BACAAN
Kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih
kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki
murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan
diajarkan.
Minat merupakan salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’
dalam proses pembelajaran. Murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada
topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk
“menghubungkan” murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan
menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid
dalam hal ini salah satu contohnya setiap murid memiliki gaya belajar yang
berbeda.
Diferensiasi Proses
Dalam kegiatan ini guru perlu memahami apakah murid akan belajar secara
berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada
murid-murid. Siapa sajakah murid yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah
murid yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara
mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam skenario pembelajaran yang
akan dirancang. Cara diferensiasi proses di antaranya:
Memfasilitasi lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas.
Dalam hal ini untuk memberikan dukungan bagi murid yang mengalami kesulitan
atau sebaliknya mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih
mendalam.
Diferensiasi Produk
Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada guru.
Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes,
pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya. Yang paling
penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid yang berhubungan dengan
tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Apa yang kita lakukan sebagai guru untuk menciptakan lingkungan yang mendukung
pembelajaran berdiferensiasi? Pembelajaran berdiferensiasi harus dibangun dengan
“learning community” atau komunitas belajar yaitu komunitas yang semua anggotanya
adalah pembelajar. Guru akan mengembangkan murid-muridnya untuk
mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang selalu mendukung lingkungan
belajar. Komunitas belajar yang efektif mendukung pembelajaran berdiferensiasi
adalah:
1. Setiap orang dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan
baik. Iklim ini bukan hanya dilihat dari sikap dan tindakan guru yang ramah dan
menyabut murid tetapi juga sikap yang ditunjukkan antarmurid. Ruang kelas akan
dipenuhi dengan hasil belajar murid atau berbagai hal di mama murid berperan di
dalamnya.
2. Setiap orang dalam kelas akan saling menghargai. Baik guru murid orang tua
maupun kepala sekolah akan berbagi kebutuhan, perasaan diterima, dihormati,
aman sukses dan sebagainya. Apapun perbedaan yang dimiliki mereka semua
tentu memiliki perasaan dan emosi manusia yang sama oleh karena itu dalam
kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi guru akan
membelajarkan murid muridnya untuk membedakan perasaan yang mereka miliki
terhadap apa yang dilakukan oleh seseorang dan nilai dari orang tersebut. Guru
membantu murid memecahkan secara konsruktif dan tidak akan pernah membuat
perasaan siapapun menjadi kecil.
3. Murid akan merasa aman. Aman tidak hanya secara fisik tetapi juga secara
psikis. Murid-murid yang berada dalam kelas tahu persis mereka boleh bertanya
jika membutuhkan bertanya, mengatakan tidak tahu jika tidak tahu. Mereka tahu
bahwa dalam belajar mereka dapat mengambil risiko untuk mencoba berbagai ide-
ide kreatif.
Pembelajaran Berdiferensiasi, Siapa Berani?
BACAAN
sumber ilustrasi :
Apa yang ada dalam benak kita ketika mendengar kata “berdiferensiasi?” Benar sekali. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “diferensiasi” berarti “pembedaan.” Nah, dapat kita
simpulkan bahwa “berdiferensiasi” artinya beragam, berbeda, bervariasi, atau setidaknya tidak
sama. Perlu disadari bahwa perbedaan memang selalu ada dalam kehidupan kita. Oleh
karenanya, begitu indanya ketika kita mampu mengakui keberagaman dan berusaha untuk
memberikan yang terbaik sesuai dengan keberagaman setiap individu itu. Tentu perlu usaha
lebih untuk melaksanakannya.
Bagaimana dengan konsep pembelajaran berdiferensiasi? Berdasar pada definisi kata
“berdiferensiasi,” pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan adanya perlakuan yang
berbeda. Perbedaan perlakuan ini bisa dilakukan dalam perencanaan, proses, konten, maupun
penugasan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi memang
tujuan utamanya memfasilitasi minat peserta didik sesuai dengan gaya belajarnya.
Pembelajaran berdiferensiasi ini dapat dilakukan melalui tatap muka maupun tatap maya. Berat
memang, perlu tenaga, pikiran dan waktu lebih dari seorang Guru Hebat untuk mendesain
pembelajaran berdiferensiasi. Namun, serumit apapun praktik pembelajaran berdiferensiasi,
praktik ini memang seharusnya dilakukan oleh kita yang berlabel guru. Adakah yang berani?
Kali ini penulis, yang juga seorang guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 26 Surabaya, akan berbagi
praktik pembelajaran berdiferensiasi dalam pembelajaran daring. Praktik ini sekaligus sebagai
Aksi Nyata modul 2.1 Program Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2 Surabaya. Dalam
pembelajaran daring, kita mungkin lupa bahwa minat dan kemampuan awal peserta didik tidak
sama. Dengan perbedaan ini kita seharusnya juga membedakan perlakuan dalam perencanaan,
proses pembelajaran, isi materi maupun penugasannya. Meskipun tidak harus membedakan
keempat unsur secara bersamaan, setidaknya satu perlakuan berbeda pun sudah patut
diapresiasi. Pertanyaannya, bagaimana cara mengetahui minat peserta didik sementara kita
tidak bertatap muka secara langsung dengan mereka?
Kegiatan selanjutnya adalah menyusun RPP berdiferensiasi. RPP yang sudah tersusun ini juga
sudah diunggah di laman Guru Berbagi Kemendikbud dengan
tautan: https://ayoguruberbagi.kemdikbud.go.id/rpp/saatnya-bereksplorasi-dengan-rpp-
berdiferensiasi/. Dalam RPP yang bertujuan untuk menyampaikan pesan tersirat dalam Short
Message itu tertera adanya pembedaan penyajian materi dan penugasan siswa. Siswa yang
sudah terbedakan gaya belajarnya kemudian dimasukkan dalam meeting room yang berbeda
pula sesuai gaya belajarnya. Saat pembelajaran dengan menggunakan Microsoft Office 365
dengan akun domain dispendik (baca: @dispendik.surabaya.go.id), siswa dipisah melalui
fitur breakout room. Setelah itu, guru menyajikan materi berupa gambar, audio dan PPT
interaktif melalui kunjung ruang. Alhamdulillah metode ini cukup membuat peserta didik
antusias mengikuti pembelajaran daring.
Diakhir pembelajaran, guru memberikan penugasan berupa proyek yang tentu saja sesuai
dengan minat peserta didik. Guru memberikan penugasan peserta didik untuk menyampaikan
pesan tersirat dari salah satu contoh Short Message yang telah dipelajari bersama dalam
bentuk poster, rekaman suara ataupun PPT interaktif. Tugas ini diselesaikan secara
berkelompok dengan tujuan untuk menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam
berkolaborasi serta mewakili minat dan gaya belajar mereka. Dalam proses kolaborasi, peserta
didik akan saling berbagi peran dalam menyelesaikan tugas serta berbagi kemampuan cara
membuat poster, mengedit audio atau membuat PPT interaktif. Secara tidak langsung, peserta
didik juga terbekali dengan kecakapan abad 21:
communication,
collaboration,
critical thinking,
creativity,
computational thinking,
compassion.