(ADS)
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Kepala Puskesmas
Revisi : Cikalong
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : dr. Asep Suhandi
Penata / III C
NIP. 19740709 201412 1 001
1. Pengertian Auto Disable Syringe (ADS) adalah alat suntik sekali pakai yang akan mengalami
kerusakan setelah sekali pemakaian, dipergunakan untuk pelaksanaan pelayanan
imunisasi.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penggunaan Auto Disable Syringe
(ADS).
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang
Penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di
Lingkungan Dinas Kesehata Kabupaten Bandung.
1. Pengertian Penyiapan logistik pelayanan imunisasi adalah prosedur penyiapan alat dan bahan yang
diperlukan untuk melakukan pelayanan imunisasi.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan penyiapan logistik pelayanan imunisasi
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehata
Kabupaten Bandung.
1. Pengertian Penyiapan tempat pelayanan imunisasi adalah kegiatan menyiapkan tempat pelayanan
imunisasi yang berpengaruh pada kenyamanan dan keselamatan kerja tenaga kesehatan atau
pasien.
1. Pengertian Persiapan petugas pelayanan imunisasi adalah langkah langkah atau tata cara yang
dilakukan petugas sebelum melakukan pelayanan imunisasi. Petugas yang melaksanakan
pelayanan imunisasi adalah dokter, bidan dan perawat.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Persiapan Petugas Pelayanan
Imunisasi.
1. Pengertian Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati
atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang
ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
1. Pengertian Pemeliharaan Cold Chain adalah tata cara yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan sarana
peralatan Cold Chain untuk mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Pemeliharaan Cold Chain
2. Pemeliharaan Mingguan
a. Periksa steker jangan sampai kendor, bila kendor gunakan obeng untuk
mengencangkan baut.
b. Lakukan pengamatan terhadap tanda-tanda steker hangus dengan melihat perubahan
warna pada steker, jika itu terjadi gantilah steker dengan yang baru.
c. Lepaskan steker dari stop kontak, agar tidak terjadi konsleting saat membersihkan
badan vaccine refrigerator.
d. Bersihkan badan vaccine refrigerator dengan lap basah atau kuas yang lembut/ spon
busa dan sabun.
e. Keringkan kembali badan vaccine refrigerator dengan lap kering.
f. Selama membersihkan badan vaccine refrigerator, jangan membuka pintu vaccine
refrigerator agar suhu tetap terjaga 2°C s.d. 8°C
g. Setelah selesai membersihkan badan vaccine refrigerator colok kembali steker.
h. Catat kegiatan pemeliharaan mingguan pada kartu pemeliharaan vaccine refrigerator.
3. Pemeliharaan Bulanan
a. Vaksin yang berada dalam vaccine refrigerator yang akan dibersihkan dipindahkan
terlebih dahulu ke tempat penyimpanan vaksin sementara yang telah dikondisikan
suhunya.
b. Lepaskan steker dari stop kontak, agar tidak terjadi konsleting saat melakukan
pencairan bunga es (defrosting).
c. Bersihkan kondensor pada vaccine refrigerator model terbuka menggunakan sikat
lembut atau tekanan udara. Pada model tertutup hal ini tidak perlu dilakukan.
d. Periksa kerapatan pintu dengan menggunakan selembar kertas, bila kertas sulit ditarik
berarti karet pintu masih baik, sebaliknya bila kertas mudah ditarik berarti karet
sudah sudah mengeras atau kaku. Olesi karet pintu dengan bedak atau minyak goreng
agar kembali lentur.
e. Periksa steker jangan sampai kendor, bila kendor gunakan obeng untuk
mengencangkan baut.
f. Selama membersihkan badan vaccine refrigerator, jangan membuka pintu vaccine
refrigerator agar suhu tetap terjaga 2°C s.d. 8°C.
g. Setelah selesai membersihkan badan vaccine refrigerator colok kembali steker.
h. Catat kegiatan pemeliharaan bulanan pada kartu pemeliharaan vaccine refrigerator.
6. Unit terkait Puskesmas
PEMBERIAN IMUNISASI HB-0
1. Pengertian Imunisasi HB-0 diberikan kepada bayi baru lahir (0-7 hari) untuk memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit Hepatitis B.
13. Petugas mencabut jarum setelah penyuntikan, menekan bekas suntikan dengan kapas
kering apabila keluar darah.
14. Petugas membuang spuit dan benda tajam ke dalam safety box tanpa melakukan
recapping, kapas dibuang di sampah medis.
15. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau adanya KIPI.
16. Petugas merapikan alat-alat.
17. Petugas mencuci tangan.
18. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.
Catatan :
Pemberian imunisasi ditunda apabila :
a. Berat badan kurang dari 2000 gram
b. Belum mendapatkan vitamin K
c. Bayi demam lebih dari 37,50C
d. Terdapat tanda bahaya pada bayi baru lahir
1. Pengertian Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup
yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tuberculosis. Vaksin BCG diberikan untuk bayi usia 1 bulan – 11 bulan.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan imunisasi BCG pada bayi.
Catatan :
Jika suntikan intrakutan diberikan secara tepat, alat penyedot akan sulit didorong. Jika
vaksin mudah masuk petugas mungkin menyuntik terlalu dalam. Segera hentikan suntikan,
betulkan posisi jarum, dan berikan sisa dosis, tetapi tidak ditambah lagi. Jika suntikan BCG
tepat, akan timbul pembengkakan dengan puncak yang datar (flat-topped) pada kulit.
Pembengkakan ini kelihatan pucat dengan lubang sangat kecil seperti kulit jeruk. Jika teknik
yang digunakan tidak tepat, vaksin akan masuk dengan mudah dan tidak terlihat adanya
pembengkakan.
6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi
PEMBERIAN IMUNISASI OPV
1. Pengertian Imunisasi OPV (Oral Polio Vaccine) diberikan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit Polio secara oral. Vaksin polio merupakan vaksin hidup yang dilemahkan. Vaksin
OPV diberikan pada bayi usia 1 bulan – 11 bulan.
5. Prosedur/ Langkah- 1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
langkah sanitizerl
2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
Menyakan identitas anak, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya.
Memastikan usia bayi adalah 1-11 bulan.
4. Petugas melihat keadaan umum bayi;
5. Petugas melakukan penimbangan bayi;
6. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh;
7. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontra indikasi, melakukan langkah selanjutnya;
8. Petugas melakukan konseling tentang manfaat imunisasi OPV, kemungkinan
reaksi/efek samping setelah pemberian;
9. Petugas menyiapkan vaksin, memeriksa tanggal kadaluarsa dan VVM (Vial
Vaccine Monitor)
10. Petugas membuka vial vaksin OPV dan memasang penetes (dropper).
11. Petugas mempersiapkan posisi yang aman.
12. Petugas memberikan 2 tetes vaksin polio per oral.
13. Petugas membuang sisa vaksin OPV yang sudah tidak bisa digunakan ke tempat
sampah medis.
14. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah pemberian untuk memantau apabila terjadi KIPI.
15. Petugas merapikan alat-alat.
16. Petugas mencuci tangan.
17. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.
1. Pengertian Imunisasi IPV (Inactived Poliovirus Vaccine) diberikan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit Polio. Vaksin IPV berisi komponen virus yang telah dimatikan. Vaksin
diberikan pada bayi usia 4 bulan – 11 bulan.
5. Prosedur/ Langkah-
langkah 1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer;
2. Petugas menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
Menanyakan identitas bayi, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya.
Memastikan usia bayi adalah 4 bulan – 11 bulan.
4. Petugas melihat keadaan umum bayi.
5. Petugas melakukan penimbangan bayi.
6. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh.
7. Petugas melakukan konseling tentang manfaat imunisasi IPV, cara penyuntikan,
kemungkinan reaksi/efek samping setelah penyuntikan.
8. Petugas mempersiapkan posisi yang aman, membersihkan daerah penyuntikan dengan
kapas alkohol.
9. Petugas menyiapkan vaksin, memeriksa tanggal kadaluarsa dan VVM, melakukan
penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,5 cc menggunakan ADS yang tersedia .
10. Petugas melakukan penyuntikan pada paha kiri atas secara intra muskuler pada daerah
paha anterolateral dengan menekan jarum ke dalam dengan sudut 90 o, pastikan jarum
tidak masuk ke pembuluh darah ( tidak ada darah yang masuk ke dalam ADS, apabila
terdapat darah segera cabut dan ganti dengan yang baru);
11. Petugas tidak melakukan aspirasi, dorong vaksin masuk, jarum ditarik keluar,
kemudian menekan bekas suntikan dengan kapas kering bila berdarah.
12. Petugas membuang ADS ke dalam safety box tanpa melakukan recaping, kapas
dibuang di sampah medis.
13. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau apabila terjadi KIPI.
14. Petugas merapikan alat-alat.
15. Petugas mencuci tangan.
16. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.
1. Pengertian Imunisasi DPT-HB-HiB diberikan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, dan Haemophilus Influenza tipe B. Vaksin DPT-HB-
HiB diberikan pada bayi usia 2 bulan - 11 bulan dan usia 18 bulan – 24 bulan.
5. Prosedur/ Langkah-
langkah
1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer;
2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diriyang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
Menanyakan identitas bayi/anak, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya.
Memastikan usia bayi/anak, apakah termasuk sasaran pelayanan imunisasi bayi usia
2 bulan – 11 bulan yaitu DPT-HB-HiB (1-3) atau lanjutan usia 18 bulan-24 bulan
untuk pelayanan imunisasi DPT-HB-HiB booster.
4. Petugas melihat keadaan umum bayi/anak.
5. Petugas melakukan penimbangan bayi/anak.
6. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh.
7. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontra indikasi, melakukan langkah selanjutnya.
8. Petugas melakukan konseling tentang manfaat imunisasi DPT-HB-HiB, cara
penyuntikan, kemungkinan reaksi/efek samping setelah penyuntikan.
9. Petugas mempersiapkan posisi yang aman, membersihkan daerah penyuntikan dengan
kapas alkohol atau kapas DTT. Tunggu hingga alkohol mengering.
10. Petugas menyiapkan vaksin, memeriksa tanggal kadaluarsa dan VVM, melakukan
penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,5 cc menggunakan ADS yang tersedia
11. Petugas melakukan penyuntikan pada paha atas secara intra muskuler pada daerah paha
anterolateral dengan menekan jarum ke dalam dengan sudut 90 o, pastikan jarum tidak
masuk ke pembuluh darah (tidak ada darah yang masuk kedalam ADS, apabila terdapat
darah segera cabut dan ganti dengan yang baru);
12. Petugas tidak melakukan aspirasi, dorong vaksin masuk, jarum ditarik keluar,
kemudian menekan bekas suntikan dengan kapas kering bila berdarah.
13. Petugas membuang ADS ke dalam safety box tanpa melakukan recaping, kapas
dibuang di tempat sampah medis.
14. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau apabila terjadi KIPI.
15. Petugas merapikan alat-alat.
16. Petugas mencuci tangan.
17. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.
6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi
PEMBERIAN IMUNISASI MR
1. Pengertian Imunisasi Measles Rubella (MR) diberikan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit Campak dan Rubella. Vaksin MR merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Vaksin diberikan pada usia 9 sampai dengan 11 bulan, lanjutan pada usia 18
sampai dengan 24 bulan dan anak usia sekolah dasar kelas 1.
5. Prosedur/ Langkah-
langkah
1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer;
2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
Menanyakan identitas bayi/anak, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya;
Memastikan usia bayi/anak adalah :
- Usia 9 bulan - < 12 bulan untuk imunisasi MR rutin
- Usia 18 bulan - 24 bulan atau jarak minimal 6 bulan dari imunisasi MR rutin
bagi sasaran yang akan diberikan booster imunisasi MR;
- Kelas 1 SD untuk sasaran imunisasi MR program BIAS (Bulan Imunisasi Anak
Sekolah).
4. Petugas melihat keadaan umum bayi/anak;
5. Petugas melakukan penimbangan bayi/anak;
6. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh;
7. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontra indikasi, melakukan langkah selanjutnya;
8. Petugas melakukan konseling tentang manfaat imunisasi MR, cara penyuntikan,
kemungkinan reaksi/efek samping setelah penyuntikan.
9. Petugas melarutkan vaksin MR dengan pelarut menggunakan ADS 5 ml (vaksin dapat
digunakan sampai 6 jam setelah dilarutkan)
10. Petugas mempersiapkan posisi yang aman, membersihkan daerah penyuntikan dengan
kapas alkohola atau kapas DTT. Tunggu hingga alkohol mengering;
11. Petugas melakukan penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,5 cc menggunakan
ADS yang tersedia.
12. Petugas melakukan penyuntikan pada lengan kiri atas secara sub cutan pada daerah
Musculus Deltoideus dengan menekan jarum ke dalam dengan sudut 45o. pastikan
jarum tidak masuk ke pembuluh darah (tidak ada darah yang masuk kedalam ADS,
apabila
13. Petugas menekan bekas suntikan, dengan kapas kering.
14. Petugas membuang ADS dan benda tajam ke dalam safety box tanpa melakukan
recaping, kapas dibuang di tempat sampah medis.
15. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau apabila terjadi KIPI.
16. Petugas merapikan alat-alat.
17. Petugas mencuci tangan.
18. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.
1. Pengertian Imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) diberikan untuk memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit pneumonia pada bayi dan balita. Vaksin diberikan pada bayi usia 2
bulan – 11 bulan dan balita usia 12 bulan - 24 bulan.
5. Prosedur/ Langkah-
langkah 1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer;
2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
Menanyakan identitas bayi/anak, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya.
Memastikan usia bayi, apakah termasuk pelayanan imunisasi bayi yaitu PCV (1-2)
usia 2 bulan -11 bulan atau PCV 3 usia 12 bulan-24 bulan.
4. Petugas melihat keadaan umum bayi/anak.
5. Petugas melakukan penimbangan bayi/anak.
6. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh.
7. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontra indikasi, melakukan langkah selanjutnya.
8. Petugas melakukan konseling tentang manfaat imunisasi PCV, cara penyuntikan,
kemungkinan reaksi/efek samping setelah penyuntikan.
9. Petugas mempersiapkan posisi yang aman, membersihkan daerah penyuntikan dengan
kapas alkohol.
10. Petugas menyiapkan vaksin, memeriksa tanggal kadaluarsa dan VVM, melakukan
penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,5 cc menggunakan ADS yang tersedia .
11. Petugas melakukan penyuntikan pada paha kiri atas secara intra muskuler pada daerah
paha anterolateral dengan menekan jarum ke dalam dengan sudut 90 o, pastikan jarum
tidak masuk ke pembuluh darah (tidak ada darah yang masuk kedalam ADS, apabila
terdapat darah segera cabut dan ganti dengan yang baru);
12. Petugas tidak melakukan aspirasi, dorong vaksin masuk, jarum ditarik keluar,
kemudian menekan bekas suntikan dengan kapas kering bila berdarah.
13. Petugas membuang ADS ke dalam safety box tanpa melakukan recaping, kapas
dibuang di tempat sampah medis.
14. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau apabila terjadi KIPI.
15. Petugas merapikan alat-alat.
16. Petugas mencuci tangan.
17. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian imunisasi Difteri dan Tetanus
5. Prosedur/ Langkah-
langkah 1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer;
2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
Menanyakan identitas sasaran, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya.
Memastikan sasaran:
- Kelas 1 SD mendapatkan vaksin DT
- Kelas 2 dan 5 SD mendapatkan vaksin TD
- Catin, Ibu hamil mendapat vaksin TD
4. Petugas melihat keadaan umum sasaran;
5. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh;
6. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontra indikasi, melakukan langkah selanjutnya;
7. Petugas mempersiapkan posisi yang aman, membersihkan daerah penyuntikan dengan
kapas alkohol atau kapas DTT. Tunggu hingga alkohol mengering;
8. Petugas melakukan penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,5 cc menggunakan
ADS yang tersedia.
9. Petugas melakukan penyuntikan pada lengan kiri atas secara intra muskular pada
daerah Musculus Deltoideus dengan menekan jarum ke dalam dengan sudut 90o,
pastikan jarum tidak masuk ke pembuluh darah (tidak ada darah yang masuk kedalam
ADS, apabila terdapat darah segera cabut dan ganti dengan yang baru)
10. Petugas menekan bekas suntikan, dengan kapas kering bila berdarah.
11. Petugas membuang ADS ke dalam safety box tanpa melakukan recaping, kapas
dibuang di tempat sampah medis.
12. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau apabila terjadi KIPI.
1. Pengertian Penyuntikan 2 jenis vaksin (Double Injections) atau suntikan ganda adalah pemberian 2
jenis suntikan vaksin dalam satu kali kunjungan.
4. Referensi 1. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI
tahun 2020
2. Petunjuk Teknis Pemberian Imunisasi PCV tahun 2020.
2. Administer ( Berikan )
a. Menggunakan 1 ADS untuk masing-masing suntikan
b. Menggunakan anggota tubuh yang berbeda untuk masing-masing suntikan. Jika
harus 2 suntikan ke anggota tubuh yang sama diperlukan memisahkan lokasi
penyuntikan setidaknya 2,5 cm atau sekitar lebar 2 jari.
1. Pengertian Suntikan Ganda (Multiple Injections) adalah pemberian lebih dari satu jenis imunisasi
dalam satu kali kunjungan
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penyuntikan Ganda lebih
dari 2 jenis vaksin.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung.
4. Referensi Petunjuk Teknis Pemberian Imunisasi PCV tahun 2020.
5. Prosedur/ Langkah- Ada 4 langkah untuk mengelola Imunisasi Ganda
langkah 1. Explain ( Jelaskan )
a. Menjelaskan suntikan ganda akan aman dengan penuh percaya diri
b. Menjelaskan manfaat dari suntikan ganda : melindungi anak sesegera
mungkin, mengurangi jumlah kunjungan, meminimalisir resiko hilangnya
kesempatan untuk mendapatkan vaksin dan memfasilitasi imunisasi catch up
(kejar).
c. Menjelaskan efek samping seperti demam dan nyeri ditempat suntikan dan
cara mengatasinya.
d. Bila pengantar atau orangtua merasa keberatan dengan suntikan ganda, tetap
berikan satu suntikan lalu tentukan jadwal ulang untuk vaksin berikutnya.
2. Administer ( Berikan )
a. Menggunakan 1 (satu) ADS untuk masing-masing suntikan
b. Menggunakan anggota tubuh yang berbeda untuk masing-masing suntikan.
Jika harus memberikan suntikan ke anggota tubuh yang sama, diperlukan
untuk memisahkan lokasi penyuntikan setidaknya 2,5 cm atau sekitar lebar 2
jari.
c. Lokasi penyuntikan mempertimbangkan :
Anak sudah bisa jalan atau belum, bila anak sudah bisa berjalan maka
tempat penyuntikan sebaiknya di lengan
Ketebalan massa otot lengan. Bila massa otot lengan tipis maka imunisasi
sebaiknya disuntikkan di paha.
d. Tidak melakukan aspirasi saat penyuntikan
1. Pengertian Limbah medis adalah segala jenis sampah yang mengandung bahan infeksius (atau bahan
yang berpotensi infeksius).
5. Prosedur/ Langkah- 1. Puskesmas mengadakan perjanjian kerjasama pengelolaan limbah medis dengan
langkah pihak ke-3 pengelola limbah medis;
2. Petugas mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, sarung tangan, gaun,
dan sepatu boot;
3. Petugas menyiapkan plastik kuning, tempat sampah, dan Safety box.
4. Petugas melapisi tempat sampah dengan plastik kuning.
5. Petugas memasukan spuit dan jarum yang telah digunakan kedalam safety box.
Safety box yang telah terisi hingga ¾ penuh selanjutnya dibawa ke TPS limbah
medis Puskesmas;
6. Petugas memasukan limbah botol vaksin/ampul/vial, cairan sisa vaksin, alkohol
swab, kapas DTT, masker, sarung tangan, dan gaun sekali pakai kedalam plastik
kuning, kemudian diikat dan dibawa ke TPS limbah medis Puskesmas;
7. Petugas memasukan gaun reusable bekas pakai kedalam plastik kuning lainnya dan
diangkut ke ruangan linen untuk dilakukan pencucian dan penjemuran, kemudian
disimpan untuk digunakan kembali.
8. Limbah medis yang sudah terkumpul di TPS Puskesmas selanjutnya menunggu
jadwal penjemputan oleh pihak ke-3 pengelola limbah medis untuk diangkut dan
dimusnahkan;
9. Petugas melakukan penimbangan dan pencatatan limbah medis imunisasi di Logbook.
1. Pengertian Pemeliharaan suhu bertujuan menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai
didistribusikan ke tingkat berikutnya.
Cool box/vaccine carrier: Suatu alat untuk menyimpan sementara dan membawa vaksin
dari Puskesmas ke Posyandu atau ke tempat pelayanan imunisasi lainnya.
5. Prosedur/ Langkah- a. Pastikan cool box/vaccine carrier dalam keadaan bersih sebelum digunakan;
langkah b. Tentukan jumlah vaksin yang akan disimpan dalam cool box/vaccine carrier yang
akan digunakan;
c. Siapkan cool pack dengan jumlah yang cukup;
d. Sertakan alat pengukur suhu untuk kontrol suhu agar tetap di 2-8 ˚C;
e. Saat pelayanan, cool box/vaccine carrier jangan terpapar sinar matahari langsung;
f. Vaksin yang sudah dipakai ditempatkan pada spons atau busa penutup cool
box/vaccine carrier, sedangkan vaksin yang belum dipakai tetap disimpan di dalam
cool box/vaccine carrier;
g. Jika pengukur suhu telah menunjukkan peningkatan, segera ganti cool pack dengan
yang baru (suhu 2-8˚C)
6. Unit terkait Gudang Vaksin Dinas Kesehatan, Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, Klinik dan Pos
Imunisasi
PEMELIHARAN VACCINE REFRIGERATOR
1. Pengertian Vaccine Refrigerator adalah tempat menyimpan vaksin BCG, Td, DT, Hepatitis B, MR,
IPV, DPT-HB-Hib pada suhu yang ditentukan 2-8˚ C dan dapat juga difungsikan untuk
membuat kotak dingin cair (cool pack).
Freezer adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan vaksin polio pada suhu yang
ditentukan antara -15˚ s/d-25˚ C atau membuat kotak es beku (cold pack).
b. Prosedur Mingguan :
1. Memeriksa steker jangan sampai kendor, bila kendor kencangkan baut dengan
obeng.
2. Perhatikan adanya tanda-tanda steker hangus dengan melihatperubahan warna
pada steker, jika itu terjadi gantilah steker dengan yang baru.
3. Sebelum membersihkan badan lemari es, cabut steker terlebih dahulu agar tidak
terjadi konsleting/arus pendek.
4. Bersihkan seluruh badan lemari es dengan menggunakan lap basah, kuas yang
lembut/spon busa dan sabun.
5. Pergunakan lap kering untuk mengeringkan badan lemari es.
6. Ketika membersihkan badan lemari es, jangan membuka pintu lemari es untuk
menjaga suhu tetap 2 -8˚ C.
7. Setelah selesai melakukan hal tersebut diatas colokkan kembali steker.
8. Lakukan pencatatan pada kartu pemeliharaan lemari es sebagai kegiatan
pemeliharaan mingguan.
c. Prosedur Bulanan :
1. Sehari sebelum pemeliharaan bulanan, lakukan penghitungan vaksin yang akan
dipindahkan dan kondisikan cool pack (kotak dingin cair), vaccine carrier atau cold
box sesuai dengan kebutuhan.
2. Pindahkan vaksin kedalam vaccine carrier atau cold box yang telah berisi cool
pack
(kotak dingin cair).
3. Sebelum melakukan defrosting, cabut steker lemari es.
4. Lakukan pembersihan kondensor, pada model terbuka gunakan sikat yang lembut
atau dengan tekanan udara, pada model tertutup tidak perlu dilakukan
pembersihan.
5. Lakukan pembersihan karet pintu lemari es, pada model yang mudah dibuka
gunakan kain atau busa yang lembut untuk mencucinya dan pasang kembali
setelah kering, pada model tertutup pembersihan dilakukan dengan menggunakan
lap basah atau dengan tekanan udara.
6. Memeriksa kerapatan pintu menggunakan selembar kertas, bila kertas sulit ditarik
berarti karet pintu masih baik, sebaliknya bila kertas mudah ditarik berarti karet
sudah mengeras, beri bedak untuk sementara dan rencanakan untuk diganti.
7. Jika ditemukan baut kendor pada engsel pintu kencangkan dengan menggunakan
obeng.
8. Setelah selesai melakukan hal tersebut diatas colokkan kembali steker.
9. Setelah suhu lemari es mencapai 2-8˚C, susun kembali vaksin.
10. Lakukan pencatatan pada kartu pemeliharaan lemari es sebagai kegiatan
pemeliharaan bulanan.
1. Pengertian KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) adalah kejadian medik yang terjadi setelah
imunisasi dan diduga berhubungan dengan imunisasi.