Abstrak. Peta geologi merupakan peta yang sangat dibutuhkan dalam berbagai hal seperti perencanaan
dan pembangunan contohnya waduk, jembatan, jalan, terowongan dan lainnya. Peta yang dibutuhkan
dalam hal ini tentunya adalah peta dengan skala menengah yaitu skala 1:50.000 (Noor,2011). Namun
karena saat ini peta geologi yang tersedia masih skala kecil yaitu skala 1:250.000 sampai 1:100.000,
tentu harus dilaksanakan proses pemetaan untuk menghasilkan skala menengah. Jika pemetaan geologi
dilakukan secara manual untuk memetakan dengan skala 1:50.000, bukan hanya membutuhkan waktu
yang sangat lama namun juga membutuhkan sumber daya manusia yang banyak. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah memetakan geologi menggunakan metode dan data penginderaan jauh. Data
yang digunakan adalah citra Landsat 8 yang memiliki resolusi spektral sedang, citra TerraSAR-X Ortho
Rectifiied Radar Image dan Digital Surface Model yang memiliki resolusi spasial tinggi. Data tersebut
dilakukan proses pengabungan dan dilakukan analisis untuk mendapatkan formasi batuan di wilayah
penelitian. Analisa tersebut menggunakan unsur interpretasi citra (rona/warna, tekstur, pola, bentuk)
ditambah dengan unsur morfologi dan pola aliran sungai. Analisa ini juga membutuhkan data tambahan
berupa peta geologi 1:100.000 dan data lapangan berupa titik pengamatan. Hasil dari penelitian ini
berupa peta geologi hasil interpretasi citra skala 1:50.000 yang berisi formasi batuan. Hasil interpretasi
dari citra Landsat dan citra TerraSAR-X menghasilkan formasi-formasi batuan di antaranya: Formasi
Ledok (Tml), Formasi Lidah (Qtl), Formasi Mundu (Tpm), Formasi Kabuh (Qpk), Endapan Aluvium (Qa),
Formasi Notopuro (Qpn), Formasi Sonde (Tpso), Formasi Kalibeng (Tmpk), Formasi Pucangan (Qtp).
Kata Kunci: penginderaan jauh; citra landsat 8; citra TerraSAR-X; pemetaan geologi
Abstract. Geological map is a map that is needed in a variety of things such as planning and
development for example, dams, bridges, roads, tunnels, and others. Map is needed in this case
certainly is a middle-scale maps with a scale of 1: 50,000 (Noor, 2011). However, because of the current
geological maps are available is still small scale is a scale of 1: 250,000 and 1: 100,000, would have
implemented a process to produce medium-scale mapping. If the geological mapping is done manually
to map with a scale of 1: 50,000 not only requires a very long time, but also requires a lot of human
resources. One way to do is to map the geological methods and remote sensing data. The data used was
Landsat 8, which has a moderate spectral resolution, TerraSAR-X image of Ortho Rectifiied Radar Image
and Digital Surface Models that have a high spatial resolution. Such data merging process is carried out
and analyzed to get the rock formations in the study area. The analysis uses the elements of image
interpretation (tone/color, texture, pattern, shape) coupled with elements of morphology and river flow
patterns. This analysis also require additional data in the form of geological maps 1: 100,000 and field
data such as observation points. Results of this research is a geological interpretation map image scale
of 1: 50,000 which contains rock formations. Interpretation of Landsat image and the image of
TerraSAR-X delivers rock formations include: Formation Ledok (TML), the Formation Tongue (QTL),
Formation Mundu (Tpm), Formation Kabuh (Qpk), Deposition Alluvium (Qa), the Formation Notopuro (
Qpn), Formation Sonde (Tpso), Formation Kalibeng (Show at startup), the Formation Pucangan (QTP).
Keywords: remote sensing; Landsat imagery 8; TerraSAR-X imagery; geological mapping
longsor), transportasi dan komunikasi (rancangan yang mencukupi untuk melaksanakan survei dan
jaringan jalan, listrik, pipa dan jaringan kabel pemetaan geologi lapangan. Salah satu cara yang
telepon. Dalam rangka mempercepat peningkatan dapat ditempuh untuk memetakan seluruh wilayah
informasi dibidang geologi guna keperluan Indonesia dalam waktu yang lebih singkat adalah
tersebut, maka perlu untuk merencanakan dan dengan melakukan pemetaan geologi berbasis data
melaksanakan kegiatan pemetaan dalam skala peta penginderaan jauh.
yang lebih rinci (peta skala 1:50.000), sedangkan Lembar 1508-62 berada di daerah perbatasan
peta yang ada masih berskala 1:250.000-1:100.000. 4 kabupaten di Jawa Timur yaitu Kabupaten
Namun hal pembuatan peta geologi 1:50.000 Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Gresik
terkendala dengan lamanya waktu yang dibutuhkan dan Kabupaten Lamongan. Wilayah ini mengalami
untuk melakukan pekerjaan pemetaan geologi ketimpangan ekonomi jika dibandingkan dengan
seluruh wilayah Indonesia apabila dikerjakan daerah yang berada di pusat kabupaten, sehingga
dengan menggunakan metode survei lapangan dengan percepatan kegiatan pemetaan wilayah ini,
dalam skala tersebut. Selain itu tentunya juga diharapkan dapat mempercepat pembangunan
terkait masalah tersedianya sumber daya manusia ekonomi di daerah tersebut.
Keterangan :
= lokasi penelitian
2
Analisa Hasil Pengolahan ...
Mulai
Color Composite
Cropping Area
Koreksi Geometrik
Cropping Area menggunakan
Peta RBI
Tidak
Citra Hasil Citra ORRI Hasil
Cropping Cropping Area
Shaded Relief RMS E < 1
Pixel
Sof~0
Ya
Citra
Terkoreksi
RGB ke IHS
Image Fusion
Citra hasil
fusi
Overlay
Proses Kartografi
Peta Geologi
lembar 1508-62
4
Analisa Hasil Pengolahan ...
Titik Ground Control Point yang digunakan Desain jaring titik-titik GCP diatas kemudian
adalah 9 titik GCP, dengan nilai kesalahan Root dilakukan perhitungan Srenght of Figure (SoF)
Mean Square (RMS) pada saat proses koreksi sebagai berikut:
geometrik adalah 0,486 piksel. Toleransi dari nilai Jumlah Baseline = 17
kesalahan pada RMS Error adalah 1 piksel [3]. Jumlah Titik =9
Sehingga koreksi geometrik pada penelitian ini N Ukuran = Jumlah Baseline x 3 = 51
dikatakan berhasil karena nilai RMS Error kurang N Parameter = Jumlah Titik x 3 = 27
dari 1 piksel. U = N Ukuran - N Parameter = 24
Trace(( AT A) −1 )
Besar SoF = u = 0,1033
Nilai SoF yang dihasilkan jaring di atas telah TerraSAR-X Orto Rectified Radar Image dan Citra
masuk toleransi yang disyaratkan yaitu kurang dari TerraSAR-X Digital Surface Model.
1, sehingga desain jaring SoF dianggap kuat. Pada Citra TerraSAR-X Digital Surface Model
dilakukan proses sun shading untuk
Citra Landsat 8 dan TerraSAR-X memperlihatkan morfologi daerah studi
Citra TerraSAR-X yang dipakai dalam penelitian menggunakan software ER Mapper dengan sudut
ini telah mengalami koreksi geometrik sebelumnya. elevasi 45ͦ° dan sudut inklinasi 45°. Kemudian
Sehingga tidak dilakukan koreksi geometrik lagi. dilakukan cropping (pemotongan wilayah
Citra TerraSAR-X yang digunakan yaitu Citra penelitian). Sedangkan untuk citra ORRI hanya
5
Jurnal Geosaintek. 02 / 01 Tahun 2016
dilakukan proses cropping. Pada citra Landsat 8 (dari citra Landsat 8) dan nilai resolusi spasial yang
dilakukan proses color composite, kemudian tinggi pula (dari Citra TerraSAR-X ORRI). Kemudian
dilakukan cropping daerah penelitian dan dilakukan ditempelkan dengan hasil sun shading Citra
koreksi geometri. TerraSAR-X DSM dan diatur tingkat transparansinya
Setelah ini citra Landsat 8 digabung (fusi) dengan menggunakan ArcGIS 10. Selanjutnya
dengan Citra TerraSAR-X ORRI agar didapatkan citra dilakukan proses interpretasi citra.
yang mempunyai nilai resolusi spektral yang tinggi
(a) (b)
Gambar 4. (a) Citra TerraSaAR-X Digital Surface Model
(b) Citra TerraSaAR-X Ortho Rectified Radar Image
(a) (b)
Gambar 5. (a) Image Fusion Landsat 8 dengan Citra TerraSaAR-X Ortho Rectified Radar Image
(b) Overlay antara Citra Hasil Image Fusion dengan TerraSaAR-X Digital Surface Mode
6
Analisa Hasil Pengolahan ...
Timur dari zona Rembang. Formasi ini terdiri dari plankton/benton. Dimana semakin menuju ke
batu lumpur abu-abu kebiruan. Formasi ini formasi bagian atas, jumlahnya semakin
memiliki ketebalan 300-550 m. Pada bagian berkurang. Umur Formasi Ledok adalah Miosen
Timur zona Kendeng, perbedaan ditandai Akhir sekitar 24 juta tahun yang lalu, hal ini
dengan berubahnya struktur antara bagian atas didasari penemuan plankton Globorotalia
formasi Lidah dan bagian bawah Formasi Plesiotumida (Susilohadi, 1995). Formasi ini
Pucangan. Hubungan antara Formasi Lidah dan memiliki beberada titik pengamatan antara lain
Formasi Atasangin adalah selaras. titik 08MR142, 08MR143. Titik-titik penelitian ini
Beberapa titik pengamatan yang berada di mendiskripsikan batuan pada Formasi Ledok
Formasi Lidah, antara lain adalah 08MR126, dengan warna abu kuning kecoklatan, getas.
08MR127 dan 08MR128 memiliki karakteristik 4. Formasi Pucangan (Qtp)
berwarna abu - abu kecoklatan, berbutir halus, Pada hasil kombinasi kedua citra yaitu citra
keras. hasil fusi Landsat 8 kombinasi band 567 dan
3. Formasi Ledok (Tml) citra TerraSAR-X ORRI dengan Citra TerraSAR-X
Pada hasil kombinasi kedua citra yaitu citra DSM, formasi ini mempunyai kenampakan
hasil fusi Landsat 8 kombinasi band 567 dan warna hijau kekuningan, merah bata dan biru.
citra TerraSAR-X ORRI dengan Citra TerraSAR-X Sehingga menunjukkan bahwa formasi ini
DSM formasi ini mempunyai kenampakan warna memiliki tutupan lahan berupa bangunan,
hijau, biru, merah bata, dan kuning dengan vegetasi. Formasi ini memiliki pola yang tidak
dominasi warna paling banyak adalah warna beraturan. Tekstur yang dimiliki oleh formasi ini
hijau. Formasi ini memiliki pola aliran sungai adalah kasar dengan bentuk morfologi
trelis dan memiliki tekstur yang kasar. Bentuk perbukitan terjal di bagian Selatan, sedangkan
morfologi pada formasi ini adalah dibagian Utara formasi ini memiliki morfologi
bergelombang. bergelombang. Formasi ini memiliki pola aliran
Formasi ini berada di Kecamatan Matup sungai dendritik dibagian Utara karena
(Gresik) dan Sambeng (Lamongan). Memiliki morfologi relatif datar sedangkan dibagian
pola yang tidak teratur, dikarenakan bentuk selatan memiliki pola aliran sungai trelis dimana
formasi bagian Barat berbeda dengan bentuk anak sungai dan induk sungai saling tegak lurus.
formasi bagian Timur. Formasi memiliki tutupan Formasi ini berdekatan dengan Formasi Kalibeng
lahan berupa hutan lebat dan lahan kosong. (Tpmk) dan Formasi Kabuh (Qpk).
Formasi ini berada di dekat formasi Tpm, Formasi ini berada di Kecamatan
dimana formasi Tpm (Formasi Mundu) memiliki Wringinanom, Kecamatan Dawarblandong dan
morfologi yang lebih terjal dibandingkan Kecamatan Jetis. Formasi Pucangan terdiri dari
Formasi Ledok. Formasi Ledok terdiri dari beberapa macam batuan yaitu: breksi, batu
beberapa macam batuan yaitu: Napal pasiran pasir tufaan bersisipkan batu lempung dan
bersisipkan batu lempung, batu pasir, batu konglomerat (Noya dkk., 1992). Formasi ini
gamping (Noya dkk., 1992). Formasi ini terbentuk pada zaman Kuarter, zaman ini
terbentuk pada masa Neozoikum zaman Tersier dimulai pada tahun satu juta delapan ratus
dengan kala Miosen. tahun yang lalu.
Formasi Ledok berada di bawah Formasi Formasi Pucangan memiliki lokasi di Selatan
Mundu dan di atas Formasi Wonocolo. Pucangan antiklin. Formasi ini memiliki dua
Berdasarkan hubungan antar lapisan Formasi susunan yaitu batu lumpur bebiruan sampai
Ledok dan Formasi Wonocolo adalah selaras, abu-abu di bagian bawah dan susunan vulkanik
yaitu memiliki stratigrafi yang sejenis. Formasi di bagian atas. Bagian bawah dianggap sebagai
Ledok bagian atas mengandung banyak sebagai Formasi Lidah dan bagian atas dianggap
Glaukonit. Pada formasi ini ditemukan pula sebagai Formasi Pucangan. Formasi Pucangan
8
Analisa Hasil Pengolahan ...
berkembang di zona Kendeng pada awal Formasi ini memiliki bebepada titik pengamatan
Pleistosen. Formasi ini memiliki beberapa titik antara lain titik 08MR171, 08MR188, 08MR189,
pengamatan antara lain titik 08MR174, 08MR190. Titik-titik penelitian ini
08MR185, 08MR186, 08MR187. Titik-titik mendiskripsikan batuan pada Formasi Mundu
penelitian ini mendiskripsikan batuan pada dengan warna putih abu - abu kekuningan,
Formasi Mundu dengan warna abu - abu terang, berbutir halus, getas dan agak keras.
berbutir halus, terpilah baik, porositas baik, 6. Formasi Mundu (Tpm)
getas. Pada hasil kombinasi kedua citra yaitu citra
5. Formasi Sonde (Tpso) hasil fusi Landsat 8 kombinasi band 567 dan
Pada hasil kombinasi kedua citra yaitu citra citra TerraSAR-X ORRI dengan Citra TerraSAR-X
hasil fusi Landsat 8 kombinasi band 567 dan DSM Formasi Mundu memiliki kenampakan
citra TerraSAR-X ORRI dengan Citra TerraSAR-X warna hijau berseling biru dan merah
DSM Formasi Sonde memiliki warna gelap yaitu kecoklatan. Tekstur yang dimiliki oleh formasi ini
didominasi dengan warna hijau tua dan warna bervariasi dari kasar sampai halus, pada bagian
merah kecoklatan yang diselingi warna biru. Timur. Berdasarkan citra DSM TerraSAR-X
Tekstur yang dapat dilihat dari kombinasi band formasi ini memiliki morfologi yang datar
di atas menunjukkan bahwa formasi ini memiliki dibagian timur sedangkan pada bagian barat
tekstur yang kasar paling kasar di antara formasi memiliki morfologi perbukitan. Formasi ini
lainnya yang terdapat pada wilayah penelitian. berdekatan dengan Formasi Lidah pada bagian
Pola Formasi Sonde tidak beraturan. Formasi ini Barat dan sebelah Utara dan endapan Aluvial
memiliki pola aliran sungai trelis, ukuran formasi pada bagian Timur. Formasi ini memiliki pola
kecil dibandingkan dengan formasi di sekitarnya. yang tidak seragam dan memiliki ukuran kecil.
Bentuk morfologi jika dilihat dari DSM dari citra Formasi ini memiliki pola aliran sungai trelis.
TerraSar-X adalah berupa perbukitan terjal. Dari Formasi ini memiliki tutupan lahan berupa
kombinasi band pada citra Landsat 8 hutan, lahan kosong pada bagian Barat dan
menunjukan bahwa Formasi Sonde (Tpso) pemukiman di bagian Timur.
memiliki tutupan lahan sebagian besar hutan Formasi ini berada di Kecamatan Matup
dan sebagian lagi lahan kosong. Pada Formasi (Gresik) dan Sambeng (Lamongan), Kecamatan
Sonde terlihat dengan jelas jejak-jejak lapisan. Kembangbahu (Gresik). Formasi Mundu terdiri
Formasi Sonde terdiri dari beberapa macam dari beberapa macam batuan yaitu : Napal
batuan yaitu: napal berselingan dengan batu pasiran bersisipkan batu lempung, batu pasir,
pasir dan tuf [4]. Formasi ini terletak di batu gamping (Noya dkk., 1992). Formasi ini
Kecamatan Kabuh (Jombang), Sambeng terbentuk pada masa Neolitikum pada zaman
(Lamongan), Kudu (Lamongan), Kemlagi Tersier dan kala Pleistosen.
(Lamongan), Dawarblandong (Gresik). Dalam Formasi Mundu berada di atas Formasi
formasi ini juga terdapat lipatan antiklin yang Ledok. Hubungan antara Formasi Mundu dan
memanjang dari Barat ke Timur. Formasi ini formasi di bawahnya adalah selaras. Formasi
terbentuk pada masa Neolitikum zaman Tersier Mundu memiliki ketebalan yang belum jelas tapi
pada kala Plestosen. pada lokasi yang bertempat 10 km di Utara
Formasi Sonde merupakan nama pengganti Cepu, formasi ini memiliki ketebalah mencapai
dari lapisan atas Formasi Kalibeng (Tmpk). 340 m. Formasi ini memiliki bebepada titik
Formasi ini terendapkan pada zona Kendeng pengamatan antara lain titik 08MR139,
selama Pleistosen akhir. Formasi ini dikenali 08MR144, 08MR145. Titik-titik penelitian ini
oleh batu gamping bioklastik kasar dibagian mendiskripsikan batuan pada Formasi Mundu
bawah dan batu lempung pada bagian atas. [9]. dengan warna putih, sebagian agak merah
muda, kristalin, keras.
9
Jurnal Geosaintek. 02 / 01 Tahun 2016
perlapisan batuan. Formasi ini berada di antara sungai berikutnya yang kemungkinan telah
Formasi Pucangan (Qtp) dan Formasi Lidah (Qtl). berpindah dan menggerus endapan sungai yang
Formasi Kabuh memiliki formasi lebih landai di lebih tua. Setelah membuat alur kemudian
antara Formasi Pucangan (Qtp) dan Formasi terbentuklah endapan yang lebih mudah pada
Lidah (Qtl). alur yang telah tererosi tersebut dan diisi oleh
Formasi Kabuh ini terdiri dari batu pasir material berukuran pasir. Kemudian endapan
tufaan bersisipkan batu lempung, konglomerat yang terakhir ini juga menutupi endapan
dan tuf. Formasi ini terbentuk pada zaman sedimen yang lebih tua tadi secara keseluruhan
Tersier. Formasi Kabuh berada di kecamatan (Imran dkk.,2011)
Sambeng. 11.Formasi Qs
Formasi Kabuh berada di atas Formasi Berdasarkan hasil fusi dari citra Landsat 8
Pucangan, Formasi Kabuh berada di zona kombinasi 567 dan citra biru muda dan merah
Kendeng dan mengalami proses pengendapan kecoklatan. Formasi ini memiliki tekstur sedang
pada kala Pleistosen Tengah sekitar 900 ribu dan bentuk bulat memanjang dan beberapa
tahun yang lalu. Formasi Kabuh memiliki dua bagian persegi. Pola pada formasi ini adalah
susunan utama, pertama terdiri dari batu tidak seragam. Formasi ini memiliki pola aliran
lumpur laut dan batu pasir yang berada pada sungai dendritik atau berbentuk seperti ranting
lapisan bawah dan kandungan vulkanik pasa pohon dan morfologi daerah yang datar.
lapisan bagian atas. Formasi ini memiliki Formasi ini tersusun oleh lanau, lumpur,
beberada titik pengamatan antara lain titik lempung dan gambut. Formasi ini berada di
08MR151, 08MR168, 08MR167. Titik-titik wilayah Kecamatan Gedek, Kecamatan Jetis dan
penelitian ini mendiskripsikan batuan pada Kecamatan Kudu. Ukuran dari formasi ini adalah
Formasi Mundu dengan warna kuning sedang.
kecoklatan, berbutir sangat kasar, menyudut, 12.Formasi Qf
terpilah buruk, porositas baik, karbonatan, Formasi Fluvial berada diselatan formasi
dapat diremas (friable). campuran. Formasi ini memili warna biru muda
10.Formasi Qc berseling hijau, merah bata, merah kecoklatan.
Endapan sungai merupakan formasi yang Tekstur yang dimiliki formasi ini halus sampai
terletak di sepanjang Sungai Brantas. Dari Citra dengan sedang. Formasi ini berbentuk bulat
Landsat 8 kombinasi band 567 yang telah memanjang dan memiliki pola yang tidak
dilakukan proses fusi dengan citra Ortho teratur.
Rectified Radar Image (ORRI) TerraSAR-X, Pola aliran yang dimiliki formasi ini adalah
formasi ini memiliki warna biru dengan bercak dendritik. Ukuran dari formasi ini adalah sedang.
merah dan memiliki pola tidak beraturan seperti Formasi ini berada di Kecamatan Kesamben
pada gambar. Endapan ini memiliki tekstur halus Kabupaten Jombang, Kecamatan Tebalang
sampai sedang dengan morfologi relatif datar. Kabupaten Jombang, Kecamatan Peterongan
Bentuk formasi ini adalah bulat. Bentuk dari Kabupaten Jombang, Kecamatan Prajrit Kulon
formasi ini lebih kecil dari pada formasi yang Kabupaten Mojokerto dan wilayah Kota
berada disebelahnya yaitu formasi fluvial (Qf) Mojokerto.
dan formasi rawa (Qs).
Formasi ini memiliki pola aliran sungai radial, Kelurusan Batuan
yang arah aliran sungainya menyebar dari lokasi Kelurusan adalah semua pola berupa garis
tertentu. Ukuran dari formasi ini relatif kecil. lurus yang muncul karena tingkat kecerahan pada
Lapisan endapan sungai yang mempunyai permukaan tanah dalam foto udara atau citra
material dengan tekstur menghalus ke arah atas satelit. Kelurusan juga menyebabkan terputusnya
(fining upward) kemudian tererosi oleh arus litologi batuan. Pada hasil intepretasi citra Landsat 8
11
Jurnal Geosaintek. 02 / 01 Tahun 2016
Gambar 6. Kenampakan Kelurusan pada Formasi Kalibeng (Tmpk) dan Sonde (Tpso)
Perbandingan Hasil Intepretasi Citra Satelit dengan 1. Pada proses interpretasi citra gabungan
Peta Geologi 1:100.000 menggunakan kunci interpretasi formasi-formasi
Terdapat perbedaan formasi antara peta batuan yang terdapat pada daerah penelitian
geologi 1:100.000 dengan peta geologi hasil antara lain Formasi Kabuh, Formasi Pucangan,
intepretasi citra. Perbedaan formasi tersebut adalah Formasi Mundu, Formasi Sonde, Formasi
munculnya formasi baru pada peta hasil intepretasi Notopuro, Formasi Lidah, Formasi Ledok dan
citra Landsat 8 dan TerraSAR-X. formasi tersebut Endapan Aluvium.
adalah Formasi Endapan Fluvial, Formasi Endapan 2. Terdapat perbedaan antara peta hasil
Sungai dan Formasi Endapan Rawa. Sedangkan pada Intepretasi dengan peta geologi 1:100.000 yaitu
peta geologi 1:100000 ketiga formasi di atas masuk perbedaan formasi batuan. Pada peta hasil
dalam Formasi Aluvial. interpretasi citra terdapat 12 formasi batuan
Pemisahan ketiga formasi diatas dengan sedangkan pada peta Geologi 1:100000 ada 9
endapan alluvial dilihat dari perbedaan kunci formasi batuan. Sehingga ketetapan akurasi
interpretasi citra, morfologi dan pola aliran sungai pada daerah ini adalah 75%.
dari ketiga formasi tersebut dengan formasi alluvial. 3. Berdasarkan proses pengolahan dari citra
ketepatan interpretasi dari penelitian ini dapat Landsat 8 dengan citra TerraSAR-X didapatkan
diketahui dengan menggunakan rumus: hasil formasi terbesat adalah Formasi Swamp
atau Formasi Rawa dengan luas 147 Km² dan
(1) formasi terkecil adalah Formasi Notopuro
dengan luasan 12 Km². Selain itu, pada peta
geologi hasil interpretasi citra ini terlihat
Dimana: kelurusan batuan pada Formasi Kalibeng, Sonde
KI = Ketepatan interpretasi dan Mundu.
JKL = Jumlah kebenaran interpretasi
JSL = Jumlah sampel lapangan
DAFTAR PUSTAKA
Sehingga ketepatan interpretasi yang didapat dari Noor, D., 2011. Geologi untuk Perencanaan. Yogyakarta:
penelitian ini adalah: Graha Ilmu.
Badan Geologi. September 2013. <URL:
http//psg.bgl.esdm.gi.id/geosains/331-peran-peta-
geologi-dalam-pembangunan-nasional>.Dikunjungi
pada tanggal 18 Januari 2013, pukul 08.71
Purwadhi, F. H., 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta:
Hasil tersebut tidak masuk dalam nilai ambang PTGramedia Widiasarana Indonesia.
akurasi, dimana nilai ambang akurasi adalah 85% Noya Y., Suwarti T., Harsono dan Sarmili L., 1992. Peta
[11]. Hal ini dapat disebabkan perbedaan metode Geologi Lembar Mojokerto Jawa Timur. Pusat
pemetaan yang digunakan antara pemetaan manual Penelitian dan Pengembangan Geologi, Indonesia.
Bandung.
yang dilakukan oleh badan geologi dan pemetaan NASA Remote Sensing Tutorial Web
pada penelitian ini yang menggunakan metode Page.http//rst.gsfc.nasa.gov/.
interpretasi data penginderaan jauh. Hanafi, R.A., Sukojo, B.M.,dan Ipranta., 2010. Pemetaan
Geologi Dengan Menggunakan Data Citra Alos di
Daerah Pegunungan Selatan (Kabupaten Wonogiri-
Jawa Tengah). Tugas Akhir Jurusan Teknik
PENUTUP Geomatika, Surabaya.
Simpulan Reditya, I.W.,, Sukojo, B.M.,dan Ipranta., 2010. Analisa
Dari hasil dan analisa yang telah dilakukan maka Integrasi Citra Ifsar dan Landsat Untuk Pembuatan
Peta Geologi Daerah Takalar-Sapaya Propinsi
kesimpulan yang dapat diambil adalah Sulawesi Selatan. Tugas Akhir Jurusan Teknik
Geomatika, Surabaya
13
Jurnal Geosaintek. 02 / 01 Tahun 2016
-------------------
14