(LENGKAP)
(QS. Al Kautsar: 2)
PENGERTIAN QURBAN
Kata “Qurban” berasal dari bahasa Arab ()قربان, artinya pendekatan diri, sedangkan
maksudnya adalah menyembelih binatang ternak sebagai sarana pendekatan diri
kepada Allah. Arti ini dikenal dalam istilah Islam sebagai udhiyah ()أضحية.
Udhiyah secara bahasa mengandung dua pengertian, yaitu kambing yang
disembelih waktu Dhuha dan seterusnya, dan kambing yang disembelih di hari
‘Idul Adha.
Adapun makna secara istilah, yaitu binatang ternak yang disembelih di hari-hari
Nahr (10, 11, 12, & 13 dzul hijjah) dengan niat mendekatkan diri (taqarruban)
kepada Allah dengan syarat-syarat tertentu (Kitab Syarh Minhaj)
KEUTAMAAN BERQURBAN
ب ِ ََ الَّ ِِ ِم حن ِ حَْر ِاِ الدَِّم َح
أ ِ
ر َّح
ن ال مو ٍ نمِ
َّ َ َما َع َ َ ٌّ ح َ َ َ ح َ ح
ي ل م ع يمِ آد لمِ
Demikian pula dikatakan oleh Abu Sarihah, “Aku melihat Abu Bakar dan Umar sementara
mereka berdua tidak berqurban.” (HR. Abdur Razzaaq dan Baihaqi, sanadnya shahih)
Ibnu Hazm berkata, “Tidak ada riwayat sahih dari seorang sahabatpun yang menyatakan
bahwa qurban itu wajib.”
(Kitab Shahih Fiqih Sunnah, II/367-368, Taudhihul Ahkaam, IV/454)
NASEHAT
Yakinlah…! bagi mereka yang berqurban, Allah akan segera memberikan
ganti biaya qurban yang dia keluarkan. Karena setiap pagi Allah mengutus dua
malaikat, yang satu berdo’a:
ول حاْل َخُر الَّ ُه َّم أ حَع ِط ُُح ِِ ًًا َ ََّ ًفا ْ يو اف َّ خ اْ ِ
ف ن م ِ
ُ ُ َ َ ً َ َ ً الَّ ُه َّم أ حَع ُ ح
ط
1. Mazhab Syafi’i, Maliki & Hanbali mengharamkan mengirim hewan qurban atau
mentransfer uang untuk qurban lebih dari jarak 80 KM ke tempat lain selama tidak ada
maslahat yang menuntut hal tersebut.
2. Madzhab Hanafi memakruhkan hal tersebut, kecuali untuk kerbat atau yang lebih
membutuhkan
3. Sebagian ulama membolehkan secara mutlak (meskipun tidak ada tuntutan maslahat)
(Kitab al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu Syaih Wahbah Az-Zuhaili, 4/273, Fatwa Syabakah
Islamiyah no. 2997, 29048, dan 29843 & kitab Shahih Fiqih Sunnah, II/380)
HEWAN QURBAN
Hewan qurban hanya boleh dari kalangan Bahiimatul An’aam (hewan ternak
tertentu) yaitu onta, sapi atau kambing dan tidak boleh selain itu. Bahkan
sekelompok ulama meriwayatkan adanya ijma’ (kesepakatan) bahwasanya qurban
tidak sah kecuali dengan hewan-hewan tersebut
(lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/369 dan Al Wajiz 406)
Dalilnya adalah firman Allah yang artinya, “Dan bagi setiap umat Kami berikan
tuntunan berqurban agar kalian mengingat nama Allah atas rezki yang
dilimpahkan kepada kalian berupa hewan-hewan ternak (bahiimatul
an’aam).” (QS. Al Hajj: 34)
jika seandainya ada orang yang berqurban dengan jenis
hewan lain yang lebih mahal dari pada jenis ternak
tersebut maka qurbannya tidak sah. Andaikan dia lebih
memilih untuk berqurban seekor kuda seharga 10.000
real sedangkan seekor kambing harganya hanya 300 real
maka qurbannya (dengan kuda) itu tidak sah…”
(HR. Tirmidzi dan menilainya Shahih, Kitab Minhaajul Muslim, 264 & 266)
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berqurban untuk
seluruh dirinya dan seluruh umatnya. Suatu ketika beliau
hendak menyembelih kambing qurban. Sebelum
menyembelih beliau mengatakan:
1967حدثنا ْارون بن معروف حدثنا عبد اهلل بن وْب قال قال حيوة أخربين أبو صخر عن يزيد بن قِيط عن عروة بن الزبري عن عائشة أن رسول اهلل صَّى اهلل
عَّيِ وسَّم أمر بًبش أقرن يطأ ِف سواد ويربك ِف سواد وينظر ِف سواد فأيت بِ ليضحي بِ فْال هلا يا عائشة َّْمي املدية مث قال اشحذيها حبجر ففعَّت مث أخذْا
وأخذ الًبش فأضجعِ مث ذحبِ مث قال باسم اهلل الَّهم َْبل من حممد وآل حممد ومن أمة حممد مث ضحى بِ
=====================================================================================
، ...........واستدل بهذا من َوَ تضحية الرَل عنه وعن أهل بيته ،واشتراكهم معه في الَواب ،وهو مذهبنا ومذهب الجمهور ،وكرِْ الثوري وأبو
حنيفة وأصحابِ ،وزعم الطحاوي أن ْذا احلديث منِوخ أو خمصوص ،وغَّطِ العَّماء ِف ذلك ،فإن النِخ والتخصيص ال يثبتان مبجرد الدعوى .
(كتاب شرح صحيح مَِّم لإلمام النووي)
MAKSUD KAMBNG HANYA UNTUK SATU ORANG
Adapun yang dimaksud: “…kambing hanya boleh untuk satu orang, sapi untuk
tujuh orang, dan onta 10 orang…” adalah biaya pembeliannya. Biaya pembelian
kambing hanya boleh dari satu orang, dst.
Namun seandainya ada orang yang hendak membantu shohibul qurban yang
kekurangan biaya untuk membeli hewan, maka diperbolehkan. Dan status
bantuan di sini adalah sedekah/hadiah bagi shohibul qurban, bukan dalam rangka
urunan/patungan.
KETENTUAN UNTUK SAPI & ONTA
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu beliau mengatakan, “Dahulu kami penah
bersafar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu tibalah hari raya
Iedul Adha maka kami pun berserikat sepuluh orang untuk qurban seekor onta.
Sedangkan untuk seekor sapi kami berserikat sebanyak tujuh orang.”
(Shahih Sunan Ibnu Majah 2536, Al Wajiz, hal. 406)
Dalam masalah pahala, ketentuan qurban sapi sama dengan ketentuan qurban
kambing. Artinya urunan 7 orang untuk qurban seekor sapi, pahalanya mencakup
seluruh anggota keluarga dari 7 orang yang ikut urunan bahkan untuk orang lain
ARISAN QURBAN KAMBING?
Boleh, karena mengadakan arisan dalam rangka berqurban masuk
dalam pembahasan berhutang untuk qurban. Karena hakekat arisan
adalah hutang. Sebagian ulama menganjurkan untuk berqurban
meskipun harus hutang
Bahkan Beliau pernah ditanya tentang hukum orang yang tidak jadi
qurban karena uangnya diserahkan kepada temannya yang sedang
terlilit hutang, dan beliau jawab: “Jika di hadapkan dua permasalahan
antara berqurban atau melunaskan hutang orang faqir maka lebih
utama melunasi hutang, lebih-lebih jika orang yang sedang terlilit
hutang tersebut adalah kerabat dekat.”
(Majmu’ Fatawa & Risalah Ibn Utsaimin 18/144).
QURBAN KERBAU?
Para ulama’ menyamakan kerbau dengan sapi dalam berbagai hukum
dan keduanya disikapi sebagai satu jenis
(Mausu’ah Fiqhiyah kuwaitiyyah 2/2975).
2. Berqurban khusus untuk orang yang telah meninggal tanpa ada wasiat dari mayit. Sebagian
ulama madzhab hambali menganggap ini sebagai satu hal yang baik dan pahalanya bisa sampai
kepada mayit, sebagaimana sedekah atas nama mayit (lih. Fatwa Majlis Ulama Saudi no. 1474 &
1765). Namun sebagian ulama’ Madzhab Syafi’i menilainya tidak diperbolehkan, karena Rasullah
tidak pernah diriwayatkan berqurban untuk Khodijah sebagai istrinya yang tercinta maupun untuk
anak-anaknya yang lain
3. Berqurban khusus untuk orang yang meninggal karena mayit pernah mewasiatkan agar
keluarganya berqurban untuknya jika dia meninggal. Berqurban untuk mayit untuk kasus ini
diperbolehkan jika dalam rangka menunaikan wasiat si mayit. (I’anah ath-Thalibin, catatan
kaki Syarhul Mumti’ yang diambil dari Risalah Udl-hiyah Syaikh Ibn Utsaimin 51)
CACAT YANG TIDAK SAH UNTUK BERQURBAN
1. Buta sebelah dan jelas sekali kebutaannya, adapun hewan yang rabun senja, ulama’ madzhab
syafi’iy menegaskan boleh digunakan untuk qurban
3. Pincang dan tampak jelas pincangnya: Artinya pincang dan tidak bisa berjalan normal. Akan tetapi
jika baru kelihatan pincang namun bisa berjalan dengan baik maka boleh dijadikan hewan qurban.
Dalam Madzhab Syafi’i, telinga terpotong meskipun itu sebagian, maka tidak sah untuk berqurban
(Kitab Fathul Qarib, Shahih Fiqih Sunnah, II/373 & Syarhul Mumti’ 3/294)
CACAT YANG MENYEBABKAN MAKRUH UNTUK BERQURBAN
Selain jenis cacat di atas atau cacat yang tidak lebih parah dari itu maka tidak berpengaruh
pada status hewan qurban. Misalnya tidak bergigi (ompong), tidak berekor, bunting, atau
tidak berhidung.
1. Qurban yang sering dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utuh satu ekor, baik kambing, sapi,
maupun onta, bukan 1/7 sapi atau 1/10 onta
Hal ini juga sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Imam Asy-Syiroziy Asy-Syafi’iy penulis kitab Al Muhadzdzab
(kitab Al Muhadzab 1/74)
APAKAH HARUS JANTAN?
Tidak ada ketentuan jenis kelamin hewan qurban. Boleh jantan maupun betina. Dari
Umu Kurzin radhiallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Aqiqah untuk anak laki-laki dua kambing dan anak perempuan satu kambing. Tidak
jadi masalah jantan maupun betina.” (HR. Ahmad 27900 & An Nasa’i 4218 Shahih).
Larangan tersebut berlaku untuk cara apapun dan untuk bagian manapun, mencakup
larangan mencukur gundul atau sebagian saja, atau sekedar mencabutinya. Baik
rambut itu tumbuh di kepala, kumis, sekitar kemaluan maupun di ketiak (Kitab Shahih
Fiqih Sunnah, II/376)
APAKAH LARANGAN INI BERLAKU UNTUK SEMUA KELUARGA
Hanya berlaku untuk kepala keluarga (shohibul qurban) dan tidak berlaku bagi anggota
keluarganya. Karena 2 alasan:
1. Zhahir hadis menunjukkan bahwa larangan ini hanya berlaku untuk yang mau berqurban.
2. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sering berqurban untuk dirinya dan keluarganya. Namun
belum ditemukan riwayat bahwasanya beliau menyuruh anggota keluarganya untuk tidak
memotong kuku maupun rambutnya. (kitab Syarhul Mumti’ 7/529)
WAKTU PENYEMBELIHAN
Para ulama sepakat bahwa penyembelihan qurban tidak boleh dilakukan sebelum shalat ‘Id
ك ِِف َش حي ٍء
ِ ُِّمن فَعََِّ فَ َْ حد أَصاب سنَّتَ نَا ومن َذبح قَبل فَِإََّّنَا ْو َحلم قَدَّمِ أل حََِّْ ِِ لَيس ِمن الن
ُ َ َ ح ُ َ َُ ح َ َ ُ ََ ح َ َ ح ُ َ َح
“Barangsiapa yang menyembelih qurban setelah shalat ‘Ied, maka sesungguhnya dia telah
menepati sunnahnya kami, dan barang siapa yang menyembelih sebelum dilaksanakan shalat
‘ied, maka itu adalah daging yang disuguhkan untuk keluarganya dan tidak mendapat nilai
ibadah qurban sedikitpun.” (HR. Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap hari taysriq (11, 12, & 13 Dzul
Hijjah) adalah (hari) untuk menyembelih (qurban).” (HR. Ahmad dan Baihaqi)
Tidak ada perbedaan baik siang maupun malam sama-sama dibolehkan. Namun menurut
sebagian ulama dalam mazhab Syafi’i dimakruhkan di waktu malam kecuali karena ada suatu
alasan.
TEMPAT PENYEMBELIHAN
• Tidak terdapat dalil bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan shalawat
ketika menyembelih. Sementara beribadah tanpa dalil adalah perbuatan bid’ah.
• Bisa jadi orang akan menjadikan nama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai wasilah ketika qurban. Atau bahkan bisa jadi seseorang membayangkan Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyembelih, sehingga sembelihannya tidak murni
untuk Allah. (lihat Syarhul Mumti’ 7/492)
Namun para ulama dari Mazhab Syafi’i membolehkan bahkan menganjurkan membaca
shalawat ketika hendak menyembelih.
PISAU TERLEPAS SEBELUM TUNTAS
Imam Muhammad Amin al-Kurdiy Asy-Syafi’I dalam kitabnya Tanwirul Qulub, hal 253 Cet. al-Hidayah
mengatakan:
وال يشرتط ِف قطع ذلك ان يًون دفعة واحدة فَّو قطع بأكثر كما لو رفع الًِني فاعادْا فورا او الْاْا لًَّها وأخذ غريْا (او
وقطع ما بْي وكان فورا حل وال يشرتط وجود احلياة املِتْرة ِف دفعة الفعل الثاين اال اذا طال الفصل,سْطت منِ فاخذْا ) او قبَّها
بني الفعَّني فل بد من وجود احلياة املِتْرة اول فعل الثاين
"Dan tidak disyaratkan dalam memotongnya bahwa harus sekali gorok. Maka jika dipotong lebih dari
satu kali misalnya penyembelihnya mengangkat pisaunya kemudian dikembalikan dengan segera, atau
ia mengganti pisau tersebut karena tumpul dan segera mengambil pisau yang lain, atau pisaunya
terjatuh kemudian diambil kembali, atau (setelah menyembelih sebagian) penyembelih membalikkan
hewan sembelihan dan melanjutkan menyembelih bagian yang tersisa dengan segera maka hewan
sembelihan tersebut HALAL, dan tidak disyaratkan harus adanya hayat mustaqirrah (kehidupan
sebelum sekarat tanpa sadar) dalam pemotongan kedua, kecuali jika lama berselang diantara dua kali
pemotongan tersebut, maka diharuskan adanya hayat mustaqirrah ketika pemotongan kedua".
PEMBAGIAN HASIL SEMBELIHAN
• Dimakan sendiri dan keluarganya, bahkan sebagian ulama menyatakan shohibul qurban
wajib makan bagian hewan qurbannya. Termasuk dalam hal ini adalah berqurban karena
nadzar menurut sebagian pendapat, namun menurut madzhab Syafi’i, qurban wajib
karena nadzar atau janji itu tidak boleh sedikitpun dimakan oleh pemiliknya dan orang
yang di bawah tanggungan nafkahnya (Kitab Al Baijuri, II/302)
• Dihadiahkan kepada orang yang kaya, dalam madzhab Syafi’I orang kaya hanya berhak
memakannya, tidak boleh menjualnya. (Kitab Busyrol Karim, II/128)
• Disimpan untuk bahan makanan di lain hari. Namun penyimpanan ini hanya dibolehkan
jika tidak terjadi musim paceklik atau krisis makanan.
KAPAN QURBAN MENJADI WAJIB DALAM
MADZHAB IMAM SYAFI’I DAN JUMHUR ULAMA?
1. Dengan “bernadzar”, seperti seseorang berkata : “Aku wajibkan diriku berqurban tahun
ini.” Atau “Aku bernadzar qurban tahun ini.” Maka saat itu qurban menjadi wajib bagi
orang tersebut.
Dalam hal ini sangat berbeda dengan ungkapan seseorang : “Aku mau berqurban dengan
kambing ini. “ Maka dengan ungkapan ini tidak akan menjadi wajib karena dia belum
memastikan dan menentukan. Dan sangat berbeda dengan kalimat yang sebelumnya, yaitu
“Aku jadikan kambing ini kambing qurban.”
• Dan mohon diperhatikan hal ini, karena hal ini sangat penting.
DAGING QURBAN UNTUK ORANG KAFIR?
2. Mazhab Syafi’iy berpendapat haram untuk qurban yang wajib (misalnya qurban
nadzar) dan Boleh untuk qurban yang sunnah. Imam Al Baijuri As Syafi’i
mengatakan: “Dalam kitab Al Majmu’ (Syarhul Muhadzab) disebutkan, boleh
memberikan sebagian qurban sunnah kepada kafir dzimmi yang faqir. Tapi
ketentuan ini tidak berlaku untuk qurban yang wajib.” (kitab Hasyiyah Al Baijuri
2/310)
3. Fatwa Lajnah Da’imah Saudi Arabia berpendapat boleh selama itu untuk kafir
dzimmiy, adapun kafir harbi maka itu tidak boleh
MENJUAL & MENGUPAH PANITIA DENGAN
BAGIAN HEWAN QURBAN
َِّ
د ص ََأ نَأ
و ، ِ
ِ َِ د
َ َ ُ َ ح َ َ َ ح ُ َ َ ُح َ حب ى َّ
َ ع وم قَ
أ نَأ م َّ سو ِ
ِ يََّ ع َِّ ال ىَّ ص ِ
ِ َّ ال ول
ُ س ر ِ
ينر َمأ : ال
َ ق
َ ي ِ
َّ ع ن ع
َ ُ َ َ َ ٍّ َ ح َ
َحْن ُن َُ حع ِط ِيِ ِم حن ِعحن ِدَا: قَ َال،اْلََّز َار ِمحن َها
َوأَ حن َال أ حُع ِط َي ح، َوأ َِجَّتِ َها،ود َْا
ِ َُّ وج،بََِّح ِمها
َُ َ ح
“Dari Ali bin Abi Thalib berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan aku
untuk mengurusi penyembelihan onta qurbannya. Beliau juga memerintahkan saya untuk
membagikan semua daging, kulit tubuh serta kulit punggungnya. Dan saya tidak
diperbolehkan memberikan bagian apapun darinya kepada tukang jagal. Ali mengatakan :
kami mengupahnya dari uang kami pribadi” (HR. Muslim)
ُِ َأض ِحيَةَ ل
ح فل
َ ، ِ
ِ ِ
ت ِ
َ ُض
ي ح َم حن باع ج حَّ َد أ ح
“Barang siapa yang menjual kulit hewan qurbannya (bagi pemilik hewan tersebut) maka
TIDAK SAH ibadah qurbannya.” (HR. Al Hakim 2/390 & Al Baihaqi. Hadits Hasan)
1. “Tukang jagal tidak boleh diberi daging, kepala, tanduk, kaki, atau kulitnya sebagai bentuk UPAH
atas pekerjaannya. Hal ini berdasarkan ijma’ (kesepakatan para ulama). Yang diperbolehkan
adalah memberikannya sebagai bentuk HADIAH jika dia termasuk orang kaya atau sebagai
sedekah jika ternyata dia adalah miskin…..” (kitab Taudhihul Ahkaam, IV/464)
2. Imam Ibnu Qosim al-Ghozi Asy-Syafi’i pengarang kitab Fathul Qorib mengatakan: “Haram
menjadikan bagian hewan qurban sebagai upah bagi jagal.” Perkataan beliau ini dikomentari oleh
Imam Al Baijuri: “Karena hal itu (mengupah jagal) semakna dengan jual beli. Namun jika jagal
diberi bagian dari qurban dengan status SEDEKAH bukan UPAH maka tidak haram.” (Hasyiyah Al
Baijuri As Syafi’i 2/311)
3. Adapun bagi orang yang memperoleh hadiah atau sedekah bagian dari hewan qurban
diperbolehkan memanfaatkannya sekehendaknya, bisa dimakan, dijual atau yang lainnya. Akan
tetapi tidak diperkenankan menjualnya kembali kepada orang yang memberi hadiah atau sedekah
kepadanya (Tata Cara Qurban Tuntunan Nabi, 69), Namun dalam madzhab Syafi’I tidak boleh bagi
orang yang mampu menjual bagian yang didapat dari hewan qurban tersebut, karena statusnya
sebagai hadiah yang hanya boleh untuk dimakan.
MENYEMBELIH SATU KAMBING UNTUK MAKAN-MAKAN
PANITIA? ATAU PANITIA DAPAT JATAH KHUSUS?
Status panitia qurban adalah WAKIL dari pemilik hewan qurban dalam mengurus,
menyembelih & mendistribusikannya, bukan berstatus sebagaimana AMIL zakat yang
berhak mendapatkan bagian, sehingga tidak diperbolehkan bagi panitia qurban
mengambil sebagian terlebih satu kambing sebagai upah atas pekerjaanya, karena
hal tersebut termasuk khianat mengurangi bagian hewan qurban yang sepenuhnya
telah diberikan kepada Allah dan Allah memberikannya kepada yang berhak.
Panitia qurban berhak mendapatkan bagian dari hewan tersebut dengan status
sedekah atau hadiah sebagaiman layaknya masyarakat mendapatkannya
• Kumpulkan semua kulit, kepala, dan kaki hewan qurban. Tunjuk sejumlah orang
miskin sebagai sasaran penerima kulit. Tidak perlu diantar ke rumahnya, tapi
cukup hubungi mereka dan sampaikan bahwa panitia siap menjualkan kulit yang
sudah menjadi hak mereka. Dengan demikian, status panitia dalam hal ini adalah
sebagai wakil bagi pemilik kulit untuk menjualkan kulit, bukan wakil dari shohibul
qurban dalam menjual kulit, kemudian hasil dari penjualan tersebut diserahkan
kepada yang berhak
• Serahkan semua atau sebagian kulit kepada yayasan islam sosial (misalnya panti
asuhan atau pondok pesantren) atau masjid (Terdapat Fatwa Lajnah yang
membolehkan menyerahkan bagian hewan qurban kepada yayasan).
SATU KAMBING UNTUK AQIQAH & QURBAN ?
Jika aqiqah dan qurbannya itu sama-sama sunnah dan kambingnya satu, dalam hal ini ada
perbedaan pendapat,
1. Menurut imam Ibnu Hajar Al Haitami tidak boleh
2. Menurut imam Ar Romli boleh.
Begitu pula jika kambingnya dua atau lebih tapi diniati sekaligus, artinya tidak ditentukan
mana yang untuk aqiqah dan mana yang untuk qurban, maka juga ada perbedaan pendapat
di antara ulama seperti diatas.
Tapi kalau kambingnya dua atau lebih dan masing-masing ditentukan, mana yang untuk
aqiqah dan mana yang untuk qurban maka sah/ boleh, tidak ada perbedaan pendapat.
(KitabAl Baijuri II/304, Kitab Al Qalyubi IV/255, Kitab Itsmidul 'Ainain hal.77)
PUASA TANGGAL 1 - 10 DZUL HIJJAH
!اد ِِف َسبِ ِيل الَّ ِِ؟هِاْل
ح ال
و ! ِ َّول ال
ِ َ سر اي : ا
و ل
ُ اَْ ف
َ ، ِ
ر ش
ح ع ل
ح ا ِ
ام ي
َّ ألحا ِ
ه ِ
ذ ْ ن مِ ِ
ِ َّ ال ََ ِ بُّ َحأ ن
َّ ِ
ه يِف ح ِ
ال الص
َّ ل م ع ل
ح ا ٍ َّما ِمن أَي
ام
َُ َ َُ َ َ َ ح َ ُ ُ ََ َ ح
ٍ ِال رجل خرج بِن حف ِِ ِِ ومالِِِ فَََّم ي رِجع ِمن َذلِك بِشيء،ِِ َّاْلِهاد ِِف سبِ ِيل ال ح ال
و : وسَّم ِعَّي اهلل صَّى ِ َّول ال
ِ ُ س ر ال
َ َْ ف
َ
ح َ َ ح ح ح َ ح َ َ َ َ َ َ ُ َ َ ُ َ َ ُ َ
“Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan selama 10
hari pertama bulan Dzul Hijjah.” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: “Tidak pula jihad, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun
tidak ada yang kembali satupun.” (HR. Abu Daud, Shahih)
• Berdasarkan hadis tersebut, ulama’ sepakat dianjurkannya berpuasa selama 8 hari pertama
bulan Dzul hijjah. Dan lebih ditekankan lagi pada tanggal 9 Dzul Hijjah (Hari ‘Arafah)
• Diceritakan oleh Al Mundziri dalam At Targhib (2/150) bahwa Sa’id bin Jubair (Murid terbaik
Ibn Abbas) ketika memasuki tanggal satu Dzul Hijjah, beliau sangat bersungguh-sungguh
dalam beribadah sampai hampir tidak bisa mampu melakukannya.
NIAT PUASA TARWIYAH (8 DZUL HIJJAH) SECARA
KHUSUS?
• Terdapat hadis yang menyatakan: “Orang yang berpuasa pada hari tarwiyah maka
baginya pahala puasa satu tahun.” Namun hadis ini hadits palsu sebagaimana
ditegaskan oleh Imam Ibnul Jauzy (kitab Al Maudhu’at 2/198), Imam Ash-Shuyuthi
(Al Mashnu’ 2/107), Imam Asy Syaukani (Al Fawaidul Majmu’ah)
• Oleh karena itu, tidak perlu berniat khusus untuk berpuasa pada tanggal 8 Dzul
Hijjah karena hadisnya berstatus palsu, minimal dha’if. Namun jika berpuasa
karena mengamalkan keumuman hadis shahih pada pembahasan sebelumnya,
maka diperbolehkan. (Kitab Fatwa Yas-aluunaka, Syaikh Hissamuddin ‘Affaanah).
واهلل أعَّم بالصواب
SUMBER :
1. https://muslim.or.id/446-fiqih-qurban.html
2. Kitab al-Minhaj Syarah Shahih Muslim Imam an-Nawawi
3. Kitab Bughyatul Mustarsyidin
4. Kitab Fathul Qarib Syarah Matnul Ghayah wat-Taqrib
5. Kitab I’anatuth Thalibin Hasyiyah Fathul Mu’in
6. Islamqa.info/ar/175475
7. https://www.dakwatuna.com/2011/10/25/15868/fiqih-qurban/#axzz4qZOMEn8y
8. http://buyayahya.org/artikel-kajian/fiqih-qurban-menurut-ulama-ahlussunnah.html
9. http://www.madinatulilmi.org/fiqh/217-fiqih-qurban-dan-tanya-jawab-seputar-qurban.html
10. Dan lain-lain