21
22
depannya botak, kedua matanya berwarna hitam berkulit kuning (ada yang
menyebutkan berkulit putih kemerahan), tangan dan kakinya berotot,
giginya putih bersih mengkilat, selalu mewarnai janggut dan merapihkan
rambutnya dengan menggunakan warna inai (daun pacar). Ia juga dikenal
seorang yang memiliki sifat tempramental dan memiliki harga diri yang
tinggi. Berjalan sangat cepat, bersuara sangat lantang, jika memukul
sangat menyakitkan. 6
Ibn Khattab memiliki 3 saudara sekandung 7 , yaitu : Zaid bin
Khattab, Fathimah binti Khattab, dan Shofiya binti Khattab.
2. Istri dan Anak Umar bin Khattab
Ibn Khattab memiliki 9 orang istri baik pada masa Jahiliyah
maupun sudah masuk Islam dan ia dikaruniai 12 anak. Berikut adalah
nama-nama istri Ibn Khattab beserta dengan anak-anaknya:
a. Zainab binti Maz‟un (saudara Utsman bin Maz‟un), lahir
Abdurrahman dan Hafshah.
b. Ummu Kultsum binti Ali bin Abi Thalib, lahir Zaid (sulung) dan
Ruqayyah.
c. Ummu Kultsum (Mukailah) binti Jarul bin Malik, lahir Zaid
(tengah) dan Ubaidillah.
d. Jamilah binti Tsabit (Asiyah), lahir Ashim.
e. Ummu Hakam binti al-Harits bin Hisyam bin al-Mughirah, lahir
Fathimah.
f. Quraibah binti Abi Umayyah al-Makhzumi, tidak sempat memiliki
anak karena terlebih dahulu diceraikan oleh Ibn Khattab.
g. Atikah binti Zaid bin „Amr, lahir Iyad.
h. Luhayyah (seorang hamba sahaya), lahir Abdurrahman.
6
Achmad Farid, Loc. Cit, hlm. 5
7
Abdul Sattar Al-Syeikh, Op.Cit., hlm. 32
23
8
Abdul Sattar al-Syeikh, Op.Cit., hlm. 33-35
9
Budak wanita yang melahirkan anak majikannya
10
Achmad Farid, Op.Cit., hlm. 10
24
suatu malam ia pergi menuju al-Haram dan masuk ke dalam tirai Ka‟bah.
Pada saat itu, Nabi Muhammad tengah berdiri melakukan shalat dan
membaca surat Al-Haqqah. Ibn Khattab mendengarkan lantunan suara
ayat-ayat dengan sangat khusu‟ sehingga membuat ia terkesan dengan
susunannya. 11
Dituliskan oleh Achmad Farid dalam bukunya, bahwa ada
beberapa faktor Ibn Khattab bisa memeluk Islam. Pertama, saat ia melihat
peristiwa hijrah pertama. Saat itulah pertama kalinya ia tersentuh dan
mulai merasakan ketenangan dalam hatinya saat melihat hijrah yang
pertama. Ibn Khattab melihat beberapa sahabat wanita Nabi yang
berhijrah. Kedua, ketika ia berkobar-kobar ingin membunuh Nabi
Muhammad saw. Suatu hari, ketika para pembesar Quraisy berkumpul,
lalu kemudian bertanya “Siapakah yang akan membunuh Muhammad?”
lantas Ibn Khattab langsung menjawab “Aku” maka ia pun ditunjuk dan
diberi tugas untuk membunuh Nabi Muhammad.
Ketiga, egonya luruh oleh sebuah ayat Al-Qur‟an, yaitu surat
Thaha. Saat dalam perjalan menuju rumah Nabi, Nuaim bin Abdullah
bertanya hendak kemanakah ia pergi. Setelah menjawabnya, ia dikagetkan
dengan ucapan Nuaim bahwa adiknya, Fatimah binti Khattab beserta
dengan suaminya (ipar Ibn Khattab) telah memeluk agama Islam. Setelah
itu ia begitu marah dan bergegas menuju rumah adiknya. Dari luar rumah
terdengar lantunan ayat dari surat-surat yang sedang dibaca oleh mereka di
dalam rumah. Setelah masuk dan terjadi pertikaian kecil antara Ibn
Khattab dan adiknya, Fatimah binti Khattab. Ia menemukan selembaran
ayat dan kemudian membacanya (dikatakan pula sebelum membaca ayat
tersebut Fatimah binti Khattab menyuruh Ibn Khattab untuk mandi dan
berwudhu terlebih dahulu), ternyata ayat tersebut merupakan potongan
ayat Al-Qur‟an, yaitu surat Thaha ayat 1-8:
ٗ َ
ٰ َ ا َ ن َٗ َّ َن ٰٓ َ َ ٓ َ َنَ َ َن َ نُ ن َ َ َ ن
زنيٗل
ِ ت ٣ َش َي و ِه ل ة ِر نذ ت َّلِ إ ٢ َق نا أىزۡلا عليم ٱللرءان ل ِتش١ ًط
َ ََ ُ َ ا ن
لَع ٱلن َع نر ِش ن
ٰ ََ ٱش َت َ ّ ا ن َ َ َ ن َ َ َ ا ََٰٰ ن
َُلۥ َنا٥ ى ٱلرحمٰو٤ ت ٱل ُعَل ِ مِهو خلق ٱۡلۡرض وٱلصمو
11
Abdullah Munib El-Basyiry, Op. Cit., Hlm. 98
25
Ibn Khattab merupakan seorang yang fasih dalam bahasa Arab dan
juga mendalami ilmu syair. Saat membaca ayat tersebut, Ibn Khattab
mengetahui bahwa bahasa ini bukanlah bahasa buatan manusia. Setelah
membaca ayat tersebut ia berkata “ Tunjukkan aku di mana Muhammad!”
Ibn Khattab bergegas untuk pergi menemui Nabi, setelah ia sampai
lantas langsung diketuknya pintu tersebut. Para sahabat yang berada di
rumah Nabi terkejut saat Ibn Khattab datang, begitu pula dengan Hamzah.
Namun betapa lebih terkejutnya lagi bahwa kedatangan Ibn Khattab
adalah untuk mengucapkan dua kalimat syahadat dan menyatakan dirinya
masuk dalam agama Islam.
Umat Islam yang lain tak kalah bahagia dan merasa aman dan kuat,
karena sebelum memeluk Islam Ibn Khattab begitu ditakuti oleh mereka.
Ketika sahabat yang lain masuk Islam dengan sembunyi-sembunyi, Ibn
Khattab justru menyatakan keislamannya secara terang-terangan. Dengan
berani ia mengumumkan kepada semua orang atas agama Islam yang telah
dipeluknya.
26
Do‟a Nabi pun terkabul dengan Islamnya Ibn Khattab, pada saat itu
umat Islam baru berjumlah empat puluh orang yang terdiri atas laki-laki
dan perempuan. Tiga hari sebelumnya Hamzah bin Abdul Muthalib sudah
masuk dalam agama Islam.
4. Prosesi Pengangkatan Umar bin Khattab Sebagai Khalifah
Prosesi pengangkatan Ibn Khattab sebagai khalifah kedua, yakni
pengganti dari khalifah pertama yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq dilakukan
dengan cara yang berbeda dari pengangkatan saat khalifah Abu Bakar.
Yang mana pada saat Abu Bakar diangkat sebagai pengganti Rasulullah
saw dilakukan melalui perdebatan keras antara kaum Muhajirin dan kaum
Ansor, karena pada saat itu umat Islam kebingungan atas kepergian
pemimpin mereka.
Ibn Khattab diangkat sebagai khalifah melalui wasiat dari khalifah
sebelumnya, yaitu Abu Bakar. Meskipun banyak yang sedikit meragukan
Ibn Khattab karena perangainya yang keras, tetapi akhirnya musyawarah
tersebut membuahkan hasil yang baik.
12
Imam Hafidz Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakar As-Suyuti, “Tarikh
Khulafa”, (Beirut: Darul Minhaj, 1438 H/ 2013 M), hlm. 209
27
Selama dalam kurun waktu dua sampai tiga tahun lamanya Abu
Bakar menjadi khalifah, sudah banyak sekali jasa yang ditorehkan oleh
khalifah pertama ini. Namun disaat sakit keras menimpanya, Abu Bakar
memiliki firasat bahwa ajalnya sudah semakin mendekat. Dan Abu Bakar
segera ingin mencari penggantinya sebagai seorang khalifah selanjutnya.
Ia takut akan meninggal namun belum sempat untuk menunjuk seseorang
sebagai penggantinya, dan ditakutkan akan terjadi konflik seperti saat
dirinya menjadi khalifah. 13
Abu Bakar pun memanggil beberapa sahabatnya untuk
bermusyawarah, meminta pendapat tentang bagaimana sosok Ibn Khattab
menjadi penggantinya kelak sebagai khalifah. Banyak yang berpendapat
setuju namun banyak pula yang berpendapat tidak setuju, terkait sikap Ibn
Khattab yang keras.
Pagi itu Abu Bakar memanggil Abdurrahman bin Auf dan ia
menanyakan tentang Ibn Khattab. "Dialah yang mempunyai pandangan
terbaik, tetapi dia terlalu keras," kata Abdurrahman. Setelah
Abdurrahman keluar ia memanggil Utsman bin Affan dan ditanyanya
tentang Ibn Khattab. "Semoga Allah telah memberi pengetahuan kepada
saya tentang dia," kata Utsman, "Bahwa isi hatinya lebih baik dari
lahirnya. Tak ada orang yang seperti Ibn Khattab di kalangan kita."
Sesudah Utsman pergi Abu Bakar meminta pendapat Sa'id bin Zaid
dan Usaid bin Hudair dan yang lain, baik Muhajirin maupun Ansor. Ia
ingin sekali mereka memiliki satu pendapat tentang memilih Ibn Khattab
sebagai khalifah. Beberapa orang sahabat Nabi ketika mendengar saran-
saran Abu Bakar mengenai penunjukan Ibn Khattab sebagai khalifah,
mereka merasa khawatir mengingat sikap Ibn Khattab memang begitu
keras dan karena kekerasannya itu umat akan terpecah belah. 14
13
Achmad Farid, Op.Cit., hlm. 70
14
Muhamad Husain Haekal, “Al-Faruq Umar”. Penerjemah: Ali Audah,
(Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2002), Hlm. 88
28
15
Muhammad ash-Shallabi, Biografi Umar bin Khattab, Penerjemah: Ismail,
(Solo: Beirut, 2014), hlm. 120-121
29
16
Imam Hafidz Jalaludin Abdurrahman bin Abi Bakar As-Suyuti, Op. Cit., hlm
237
17
Rini, “Studi Komparatif Gaya Kepemimpinan Abu Bakar Ash-Shiddiq dan
Umar Bin Khattab”, (Skripsi), (Surabaya, UIN Sunan Ampel, 2018), hlm. 52
18
Achmad Farid, Op. Cit, hlm. 77
30
shalat Shubuh akibat ditikam dengan pisau, oleh seorang budak kafir
Majusi, ia merupakan seorang budak Persia Gubernur Basrah bernama Al-
Mughirah bin Syu‟bah (Abu Lu‟luah).
Ibn Khattab pada detik-detik terakhirnya menunjuk lembaga Syura
untuk memilih Khalifah selanjutnya, menggantikan dirinya yang sebentar
lagi akan pulang kepada Rabbnya. Terpilihlah lima kandidat anggota
Syura tersebut adalah: Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdul
Rahman bin Auf, Zubair dan Sa‟ad ibn Abi Waqqash. Yang mana Utsman
bin Affan yang akhirnya terpilih sebagai khalifah selanjutnya,
menggantikan Ibn Khattab.
Kemudian Ibn Khattab pun dimakamkan di bekas kamar
Rasulullah, berdampingan dengan makam Rasulullah dan sahabatnya Abu
Bakar Ash-Shiddiq, dengan seijin Aisyah r.a. istri tercinta dari Rasulullah
saw.19
B. Kekhalifahan Umar Bin Khattab
1. Pembangunan Dan Perluasan Wilayah Pada Masa Umar Bin
Khattab
Ibn Khattab menjabat sebagai khalifah selama sepuluh tahun enam
bulan empat hari, dimulai dari tahun 13-23 H/634-644 M. Suksesi
kepemimpinan menjadi bagian terpenting pada saat itu demi menjaga
warisan-warisan yang ditinggalkan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq. Ekspansi
tetap dilanjutkan oleh Ibn Khattab. Pada masa ini gelombang ekspansi
pertama pun dimulai. Wilayah demi wilayah di luar Jazirah dapat
ditaklukkan. 20
19
Abdullah Munib El-Basyiry, Op. Cit, hlm. 94
20
Febri Kusuma, Modus Ekspansi Islam: Dari Periode Awal Sampai Dinasti
Umayah, dalam Jurnal Media Akademika, Vol. 28, No. 1, Januari 2013, hlm. 119.
31
21
Achmad Farid, Op.Cit., hlm.142-144
32
22
Bizantium adalah nama asli kota modern Istanbul. Bizantium awalnya di
duduki koloni Yunani dari Megara pada 667 SM dan dinamakan menurut raja mereka,
Byzas. nama 'Byzantium" adalah Latinisasi nama Yunani asli Byzantion. Kota ini
kemudian di rebut oleh Roma dan mengalami kerusakan parah pada tahun 196.
Bizantium kemudian dibangun kembali oleh kaisar Romawi Septimius Severus.
Konstantinus yang Agung pada 330 menamakannya ulang menjadi Nova Roma (Roma
Baru) atau Konstantinoupolis (Konstantinopel). Sejak saat itu, kekaisaran Romawi Timur
yang menjadikan Konstantinopel sebagai ibukota hingga 1453. Setelah direbut oleh Turki
Utsmani, dan kemudian menjadi wilayah Turki Modern, Bizantium atau Konstantinopel
diganti menjadi Istanbul pada 1930.
23
Imam As-Suyuti, Op.Cit., hlm.152
33
24
Urdun dalam bahasa Arab االردنatau sekarang dikenal dengan nama
Yordania. Nama resminya Kerajaan Yordania Hasyimiah merupakan negara Arab di Asia
Barat, dengan wilayah mulai dari selatan gurun Suriah sampai ke teluk Aqaba. Yordania
berbatasan dengan Suriah di Utara, Irak di Timur, Israel dan Palestina di Barat, dan Arab
Saudi di Timur Selatannya.
25
Jizyah adalah perpajakan tahunan per-kapita yang secara historis dipungut
dalam bentuk biaya keuangan pada subyek non-Muslim permanen (dhimmi) dari sebuah
negara yang diatur oleh hukum Islam secara berurutan untuk mendanai pengeluaran
publik negara.
26
Adnani, “Studi Komparasi Terhadap Pola Kepemimpinan Umar Bin Khattab
(13H/634 M-23 H/644 M) dan Utsman Bin Affan (23H/644 M-35H/656 M)”, (Skripsi),
(Cirebon: IAIN Syekh Nurjati, 2018), hlm. 25
27
Yarmuk merupakan salah satu sungai di daerah Yordania
34
28
Umar Abdul Jabbar, Op.Cit., hlm. 18
29
Umar Abdul Jabbar, Op.Cit., hlm 26
30
Sungai Furat atau sungai Eufrat (dalam bahasa Arab: الفراتyang memiliki arti
air tawar), sungai Furat ini adalah sungai yang berasal dari Turki (Anatolia), yang
mengalir melalui Suriah dan Irak, kemdian bermuara ke Teluk Persia.
35
31
Umar Abdul Jabar, Khulashoh Nur Al-Yaqin, Juz III (Surabaya: Al-Hikmah,
1406 H), hlm. 27-28
32
Adnani, Op.Cit., hlm. 26
36
33
Imam As-Suyuti, Op.Cit., hlm. 153
34
Syaikh Abdullah ibn Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab, Mukhtashar
Sirat Ar-Rasul, (Kuwait: Jam‟iyah Ihya‟ At-Turats Al-Islami, cet. Ke-1, 1441 H/1994 M),
hlm. 618-619
35
Budi Sujati, Kepemimpinan dan Konsep Ketatanegaraan Umar Ibn Al-
Khattab, dalam Jurnal Sejarah Peradaban Islam ISSN 2580-8311 Vol. 2 No. 1, Tahun
2018, Hlm. 65-66
37
36
Fita Love Risa, Skripsi: “Peradaban Islam Pada Masa Khalifah Umar Bin
Khattab”, (Bengkulu: IAIN Bengkulu, 2019), Hlm. 28
38
37
Abdullah Munib El-Basyiry, Op.Cit., hlm. 116
38
Achmad Farid, Op.Cit., hlm 124-125
39
39
Fita Love Risa, Op.Cit., hlm. 64
40
Sumardi, dkk., “Perbandingan Pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab
(634-644 M) Dengan Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661 M)”, dalam Jurnal Pendidikan
Humaniora ISSN 1907-8005, Vol. 53 No. 1, September 2016, hlm. 97
40
41
Arsyad Almaliki, “Kebijakan Ekonomi Umar bin Kahttab”, dalam Jurnal
Ilmiah Al Qalam, Vol. 11, No. 24, Juli-Desember 2017, hlm. 126
41
42
Aden adalah sebuah kota di Yaman, 170 kilometer timur Bab-el-mandeb.
Aden merupakan sebuah pelabuhan alami, terbuat dari semenanjung gunung berapi dan
pertama kali digunakan oleh kerajaan Awsan kuno, antara abad ke-5 SM dan ke-7 SM.
Aden memiliki populasi sekitar 398.399 jiwa dan terletak di 12.779444◦N 45.03667◦E.
43
Mukha, Mocha atau Mokha adalah sebuah kota pelabuhan Laut Merah di
pantai Yaman. Sebelumnya adalah pelabuhan utama untuk ibukota Yaman Sana‟a sampai
kemudian Aden dan Hadeida menggantikannya pada abad ke-19. Kota ini terletak di
ketinggian 12 meter diatas permukaan laut dan memiliki kepadatan sekitar 10.000
penduduk.
44
Ibid, hlm. 131
42
(c) Usyr
Usyr adalah apa yang diambil oleh petugas Negara dari harta yang
dipersiapkan untuk dagang ketika melintasi daerah Islam, pada saat ini
lebih di kenal dengan istilah bea cukai. Penetapan Usyr tersebut
merupakan ijtihad dari Ibn Khattab sendiri di hadapan para sahabat, jadi
tidak terdapat dalam Al-Qur‟an ataupun As-Sunnah. Penetapan Usyr ini
adalah yang pertama oleh Ibn Khattab dalam Islam. Ia menetapkan
pengambilan Usyr dua puluh lima persen dari kaum muslim, lima persen
dari kafir dzimi dan sepuluh persen dari kafir harbi.45
(d) Jizyah
Jizyah merupakan pajak yang diberikan kepada kafir dzimmi
sebagai imbalan atas perlindungan yang telah diberikan pada mereka,
keluarga juga atas miliknya. Jizyah sebenarnya merupakan pajak
pengganti tugas kemiliteran dan upah bagi mereka yang telah
menggantikan tugas tersebut. Pada masa Ibn Khattab, pembayaran jizyah
telah diubah dengan menaikkan satu dinar lebih daripada yang pernah
dilaksanakan pada masa Rasulullah. Selanjutnya Ibn Khattab merubah
kembali jumlah pembayaran jizyah tersebut menjadi empat dinar bagi
golongan kaya, dua dinar bagi golongan menengah dan satu dinar bagi
golongan miskin. Setelah jizyah dibayarkan, ternak dan hasil ahli dzimmi
dibebaskan dari zakat dan usyr, laki-laki maupun perempuan. 46
(e) Kharaj
Kharaj merupakan pajak bumi, pajak yang dibebankan atas tanah
yang dimiliki oleh non-Muslim. Atau bisa disebut sebagai pajak yang
harus dibayar atas kepemilikan tanah sebagai kebalikan dari jizyah. Kharaj
45
Ibid, hlm. 133
46
Ibid, hlm. 134
43
hanya dikenakan satu tahun sekali, sekalipun tanah yang ditanami tersebut
panen lebih dari satu kali dalam setahun. Penduduk asli harus membayar
dalam jumlah tertentu untuk panen yang dihasilkan pada bendahara
muslim. Sekalipun mereka pada akhirnya memeluk Islam, namun
ketentuan kharaj ini tetap berlaku. 47
(f) Baitul Maal
Pada tahun ke-16 H, Abu Hurairah dan Amil Bahrain mengunjungi
madah dan membawa lima ratus ribu kharaj. Jumlah yang besar sehingga
khalifah mengadakan pertemuan dengan majelis Syura untuk bertanya
bagaimana pendapat mereka kemudian didapatkan hasil bersama bahwa
jumlah kharaj tersebut tidak untuk didistribusikan melainkan untuk
disimpan sebagai biaya cadangan, sebagai biaya angkatan perang,
kebutuhan untuk ummah 48 . Untuk tempat penyimpanan dana kharaj
tersebut, didirikanlah untuk pertama kalinya Baitul Maal yang regular dan
permanen, bertempat di ibukota kemudian dibangun pula cabang-cabang
di ibukota provinsi.
Setelah berhasil menaklukkan Syiria, Sawad dan Mesir,
penghasilan dari Baitul Maal benar-benar meningkat. Pasalnya, secara
tidak langsung Baitul Maal tersebut bertugas untuk pelaksanaan kebijakan
fiskal negara Islam dan Khalifah yang memiliki kekuasaan penuh atas
dana tersebut, namun khalifah juga tidak boleh menggunakan dana
tersebut untuk keperluan pribadinya. 49
47
Ibid, hlm. 135
48
Ummah adalah sebuah kata dan frasa dari bahasa Arab yang berarti:
masyarakat atau bangsa. Berasal dari bahasa Arab “amma-yaummu” yang berarti:
menuju, menumpu atau meneladani. Dari akar kata yang sama, terbentuk pula kata “um”
yang berarti: ibu, dan imam yang berarti pemimpin.
49
Ibid, hlm. 136
44
50
Ibid, hlm. 139
45
3) Bidang Agama
(a) Shalat Tarawih
Pada malam di bulan ramadhan Ibn Khattab datang ke masjid dan
mendapati kaumnya saling berpencar melaksanakan shalat tarawih, ada
yang shalat sendirian dan adapula yang mengikuti salah seorang imam.
Melihat hal tersebut Ibn Khattab kemudian mengumpulkan kaumnya, dan
menyuruh mereka untuk shalat tarawih secara berjamaah.
51
Abdullah Munib El-Basyiry, Op.Cit., hlm 115
46
4) Bidang Politik
(a) Pengangkatan Pejabat Negara
Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Ibn Khattab
mengangkat beberapa sahabat untuk membantunya dalam mengurus
pemerintahan. Tidak sembarang orang bisa ikut dalam pengangkatan
pejabat ini, Ibn Khattab memiliki kriterianya dalam menentukan pejabat
dalam pemerintahannya. Kriteria tersebut mengutamakan kejujuran,
keadilan, amanah dan etos kerja yang kuat.
Ibn Khattab mempercayakan jabatan strategis kepada para sahabat
senior seperti Ali bin Abi Thalib sebagai Qadhi (Hakim) Madinah,
52
Abdullah Munib El-Basyiry, Op.Cit., hlm. 160
53
Muhammad Abdul Aziz al-Halawi, Fatwa dan Ijtihad Umar bin Khattab,
(Surabaya: Risalah Gusti, 2003), hlm. 491
47
54
Assabiqunal Awwalun merupakan orang-orang yang pertama masuk agama
Islam. mereka adalah Khadijah, Ali bin Abi thalib, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Zaid bin
haritsah, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa‟ad bin Abi Waqqash, Thalhah bin
ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abu Salamah, Arqam bin Abil Arqam, Utsman bin
Madz‟un, Ubaidillah bin harits, Zaid bin Zaid Amru, Asma bin AS-Shidiq, Khabab bin
Al-Arat Al-Khanza‟i, Amir bin Abi Waqqash, Mas‟ud bin Rabi‟ah, ulait bi Amru, Iyas in
Abi Rabi‟ah, Khunais bin Khuzaifah, Amir bin Rabi‟ah, Ja‟far bin Abi Thalib, Hathib bin
Harits, Mua‟mar bin Harits, Saib, Ramlah bin Abi Auf, Niham Nu‟aim bin Abdullah Al-
Adawi, Amir bi Fahirah, Khalid bin Sa‟id, Amimah, Abu Hudzaifah bin Utbah, Habib
bin Amr Al-Amiri, Abu Dzar Jundab bin Junadah, Amar bin Yasir, Abu Najih Amru bin
Abasah AS-Sulaimi, dan Shohin bin Sinan.
55
Adnani, Op.Cit., hlm. 28
48
56
Abdullah Munib El-Basyiry, Op.Cit., hlm. 159
57
Ibid, hlm. 112
49
58
Adnani, Op.Cit., hlm. 31
50
59
Rosmaniar, Skripsi: “Kebijakan Umar bin Khattab Dalam Menanggulangi
Kemiskinan”, (Riau: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, 2010), hlm. 12
60
Ibid, hlm. 13
51
61
AbdullahMunib El-Basyiry, Op. Cit, hlm.133
62
Ibid, hlm. 14
52
63
Rafid Abbas, “Ijtihad Umar bin Khattab Tentang Hukum Perkawinan
Perspektif Kompilasi Hukum Islam”, dalam Jurnal AL-HUKAMA: The Indonesian
Journal Of Islamic Family Law, Vol. 04 No. 02, Desember 2014, Hlm. 479