B. TAKHRIJ HADIS
Hadis ini dikutip berdasarkan redaksi kitab Durrotun An-Nasyihin 1, akan tetapi
penulis kitab ini, Al-Khawaby tidak menuliskan para perawi hadisnya sekaligus.
C. KRITIK HADIS
Lam aqif alaih (saya belum menemukan hadis redaksi kitab Durrotun An-Nasyihin
dengan sumber asli hadisnya)
Dengan pertimbangan :
Secara kontekstual memang tidak ditemukan hadis seperti di atas dari berbagai
sumber, namun penyusun menemukan redaksi hadis yang berdekatan dalam hal
makna. Keterangan lengkapnya kami kutip redaksi di bawah ini
أنبأان أبو عبد هللا حممد بن عبد هللا احلاكم، أنبأان أبو بكر البيهقي، أنبأان زاهر بن طاهر
حدثنا أبو حممد مهام بن حيىي بن زكراي حدثنا، حدثنا أبو الطي ب حممد بن عبد هللا السعدي
حدثنا هشام بن خشان، حدثنا أبو مقاتل حفص بن سليمان، حممد بن القاسم الطالكاين
واي أهل، " اي أهل اخللود: قال رسول هللا ﷺ: قال، عن أيب هريرة، عن حممد بن سريين،
1
Al-Khabawy, Durrotun an-Nasyihin (Beirut : Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyyah). halaman 212
كما نقلتم من األضالب إىل األرحام، وإمنا تنقلون من دار إىل دار، مل ختلقوا للفناء، الفناء
ومن املوقف إىل، ومن القبور إىل املوقف، ومن الدنيا إىل القبور، ومن األرحام إىل الدنيا،
2
)اخللود يف اجلنة أو النار (املوضوعات البن اجلوزي
“Telah mengabarkan kepada kami Zahir bin Thahir, Abu bakar Al-Baihaqy, Abu
Abdillah Muhammad bin Abdillah Al-Hakim, menceritakan kepada kami Abu Thayyib
Muhammad bin Abdillah As-Sa’ady, menceritakan kepada kami Abu Muhammad
Hamam bin Yahya bin Zakariya, menceritakan kepada kami Muhammad bin Qasim
At-Thalaqany, menceritakan kepada kami Abu Muqathil Hafs bin Sulaiman,
menceritakan kepada kami Hisam bin Khisan dari Muhammad bin Sirrin, dari Abu
Huraira ia berkata : Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : “Wahai
penduduk yang abadi, wahai penduduk yang kekal, sesungguhnya kalian tidak
diciptakan untuk binasa, akan tetapi kalian diciptakan untuk kekal abadi, dan kalian
akan berpindah dari suatu negri ke negri yang lain. Seperti halnyha kalian berpindah
dari alam arwah ke alam rahim, dan dari alam rahim ke alam dunia, dan dari alam
dunia ke alam kubur, dari alam kubur ke alam mahsyar, dan alam mahsyar menuju
alam yang yang abadi yaitu di dalam surga atau neraka.” (Al-Maudhuat Ibn Al-
Jauzy)
Dalam kitab ini dipaparkan bahwa hadis ini tidak sah periwayatannya bersumber
dari Nabi Muhammad ﷺ. Alasannya, terdapat rawi yang bernama Muhammad Ibnu
Al-Qasim At-Thalaqani. Ia dianggap telah memarfu’kan hadis ini kepada Rasulullah
ﷺ, padahal tak lain, hadis ini hanyalah ucapan sebagian ulama-ulama salaf3 (ulama
terdahulu).
Sementara itu penyusun juga menukil keterangan terkait hadis di atas dalam kitab
Az-Zuhd wa Ar-Raqaik li Ibni Al-Mubarak 4 dengan keterangan reaksi
2 Muhammad Az-Zauji, Al-maudhuat, kitab ad-Do’a, bab Al-Mawaid mauizah, cetakan pertama, jilid
ke-3 tahun 1388 H/1968M,(Madinah Al-Munawarah:hadis ke-1595)
3
Muhammad Az-Zauji, Al-maudhuat, kitab ad-Do’a, bab Al-Mawaid mauizah, cetakan pertama, jilid
ke-3 tahun 1388 H/1968M,(Madinah Al-Munawarah:hadis ke-1595)
4 Ibnu Mubarak, Az-Zuhd wa Ar-Raqaik, jilid 1, halaman 168, hadis ke-485 (Beirut : Dar al-Kitab Al-
Alamiyyah)
“Telah menceritakan kepada kami Husein, ia berkata. Al-Walid bin Muslim, Ia
berkata. Aku mendengar Al-Auza’i ia berkata aku mendengar Bilal bin Sa’d ia
berkata di dalam petuah-petuahnya: Wahai penduduk yang abadi, wahai penduduk
yang kekal, sesungguhnya kalian tidak diciptakan untuk binasa, akan tetapi kalian
diciptakan untuk kekal abadi, dan kalian akan berpindah dari suatu negri ke negri
yang lain.” ( Az-Zuhd wa Ar-Raqaik li ibn Al-Mubarak)
Redaksi di atas menjelaskan bahwa lafal ٍ َوإِممنَا تُ ْن َقلُو َن ِم ْن َدارٍ إِ َىل َدارbersumber dari petuah
(mawaid) Bilal bin Sa’ad. Bilal bin Sa’ad sendiri adalah ulama’, syekhnya orang-orang
Damaskus pada saat itu yang terkenal dengan petuah-petuahnya )mawaid)5.
Tidak hanya itu penyusun juga menemukan keterangan tambahan dalam redaksi
kitab lain bahwa hadis yang sama persis seperti di atas hanyalah sebuah atsar, seperti
keterangan dalam kitab Ruh Al-Bayan6 di bawah ini
فاملوت يطرأ على ظاهرهم ال على ابطنهم فإهنم ال ميوتون بل ينقلون من دار إىل دار كما
)ورد يف بعض اآلاثر ( روح البيان يف تفسري القرآن
“Maka adapun kematian itu berlangsung secara zahir mereka saja (matinya jasad),
bukan terhadap batin mereka (ruh). Pada hakikatnya mereka tidaklah mati, tetapi
berpindah dari suatu negri ke negri yang lain. Sebagaimana keteranagan ini terdapat
dalam sebagian atsar.” (Ruh Al-Bayan dalam tafsir Al-Qur’an)
D. FIQIH HADIS
Secara garis besar, hadis ini memberikan keterangan bahwasanya tiap-tiap yang
bernyawa pasti akan menemui ajalnya, kematian. Tidak hanya berhenti pada siklus
tersebut, pada hakikatnya orang yang meninggal hanyalah meninggal secara jasad,
sementara batinnya (ruh) tetaplah hidup dan sekedar berpindah tempat dari tubuh secara
zohirnya ke tempat yang lain yaitu akhirat. Maka makna tersuratnya adalah bahwasanya
Allah menetapkan ruh itu tetaplah hidup.
5
Ibnu Mubarak, Az-Zuhd wa Ar-Raqaik, jilid 1, halaman 168, hadis ke-485 (Beirut : Dar al-Kitab Al-
Alamiyyah)
6 Ismail Hakki, Ruh Al-Bayan, (Beirut : Dar Al-Fikr) surah az-Zuhruf (43):ayat 78-83, juz 8, halaman
394
ان األخيار اذا ماتوا مل تفقد منهم: قال الشيخ السيد عبد هللا بن علوي احلداد رضي هللا عنه
واذا كان الوىل حيا يف قربه, اال أعياهنم وصوارهم واما حقائقهم فموجودة فهم أحياء يف قبورهم
فإنه مل يفقد شيأ من علمه وعقله وقواة الرحانية بل تزداد أرواحهم بعد املوت بصرية وعلما
فإذا توجهت أرواحهم إىل هللا تعاىل يف شيء قضاه سبحانه و, وحياة الرحانية وتوجها إىل هللا
7
)أجراه إكراما هلم (سراج الطالبْي على منهاج العابدين
“Assyaikh As Sayyid Abdullah bin Alwi al-Haddad ra. Berkata: sesungguhnya orang-
orang pilihan atau waliyullah jika mereka wafat, tidak hilang dari mereka kecuali
jasadnya, mereka hidup dalam kubur mereka. Dan ketika seorang wali itu hidup
dalam kubur mereka, sesungguhnya tidak lepas dari diri mereka sedikitpun ilmu, aqal
dan kekuatan ruhani mereka. Bahkan bertambahlah pada arwah-arwah mereka
bashirah, ilmu, kehidupan ruhaniyyah dan tawajjuh mereka kepada Allah setelah
kematian mereka. Dan jika arwah-arwah mereka bertawajjuh kepada Allah SWT
dalam suatu hal atau hajat, maka Allah pasti memenuhinya dan mengabulkannya
sebagai kehormatan bagi mereka”.
Sehingga dari penjelasan diatas dapat kita pahami bahwa, orang-orang yang salih
secara lahiriyah yang mati hanyalah jasadnya, namun hakikatnya ilmu, akal dan
kekuatan ruhaniyyah mereka tidak pernah mati.
Lafad املؤمنون ال ميوتون بل ينقلونini juga tidak bertentangan dengan ayat Al-Qur’an surah
9
)169:َحيَاءٌ عِنح َد َرّٰبِِ حم يُحرَزقُو َن ( العمران َِّ َب الَّذِين قُتِلُوا ِيف سبِي ِل
اّلل أ حَم َوا اًت ۚ بَ حل أ ح َ َ َّ َ س َ َوَال ََتح
7 Syekh Ihsan M. Dahlan Jampes, Sirajut Thalibin ala Minhajil Abidin, (Indonesia, Daru Ihyail Kutubil
Arabiyyah: tanpa catatan tahun), juz I, halaman 466
8
Al-Baqarah ayat 154, juz 2, halaman 24
9
Al-Imran ayat 169, juz 4, halaman 72
“Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah
itu mati, sebenarnya mereka itu hidup, di sisi Tuhannya mendapat rezeki.” (Al-
Imran:169)
Perpindahan ini digambarkan seperti berpindahnya ruh dari alam arwah ke alam
rahim, setelah alam rahim, proses selanjutnya adalah alam dunia. Manusia kemudian
meninggal dunia berjalan dengan ketentuan yang telah ditetapkan menuju alam
Barzakh (alam kubur), selanjutnya alam akhirat dan terakhir manusia akan
dikumpulkan dengan takdirnya masing-masing yaitu di surga atau neraka 10.
E. KESIMPULAN
Keterangan dengan redaksi lain menyebutkan hadis ini adalah atsar bahkan kitab-
kitab lain juga menuturkan bahwa hadis ini hanyalah perkataan sebagian ulama-
ulama salaf, yang pemahamannya tidak bertentangan dengan surah-surah yang ada di
dalam Al-Qur’an.
10Muhammad Az-Zauji, Al-maudhuat, kitab ad-Do’a, bab Al-Mawaid mauizah, cetakan pertama, jilid
ke-3 tahun 1388 H/1968M,(Madinah Al-Munawarah:hadis ke-1595)
HADIS KE-586
UTAMANYA DO’A
B. TAKHRIJ HADIS
setelah penyusun melakukan penelusuran dengan kata kunci ِالد َعاءِ ا ْْلَ ْم ُد ِملِل
ُّ ض ُل
َ ْأَف
pada aplikasi Jawami’ Al-Kalim, ditemukan tujuh belas hasil hadis tanpa
syawahid (sahabat pendukung). Dalam hal ini penyusun hanya mengutip
empat sumber kitab yang mencantumkan hadis ini dengan skema sanad
sebagai berikut:
1. Ibnu majah, Sunan Ibnu Majah, kitab adab, bab keutamaan orang
membaca tahmid, nomor hadis 3790 11
Abdurrahman bin Ibrahim Ad-Dimasky → Musa bin Ibrahim bin Katsir bin
Batsir bin Fakih → Thalhah bin Khiras anak pamannya Jabir → Jabir bin
Abdillah → Rasulullah ﷺ
3. Abu Hatim bin Hibban, Shahih ibn Hibban, kitab takrib ibnu Hibban,
bab penjelasan bahwa alhamdulillah utamanya do’a dan lailaha illa llah
utamanya zikir 13
11
Ibnu Majah, sunan ibnu majah (Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyyah) juz 2, halaman 1249
12
At-Tirmizi, sunan tirmizi (Mesir : Musthafa bab Al-Halaby, cetekan ke-2, tahun 1395 H/1975 M) juz
5, halaman 462
13
Abu Hatim bin Hibban, Sahih ibn Hibban (Beirut : Muassasah Ar-Risalah, cetakan ke-1, tahun 1408
H/ 1988 M) juz 14, halaman 103
Muhammad bin Ali Al-Anshari → Walid Anas bin Malik → Yahya bin
Habib bin Araby → Musa bin Ibrahim Al-Anshary → Thalhah bin Khiras →
Jabir bin Abdillah → Rasulullah ﷺ
Ismail bin Muhammad bin Fadhl As-Sa’rany → Fadhl bin Muhammad bin
Al-Musaib → Ibrahim bin Al-Munzir Al-Hizamy → Musa bin Ibrahim bin
Basyir bin Katsir Al-Ahizamy → Thalhah bin Khiras → Jabir bin Abdillah →
Rasulullah ﷺ
C. KRITIK HADIS
1. Kritik sanad
14
Al-Hakim An-Naisabury, Al-Mustadrak ala As-Sahihain (Beirut : Dar Al-Kutub Al-Alamiyyah,
cetakan ke-1, tahun 1411-1990) juz 1, halaman 676
15
Ibnu Majah, sunan ibnu majah,, (Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyyah) nomor hadis 3790, juz 2,
halaman 1249
no Nama rawi Lahir/wafat (H) Guru Murid Thobaqah Jarh dan
ta’dil
4 Abdurrahman bin 170 H/245 H Musa bin Hasan bin 10 Tsiqah Hafizh
Ibrahim Ad- Ibrahim Muhammad Mutqin 19
Dimasky Al-Fakih bin As-Sobah
Hadis ini dinilai hasan disebabkan adanya rawi yang dinilai shaduq (lemah dalam
segi hapalan) yaitu Thalhah ibnu Khiras dan Musa bin Ibrahim Al-Fakih.
2. Kritik matan
Dari hasil penelusuran yang dilakukan oleh penyusun, tidak ditemukan perbedaan
lafad yang menyebabkan hadis ini menjadi syadz. Dan tidak menemukan referensi
lain yang menyatakan hadis ini terdapat ‘illat.
16
Ibnu Abi Hatim, Al-Jarh wa At-Ta’dil (Beirut : Dar Ihya At-Thuras Al-Araby, cetakan 1, tahun 1271
H/ 1952 M) juz 2, halaman 492
17
Ahmad Ibnu Hajar Al-Asqalany, Taqrib At-Tahzib (Suriyah : Dar Ar-Rasyid, cetakan 1, tahun 1406
H/1986 M) halaman 282, nomor 3019.
18
Ahmad Ibnu Hajar Al-Asqalany, Taqrib At-Tahzib (Suriyah : Dar Ar-Rasyid, cetakan 1, tahun 1406
H/1986 M) halaman 549, nomor 6942.
19
Ahmad Ibnu Hajar Al-Asqalany, Taqrib At-Tahzib (Suriyah : Dar Ar-Rasyid, cetakan 1, tahun 1406
H/1986 M) halaman 335, nomor 3793.
D. FIQIH HADIS
Hadits Sunan Ibnu Majah di atas menjelaskan tentang keutamaan kalimat ال إله إال هللا
dan kalimat ألحمد هلل.
Dalam hadis disebutkan bahwa kalimat ال إله إال هللاadalah dzikir yang paling utama
dibandingkan ucapan dzikir selainnya. Hal itu dikarenakan kalimat tersebut adalah
kalimat tauhid yang menjadi pembenteng batas antara keimanan dan kekufuran.
Adapun ucapan ا لحمد هلل, maka itu adalah doa yang paling utama. Karena, hakikat
doa adalah mengingat Allah dan meminta kepada-Nya. Dan, di dalam ucapan الحمد هلل
terdapat dua hal tersebut. Sehingga, seorang yang apabila mengucapkannya maka
berarti ia bersyukur dan memuji Allah atas nikmat-Nya, serta meminta untuk
diberikan tambahan atas nikmat tersebut.
)7 : شدِيح ٌد (ابراهيم ِ َّ ِواِذح ًَتَذَّ َن ربُّكُم ل َِٕىن َش َكرُُت َالَزِي َدنَّكُم ول َِٕىن َك َفرُُت ا
َ َايب ل ذ ع ن
20
ح َ َ َ ح ح حح ح حَ ح حح َ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat." (QS Ibrahim: 7).
Oleh karena itu kita diwajibkan untuk selalu bersyukur kepada Allah di setiap
kondisi. Ada banyak sekali cara kita untuk beryukur kepada-Nya, dan yang paling
mudah adalah dengan mengucapkan اْلمد هلل رب العاملني
20
Al-Qur’an surah Ibrahim ayat 7 halaman 255 juz 13
E. KESIMPULAN
Hadis redaksi kitab Durrotun An-Nasyihin di atas merupakan penggalan matan dari
hadis yang lengkap redaksinya, yang oleh penyusun sengaja menukil hadis yang
diriwayatkan oleh Sunan Ibnu Majah. Tambahan matan tersebut adalah َأَفْضَ ُل الذِ ْكرِ َال إِلَه
إِمال م.
ُالِل
Hadis dalam sunan ibnu majah ini dihukumi hasan gharib21. penyebabnya
ditemukan adanya rawi yang dinilai shaduq (lemah dalam segi hafalannya), dan
gharib karena terdapat penyendirian rawi yang meriwayatkan hadis ini yaitu sahabat
Jabir bin Abdillah. Oleh karenanya, penyusun seperti keterangan di atas menuliskan
bahwa hadis ini tidak memiliki syawahid (sahabat pendukung dari jalan lain).
Secara pengamalan hadis ini boleh untuk diamalkan karena masih dalam kriteria
hadis yang makbul (diterima).
21
Al-Bagawy, Tafsir Al-Bagawy (Dar Thayyibah li-Nasr wa At-Tauzi’, cetakan 1, tahun 1417 H/ 1997
M) juz 5, halaman 140.
HADIS KE-587
، وًترك سنيت, عاق الوالدين: روى عن النىب ﷺ أنه قال ال يرى وجهى ثالثة: قال املصنف
.ومن ذكرت عنده فلم يصل علي
“Diriwayatkan dari Nabi Muhammad ﷺbahwasanya ia bersabda tidak akan
dipandang tiga wajah seseorang oleh Allah pada hari itu yaitu: orang yang durhaka
kepada kedua orang tua, meninggalkan sunahku, dan orang yang apabila disebut
namaku ia tidak bersholawat kepadaku.”
B. TAKHRIJ HADIS
Hadis ini dikutip berdasarkan redaksi kitab Durrotun an-Nasyihin, akan tetapi
penulis kitab ini, Al-Khawaby tidak menuliskan para perawi hadisnya sekaligus.
C. KRITIK HADIS
Lam aqif alaih (saya belum menemukan hadis redaksi kitab Durrotun An-
Nasyihin dengan sumber asli hadisnya)
Dengan pertimbangan :
Pengarang kitab ini sendiri, Al-Khawaby mengutip dari hadis-hadis lain kemudian
menggabungnya menjadi satu kesatuan matan hadis.
Sementara itu ditemukan keterangan di kitab Durrotun An-Nasyihin versi lain,
menuturkan dalam foothnoten-ya bahwa hadis di atas adalah lam ajid lahu aslan
(tidak ditemukan dasar hadis itu) 22.
D. FIQIH HADIS
Penulis mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Sunan Nasai 23, dalam kitab zakat
bab mengungkit-ungkit pemberian dengan redaksi sebagai berikut :
ِاّللِ بحن
َّ ِ َع حن َعبحد،ٍ َحدَّثَنَا ُع َم ُر بح ُن ُحمَمَّد: قَا َل، َحدَّثَنَا يَزِي ُد بح ُن ُزَريح ٍع: قَا َل،َخ َربََان َع حم ُرو بح ُن َعلِ ٍٰي أح
" ثََالثَةٌ َال يَنحظُُر ا َّّللُ عز وجل:اّللِ ﷺ َّ قَا َل َر ُسو ُل: قَا َل،ِ َع حن أَبِيه،ِاّلل َّ ِ َع حن َس ِامل بحنِ َعبحد،ٍسار َ َي
ُّ َ الحع:َ َوثََالثَةٌ َال يَ حد ُخلُو َن ا حجلَنَّة،ث
اق َّ َو،ُ َوالح َم حرأَةُ الح ُم َََتِٰجلَة،ِاق لَِوالِ َديحه
ُ الديُّو ُّ َ الحع:ِامة ِ
َ َإِلَيح ِه حم يَ حوَم الحقي
)2562 : َعطَى (سنن النسائي َوالح َمنَّا ُن ِِبَا أ ح،ِ َوالح ُم حد ِم ُن َعلَى ا حخلَ حمر،ِلَِوالِ َديحه
“Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Amru bin ‘Ali dia berkata; Telah menceritakan
kepada kami Yazid bin Zura’i dia berkata; Telah menceritakan kepada kami ‘Umar
bin Muhammad daripada ‘Abdullah bin Yasar daripada m Salim bin ‘Abdullah
daripada Bapanya dia berkata; Rasulullah ﷺbersabda: “Tiga golongan yang Allah
tidak akan melihat mereka pada hari kiamat; anak yang durhaka kepada orang tua,
wanita yang menyerupai lelaki, dan Dayyuts, iaitu seorang yang merelakan
keluarganya berbuat kekejian. Dan tiga golongan mereka tidak akan masuk syurga;
anak yang derhaka kepada orang tua, penagih arak, dan orang yang selalu
mengungkit-ungkit pemberiannya.”
22
Al-Khabawy, Durrotun an-Nasyihin (Beirut/lebanon: Dar Al-Arqam bin Abi Al-Arqam) . halaman
240
23
An-Nasai, Sunan Nasai As-Sugra (Halb : Maktabah Al-Mathbuat Al-Islamiyyah, cetakan ke-2, tahun
1406-1986) hadis ke- 2562, juz 5, halaman 80
24
Alaudin Aly bin bin Balban Al-Farisy, Al-Ihsan fi Takrib Sahih Ibnu Hibban, (Beirut : Muassasah
Ar-Risalah cetakan 1, tahun 1408 H/1988 M) juz 16, halaman 335.
b. Larangan meninggalkan/tidak suka terhadap sunah nabi
Penyusun menukil hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari25, dalam kitab
nikah, bab anjuran untuk menikah dengan redaksi hadis :
أَنَّهُ ََسِ َع:ُ أ َۡخ َربََان ُْحَۡي ُد ۡب ُن أَِيب ُْحَۡيدٍ الطَّوِيل:ٍ أ َۡخ َربََان ُحمَ َّم ُد ۡب ُن َج ۡع َفر:ََحدَّثَنَا َسعِي ُد ۡب ُن أَِيب َم ۡرََي
يَ ۡسأَلُو َن َع ۡن،َّب ﷺ ِٰ ِوت أ َۡزَوا ِج النِ جاء ثَالَثَةُ ر ۡه ٍط إِ َىل ب ي:ضي هللا ع ۡنه ي قُو ُل ِ ٍ ِ ۡ َأَن
ُُ َ َ َ َ ُ َ ُ َ س ب َن َمالك َر َ
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ
َّب ﷺ؟ قَد ُغفِ َر لَهُ َما ِ
ِٰ ِ َوأَي َن ََن ُن م َن الن: فَ َقالُوا،وها َ ُّ فَلَ َّما أُخِربُوا َكأ ََّهنُم تَ َقال،َّب ﷺ
ِ عِب
ِٰ ِادة الن
ََ
وم َص أ انَأ :ر آخ ل
َ ا قو ،اد ب
َأ ل ۡ َّ أ ََّما أَان فإِِين أُصلِٰي الل: قا َل أَحده ۡم،ت قدَّم ِم ۡن ذ ۡنبِهِ وما َتَخَّر
ي
ُ ُ َ ُ َ َ َ َ َ ا َ َٰ َ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ََ
ۡ ۡ أَان أ: وقال آخر،الد َّۡهر وال أ ُۡفطِر
أَن تُ ُم: فَ َجاءَ َر ُسو ُل هللاِ ﷺ فَ َقا َل،ج أَبَ ادا و ز ت
َأ ال ف اء س ِ
ن ال ل
ُ ََ َ َ ٰ َ َ ُ َ َ َ َ ُ ََ َ
َّ َ َ ُ ِ
ز تَع
،ُُصلِٰي َوأ َۡرقُد أو ،رِ لهكِِّن أَصوم وأ ُۡفط،ُشاكُ ۡم ِّللِ وأَۡت قَاكُ ۡم لَه ۡ الَّذِين ق ۡلت ۡم كذا وكذا؟ أَما وهللاِ إِِين أل
َخ
َ َ ُ َُ ُ ٰ َ َ َ ٰ َ َ َ ََ َ َ ُ ُ َ
)5063 : س ِم ِن ( رواه البخاري ۡ ۡ ِ ۡ ِ وأَتَزَّو
َ ب عَن ُسن ِمِت فَلَي َ فَ َمن َرغ،َساء َ ٰج الن ُ َ َ
“Sa’id bin Abu Maryam telah menceritakan kepada kami: Muhammad bin Ja’far
mengabarkan kepada kami: Humaid bin Abu Humaid Ath-Thawil mengabarkan kepada
kami: Bahwa beliau mendengar Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu mengatakan: Ada
tiga orang datang ke rumah-rumah para istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka menanyakan tentang ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika mereka
diberitahu, seakan-akan mereka menganggapnya sedikit, lalu mereka berkata: Kita ini
tidak ada apa-apanya dibandingkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau telah
diampuni dosanya yang lalu dan yang akan datang. Salah seorang mereka berkata:
Aku akan salat semalam suntuk. Yang lain berkata: Aku akan puasa sepanjang masa
dan tidak pernah tidak berpuasa. Yang lain berkata: Aku akan menjauhi para wanita
sehingga aku tidak akan menikah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang
seraya bersabda, “Kalian yang telah mengatakan begini dan begini? Demi Allah,
sungguh aku adalah orang yang paling takut dan paling bertakwa kepada Allah. Akan
tetapi aku berpuasa dan aku pun tidak berpuasa. Aku salat malam dan aku pun tidur.
Dan aku menikahi para wanita. Sehingga, siapa saja yang benci sunahku, bukan
termasuk golonganku.”
25
Bukhari, Sahih bukhari (Beirut : Dar thuq An-Najah, cetakan 1, tahun 1422 H ) hadis ke 5063, juz 7,
halaman 2.
26
Ahmad bin Hambal, Musnad Imam Ahmad bin Hambal (Beirut : Muassasah Ar-Risalah cetakan 1,
tahun 1421 H/2001 M) juz 21, halaman 169, no. 13534
Penyusun mengutip hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi 27, dalam kitab
do’a, bab sabda Rasulullah ﷺdengan redaksi hadis berikut ini :
“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Musa serta Ziyad bin Ayyub mereka
berkata; telah menceritakan kepada kami Abu 'Amir Al 'Aqadi dari Sulaiman bin
Bilal dari 'Umarah bin Ghaziyyah dari Abdullah bin Ali bin Husain bin Ali bin Abu
Thalib dari ayahnya dari Husain bin Ali bin Abu Thalib dari Ali bin Abu Thalib ia
berkata; ﷺbersabda: "Orang yang bakhil adalah orang yang apabila aku disebutkan
di hadapannya maka ia tidak mengucapkan shalawat kepadaku." Abu Isa berkata;
hadits ini adalah hadits hasan shahih gharib.
Dengan alasan bahwa penyusun tidak menemukan redaksi hadis yang mendasar
yang sama persis seperti hadis redaksi kitab Durrotun an-Nasyihin ini (Lam aqif
alaih).
27
Tirmizi, Sunan At- Tirmizi (Mesir : Musthafa bab Al-Halaby, cetakan ke-2, tahun 1395 H/ 1975 M)
hadis 3546, juz 5, halaman 550.
28
Tirmizi, Sunan At- Tirmizi (Mesir : Musthafa bab Al-Halaby, cetakan ke-2, tahun 1395 H/ 1975 M)
hadis 3546, juz 5, halaman 550.
29
Al-Khabawy, Durrotun an-Nasyihin (Beirut : Dar Ihya Al-Kutub Al-Arabiyyah). halaman 214