Diskusi Pertemuan 5-6 - Fauzan Bin Eylidarson
Diskusi Pertemuan 5-6 - Fauzan Bin Eylidarson
Persamaan Schrodinger
Setelah sdr mempelajari materi BAB 5 diskusikan pada kelompok dan jawablah beberapa hal
berikut:
A. Persamaan Schrodinger
1. Jelaskanlah langkah-langkah untuk merumuskan persamaan Schrodinger
Jawaban:
Energi total secara klasik
𝑝2
+ 𝑉(𝑥) = 𝐸 (1)
2𝑚
𝜕
Dengan 𝑝 = −𝑖ℏ 𝜕𝑥 𝑉(𝑥) = 𝑉(𝑥) (3)
−ℏ2 𝜕2 Ψ(𝑥,𝑡)
+ 𝑉(𝑥) (𝑥, 𝑡) = 𝐸̂ Ψ(𝑥, 𝑡) (4)
2𝑚 𝜕𝑥 2
c. Fungsi gelombang merupakan fungsi eigen bagi operator energi 𝐸̂ dengan nilai
eigen E=−ħw
𝐸 Ψ(𝑥, 𝑡) = ℏ𝜔 Ψ (𝑥, 𝑡) (5)
𝑝2
𝐸Ψ = 2𝑚 Ψ + 𝑉Ψ Persamaan disampingadalah persamaan
Schrodinger bebas waktu (hanya
ℏ2 𝜕 2 Ψ bergantung pada posisi)
𝐸Ψ = − + 𝑉Ψ
2𝑚 𝜕𝑥 2
Ψ = 𝐴𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡)
Diturunkan terhadap posisi menjadi
𝜕Ψ
= 𝑖 𝑘 𝐴𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡)
𝜕𝑥
Diturunkan sekali lagi menjadi:
𝜕2 Ψ
= 𝑖 2 𝑘 2 𝐴𝑒 𝑖(𝑘𝑥−𝜔𝑡)
𝜕𝑥 2 𝑖 = √−1
𝜕 2Ψ 2
2
= 𝑖2 𝑘2 Ψ 𝑖 2 = (√−1)
𝜕𝑥
𝜕2 Ψ
= − 𝑘2 Ψ
𝜕𝑥 2
2𝜋 ℎ
𝜕 2Ψ 𝑝2 𝑘= , 𝜆=
=− 2 Ψ 𝜆 𝑝
𝜕𝑥 2 ℏ
𝑝
2
𝜕 2Ψ 𝑘 = 2𝜋 , 𝑘=
ℏ = −𝑝2 Ψ ℎ
𝜕𝑥 2
ћ2 𝜕2 Ѱ3 ћ2 𝜕2 (𝛼Ѱ1 +𝛽Ѱ2 )
− +𝑣𝑥 Ѱ3 = − +𝑣(𝑥,𝑡)(𝛼Ѱ1 +𝛽Ѱ2 )
2𝑚 𝜕𝑥 2 2𝑚 𝜕𝑥 2
ћ2 𝜕2 Ѱ1 ћ2 𝜕2 Ѱ2
= 𝛼 ⌊− 2𝑚 + 𝑣(𝑥,𝑡) Ѱ1 ⌋ + 𝛽 ⌊− 2𝑚 + 𝑣(𝑥,𝑡) Ѱ2 ⌋ (5.7)
𝜕𝑥 2 𝜕𝑥 2
Perhatikan faktor yang di kurung pada ruas kanan persamaan (5.7).karena Ѱ1 dan
Ѱ2 telah di asumsikan merupakan penyelesaian persamaan schrodinger, maka
persamaa (5.7) itu menunjukkan kepada kita bahwa kedua faktor dalam tanda
kurung tadi masing masing memenuhi hubungan :
ћ2 𝜕2 Ѱ1 (𝑥,𝑡) 𝜕Ѱ1(𝑥,𝑡)
− 2𝑚 +𝑣(𝑥,𝑡) Ѱ1(𝑥,𝑡) = 𝑖ћ
𝜕𝑥 2 𝜕𝑡
Dan
ћ2 𝜕2 Ѱ2 (𝑥,𝑡) 𝜕Ѱ2(𝑥,𝑡)
− 2𝑚 +𝑣(𝑥,𝑡) Ѱ2(𝑥,𝑡) = 𝑖ћ
𝜕𝑥 2 𝜕𝑡
2 𝜋𝑥 𝑖𝐸1 𝑡
Ψ1 (𝑥, 𝑡) = √ cos 𝑒 − ℏ
𝐿 𝐿
2 2𝜋𝑥 −𝑖𝐸2 𝑡
Ψ2 (𝑥, 𝑡) = √ sin 𝑒 ℏ
𝐿 𝐿
memenuhi ketidaksamaan 0 > E > -V0. Jika energi total partikel lebih dari nol, maka
partikel dapat bergerak dari -∞ sampai +∞. Energi potensial V dari partikel berhingga di
kedia sisi kotak, sedangkan V berubah di dalam kotak. Karena energy partikel berhingga
di kedua sisi kotak, partikel mungkin ditemukan di luar kotak.
−𝐿 𝐿
PSBW pada daerah 𝑥 < (daerah I) dan 𝑥 > 2 (daerah III) dapat dinyatakan
2
sebagai berikut:
𝜕2 𝜑(𝑥)
− 𝑎2 𝜑(𝑥) = 0
𝜕𝑥 2
2𝑚𝐸
Dengan 𝑎2 = ℏ2
−𝐿 𝐿
Dan PSBW untuk daerah > 𝑥 > 2 (daerah II):
2
𝜕2 𝜑𝐼𝐼 (𝑥)
− 𝑘 2 𝜑𝐼𝐼 (𝑥) = 0
𝜕𝑥 2
2𝑚
Dengan : 𝑘 2 = (𝐸 + 𝑉0 )
ℏ2
𝑖𝑘𝑎
𝛼 − 𝑖𝑘 2
𝑒 =( )
𝛼 + 𝑖𝑘
Persamaan diatas dapat memiliki dua penyelesaian akar yaitu:
𝛼−𝑖𝑘 𝛼−𝑖𝑘
𝑒 𝑖𝑘𝑎 = 𝛼+𝑖𝑘 dan −𝑒 𝑖𝑘𝑎 = 𝛼+𝑖𝑘
persamaan Schrodinger bagi partikel yang bebas bergerak dalam interval – a/2 ≤ x ≤ a/2
asalkan tetapan En dalam fungsi gelombang itu memenuhi hubungan
12 𝜋 2 ℏ2
𝐸1 = +𝑉0
2𝑚𝑎2
Kesimpulan dari soal nomor 3 yaitu Partikel bebas bergerak dalam interval – a/2 ≤
x ≤ a/2 menunjukkan bahwa partikel tidak mengalami gaya apapun dalam interval itu. Jadi,
energi potensialnya konstan.
2𝜋 2 ℏ2
Fungsi gelombang { 2𝑚𝑎2 +𝑉0 } Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝐸2 Ψ(𝑥, 𝑡) merupakan penyelesaian
persamaan Schrodinger bagi partikel yang bebas bergerak dalam interval – a/2 ≤ x ≤ a/2
asalkan tetapan En dalam fungsi gelombang itu memenuhi hubungan
2𝜋 2 ℏ2
𝐸2 = +𝑉0
2𝑚𝑎2
C. Persamaan Schrodinger Bebas Waktu
1. Tunjukkan langkah matematis untuk mendapatkan persamaan Schrodinger bebas
waktu dari persamaan Schrodinger
Jawaban:
Persamaan schrodinger
ℏ 𝑑2𝜓 𝑑𝜓
− 2
+ 𝑉𝜓 = 𝑖 ℏ
2𝑚 𝑑𝑥 𝑑𝑡
Persamaan Schrödinger merupakan persamaan diferensial parsial. Persamaan
diferensial parsial dapat diubah menjadi sistem persamaan diferensial biasa melalui teknik
pemisahan variabel. Untuk itu, fungsi gelombang 𝜓(x,t) kita nyatakan sebagai perkalian
fungsi posisi, misalnya 𝜓 (x), dan fungsi waktu, misalnya F(t). Jadi 𝜓 (x,t) = 𝜓 (x)F(t).
Dengan cara ini maka persamaan Schrödinger menjadi
ℏ 𝑑2 𝜓(𝑥) 𝑑 𝜓𝐹(𝑡)
− 𝐹(𝑡) + 𝑉(𝑥, 𝑡)𝐹(𝑡)𝜓(𝑥) = 𝑖 ℏ𝜓(𝑥) (5.34)
2𝑚 𝑑𝑥 2 𝑑𝑡
Ruas kanan Persamaan (5.35) merupakan fungsi t, sedangkan ruas kiri merupakan
fungsi x dan t. Satu-satunya suku yang memuat x dan t adalah V(x,t). Ini berarti bahwa
pemisahan variabel hanya akan berhasil jika V hanya bergantung pada x saja, atau hanya
bergantung pada t saja. Mengingat x merupakan variabel dinamis fundamental dalam
fisika kuantum, kita pilih yang pertama. Jika V hanya bergantung pada x maka Persamaan
(5.28) dapat dinyatakan sebagai berikut.
ℏ 1 𝑑2 𝜓(𝑥) 1 𝑑 𝜓𝐹(𝑡)
− + 𝑉(𝑥) = 𝑖 ℏ (5.36)
2𝑚 𝜓(𝑥) 𝑑𝑥 2 𝐹(𝑡) 𝑑𝑡
Ruas kiri persamaan ini merupakan fungsi x saja, sedangkan ruas kanannya
merupakan fungsi t saja. Jadi persamaan tersebut menyatakan kesamaan antara suatu
fungsi yang hanya bergantung pada x dengan fungsi lain yang hanya bergantung pada t.
Kesamaan semacam itu hanya akan terpenuhi untuk semua x dan t jika masing-masing
ruas berupa suatu tetapan, yaitu suatu bilangan yang tidak bergantung pada x maupun t.
Arti fisik dari tetapan tersebut dapat dideduksi sebagai berikut. Suku kedua di ruas
kiri adalah energi potensial. Oleh karena itu, suku-suku lainnya, baik yang di ruas kiri
maupun yang di ruas kanan, juga harus berdimensikan energi. Lebih lanjut, karena ruas
kiri persamaan tersebut menyatakan jumlah energi kinetik ditambah energi potensial,
maka tetapan yang kita gunakan nanti memiliki arti fisik sebagai energi total, atau
hamiltonan,sistem. Selanjutnya tetapan itu kita lambangi E.
Dengan menggunakan tetapan E tersebut Persamaan (5.36) dapat dinyatakan
sebagai sistem persamaan diferensial biasa sebagai berikut.
ℏ 1 𝑑2 𝜓(𝑥)
− + 𝑉(𝑥) = 𝐸 (5.37)
2𝑚 𝜓(𝑥) 𝑑𝑥 2
Dan
1 𝑑2 𝐹(𝑡)
𝑖ℏ 𝐹(𝑡) =𝐸 (5.38)
𝑑𝑡
Faktor dalam kurung di ruas kiri tidak lain menyatakan operator hamiltonan sistem, yaitu
operator yang mewakili jumlahan energi kinetik (suku pertama) dan energi potensial (suku
̂ maka Persamaan (5.41) dapat ditulis menjadi
kedua). Jika operator itu kita lambangi 𝐻
̂ 𝜓(𝑥) = 𝐸𝜓(𝑥)
𝐻 (5.42)
Persamaan (5.42) merupakan contoh dari persamaan nilai eigen (eigenvalue
̂ terhadap fungsi 𝜓(𝑥) tidak menghasilkan
equation), sebab operasi 𝐻 fungsi baru
melainkan hanya mengalikan fungsi itu dengan suatu bilangan (E). Dengan menggunakan
peristilahan dalam persamaan nilai eigen, Persamaan (5.42) dapat diungkapkan sebagai
̂ dengan nilai
berikut : 𝜓(𝑥)merupakan fungsi eigen (fungsi karakteristik) bagi operator 𝐻
eigen (nilai karakteristik) sebesar E.
(Sutopo, hal 134-135)
3. Tuliskan bentuk umum penyelesaian persamaan Schrodinger
Jawaban:
Dengan demikian persamaan (6.53) juga harus bernilai nol di x = 0 dan x = a. Agar 𝜑(0)
= 0 maka A = -B . Dengan demikian fungsi Eigen (Persamaan 6.53) menjadi
i 𝜑 (x) = N sin kx, (6.54)
dengan N = i2A.Selanjutnya agar 𝜑 (𝑎) = 0 maka harus dipenuhi hubungan
𝑛𝜋
k= , (6.55)
𝑎
Indeks n digunakan untuk membedakan suatu fungsi eigen dengan fungsi eigen
lainnya.Setiap fungsi eigen itu menyatakan keadaan partikel saat energinya sebesar
𝑛 2 𝜋 2 ℏ2
En = (6.57)
2𝑚𝑎2
2𝑚𝐸
Yang diperoleh dengan mengisikan persamaan (6.55) ke dalam defenisi k ≡ √ .Indeks
ℏ2
n tadi juga untuk menandai keadaan kuantum partikel.Jika n = 1,dikatakan dalam keadaan
dasar (ground state ),dan jika n = m >1 dikatakan dalam keadaan tereksitasi tingkat m.
Kesimpulan: Penerapan persamaan Schrödinger pada kasus partikel terikat pada potensial
sumur kotak yang kedalamannya tak berhingga menghasilkan kesimpulan bahwa energi
partikel harus memenuhi hubungan
𝑛 2 𝜋 2 ℏ2
En = dengan n =1,2,3…. dan 𝑎 menyatakan lebar sumur
2𝑚𝑎2
Atau:
Sifat ini telah dikemukakan dalam persamaan sebelumnya. Jadi, fungsi eigen
𝜆1 (𝑥, 𝑡)dan 𝜆2 (𝑥, 𝑡) adalah ortogonal satu sama lain. Dengan demikian, maka elemen
matriks:
Selanjutnya, misalnya operator 𝐴̂ memiliki nilai eigen yang sama, maka nilai eigen itu
dikatakan berdegenerasi. Tingkat degenerasi adalah bilangan yang menyatakan
banyaknya fungsi-fungsi dengan nilai eigen yang sama. Dalam contoh diatas, a
berdegenerasi dua. Fungsi yang merupakan kombinasi linear dari kedua fungsi itu
adalah:
Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝜆1 Ψ1 (𝑥, 𝑡) + 𝜆2 Ψ2 (𝑥, 𝑡)
b) Buktikan bahwa Ψ (x, t) merupakan fungsi ternormalisasi
Jawaban:
Suatu gelombang yang dinaormalisasi dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari
beberapa fungsi yang masing-masing dinormalisasi juga. Jika Ψ(𝑥) adalah kombinasi
linear dari sekumpulan fungsi-fungsi {𝜆𝑛 (𝑥)}. Maka penulisannya secara umum
adalah seperti:
Ψ(𝑥, 𝑡) = ∑ 𝑐𝑛 𝜆𝑛 (𝑥, 𝑡)
𝑛
Jika terdapat 2 fungsi linear seperti di soal Ψ1 (𝑥, 𝑡) dan Ψ2 (𝑥, 𝑡), maka:
Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝜆1 Ψ1 (𝑥, 𝑡) + 𝜆1 Ψ2 (𝑥, 𝑡)
c) Bila 1 2 , tuliskanlah bentuk dari fungsi (x,t); Serta tentukan ΔE dari
keadaan ini
Jawaban:
Ψ(𝑥, 𝑡) = 𝜆1 Ψ1 (𝑥, 𝑡) + 𝜆2 Ψ2 (𝑥, 𝑡)
Nilai harap energi total:
∞
〈𝐸̂ 〉 = ∫ Ψ∗ 𝐸̂ Ψdx
−∞
∞
2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡 𝜕 2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡
〈𝐸̂ 〉 = ∫ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑖ℏ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑑𝑥
𝑎 𝑎 𝜕𝑡 𝑎 𝑎
−∞
∞
2 𝜋2ℏ 𝜋𝑥
〈𝐸̂ 〉 = 𝑖ℏ (−𝑖 2
𝑡) ∫ 𝑠𝑖𝑛2 ( ) 𝑑𝑥
𝑎 2𝑚𝑎 𝑎
−∞
2 𝜋2ℏ 𝑎
〈𝐸̂ 〉 = ( ) ( )
𝑎 2𝑚𝑎2 2
𝜋2ℏ
〈𝐸̂ 〉 =
2𝑚𝑎2
Kuadrat nilai harap energi total:
∞
〈𝐸̂ 〉2 = ∫ Ψ∗ 𝐸̂ Ψdx
−∞
∞
2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡 𝜕 2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡
〈𝐸̂ 〉2 = ∫ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑖ℏ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑑𝑥
𝑎 𝑎 𝜕𝑡 𝑎 𝑎
−∞
∞
2 𝜋2ℏ 𝜋𝑥
〈𝐸̂ 〉2 = 𝑖ℏ (−𝑖 2
𝑡) ∫ 𝑠𝑖𝑛2 ( ) 𝑑𝑥
𝑎 2𝑚𝑎 𝑎
−∞
2 𝜋 2 ℏ2 𝑎
〈𝐸̂ 〉2 = ( ) ( )
𝑎 2𝑚𝑎2 2
𝜋 2 ℏ2
〈𝐸̂ 〉2 =
2𝑚𝑎2
Ketidakpastian energi total:
∆𝐸 = √〈𝐸̂ 2 〉 − 〈𝐸̂ 〉2
∆𝐸 = 0
d) Bila 1 : 2 = 1:2 tuliskanlah bentuk dari fungsi (x,t); Serta tentukan ΔE dari
keadaan ini
Jawaban:
Ψ(𝑥, 𝑡) = 2𝜆1 Ψ1 (𝑥, 𝑡) + 𝜆2 Ψ2 (𝑥, 𝑡)
Nilai harap energi total:
∞
〈𝐸̂ 〉 = ∫ Ψ∗ 𝐸̂ Ψdx
−∞
∞
2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡 𝜕 2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡
〈𝐸̂ 〉 = ∫ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑖ℏ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑑𝑥
𝑎 𝑎 𝜕𝑡 𝑎 𝑎
−∞
∞
2 𝜋2ℏ 𝜋𝑥
〈𝐸̂ 〉 = 𝑖ℏ (−𝑖 2
𝑡) ∫ 𝑠𝑖𝑛2 ( ) 𝑑𝑥
𝑎 2𝑚𝑎 𝑎
−∞
2 𝜋 2 ℏ2 𝑎
〈𝐸̂ 〉 = ( ) ( )
𝑎 2𝑚𝑎2 2
𝜋 2 ℏ2
〈𝐸̂ 〉 =
2𝑚𝑎2
Kuadrat nilai harap energi total:
∞
〈𝐸̂ 〉2 = ∫ Ψ∗ 𝐸̂ Ψdx
−∞
∞
2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡 𝜕 2 𝜋𝑥 𝑖 𝜋2 ℏ 𝑡
〈𝐸̂ 〉2 = ∫ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑖ℏ (√ sin 𝑒 2𝑚𝑎2 ) 𝑑𝑥
𝑎 𝑎 𝜕𝑡 𝑎 𝑎
−∞
∞
2 𝜋2ℏ 𝜋𝑥
〈𝐸̂ 〉2 = 𝑖ℏ (−𝑖 2
𝑡) ∫ 𝑠𝑖𝑛2 ( ) 𝑑𝑥
𝑎 2𝑚𝑎 𝑎
−∞
2 𝜋 2 ℏ2 𝑎
〈𝐸̂ 〉2 = ( ) ( )
𝑎 2𝑚𝑎2 2
𝜋 2 ℏ2
〈𝐸̂ 〉2 =
2𝑚𝑎2
Ketidakpastian energi total:
∆𝐸 = √〈𝐸̂ 2 〉 − 〈𝐸̂ 〉2
∆𝐸 = 0
2. Berdasarkan nilai ekspektasi dan ketidakpastian dari energi pada soal (1c) dan (1d),
apa yang dapat sdr simpulkan!
Jawaban:
Persamaan Ψ(x,t) = λ1 Ψ1 (x,t) + λ2 Ψ2 (x,t) memenuhi persamaan Schrodinger dan
fungsi ternormalisasi. Pada 1c dan 1d, sudah didapatkan nilai ΔE untuk nilai λ1 dan λ2 yang
berbeda. Dari hasil yang didapatkan, nilai ΔE tetap sama dan tidak dipengaruhi oleh nilai
λ1 dan λ2. Hal ini disebab kan karena pada kedua kondisi ini, sama-sama merupakan sistem
potensial sumur tak hingga.
3. Jelaskan perbedaaan keadaan stationer dengan keadaan tidak stationer.
Jawaban:
Keadaan stasioner merupakan keadaan dengan energy pasti. Sesungguhnya, sifat
kepastian energi inilah yang biasa dipakai untuk mencirikan keadaan stasioner. Keadaan
stasioner merupakan keadaan dimana energi sistem bernilai pasti ΔE = 0, artinya energy
tetap dan memiliki persamaan schrodinger yang gayut waktu. Sedangkan keadaan tidak
stationer adalah keadaan dengan energy yang tidak pasti.