Anda di halaman 1dari 18

FISIKA KUANTUM

Persamaan Schrodinger

NAMA : Fauzan Bin Eylidarson


NIM : 21034054

Setelah sdr mempelajari materi BAB 5 diskusikan pada kelompok dan jawablah beberapa hal
berikut:
A. Persamaan Schrodinger
1. Jelaskanlah langkah-langkah untuk merumuskan persamaan Schrodinger
Jawaban:
Energi total secara klasik
𝑝2
+ 𝑉(𝑥) = 𝐸 (1)
2𝑚

a. Ubah persamaan (1) menjadi operator


𝑝̂2
+ 𝑉(𝑥̂) = 𝐸̂ (2)
2𝑚

𝜕
Dengan 𝑝 = −𝑖ℏ 𝜕𝑥 𝑉(𝑥) = 𝑉(𝑥) (3)

b. Sub per (3) ke (2) dengan menggunakan fungsi gelombang

−ℏ2 𝜕2 Ψ(𝑥,𝑡)
+ 𝑉(𝑥) (𝑥, 𝑡) = 𝐸̂ Ψ(𝑥, 𝑡) (4)
2𝑚 𝜕𝑥 2

c. Fungsi gelombang merupakan fungsi eigen bagi operator energi 𝐸̂ dengan nilai
eigen E=−ħw
𝐸 Ψ(𝑥, 𝑡) = ℏ𝜔 Ψ (𝑥, 𝑡) (5)

d. Dengan menggunakan fungsi gelombang Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡)


maka:
𝑑
𝐸̂ = −𝑖ℏ =
𝑑𝑡
Karena:
𝜕Ψ(x, t) 𝜕
𝑖ℏ = 𝑖ℏ (𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡) ) = ℏ𝜔 𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡) = ℏ𝜔 Ψ(𝑥, 𝑡)
𝜕𝑡 𝜕𝑡

e. Dengan ditemukannya cara kerja operator 𝐸̂ , maka persamaan (4) menjadi:

−ℏ2 𝜕2 Ψ(𝑥,𝑡) ∂Ψ(𝑥,𝑡)


+ 𝑉(𝑥)Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝐸̂ Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝑖ℏ (6)
2𝑚 𝜕𝑥 2 𝜕𝑡

Persamaan (6) merupakan persamaan diferensial. Persamaan 6 hanya berlaku untuk


sistem yang energi potensialnya secara eksplisit tidak bergantumg pada waktu t.
Keterbatasan ini dapat dihilangkan dengan mempostulatkan bahwa persamaan
tersebut juga berlaku untuk system energy potensialnya secara eksplisit yang
bergantung pada waktu. Perubahan yang dilakukan cukup mengubah V(x) menjadi
V(x,t).
−ℏ2 𝜕 2 Ψ(𝑥, 𝑡) ∂Ψ(𝑥, 𝑡)
2
+ 𝑉(𝑥, 𝑡)Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝐸̂ Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝑖ℏ
2𝑚 𝜕𝑥 𝜕𝑡
2. Tuliskanlah persamaan Schrodinger untuk 3 dimensi
Jawaban:
−ℏ2 2 ∂Ψ(𝑟, 𝑡)
∇ Ψ(𝑟, 𝑡) + 𝑉(𝑟, 𝑡)Ψ(𝑟, 𝑡) = 𝑖ℏ
2𝑚 𝜕𝑡
3. Tuliskanlah persamaan Schrodinger untuk 1 dimensi
Jawaban:
Persamaan energi total suatu partikel yang bergerak :
𝐸 = 𝑘 +𝑣
𝑃 = 𝑚. 𝑣
1
𝐸 = 𝑚𝑣 2 + 𝑉 𝑃2 = 𝑚2 . 𝑣2
2
1 𝑝2 𝑝2
𝐸= 𝑚 +𝑉 𝑉2 =
2 𝑚2 𝑚2
1 𝑝2
𝐸 =2𝑚 +𝑉 (1)
Kita tahu bahwa dalam partikel itu memiliki sifat gelombang, sehingga persamaan
diatas jika diterapkan pada fungsi gelombang menjadi: (masing- masing ruas pda
persamaan diatas dikali dengan 𝜓 )

𝑝2
𝐸Ψ = 2𝑚 Ψ + 𝑉Ψ Persamaan disampingadalah persamaan
Schrodinger bebas waktu (hanya
ℏ2 𝜕 2 Ψ bergantung pada posisi)
𝐸Ψ = − + 𝑉Ψ
2𝑚 𝜕𝑥 2
Ψ = 𝐴𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡)
Diturunkan terhadap posisi menjadi
𝜕Ψ
= 𝑖 𝑘 𝐴𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡)
𝜕𝑥
Diturunkan sekali lagi menjadi:
𝜕2 Ψ
= 𝑖 2 𝑘 2 𝐴𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡)
𝜕𝑥 2 𝑖 = √−1
𝜕 2Ψ 2
2
= 𝑖2 𝑘2 Ψ 𝑖 2 = (√−1)
𝜕𝑥
𝜕2 Ψ
= − 𝑘2 Ψ
𝜕𝑥 2
2𝜋 ℎ
𝜕 2Ψ 𝑝2 𝑘= , 𝜆=
=− 2 Ψ 𝜆 𝑝
𝜕𝑥 2 ℏ
𝑝
2
𝜕 2Ψ 𝑘 = 2𝜋 , 𝑘=
ℏ = −𝑝2 Ψ ℎ
𝜕𝑥 2

Persamaan Schrodinger terhadap waktu:


Ψ = 𝐴 𝑒 𝑖 (𝑘𝑥 − 𝑤𝑡)
𝜕Ψ
= −𝑖𝜔Ψ
𝜕𝑡
𝜕Ψ 𝐸 𝑤 = 2𝜋𝑓
= −𝑖 Ψ
𝜕𝑡 ℏ
𝐸 = ℎ𝑓
𝜕Ψ −𝑖 𝑖
= 𝐸Ψ. 𝐸
𝜕𝑡 ℏ 𝑖 𝑓=
𝜕Ψ −𝑖 2 ℎ
= 𝐸Ψ
𝜕𝑡 𝑖ℏ 𝐸 ℎ
𝑤 = 2𝜋𝐸 , = ℏ
𝜕Ψ 𝐸Ψ ℎ 2𝜆
=
𝜕𝑡 𝑖ℏ
𝜕Ψ
𝐸Ψ − 𝑖ℏ (4)
𝜕𝑡

Subsitusikan persamaan (4) ke persamaan (3):


−ℏ2 𝜕 2 Ψ
𝐸Ψ = + 𝑉Ψ
2𝑚 𝜕𝑥 2
𝜕Ψ −ℏ2 ∂2 Ψ
𝑖ℏ = + 𝑉Ψ (5) persamaan Schrodinger 1 dimensi
𝜕𝑡 2𝑚 𝜕𝑥 2

4. Tuliskanlah persamaan Schrodinger untuk 3 dimensi dalam bentuk operator


Jawaban:
𝑝̂ 2
= ∇2 𝜓 + 𝑉𝜓 = 𝐸̂ 𝜓
2𝑚
5. Jelaskan bentuk eksplisit dari persamaan schrodinger
Jawaban:
 Persamaan Schrodinger dalam 1 dimensi :
−ℏ2 𝜕2 Ψ(𝑥,𝑡) ∂Ψ(𝑥,𝑡)
+ 𝑉(𝑥, 𝑡)Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝑖ℏ …… (1)
2𝑚 𝜕𝑥 2 𝜕𝑡

 Persamaan Schrodinger dalam 3 dimensi :


−ℏ2 2 ∂Ψ(𝑟, 𝑡)
∇ Ψ(𝑟, 𝑡) + 𝑉(𝑟, 𝑡)Ψ(𝑟, 𝑡) = 𝑖ℏ ;
2𝑚 𝜕𝑡
𝜕2 𝜕2 𝜕2
∇2 = 𝜕𝑥 2 + 𝜕𝑦 2 + 𝜕𝑧 2 ……… (2)

 Pada persamaan Schrodinger 1 ± √−1 dan ℏ yang merupakan tetapan akan


muncul pada semua atau setiap system
𝜕2 𝜕
 Operator derivative ke posisi = 𝜕𝑋 2 dan derivative ke waktu = 𝜕𝑡 tidak

bergantung pada system yang dibahas


 m (massa partikel) secara numerikberbeda antar partikel tetapi, lambangnya
sama yaitu m
 Unsur yang membedakan satu system dengan system lainnya yaitu energy
potensial system V(x,t). Faktor ini membedakan secara eksplisit persamaan
Schrodinger pada setiap system
 Yang perlu diketahui untuk membangun persamaan schrodinger adalah variasi
energy potensial terhadap posisi dan waktu
V(x,t) = 1 dimensi
V(r,t) = 3 dimensi
6. Jelaskan struktur matematis dari persamaan Schrodinger
Jawaban:
a. Persamaan schrodinger merupakan persamaan differensial dalam ruang kompleks,
dengan adanya bilangan imaginer (i), akibat penyelesaian persamaan schrodinger
pada umunya merupakan fungsi kompleks dengan variable real = (Posisi dan waktu
)
b. Persamaan schrodinger merupakan persamaan differensial linear . Akibatnya jika
fungsi- fungsi gelombang Ѱ1 dan Ѱ2 merupakan penyelesaian persamaan
schrodinger untuk suatu system , maka sembarang kombinasi linear kedua fungsi
gelombang itu , yaitu Ѱ3 = α Ѱ1 + β Ѱ2 dengan α dan β merupakan tetapan, dan
penyelesaian persamaan schrodinger untuk system tersebut.
Dibuktikan dengan :
Subsitusikan Ѱ3 = 𝛼Ѱ1 +𝛽 Ѱ2 ke ruas kiri persamaan (5.5) di peroleh

ћ2 𝜕2 Ѱ3 ћ2 𝜕2 (𝛼Ѱ1 +𝛽Ѱ2 )
− +𝑣𝑥 Ѱ3 = − +𝑣(𝑥,𝑡)(𝛼Ѱ1 +𝛽Ѱ2 )
2𝑚 𝜕𝑥 2 2𝑚 𝜕𝑥 2
ћ2 𝜕2 Ѱ1 ћ2 𝜕2 Ѱ2
= 𝛼 ⌊− 2𝑚 + 𝑣(𝑥,𝑡) Ѱ1 ⌋ + 𝛽 ⌊− 2𝑚 + 𝑣(𝑥,𝑡) Ѱ2 ⌋ (5.7)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 2

Perhatikan faktor yang di kurung pada ruas kanan persamaan (5.7).karena Ѱ1 dan
Ѱ2 telah di asumsikan merupakan penyelesaian persamaan schrodinger, maka
persamaa (5.7) itu menunjukkan kepada kita bahwa kedua faktor dalam tanda
kurung tadi masing masing memenuhi hubungan :
ћ2 𝜕2 Ѱ1 (𝑥,𝑡) 𝜕Ѱ1(𝑥,𝑡)
− 2𝑚 +𝑣(𝑥,𝑡) Ѱ1(𝑥,𝑡) = 𝑖ћ
𝜕𝑥 2 𝜕𝑡

Dan
ћ2 𝜕2 Ѱ2 (𝑥,𝑡) 𝜕Ѱ2(𝑥,𝑡)
− 2𝑚 +𝑣(𝑥,𝑡) Ѱ2(𝑥,𝑡) = 𝑖ћ
𝜕𝑥 2 𝜕𝑡

Subsitusikan kedua persamaan terakhir itu ke dalam persamaan (5.7) menghasilkan


:
ћ2 𝜕2 Ѱ3 ∂Ѱ1 ∂Ѱ2
− 2𝑚 +𝑣(𝑥,𝑡) Ѱ3 = 𝛼 ⌊𝑖ћ ⌋ + 𝛽 ⌊𝑖ћ ⌋
𝜕𝑥 2 𝜕𝑡 𝜕𝑡
𝜕(𝛼Ѱ1 +𝛽Ѱ2
= 𝑖ћ 𝜕𝑡
𝜕Ѱ3
= 𝑖ћ ,
𝜕𝑡

Yang menunjukkan bahwa Ѱ3 benar benar merupakan peyelesaian persamaan


schrodinger untuk sistem yang sama.
c. Persamaan schrodinger merupakan persamaan differensial orde 1 terhadap waktu
(variable t), (orde 1 merupakan perubahan gelombang terhadap waktu bersifat
deterministic)
Artinya : jika fungsi gelombang pada waktu (t) , tertentu missal t = t 0 ,fungsi
gelombang pada waktu t berikutnya dapat diketahui secara pasti, perubahan fungsi
gelombang terhadap waktu adalah pasti.
B. Aplikasi persamaan schrodinger untuk kasus 𝑽(𝒙) = 𝟎
Tinjauan kasus potensial sumur tak hingga seperti gambar. Telah dibahas pada perkuliahan
minggu ke-3, bahwa 2 bentuk fungsi ternomalisasi pertama
yang memenuhi untuk kasus ini adalah:

2 𝜋𝑥 𝑖𝐸1 𝑡
Ψ1 (𝑥, 𝑡) = √ cos 𝑒 − ℏ
𝐿 𝐿

2 2𝜋𝑥 −𝑖𝐸2 𝑡
Ψ2 (𝑥, 𝑡) = √ sin 𝑒 ℏ
𝐿 𝐿

1. Tuliskan persamaan schrodinger untuk kasus ini


Jawaban:
−𝐿 𝐿
Pada gambar tersebut bernilai nol untuk daerah 𝑥 < dan 𝑥 > 2 dan bernilai –
2
−𝐿 𝐿
V0 untuk daerah 2
> 𝑥 > 2. Pada sumur potensial partikel yang datang dari sebelah kiri
−𝐿 −𝐿 𝐿
yaitu 𝑥 < (daerah I) menuju 2 > 𝑥 > 2 (daerah II) dan keluar ke kanan yaitu 𝑥 >
2
𝐿
(daerah III). Berdasarkan gambar keadaan terikat terjadi ketika energy total partikel
2

memenuhi ketidaksamaan 0 > E > -V0. Jika energi total partikel lebih dari nol, maka
partikel dapat bergerak dari -∞ sampai +∞. Energi potensial V dari partikel berhingga di
kedia sisi kotak, sedangkan V berubah di dalam kotak. Karena energy partikel berhingga
di kedua sisi kotak, partikel mungkin ditemukan di luar kotak.
−𝐿 𝐿
PSBW pada daerah 𝑥 < (daerah I) dan 𝑥 > 2 (daerah III) dapat dinyatakan
2

sebagai berikut:
𝜕2 𝜑(𝑥)
− 𝑎2 𝜑(𝑥) = 0
𝜕𝑥 2
2𝑚𝐸
Dengan 𝑎2 = ℏ2
−𝐿 𝐿
Dan PSBW untuk daerah > 𝑥 > 2 (daerah II):
2
𝜕2 𝜑𝐼𝐼 (𝑥)
− 𝑘 2 𝜑𝐼𝐼 (𝑥) = 0
𝜕𝑥 2
2𝑚
Dengan : 𝑘 2 = (𝐸 + 𝑉0 )
ℏ2

PSBW daerah I,II dan III digabung sehingga didapat hubungan:

𝑖𝑘𝑎
𝛼 − 𝑖𝑘 2
𝑒 =( )
𝛼 + 𝑖𝑘
Persamaan diatas dapat memiliki dua penyelesaian akar yaitu:
𝛼−𝑖𝑘 𝛼−𝑖𝑘
𝑒 𝑖𝑘𝑎 = 𝛼+𝑖𝑘 dan −𝑒 𝑖𝑘𝑎 = 𝛼+𝑖𝑘

Persamaan diatas dapat diubah menjadi:


𝑘 𝑘𝑎
= |cos ( )|
𝑘0 2
𝑘 𝑘𝑎
= |sin ( )|
𝑘0 2
Persamaan tersebut tidak dapat diselesaikan secara analitik. Persamaan ini dapat
diselesaikan secara grafik atau dengan program numerik. Penyelesaian persamaan ini
akan diperoleh nilai k. selanjutnya dapat ditentukan bentuk fungsi gelombang di dalam
kotak dan juga nilai energinya. Sehingga dapat dilukiskan berbagai tingkat energi dan
gungsi gelombang yang mungkin dari beberapa keadaan. Keadaan energy terendah yaitu
pada n=1, keadaan ini dikenal sebagai keadaan dasar. Keadaan dengan energy yang lebih
tinggi disebut dengan keadaan eksitasi.
Perhitungan numerik sumur potensial keadaan terikat selanjutnya digunakan
metode beda hingga. Metode beda hingga merupakan metode yang digunakan dalam
penyelesaian persamaan differensial biasa nilai batas dari sebuah problem kalkulus menjadi
aljabar. Metode beda hingga yang digunakan dalam penentuan fungsi gelombang yang
menggunakan metode beda hingga tipe central finite difference dengan aproksimasi beda
hingga:
𝜑(𝑥𝑖+1 ) − 𝜑(𝑥𝑖−1 )
𝜑 ′ (𝑥𝑖 ) =
2ℎ
𝜑(𝑥𝑖+1 ) − 2𝜑(𝑥𝑖 ) + 𝜑(𝑥𝑖−1 )
𝜑 ′′ (𝑥𝑖 ) =
ℎ2
Bentuk umum persamaan differensial biasa (PDB) dengan nilai batas adalah :
𝑑2𝜑 𝑑𝜑
+ 𝑝(𝑥) + 𝑞(𝑥)𝜑 = 𝑓(𝑥)
𝑑𝑥 2 𝑑𝑥
Dengan 𝑥0 ≤ 𝑥 ≤ 𝑥𝑛
Selanjutnya PSBW dikonversi ke persamaan diatas sehingga diperoleh koefisien:
2𝑚(𝐸−𝑉)
𝑝(𝑥) = 0, 𝑞(𝑥) = dan 𝑓(𝑥) = 0
ℏ2

Aproksimasi menggunakan metode beda hingga, diperoleh solusi akhir:


2𝑚(𝐸 − 𝑉)
𝜑𝑖−1 − [2 − ℎ2 ( )] 𝜑(𝑖) + 𝜑𝑖+1 = 0
ℎ2
Persamaan diatas merupakan persamaan sumur potensial keadaan teriakat bentuk numerik
dengan metode beda hingga.
(Rahmayani, 2014)
2. Tunjukkanlah bahwa fungsi 𝚿𝟏 (𝒙, 𝒕) merupakan solusi dari persamaan schrodinger
pada soal (1)
Jawaban:
Partikel bebas bergerak dalam interval – a/2 ≤ x ≤ a/2 menunjukkan bahwa partikel
tidak mengalami gaya apapun dalam interval itu. Jadi, energy potensialnya konstan. Jika
potensial ini dilambangi V0 maka persamaan Schrodinger dalam interval –a/2 ≤ x ≤ a/2
berbentuk
−ℏ2 𝜕 2 Ψ(𝑥, 𝑡) 𝜕Ψ(𝑥, 𝑡)
2
+ 𝑉0 Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝑖ℏ
2𝑚 𝜕𝑥 𝜕𝑡
Untuk menguji apakah benar fungsi gelombang yang diketahui tadi merupakan
penyelesaian persamaan Schrodinger, kita subtitusikan fungsi gelombang itu ke dalam
persamaan terakhir di atas. Subsitusi ke ruas kiri menghasilkan

−ℏ2 𝜕 2 Ψ(𝑥, 𝑡) 12 𝜋 2 ℏ2 2 1𝜋ℏ −𝑖𝑒1𝑡 12 𝜋 2 ℏ2


+ 𝑉0 Ψ(𝑥, 𝑡) = { + 𝑉0 } √ sin 𝑒 ℏ = { 𝑉 } Ψ(𝑥, 𝑡)
2𝑚 𝜕𝑥 2 2𝑚𝑎2 𝑎 𝑎 2𝑚𝑎2 0
Substitusikan ke ruas kanan menghasilkan

𝜕Ψ(𝑥, 𝑡) −𝑖𝑒1 𝑡 2 1𝜋ℏ −𝑖𝑒1 𝑡 2 1𝜋ℏ −𝑖𝑒1 𝑡


𝑖ℏ = 𝑖ℏ ( √ sin 𝑒 ℏ ) = 𝐸1 √ sin 𝑒 ℏ = 𝐸1 Ψ(𝑥, 𝑡)
𝜕𝑡 ℏ 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎

Sehingga hubungannya adalah


12 𝜋 2 ℏ2
{ +𝑉0 } Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝐸1 Ψ(𝑥, 𝑡)
2𝑚𝑎2
Persamaan terakhir ini menunjukkan bahwa fungsi gelombang tadi dijamin
sebagai penyelesaian persamaan Schrodinger bagi partikel yang bebas bergerak dalam
interval – a/2 ≤ x ≤ a/2 asalkan tetapan En dalam fungsi gelombang itu memenuhi
hubungan
12 𝜋 2 ℏ2
𝐸1 = +𝑉0
2𝑚𝑎2
(Sutopo, hal 122-123)
3. Tunjukkanlah bahwa fungsi 𝚿𝟐 (𝒙, 𝒕) merupakan solusi dari persamaan schrodinger
pada soal (2)
Jawaban:
Partikel bebas bergerak dalam interval – a/2 ≤ x ≤ a/2 menunjukkan bahwa partikel
tidak mengalami gaya apapun dalam interval itu. Jadi, energy potensialnya konstan. Jika
potensial ini dilambangi V0 maka persamaan Schrodinger dalam interval –a/2 ≤ x ≤ a/2
berbentuk
−ℏ2 𝜕 2 Ψ(𝑥, 𝑡) 𝜕Ψ(𝑥, 𝑡)
+ 𝑉0 Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝑖ℏ
2𝑚 𝜕𝑥 2 𝜕𝑡
Untuk menguji apakah benar fungsi gelombang yang diketahui tadi merupakan
penyelesaian persamaan Schrodinger, kita subtitusikan fungsi gelombang itu ke dalam
persamaan terakhir di atas. Subsitusi ke ruas kiri menghasilkan

−ℏ2 𝜕 2 Ψ(𝑥, 𝑡) 22 𝜋 2 ℏ2 2 2𝜋ℏ −𝑖𝑒2𝑡 22 𝜋 2 ℏ2


+ 𝑉0 Ψ(𝑥, 𝑡) = { + 𝑉0 } √ sin 𝑒 ℏ ={ 𝑉 } Ψ(𝑥, 𝑡)
2𝑚 𝜕𝑥 2 2𝑚𝑎2 𝑎 𝑎 2𝑚𝑎2 0

Substitusikan ke ruas kanan menghasilkan

𝜕Ψ(𝑥, 𝑡) −𝑖𝑒2 𝑡 2 2𝜋ℏ −𝑖𝑒2 𝑡 2 2𝜋ℏ −𝑖𝑒2 𝑡


𝑖ℏ = 𝑖ℏ ( √ sin 𝑒 ℏ ) = 𝐸2 √ sin 𝑒 ℏ = 𝐸2 Ψ(𝑥, 𝑡)
𝜕𝑡 ℏ 𝑎 𝑎 𝑎 𝑎
Sehingga hubungannya adalah
2𝜋 2 ℏ2
{ +𝑉0 } Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝐸2 Ψ(𝑥, 𝑡)
2𝑚𝑎2
Persamaan terakhir ini menunjukkan bahwa fungsi gelombang tadi dijamin sebagai
penyelesaian persamaan Schrodinger bagi partikel yang bebas bergerak dalam interval –
a/2 ≤ x ≤ a/2 asalkan tetapan En dalam fungsi gelombang itu memenuhi hubungan
2𝜋 2 ℏ2
𝐸2 = +𝑉0
2𝑚𝑎2
(Sutopo, hal 122-123)
4. Berdasarkan nilai energy pada soal (2) dan (3) apa yang dapat saudara simpulkan
Jawaban:
Kesimpulan dari soal nomor 2 yaitu partikel bebas bergerak dalam interval – a/2 ≤
x ≤ a/2 menunjukkan bahwa partikel tidak mengalami gaya apapun dalam interval itu. Jadi,
energi potensialnya konstan.
12 𝜋 2 ℏ2
Fungsi gelombang { 2𝑚𝑎2 +𝑉0 } Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝐸1 Ψ(𝑥, 𝑡) merupakan penyelesaian

persamaan Schrodinger bagi partikel yang bebas bergerak dalam interval – a/2 ≤ x ≤ a/2
asalkan tetapan En dalam fungsi gelombang itu memenuhi hubungan
12 𝜋 2 ℏ2
𝐸1 = +𝑉0
2𝑚𝑎2
Kesimpulan dari soal nomor 3 yaitu Partikel bebas bergerak dalam interval – a/2 ≤
x ≤ a/2 menunjukkan bahwa partikel tidak mengalami gaya apapun dalam interval itu. Jadi,
energi potensialnya konstan.
2𝜋 2 ℏ2
Fungsi gelombang { 2𝑚𝑎2 +𝑉0 } Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝐸2 Ψ(𝑥, 𝑡) merupakan penyelesaian

persamaan Schrodinger bagi partikel yang bebas bergerak dalam interval – a/2 ≤ x ≤ a/2
asalkan tetapan En dalam fungsi gelombang itu memenuhi hubungan
2𝜋 2 ℏ2
𝐸2 = +𝑉0
2𝑚𝑎2
C. Persamaan Schrodinger Bebas Waktu
1. Tunjukkan langkah matematis untuk mendapatkan persamaan Schrodinger bebas
waktu dari persamaan Schrodinger
Jawaban:
Persamaan schrodinger
ℏ 𝑑2𝜓 𝑑𝜓
− 2
+ 𝑉𝜓 = 𝑖 ℏ
2𝑚 𝑑𝑥 𝑑𝑡
Persamaan Schrödinger merupakan persamaan diferensial parsial. Persamaan
diferensial parsial dapat diubah menjadi sistem persamaan diferensial biasa melalui teknik
pemisahan variabel. Untuk itu, fungsi gelombang 𝜓(x,t) kita nyatakan sebagai perkalian
fungsi posisi, misalnya 𝜓 (x), dan fungsi waktu, misalnya F(t). Jadi 𝜓 (x,t) = 𝜓 (x)F(t).
Dengan cara ini maka persamaan Schrödinger menjadi
ℏ 𝑑2 𝜓(𝑥) 𝑑 𝜓𝐹(𝑡)
− 𝐹(𝑡) + 𝑉(𝑥, 𝑡)𝐹(𝑡)𝜓(𝑥) = 𝑖 ℏ𝜓(𝑥) (5.34)
2𝑚 𝑑𝑥 2 𝑑𝑡

Jika kedua ruas kita bagi dengan 𝜓 (x) F(t) diperoleh


ℏ 1 𝑑2 𝜓(𝑥) 1 𝑑 𝜓𝐹(𝑡)
− + 𝑉(𝑥, 𝑡) = 𝑖 ℏ (5.35)
2𝑚 𝜓(𝑥) 𝑑𝑥 2 𝐹(𝑡) 𝑑𝑡

Ruas kanan Persamaan (5.35) merupakan fungsi t, sedangkan ruas kiri merupakan
fungsi x dan t. Satu-satunya suku yang memuat x dan t adalah V(x,t). Ini berarti bahwa
pemisahan variabel hanya akan berhasil jika V hanya bergantung pada x saja, atau hanya
bergantung pada t saja. Mengingat x merupakan variabel dinamis fundamental dalam
fisika kuantum, kita pilih yang pertama. Jika V hanya bergantung pada x maka Persamaan
(5.28) dapat dinyatakan sebagai berikut.
ℏ 1 𝑑2 𝜓(𝑥) 1 𝑑 𝜓𝐹(𝑡)
− + 𝑉(𝑥) = 𝑖 ℏ (5.36)
2𝑚 𝜓(𝑥) 𝑑𝑥 2 𝐹(𝑡) 𝑑𝑡

Ruas kiri persamaan ini merupakan fungsi x saja, sedangkan ruas kanannya
merupakan fungsi t saja. Jadi persamaan tersebut menyatakan kesamaan antara suatu
fungsi yang hanya bergantung pada x dengan fungsi lain yang hanya bergantung pada t.
Kesamaan semacam itu hanya akan terpenuhi untuk semua x dan t jika masing-masing
ruas berupa suatu tetapan, yaitu suatu bilangan yang tidak bergantung pada x maupun t.
Arti fisik dari tetapan tersebut dapat dideduksi sebagai berikut. Suku kedua di ruas
kiri adalah energi potensial. Oleh karena itu, suku-suku lainnya, baik yang di ruas kiri
maupun yang di ruas kanan, juga harus berdimensikan energi. Lebih lanjut, karena ruas
kiri persamaan tersebut menyatakan jumlah energi kinetik ditambah energi potensial,
maka tetapan yang kita gunakan nanti memiliki arti fisik sebagai energi total, atau
hamiltonan,sistem. Selanjutnya tetapan itu kita lambangi E.
Dengan menggunakan tetapan E tersebut Persamaan (5.36) dapat dinyatakan
sebagai sistem persamaan diferensial biasa sebagai berikut.
ℏ 1 𝑑2 𝜓(𝑥)
− + 𝑉(𝑥) = 𝐸 (5.37)
2𝑚 𝜓(𝑥) 𝑑𝑥 2

Dan
1 𝑑2 𝐹(𝑡)
𝑖ℏ 𝐹(𝑡) =𝐸 (5.38)
𝑑𝑡

Persamaan (5.37) menghasilkan penyelesaian 𝜓(x) sedangkan Persamaan (5.38)


menghasilkan penyelesaian F(t)=𝑒 −𝑖𝐸𝑡/ℏ . Dengan demikian penyelesaian akhir Pesamaan
Schrödinger berbentuk
Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝜓(𝑥)𝑒 −𝑖𝐸𝑡/ℏ (5.39)
Persamaan (5.37) dapat diubah menjadi
ℏ2 𝑑2 𝜓(𝑥)
− + 𝑉(𝑥)𝜓(𝑥) = 𝐸𝜓(𝑥) (5.40)
2𝑚 𝑑𝑥 2

Persamaan tersebut identik dengan persamaan Schrödinger, bedanya bahwa


persamaan itu tidak bergantung pada t. Oleh karena itu, persamaan tersebut sering disebut
sebagai persamaan Schrödinger bebas waktu (timeindependent Schrödinger equation).
(Sutopo, hal 133-134)

2. Tuliskan persamaan v bebas waktu dalam bentuk persamaan nilai eigen


Jawaban:
ℏ2 𝑑2 𝜓(𝑥)
{− + 𝑉(𝑥)} 𝜓(𝑥) = 𝐸𝜓(𝑥) (5.41)
2𝑚 𝑑𝑥 2

Faktor dalam kurung di ruas kiri tidak lain menyatakan operator hamiltonan sistem, yaitu
operator yang mewakili jumlahan energi kinetik (suku pertama) dan energi potensial (suku
̂ maka Persamaan (5.41) dapat ditulis menjadi
kedua). Jika operator itu kita lambangi 𝐻
̂ 𝜓(𝑥) = 𝐸𝜓(𝑥)
𝐻 (5.42)
Persamaan (5.42) merupakan contoh dari persamaan nilai eigen (eigenvalue
̂ terhadap fungsi 𝜓(𝑥) tidak menghasilkan
equation), sebab operasi 𝐻 fungsi baru
melainkan hanya mengalikan fungsi itu dengan suatu bilangan (E). Dengan menggunakan
peristilahan dalam persamaan nilai eigen, Persamaan (5.42) dapat diungkapkan sebagai
̂ dengan nilai
berikut : 𝜓(𝑥)merupakan fungsi eigen (fungsi karakteristik) bagi operator 𝐻
eigen (nilai karakteristik) sebesar E.
(Sutopo, hal 134-135)
3. Tuliskan bentuk umum penyelesaian persamaan Schrodinger
Jawaban:

Ψ(𝑥, 𝑡) = ∑ 𝑐𝑛 Ψ𝑛 (𝑥, 𝑡) = ∑ 𝑐𝑛 Ψ𝑛 (𝑥)𝑒 −𝑖𝐸𝑛 𝑡⁄ℏ


𝑛 𝑛

(Sutopo, hal 135)


4. Tuliskan persyaratan yang harus dipenuhi untuk fungsi yang merupakan
penyelsaian persamaan Schrodinger
Jawaban:
Persamaan Schrodinger bebas waktu bukan merupakan versi (jenis) lain persamaan
Schodinger. Melainkan merupakan persamaan yang digunakan sebagai tahapan untuk
menyelesaikan persamaan Schodinger. Persamaan Schodinger menghasilkan fungsi
gelombang 𝜓(𝑥, 𝑡), sedangkan persamaan Schodinger bebas waktu menghasilkan fungsi
eigen 𝜓(𝑥). Persamaan Schodinger bebas waktu hanya dapat digunakan jika potensi
sistem secara eksplisit tidak bergantung waktu.
(Sutopo, hal 136)
5. Tentukan nilai ekspektasi dan ketidakpastian dari energi untuk Ψ1(x,t) pada kasus
potensial sumur tak hingga. Apa yang dapat saudara simpulkan
Jawaban:
Jika V(x) bernilai nol dalam interval 0 < x < a dan tak berhingga di luar interval itu
maka partikel praktis hanya dapat bergerak di dalam intervaf itu. Coba jelaskan mengapa
demikian! Di dalam sumur, penyelesaian persamaan Schrödinger bebas waktu berbentuk
:
𝜑(x) = Aeikx + Be-ikx (6.53)
2𝑚𝐸
dengan k ≡ √ . Penyelesaian di luar sumur harus memiliki amplitude nol sebab
ℏ2

potensial di luar sumur tak berhingga besar.

Dengan demikian persamaan (6.53) juga harus bernilai nol di x = 0 dan x = a. Agar 𝜑(0)
= 0 maka A = -B . Dengan demikian fungsi Eigen (Persamaan 6.53) menjadi
i 𝜑 (x) = N sin kx, (6.54)
dengan N = i2A.Selanjutnya agar 𝜑 (𝑎) = 0 maka harus dipenuhi hubungan
𝑛𝜋
k= , (6.55)
𝑎

dengan n merupakan bilangan asli (1,2,3…….).Nilai N dapat ditentukan dengan


menormalkan 𝜑 (x),hasilnya adalah √2/𝑎 . Akhirnya dengan memasukkan persamaan
(6.55) ke dalam persamaan (6.54) diperoleh fungsi eigen
2 𝑛𝜋𝑥
𝜑 n (x) √𝑎 sin (6.56)
𝑎

Indeks n digunakan untuk membedakan suatu fungsi eigen dengan fungsi eigen
lainnya.Setiap fungsi eigen itu menyatakan keadaan partikel saat energinya sebesar
𝑛 2 𝜋 2 ℏ2
En = (6.57)
2𝑚𝑎2

2𝑚𝐸
Yang diperoleh dengan mengisikan persamaan (6.55) ke dalam defenisi k ≡ √ .Indeks
ℏ2

n tadi juga untuk menandai keadaan kuantum partikel.Jika n = 1,dikatakan dalam keadaan
dasar (ground state ),dan jika n = m >1 dikatakan dalam keadaan tereksitasi tingkat m.
Kesimpulan: Penerapan persamaan Schrödinger pada kasus partikel terikat pada potensial
sumur kotak yang kedalamannya tak berhingga menghasilkan kesimpulan bahwa energi
partikel harus memenuhi hubungan
𝑛 2 𝜋 2 ℏ2
En = dengan n =1,2,3…. dan 𝑎 menyatakan lebar sumur
2𝑚𝑎2

D. Keadaan Stasioner Dan Keadaan Tidak Stasioner


1. Andaikan Ψ1 (x, t) dan Ψ2 (x, t) masing-masing merupakan keadaan eigen dari suatu
sistem potensial sumur tak hingga (seperti yang telah dibahas), maka kombinasi
linear Ψ (x, t) = λ1 Ψ1 (x, t) + λ2 Ψ2 (x, t) Juga merupakan keadaan yang dimiliki sistem
ini.
a) Buktikan bahwa Ψ (x, t) memenuhi persamaan schrodinger
Jawaban:
Sifat-sifat penting dari fungsi-fungsi gelombang dikemukakan di bawah ini. Jika
λ1 (x,t) dan λ2 (x,t) merupakan fungsi-fungsi eigen a1 dan a2, yakni:
𝐴̂𝜆1 (𝑥, 𝑡) = 𝑎1 𝜆1 (𝑥, 𝑡); 𝐴̂𝜆2 (𝑥, 𝑡) = 𝑎2 𝜆2 (𝑥, 𝑡); 𝑎1 ≠ 𝑎2
Dari kedua persamaan eigen diatas, maka berlaku:

∫ 𝜆1 (𝑥, 𝑡)𝐴̂𝜆2 (𝑥, 𝑡)𝑑𝑥𝑑𝑡 = 𝑎2 ∫ 𝜆1 (𝑥, 𝑡)𝐴̂𝜆2 (𝑥, 𝑡)𝑑𝑥𝑑𝑡


∫[𝐴̂𝜆1 (𝑥, 𝑡)] 𝜆2 (𝑥, 𝑡)𝑑𝑥𝑑𝑡 = 𝑎2 ∫ 𝜆1 (𝑥, 𝑡)𝐴̂𝜆2 (𝑥, 𝑡)𝑑𝑥𝑑𝑡

Karena 𝐴̂ adalah operator Hamiltonian, maka:

∫ 𝜆1 (𝑥, 𝑡)𝐴̂𝜆2 (𝑥, 𝑡)𝑑𝑥𝑑𝑡 = 𝑎1 ∫[𝐴̂𝜆1 (𝑥, 𝑡)] 𝜆2 (𝑥, 𝑡)𝑑𝑥𝑑𝑡

Atau:

𝑎2 ∫ 𝜆1 (𝑥, 𝑡)𝜆2 (𝑥, 𝑡)𝑑𝑥𝑑𝑡 = 𝑎1 ∫ 𝜆1 (𝑥, 𝑡)𝜆2 (𝑥, 𝑡)𝑑𝑥𝑑𝑡

(𝑎2 − 𝑎1 ) ∫ 𝜆1 (𝑥, 𝑡)𝜆2 (𝑥, 𝑡)𝑑𝑥𝑑𝑡 = 0

Artinya karena 𝑎1 ≠ 𝑎2 , maka:

∫ 𝜆1 (𝑥, 𝑡)𝜆2 (𝑥, 𝑡)𝑑𝑥𝑑𝑡 = 0

Sifat ini telah dikemukakan dalam persamaan sebelumnya. Jadi, fungsi eigen
𝜆1 (𝑥, 𝑡)dan 𝜆2 (𝑥, 𝑡) adalah ortogonal satu sama lain. Dengan demikian, maka elemen
matriks:

𝐴12 = ∫ 𝜆1 (𝑥, 𝑡)𝐴̂𝜆2 (𝑥, 𝑡)𝑑𝑥𝑑𝑡 = 𝑎2 ∫ 𝜆1 (𝑥, 𝑡)𝜆2 (𝑥, 𝑡)𝑑𝑥𝑑𝑡 = 0

Selanjutnya, misalnya operator 𝐴̂ memiliki nilai eigen yang sama, maka nilai eigen itu
dikatakan berdegenerasi. Tingkat degenerasi adalah bilangan yang menyatakan
banyaknya fungsi-fungsi dengan nilai eigen yang sama. Dalam contoh diatas, a
berdegenerasi dua. Fungsi yang merupakan kombinasi linear dari kedua fungsi itu
adalah:
Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝜆1 Ψ1 (𝑥, 𝑡) + 𝜆2 Ψ2 (𝑥, 𝑡)
b) Buktikan bahwa Ψ (x, t) merupakan fungsi ternormalisasi
Jawaban:
Suatu gelombang yang dinaormalisasi dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari
beberapa fungsi yang masing-masing dinormalisasi juga. Jika Ψ(𝑥) adalah kombinasi
linear dari sekumpulan fungsi-fungsi {𝜆𝑛 (𝑥)}. Maka penulisannya secara umum
adalah seperti:

Ψ(𝑥, 𝑡) = ∑ 𝑐𝑛 𝜆𝑛 (𝑥, 𝑡)
𝑛

Jika terdapat 2 fungsi linear seperti di soal Ψ1 (𝑥, 𝑡) dan Ψ2 (𝑥, 𝑡), maka:
Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝜆1 Ψ1 (𝑥, 𝑡) + 𝜆1 Ψ2 (𝑥, 𝑡)
c) Bila 1  2 , tuliskanlah bentuk dari fungsi (x,t); Serta tentukan ΔE dari
keadaan ini
Jawaban:
Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝜆1 Ψ1 (𝑥, 𝑡) + 𝜆2 Ψ2 (𝑥, 𝑡)
Nilai harap energi total:

〈𝐸̂ 〉 = ∫ Ψ∗ 𝐸̂ Ψdx
−∞

2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡 𝜕 2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡
〈𝐸̂ 〉 = ∫ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑖ℏ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑑𝑥
𝑎 𝑎 𝜕𝑡 𝑎 𝑎
−∞

2 𝜋2ℏ 𝜋𝑥
〈𝐸̂ 〉 = 𝑖ℏ (−𝑖 2
𝑡) ∫ 𝑠𝑖𝑛2 ( ) 𝑑𝑥
𝑎 2𝑚𝑎 𝑎
−∞

2 𝜋2ℏ 𝑎
〈𝐸̂ 〉 = ( ) ( )
𝑎 2𝑚𝑎2 2
𝜋2ℏ
〈𝐸̂ 〉 =
2𝑚𝑎2
Kuadrat nilai harap energi total:

〈𝐸̂ 〉2 = ∫ Ψ∗ 𝐸̂ Ψdx
−∞

2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡 𝜕 2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡
〈𝐸̂ 〉2 = ∫ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑖ℏ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑑𝑥
𝑎 𝑎 𝜕𝑡 𝑎 𝑎
−∞

2 𝜋2ℏ 𝜋𝑥
〈𝐸̂ 〉2 = 𝑖ℏ (−𝑖 2
𝑡) ∫ 𝑠𝑖𝑛2 ( ) 𝑑𝑥
𝑎 2𝑚𝑎 𝑎
−∞

2 𝜋 2 ℏ2 𝑎
〈𝐸̂ 〉2 = ( ) ( )
𝑎 2𝑚𝑎2 2
𝜋 2 ℏ2
〈𝐸̂ 〉2 =
2𝑚𝑎2
Ketidakpastian energi total:
∆𝐸 = √〈𝐸̂ 2 〉 − 〈𝐸̂ 〉2

∆𝐸 = 0
d) Bila 1 : 2 = 1:2 tuliskanlah bentuk dari fungsi (x,t); Serta tentukan ΔE dari
keadaan ini
Jawaban:
Ψ(𝑥, 𝑡) = 2𝜆1 Ψ1 (𝑥, 𝑡) + 𝜆2 Ψ2 (𝑥, 𝑡)
Nilai harap energi total:

〈𝐸̂ 〉 = ∫ Ψ∗ 𝐸̂ Ψdx
−∞

2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡 𝜕 2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡
〈𝐸̂ 〉 = ∫ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑖ℏ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑑𝑥
𝑎 𝑎 𝜕𝑡 𝑎 𝑎
−∞

2 𝜋2ℏ 𝜋𝑥
〈𝐸̂ 〉 = 𝑖ℏ (−𝑖 2
𝑡) ∫ 𝑠𝑖𝑛2 ( ) 𝑑𝑥
𝑎 2𝑚𝑎 𝑎
−∞

2 𝜋 2 ℏ2 𝑎
〈𝐸̂ 〉 = ( ) ( )
𝑎 2𝑚𝑎2 2
𝜋 2 ℏ2
〈𝐸̂ 〉 =
2𝑚𝑎2
Kuadrat nilai harap energi total:

〈𝐸̂ 〉2 = ∫ Ψ∗ 𝐸̂ Ψdx
−∞

2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡 𝜕 2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡
〈𝐸̂ 〉2 = ∫ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑖ℏ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑑𝑥
𝑎 𝑎 𝜕𝑡 𝑎 𝑎
−∞

2 𝜋2ℏ 𝜋𝑥
〈𝐸̂ 〉2 = 𝑖ℏ (−𝑖 2
𝑡) ∫ 𝑠𝑖𝑛2 ( ) 𝑑𝑥
𝑎 2𝑚𝑎 𝑎
−∞

2 𝜋 2 ℏ2 𝑎
〈𝐸̂ 〉2 = ( ) ( )
𝑎 2𝑚𝑎2 2
𝜋 2 ℏ2
〈𝐸̂ 〉2 =
2𝑚𝑎2
Ketidakpastian energi total:

∆𝐸 = √〈𝐸̂ 2 〉 − 〈𝐸̂ 〉2

∆𝐸 = 0
2. Berdasarkan nilai ekspektasi dan ketidakpastian dari energi pada soal (1c) dan (1d),
apa yang dapat sdr simpulkan!
Jawaban:
Persamaan Ψ(x,t) = λ1 Ψ1 (x,t) + λ2 Ψ2 (x,t) memenuhi persamaan Schrodinger dan
fungsi ternormalisasi. Pada 1c dan 1d, sudah didapatkan nilai ΔE untuk nilai λ1 dan λ2 yang
berbeda. Dari hasil yang didapatkan, nilai ΔE tetap sama dan tidak dipengaruhi oleh nilai
λ1 dan λ2. Hal ini disebab kan karena pada kedua kondisi ini, sama-sama merupakan sistem
potensial sumur tak hingga.
3. Jelaskan perbedaaan keadaan stationer dengan keadaan tidak stationer.
Jawaban:
Keadaan stasioner merupakan keadaan dengan energy pasti. Sesungguhnya, sifat
kepastian energi inilah yang biasa dipakai untuk mencirikan keadaan stasioner. Keadaan
stasioner merupakan keadaan dimana energi sistem bernilai pasti ΔE = 0, artinya energy
tetap dan memiliki persamaan schrodinger yang gayut waktu. Sedangkan keadaan tidak
stationer adalah keadaan dengan energy yang tidak pasti.

Anda mungkin juga menyukai