Cara 1. Menghitung selisih antara tanggal lahir & tanggal kunjungan ................... 2
9. LINGKAR DADA....................................................................................................... 32
Ketepatan perhitungan umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Perhitungan
umur yang tidak tepat menyebabkan kekeliruan dalam interpretasi status gizi. Cara
menghitung umur anak dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu menghitung selisih
antara tanggal lahir dan tanggal kunjungan (Depkes RI & WHO, 2008), berdasarkan kalender
lokal, dan pembulatan umur (CDC, 2000).
Langkah-langkah perhitungan:
- Tentukan tanggal lahir anak, dalam format tanggal, bulan, tahun
misalnya: 5-3-2006
- Tulis tanggal kunjungan, misalnya: 18-9-2008
- Hitung umur anak dengan mengurangi tanggal kunjungan dengan tanggal lahir
Contoh 1:
Tanggal kunjungan 18 09 2008
Tanggal lahir 05 03 2006
13 06 2 = 2 tahun 6 bulan 13 hari
Umur dibulatkan menjadi 24 bulan + 6 bulan = 30 bulan
Sisa hari tidak diperhitungkan
Contoh 2:
Tanggal kunjungan 04 03 2007
Tanggal lahir 18 08 2006
Untuk menghindari hasil pengurangan minus, lakukan sebagai berikut:
Tanggal kunjungan 04 03 2007
(04 + 30) (03-1) + 12 (2007-1)
34 14 2006
Tanggal lahir 18 08 2006
16 06 0 = 6 bulan 16 hari
Umur anak dibulatkan menjadi 6 bulan, sisa hari tidak diperhitungkan
Contoh 3:
Tanggal kunjungan 04 03 2007
Tanggal lahir 18 08 2006
-14 -5 1
(-1 bulan*) (12 bulan)
* jika selisih tanggal adalah negatif maka dikurangi 1 bulan, jika selisih tanggal
adalah positif maka selisih tanggal diabaikan
Center of Diseases Control (CDC) tahun 2000, melakukan pembulatan umur dalam
penghitungan umur anak dengan pedoman:
a. Umur ≥ 16 hari, dibulatkan menjadi 1 bulan
Contoh: 20 bulan + 17 hari = 21 bulan
19 bulan – 16 hari = 18 bulan
b. Umur < 16 hari, dibulatkan menjadi 0 bulan
Contoh: 20 bulan + 15 hari = 20 bulan
19 bulan – 14 hari = 19 bulan
1. BERAT BADAN
Berat Badan (BB) merupakan parameter antropometri yang paling sering digunakan,
baik di rumah sakit maupun di masyarakat/komunitas. Penimbangan Berat Badan ketika bayi
dilahirkan, dimaksudkan untuk mengetahui apakah bayi tersebut memiliki berat badan lahir
normal atau berat badan lahir yang rendah (BBLR). Ketika menginjak usia Bayi dan Balita,
penimbangan berat badan dilakukan untuk melihat laju pertumbuhan fisik atau status gizinya.
Berat badan dipengaruhi banyak faktor, meliputi: Genetik (keturunan), asupan nutrisi,
penyerapan usus-pengeluaran, aktifitas fisik, metabolisme tubuh-hormon, penyakit kronik,
dan lain-lain.
A.1. Detecto
- Umum digunakan di Puskesmas atau rumah sakit
- Ketelitian (presisi) sampai maksimum 0,1 kg (100g)
B2. Detecto
1. Persiapan alat: Alat diletakkan di atas permukaan yang rata, posisi bandul pada
angka nol dan jarum dalam keadaan seimbang
2. Anak yang berumur 2 tahun atau lebih yang bisa berdiri tenang, maka dapat
ditimbang sendiri
3. Lepaskan alas kaki dan pakaian luar anak
4. Posisikan anak di atas timbangan, geser bandul sesuai berat anak sampai posisi
jarum seimbang.
5. Baca dan tatat hasil penimbangan
6. Jika anak bergerak-gerak terus di atas timbangan atau tidak bisa diam, maka
anak dapat ditimbang bersama ibu/pendampingnya. Berat badan anak diketahui
dengan mengurangi hasil penimbangan anak bersama berat badan
ibu/pendampingnya.
1. Persiapan alat: Periksa baterai timbangan, apakah masih berfungsi dengan baik,
dan letakkan di atas permukaan yang rata
2. Subyek mengenakan pakaian biasa (usahakan pakaian yang minimal) dan tidak
mengenakan alas kaki
3. Subyek berdiri tenang di atas timbangan dengan berat badan yang tersebar
merata pada kedua kaki, posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan
4. Baca dan catat hasil penimbangan dengan skala 0,1 kg terdekat
Parameter Tinggi badan (TB) dapat digunakan untuk mengetahui keadaan gizi pada
masa yang telah lalu, dengan cara menghubungkan Tinggi Badan terhadap umurnya (TB/U),
dan dapat pula untuk mengetahui keadaan gizi saat ini, terutama bila umur tidak diketahui
secara pasti, dengan cara menghubungkan Berat Badan terhadap Tinggi Badannya (BB/TB).
Pertumbuhan rata-rata tinggi badan dalam populasi, berbeda menurut jenis kelamin,
dimana pria dewasa rata-rata lebih tinggi daripada wanita dewasa. Selain itu, tinggi badan
manusia juga berbeda menurut kelompok etnis.
Pertumbuhan Tinggi Badan biasanya berhenti ketika lempeng pertumbuhan (lempeng
efifisis) diujung tulung menutup. Penutupan ini terjadi sekitar usia 16 tahun pada wanita atau
18 tahun pada pria. Pada sebagian orang, penutupan ini dapat terjadi lebih lambat, yaitu
ketika memasuki usia 20-21 tahun. Namun terdapat pula literatur yang menyebutkan tinggi
badan khususnya pada tulang rawan intervertebralis dan efifisis masih dapat tumbuh pada
usia di atas 25 tahun.
Selain faktor asupan zat gizi, tinggi badan dipengaruhi pula oleh faktor genetik. Potensi
tinggi badan dengan sumbangsih faktor genetik pada usia 18 tahun, dapat diketahui dengan
menggunakan formula:
2
Mengukur panjang atau tinggi anak, tergantung dari umur dan kemampuan anak
untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak berbaring (telentang),
sedangkan mengukur tinggi, anak berdiri tegak.
Secara umum, tinggi badan (TB) akan lebih pendek sekitar 0,7 cm dibandingkan
dengan panjang badan (PB). Oleh karena itu, harus dilakukan koreksi bila pengukuran tidak
dilakukan dengan cara yang sesuai untuk kelompok umur, dengan cara:
Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri), maka
ditambahkan 0,7 cm untuk dikonversi menjadi panjang badan
Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih diukur panjangnya (berbaring), maka
dikurangi 0,7 cm untuk dikonversi menjadi tinggi badan
1. Persiapan alat: Letakkan microtoise di lantai yang rata dan menempel pada
dinding yang tegak lurus. Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka
pada jendela baca menunjukkan angka 0 (nol). Tempelkan dengan paku ujung
4. Kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang menempel
pada dinding, dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan
5. Pada subjek obesitas dimana point 4 di atas sulit dilakukan, maka cukup
tulang belakang dan pinggang dalam keseimbangan (tidak membungkuk atau
tengadah). Subjek bernapas dengan relaks.
6. Turunkan microtoise sampai puncak kepala, siku-siku microtoise menempel
pada dinding
7. Baca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garis
merah
8. Catat hasil pengukuran mendekati satu desimal
Rasio lingkar pinggang terhadap panggul merupakan cara sederhana dalam penentuan
distribusi lemak, baik di bawah kulit maupun pada jaringan intra abdominal.
Penggelembungan rasio pinggang-panggul menandakan penumpukan lemak di dalam perut.
Tambah besarnya rasio lingkar pinggang-panggul mencerminkan perubahan resiko
penyakit degeneratif. Supariasa (2002) mengemukakan suatu studi prospektif yang
menunjukkan bahwa rasio lingkar pinggang-panggul berhubungan erat dengan penyakit
kardiovaskuler. Rata-rata rasio lingkar pinggang dan panggul penderita penyakit
kardiovaskuler dengan orang yang sehat adalah 0,938 dan 0,925. Tidak ada konsensus
tentang cut off yang dianggap sebagai batas terbaik untuk WHR. Seidell, dkk (1987)
menetapkan rasio lingkar pinggang dan panggul untuk perempuan sebesar 0,77 dan untuk
laki-laki sebesar 0,90.
Resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR, berbeda menurut jenis
kelamin dan kelompok umur, seperti disajikan pada tabel berikut:
B. Prosedur pengukuran
B.1. Lingkar pinggang
1. Pakaian yang digunakan subjek: longgar (tidak menekan), sehingga alat ukur dapat
diletakkan dengan sempurna.
2. Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan relaks
Mengukur lingkar perut merupakan cara lain untuk memantau resiko kegemukan dan
resiko penyakit jantung. Pengukuran lingkar perut lebih memberi arti dibandingkan dengan
IMT dalam menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral), karena
peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar perut.
Obesitas sentral dianggap sebagai faktor resiko yang erat kaitannya dengan beberapa
penyakit degeneratif. Laki-laki dengan lingkar perut di atas 90 cm atau perempuan dengan
lingkar perut di atas 80 cm dinyatakan sebagai obesitas sentral (WHO, Asia-Pasifik, 2005).
Menurut Badan Litbangkes Depkes RI, prevalensi obesitas sentral secara nasional Indonesia
tahun 2007 sebesar 18.8%. Kejadian obesitas sentral cenderung meningkat sampai umur 45-
54 tahun, selanjutnya berangsur menurun kembali. Obesitas sentral ini lebih tinggi pada
perempuan dibanding laki-laki.
Untuk mengetahui resiko menderita penyakit jantung, lingkar perut diperbandingkan
dengan lingkar pinggang (Ratio Lingkar Perut dan Lingkar Pinggang). Ambang batas rasio
lingkar perut dan lingkar pinggang yang disarankan yaitu: Wanita < 0,8 dan Pria < 1. Seorang
wanita dengan rasio lingkar perut dan lingkar pinggang > 0,8 dan Pria > 1, mempunyai resiko
menderita penyakit jantung yang lebih besar dari pada wanita dengan rasio lingkar perut dan
lingkar pinggang < 0,8 dan Pria < 1.
B. Prosedur pengukuran
1. Sebelum melakukan pengukuran, jelaskan kepada subjek tindakan apa saja yang akan
dilakukan dalam pengukuran
2. Bila tersedia tenaga pengukur berjenis kelamin wanita dan pria, sebaiknya tenaga
pengukur wanita mengukur subjek wanita dan tenaga pengukur pria mengukur subjek
pria.
3. Pengukur meminta dengan santun agar subjek membuka pakaian bagian atas, dengan
cara menyingkapkan pakaian bagian atas.
4. Penentuan titik pengukuran:
- Raba tulang rusuk paling akhir. Beri tanda titik pada bagian bawah tulung rusuk
paling akhir.
- Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.
B. Prosedur pengukuran
1. Pengukuran dilakukan pada daerah biceps (daerah lengan bagian depan), triceps
(daerah lengan bagian belakang), subscapular (daerah bagian bawah bahu) dan
suprailiac (daerah pinggang bagian depan). Pengukuran dilakukan pada sisi kiri
tubuh.
2. Kulit dicubit dan diangkat (tidak terlalu kuat) di antara jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri, tanpa menyertakan jaringan otot di bawahnya.
3. Pada setiap bagian tubuh dilakukan pengukuran masing-masing 3 (tiga) kali,
hasilnya kemudian dirata-ratakan. Selanjutnya hasil rata-rata pengukuran daerah I,
II, III dan IV dijumlahkan
Lemak tubuh dapat dihitung bila densitas tubuh diketahui. Sedangkan densitas
tubuh dapat diketahui bila ada data hasil pengukuran lemak tubuh.
Pada orang dewasa: digunakan persamaan penentuan densitas tubuh yang diturunkan
oleh Durnin dan Womersley (1974) berikut ini:
Densitas tubuh (D) = a - b log.c
a = intercept
b = slope
c = jumlah tebal lipatan kulit dari 4 bagian tubuh, dalam mm.
Sedangkan rumus pendugaan lemak tubuh menggunakan persamaan Siri berikut ini:
F % = (495/D) – 450
F % = persentase lemak tubuh D = densitas tubuh
Pada anak-anak: pendugaan densitas dan lemak tubuh menggunakan rumus
Westrate dan Duerenberg (1989) yang telah disederhanakan oleh Hadi Riyadi
(1990).
Langkah 1.
Densitas tubuh (D) = intercept – 0,0719 log. c
= 1.1290 – 0.0719 log. c
= 1.1290 – 0.0719 (1.2304)
= 1.1290 – 0.0885
= 1.041 kg/L
Langkah 2.
Lemak tubuh (%) = L/D – m
= 568.7/1.041 – 532.3
= 14 %
Langkah 3.
Berat lemak = 14/100 x kg berat bedan
= 14/100 x 10 kg = 1.4 kg
Bukan lemak = 10 kg – 1,4 kg = 8,6 kg
Anak umur 2 – 18 tahun
(dibedakan menurut jenis kelamin)
Persamaan Regresi untuk Menduga Densitas Tubuh Anak usia 2-18 tahun
Umur Laki-laki Perempuan
(tahun)
a b a b
2 1.1315 0.0719 1.1315 0.0719
3 1.1333 0.0713 1.1319 0.1716
4 1.1351 0.0707 1.1323 0.0713
5 1.1369 0.0701 1.1327 0.0710
6 1.1387 0.0695 1.1331 0.0707
7 1.1405 0.0689 1.1335 0.0704
8 1.1423 0.0683 1.1339 0.0701
9 1.1441 0.0677 1.1343 0.0698
10 1.1459 0.0695 1.1347 0.0695
11 1.1477 0.0665 1.1381 0.0692
12 1.1495 0.0659 1.1412 0.0689
13 1.1517 0.0653 1.1443 0.0685
14 1.1531 0.0647 1.1474 0.0683
15 1.1549 0.0641 1.1505 0.0680
16 1.1567 0.0635 1.1536 0.0677
17 1.1585 0.0629 1.1567 0.0674
18 1.1603 0.0623 1.1598 0.0671
Contoh:
Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun, dengan tebal lipatan kulit total (c) = 15 mm dan
berat badan 21 kg. Tentukan berat lemak dan berat bukan lemak tubuhnya.
Langkah 1.
Densitas (D) = a - b log. c
= 1.1405 – 0.0689 log. c
= 1.1405 – 0.0689 (1.4150)
= 1.1405 – 0.0975
= 1.043 kg/L
Langkah 2.
Lemak tubuh (%) = L/D – m
= 541.0 /1.043 – 501.5
= 518.7 – 501.5
= 17.2 %
Langkah 3.
Berat lemak = 17.2/100 x kg BB
= 17.2/100 x 21 kg
= 3.6 kg
Contoh:
Seorang perempuan berumur 32 tahun, dengan total lipatan kulit total (c) = 27 mm dan berat
badan 52 kg. Tentukan berat lemak dan bukan lemaknya.
Langkah 1.
Densitas tubuh (D) = a - b log.c
= 1.1422 – 0.0632 (1.4314)
= 1.1422 – 0.0905
= 1.0517
Langkah 2.
Lemak tubuh (%) = (495 / D) - 450
= 495 / 1.0517 - 450
= 20.6 %
Langkah 3.
Berat lemak = 20.6 / 100 x 52 kg = 10.7 kg
Bukan lemak = 52 kg – 10.7 kg = 41.3 kg
Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) dapat diaplikasikan pada bayi, Balita dan
Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran LLA pada Balita ditujukan untuk melihat baik atau
tidaknya pertumbuhan anak. Dasar pemikirannya adalah, bahwa pada masa pertumbuhan
bayi dan Balita, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraselular
pada tubuh bayi dan Balita. Dengan kata lain ukuran-ukuran tubuhnya membesar, ditandai
dengan meningkatkan berat dan tinggi badan, ukuran lingkar kepala, lingkar lengan atas,
menguatnya tulang dan membesarnya otot, dan bertambahnya organ tubuh yang lain seperti
rambut, kuku, gigi dan sebaginya.
Perkembangan ukuran Lingkar Lengan Atas yang normal pada bayi dan Balita
berdasarkan standar Walanski seperti berikut ini:
Pengukuran LLA tidak digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam
jangka pendek. Pengukuran LLA Wanita Usia Subur ditujukan untuk mengetahui resiko
Kekurangan Energi Kronis pada ibu hamil dan calon ibu, untuk menepis wanita yang
mempunyai resiko melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR). Di Indonesia, ambang batas
WUS dikatakan mengalami kekurangan energi kronis, bila ukuran LLA-nya < 23,5 cm.
Lingkar Otot Lengan Atas (LOLA) merupakan indikator untuk kandungan protein tubuh (lean
body mass). Nilai normal LOLA adalah 24,8 cm bagi pria dan 21 cm bagi wanita.
2. Prosedur pengukuran
1. Subjek (bayi) lebih nyaman dalam dekapan ibunya
2. Lepaskan hiasan kepala
3. Lingkarkan pita mengelilingi kepala melalui bagian-bagian: tulang dahi, tepat di atas
kening (rongga mata bagian tepi atas) sampai tulang belakang kepala (pertemuan
antara tulang kepala dan tulang ubun-ubun serta tulang kepala bagian belakang),
dengan kedua sisi yang sejajar dengan satu bidang.
4. Catat hasil pengukuran sesuai angka pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam area mean (dalam jalur hijau) maka
lingkaran kepala anak normal
Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di atas area mean (di atas jalur hijau) maka
lingkaran kepala anak termasuk makrosefal, sedangkan di bawah area mean (di bawah
jalur hijau) termasuk mikrosefal.
Pengukuran lingkar dada biasanya diaplikasikan pada anak berusia 2 sampai 3 tahun. Pada
usia ini rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur 2 sampai
3 tahun,tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat.
2. Prosedur pengukuran
1. Subjek lebih nyaman dalam posisi duduk. Usahakan agar subjek serileks mungkin, agar
pernapasan lebih teratur
2. Lingkarkan pita mengelilingi dada, melalui puting susu tepat di tengah-tengah daerah
pernafasan
3. Catat hasil pengukuran sesuai angka pada pita hingga 0,1 cm terdekat.
A. Tinggi lutut
Kondisi / Syarat Pengukuran
Digunakan bila seseorang tidak dapat ditimbang (bed rest total).
Seseorang yang memiliki gangguan lekukan tulang belakang
tidak dapat berdiri karena lumpuh atau sebab lainnya. Dapat
diukur dalam posisi duduk / berbaring Dengan adanya Tinggi
Badan estimasi ini, maka Berat Badan Ideal dapat diketahui.
Alat Pengukuran :
Penggaris kayu / stainless steel dengan mata pisau menempel
pada sudut 90 pada kaki kiri
Cara pengukuran :
a) Lansia diukur dalam posisi duduk atau berbaring / tiduran di
atas lantai atau kasur dengan permukaan rata / flat tanpa
menggunakan bantal atau alas kepala (topi)
b) Segitiga kayu diletakkan pada kaki kiri antara tulang kering
dengan tulang paha membentuk sudut 90
c) Penggaris kayu/ stainless steel ditempatkan diantara tumit
sampai bagian tertinggi dari tulang lutut. Pembacaan dilakukan
pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm.
Rumus 1 :
TB Wanita = 89, 68 + (1,53 x tinggi lutut) – (0,17 x umur)
TB Pria = 96,5 + (1,38 x tinggi lutut) – (0,08 x umur)
Rumus 2 (Chumlea) :
TB Wanita = 84, 88 + (1,83 x tinggi lutut) – (0,24 x umur)
TB Pria = 64,19 + (2,02 x tinggi lutut) – (0,04 x umur)
Alat Pengukuran :
a) AIat ukur antropometer terdiri dari bangku duduk dari kayu dengan panjang, lebar, dan
tinggi masing-masing 40 cm bagi Iansia laki-laki dan 35 cm bagi lansia perempuan.
b) Mikrotoa sepanjang 2 m yang ditempelkan di tembok/ dinding
Cara Pengukuran
a) Mikrotoa menempel erat di dinding tembok harus di nol-kan dulu sampai lantai
b) Lansia duduk dengan posisi tubuh tegak, kepala, dan tulang belakang/punggung menempel
rapat ke dinding
c) Tangan diletakkan dengan santai di atas paha
d) Lansia tidak menggunakan alas kepala (topi)
e) Kedua kaki tanpa atau dengan alas kaki dirapatkan ke dinding bangku dan mata menatap
lurus ke depan. Pembacaan dilakukan pada mikrotoa yang ditempelkan di dinding tepat di
atas kepala, setelah dikurangi tinggi bangku
Rumus :
TB Wanita = 46,551 + (1,309 x TD)
A. Panjang Ulna
P (<65 1,69 1,67 1,66 1,64 1,62 1,60 1,58 1,57 1,55 1,53 1,51 1,49 1,48 1,46
th)
P (>65 1,65 1,63 1,62 1,60 1,59 1,57 1,56 1,54 1,52 1,51 1,49 1,48 1,46 1,45
th)
PU (cm) 25,0 24,5 24,0 23,5 23,0 22,5 22,0 21,5 21,0 20,5 20,0 19,5 19,0 18,5
W (<65 1,65 1,63 1,62 1,61 1,59 1,58 1,56 1,55 1,54 1,52 1,51 1,50 1,48 1,47
th)
W (>65 1,61 1,60 1,58 1,56 1,55 1,53 1,52 1,50 1,48 1,47 1,45 1,44 1,42 1,40
th)
Cara Pengukuran :
a) Lansia berdiri dengan kaki dan bahu menempel
membelakangi tembok sepanjang pita pengukuran
yang ditempel di tembok.
b) Bagian atas kedua lengan hingga ujung telapak
tangan menempel erat di dinding sepanjang mungkin
c) Pembacaan dilakukan dengan ketelitian 0,1 cm mulal
dari bagian ujung jari tengah tangan kanan hingga
ujung jari tengah tangan kiri
Rumus :
Cara pengukuran :
1. Mencari dan menandai titik tengah dari posisi sternum
dengan pena
2. Minta pasien untuk menempatkan lengan kanan dalam posisi horizontal
3. Periksa apakah lengan pasien adalah horizontal dan searah dengan bahu
4. Menggunakan pita pengukur, mengukur jarak dari tanda di garis tengah pada posisi
sternum ke antara jari tengah dan jari manis
5. Periksa apakah lengan datar dan pergelangan tangan lurus
6. Baca skala dalam cm
Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat diketahui melalui perhitungan menggunakan rumus,
menggunakan kalkulator dengan tombol x2 atau tanpa tombol x2, dan menggunakan tabel
IMT
A. Rumus IMT
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Atau
Berat Badan (kg)
Panjang Badan (m) x Panjang Badan (m)
B. Menggunakan Kalkulator
Langkah-langkah:
1. Masukkan angka berat badan dalam kg (paling dekat 0,1 kg)
2. Tekan tombol bagi ( / atau ÷)
3. Masukkan angka tinggi atau panjang badan dalam meter (perlu untuk konversi
centimeter sebagai meter; misal : 82,3 centimeter menjadi 0,823 meter)
4. Tekan tombol x2. Maka akan muncul tinggi dalam kuadrat
5. Tekal tombol =. Maka IMT muncul
6. Bulatkan angka IMT menjadi satu desimal dan catat hasilnya
Bila kalkulator tidak ada tombol x2, ikuti langkah 1-3, ulangi langkah 2 dan 3, dan
tekan tombol = untuk mendapatkan IMT.
C. Tabel IMT
Tabel IMT dan grafik IMT telah dihitung dengan menggunakan panjang badan untuk
anak-anak di bawah 2 tahun dan tinggi badan untuk anak-anak berumur 2 tahun atau
lebih.
• Tentukan panjang/ tinggi badan anak (dalam cm) di kolom bagian kiri atau kanan
tabel. Jika hasil pengukuran tidak tertera dalam tabel, dibulatkan ke angka terdekat
• Lihat deretan baris ke arah kanan untuk mencari berat badan anak. Jika hasil
pengukuran tidak tertera dalam tabel, pilih angka yang terdekat
• Tunjuk dengan jari saudara dari berat ke atas bagian tabel untuk mendapatkan IMT
(atau bisa juga melacak ke bagian bawah tabel). Jika berat tepat pada baris, IMT
berada pada separuhnya, misal 15,5 jika antara 15 dan 16
• Catat angka IMT
Contoh
Seorang anak perempuan bernama Wulan, berumur 2 tahun 4 bulan, tinggi badan
88,2 cm dan berat badan 11,5 kg.
• Tinggi badan Wulan 88,2 cm. Tinggi terdekat dalam tabel adalah 88 cm
• Berat badan 11,5 kg. Berat terdekat pada baris tingginya adalah 11,6 kg
• Tunjuk beratnya ke atas, dan tentukan IMT-nya (di bagian atas tabel) adalah 15
Jika kita menentukan IMT Wulan dengan menggunakan rumus matematika (kg/m2) dan
kalkulator, maka perlu untuk mengkonversi tinggi dalam meter. Tingginya 88,2 cm
maka menjadi 0,882 m. IMT dihitung sebagai berikut:
11,5 kg ÷ 0,882 m2 = 14,78... dicatat menjadi 14,8
Hasil di atas menunjukkan nilai dari tabel IMT dan kalkulator adalah sangat dekat.
Kartu Menuju Sehat berfungsi untuk memantau pertumbuhan anak dari bulan ke
bulan, bukan digunakan untuk menentukan status gizi anak.
Hal-hal yang perlu dipahami tentang KMS:
5. KMS dibedakan antara KMS untuk anak laki-laki dan untuk anak perempuan
a. Umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh: umur 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur
2 bulan
b. Ukuran Panjang Badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan yang diukur
telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur berdiri, maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm
c. Ukuran Tinggi Badan (TB) digunakan untuk anak umur di atas 24 bulan yang diukur
berdiri. Bila anak di atas 24 bulan diukur telentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi
dengan mengurangkan 0,7 cm