Anda di halaman 1dari 47

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 1

Bagian I : Menghitung umur anak ...................................................................................... 2

Cara 1. Menghitung selisih antara tanggal lahir & tanggal kunjungan ................... 2

Cara 2. Berdasarkan kalender lokal .............................................................................. 3

Cara 3. Pembulatan umur ................................................................................................. 3

Bagian II: Menimbang & mengukur dimensi tubuh ........................................................ 4

1. BERAT BADAN ........................................................................................................... 4

2. PANJANG/TINGGI BADAN ................................................................................. 11

3. WAIST-HIP RATIO (WHR) ..................................................................................15

4. LINGKAR PERUT ......................................................................................................18

5. TEBAL LIPATAN LEMAK DI BAWAH KULIT .................................................. 20

6. LINGKAR LENGAN ATAS ..................................................................................... 25

7. LINGKAR OTOT LENGAN ATAS ........................................................................ 27

8. LINGKAR KEPALA ................................................................................................... 28

9. LINGKAR DADA....................................................................................................... 32

10. TINGGI LUTUT DAN TINGGI DUDUK ......................................................... 33

11. PANJANG ULNA, RENTANG LENGAN&SETENGAH RENTANG


LENGAN ............................................................................................................................ 35

12. MENENTUKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) ....................................... 39

Bagian III: Kartu Menuju Sehat (KMS) .........................................................................41

Bagian IV. Ketentuan umum penggunaan standar antropometri ......................... 466

1. Istilah dan pengertian ......................................................................................... 466

2. Kategori dan ambang batas status gizi berdasarkan indeks.......................... 46

Praktikum – PSG Antropometri 1


Bagian I : Menghitung umur anak

Ketepatan perhitungan umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Perhitungan
umur yang tidak tepat menyebabkan kekeliruan dalam interpretasi status gizi. Cara
menghitung umur anak dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu menghitung selisih
antara tanggal lahir dan tanggal kunjungan (Depkes RI & WHO, 2008), berdasarkan kalender
lokal, dan pembulatan umur (CDC, 2000).

Cara 1. Menghitung selisih antara tanggal lahir & tanggal kunjungan


(Depkes RI & WHO, 2008)

Langkah-langkah perhitungan:
- Tentukan tanggal lahir anak, dalam format tanggal, bulan, tahun
misalnya: 5-3-2006
- Tulis tanggal kunjungan, misalnya: 18-9-2008
- Hitung umur anak dengan mengurangi tanggal kunjungan dengan tanggal lahir

Contoh 1:
Tanggal kunjungan 18 09 2008
Tanggal lahir 05 03 2006
13 06 2 = 2 tahun 6 bulan 13 hari
Umur dibulatkan menjadi 24 bulan + 6 bulan = 30 bulan
Sisa hari tidak diperhitungkan

Contoh 2:
Tanggal kunjungan 04 03 2007
Tanggal lahir 18 08 2006
Untuk menghindari hasil pengurangan minus, lakukan sebagai berikut:
Tanggal kunjungan 04 03 2007
(04 + 30) (03-1) + 12 (2007-1)
34 14 2006
Tanggal lahir 18 08 2006
16 06 0 = 6 bulan 16 hari
Umur anak dibulatkan menjadi 6 bulan, sisa hari tidak diperhitungkan

Contoh 3:
Tanggal kunjungan 04 03 2007
Tanggal lahir 18 08 2006
-14 -5 1
(-1 bulan*) (12 bulan)
* jika selisih tanggal adalah negatif maka dikurangi 1 bulan, jika selisih tanggal
adalah positif maka selisih tanggal diabaikan

Praktikum – PSG Antropometri 2


Jadi umur anak ini adalah: 12 bulan – 5 bulan – 1 bulan = 6 bulan

Cara 2. Berdasarkan kalender lokal

Bila tanggal lahir anak tidak diketahui, lakukan langkah-langkah berikut:


- Tanyakan kapan anak dilahirkan dengan menghubungkan kejadian penting
yang terdekat, misalnya hari besar keagamaan, hari besar nasional, dan
kejadian-kejadian penting lainnya
- Bila dijawab 3 hari sesudah lebaran tahun yang lalu, berarti perkiraan tanggal
lahir adalah: tanggal lebaran tahun lalu ditambah 3 hari
- Sesudah perkiraan tanggal lahir didapat, lakukan penghitungan seperti cara 1
di atas.

Cara 3. Pembulatan umur

Center of Diseases Control (CDC) tahun 2000, melakukan pembulatan umur dalam
penghitungan umur anak dengan pedoman:
a. Umur ≥ 16 hari, dibulatkan menjadi 1 bulan
Contoh: 20 bulan + 17 hari = 21 bulan
19 bulan – 16 hari = 18 bulan
b. Umur < 16 hari, dibulatkan menjadi 0 bulan
Contoh: 20 bulan + 15 hari = 20 bulan
19 bulan – 14 hari = 19 bulan

Praktikum – PSG Antropometri 3


Bagian II: Menimbang & mengukur dimensi tubuh

Penimbangan dan pengukuran dimensi tubuh (sebagai parameter/ukuran tunggal dari


tubuh manusia) secara benar dan tepat, menentukan kebenaran interpretasi status gizi.
Dimensi tubuh yang biasa diukur dalam antropometri gizi adalah sebagai berikut:

1. BERAT BADAN

Berat Badan (BB) merupakan parameter antropometri yang paling sering digunakan,
baik di rumah sakit maupun di masyarakat/komunitas. Penimbangan Berat Badan ketika bayi
dilahirkan, dimaksudkan untuk mengetahui apakah bayi tersebut memiliki berat badan lahir
normal atau berat badan lahir yang rendah (BBLR). Ketika menginjak usia Bayi dan Balita,
penimbangan berat badan dilakukan untuk melihat laju pertumbuhan fisik atau status gizinya.

Berat badan dipengaruhi banyak faktor, meliputi: Genetik (keturunan), asupan nutrisi,
penyerapan usus-pengeluaran, aktifitas fisik, metabolisme tubuh-hormon, penyakit kronik,
dan lain-lain.

A. Alat yang Digunakan

A.1. Detecto
- Umum digunakan di Puskesmas atau rumah sakit
- Ketelitian (presisi) sampai maksimum 0,1 kg (100g)

A.2. Baby scale


- Umum digunakan di Puskesmas atau rumah sakit
- Ketelitian (presisi) sampai maksimum 0,1 kg (100g)

Praktikum – PSG Antropometri 4


A.3. Timbangan elektronik (digital)
- Hasil penimbangan sangat akurat
- Kapasitas sampai 150 kg
- Dapat di tara (tared weighing)

A.4. Timbangan gantung


- Penggunaannya masih terbatas
- Ketelitian (presisi) sampai maksimum 0,1 kg (100g)
- Tidak direkomendasikan untuk menimbang anak yang rewel dan tidak bisa diam

A.5. Timbangan kamar mandi (bath room scale)


- Tidak direkomendasikan untuk menimbang anak balita, karena hasilnya dapat
berubah-ubah menurut kepekaan per-nya
- Skala sangat kasar (1 kg)

Gambar 1: Alat Timbang Berat badan

Praktikum – PSG Antropometri 5


7. Posisi kedua paku
timbangan harus
lurus

Alat Timbang Berat Badan

B. Prosedur Menimbang Berat Badan

B.1. Hal penting yang perlu diperhatikan:


a. Menimbang bayi. Pakaian bayi seminimal mungkin, tutup kepala, sepatu,
baju/pakaian tebal harus ditanggalkan. Bila hal ini tidak dimungkinkan, maka hasil
penimbangan harus dikoreksi dengan berat kain yang ikut ditimbang. Sewaktu
menimbang, anak ditidurkan dalam kain sarung. Untuk menghindari bayi terjatuh
saat penimbangan, hindari penggunaan kantong celana timbang.
b. Menimbang anak. Penimbangan dilakukan seperti pada bayi. Dapat
menggunakan kantong celana timbang dan kain sarung. Bila anak balita cukup
banyak, timbang terlebih dahulu anak yang tidak merasa takut. Bila ditemukan
anak balita yang tidak mau ditimbang tanpa ibunya atau orang yang
Praktikum – PSG Antropometri 6
menyertainya, maka penimbangan dapat dilakukan dengan menggunakan
timbangan injak dengan cara: Pertama, timbang anak dengan ibunya. Kedua,
timbang ibunya saja. Ketiga, hasil timbangan dihitung dengan mengurangi berat
ibu dan anak dengan berat ibu sendiri.
c. Alat timbang. Periksa dacin sebelum digunakan. Dacin yang baik bila bandul
gesar pada posisi 0,0 kg dan tidak longgar terhadap tangkai dacin, serta jarum
penunjuk skala berada pada posisi seimbang.
d. Keamanan. Saat membaca skala, tetap perhatikan bayi/anak dari kemungkinan
keluar dan terjatuh dari sarung timbang, terutama anak yang terlalu aktif. Tempat
penimbangan sedapat mungkin ditempat yang cukup lapang dan tidak licin
e. Pembacaan skala secara teliti. Skala dibaca saat jarum berhenti bergerak.
Apabila jarum sulit berhenti karena anak terus bergerak-gerak, perhatikan titik
tengah jarum timbang yang juga ikut bergerak-gerak. Bacalah titik tengah dari
gerakan jarum timbang sebagai berat badan anak.
f. Posisi skala. Usahakan rata dengan garis pandangan mata
g. Angka Hasil penimbangan. Mendekati satu desimal

B2. Detecto

1. Persiapan alat: Alat diletakkan di atas permukaan yang rata, posisi bandul pada
angka nol dan jarum dalam keadaan seimbang
2. Anak yang berumur 2 tahun atau lebih yang bisa berdiri tenang, maka dapat
ditimbang sendiri
3. Lepaskan alas kaki dan pakaian luar anak
4. Posisikan anak di atas timbangan, geser bandul sesuai berat anak sampai posisi
jarum seimbang.
5. Baca dan tatat hasil penimbangan
6. Jika anak bergerak-gerak terus di atas timbangan atau tidak bisa diam, maka
anak dapat ditimbang bersama ibu/pendampingnya. Berat badan anak diketahui
dengan mengurangi hasil penimbangan anak bersama berat badan
ibu/pendampingnya.

B3. Baby scale

1. Sebelum melakukan penimbangan, periksa terlebih dahulu alat timbang agar


benar-benar berfungsi dengan baik.

Praktikum – PSG Antropometri 7


 Bila menggunakan baby scale manual, periksa apakah per timbangan masih
berfungsi baik, dengan cara:
- Posisisikan jarum penunjuk pada angka 0 (Nol)
- Tekan timbangan kemudian lepas kembali. Lakukan cara ini beberapa kali.
Bila jarum timbangan tetap menunjukkan angka Nol, maka timbangan ini
berfungsi baik.
- Bila jarum timbangan tidak pada angka Nol, maka lakukan pengaturan
jarum timbangan, dengan cara memutar ke kiri atau ke kanan tombol
pengatur jarum. Cara ini dilakukan sampai jarum menunjuk benar-benar
sudah menunjuk angka Nol
 Bila menggunakan baby scale elektronik (digital), periksa apakah baterai
timbangan masih berfungsi dengan baik

2. Letakkan alat timbang di atas permukaan yang rata


3. Bayi ditimbang dalam keadaan tanpa busana (telanjang); Bungkus bayi dengan
selimut atau penutup sampai saatnya ditimbang
4. Letakkan bayi di atas timbangan
5. Baca dan catat berat badan sesuai dengan angka yang ditunjuk oleh jarum
timbangan

B4. Timbangan injak Elektronik

1. Persiapan alat: Periksa baterai timbangan, apakah masih berfungsi dengan baik,
dan letakkan di atas permukaan yang rata
2. Subyek mengenakan pakaian biasa (usahakan pakaian yang minimal) dan tidak
mengenakan alas kaki
3. Subyek berdiri tenang di atas timbangan dengan berat badan yang tersebar
merata pada kedua kaki, posisi kepala dengan pandangan lurus ke depan
4. Baca dan catat hasil penimbangan dengan skala 0,1 kg terdekat

Praktikum – PSG Antropometri 8


1. Pilih Pelana rumah
atau dahan peng-
2. Tali penggantung
gantung
dacin yang kuat yang kuat
3. Gantungkan dacin dengan
4. Sarung atau celana 5. Bandul
posisi
geserbatang dacin sejajar
timbang tempat 6. Bandul penyeimbang
di angka NOLmata penimbang
dengan
anak diletakkan dapat berupa kantong/
CARA MEMASANG DACIN YANG
plastik berisi kerikil
BENAR atau pasir

Praktikum – PSG Antropometri 9


Praktikum – PSG Antropometri 10
2. PANJANG/TINGGI BADAN

Parameter Tinggi badan (TB) dapat digunakan untuk mengetahui keadaan gizi pada
masa yang telah lalu, dengan cara menghubungkan Tinggi Badan terhadap umurnya (TB/U),
dan dapat pula untuk mengetahui keadaan gizi saat ini, terutama bila umur tidak diketahui
secara pasti, dengan cara menghubungkan Berat Badan terhadap Tinggi Badannya (BB/TB).
Pertumbuhan rata-rata tinggi badan dalam populasi, berbeda menurut jenis kelamin,
dimana pria dewasa rata-rata lebih tinggi daripada wanita dewasa. Selain itu, tinggi badan
manusia juga berbeda menurut kelompok etnis.
Pertumbuhan Tinggi Badan biasanya berhenti ketika lempeng pertumbuhan (lempeng
efifisis) diujung tulung menutup. Penutupan ini terjadi sekitar usia 16 tahun pada wanita atau
18 tahun pada pria. Pada sebagian orang, penutupan ini dapat terjadi lebih lambat, yaitu
ketika memasuki usia 20-21 tahun. Namun terdapat pula literatur yang menyebutkan tinggi
badan khususnya pada tulang rawan intervertebralis dan efifisis masih dapat tumbuh pada
usia di atas 25 tahun.
Selain faktor asupan zat gizi, tinggi badan dipengaruhi pula oleh faktor genetik. Potensi
tinggi badan dengan sumbangsih faktor genetik pada usia 18 tahun, dapat diketahui dengan
menggunakan formula:

Laki-laki = (Tinggi ayah + Tinggi ibu + 13 cm) +/- 8,5 cm

Perempuan = (Tinggi ayah + Tinggi ibu – 13 cm) +/- 8,5 cm

2
Mengukur panjang atau tinggi anak, tergantung dari umur dan kemampuan anak
untuk berdiri. Mengukur panjang dilakukan dengan cara anak berbaring (telentang),
sedangkan mengukur tinggi, anak berdiri tegak.
Secara umum, tinggi badan (TB) akan lebih pendek sekitar 0,7 cm dibandingkan
dengan panjang badan (PB). Oleh karena itu, harus dilakukan koreksi bila pengukuran tidak
dilakukan dengan cara yang sesuai untuk kelompok umur, dengan cara:
Jika seorang anak berumur kurang dari 2 tahun diukur tingginya (berdiri), maka
ditambahkan 0,7 cm untuk dikonversi menjadi panjang badan
Jika seorang anak berumur 2 tahun atau lebih diukur panjangnya (berbaring), maka
dikurangi 0,7 cm untuk dikonversi menjadi tinggi badan

Praktikum – PSG Antropometri 11


A. Alat yang digunakan
A.1. Papan ukur panjang badan
- Secara umum ditemukan 2 bentuk papan pengukur panjang badan, yaitu papan
pengukur yang dapat dilipat/digesar-gesar dan papan pengukur yang tidak dapat
dilipat/digesar-gesar
A.2. Microtoise (Alat ukur tinggi badan)
Meteran terbuat dari bahan fiberglass, lentur dan kuat dengan ketelitian 0,1 cm

B. Prosedur Mengukur Panjang/Tinggi Badan

B.1. Panjang badan


1. Persiapan alat: Pilih meja atau tempat yang datar dan rata, kemudian letakkan
alat pengukur panjang badan. Bila menggunakan papan pengukur yang
dilipat/digeser-geser, buka papan hingga posisinya memanjang dan datar.
Tarik meteran sampai menempel rapat pada dinding tempat menempelnya
kepala dan pastikan meteran menunjuk angka 0 (nol). Geser kembali papan
penggeser pada tempatnya.
2. Terlentangkan bayi di atas papan pengukur dengan posisi kepala menempel
pada bagian papan yang datar dan tegak lurus (papan yang tidak dapat
bergerak)
3. Pastikan bagian puncak kepala menempel pada bagian papan yang statis
4. Posisikan bagian belakang kepala, punggung, pantat dan tumit menempel
secara tepat pada papan pengukur
5. Geser bagian papan yang bergerak sampai seluruh bagian kedua telapak kaki
menempel pada bagian papan yang dapat digeser (dengan cara menekan
bagian lulut dan mata kaki). Bila ada kesulitan karena bayi menekan terus alat
penggeser, maka jauhkan dulu alat penggeser dari telapak kaki beberapa saat.
Lihatlah apabila telapak kaki anak sudah kembali tegak, cepat gerakkan alat
penggeser atau tekan kaki anak tetapi tidak secara kasar.
6. Baca dan catat angka hasil pengukuran mendekati satu desimal

B.2. Tinggi badan

1. Persiapan alat: Letakkan microtoise di lantai yang rata dan menempel pada
dinding yang tegak lurus. Tarik pita meteran tegak lurus ke atas sampai angka
pada jendela baca menunjukkan angka 0 (nol). Tempelkan dengan paku ujung

Praktikum – PSG Antropometri 12


pita meteran (pada ujung meteran terdapat lubang tempat memasukkan paku),
selanjutnya tarik pita meteran ke atas sampai rapat
2. Lepaskan alas kaki, kaos kaki, dan hiasan rambut pada subjek yang akan diukur.
3. Posisikan subjek berdiri tegak lurus di bawah microtoise membelakangi dinding.

4. Kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala bagian belakang menempel
pada dinding, dan muka menghadap lurus dengan pandangan ke depan
5. Pada subjek obesitas dimana point 4 di atas sulit dilakukan, maka cukup
tulang belakang dan pinggang dalam keseimbangan (tidak membungkuk atau
tengadah). Subjek bernapas dengan relaks.
6. Turunkan microtoise sampai puncak kepala, siku-siku microtoise menempel
pada dinding
7. Baca angka pada jendela baca dan mata pembaca harus sejajar dengan garis
merah
8. Catat hasil pengukuran mendekati satu desimal

Praktikum – PSG Antropometri 13


1.
Praktikum – PSG Antropometri 14
3. WAIST-HIP RATIO (WHR)
RASIO LINGKAR PINGGANG DAN PANGGUL (RPP)

Rasio lingkar pinggang terhadap panggul merupakan cara sederhana dalam penentuan
distribusi lemak, baik di bawah kulit maupun pada jaringan intra abdominal.
Penggelembungan rasio pinggang-panggul menandakan penumpukan lemak di dalam perut.
Tambah besarnya rasio lingkar pinggang-panggul mencerminkan perubahan resiko
penyakit degeneratif. Supariasa (2002) mengemukakan suatu studi prospektif yang
menunjukkan bahwa rasio lingkar pinggang-panggul berhubungan erat dengan penyakit
kardiovaskuler. Rata-rata rasio lingkar pinggang dan panggul penderita penyakit
kardiovaskuler dengan orang yang sehat adalah 0,938 dan 0,925. Tidak ada konsensus
tentang cut off yang dianggap sebagai batas terbaik untuk WHR. Seidell, dkk (1987)
menetapkan rasio lingkar pinggang dan panggul untuk perempuan sebesar 0,77 dan untuk
laki-laki sebesar 0,90.
Resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR, berbeda menurut jenis
kelamin dan kelompok umur, seperti disajikan pada tabel berikut:

Jenis Kelompok Resiko


kelamin umur Low Moderate High Very hight
Pria 20-29 < 0,83 0,83 – 0,88 0,89 – 0,94 > 0,94
30-39 < 0,84 0,84 – 0,91 0,92 – 0,96 > 0,96
40-49 < 0,88 0,88 – 0,95 0,96 – 1,00 > 1,0
Wanita 20-29 < 0,71 0.71 – 0,77 0,78 – 0,82 > 0,82
30-39 < 0,72 0,72 – 0,78 0,79 – 0,84 > 0,84
40-49 < 0,73 0,73 – 0,79 0,80 – 0,87 > 0,87

A. Alat yang digunakan


Pita ukur berbahan fiberglass : lebar 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah

B. Prosedur pengukuran
B.1. Lingkar pinggang
1. Pakaian yang digunakan subjek: longgar (tidak menekan), sehingga alat ukur dapat
diletakkan dengan sempurna.
2. Subjek berdiri tegak dengan perut dalam keadaan relaks

Praktikum – PSG Antropometri 15


3. Pengukur jongkok mengahadap ke subjek, sehingga dapat menentukan dengan
baik tingkat maksimal dari pinggang
4. Pengukur meletakkan alat ukur melingkar secara horisontal pada bagian pinggang
yang paling kecil. Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan
tepat. Bagi subjek yang gemuk, dimana sulit menentukan bagian pinggang yang
paling kecil, daerah yang harus diukur adalah antara tulang rusuk dengan tonjolan
iliaca.
5. Alat ukur tidak terlalu kencang dan juga tidak longgar. Cukup menyentuh kulit, tidak
sampai menekan kulit.
6. Catat hasil pengukuran sesuai angka pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

B.2. Lingkar panggul


1. Pakaian yang digunakan subjek: longgar (tidak menekan), sehingga alat ukur dapat
diletakkan dengan sempurna.
2. Subjek berdiri tegak, kedua lengan tangan berada pada kedua sisi tubuh, dan kaki
rapat
3. Pengukur jongkok di samping subjek sehingga dapat menentukan dengan baik
tingkat maksimal dari pinggul
4. Pengukur meletakkan alat ukur melingkar secara horisontal pada bagian pinggul.
Seorang pembantu diperlukan untuk meletakkan alat ukur dengan tepat.
5. Alat ukur tidak terlalu kencang dan juga tidak longgar. Cukup menyentuh kulit, tidak
sampai menekan kulit.
6. Catat hasil pengukuran sesuai angka pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

Praktikum – PSG Antropometri 16


Gambar 5: Mengukur Lingkar Pinggang dan Panggul

Praktikum – PSG Antropometri 17


4. LINGKAR PERUT

Mengukur lingkar perut merupakan cara lain untuk memantau resiko kegemukan dan
resiko penyakit jantung. Pengukuran lingkar perut lebih memberi arti dibandingkan dengan
IMT dalam menentukan timbunan lemak di dalam rongga perut (obesitas sentral), karena
peningkatan timbunan lemak di perut tercermin dari meningkatnya lingkar perut.
Obesitas sentral dianggap sebagai faktor resiko yang erat kaitannya dengan beberapa
penyakit degeneratif. Laki-laki dengan lingkar perut di atas 90 cm atau perempuan dengan
lingkar perut di atas 80 cm dinyatakan sebagai obesitas sentral (WHO, Asia-Pasifik, 2005).
Menurut Badan Litbangkes Depkes RI, prevalensi obesitas sentral secara nasional Indonesia
tahun 2007 sebesar 18.8%. Kejadian obesitas sentral cenderung meningkat sampai umur 45-
54 tahun, selanjutnya berangsur menurun kembali. Obesitas sentral ini lebih tinggi pada
perempuan dibanding laki-laki.
Untuk mengetahui resiko menderita penyakit jantung, lingkar perut diperbandingkan
dengan lingkar pinggang (Ratio Lingkar Perut dan Lingkar Pinggang). Ambang batas rasio
lingkar perut dan lingkar pinggang yang disarankan yaitu: Wanita < 0,8 dan Pria < 1. Seorang
wanita dengan rasio lingkar perut dan lingkar pinggang > 0,8 dan Pria > 1, mempunyai resiko
menderita penyakit jantung yang lebih besar dari pada wanita dengan rasio lingkar perut dan
lingkar pinggang < 0,8 dan Pria < 1.

A. Alat yang digunakan


Pita ukur berbahan fiberglass : lebar 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah

B. Prosedur pengukuran
1. Sebelum melakukan pengukuran, jelaskan kepada subjek tindakan apa saja yang akan
dilakukan dalam pengukuran
2. Bila tersedia tenaga pengukur berjenis kelamin wanita dan pria, sebaiknya tenaga
pengukur wanita mengukur subjek wanita dan tenaga pengukur pria mengukur subjek
pria.
3. Pengukur meminta dengan santun agar subjek membuka pakaian bagian atas, dengan
cara menyingkapkan pakaian bagian atas.
4. Penentuan titik pengukuran:
- Raba tulang rusuk paling akhir. Beri tanda titik pada bagian bawah tulung rusuk
paling akhir.
- Tetapkan titik ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul.

Praktikum – PSG Antropometri 18


- Tetapkan titik tengah di atara titik tulang rusuk terakhir dengan titik ujung lengkung
tulang pangkal paha/panggul. Tandai titik tengah tsb dengan alat tulis.
5. Subjek diminta berdiri tegak dan bernafas dengan normal
6. Lakukan pengukuran lingkar perut, dimulai dari titik tengah kemudian secara sejajar
horisontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah di awal
pengukuran
7. Catat hasil pengukuran sesuai angka pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

Gambar 6: Mengukur Lingkar Perut

Praktikum – PSG Antropometri 19


5. TEBAL LIPATAN LEMAK DI BAWAH KULIT

A. Alat yang digunakan


Skin fold califers

B. Prosedur pengukuran
1. Pengukuran dilakukan pada daerah biceps (daerah lengan bagian depan), triceps
(daerah lengan bagian belakang), subscapular (daerah bagian bawah bahu) dan
suprailiac (daerah pinggang bagian depan). Pengukuran dilakukan pada sisi kiri
tubuh.
2. Kulit dicubit dan diangkat (tidak terlalu kuat) di antara jari telunjuk dan ibu jari
tangan kiri, tanpa menyertakan jaringan otot di bawahnya.
3. Pada setiap bagian tubuh dilakukan pengukuran masing-masing 3 (tiga) kali,
hasilnya kemudian dirata-ratakan. Selanjutnya hasil rata-rata pengukuran daerah I,
II, III dan IV dijumlahkan

Lemak tubuh dapat dihitung bila densitas tubuh diketahui. Sedangkan densitas
tubuh dapat diketahui bila ada data hasil pengukuran lemak tubuh.
Pada orang dewasa: digunakan persamaan penentuan densitas tubuh yang diturunkan
oleh Durnin dan Womersley (1974) berikut ini:
Densitas tubuh (D) = a - b log.c
a = intercept
b = slope
c = jumlah tebal lipatan kulit dari 4 bagian tubuh, dalam mm.
Sedangkan rumus pendugaan lemak tubuh menggunakan persamaan Siri berikut ini:
F % = (495/D) – 450
F % = persentase lemak tubuh D = densitas tubuh
Pada anak-anak: pendugaan densitas dan lemak tubuh menggunakan rumus
Westrate dan Duerenberg (1989) yang telah disederhanakan oleh Hadi Riyadi
(1990).

Praktikum – PSG Antropometri 20


1. Anak usia 1-23 bulan
Densitas tubuh (D) = Intercept – 0.0719 log. c
c = jumlah tebal lipatan kulit dari 4 bagian tubuh yang diukur
Lemak tubuh (%) = L/D – m
2. Anak usia 2-18 tahun
(dibedakan menurut jenis kelamin)
Densitas tubuh (D) = a - b log. c
a = intercept
b = slope
c = jumlah tebal lipatan kulit dari 4 bagian tubuh yang diukur
Lemak tubuh (%) = L/D - m
Pengukuran dan Penilaian
1. Anak umur 1-23 bulan
(tanpa dibedakan jenis kelamin)
Persamaan Regresi untuk Menduga Densitas Tubuh Anak Umur 1-23 Bulan
Umur (bulan) Intercept Umur (bulan) Intercept
1 1.1251 13 1.1293
2 1.1257 14 1.1295
3 1.1263 15 1.1297
4 1.1267 16 1.1299
5 1.1271 17 1.1301
6 1.1274 18 1.1303
7 1.1277 19 1.1305
8 1.1280 20 1.1307
9 1.1283 21 1.1308
10 1.1286 22 1.1310
11 1.1288 23 1.1312
12 1.1290
Persamaan untuk Menduga Persentase Lemak Tubuh Anak Umur 1-23 Bulan
Umur L m Umur L m
(bulan) (bulan)
1 580.3 544.9 13 568.1 531.6
2 578.4 542.8 14 567.4 530.9
3 576.9 541.2 15 566.8 530.2
4 575.6 539.8 16 566.2 529.6
5 574.5 538.6 17 565.6 529.0
6 573.5 537.5 18 565.1 528.4
7 572.6 536.5 19 564.5 527.8
8 571.7 535.6 20 564.0 527.2
9 570.9 534.7 21 563.5 526.6
10 570.1 533.9 22 563.0 526.1
11 569.4 533.1 23 562.5 525.5
12 568.7 532.3

Praktikum – PSG Antropometri 21


Contoh:
Seorang anak berumur 12 tahun dengan tebal lipatan kulit total (c) = 17 mm dan berat
badan 10 kg. Hitung persentase dan berat lemak tubuhnya

Langkah 1.
Densitas tubuh (D) = intercept – 0,0719 log. c
= 1.1290 – 0.0719 log. c
= 1.1290 – 0.0719 (1.2304)
= 1.1290 – 0.0885
= 1.041 kg/L
Langkah 2.
Lemak tubuh (%) = L/D – m
= 568.7/1.041 – 532.3
= 14 %
Langkah 3.
Berat lemak = 14/100 x kg berat bedan
= 14/100 x 10 kg = 1.4 kg
Bukan lemak = 10 kg – 1,4 kg = 8,6 kg
Anak umur 2 – 18 tahun
(dibedakan menurut jenis kelamin)
Persamaan Regresi untuk Menduga Densitas Tubuh Anak usia 2-18 tahun
Umur Laki-laki Perempuan
(tahun)
a b a b
2 1.1315 0.0719 1.1315 0.0719
3 1.1333 0.0713 1.1319 0.1716
4 1.1351 0.0707 1.1323 0.0713
5 1.1369 0.0701 1.1327 0.0710
6 1.1387 0.0695 1.1331 0.0707
7 1.1405 0.0689 1.1335 0.0704
8 1.1423 0.0683 1.1339 0.0701
9 1.1441 0.0677 1.1343 0.0698
10 1.1459 0.0695 1.1347 0.0695
11 1.1477 0.0665 1.1381 0.0692
12 1.1495 0.0659 1.1412 0.0689
13 1.1517 0.0653 1.1443 0.0685
14 1.1531 0.0647 1.1474 0.0683
15 1.1549 0.0641 1.1505 0.0680
16 1.1567 0.0635 1.1536 0.0677
17 1.1585 0.0629 1.1567 0.0674
18 1.1603 0.0623 1.1598 0.0671

Praktikum – PSG Antropometri 22


Persamaan untuk Menduga Persentase Lemak Tubuh Anak Usia 2-18 Tahun

Umur (tahun) Laki-Laki Perempuan


L m L m
2 562.0 525.0 562.0 525.0
3 557.8 520.3 560.9 523.6
4 553.6 515.6 559.8 522.2
5 549.4 510.9 558.7 520.8
6 545.2 506.2 557.6 519.4
7 541.0 501.5 556.5 518.0
8 536.8 496.8 555.4 516.6
9 532.6 492.1 554.3 515.2
10 528.4 487.4 553.2 513.8
11 524.2 482.7 545.7 506.0
12 520.0 478.0 538.4 498.0
13 515.8 473.3 531.1 490.0
14 511.6 468.6 523.8 482.0
15 507.4 463.9 516.5 474.0
16 503.2 459.2 509.2 466.0
17 499.0 544.5 501.9 458.0
18 494.8 449.8 494.6 450.0

Contoh:

Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun, dengan tebal lipatan kulit total (c) = 15 mm dan
berat badan 21 kg. Tentukan berat lemak dan berat bukan lemak tubuhnya.

Langkah 1.
Densitas (D) = a - b log. c
= 1.1405 – 0.0689 log. c
= 1.1405 – 0.0689 (1.4150)
= 1.1405 – 0.0975
= 1.043 kg/L
Langkah 2.
Lemak tubuh (%) = L/D – m
= 541.0 /1.043 – 501.5
= 518.7 – 501.5
= 17.2 %
Langkah 3.
Berat lemak = 17.2/100 x kg BB
= 17.2/100 x 21 kg
= 3.6 kg

Praktikum – PSG Antropometri 23


Bukan lemak = 21 kg – 3.6 kg
= 17,4 kg
2. Usia Dewasa
(dibedakan menurut jenis kelamin)

Persamaan Regresi untuk Menduga Densitas Tubuh Orang Dewasa


Umur Laki-Laki Perempuan
(tahun) a b a b
17-19 1.1620 0.0630 1.1549 0.0678
20-29 1.1631 0.0632 1.1599 0.0717
30-39 1.1422 0.0544 1.1423 0.0632
40-49 1.1620 0.0700 1.1333 0.0612
50+ 1.1715 0.0779 1.1339 0.0645
17-72 1.1765 0.0744 1.1567 0.0717

Contoh:

Seorang perempuan berumur 32 tahun, dengan total lipatan kulit total (c) = 27 mm dan berat
badan 52 kg. Tentukan berat lemak dan bukan lemaknya.

Langkah 1.
Densitas tubuh (D) = a - b log.c
= 1.1422 – 0.0632 (1.4314)
= 1.1422 – 0.0905
= 1.0517
Langkah 2.
Lemak tubuh (%) = (495 / D) - 450
= 495 / 1.0517 - 450
= 20.6 %

Langkah 3.
Berat lemak = 20.6 / 100 x 52 kg = 10.7 kg
Bukan lemak = 52 kg – 10.7 kg = 41.3 kg

Persentase lemak tubuh dikatakan gemuk (obese)


Laki-laki : bila persentase lemak tubuhnya : > 20 %
Perempuan : bila persentase lemak tubuhnya : > 30 %

Praktikum – PSG Antropometri 24


6. LINGKAR LENGAN ATAS

Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) dapat diaplikasikan pada bayi, Balita dan
Wanita Usia Subur (WUS). Pengukuran LLA pada Balita ditujukan untuk melihat baik atau
tidaknya pertumbuhan anak. Dasar pemikirannya adalah, bahwa pada masa pertumbuhan
bayi dan Balita, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan intraselular
pada tubuh bayi dan Balita. Dengan kata lain ukuran-ukuran tubuhnya membesar, ditandai
dengan meningkatkan berat dan tinggi badan, ukuran lingkar kepala, lingkar lengan atas,
menguatnya tulang dan membesarnya otot, dan bertambahnya organ tubuh yang lain seperti
rambut, kuku, gigi dan sebaginya.
Perkembangan ukuran Lingkar Lengan Atas yang normal pada bayi dan Balita
berdasarkan standar Walanski seperti berikut ini:

Umur (bulan) 6-8 9-11 12 24 36 48 60


LLA (cm) 14.75 15.10 16.00 16.25 16.50 16.75 17.00

Pengukuran LLA tidak digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam
jangka pendek. Pengukuran LLA Wanita Usia Subur ditujukan untuk mengetahui resiko
Kekurangan Energi Kronis pada ibu hamil dan calon ibu, untuk menepis wanita yang
mempunyai resiko melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR). Di Indonesia, ambang batas
WUS dikatakan mengalami kekurangan energi kronis, bila ukuran LLA-nya < 23,5 cm.

A. Alat yang digunakan

Pita ukur Lingkar Lengan Atas

B. Prosedur Pengukuran LLA


1. Persiapan alat dan subjek: Pastikan alat ukur dalam keadaan baik, tidak kusut/
permukaannya masih rata. Subjek dalam keadaan rileks, lengan bebas lengan baju
dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Tanyakan lengan yang
tidak aktif.
2. Tetapkan posisi bahu dan siku, kemudian letakkan pita antara bahu dan siku
3. Lengan dan siku membentuk sudut 90. Tentukan titik tengah lengan. Ingat
Pengukuran LLA dilakukan pada bagian pertengahan antara pangkal lengan atas
(kaput humeri) dan ujung siku (olekranom).

Praktikum – PSG Antropometri 25


4. Luruskan kembali lengan. Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan, jangan terlalu
ketat dan jangan pula terlalu longgar
5. Baca dan catat hasil pengukuran mendekati satu desimal

Gambar 7: Mengukur Lingkar Lengan Atas

Praktikum – PSG Antropometri 26


Gambar: Menentukan Titik Tengah Lengan

7. LINGKAR OTOT LENGAN ATAS

Lingkar Otot Lengan Atas (LOLA) merupakan indikator untuk kandungan protein tubuh (lean
body mass). Nilai normal LOLA adalah 24,8 cm bagi pria dan 21 cm bagi wanita.

LOLA = LLA – (3,14 x Tebal Kulit Triceps)

Praktikum – PSG Antropometri 27


8. LINGKAR KEPALA

Pengukuran Lingkar Kepala dimaksudkan untuk memeriksa keadaan patologi dari


besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala. Lingkar kepala terutama dihubungkan
dengan volume otak dan tulang tengkorak. Pada keadaan kurang gizi kronik dimasa awal
kehidupan, atau terjadinya gangguan perkembangan janin semasa dalam kandungan, akan
mengakibatkan menurunnya jumlah sel otak dan pada akhirnya akan berpengaruh pada
lingkar kepala.
Di atas usia 2 tahun, pengukuran lingkar kepala umumnya tidak dilakukan lagi karena
perkembangannya sangat lambat. Dalam dunia medis, lingkar kepala dapat pula digunakan
sebagai informasi tambahan dalam pengukuran umur.

1. Alat yang digunakan


Pita ukur berbahan fiberglass : lebar 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah

2. Prosedur pengukuran
1. Subjek (bayi) lebih nyaman dalam dekapan ibunya
2. Lepaskan hiasan kepala
3. Lingkarkan pita mengelilingi kepala melalui bagian-bagian: tulang dahi, tepat di atas
kening (rongga mata bagian tepi atas) sampai tulang belakang kepala (pertemuan
antara tulang kepala dan tulang ubun-ubun serta tulang kepala bagian belakang),
dengan kedua sisi yang sejajar dengan satu bidang.
4. Catat hasil pengukuran sesuai angka pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

Praktikum – PSG Antropometri 28


Gambar 8: Mengukur Lingkar Kepala

Praktikum – PSG Antropometri 29


Nelhaus (1969), membuat grafik lingkaran kepala untuk melihat apakah lingkaran kepala
termasuk normal atau tidak normal. Lingkaran kepala yang tidak normal meliputi lingkaran
kepala yang lebih besar dari ukuran normal (makrosefal) dan lingkaran kepala yang lebih
kecil dari ukuran normal (mikrosefal).

Praktikum – PSG Antropometri 30


Interpretasi:

 Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di dalam area mean (dalam jalur hijau) maka
lingkaran kepala anak normal
 Bila ukuran lingkaran kepala anak berada di atas area mean (di atas jalur hijau) maka
lingkaran kepala anak termasuk makrosefal, sedangkan di bawah area mean (di bawah
jalur hijau) termasuk mikrosefal.

Praktikum – PSG Antropometri 31


9. LINGKAR DADA

Pengukuran lingkar dada biasanya diaplikasikan pada anak berusia 2 sampai 3 tahun. Pada
usia ini rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur 2 sampai
3 tahun,tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat.

1. Alat yang digunakan


Pita ukur berbahan fiberglass : lebar 1 cm, fleksibel dan tidak mudah patah

2. Prosedur pengukuran
1. Subjek lebih nyaman dalam posisi duduk. Usahakan agar subjek serileks mungkin, agar
pernapasan lebih teratur
2. Lingkarkan pita mengelilingi dada, melalui puting susu tepat di tengah-tengah daerah
pernafasan
3. Catat hasil pengukuran sesuai angka pada pita hingga 0,1 cm terdekat.

Praktikum – PSG Antropometri 32


10. TINGGI LUTUT DAN TINGGI DUDUK
(UNTUK MENGESTIMASI TINGGI BADAN)

A. Tinggi lutut
Kondisi / Syarat Pengukuran
Digunakan bila seseorang tidak dapat ditimbang (bed rest total).
Seseorang yang memiliki gangguan lekukan tulang belakang
tidak dapat berdiri karena lumpuh atau sebab lainnya. Dapat
diukur dalam posisi duduk / berbaring Dengan adanya Tinggi
Badan estimasi ini, maka Berat Badan Ideal dapat diketahui.
Alat Pengukuran :
Penggaris kayu / stainless steel dengan mata pisau menempel
pada sudut 90 pada kaki kiri
Cara pengukuran :
a) Lansia diukur dalam posisi duduk atau berbaring / tiduran di
atas lantai atau kasur dengan permukaan rata / flat tanpa
menggunakan bantal atau alas kepala (topi)
b) Segitiga kayu diletakkan pada kaki kiri antara tulang kering
dengan tulang paha membentuk sudut 90
c) Penggaris kayu/ stainless steel ditempatkan diantara tumit
sampai bagian tertinggi dari tulang lutut. Pembacaan dilakukan
pada alat ukur dengan ketelitian 0,1 cm.
Rumus 1 :
TB Wanita = 89, 68 + (1,53 x tinggi lutut) – (0,17 x umur)
TB Pria = 96,5 + (1,38 x tinggi lutut) – (0,08 x umur)
Rumus 2 (Chumlea) :
TB Wanita = 84, 88 + (1,83 x tinggi lutut) – (0,24 x umur)
TB Pria = 64,19 + (2,02 x tinggi lutut) – (0,04 x umur)

Praktikum – PSG Antropometri 33


B. Tinggi duduk
Kondisi syarat pengukuran :
a) Bila lansia tidak dapat
berdiri tegak dan atau
merentangkan kedua
tangannya sepanjang
mungkin dalam posisi lurus
lateral dan tidak dikepal.
b) Jika salah satu atau kedua
pergelangan tangan tidak
dapat diluruskan karena
sakit atau sebab lainnya

Alat Pengukuran :
a) AIat ukur antropometer terdiri dari bangku duduk dari kayu dengan panjang, lebar, dan
tinggi masing-masing 40 cm bagi Iansia laki-laki dan 35 cm bagi lansia perempuan.
b) Mikrotoa sepanjang 2 m yang ditempelkan di tembok/ dinding

Cara Pengukuran
a) Mikrotoa menempel erat di dinding tembok harus di nol-kan dulu sampai lantai
b) Lansia duduk dengan posisi tubuh tegak, kepala, dan tulang belakang/punggung menempel
rapat ke dinding
c) Tangan diletakkan dengan santai di atas paha
d) Lansia tidak menggunakan alas kepala (topi)
e) Kedua kaki tanpa atau dengan alas kaki dirapatkan ke dinding bangku dan mata menatap
lurus ke depan. Pembacaan dilakukan pada mikrotoa yang ditempelkan di dinding tepat di
atas kepala, setelah dikurangi tinggi bangku

Rumus :
TB Wanita = 46,551 + (1,309 x TD)

TB Pria = 58,047 + (1,21 x TD)

Praktikum – PSG Antropometri 34


11. PANJANG ULNA, RENTANG LENGAN&SETENGAH RENTANG LENGAN
UNTUK MENGESTIMASI TINGGI BADAN)

A. Panjang Ulna

Prosedur pengukuran : gambar


1. Meminta izin membuka pakaian yang menutupi lengan
2. Menyilangkan lengan kiri ke bahu kanan
3. Mengukur panjang tulang ulna lengan kiri dari pertengahan tulang yang menonjol di
pergelangan tangan (prosesus stiloid) ke ujung siku (prosesus olekranon)

Rumus Honandar et.al (Manado, 2013) :


TB Wanita = 69, 843 + (3,55 x PU)
TB Pria = 87,436 + (2,99 x PU)
Rumus Sutriani (Semarang, 2013) :
TB Wanita = 81,927 + (PU kiri)
TB Pria = 76,053 + (3,405 x PU kiri)
Rumus Ilayperuma et.al (Sri Lanka, 2010) :
TB Wanita = 68, 777 + (3,536 x PU)
TB Pria = 97,252 + (2,645 x PU)
Rumus Pureepatpong et.al (Thailand, 2012) :
TB Wanita = 66, 377 + (3,5796 x PU)
TB Pria = 64,605 + (3,8089 x PU)
Rumus Thummar et.al (India, 2011) :
TB Wanita = 18,95 + (5,33 x PU)
TB Pria = 65,76 + (3,667 x PU)

Praktikum – PSG Antropometri 35


Estimasi tinggi badan berdasarkan panjang ulna
P (<65 1.94 1,93 1,91 1,89 1,87 1,85 1,84 1,82 1,80 1,78 1,76 1,75 1,73 1,71
th)
P (>65 1,87 1,86 1,84 1,82 1,81 1,79 1,78 1,76 1,75 1,73 1,71 1,70 1,68 1,67
th)
PU (cm) 32.0 31,5 31,0 30,5 30,0 29,5 29,0 28,5 28,0 27,5 27,0 26,5 26,0 25,5
W (<65 1,84 1,83 1,81 1,80 1,79 1,77 1,76 1,75 1,73 1,72 1,70 1,69 1,68 1,66
th)
W (>65 1,84 1,83 1,81 1,79 1,78 1,76 1,75 1,73 1,71 1,70 1,68 1,66 1,65 1,63
th)

P (<65 1,69 1,67 1,66 1,64 1,62 1,60 1,58 1,57 1,55 1,53 1,51 1,49 1,48 1,46
th)
P (>65 1,65 1,63 1,62 1,60 1,59 1,57 1,56 1,54 1,52 1,51 1,49 1,48 1,46 1,45
th)
PU (cm) 25,0 24,5 24,0 23,5 23,0 22,5 22,0 21,5 21,0 20,5 20,0 19,5 19,0 18,5
W (<65 1,65 1,63 1,62 1,61 1,59 1,58 1,56 1,55 1,54 1,52 1,51 1,50 1,48 1,47
th)
W (>65 1,61 1,60 1,58 1,56 1,55 1,53 1,52 1,50 1,48 1,47 1,45 1,44 1,42 1,40
th)

Keterangan: P = Pria W = Wanita PU = Panjang Ulna

Praktikum – PSG Antropometri 36


B. Rentang lengan
Kondisi/ Syarat Pengukuran
a) Lansia yang diukur harus memiliki kedua tangan
yang dapat direntangkan sepanjang mungkin dalam
posisi lurus mendatar/ horizontal dan dan tidak
dikepal
b) Jika salah satu kedua tangan tidak dapat
diluruskan karena sakit atau sebab lainnya, maka
pengukuran ini tidak dapat dilakukan
c) Panjang depa tidak dianjurkan diukur dalam posisi
berbaring atau telentang karena dapat mengurangi
tingkat ketelitian hasil pengukuran sehingga hasilnya
kurang akurat (WHO 1995).

Cara Pengukuran :
a) Lansia berdiri dengan kaki dan bahu menempel
membelakangi tembok sepanjang pita pengukuran
yang ditempel di tembok.
b) Bagian atas kedua lengan hingga ujung telapak
tangan menempel erat di dinding sepanjang mungkin
c) Pembacaan dilakukan dengan ketelitian 0,1 cm mulal
dari bagian ujung jari tengah tangan kanan hingga
ujung jari tengah tangan kiri

Rumus :

TB Wanita = 63, 18 + (0,63 x PD) – (0,07 x U)


TB Pria = 118,24 + (0,28 x PD) – (0,07 x U)

Praktikum – PSG Antropometri 37


C. Setengah rentang lengan

Cara pengukuran :
1. Mencari dan menandai titik tengah dari posisi sternum
dengan pena
2. Minta pasien untuk menempatkan lengan kanan dalam posisi horizontal
3. Periksa apakah lengan pasien adalah horizontal dan searah dengan bahu
4. Menggunakan pita pengukur, mengukur jarak dari tanda di garis tengah pada posisi
sternum ke antara jari tengah dan jari manis
5. Periksa apakah lengan datar dan pergelangan tangan lurus
6. Baca skala dalam cm

Rumus Hirani et.al (2010) :


TB Wanita = 60,1 + (1,35 x DS)
TB Pria = 57,8 + (1,4 x DS)

Praktikum – PSG Antropometri 38


12. MENENTUKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat diketahui melalui perhitungan menggunakan rumus,
menggunakan kalkulator dengan tombol x2 atau tanpa tombol x2, dan menggunakan tabel
IMT

A. Rumus IMT
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
Atau
Berat Badan (kg)
Panjang Badan (m) x Panjang Badan (m)

Hasil perhitungan IMT dibulatkan satu desimal

B. Menggunakan Kalkulator
Langkah-langkah:
1. Masukkan angka berat badan dalam kg (paling dekat 0,1 kg)
2. Tekan tombol bagi ( / atau ÷)
3. Masukkan angka tinggi atau panjang badan dalam meter (perlu untuk konversi
centimeter sebagai meter; misal : 82,3 centimeter menjadi 0,823 meter)
4. Tekan tombol x2. Maka akan muncul tinggi dalam kuadrat
5. Tekal tombol =. Maka IMT muncul
6. Bulatkan angka IMT menjadi satu desimal dan catat hasilnya

Bila kalkulator tidak ada tombol x2, ikuti langkah 1-3, ulangi langkah 2 dan 3, dan
tekan tombol = untuk mendapatkan IMT.
C. Tabel IMT
Tabel IMT dan grafik IMT telah dihitung dengan menggunakan panjang badan untuk
anak-anak di bawah 2 tahun dan tinggi badan untuk anak-anak berumur 2 tahun atau
lebih.

Praktikum – PSG Antropometri 39


Cara menggunakan Tabel IMT

• Tentukan panjang/ tinggi badan anak (dalam cm) di kolom bagian kiri atau kanan
tabel. Jika hasil pengukuran tidak tertera dalam tabel, dibulatkan ke angka terdekat
• Lihat deretan baris ke arah kanan untuk mencari berat badan anak. Jika hasil
pengukuran tidak tertera dalam tabel, pilih angka yang terdekat
• Tunjuk dengan jari saudara dari berat ke atas bagian tabel untuk mendapatkan IMT
(atau bisa juga melacak ke bagian bawah tabel). Jika berat tepat pada baris, IMT
berada pada separuhnya, misal 15,5 jika antara 15 dan 16
• Catat angka IMT
Contoh
Seorang anak perempuan bernama Wulan, berumur 2 tahun 4 bulan, tinggi badan
88,2 cm dan berat badan 11,5 kg.
• Tinggi badan Wulan 88,2 cm. Tinggi terdekat dalam tabel adalah 88 cm
• Berat badan 11,5 kg. Berat terdekat pada baris tingginya adalah 11,6 kg
• Tunjuk beratnya ke atas, dan tentukan IMT-nya (di bagian atas tabel) adalah 15

Jika kita menentukan IMT Wulan dengan menggunakan rumus matematika (kg/m2) dan
kalkulator, maka perlu untuk mengkonversi tinggi dalam meter. Tingginya 88,2 cm
maka menjadi 0,882 m. IMT dihitung sebagai berikut:
11,5 kg ÷ 0,882 m2 = 14,78... dicatat menjadi 14,8

Hasil di atas menunjukkan nilai dari tabel IMT dan kalkulator adalah sangat dekat.

Kriteria IMT menurut WHO


Underweight : < 18,4
Normal : 18,5 – 24,9
Overweight : 25,0 – 29,9
Obese : > 30

Praktikum – PSG Antropometri 40


Bagian III: Kartu Menuju Sehat (KMS)

Kartu Menuju Sehat berfungsi untuk memantau pertumbuhan anak dari bulan ke
bulan, bukan digunakan untuk menentukan status gizi anak.
Hal-hal yang perlu dipahami tentang KMS:

1. Warna-warna dalam grafik KMS


- Tidak bisa menentukan status gizi. Status gizi ditentukan dengan melihat tabel atau
grafik pertumbuhan
- Berat badan di bawah garis merah (BGM) belum tentu gizi buruk. Perlu dicek pada
tabel/grafik pertumbuhan
- Berat badan di pita kuning belum tentu gizi kurang. Perlu dicek pada tabel status gizi

2. Anak bertumbuh normal


Bila Berat Badan anak naik sesuai grafik (berada pada pita warna yang sama dengan
bulan lalu, atau naik sedikit pada pita warna di atasnya)

3. Berat Badan anak tidak naik bila:


- Garis pertumbuhan menurun, atau lebih rendah dari bulan lalu
- Garis pertumbuhan mendatar, atau sama dengan bulan lalu
- Garis pertumbuhan naik, tetapi pindah ke pita warna di bawahnya

4. Berat Badan di bawah garis merah (BGM)


- Anak BGM yang setelah diperiksa benar-benar mengalami gizi buruk, maka perlu
dirujuk ke Puskesmas/RS untuk memperoleh perawatan
- Anak BGM yang tumbuh normal, karena anak tersebut memiliki Tinggi Badan yang
pendek tidak perlu dirujuk ke Puskesmas/RS

5. KMS dibedakan antara KMS untuk anak laki-laki dan untuk anak perempuan

Praktikum – PSG Antropometri 41


Gambar 12: Kartu Menuju Sehat
Praktikum – PSG Antropometri 42
Praktikum – PSG Antropometri 43
Praktikum – PSG Antropometri 44
Praktikum – PSG Antropometri 45
Bagian IV. Ketentuan umum penggunaan standar
antropometri

1. Istilah dan pengertian

a. Umur dihitung dalam bulan penuh. Contoh: umur 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur
2 bulan
b. Ukuran Panjang Badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai 24 bulan yang diukur
telentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur berdiri, maka hasil pengukurannya
dikoreksi dengan menambahkan 0,7 cm
c. Ukuran Tinggi Badan (TB) digunakan untuk anak umur di atas 24 bulan yang diukur
berdiri. Bila anak di atas 24 bulan diukur telentang, maka hasil pengukurannya dikoreksi
dengan mengurangkan 0,7 cm

Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak

Praktikum – PSG Antropometri 46

Anda mungkin juga menyukai