Anda di halaman 1dari 40

Matematika dan Budaya

ETNOMATEMATIKA DALAM SENI TARI KEJEI


SEBAGAI KEBUDAYAAN REJANG LEBONG

Tim Penulis :
Ketua : Sindi Destrianti NIM. 17571014
Anggota : 1. Saumi Rahmadani NIM. 18571011
2. Tomi Ariyanto NIM. 17571018

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP


2019

i
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Karya Tulis : Etnomatematika dalam Seni Tari Kejei sebagai


Kebudayaan Rejang Lebong
2. Subtema : Matematika Budaya
3. Ketua Tim :
a. Nama Lengkap : Sindi Destrianti
b. NIM : 18571014
c. Fakultas / Jurusan : Tarbiyah / Tadris Matematika
d. Universitas / Institut : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup
e. No. Telepon / HP : 0896 0861 3664
f. Alamat Rumah : Desa Pulogeto, Kabupaten Rejang Lebong
g. Alamat e-mail : intansindi24@gmail.com
4. Anggota Tim : 2 orang
5. Dosen Pembimbing :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Anisya Septiana, M.Pd.
b. NIDN : 2020099002
c. Alamat Rumah : Jl. Iskandar Ong Kabupaten Rejang Lebong
d. No. Telpon / HP : 0823 8079 1660
e. Alamat e-mail : anisya.septiana@ymail.com

Curup, 08 Februari
2019
Menyetujui, Ketua Tim
Dosen pembimbing

Anisya Septiana, M.Pd. Sindi Destrianti


NIDN. 2020099002 NIM. 18571014

Wakil Dekan I
Fakultas Tarbiyah

H. Abdul Rahman, M.Pd.I.


NIP. 197207042000031004

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan maha penyayang sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW, yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia.

Alhamdulillah, penulis akhirnya dapat menyelesaikan sebuah karya tulis


ilmiah dengan judul: “Etnomatematika dalam Seni Tari Kejei Sebagai
Kebudayaan Rejang Lebong”. Karya Ilmiah ini disusun untuk mengikuti LKTI
tingkat mahasiswa di PTN/PTS se-provinsi Bengkulu yang dilaksanakan oleh
HIMA-P MATIK IAIN Bengkulu.

Dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, penulis menyadari telah


banyak memperoleh bantuan, motivasi dan petunjuk dari banyak pihak yang turut
andil, baik moril dan materil. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada dosen pembimbing yang
telah berusaha demi kelancaran penulis.

Kami sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan
karya ilmiah ini masih banyak kekurangan yang tidak semua hal dapat kami
sampaikan. Namun kami melakukan semaksimal mungkin dengan kemampuan
yang kami miliki agar kami dapat menampilkan yang terbaik. Maka dari itu, kami
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang budiman sebagai batu loncatan
untuk menjadi lebih baik lagi.

Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat kedepannya terkhusus


menambah informasi mengenai hubungan antara matematika dan budaya. Serta
dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan pembelajaran di sekolah-
sekolah terkait kearifan budaya lokal yang ada di Kabupaten Rejang Lebong.
Amin.

Curup, Februari 2019


Ketua Tim,

Sindi Destrianti

iii
NIM. 17571014
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang...........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................4
1.4. Manfaat......................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Matematika..............................................................................5
2.2. Pengertian Budaya.....................................................................................6
2.3. Etnomatematika.........................................................................................7
2.4. Tari Kejei Khas Rejang Lebong................................................................8
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian........................................................................................11
3.2. Data dan Sumber Data.............................................................................11
3.3. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................11
3.4. Teknik Analisis Data...............................................................................12
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Tari Kejei.................................................................................................14
4.2. Hubungan Alat Musik Pengiring Kejei dengan Matematika...................14
4.3. Hubungan Gerakan Tari Kejei dengan Matematika................................16
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan..............................................................................................23
5.2. Saran........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25

iv
LAMPIRAN...........................................................................................................27

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.Hubungan antara Alat Musik Pengiring Tari Kejei dengan Matematika. .15
Tabel 2.Hubungan antara Gerakan Tari Kejei dengan Konsep Matematika..........18

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alat Musik Pengiring Tari Kejei..........................................................14


Gambar 2. Kulintang..............................................................................................15
Gambar 3. Gong.....................................................................................................15
Gambar 4. Kulintang..............................................................................................15
Gambar 5. Gerak Sembah......................................................................................19
Gambar 6. Gerak Berhadapan Salah Pinggang (Wanita).......................................19
Gambar 7. Gerak Berhadap Salah Pinggang (Laki-laki).......................................21
Gambar 8. Gerak Mengelilingi Penei....................................................................21
Gambar 9. Gerak Elang Menyongsong Angin.......................................................21
Gambar 10. Gerak Ngajak.....................................................................................22

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Observasi...........................................................................28


Lampiran 2. Pedoman Wawancara.........................................................................29
Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi......................................................................30

viii
ETNOMATEMATIKA DALAM SENI TARI KEJEI
SEBAGAI KEBUDAYAAN REJANG LEBONG

Oleh :
Sindi D, Saumi R, dan Tomi A
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

ABSTRAK

Matematika adalah salah satu bentuk budaya, yang sesungguhnya telah


terintegrasi pada setiap unsur kehidupan masyarakat. Budaya yang pada
hakekatnya merupakan hasil pikiran dan karya manusia, mempengaruhi perilaku
individu dalam memahami perkembangan pendidikan termasuk pembelajaran
matematika. Salah satu budaya khas Kabupaten Rejang Lebong yang masih
dilestarikan sampai saat ini adalah Tari Kejei. Tari Kejei merupakan tarian sakral
dengan gerakan sederhana dan berbeda dengan gerakan pada umumnya, serta
diiringi oleh alat musik khas Rejang Lebong yang memiliki alunan berulang.
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui hubungan antara alat musik
pengiring dengan konsep matematika, dan 2) mengetahui hubungan gerakan Tari
Kejei dengan konsep matematika.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif fenomenologi. Sumber data


dari penelitian ini adalah Tari Kejei itu sendiri dan beberapa narasumber yaitu
Ketua Adat, Pelatih Tari, dan Penari. Pengumpulan data dilakukan melalui metode
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data tersebut dianalisis mulai dari tahap
reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan data atau verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) hubungan antara alat musik


pengiring Tari Kejei dengan konsep matematika adalah bentuk alat musik berupa
gong, kulintang, dan redap yang memenuhi konsep bangun ruang yaitu tabung.
2) hubungan antara gerakan Tari Kejei dengan konsep matematika diantaranya
adalah konsep geometri seperti kesejajaran, garis lurus, rotasi, dilatasi, segitiga,
segiempat, dan konsep pola hitungan.

Keyword: Etnomatematika, Tari Kejei, Kebudayaan Rejang Lebong

ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuk, besaran, dan


konsep-konsep yang berkaitan satu sama lainnya. Keterkaitan tersebut tidak
hanya pada matematika itu sendiri, namun matematika juga berkaitan dengan
disiplin ilmu lain, salah satunya adalah budaya. Seperti hasil studi yang
dilakukan oleh Bandeira dan Luceina (Puspadewi, 2016) yang memfokuskan
pembelajaran matematika sekolah dan pengaruh faktor budaya pada
pembelajaran matematika akademik. Selain itu juga, relevansi matematika
dalam berbagai aspek kehidupan harus memahami sifat matematika yang
dijadikan sebagai alat untuk menyelesaikan suatu masalah karena matematika
merupakan ide-ide yang relevan, fakta, konsep, dan keterampilan yang
diperoleh sebagai hasil dari konteks budaya.

Hasratuddin mengungkapkan, matematika merupakan suatu cara untuk


menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia, suatu cara
menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan
ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling
penting adalah memikirkan pada diri manusia itu sendiri dalam melihat dan
menggunakan hubungan-hubungan (Anggita, 2018). Paradigma matematika
sebagai kemampuan berpikir dan alat cenderung menggunakan pemikiran
yang linear terkait dengan teorema dan rumus-rumus semata, namun jika
matematika itu sendiri diintegrasikan dalam sesuatu yang softskill maka
pemikiran menjadi lentur. Misalnya, bentuk-bentuk keindahan bangunan-
bangunan bersejarah seperti candi, artefak, prasasti, dan bangunan bersejarah
lainnya. Tidak terlepas dari itu juga bangunan didesain sedemikian rupa
mengunakan estetika bukan semata dari aspek bentuk geometri tiga dimensi.
Berbagai hasil budaya Indonesia memperlihatkan unsur kreativitas dalam
matematika.

Suparlan (Abdullah, 2016) mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan


pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang digunakan untuk

1
menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang dihadapi, dan untuk
menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Budaya yang menjadi
warisan dari bangsa Indonesia merupakan suatu konsep yang diwujudkan
secara simbolik dan nonsimbolik, nilai-nilai, keyakinan, perilaku adat, dan
secara progresif memberi makna untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Keterkaitan antara budaya dan matematika sangatlah erat, matematika melatih
kemampuan berpikir kritis dan kreatif untuk menumbuh kembangkan budaya
yang unggul sesuai konteks masa kini. Selain itu juga, budaya mempengaruhi
perilaku individu dalam memahami perkembangan pendidikan termasuk
pembelajaran matematika. Demikian juga matematika dipengaruhi oleh latar
belakang budaya, karena seseorang melakukan sesuai dengan apa yang dilihat
dan dirasakan.

Wahyuni, dkk menyatakan bahwa salah satu yang dapat menjembatani


antara budaya dan pendidikan matematika adalah etnomatematika (Astri
Wahyuni, 2013). Etnomatematika terdiri atas dua kata, etno (etnis/budaya)
dan matematika. Itu berarti bahwa etnomatematika merupakan matematika
dalam budaya. Istilah etnomatematika diperkenalkan oleh D’Ambrosio
seorang matematikawan Brazil pada tahun 1977. Secara bahasa, awalan
“ethno” diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada
konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan
simbol. Kata dasar “mathema” cenderung berarti menjelaskan, mengetahui,
memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur,
mengklarifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan (Lusi Nofitasari, 2015)

Matematika adalah salah satu bentuk budaya, yang sesungguhnya telah


terintegrasi pada setiap unsur kehidupan masyarakat. Pada dasarnya
matematika merupakan ide simbolis yang tumbuh dan berkembang pada
keterampilan dan aktivitas lingkungan yang berbudaya. Gagasan
etnomatematika akan dapat memperkaya pengetahuan matematika yang telah
ada. Oleh sebab itu, jika perkembangan etnomatematika telah banyak dikaji,
maka bukan tidak mungkin matematika diajarkan dengan mengambil budaya
setempat. Objek-objek yang ada di sekeliling dapat dijadikan objek

2
etnomatematika, seperti bentuk rumah adat, pola gerak tari, alat musik
tradisional, dan motif kain tradisional.

Dari bermacam macam suku dan budaya yang ada di Indonesia,


terdapat suku tertua yang ada di pulau Sumatera selain suku melayu yaitu
suku Rejang. Suku Rejang diyakini berasal dari daerah Sumatera bagian utara
dan kemudian menyebar sampai ke daerah Lebong, Kepahiang, sampai di tepi
sungai Ulu Musi yang berbatasan dengan Sumatera Selatan. Suku Rejang
terbanyak terdapat di Kabupaten Rejang Lebong yang kini telah memekarkan
diri menjadi Kabupaten Rejang Lebong (induk), Kabupaten Lebong, dan
Kabupaten Kepahiang. Hampir semua dari unsur-unsur budaya telah dimiliki
oleh suku Rejang, seperti: sejarah, bahasa, aksara, sistem pengetahuan, sistem
organisasi sosial, sistem peralatan hidup, sistem religi, dan kesenian.

Berbagai kesenian yang ada di Rejang Lebong salah satunya adalah tari
Kejei. Tari Kejei merupakan tarian sakral dengan gerakan sederhana dan
berbeda dengan gerakan pada umumnya. Tarian ini disajikan pada waktu
acara yang disebut bimbang adat atau puncak pernikahan di sebuah panggung
terbuka yang dinamakan balai Kejei. Pertunjukan kebudaayan tari kejei
dibawakan oleh pemuda-pemudi yang bepasangan dalam jumlah ganjil.
Awalnya, para penari menyambut kedatangan kedua mempelai dengan
membawa cerano berisi sirih sebagai lambang penghormatan. Para penari
mengikuti kedua mempelai bersama pihak keluarga menuju balai Kejei. Tari
Kejei diiringi oleh alat musik pengiring seperti gong, kulintang, dan redap.
Ketiga alat musik tradisional tersebut memiliki peran penting. Oleh sebab itu
sebelum tarian dimulai gong, kulintang, dan redap disyaratkan dalam ritual
temu’un gung klintang.

Elemen-elemen Tari Kejei yang telah disebutkan di atas erat kaitannya


dengan matematika. Konsep-konsep matematika diantaranya adalah alat
musik dan gerakan tari. Dari keterkaitan yang ada, antara matematika dengan
salah satu kebudayaan yang ada di Rejang Lebong yaitu tari kejei, maka kami
tertarik untuk mengkaji matematika berbasis budaya dengan judul

3
Etnomatematika dalam Seni Tari Kejei sebagai Kebudayaan Rejang
Lebong.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah adalah sebagai berikut :


a. Apa hubungan antara alat musik pengiring Tari Kejei dengan
matematika?
b. Apa hubungan antara gerakan Tari Kejei dengan matematika?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui hubungan antara alat musik pengiring Tari Kejei dengan
matematika.
b. Mengetahui hubungan antara gerakan Tari Kejei dengan matematika.

1.4. Manfaat
a. Manfaat teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah
ilmu matematika yang berkaitan dengan kebudayaan yang ada di Rejang
Lebong seperti tari kejei yang mengandung unsur matematika dari alat
musik pengiring, dan gerakan tari.
b. Manfaat praktis
Dapat menambah wawasan terhadap matematika yang bekaitan
dengan kehidupan sehari-hari salah satunya etnomatematika yaitu
matematika yang berhubungan dengan budaya, sehingga peneliti paham
bahwa matematika dapat diterapkan dalam berbagai ilmu kajian lainnya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Matematika

James dan James menyebutkan bahwa matematika adalah ilmu tentang


logika mengenai bentuk, susunan, besaran, konsep-konsep yang saling
berhubungan, dan jumlah yang banyak, serta terbagi ke dalam tiga bidang,
yaitu aljabar, analisis, dan geometri (Suherman & dkk, 2003). Matematika
adalah ilmu dasar yang dapat menjadi alat dalam mempelajari ilmu-ilmu yang
lain. Oleh karena itu, penguasaan terhadap matematika sangat diperlukan
serta konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar
sejak dini. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya,
dan akan menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga
pemahaman yang salah terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan
pemahaman terhadap konsep-konsep selanjutnya (Prihandoko, 2005).

Senada dengan hal tersebut Mustafa menyebutkan bahwa,

Matematika adalah ilmu tentang kuantitas, bentuk, susunan, dan ukuran,


yang utama adalah metode dan proses untuk menemukan dengan
konsep yang tepat dan lambang yang konsisten, sifat, dan hubungan
antara jumlah dan ukuran, baik secara abstrak, matematika murni atau
dalam keterkaitan manfaat pada matematika terapan (Puspitasari, 2016)

Nasution menjelaskan bahwa matematika berhubungan dengan


kepandaian seseorang, oleh karena itu diperlukan penguasaan terhadap
matematika dan pemahaman konsep-konsep matematika sejak dini
(Mahanani, 2018).

Maka dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa


matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang konsep-konsep yang
saling berkaitan dengan ilmu pengetahuan lainnya dan berkenaan dengan
objek-objek abstrak, fakta, dan ide-ide yang relevan.

5
2.2. Pengertian Budaya

Kebudayaan menurut Edward B.Taylor adalah totalitas yang kompleks


yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan
kemampuan-kemampuan, serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang
sebagai anggota masyarakat (Pramusinta, 2013). Kebudayaan akan terus
berubah sesuai dengan sejarah yang berkembang, sesuai dengan percepatan
perkembangan ilmu dan pengetahuan, beserta perkembangan keterampilan
manusia. Perubahan ini berasal dari tiga hal yaitu,

Originasi adalah sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan yang


baru. Difusi ialah pembentukan kebudayaan baru akibat masuknya
elemen-elemen budaya yang baru ke dalam budaya yang lama.
Reinterpretasi ialah perubahan kebudayaan akibat terjadinya modifikasi
elemen-elemen kebudayaan yang telah ada agar sesuai dengan keadaan
zaman. (Pramusinta, 2013)
Ditinjau dari sudut bahasa Indonesia kebudayaan berasal dari bahasa
Sanskerta “Budhayah”, yakni bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau
akal (Setyawan, 2014). Kebudayaan dalam bahasa inggris disebut culture,
sedangkan dalam Belanda dinamakan cultur, kemudian dalam bahasa latin
colere dan wen-hus untuk bahasa Tionghoa (Rahmawati, 2015). Budaya
menurut Koentjaraningrat merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan,
dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar (Lestari, 2015).

Begitu juga menurut Suparlan, bahwa budaya dapat diartikan sebagai

Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial, yang


digunakan untuk menginterpretasikan dan memahami lingkungan yang
dihadapi, dan untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya
kelakuan. Berdasarkan ilmu antropologi, budaya dapat didefinisikan
sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar (Abdullah, 2016)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hampir setiap aktivitas manusia


merupakan budaya, seperti tindakan manusia dalam bermasyarakat tetap
memerlukan proses pembelajaran. Dari berbagai arti di atas berkembanglah

6
arti kebudayaan sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah
dan mengubah alam.

2.3. Etnomatematika
Etnomatematika di Indonesia bukanlah suatu ilmu pengetahuan yang
baru, melainkan sudah dikenal sejak adanya ilmu matematika itu sendiri.
Hanya saja disiplin ilmu ini diketahui setelah beberapa ilmuwan
memperkenalkan nama etnomatematika menjadi bagian dari ilmu
matematika. Berkembangnya etnomatematika dikenal secara luas melalui
kajian berbagai keilmuan yang saling berhubungan. Oleh sebab itu, telah
banyak pengembangan etnomatematika terkhusus pada aplikasi pembelajaran
di sekolah-sekolah.

Istilah etnomatematika berasal dari kata ethnomathematics, yang


diperkenalkan oleh D’Ambrosio seorang matematikawan Brasil pada tahun
1977 yang mendefinisikan etnomatematika sebagai berikut:

The prefix ethno is today accepted as a very broad term that refers to the
social cultural context and therefore includes language, jargon, and
codes of behavior, myths, and symbols. The derivation of mathema is
difficult, but tends to mean to explain, to know, to understand, and to do
activities such as ciphering, measpauring, classifying, inferring, and
modeling. The suffix tics is derived from techné, and has the same root as
technique (Rosa & Orey, 2011)

Etnomatematika tersusun dari kata ethno, mathema, dan tics. Awalan


ethno mengarah pada konteks sosial dan budaya, seperti bahasa, jargon, dan
tingkah laku, mitos, dan simbol. Asal muasal mathema sebenarnya sulit akan
tetapi cenderung berarti menjelaskan, mengetahui, mengerti, dan melakukan
aktivitas-aktivitas seperti menghitung, mengukur, mengklasifikasi,
mengurutkan, dan memodelkan suatu pola yang muncul pada suatu
lingkungan. Akhiran tics mengandung arti seni dalam teknik dan akar teknik.

Etnomatematika dapat diartikan sebagai matematika yag dipraktikkan


oleh kelompok budaya, seperti masyarakat perkotaan dan pedesaan,
kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu, masyarakat adat,
dan lainnya (Zulkifli & Dardiri, 2016).

7
Berdasarkan definisi tersebut, etnomatematika dapat diartikan sebagai
terapan matematika pada budaya yang terkait dengan kegiatan matematika
seperti berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, bermain,
menentukan lokasi, dan lain sebagainya.

Matematika yang timbul dan berkembang dalam masyarakat dan sesuai


dengan kebudayaan setempat, merupakan pusat proses pembelajaran dan
metode pengajaran. Hal ini membuka potensi pedagogis dengan
mempertimbangkan pengetahuan para peserta didik yang diperoleh dari
belajar di luar kelas. Dengan mengambil tema tertentu, pembelajaran
matematika dapat dilakukan secara kontekstual sehingga akan memberikan
pengalaman dan wawasan baru bagi peserta didik. Melalui etnomatematika
pembelajaran akan lebih berkesan, karena sekaligus memperkenalkan tradisi
maupun budaya lokal yang masih diakui dan dilakukan oleh kelompok
masyarakat tertentu.

2.4. Tari Kejei Khas Rejang Lebong


Adat yang digunakan di Curup yaitu adat Rejang. Berbagai jenis
kegiatan adat masyarakat Rejang Lebong, salah satunya pada ritual upacara
Kejei dalam upacara adat rejang. Upacara Kejei adalah salah satu syarat wajib
sebelum dilakukannya prosesi Tari Kejei. Tari Kejei pada awalnya merupakan
Tari Klasik yang hanya dapat dinikmati oleh para keluarga kerajaan. Tetapi,
sejalan dengan perkembangan zaman Tari Kejei bertransformasi menjadi Tari
Tradisional yang dapat dinikmati semua kalangan. Ini dikarenakan, agar Tari
Kejei tetap dapat dilestarikan oleh generasi ke generasi.

Kejei berasal dari bahasa Rejang yang berarti suatu kerja atau perayaan
besar. Tari Kejei merupakan hajatan bagi suku Rejang, karena yang
mengadakan kejei tersebut merupakan orang-orang yang mampu, dengan
pemotongan beberapa kerbau, kambing, atau sapi sebagai syarat sahnya
upacara Kejei. Tari Kejei disajikan pada upacara penikahan dalam adat
bimbang gedang (resepsi pernikahan) yaitu pada acara puncak resepsi
pernikahan, yang kedua mempelai ikut serta dalam menarikan tarian ini,
sebagai simbol pelepasan masa lajang kedua mempelai (Trizilia, 2014).

8
Tarian Kejei disajikan dengan diiringi alat musik tradisional berupa satu
buah gong, lima buah kulintang dan satu buah redap. Seperangkat alat musik
ini sangatlah penting keberadaannya. Bahkan sebelum memulai tarian, ada
ritual khusus untuk penurunan alat musik dari tempat penyimpanan yang
disebut temu’un gung klintang. Selain alat musik, tarian ini juga diiringi oleh
beberapa lagu khas Rejang yang sebelumnya telah disepakati.

Tari Kejei merupakan tarian sakral yang memiliki aturan-aturan yang


wajib dipatuhi dalam penyajian tari. Penari perempuan harus perawan dan
dalam keadaan suci. Di saat penyajiaan terdapat dua sambei (menjelaskan
aturan-aturan dalam bekejei) yang dibawakan oleh seorang penari laki-laki
dan perempuan secara bersahutan. Ada sambei pangela (pembuka) dan
sambei andak (penutup). Para penari juga harus berasal dari marga yang
berbeda.

Dalam balai Kejei terdapat sebuah meja yang disebut dengan Penei.
Penei berisikan hasil-hasil bumi Tanah Rejang. Penei merupakan lambang
dari kemakmuran, yang terdiri dari (Trizilia, 2014):
a. Setandan Pisang Emas, merupakan pisang yang diyakini masyarakat
Rejang Lebong memiliki simbol kemakmuran, sebab pisang emas
mempunyai isi yang gemuk dan rasanya manis.
b. Daun Sirih, diyakini memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai
penyakit, seperti gatal-gatal, benjolan, dan penyakit lainnya. Masyarakat
Rejang Lebong menjadikan sirih sebagai obat yang digunakan dalam
kehidupan sehar-hari.
c. Pinang dan Gagangnya, sama halnya seperti sirih, pinang juga diyakini
memiliki kegunaan untuk mengobati penyakit, di antaranya bau mulut,
bisul, dan lain-lain.
d. Daun Setawar beserta batangnya, daun ini diyakini bisa mengusir roh-roh
jahat. Dilakukan dengan memercikkan daun setawar yang diikat dalam
beberapa jumlah yang telah direndam dengan air.

9
e. Daun Sedingin dan batangnya, peran daun sedingin serupa dengan daun
setawar yang dipercikkan secara bersama-sama untuk menghilangkan roh
jahat.
f. Tebu Sebatang, pengibaratan habis manis sepah dibuang juga sudah ada
dalam bahasa Rejang sejak dulu abis dimu’mei ulek yang berarti ambil
yang bagus buang yang jelek. Bila digeneralisasikan dalam pernikahan
adalah bangun sifat yang baik tetapi dibuang sifat jelek.
g. Batang Bambu, menggambarkan kekokohan dengan harapan kehidupan
berumah tangga akan kokoh dan berguna kehidupannya nbagi orang lain.
h. Buah Kundur, buah kundur diyakini akan mendatangkan kesejukan dalam
berumah tangga.
i. Beronang. Masyarakat Rejang Lebong pada umumnya berkebun. Ketika
panen tiba, hasil panen diangkut dengan beronang sebagai alat bantu.
j. Tampa, digunakan untuk membersihkan sisa-sisa ampas padi yang akan
dimasak. Diharapkan pengantin bersih hidupnya.
k. Selendang, merupakan ciri khas masyarakat Rejang Lebong, maka wajib
ada di Penei.
l. Payung Agung, disimbolkan untuk melindungi, Penei diletakkan di atas
meja dan disusun di bawah payung.
m. Tombak, Pedang, atau Keris, melambangkan keamanan karena tombak,
pedang, dan keris merupakan senjata pusaka Rejang Lebong.

10
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang
dilakukan secara utuh terhadap subjek penelitian yang terdapat pada suatu
peristiwa. Sebagai metode ilmiah, fenomenologi merupakan jalan
perumusan ilmu pengetahuan melalui tahap-tahap tertentu, dimana suatu
fenomena yang dialami manusia menjadi subjek kajiannya (Hasbiansyah,
2008). Penelitian ini bertujuan untuk memahami eksplorasi etnomatematika
sebagai jembatan antara matematika dan budaya (Tari Kejei) sehingga
mendapatkan informasi yang lengkap.

3.2. Data dan Sumber Data


Data dalam penelitian ini adalah kesenian Tari Kejei khas Rejang Lebong
yang meliputi elemen-elemen terkait seperti alat musik dan gerakan tari.
Sumber datanya adalah Tari Kejei itu sendiri dan beberapa narasumber
seperti pelatih tari khususnya Tari Kejei khas Rejang Lebong, Ketua Adat,
dan Penari.

3.3. Teknik Pengumpulan Data


Beberapa teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara, observasi, dan dokumentasi.
3.3.1. Wawancara
Wawancara adalah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti
dengan informan atau subjek penelitian. Wawancara yang dilakukan
yaitu wawancara tak terstruktur karena dalam penelitian ini
diperlukan informasi yang lebih mendalam tentang subjek yang
diteliti.
Adapun teknik yang dilakukan wawancara dalam penelitian
kualitatif :
a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan;

11
b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan;
c. Mengawali atau menggunakan alur wawancara;
d. Melangsungkan alur wawancara;
e. Mengkonfirmasikan ihtisar hasil wawancara dan mengakhirinya;
f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan;
g. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah
diperoleh.
3.3.2. Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data
yang sangat sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Hakikatnya
untuk memperoleh informasi dalam observasi yaitu dengan
menggunakan pancaindera untuk mendapatkan gambaran yang
nyata. Peneliti melakukan pengamatan dilapangan dengan
mengamati Tari Kejei dalam upacara adat di Curup Kabupaten
Rejang Lebong guna mendapatkan informasi yang sistematis
sebanyak-banyaknya.
3.3.3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengambilan dokumen, foto atau
video yang digunakan sebagai bukti penelitian. Data foto seperti ini
dapat memperkuat hasil penelitian karena data yang didapat
merupakan data yang valid dan tidak dapat diragukan kebenarannya.
Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk menanggapi dan
menghasilkan data lebih spesifik. Hasil yang diperoleh melalui studi
dokumentasi ini yaitu berupa foto-foto kegiatan di lapangan dan
rekaman proses pengambilan data di lapangan. Dokumentasi dalam
penelitian ini digunakan untuk melengkapi data-data yang sudah
diperoleh guna mendapatkan hasil yang relevan.

3.4. Teknik Analisis Data


Suyanto dan Sutinah menyebutkan bahwa pengelolahan data dalam
penelitian kualitatif dilakukan dengan cara mengklasifikasikan atau
mengkategorikan data berdasarkan beberapa tema sesuai fokus

12
penelitiannya (Aksary, 2017). Jika masih ada data yang kurang saat
menganalisis, dapat kembali ke lapangan lagi untuk menggali data yang
diperlukan dan mengolahnya kembali. In fact, data analysis in qualitative
research is an on going activity that ocurs throughtout the investigative
process rather than after process (Sugiyono, 2018). Analisis data penelitian
kualitatif dilakukan mulai dari sebelum ke lapangan, di lapangan, dan
setelah selesai dari lapangan. Langkah-langkah analisis data adalah reduksi
data, penyajian data, dan pengambilam kesimpulan.
3.5.1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya
(Sugiyono, 2018). Dengan menggunakan reduksi data ini akan
mempermudah peneliti untuk mengelompokkan data-data yang ada agar
tidak bertumpuk dan membuang data yang tidak di perlukan agar dapat
diverifikasi. Karena semakin banyak data yang didapat akan semakin
kompleks dan rumit, jika semakin lama peneliti ke lapangan. Pada
penelitian ini reduksi data dilakukan dengan cara merangkum data tentang
Tari Kejei melalui hasil wawancara atau hasil observasi dan dokumentasi.
3.5.2. Penyajian data
Miles dan Huberman menyatakan “the most frequent from of display
data for qualitative research data in the past has been narrative text”
(Sugiyono, 2018). Penyajian data juga dapat ditampilkan melalui bentuk
tabel, grafik, phi chard, pictogram, dan penyajian lainnya. Data yang
sudah terorganisir atau tersusun membentuk pola yang saling berhubungan
sehingga semakin mudah dipahami.
3.5.3. Pengambilan Kesimpulan atau Verifikasi
Rumusan masalah yang telah dirumuskan masih bersifat sementara
dalam penelitian kualitatif dan akan berkembang setelah penelitian berada
di lapangan. Setelah data direduksi, lalu disajikan, selanjutnya adalah
memverifikasi data dengan didukung dengan bukti atau data yang valid
dan konsisten, maka dapat dijadikan kesimpulan yang kredibel.

13
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Tari Kejei

Berdasarkan hasil wawancara oleh Jauhari Kumara Dewi pada hari


Selasa tanggal 5 Februari 2019 disampaikan bahwa Tari Kejei adalah tarian
sakral yang diyakini masyarakat mengandung nilai-nilai mistik, sehingga
hanya dilaksanakan masyarakat Rejang dalam acara menyambut para biku,
perkawinan dan adat marga.

Tempat pementasan yang digunakan dalam Tari Kejei yaitu arena


terbuka (panggung) yang dinamakan balai Kejei. Balai Kejei pada zaman
dahulu didirikan kurang lebih seminggu sebelum acara itu dimulai, dibuat
dengan cara bergotong royong. Balai Kejei adalah tempat yang dibuat khusus
untuk tempat pelaksanaan semua prosesi Kejei. Setelah balai Kejei selesai
didirikan, tugas diserahkan pada tuwei batin istilah dalam bahasa Rejangnya
semreak kumat dan untuk bidang tugas di luar balai Kejei diserahkan kepada
ginde di Curup (Herman Firnadi pada tanggal 5 Februari 2019).

4.2. Hubungan Alat Musik Pengiring Kejei dengan Matematika

Kekhasan Tari Kejei adalah alat-alat musik pengiringnya yaitu,


kulintang, gong, dan redap. Dimana alat musik tersebut juga merupakan alat
musik tradisonal Rejang Lebong yang dari zaman dahulu digunakan untuk
mengiringi tarian sakral dan agung tersebut. Ketiga alat musik tersebut sangat
berperan dalam tarian Kejei, oleh sebab itu sebelum tarian dimulai alat musik
tersebut disyaratkan mengadakan ritual temu’un gung klintang.

Gambar 1. Alat Musik Pengiring Tari Kejei.

14
Tabel 1.Hubungan antara Alat Musik Pengiring Tari Kejei dengan Matematika

No Alat Musik Konsep Matematika


1. Kulintang  Konsep matematika yang
digunakan adalah bentuk
kulintang yang menyerupai
bangun ruang yaitu tabung.
 Stik kulintang juga
menggunakan konsep tabung.

Gambar 2. Kulintang

 Meja kulintang juga


menggunakan konsep bangun
ruang balok.

2. Gong Konsep matematika yang


digunakan bentuk gong adalah
menyerupai bangun ruang yaitu
tabung.

Gambar 3. Gong

3. Redap Konsep matematika yang


digunakan redap adalah
menyerupai bangun ruang yaitu
tabung.

Gambar 4. Kulintang

Konsep matematika yang ada pada alat musik pengiring Tari Kejei
dapat digunakan untuk mengidentifikasi jari-jari, diameter, luas permukaan,
serta volume suatu alat musik tersebut. Selain itu, konsep matematika juga

15
dapat digunakan untuk menentukan berapa banyak bahan yang digunakan
untuk pembuatan alat musik.

4.3. Hubungan Gerakan Tari Kejei dengan Matematika


Tari Kejei ditarikan oleh pemuda-pemudi secara berpasang-pasangan
dengan jumlah ganjil, seperti lima pasang, tujuh pasang, sembilan pasang
penari, dan seterusnya. Hal ini dikarenakan, menurut kepercayaan jumlah
penari akan digenapkan oleh arwah nenek moyang yang akan ikut menari
sebagai bentuk doa restu leluhur agar hidup damai, rukun, dan jauh dari mala
bahaya. Jika ada hal yang menyimpang, maka leluhur tidak merestui acara
gedang tersebut.

Jauhari Kumara Dewi menyampaikan dari hasil wawancara pada


tanggal 6 Februari 2019, gerak yang dilakukan oleh penari perempuan tidak
boleh terlalu gemulai, sehingga tarian terkesan sederhana yang mencerminkan
sikap wanita Rejang yang sederhana. Gerakan yang dilakukan laki-laki harus
tegas mencerminkan sikap gagah dan berwibawa.

Hasil revies video tarian Kejei pada tanggal 3 februari 2018, diperoleh
beberapa gerakan tari, seperti :

1) Gerak sembah
Gerak sembah dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu: sembah adat,
sembah yang dilakukan untuk penghormatan kepada pengurus adat.
Sembah tamu, sembah yang dilakukan untuk para tamu yang menghadiri
acara. Serta, sembah pasangan menari, sembah yang dilakukan untuk
perkenalan dan diajak menari.
Posisi gerak sembah yaitu duduk berlutut dengan pantat bertumpu di
tumit kaki kiri, sedangkan kaki kanan dari lutut ke pergelangan kaki tegak
lurus, serta kedua tangan diletakkan di atas lutut kaki kanan, dengan
posisi kedua tangan dikembangkan kemudian ibu jari tangan ditemukan,
serta kelima ujung jari menghadap kedepan.
Adapun ketukan dalam gerak sembah, yaitu sebagai berikut :

16
 Hitungan ke-1 dan 2, kedua telapak tangan dipertemukan;
 Hitungan ke-3 dan 4, tangan dibawa ke atas di depan bahu dengan
posisi masing-masing tangan dikepal dan ditemukan;
 Hitungan ke-5 sampai 7, gerakan kedua jari tangan dibuka dan dikepal
mengayun ke bawah;
 Hitungan ke-8, mengembangkan kedua telapak tangan menghadap ke
atas, di atas lutut kanan dan ujung jari kanan dan kiri dipertemukan.
Sikap badan dan kepala sedikit dimiringkan ke kanan, agak ke depan
derta pandangan lurus. Kemudian penari berdiri dan saling
berhadapan memberi sembah, yang melambangkan pertemuan yang
terjadi antara pria dan wanita.
2) Gerak beradap salah pinggang (penari pria)
Dimulai dengan berputar ditempat satu kali. Melangkah kaki kanan
dan ditutup kaki kiri. Posisi kaki tegak lurus, kudua tangan terletak di
perut samping kanan, kedua telapak tangan menghadap kebawah dan
ujung jari tengah, jari telunjuk dan ibu jari saling bertemu. Poisi badan
tegak lurus kedepan.
3) Gerak beradap salah pinggang (penari wanita)
Awal yang sama dengan penari putra yaitu berputar di tempat satu
kali, dengan posisi tangan membuka menghadap kedepan berada di depan
dada.
Adapun hitungan gerak beradap salah pinggang sebagai berikut :
 Hitungan ke-1-2, posisi kedua tangan diputar ke arah dalam dan posisi
jari tengah ditemukan;
 Hitungan ke-3, kedua tangan di bawa kesisi samping dengan posisi
kedua tangan agak di muka dengan jarak 40 cm antara bahu dan
pergelangan tangan;
 Hitungan ke-4, ujung jari tangan dilepaskan dengan posisi kedua
telapak tangan menghadap keluar dan ujung jari menghadap ke atas
setinggi bahu, dengan posisi badan tegak lurus, pandangan
menghadap kepasangan, dan kepala tegak lurus, gerakan ini dilakukan
berpasangan.

17
4) Gerak tukar tempat
Gerakan bertukar tempat ini dilakukan dengan cara berjalan
mengelilingi panei dimana penari pria memasuki area penari wanita dan
penari wanita memasuki arena penari pria. Gerakan yang dilakukan
adalah gerak elang menyongsong angin (penari wanita) dan gerak ngajak.
5) Gerak elang menyongsong angin (penari wanita)
Gerakan berjalan ditempat dimulai dari kaki kanan, kedua tangan
berada disisi serong belakang dengan posisi tangan lurus ke bawah,
telapak tangan menghadap ke bawah sambil memegang selendang.
6) Gerak ngajak (penari putra)
Gerak ngajak berarti mengajak yaitu gerakan membuka kedua
telapak tangan di atas bahu yang berjarak 40 cm, ujung jari menghadap ke
atas sejajar dengan bahu, pada hitungan 3x4 melangkah memutar satu kali
lingkaran empat penjuru. Kemudian penari kembali ke posisi semula
dengan gerak elang menyongsong angin dan gerak ngajak.
7) Gerak patah dayung
Gerakan patah dayung pada tari kejei digunakan sebagai gerak
perpindahan, dengan berjalan di tempat sebanyak delapan kali dimulai
dari kanan, posisi badan tegak lurus dan menghadap ke pasangan penari.

Tabel 2.Hubungan antara Gerakan Tari Kejei dengan Konsep Matematika

No Elemen Tari Konsep Matematika


1. Jumlah Penari  Penari terdiri dari penari wanita dan
U n =2n−1 , n∈ Asli laki-laki. Jumlah penari masing-
masing harus ganjil, seperti tiga, lima,
dan seterusnya. Maka jumlah penari
adalah tiga pasang, lima pasang, dan
seterusnya.
Jumlah penari masing-masing dapat
ditentukan dengan menggunakan pola
bilangan ganjil, yaitu

18
2. Gerak Sembah  Pada pola gerak, jika ditarik garis
lurus antara pandangan mata, tangan,
dan posisi badan maka akan terbentuk
konsep segitiga siku-siku.

Gambar 5. Gerak Sembah

 Pola lantai pada gerak sembah atau


komposisi penari membentuk segi
empat.

3. Gerak Berhadap Salah  Pola gerakan pada gerak berhadap


360 ° Pinggang salah pinggang dimana posisi masing-
90 ° (Penari Wanita) masing tangan berada di depan sejajar
× dengan dada.
360 °
 Pada siku tangan terbentuk sudut
lancip.

Gambar 6. Gerak
Berhadapan Salah
Pinggang (Wanita)

 Pada hitungan ke-1 dan 2 tangan


diputar ke arah dalam sejauh
berlawanan arah jarum jam, sehingga
posisi telapak tangan kembali seperti
semula, gerakan putaran ini
berhubungan dengan konsep simetri
putar.

19
 Pada hitungan ke-3 tangan dibawa ke
sisi samping masing-masing dengan
posisi tangan agak di buka, ini sangat
berhubungan dengan konsep translasi
atau pergeseran tempat.

 Ketika tangan dibuka jarak antara


tangan dan bahu kira-kira 40 cm dan
gerakan ini berhubungan dengan
konsep jarak.

 Hitungan ke-4 posisi badan harus


tegak lurus dan pandangan
menghadap ke pasangan serta kepala
juga tegak lurus posisi ini
menunjukkan bentuk garis lurus.

 Pola lantai pada gerak berhadap salah


pinggang melakukan perputaran
sejauh sebanyak 4 putaran sehingga
memenuhi satu lingkaran penuh yaitu
searah jarum jam, sehingga
mengakibatkan penari kembali ke
posisi awal.

20
4. Gerak Berhadap Salah  Pada gerak tari berhadap salah
Pinggang pinggang pria kedua telapak tangan
(penari laki-laki) menghadap ke bawah dengan ujung
jari tengah,ujung jari telunjuk, dan
ujung ibu jari tangan saling bertemu
membentuk bangun datar segitiga
sama kaki.

Gambar 7. Gerak
Berhadap Salah Pinggang
(Laki-laki)

 Posisi badan tegak lurus membentuk


garis tegak lurus (sama seperti penari
wanita).

5. Gerak Mengelilingi Penei  Pola lantai yang terjadi adalah penari


90 ° saling bertukar posisi, penari wanita
memasuki area laki-laki dan
sebaliknya. Konsep matematika yang
ada di pola ini adalah rotasi sejauh .

Gambar 8. Gerak
Mengelilingi Penei

 Hitungan 3x4 melangkah memutar


satu kali lingkaran empat penjuru.
Konsep ini membentuk pola bilangan.
6. Gerak Elang  Pada gerak elang menyongsong angin
Menyongsong Angin terlihat tangan para penari

21
membentuk segitiga siku-siku, dan
berhubungan dengan teoema
pythagoras.

Gambar 9. Gerak Elang


Menyongsong Angin  Ketika selendang dipegang salah satu
pinggirnya, maka terlihat bagian
selendang tersebut membentuk
bangun datar trapesium dan bagian
bawah membentuk persegi panjang.

7. Gerak Ngajak  Pola gerak ngajak memiliki konsep


jarak dan kesejajaran. Ini terlihat
jarak antara bahu dan telapa tangan
adalah kurang lebih 40 cm, dan
sejajar dengan bahu.

Gambar 10. Gerak Ngajak

8. Gerakan Patah Dayung  Pola gerak pata gerakan ini adalah


berjalan di tempat 8 hitungan , posisi
badan tegak lurus, pandangan lurus
menghadap pasangan. Konsep
matematikanya adalah garis lurus
pada badan dan pandangan. Karena
dilakukan bersama pasangan, maka
dapat dilihat kosep refleksi antara
penari wanita dan laki-laki.
9. Komposisi Penari  Selalu membentuk segiempat.

Hubungan antara pola gerak dan pola lantai Tari Kejei dengan
matematika sangatlah erat, mulai dari ketukan hitungan gerak, posisi tangan
yang saling sejajar, pandangan dan tubuh yang tegak lurus, posisi bentuk

22
tangan ketika menari yang membentuk sudut lancip, bentuk segitiga
samakaki, segitiga siku-siku, perputaran gerakan kaki (rotasi), dan komposisi
penari yang membentuk bangun datar segiempat, pola hitungan yang
digunakan pada ketukan gerakan tari, serta lainnya.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Tari Kejei merupakan tari tradisional Kabupaten Rejang Lebong
Provinsi Bengkulu. Tari Kejei ini memiliki beberapa elemen-elemen
pendukung seperti alat musik pengiring dan para penari (wanita dan laki-
laki). Masing-masing elemen ini memiliki keterkaitan dengan konsep
matematika.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh sebagai berikut:
a. Hubungan antara alat musik pengiring Tari Kejei dan matematika adalah
bentuk alat musik yang menerapkan konsep bangun ruang yaitu tabung.
Gong, Kulintang, dan Redap yang masing-masing menyerupai bentuk
tabung dengan ukuran yang berbeda-beda. Konsep ini dapat digunakan
untuk mengidentifikasi jari-jari, diameter, luas permukaan, serta volume
suatu alat musik tersebut. Selain itu, juga dapat digunakan untuk
menentukan berapa banyak bahan yang digunakan untuk pembuatan alat
musik tersebut.
b. Hubungan antara gerakan Tari Kejei dan matematika adalah pola gerak
dan pola lantai yang menerapkan konsep geometri diantaranya posisi
tangan yang saling sejajar, pandangan dan tubuh yang tegak lurus, posisi
bentuk tangan ketika menari yang membentuk sudut lancip, bentuk
segitiga samakaki, segitiga siku-siku, perputaran gerakan kaki (rotasi),
dan komposisi penari yang membentuk bangun datar segiempat, hingga
pola hitungan yang digunakan pada ketukan gerakan tari.

5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, penulis mengemukakan
beberapa saran kepada beberapa pihak dalam rangka implementasi

23
pembelajaran matematika berbudaya lokal yaitu Tari Kejei, tarian khas
Kabupaten Rejang Lebong, diantaranya:

a. Guru
Agar menerapkan pembelajaran matematika berbasis budaya lokal
dengan menjadikan Tari Kejei sebagai media pembelajaran agar siswa
lebih tertarik untuk belajar matematika. Karena banyak hal yang dapat
dikembangkan dari setiap unsur-unsur yang ada pada Tari Kejei. Salah
satu konsep matematika yang dapat diajarkan adalah Geometri. Selain itu
juga, secara tidak langsung guru memperkenalkan serta melestarikan
kekayaan budaya yang dimiliki kepada generasi selanjutnya.
b. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan untuk mengkaji Tari Kejei dari elemen lainnya, seperti
busana dan tata rias penari serta hubungannya dengan matematika. Selain
itu juga, peneliti selanjutnya dapat mengkaji keterkaitan matematika pada
budaya khas Rejang Lebong lainnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. A. (2016). Peran Guru dalam Mentransformasi. Seminar Matematika


dan Pendidikan Matematika (p. 643). Surakarta: Jurnal FKIP Universitas
Negeri Surakarta.
Aksary, M. A. (2017). Analisis Desain Interior Ruang Baca Perpustakaan
Universitas Patria Artha. Makassar: Fakultas Adab dan Humaniora UIN
Alaluddin .
Anggita, S. (2018). Etnomatematika dalam Pertunjukan Burok (Kesenian
Tradisional Rakyat Brebes). Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika (p. 1). Purwokerto: Program Studi Pendidikan Matematika FKIP
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Astri Wahyuni, A. A. (2013). Peran Etnomatematika dalam Membangun karakter
Bangsa. Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk
Indonesia (p. 114). yogyakarta: Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA.
Hasbiansyah, O. (2008, juni). Pendektan Fenomenologi: Pengantar Praktik
Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunukasi. Vol.9 , p. 164.
Lestari, A. D. (2015). Review Buku Pengantar Ilmu Antropologi oleh
Prof.Dr.Koentjaraningrat. Yogyakarta: Academia edu.
Lusi Nofitasari, Z. M. (2015). Keefektifan Model Pembelajaran Tutor Sebaya
Bernuansa Etnomatematika Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Peserta Didik pada Materi Segiempat. Unnes Journal of Mathematics
Education .
Mahanani, A. (2018). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi
Pecahan di Kelas III SD Negeri 2 Wates . yogyakarta: Prodi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FKIP UNY.
Pramusinta, A. (2013). Menurut Beberapa Ahli. Wordpress.
Prihandoko, A. C. (2005). Memahami Konsep Matematika Secara Benar dan
Menyajikan dengan Menarik. Dapartemen Pendidikan Nasional .
Puspadewi, I. G. (2016, Januari). Budaya dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Matematika. Jurnal Santiaji Pendidikan, Volume 6, Nomor 1 ,
34.
Puspitasari, N. (2016). Kontribusi Matematika Terhadap Ilmu Komputer di D3
Manajemen Informatika Politeknik Indonesia Surakarta. Informa Politeknik
Indonusa Surakarta , 19.
Rahmawati, W. (2015). Pengembangan Media Pembelajaran Melalui Multimedia
Autoplay untuk Peningkatan Hasil belajar Siswa pada Mata pelajaran

25
Sejarah Kebudayaan Islam di Kelas X MAN II Malang Kota Batu. Malang:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang .
Rosa, M., & Orey, D. C. (2011, Juni 16). Ethnomathematics: The Cultural Aspects
of Mathematics. p. 32.
Setyawan, D. A. (2014). Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD). Solo: Wordpress.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Suherman, E., & dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika, UPI.
Trizilia, E. K. (2014). Fungsi Tari Kejei pada Upacara Perkawinan di Curup
Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Yogyakarta: Program Studi
Pendidikan Seni Tari, FBS, UNY.
Zulkifli, M., & Dardiri. (2016, Juli-Desember). Etnomatematika dalam Sistem
Pembilangan pada Masyarakat Melayu Riau. Vol.19 , p. 227.

26
Lampiran

27
Lampiran 1. Pedoman Observasi

A. Tujuan
Observasi ini digunakan sebelum penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
dan mengumpulkan data-data mengenai hubungan antara alat musik pengirik
dan gerakan Tari Kejei dengan konsep matematika.

B. Pembatasan Masalah
1. Alat Musik Pengiring Tari Kejei
2. Gerakan Tari Kejei

C. Kisi-kisi Instrument Observasi


Aspek-aspek yang diamati antara lain sebagai berikut :
1. Bentuk alat musik pengiring Tari Kejei
2. Pola Gerak dan Pola Lantai Tari Kejei

28
Lampiran 2. Pedoman Wawancara

A. Tujuan
Tujuan dari studi wawancara ini adalah mencari, mengetahui, dan mengolah
data secara lisan lewat Tanya jawab dengan responden untuk mendapatkan data
sebanyak-banyaknya guna memperoleh kebenaran.

B. Aspek-aspek Instrument Wawancara


a. Apa saja alat musik yang digunakan untuk mengiringi Tari Kejei?
b. Apakah ada syarat khusus sebelum memainkan alat musik Tari Kejei?
c. Berapa jumlah masing-masing alat musik tersebut?
d. Apa ciri khas gerakan Tari Kejei?
e. Berapa jumlah penari dalam Tari Kejei?
f. Apakah ada syarat khusus bagi penari tersebut?
g. Apa saja gerakan dala Tari Kejei?
h. Bagaimana komposisi penari dalam Tari Kejei?

C. Responden
1. Ketua Adat
2. Pelatih Tari
3. Pelatih Musik
4. Penari

29
Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi

A. Tujuan

Tujuan studi dokumentasi ini adalah untuk kelengkapan dan kekuatan akan
kebenaran data yang diperoleh sehingga data dapat dipertanggug jawabkan,
dalam kaitannya dengan hubungan alat musik dan gerakan Tari Kejei dengan
konsep matematika.

B. Pembatasan instrument Dokumentasi

Dalam studi dokumentasi ini peneliti menggunakan alat sebagai berikut :


1. Foto-foto
2. Video berupa kaset CD

C. Kisi-kisi Instrumen Dokumentasi


1. Dokumentasi berupa foto-foto yang masih ada, serta mendukung dalam
penelitian ini
2. Dokumentasi berupa rekaman video

30
DATA DIRI PENULIS

Nama : Sindi Destrianti


Tempat, tanggal lahir : Pulogeto, 24 Desember 1998
Alamat : Desa Pulogeto
No. Hp : 089608613664
E-mail : intansindi24@gmail.com
Riwayat pendidikan :
1. SD : SDN 04 Merigi
2. SMP : SMPN 01 Merigi
3. SMA : SMAN 01 Merigi

Nama : Saumi Rahmadani


Tempat, tanggal lahir : Curup, 02 Desember 2000
Alamat : Desa Air Bang
No. Hp : 089632366971
E-mail : saumikph@gmail.com
Riwayat pendidikan :
1. SD : SDN 112 Rejang Lebong
2. SMP : SMPN 07 Rejang Lebong
3. SMA : SMK S3 IDHATA Curup

Nama : Tomi Ariyanto


Tempat, tanggal lahir : Lebong tambang, 21 mei 1999
Alamat : Lebong Tambang
No. Hp : 0895640217385
E-mail : ariyantomi21@gmail.com
Riwayat pendidikan :
1. SD : SDN 08 Lebong
2. SMP : SMPN 02 Lebong
3. SMA : MAN 02 Lebong

31

Anda mungkin juga menyukai