Anda di halaman 1dari 45

PENGGUNAAN AUTO DISABLE SYRINGE

(ADS)
No. Dokumen : Ditetapkan oleh
Kepala Puskesmas
Revisi : Cikalong
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : dr. Asep Suhandi
Penata / III C
NIP. 19740709 201412 1 001

1. Pengertian Auto Disable Syringe (ADS) adalah alat suntik sekali pakai yang akan mengalami
kerusakan setelah sekali pemakaian, dipergunakan untuk pelaksanaan pelayanan
imunisasi.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penggunaan Auto Disable Syringe
(ADS).
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang
Penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di
Lingkungan Dinas Kesehata Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19
Kemenkes RI tahun 2020

5. Prosedur/ Langkah- Langkah-langkah umum menggunaan Auto Disable Syringe (ADS) :


langkah 1. Keluarkan Auto Disable Syringe (ADS) dari bungkus plastik.
2. Pastikan jarum pada Auto Disable Syringe (ADS) terpasang kuat (jangan
tekan piston ke depan karena alat suntik akan terkunci)
3. Lepaskan tutup jarum tanpa menyentuh jarum kemudian tutup jarum dibuang
ke tempat sampah non medis.
4. Masukkan jarum ke dalam vial/ampul vaksin dan arahkan ujung jarum ke
bagian paling rendah dari dasar vial/ampul (dibawah permukaan vaksin).
5. Tarik piston untuk mengisi Auto Disable Syringe (ADS) hingga terisi vaksin
sampai dosis yang dibutuhkan.
6. Tarik Auto Disable Syringe (ADS) dari vial/ampul. Untuk menghilangkan
gelembung udara, pegang Auto Disable Syringe (ADS) tegak lurus dengan
posisi jarum menghadap ke atas, kemudian dorong piston untuk membuang
udara (pastikan dosis vaksin sudah sesuai dengan yang dibutuhkan)
7. Tentukan dan bersihkan tempat suntikan.
8. Lakukan teknik penyuntikan sesuai dengan jenis vaksin yang diberikan.
9. Dorong piston ke depan untuk menyuntikan vaksin. Setelah suntikan, piston
secara otomatis akan mengunci dan alat suntik tidak bisa digunakan lagi.
10. Segera masukkan alat suntik langsung, tanpa menutup jarum ke dalam safety
box.
6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi
PENYIAPAN LOGISTIK PELAYANAN IMUNISASI

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas Cikalong
Revisi :

SOP Tanggal mulai


berlaku
:
dr. Asep Suhandi
Halaman : Penata / III C
NIP. 19740709 201412 1 001

1. Pengertian Penyiapan logistik pelayanan imunisasi adalah prosedur penyiapan alat dan bahan yang
diperlukan untuk melakukan pelayanan imunisasi.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan penyiapan logistik pelayanan imunisasi
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehata
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI tahun
2020
5. Prosedur/ Langkah- Logistik yang perlu disiapkan untuk pelayanan imunisasi :
langkah 1. Vaksin, pelarut dan penetes (dropper)
Untuk menentukan jumlah kebutuhan vaksin, maka perhitungan indeks pemakaian
vaksin harus dilakukan untuk setiap kegiatan dengan memperhatikan jumlah sasaran
dan jumlah dosis yang di berikan (di tambah 1 % wastage rate)
Jumlah pelarut dan penetes (dropper) sesuai dengan jumlah vaksin.
2. Auto Disable Syringe (ADS)
Penyediaan Auto Disable Syringe (ADS) mengikuti jumlah dosis vaksin.
3. Safety Box
Safety box digunakan untuk menampung alat suntik bekas pelayanan imunisasi
sebelum dimusnahkan. Pengisian safety box maksimal ¾ dari kapasitasnya.
4. Vaccine carrier
Vaccine carrier berisi vaksin, cool pack, dan alat pemantau suhu
Jumlah vaccine carier dihitung berdasarkan banyaknya vial/ ampul vaksin yang dibawa
5. Kapas DTT, Kapas alkohol dan kapas kering
Jumlah kapas DTT, kapas alkohol, dan kapas kering yang dibawa dihitung
berdasarkan jumlah sasaran.
6. Kebutuhan Logistik PPI (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi)
a. Alat Pelindung Diri (APD) : masker medis, gown, sarung tangan,
b. Logistik PPI lainnya : hand sanitizer, sabun cair, cairan desinfektan, tempat
sampah medis dan non medis
7. Kit Anafilaktik syok
Setiap tempat pelayanan imunisasi wajib menyediakan 1 (satu) kit anafilaktik syok
termasuk SOP penanganan syok anafilaktik.
Kit anafilaktik syok minimal terdiri atas:
- 1 ampul epinefrin 1:1000
- 1 spuit 1 ml;
- 1 infus set makro dan mikro drip
- Jarum infus dengan nomor yang berbeda sesuai usia sasaran;
- Cairan : NaCl 0,9%
8. Dokumen pencatatan dan pelaporan pelayanan imunisasi sesuai dengan kebutuhan
a. Buku register imunisasi;
b. Kohort;
c. Buku KIA;
d. Form KIPI.
9. Bahan materi KIE (poster, leaflet)

6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi


PENYIAPAN TEMPAT PELAYANAN IMUNISASI

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas Cikalong
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : dr. Asep Suhandi
Penata / III C
NIP. 19740709 201412 1 001

1. Pengertian Penyiapan tempat pelayanan imunisasi adalah kegiatan menyiapkan tempat pelayanan
imunisasi yang berpengaruh pada kenyamanan dan keselamatan kerja tenaga kesehatan atau
pasien.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penyiapan Tempat


Pelayanan Imunisasi.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehata
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI tahun
2020

5. Prosedur/ Langkah- Langkah-langkah penyiapan tempat pelayanan imunisasi :


langkah 1. Gunakan ruang/tempat yang cukup besar dengan sirkulasi udara dan penerangan yang
baik (dapat juga mendirikan tenda di lapangan terbuka). Bila menggunakan kipas angin,
letakkan kipas angin di belakang petugas kesehatan agar arah aliran udara kipas angin
mengalir dari tenaga kesehatan ke sasaran imunisasi.
2. Ruang/tempat pelayanan imunisasi terpisah dari ruang pelayanan lainnya.
3. Pastikan ruang/tempat pelayanan imunisasi bersih dengan membersihkan sebelum dan
sesudah pelayanan dengan cairan disinfektan.
4. Sediakan fasilitas mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau hand sanitizer.
5. Atur meja pelayanan antar petugas agar menjaga jarak aman 1-2 meter.
6. Sediakan tempat duduk bagi sasaran imunisasi dan orang tua atau pengantar untuk
menunggu, dengan jarak aman antar tempat duduk 1 – 2 meter.
7. Atur tempat/ ruang tunggu sasaran yang sudah dan belum imunisasi secara terpisah. Jika
memungkinkan tempat untuk menunggu di tempat terbuka.
8. Sediakan jalan masuk dan keluar terpisah bagi sasaran imunisasi dan orang tua atau
pengantar. Apabila tidak tersedia, atur agar sasaran imunisasi dan orang tua atau
pengantar keluar dan masuk secara bergantian.

6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi


PERSIAPAN PETUGAS PELAYANAN IMUNISASI

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas Cikalong
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : dr. Asep Suhandi
Penata / III C
NIP. 19740709 201412 1 001

1. Pengertian Persiapan petugas pelayanan imunisasi adalah langkah langkah atau tata cara yang
dilakukan petugas sebelum melakukan pelayanan imunisasi. Petugas yang melaksanakan
pelayanan imunisasi adalah dokter, bidan dan perawat.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Persiapan Petugas Pelayanan
Imunisasi.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehata
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI tahun
2020

5. Prosedur/ Langkah- Langkah-langkah umum persiapan petugas pelayanan imunisasi :


langkah 1. Pastikan diri dan petugas kesehatan lainnya dalam keadaan sehat untuk memberikan
pelayanan (tidak demam, batuk, pilek, dan lain-lain).
2. Petugas wajib cuci tangan pakai sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer sebelum dan sesudah menangani vaksin, logistik imunisasi dan pelayanan
imunisasi.
3. Gunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan prinsip PPI sebelum memulai pelayanan:
a. Masker medis
b. Sarung tangan
Sarung tangan harus diganti untuk setiap satu sasaran yang diimunisasi. Bila sarung
tangan tidak tersedia, petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir/ hand
sanitizer setiap sebelum dan sesudah melakukan imunisasi kepada setiap sasaran.
c. Gown
6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi
PENANGANAN VAKSIN

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman :
(Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati
atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin
mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang
ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan penanganan vaksin.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehata
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.


2. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI tahun
2020

5. Prosedur/ Langkah- 1. Penyimpanan Vaksin di puskesmas :


langkah a. Semua vaksin disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada vaccine refrigerator
b. Peletakan dus vaksin mempunyai jarak antara minimal 1-2 cm atau satu jari tangan
c. Vaksin Heat sensitive (BCG, Campak/MR, bOPV) diletakkan dekat dengan
evaporator.
d. Vaksin Freeze sensitive (HB-0, DPT/HB/Hib, DT, Td, TT, PCV dan IPV)
diletakkan jauh dengan evaporator.

2. Penanganan vaksin di unit pelayanan


a. Di puskesmas dan unit pelayanan statis lainnya (RS, Klinik Bersalin, Dokter/Bidan
Praktek Swasta).
1) Vaksin disimpan dalam vaccine carrier yang diberi kotak dingin cair (cool
pack).
2) Penyimpanan vaccine carrier di meja yang tidak terkena sinar matahari
langsung.
3) Dalam penggunaan, letakkan vaksin yang sudah dibuka diatas spon/ busa yang
berada di dalam vaccine carrier. Untuk vaksin yang belum dibuka tetap berada
di bagian bawah spon dalam vaccine carrier.
4) Di dalam vaccine carrier tidak boleh ada air yang merendam vaksin.
5) Vaksin sisa dari vial yang sudah dibuka pada pelayanan statis (kecuali
Campak/MR dan BCG) bisa digunakan pada pelayanan hari berikutnya.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah:
a) Diberi keterangan tanggal pembukaan vial vaksin
b) Disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C
c) Vaccine Vial Monitor (VVM) dalam kondisi A atau B
d) Belum kadaluwarsa
e) Belum melampaui batas masa pemakaian
f) Tidak terendam air selama penyimpanan

b. Di Posyandu dan komponen lapangan lainnya. Pada prinsipnya sama seperti di


komponen statis, dan intinya vaksin tetap berada pada suhu 2 0 s/d 80 C. beberapa hal
yang perlu diperhatikan:
1) Sepulang dari lapangan, sisa vaksin yang belum dibuka diberi tanda “K”
(Kembali) dan disimpan di bagian paling atas untuk didahulukan
penggunaannya pada jadwal pelayanan berikutnya selama VVM nya masih
baik.
2) Semua sisa vaksin yang sudah dibuka pada kegiatan lapangan misalnya pada
posyandu, sekolah, atau pelayanan di luar gedung lainnya tidak boleh
digunakan dan dibuang ke limbah medis.
3. Penanganan vaksin selama pelaksanaan imunisasi
a. Setiap vaccine carrier harus dilengkapi dengan alat pengukur suhu dan cool pack.
b. Hindarkan vaccine carrier yang berisi vaksin dari sinar matahari langsung.
c. Sebelum sasaran datang, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam vaccine carrier
yang tertutup rapat.
d. Jika sasaran imunisasi sudah datang, maka vaksin dilarutkan dengan jenis pelarut
yang sesuai, hindari mengisi Auto Disable Syringe (ADS) sebelum sasaran datang
(Prefilling).
e. Pada saat melarutkan vaksin, suhu vaksin dan pelarut harus sama.
f. Vaksin MR dan BCG yang sudah dilarutkan diberi label yang berisi waktu
pelarutan. Setelah dilarutkan, vaksin BCG hanya boleh digunakan selama 3 jam,
dan vaksin campak-rubella/ MR selama 6 jam.
g. Vaksin yang lainnya, setelah dibuka harus diberi label yang ditulis tanggal dibuka.
h. Tidak diperkenankan membuka vial baru sebelum vial yang sudah dibuka habis.

4. Mengeluarkan vaksin dan pelarut dari cold chain


a. Tentukan berapa banyak vial vaksin yang dibutuhkan untuk pelayanan.
b. Buka cold chain, periksa freeze tag atau fridge tag dan thermometer untuk
mengetahui keadaan vaksin sebelumnya.
c. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai kondisi VVM, tanggal kadaluarsa/early expired
first out (EEFO), yang masuk duluan dikeluarkan lebih dulu/first in first out (FIFO).

5. Memeriksa apakah vaksin aman diberikan


Sebelum memberikan vaksin, harus dipastikan bahwa vaksin yang akan diberikan masih
baik, dengan melakukan langkah-langkah berikut :
a. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunakan vaksin atau
pelarut tersebut.
b. Periksa alat pemantau vaksin (VVM).
c. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika telah melewati
tanggal kadaluarsa.
d. Periksa alat pemantau suhu beku (freeze tag) dalam lemari es.
Jika freeze tag menunjukkan tanda silang, berarti pernah terjadi penyimpangan suhu
(dibawah 2oc) selama lebih dari 60 menit. Pada kondisi tersebut, diduga pernah
terjadi pembekuan pada vaksin yang sensitif beku seperti DT, Td, HB-0,
DPT/HB/Hib, PCV dan IPV. Untuk memastikan vaksin dalam kondisi baikatau
rusak, maka sebaiknya dilakukan shake test (uji kocok). Langkah-langkah uji kocok
:
1) Pilih satu dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai pernah beku, utamakan
yang dekat dengan evaporator atau bagian lemari es yang paling dingin. Beri
label “Tersangka Beku”. Bandingkan dengan vaksin dari tipe dan batch yang
sama yang sengaja dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label
“Dibekukan”.
2) Biarkan contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka beku” sampai
mencair seluruhnya.
3) Kocok contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku”secara
bersamaan.
4) Kemudian taruh berdekatan, dan diamkan.
5) Amati contoh vaksin “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku”,utk
membandingkan lamanya waktu pengendapan (5 – 30 mnt)
6) Jika :
 Pengendapan vaksin “Tersangka Beku” lebih lambat dari contoh vaksin
“Dibekukan”, maka vaksin boleh digunakan.
 Pengendapan vaksin “Tersangka Beku” sama atau lebih cepat dari pada
contoh vaksin “Dibekukan”, maka vaksin tidak boleh digunakan (vaksin sudah
rusak).
Harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch dan jenis
vaksinnya dengan kontrol “Dibekukan” yang sesuai.
6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi
PEMELIHARAAN COLD CHAIN

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman :
(Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Pemeliharaan Cold Chain adalah tata cara yang perlu dilakukan dalam pemeliharaan sarana
peralatan Cold Chain untuk mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Pemeliharaan Cold Chain

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehata
Kabupaten Bandung.

4. Referensi Permenkes RI No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.

5. Prosedur/ Langkah- 1. Pemeliharaan Harian


langkah a. Lakukan pengecekan suhu dengan menggunakan thermometer atau alat pemantau
suhu digital setiap pagi dan sore, termasuk hari libur.
b. Periksa apakah terjadi bunga es dan periksa ketebalan bunga es. Apabila bunga es
lebih dari 0,5 cm lakukan defrosting (pencairan bunga es).
c. Periksa apakah terdapat cairan pada dasar vaccine refrigerator. Apabila terdapat
cairan harus segera dibersihkan atau dibuang.
d. Lakukan pencatatan langsung setelah pengecekan suhu pada thermometer atau
pemantau suhu dikartu pencatatan suhu setiap pagi dan sore.

2. Pemeliharaan Mingguan
a. Periksa steker jangan sampai kendor, bila kendor gunakan obeng untuk
mengencangkan baut.
b. Lakukan pengamatan terhadap tanda-tanda steker hangus dengan melihat perubahan
warna pada steker, jika itu terjadi gantilah steker dengan yang baru.
c. Lepaskan steker dari stop kontak, agar tidak terjadi konsleting saat membersihkan
badan vaccine refrigerator.
d. Bersihkan badan vaccine refrigerator dengan lap basah atau kuas yang lembut/ spon
busa dan sabun.
e. Keringkan kembali badan vaccine refrigerator dengan lap kering.
f. Selama membersihkan badan vaccine refrigerator, jangan membuka pintu vaccine
refrigerator agar suhu tetap terjaga 2°C s.d. 8°C
g. Setelah selesai membersihkan badan vaccine refrigerator colok kembali steker.
h. Catat kegiatan pemeliharaan mingguan pada kartu pemeliharaan vaccine refrigerator.

3. Pemeliharaan Bulanan
a. Vaksin yang berada dalam vaccine refrigerator yang akan dibersihkan dipindahkan
terlebih dahulu ke tempat penyimpanan vaksin sementara yang telah dikondisikan
suhunya.
b. Lepaskan steker dari stop kontak, agar tidak terjadi konsleting saat melakukan
pencairan bunga es (defrosting).
c. Bersihkan kondensor pada vaccine refrigerator model terbuka menggunakan sikat
lembut atau tekanan udara. Pada model tertutup hal ini tidak perlu dilakukan.
d. Periksa kerapatan pintu dengan menggunakan selembar kertas, bila kertas sulit ditarik
berarti karet pintu masih baik, sebaliknya bila kertas mudah ditarik berarti karet
sudah sudah mengeras atau kaku. Olesi karet pintu dengan bedak atau minyak goreng
agar kembali lentur.
e. Periksa steker jangan sampai kendor, bila kendor gunakan obeng untuk
mengencangkan baut.
f. Selama membersihkan badan vaccine refrigerator, jangan membuka pintu vaccine
refrigerator agar suhu tetap terjaga 2°C s.d. 8°C.
g. Setelah selesai membersihkan badan vaccine refrigerator colok kembali steker.
h. Catat kegiatan pemeliharaan bulanan pada kartu pemeliharaan vaccine refrigerator.
6. Unit terkait Puskesmas
PEMBERIAN IMUNISASI HB-0

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman :
(Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Imunisasi HB-0 diberikan kepada bayi baru lahir (0-7 hari) untuk memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit Hepatitis B.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian imunisasi HB-0

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehata
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI tahun
2020
4. Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas, Kementrian Kesehatan RI, tahun
2013.
5. Prosedur/ Langkah- 1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
langkah sanitizer;
2. Petugas menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
 Memastikan usia bayi adalah 0-7 hari;
 Menanyakan identitas bayi, nama orang tua, tanggal lahir, riwayat persalinan dan
status pemberian Vitamin K;
4. Petugas melihat keadaan umum bayi;
5. Petugas melakukan penimbangan bayi;
6. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh;
7. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontra indikasi, melakukan langkah selanjutnya.
8. Petugas melakukan konseling tentang manfaat imunisasi HB-0, cara penyuntikan,
kemungkinan reaksi/efek samping setelah penyuntikan.
9. Petugas menyiapkan vaksin HB-0, memeriksa tanggal kadaluarsa dan VVM (Vaksin
Vial Monitor).
10. Petugas mengaktifkan alat suntik PID (prefilled injection device) dengan menekan
pelindung (penutup) jarum ke pangkal agar jalan cairan antara wadah yang berisi
vaksin dengan jarum terbuka.
11. Petugas mempersiapkan posisi yang aman, membersihkan daerah penyuntikan dengan
kapas alkohol atau kapas air DTT. Tunggu hingga alkohol mengering.
12. Petugas melakukan penyuntikan pada bagian anterolateral paha kiri atas, pastikan tidak
mengenai pembuluh darah (tidak ada darah yang masuk kedalam spuit, apabila terdapat
darah segera cabut dan ganti dengan yang baru), teknik penyuntikan secara intra
muskular dengan menekan jarum dengan sudut 90oC.

13. Petugas mencabut jarum setelah penyuntikan, menekan bekas suntikan dengan kapas
kering apabila keluar darah.
14. Petugas membuang spuit dan benda tajam ke dalam safety box tanpa melakukan
recapping, kapas dibuang di sampah medis.
15. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau adanya KIPI.
16. Petugas merapikan alat-alat.
17. Petugas mencuci tangan.
18. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.

Catatan :
Pemberian imunisasi ditunda apabila :
a. Berat badan kurang dari 2000 gram
b. Belum mendapatkan vitamin K
c. Bayi demam lebih dari 37,50C
d. Terdapat tanda bahaya pada bayi baru lahir

6. Unit terkait Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi


PEMBERIAN IMUNISASI BCG

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman :
(Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Vaksin BCG merupakan vaksin beku kering yang mengandung Mycobacterium bovis hidup
yang dilemahkan (Bacillus Calmette Guerin), untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tuberculosis. Vaksin BCG diberikan untuk bayi usia 1 bulan – 11 bulan.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memberikan imunisasi BCG pada bayi.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehata
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI tahun
2020
4. Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas, Kementrian Kesehatan RI, tahun
2013.
5. Prosedur/ Langkah- 1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
langkah sanitizer;
2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
 Menyakan identitas anak, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya.
 Memastikan usia bayi adalah 1 bulan -11 bulan.
3. Petugas melihat keadaan umum anak
4. Petugas melakukan penimbangan
5. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh.
6. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontra indikasi, melakukan langkah selanjutnya.
7. Petugas melakukan konseling tentang manfaat imunisasi BCG, cara penyuntikan,
kemungkinan reaksi/efek samping setelah penyuntikan.
8. Petugas melarutkan vaksin BCG dengan pelarut yang sesuai dengan menggunakan
ADS 1 ml (vaksin dapat digunakan maximal 3 jam setelah dari dilarutkan).
9. Petugas mempersiapkan posisi yang aman dan nyaman untuk bayi dan petugas.
10. Petugas membersihkan daerah penyuntikan dengan kapas DTT.
11. Petugas melakukan penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,05 cc menggunakan
ADS yang tersedia.
12. Petugas melakukan penyuntikan pada lengan kanan atas secara intra cutan pada daerah
Musculus Deltoideus dengan menekan jarum ke dalam dengan sudut 15 o. Memegang
suntikan dengan jarum menghadap keatas, pastikan posisi tepat, dan letakkan ibu jari
kiri pada ujung bawah alat suntik dekat jarum, tanpa menyentuh jarum.
13. Petugas membuang ADS dan benda tajam ke dalam safety box tanpa melakukan
recaping, kapas dibuang di sampah medis
14. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau apabila terjadi KIPI
15. Petugas merapikan alat-alat.
16. Petugas mencuci tangan.
17. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.

Catatan :
Jika suntikan intrakutan diberikan secara tepat, alat penyedot akan sulit didorong. Jika
vaksin mudah masuk petugas mungkin menyuntik terlalu dalam. Segera hentikan suntikan,
betulkan posisi jarum, dan berikan sisa dosis, tetapi tidak ditambah lagi. Jika suntikan BCG
tepat, akan timbul pembengkakan dengan puncak yang datar (flat-topped) pada kulit.
Pembengkakan ini kelihatan pucat dengan lubang sangat kecil seperti kulit jeruk. Jika teknik
yang digunakan tidak tepat, vaksin akan masuk dengan mudah dan tidak terlihat adanya
pembengkakan.
6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi
PEMBERIAN IMUNISASI OPV

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman :
(Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Imunisasi OPV (Oral Polio Vaccine) diberikan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit Polio secara oral. Vaksin polio merupakan vaksin hidup yang dilemahkan. Vaksin
OPV diberikan pada bayi usia 1 bulan – 11 bulan.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian imunisasi OPV.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI
tahun 2020
4. Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas, Kementrian Kesehatan RI, tahun
2013.

5. Prosedur/ Langkah- 1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
langkah sanitizerl
2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
 Menyakan identitas anak, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya.
 Memastikan usia bayi adalah 1-11 bulan.
4. Petugas melihat keadaan umum bayi;
5. Petugas melakukan penimbangan bayi;
6. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh;
7. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontra indikasi, melakukan langkah selanjutnya;
8. Petugas melakukan konseling tentang manfaat imunisasi OPV, kemungkinan
reaksi/efek samping setelah pemberian;
9. Petugas menyiapkan vaksin, memeriksa tanggal kadaluarsa dan VVM (Vial
Vaccine Monitor)
10. Petugas membuka vial vaksin OPV dan memasang penetes (dropper).
11. Petugas mempersiapkan posisi yang aman.
12. Petugas memberikan 2 tetes vaksin polio per oral.

13. Petugas membuang sisa vaksin OPV yang sudah tidak bisa digunakan ke tempat
sampah medis.
14. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah pemberian untuk memantau apabila terjadi KIPI.
15. Petugas merapikan alat-alat.
16. Petugas mencuci tangan.
17. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.

6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi


PEMBERIAN IMUNISASI IPV

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman :
(Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Imunisasi IPV (Inactived Poliovirus Vaccine) diberikan untuk memberikan kekebalan aktif
terhadap penyakit Polio. Vaksin IPV berisi komponen virus yang telah dimatikan. Vaksin
diberikan pada bayi usia 4 bulan – 11 bulan.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian imunisasi IPV.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI
tahun 2020
4. Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas, Kementrian Kesehatan RI, tahun
2013.

5. Prosedur/ Langkah-
langkah 1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer;
2. Petugas menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
 Menanyakan identitas bayi, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya.
 Memastikan usia bayi adalah 4 bulan – 11 bulan.
4. Petugas melihat keadaan umum bayi.
5. Petugas melakukan penimbangan bayi.
6. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh.
7. Petugas melakukan konseling tentang manfaat imunisasi IPV, cara penyuntikan,
kemungkinan reaksi/efek samping setelah penyuntikan.
8. Petugas mempersiapkan posisi yang aman, membersihkan daerah penyuntikan dengan
kapas alkohol.
9. Petugas menyiapkan vaksin, memeriksa tanggal kadaluarsa dan VVM, melakukan
penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,5 cc menggunakan ADS yang tersedia .
10. Petugas melakukan penyuntikan pada paha kiri atas secara intra muskuler pada daerah
paha anterolateral dengan menekan jarum ke dalam dengan sudut 90 o, pastikan jarum
tidak masuk ke pembuluh darah ( tidak ada darah yang masuk ke dalam ADS, apabila
terdapat darah segera cabut dan ganti dengan yang baru);

11. Petugas tidak melakukan aspirasi, dorong vaksin masuk, jarum ditarik keluar,
kemudian menekan bekas suntikan dengan kapas kering bila berdarah.
12. Petugas membuang ADS ke dalam safety box tanpa melakukan recaping, kapas
dibuang di sampah medis.
13. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau apabila terjadi KIPI.
14. Petugas merapikan alat-alat.
15. Petugas mencuci tangan.
16. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.

6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi


PEMBERIAN IMUNISASI DPT-HB-HiB

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman :
(Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Imunisasi DPT-HB-HiB diberikan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, dan Haemophilus Influenza tipe B. Vaksin DPT-HB-
HiB diberikan pada bayi usia 2 bulan - 11 bulan dan usia 18 bulan – 24 bulan.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian imunisasi DPT-HB-HiB.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI
tahun 2020
4. Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas, Kementrian Kesehatan RI, tahun
2013.

5. Prosedur/ Langkah-
langkah
1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer;
2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diriyang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
 Menanyakan identitas bayi/anak, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya.
 Memastikan usia bayi/anak, apakah termasuk sasaran pelayanan imunisasi bayi usia
2 bulan – 11 bulan yaitu DPT-HB-HiB (1-3) atau lanjutan usia 18 bulan-24 bulan
untuk pelayanan imunisasi DPT-HB-HiB booster.
4. Petugas melihat keadaan umum bayi/anak.
5. Petugas melakukan penimbangan bayi/anak.
6. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh.
7. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontra indikasi, melakukan langkah selanjutnya.
8. Petugas melakukan konseling tentang manfaat imunisasi DPT-HB-HiB, cara
penyuntikan, kemungkinan reaksi/efek samping setelah penyuntikan.
9. Petugas mempersiapkan posisi yang aman, membersihkan daerah penyuntikan dengan
kapas alkohol atau kapas DTT. Tunggu hingga alkohol mengering.
10. Petugas menyiapkan vaksin, memeriksa tanggal kadaluarsa dan VVM, melakukan
penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,5 cc menggunakan ADS yang tersedia
11. Petugas melakukan penyuntikan pada paha atas secara intra muskuler pada daerah paha
anterolateral dengan menekan jarum ke dalam dengan sudut 90 o, pastikan jarum tidak
masuk ke pembuluh darah (tidak ada darah yang masuk kedalam ADS, apabila terdapat
darah segera cabut dan ganti dengan yang baru);

12. Petugas tidak melakukan aspirasi, dorong vaksin masuk, jarum ditarik keluar,
kemudian menekan bekas suntikan dengan kapas kering bila berdarah.

13. Petugas membuang ADS ke dalam safety box tanpa melakukan recaping, kapas
dibuang di tempat sampah medis.
14. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau apabila terjadi KIPI.
15. Petugas merapikan alat-alat.
16. Petugas mencuci tangan.
17. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.
6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi
PEMBERIAN IMUNISASI MR

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : (Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Imunisasi Measles Rubella (MR) diberikan untuk memberikan kekebalan aktif terhadap
penyakit Campak dan Rubella. Vaksin MR merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan. Vaksin diberikan pada usia 9 sampai dengan 11 bulan, lanjutan pada usia 18
sampai dengan 24 bulan dan anak usia sekolah dasar kelas 1.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian imunisasi MR .

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI tahun
2020
4. Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas, Kementrian Kesehatan RI, tahun
2013

5. Prosedur/ Langkah-
langkah

1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer;
2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
 Menanyakan identitas bayi/anak, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya;
 Memastikan usia bayi/anak adalah :
- Usia 9 bulan - < 12 bulan untuk imunisasi MR rutin
- Usia 18 bulan - 24 bulan atau jarak minimal 6 bulan dari imunisasi MR rutin
bagi sasaran yang akan diberikan booster imunisasi MR;
- Kelas 1 SD untuk sasaran imunisasi MR program BIAS (Bulan Imunisasi Anak
Sekolah).
4. Petugas melihat keadaan umum bayi/anak;
5. Petugas melakukan penimbangan bayi/anak;
6. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh;
7. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontra indikasi, melakukan langkah selanjutnya;
8. Petugas melakukan konseling tentang manfaat imunisasi MR, cara penyuntikan,
kemungkinan reaksi/efek samping setelah penyuntikan.
9. Petugas melarutkan vaksin MR dengan pelarut menggunakan ADS 5 ml (vaksin dapat
digunakan sampai 6 jam setelah dilarutkan)
10. Petugas mempersiapkan posisi yang aman, membersihkan daerah penyuntikan dengan
kapas alkohola atau kapas DTT. Tunggu hingga alkohol mengering;
11. Petugas melakukan penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,5 cc menggunakan
ADS yang tersedia.
12. Petugas melakukan penyuntikan pada lengan kiri atas secara sub cutan pada daerah
Musculus Deltoideus dengan menekan jarum ke dalam dengan sudut 45o. pastikan
jarum tidak masuk ke pembuluh darah (tidak ada darah yang masuk kedalam ADS,
apabila
13. Petugas menekan bekas suntikan, dengan kapas kering.
14. Petugas membuang ADS dan benda tajam ke dalam safety box tanpa melakukan
recaping, kapas dibuang di tempat sampah medis.
15. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau apabila terjadi KIPI.
16. Petugas merapikan alat-alat.
17. Petugas mencuci tangan.
18. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.

6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi


PEMBERIAN IMUNISASI PCV

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : (Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Imunisasi PCV (Pneumococcal Conjugate Vaccine) diberikan untuk memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit pneumonia pada bayi dan balita. Vaksin diberikan pada bayi usia 2
bulan – 11 bulan dan balita usia 12 bulan - 24 bulan.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian imunisasi PCV.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI
tahun 2020
4. Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas, Kementrian Kesehatan RI, tahun
2013.
5. Petunjuk Teknis Pemberian Imunisasi PCV 2020.

5. Prosedur/ Langkah-
langkah 1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer;
2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
 Menanyakan identitas bayi/anak, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya.
 Memastikan usia bayi, apakah termasuk pelayanan imunisasi bayi yaitu PCV (1-2)
usia 2 bulan -11 bulan atau PCV 3 usia 12 bulan-24 bulan.
4. Petugas melihat keadaan umum bayi/anak.
5. Petugas melakukan penimbangan bayi/anak.
6. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh.
7. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontra indikasi, melakukan langkah selanjutnya.
8. Petugas melakukan konseling tentang manfaat imunisasi PCV, cara penyuntikan,
kemungkinan reaksi/efek samping setelah penyuntikan.
9. Petugas mempersiapkan posisi yang aman, membersihkan daerah penyuntikan dengan
kapas alkohol.
10. Petugas menyiapkan vaksin, memeriksa tanggal kadaluarsa dan VVM, melakukan
penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,5 cc menggunakan ADS yang tersedia .
11. Petugas melakukan penyuntikan pada paha kiri atas secara intra muskuler pada daerah
paha anterolateral dengan menekan jarum ke dalam dengan sudut 90 o, pastikan jarum
tidak masuk ke pembuluh darah (tidak ada darah yang masuk kedalam ADS, apabila
terdapat darah segera cabut dan ganti dengan yang baru);

12. Petugas tidak melakukan aspirasi, dorong vaksin masuk, jarum ditarik keluar,
kemudian menekan bekas suntikan dengan kapas kering bila berdarah.
13. Petugas membuang ADS ke dalam safety box tanpa melakukan recaping, kapas
dibuang di tempat sampah medis.
14. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau apabila terjadi KIPI.
15. Petugas merapikan alat-alat.
16. Petugas mencuci tangan.
17. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.

6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi


PEMBERIAN IMUNISASI DT-Td

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : (Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Imunisasi DT (Difteri Tetanus) – Td (Tetanus Difteri) diberikan untuk memberikan


kekebalan aktif terhadap penyakit Difteri dan Tetanus. Vaksin DT diberikan pada anak usia
sekolah dasar kelas 1 , Td diberikan pada Calon Pengantin (Catin), Ibu Hamil, dan anak
usia sekolah dasar kelas 2 dan kelas 5.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pemberian imunisasi Difteri dan Tetanus

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI
tahun 2020
4. Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas, Kementrian Kesehatan RI, tahun
2013.

5. Prosedur/ Langkah-
langkah 1. Petugas mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer;
2. Petugas menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) yang sesuai;
3. Petugas melakukan anamnesa yang terdiri dari :
 Menanyakan identitas sasaran, umur, pelayanan jenis imunisasi sebelumnya.
 Memastikan sasaran:
- Kelas 1 SD mendapatkan vaksin DT
- Kelas 2 dan 5 SD mendapatkan vaksin TD
- Catin, Ibu hamil mendapat vaksin TD
4. Petugas melihat keadaan umum sasaran;
5. Petugas melakukan pengukuran suhu tubuh;
6. Apabila kondisi baik dan tidak ada kontra indikasi, melakukan langkah selanjutnya;
7. Petugas mempersiapkan posisi yang aman, membersihkan daerah penyuntikan dengan
kapas alkohol atau kapas DTT. Tunggu hingga alkohol mengering;
8. Petugas melakukan penyedotan vaksin dari vial dengan dosis 0,5 cc menggunakan
ADS yang tersedia.
9. Petugas melakukan penyuntikan pada lengan kiri atas secara intra muskular pada
daerah Musculus Deltoideus dengan menekan jarum ke dalam dengan sudut 90o,
pastikan jarum tidak masuk ke pembuluh darah (tidak ada darah yang masuk kedalam
ADS, apabila terdapat darah segera cabut dan ganti dengan yang baru)

10. Petugas menekan bekas suntikan, dengan kapas kering bila berdarah.
11. Petugas membuang ADS ke dalam safety box tanpa melakukan recaping, kapas
dibuang di tempat sampah medis.
12. Petugas meminta pengantar atau orangtua untuk tidak meninggalkan tempat imunisasi
30 menit setelah penyuntikan untuk memantau apabila terjadi KIPI.

13. Petugas merapikan alat-alat.


14. Petugas mencuci tangan.
15. Petugas melakukan pencatatan dan dokumentasi pelayanan.

6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi


PENYUNTIKAN 2 JENIS VAKSIN

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : (Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Penyuntikan 2 jenis vaksin (Double Injections) atau suntikan ganda adalah pemberian 2
jenis suntikan vaksin dalam satu kali kunjungan.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan pemberian penyuntikan


ganda

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI
tahun 2020
2. Petunjuk Teknis Pemberian Imunisasi PCV tahun 2020.

5. Prosedur/ Langkah- Ada 4 langkah untuk mengelola imunisasi ganda


langkah 1. Explain ( Jelaskan )
a. Menjelaskan suntikan ganda akan aman dengan penuh percaya diri
b. Menjelaskan manfaat dari suntikan ganda : melindungi anak sesegera mungkin,
mengurangi jumlah kunjungan, meminimalisir resiko hilangnya kesempatan untuk
mendapatkan vaksin dan memfasilitasi imunisasi catch up (kejar).
c. Menjelaskan efek samping seperti demam dan nyeri ditempat suntikan dan cara
mengatasinya.
d. Bila pengantar atau orangtua merasa keberatan dengan suntikan ganda, tetap
berikan satu suntikan lalu tentukan jadwal ulang untuk vaksin berikutnya.

2. Administer ( Berikan )
a. Menggunakan 1 ADS untuk masing-masing suntikan
b. Menggunakan anggota tubuh yang berbeda untuk masing-masing suntikan. Jika
harus 2 suntikan ke anggota tubuh yang sama diperlukan memisahkan lokasi
penyuntikan setidaknya 2,5 cm atau sekitar lebar 2 jari.

c. Lokasi penyuntikan mempertimbangkan


 Anak sudah bisa jalan atau belum, bila anak sudah bisa berjalan maka tempat
penyuntikan sebaiknya di lengan
 Ketebalan massa otot lengan. Bila massa otot lengan tipis maka imunisasi
sebaiknya disuntikkan di paha.
d. Tidak melakukan aspirasi saat penyuntikan.
e. Memperhatikan jarak waktu pemberian vaksin in-aktif dan vaksin aktif, vaksin in-
aktif dapat diberikan bersama-sama pada kunjungan yang sama sebelum atau
sesudah vaksin in-aktif atau vaksin aktif lainnya.
f. Vaksin aktif harus diberikan atau dipisahkan dengan interval 4 minggu. Kecuali
OPV dapat diberikan kapan saja sebelum bersamaan atau setelah vaksin aktif
lainnya

3. Minimize ( Minimalkan rasa sakit )


a. Petugas harus tenang, percaya diri dan menghargai perasaan pengantar atau
orangtua.
b. Pastikan posisi anak dengan posisi yang benar.
 Untuk bayi dan anak kecil, posisi anjuran digendong oleh pengasuhnya
sedangkan untuk anak yang lebih besar duduk dengan tegak.
 Alihkan perhatian bayi/anak dengan menyusui, mainan, buku dan bernyanyi.
Untuk anak yang lebih besar bisa dengan menahan nafas atau batuk.
c. Mulailah dengan vaksin oral lalu berikan dalam urutan peningkatan rasa sakit
(paling tidak sakit lebih dulu lalu paling sakit terakhir).

4. Schedule (Jadwalkan kunjungan ulang)


a. Menghitung waktu yang tepat untuk dosis berikutnya;
b. Ingat interval minimal untuk antigen yang sama adalah 4 minggu;
c. Mengkomunikasikan dengan jelas kepada pengantar atau orangtua untuk kunjungan
berikutnya berisi tanggal dan jamnya di buku catatan.

6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi


PENYUNTIKAN LEBIH DARI 2 JENIS VAKSIN

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : (Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Suntikan Ganda (Multiple Injections) adalah pemberian lebih dari satu jenis imunisasi
dalam satu kali kunjungan
2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Penyuntikan Ganda lebih
dari 2 jenis vaksin.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan
Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung.
4. Referensi Petunjuk Teknis Pemberian Imunisasi PCV tahun 2020.
5. Prosedur/ Langkah- Ada 4 langkah untuk mengelola Imunisasi Ganda
langkah 1. Explain ( Jelaskan )
a. Menjelaskan suntikan ganda akan aman dengan penuh percaya diri
b. Menjelaskan manfaat dari suntikan ganda : melindungi anak sesegera
mungkin, mengurangi jumlah kunjungan, meminimalisir resiko hilangnya
kesempatan untuk mendapatkan vaksin dan memfasilitasi imunisasi catch up
(kejar).
c. Menjelaskan efek samping seperti demam dan nyeri ditempat suntikan dan
cara mengatasinya.
d. Bila pengantar atau orangtua merasa keberatan dengan suntikan ganda, tetap
berikan satu suntikan lalu tentukan jadwal ulang untuk vaksin berikutnya.

2. Administer ( Berikan )
a. Menggunakan 1 (satu) ADS untuk masing-masing suntikan
b. Menggunakan anggota tubuh yang berbeda untuk masing-masing suntikan.
Jika harus memberikan suntikan ke anggota tubuh yang sama, diperlukan
untuk memisahkan lokasi penyuntikan setidaknya 2,5 cm atau sekitar lebar 2
jari.
c. Lokasi penyuntikan mempertimbangkan :
 Anak sudah bisa jalan atau belum, bila anak sudah bisa berjalan maka
tempat penyuntikan sebaiknya di lengan
 Ketebalan massa otot lengan. Bila massa otot lengan tipis maka imunisasi
sebaiknya disuntikkan di paha.
d. Tidak melakukan aspirasi saat penyuntikan

e. Memperhatikan jarak waktu pemberian vaksin in-aktif dan vaksin aktif,


 vaksin in-aktif dapat diberikan bersama-sama pada kunjungan yang sama
sebelum atau sesudah vaksin in-aktif atau vaksin aktif lainnya
 vaksin aktif harus diberikan atau dipisahkan dengan interval 4 minggu.
Kecuali OPV dapat diberikan kapan saja sebelum bersamaan atau setelah
vaksin aktif lainnya

3. Minimize ( minimalkan rasa sakit ) dengan cara :


a. Petugas harus tenang, percaya diri dan menghargai perasaan pengantar atau
orangtua.
b. Pastikan posisi anak dengan posisi yang benar.
 Untuk bayi dan anak kecil, posisi anjuran digendong oleh pengasuhnya
sedangkan untuk anak yang lebih besar duduk dengan tegak.
 Alihkan perhatian bayi/anak dengan menyusui, mainan, buku dan bernyanyi.
Untuk anak yang lebih besar bisa dengan menahan nafas atau batuk.
c. Mulailah dengan vaksin oral lalu berikan dalam urutan peningkatan rasa sakit
(paling tidak sakit lebih dulu lalu paling sakit terakhir).

4. Schedule (Jadwalkan kunjungan ulang)


a. Menghitung waktu yang tepat untuk dosis berikutnya;
b. Ingat interval minimal untuk antigen yang sama adalah 4 minggu;
c. Mengkomunikasikan dengan jelas kepada pengantar atau orangtua untuk kunjungan
berikutnya berisi tanggal dan jamnya di buku catatan.
6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi
PEMBUANGAN LIMBAH MEDIS IMUNISASI

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : (Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Limbah medis adalah segala jenis sampah yang mengandung bahan infeksius (atau bahan
yang berpotensi infeksius).

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah pembuangan limbah medis imunisasi.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehata
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. UU no 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2. UU no 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup
3. Peraturan pemerintah RI No. 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan
berbahaya beracun
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.30 Tahun 2009 tentang pengawasan
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun
5. Permen-LH No.56 tahun 2015 tentang tata cara dan persyaratan teknis pengelolaan
limbah bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes)
6. Peraturan Menteri Kesehatan No.27 tahun 2017 Tentang Pedoman da
7. Peraturan Menteri Kesehatan No.43 tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas)
8. Petunjuk Teknis Pelayanan Puskesmas Pada Masa Pandemi Covid-19

5. Prosedur/ Langkah- 1. Puskesmas mengadakan perjanjian kerjasama pengelolaan limbah medis dengan
langkah pihak ke-3 pengelola limbah medis;
2. Petugas mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, sarung tangan, gaun,
dan sepatu boot;
3. Petugas menyiapkan plastik kuning, tempat sampah, dan Safety box.
4. Petugas melapisi tempat sampah dengan plastik kuning.
5. Petugas memasukan spuit dan jarum yang telah digunakan kedalam safety box.
Safety box yang telah terisi hingga ¾ penuh selanjutnya dibawa ke TPS limbah
medis Puskesmas;
6. Petugas memasukan limbah botol vaksin/ampul/vial, cairan sisa vaksin, alkohol
swab, kapas DTT, masker, sarung tangan, dan gaun sekali pakai kedalam plastik
kuning, kemudian diikat dan dibawa ke TPS limbah medis Puskesmas;
7. Petugas memasukan gaun reusable bekas pakai kedalam plastik kuning lainnya dan
diangkut ke ruangan linen untuk dilakukan pencucian dan penjemuran, kemudian
disimpan untuk digunakan kembali.
8. Limbah medis yang sudah terkumpul di TPS Puskesmas selanjutnya menunggu
jadwal penjemputan oleh pihak ke-3 pengelola limbah medis untuk diangkut dan
dimusnahkan;
9. Petugas melakukan penimbangan dan pencatatan limbah medis imunisasi di Logbook.

6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu dan Pos Imunisasi


PEMELIHARAAN SUHU COOL BOX (VACCINE CARRIER)

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : (Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Pemeliharaan suhu bertujuan menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai
didistribusikan ke tingkat berikutnya.
Cool box/vaccine carrier: Suatu alat untuk menyimpan sementara dan membawa vaksin
dari Puskesmas ke Posyandu atau ke tempat pelayanan imunisasi lainnya.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mempertahankan suhu cool


box/vaccine carrier pada suhu 2-80C.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi


2. Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2013.

5. Prosedur/ Langkah- a. Pastikan cool box/vaccine carrier dalam keadaan bersih sebelum digunakan;
langkah b. Tentukan jumlah vaksin yang akan disimpan dalam cool box/vaccine carrier yang
akan digunakan;
c. Siapkan cool pack dengan jumlah yang cukup;
d. Sertakan alat pengukur suhu untuk kontrol suhu agar tetap di 2-8 ˚C;
e. Saat pelayanan, cool box/vaccine carrier jangan terpapar sinar matahari langsung;
f. Vaksin yang sudah dipakai ditempatkan pada spons atau busa penutup cool
box/vaccine carrier, sedangkan vaksin yang belum dipakai tetap disimpan di dalam
cool box/vaccine carrier;
g. Jika pengukur suhu telah menunjukkan peningkatan, segera ganti cool pack dengan
yang baru (suhu 2-8˚C)

6. Unit terkait Gudang Vaksin Dinas Kesehatan, Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, Klinik dan Pos
Imunisasi
PEMELIHARAN VACCINE REFRIGERATOR

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : (Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian Vaccine Refrigerator adalah tempat menyimpan vaksin BCG, Td, DT, Hepatitis B, MR,
IPV, DPT-HB-Hib pada suhu yang ditentukan 2-8˚ C dan dapat juga difungsikan untuk
membuat kotak dingin cair (cool pack).
Freezer adalah tempat yang digunakan untuk menyimpan vaksin polio pada suhu yang
ditentukan antara -15˚ s/d-25˚ C atau membuat kotak es beku (cold pack).

2. Tujuan Sebagai Acuan penerapan langkah-langkah untuk melaksanakan Perawatan Vaccine


Refrigerator .

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas
Kesehatan Kabupaten Bandung.

4. Referensi Permenkes RI No. 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.


Modul Penyelenggaraan Imunisasi Kemenkes RI tahun 2017.

5. Prosedur/ Langkah- a. Prosedur Harian :


langkah 1. Memantau suhu dengan melihat termometer atau alat pemantau suhu digital setiap
hari pada pagi dan sore.
2. Periksa apakah terjadi bunga es dan periksa ketebalan bunga es. Apabila bunga es
lebih dari 0,5 cm lakukan defrosting ( pencairan bunga es).
3. Lakukan pencatatan langsung pada kartu pencatatan suhu setelah selesai
pengecekan suhu dan defrosting.

b. Prosedur Mingguan :
1. Memeriksa steker jangan sampai kendor, bila kendor kencangkan baut dengan
obeng.
2. Perhatikan adanya tanda-tanda steker hangus dengan melihatperubahan warna
pada steker, jika itu terjadi gantilah steker dengan yang baru.
3. Sebelum membersihkan badan lemari es, cabut steker terlebih dahulu agar tidak
terjadi konsleting/arus pendek.
4. Bersihkan seluruh badan lemari es dengan menggunakan lap basah, kuas yang
lembut/spon busa dan sabun.
5. Pergunakan lap kering untuk mengeringkan badan lemari es.
6. Ketika membersihkan badan lemari es, jangan membuka pintu lemari es untuk
menjaga suhu tetap 2 -8˚ C.
7. Setelah selesai melakukan hal tersebut diatas colokkan kembali steker.
8. Lakukan pencatatan pada kartu pemeliharaan lemari es sebagai kegiatan
pemeliharaan mingguan.

c. Prosedur Bulanan :
1. Sehari sebelum pemeliharaan bulanan, lakukan penghitungan vaksin yang akan
dipindahkan dan kondisikan cool pack (kotak dingin cair), vaccine carrier atau cold
box sesuai dengan kebutuhan.
2. Pindahkan vaksin kedalam vaccine carrier atau cold box yang telah berisi cool
pack
(kotak dingin cair).
3. Sebelum melakukan defrosting, cabut steker lemari es.
4. Lakukan pembersihan kondensor, pada model terbuka gunakan sikat yang lembut
atau dengan tekanan udara, pada model tertutup tidak perlu dilakukan
pembersihan.
5. Lakukan pembersihan karet pintu lemari es, pada model yang mudah dibuka
gunakan kain atau busa yang lembut untuk mencucinya dan pasang kembali
setelah kering, pada model tertutup pembersihan dilakukan dengan menggunakan
lap basah atau dengan tekanan udara.
6. Memeriksa kerapatan pintu menggunakan selembar kertas, bila kertas sulit ditarik
berarti karet pintu masih baik, sebaliknya bila kertas mudah ditarik berarti karet
sudah mengeras, beri bedak untuk sementara dan rencanakan untuk diganti.
7. Jika ditemukan baut kendor pada engsel pintu kencangkan dengan menggunakan
obeng.
8. Setelah selesai melakukan hal tersebut diatas colokkan kembali steker.
9. Setelah suhu lemari es mencapai 2-8˚C, susun kembali vaksin.
10. Lakukan pencatatan pada kartu pemeliharaan lemari es sebagai kegiatan
pemeliharaan bulanan.

6. Unit terkait Gudang vaksin Dinas Kesehatan dan Puskesmas


PENATALAKSANAAN KIPI

No. Dokumen : Ditetapkan oleh


Kepala Puskesmas……………….
Revisi :
Tanggal mulai :
SOP berlaku
Halaman : (Nama Kapus)
(Pangkat Kapus)
(NIP. Kapus)

1. Pengertian KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) adalah kejadian medik yang terjadi setelah
imunisasi dan diduga berhubungan dengan imunisasi.

2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk penatalaksanaan kasus KIPI.

3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan No KS 02.02/7456/P2K tentang Penetapan


Standar Operasional Prosedur (SOP) Pelayanan Imunisasi di Lingkungan Dinas Kesehatan
Kabupaten Bandung.

4. Referensi 1. Permenkes RI No. 12 tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.


2. PMK No. 27 Tahun 2017 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
3. Petunjuk Teknis Pelayanan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 Kemenkes RI
tahun 2020
4. Modul Pelatihan Imunisasi Bagi Petugas Puskesmas, Kementrian Kesehatan RI,
tahun 2013.
5. Prosedur/ Langkah- 1. Puskesmas menetapkan contact person/hotline faskes yang dapat dihubungi selama
langkah 24 jam apabila ada keluhan dari penerima vaksin.
2. Petugas menerima laporan tentang adanya kasus KIPI.
3. Untuk KIPI ringan petugas memberikan saran pertolongan awal, untuk KIPI
sedang–berat dilakukan pemeriksaan oleh petugas kesehatan.
4. Petugas menyiapkan alat pemeriksaan.
5. Petugas melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien serta mencari reaksi dan
gejala KIPI.
6. Petugas menetapkan diagnosis pasien sesuai dengan gejala yang didapatkan.
7. Petugas memberikan terapi yang sesuai dengan gejala klinis KIPI.
8. Bila diperlukan tindakan dan intervensi lebih lanjut pasien dapat dirujuk ke Rumah
Sakit (apabila menolak dirujuk pasien dan atau keluarga pasien harus
menandatangani blangko penolakan).
9. Jika kasus yang dilaporkan diduga KIPI, petugas mengisi formulir KIPI.
10. Petugas membuat laporan ke Dinas Kesehatan.
11. Petugas melakukan monitoring keadaan klinis pasien KIPI.

6. Unit terkait Puskesmas, Posyandu, Pos Imunisasi, RS

Anda mungkin juga menyukai