungan sekitarnya • Toleran pada suku lain untuk melaksanakan kegiatan di lingkungan sekitar • Bersahabat dengan orang yang berbeda agama • Bersahabat dengan orang yang berbeda suku • Aktif mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan • Aktif mengikuti gotong royong. Praktik baik tersebut sekaligus memiliki muatan pendidikan karakter unggul seperti religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Pendidikan karakter merupakan upaya untuk menumbuhkan kebiasaan dan perilaku baik peserta didik melalui tahapan yang dimulai dari diajarkan, dibiasakan, dilatih secara konsisten, menjadi kebiasaan, terbentuk karakter, dan menjadi budaya bangsa. Upaya pendidikan yang responsif budaya dapat dilakukan dengan: • Melatih guru dan kepala sekolah menjadi teladan dengan membekali mereka menjalani pendidikan di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), baik saat menempuh studi S1 kependidikan maupun Pendidikan Profesi Guru (PPG). • Kegiatan rutin Musyawarah Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun pendidikan dan latihan (diklat) penguatan calon kepala sekolah maupun Kepala Sekolah. • Melibatkan peserta didik seintensif mungkin melalui pengalaman belajar bermakna, yang menghargai keragaman setiap individu, mengembangkan perilaku toleran, kritis, sekaligus adaptif terhadap perkembangan dunia. Karakter menjadi manusia bukan ilmu, yang hanya dibaca dan dihapalkan, namun merupakan pengondisian dan pelibatan aktif peserta didik pada setiap aktivitas yang dikelola untuk membiasakan karakter baik tumbuh dan dipraktikkan secara konsisten. STRATEGI PENGAJARAN SESUAI LEVEL (TEACHING AT THE RIGHT LEVEL) Pengajaran sesuai level atau teaching at the right level merupakan sebuah pendekatan belajar yang mengacu pada tingkatan capaian atau kemampuan peserta didik. Pengajaran ini memungkinkan peserta didik memperoleh keterampilan dasar, seperti membaca dan berhitung dengan cepat. Tanpa memandang usia atau kelas, pengajaran dimulai pada tingkat anak. Fokusnya adalah membantu peserta didik dengan dasar membaca, memahami, mengekspresikan diri, serta keterampilan berhitung sesuai dengan tingkat kemampuannya. Pendekatan pembelajaran ini tidak mengacu pada tingkatan kelas dimana pembelajaran dibuat dan disesuaikan dengan capaian, tingkat kemampuan, kebutuhan peserta didik, untuk mencapai capaian pembelajaran yang diharapkan. Strategi pembelajaran pengajaran sesuai level dapat dilaksanakan dengan cara: • Membuat materi pembelajaran divariasikan berdasarkan tingkat pemahaman dan kesiapan murid. • Pembelajaran yang fleksibel • Pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan peserta didik. • Pengembangan rencana pembelajaran yang kolaboratif.