Anda di halaman 1dari 40

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

BUKU PENUNTUN

KETERAMPILAN KLINIS

BLOK
SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
MEDAN
2023

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

PAS FOTO
3 x 4 cm

BUKU PANDUAN MAHASISWA

Nama :

NIM :

No. HP :

Email :

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

ANAMNESIS DAN KONSELING ANEMIA DEFISIENSI BESI


I. PENDAHULUAN
Anemia didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit sehingga
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah cukup
ke jaringan perifer. Anemia merupakan masalah medik yang paling sering
dijumpai di klinik di seluruh dunia. Diperkirakan >30% penduduk dunia
menderita anemia dan sebagian besar di daerah tropis. Oleh karena itu anemia
seringkali tidak mendapat perhatian oleh para dokter di klinik.
Pada skill lab ini, mahasiswa akan mempelajari bagaimana cara anamnesis
dan konseling anemia defisiensi besi.

II. TUJUAN KEGIATAN


A. Tujuan Umum
Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan anamnesis dan
konseling dengan menggunakan teknik komunikasi yang benar terhadap
pasien.
B. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui kerangka anamnesis
2. Mengetahui faktor resiko terjadi anemia defisiensi besi
3. Mengetahui gejala anemia defisiensi besi
4. Mengetahui pencegahan anemia defisiensi besi
5. Mengetahui tindak lanjut pasien anemia defisiensi besi

III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN


Waktu Aktivitas belajar mengajar Keterangan
20 menit Introduksi pada kelas besar oleh narasumber Narasumber
10 menit Narasumber melakukan peragaan langkah – langkah Narasumber
dalam melakukan anamnesis dan konseling
20-30 menit Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil. Tiap Instruktur dan
kelompok kecil memiliki 1 instruktur dan tindakan mahasiswa
dilakukan berdasarkan kasus yang diberikan.

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Coaching : mahasiswa melakukan anmnesis dan


konseling secara bergantian (2-3 orang) sesuai kasus
dengan dibimbing oleh instruktur.
90 menit Self practice: mahasiswa melakukan sendiri anamnesis Instruktur dan
dan konseling secara bergantian, sehingga total waktu mahasiswa
yang dibutuhkan ± 90 menit (tergantung jumlah
mahasiswa)

IV. DASAR TEORI


A. Anamnesis
Cara Anamnese pada penyakit Hematologi pada umumnya tidak
berbeda degan penyakit lainnya, hanya saja ada hal tertentu yang harus
dipertimbangkan seperti; Demam (Febris), Perdarahan, Pembengkakan
Kelenjar, dll yang membutuhkan penanggulangan, pengobatan dan rujukan
yang lebih cepat.
Pola pertanyaan yang diajukan pada pasien meliputi;
- Onset (Akut atau Gradual/ bertahap)
- Lokasi
- Pola
- Frekuensi (Intermitten atau terus menerus)
- Durasi; berapa lama, menit atau jam
- Progression; semakin membaik atau semakin memburuk
- Severity; ringan, sedang, berat
- Karakter; bersifat tajam, tumpul atau aching
- Radiation (penyebaran)
- Precipitating & Relieving factor (faktor yang memperberat atau
memperingan)
- Keluhan lainnya

Agar mudah diingat dalam telaahan Anamnese dapat disingkat dengan


OPQRST yaitu;
O = Onset

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

P = Palliating/ Provoking Factor


Q = Quality
R = Radiation/ penyebaran
S = Site (lokasi)
T = Timing (waktu)
Tujuan pertanyaan yang berkaitan dengan gejala (Symptom & Sign) pada
penderita:
1. Lokasi, dimana lokasinya? Apakah menyebar?
2. Kualitas, seperti apa keluhan tersebut
3. Kuantitas (keparahan), seberapa parah keluhan tersebut
4. Waktu;
- Kapan keluhan mulai dirasakan?
- Berapa lama keluhan tersebut berlangsung?
- Seberapa sering keluhan itu muncul?
5. Keadaan/ situasi saat serangan berlangsung, termasuk faktor lingkungan,
emosi, aktivitas, atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi
penyakit
6. Faktor faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi. Apakah ada hal
hal yang membuat gejala membaik atau semakin parah?
7. Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita
merasakan hal hal lain yang menyertai serangan?
B. Keluhan Pasien (Subjektif)
1. Lemah
2. Lesu
3. Letih
4. Lelah
5. Penglihatan berkunang-kunang
6. Pusing
7. Telinga berdenging
8. Penurunan konsentrasi
9. Sesak nafas
C. Faktor Risiko

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

1. Ibu hamil
2. Remaja putri
3. Status gizi kurang
4. Faktor ekonomi kurang
5. Infeksi kronik
6. Vegetarian
D. Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
1. Pemeriksaan Fisik
Pucat dapat terlihat pada: konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan,
dan jaringan di bawah kuku.
Gejala anemia defisiensi besi
a. Disfagia
b. Atrofi papil lidah
c. Stomatitis angularis
d. Koilonikia
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan darah: hemoglobin (Hb), hematokrit (Ht), leukosit,
trombosit, jumlah eritrosit, morfologi darah tepi (apusan darah tepi),
MCV, MCH, MCHC, feses rutin, dan urin rutin.
b. Pemeriksaan Khusus (dilakukan di layanan sekunder) : Serum iron,
TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum.
E. Penegakan Diagnostik (Assessment)
Anemia adalah suatu sindrom yang dapat disebabkan oleh penyakit dasar
sehingga penting menentukan penyakit dasar yang menyebabkan anemia.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil
pemeriksaan darah dengan kriteria Hb darah kurang dari kadar Hb normal.
Nilai rujukan kadar hemoglobin normal menurut WHO:
1. Laki-laki: >13 g/dL
2. Perempuan: >12 g/dL
3. Perempuan hamil: >11 g/dL

F. Penatalaksanaan

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Prinsip penatalaksanaan anemia harus berdasarkan diagnosis definitif yang


telah ditegakkan. Setelah penegakan diagnosis dapat diberikan sulfas
ferrosus 3 x 200 mg (200 mg mengandung 66 mg besi elemental).

Penderita anemia defisiensi zat besi memerlukan tambahan asupan zat besi
dari makanan. Oleh karena itu, para penderita disarankan untuk lebih
banyak mengonsumsi :

● Daging merah, ayam, serta ati ayam.

● Kacang-kacangan seperti kacang hitam, kacang hijau, kacang merah.

● Makanan laut atau boga bahari seperti tiram, kerang dan ikan.

● Sayuran berdaun hijau, seperti bayam dan brokoli.

● Sereal yang diperkaya zat besi.

● Buah kering, seperti kismis dan aprikot.

Di samping mengonsumsi makanan sarat zat besi, penderita juga dianjurkan


untuk mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin C
untuk membantu tubuh dalam menyerap zat besi, serta membatasi makanan
atau minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi, seperti kopi,
susu, teh.
G. Rencana Tindak Lanjut
Untuk penegakan diagnosis definitif anemia defisiensi besi memerlukan
pemeriksaan laboratorium di layananan sekunder dan penatalaksanaan
selanjutnya dapat dilakukan di layanan primer.
H. Konseling dan Edukasi
1. Memberikan pengertian kepada pasien dan keluarga tentang perjalanan
penyakit dan tata laksananya, sehingga meningkatkan kesadaran dan
kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Pasien diinformasikan mengenai efek samping obat berupa mual,
muntah, heartburn, konstipasi, diare, serta BAB kehitaman.
3. Bila terdapat efek samping obat maka segera ke pelayanan kesehatan.

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

V. LEMBAR PENGAMATAN

Langkah/ Tugas Pengamatan


Anamnesis dan Konseling Anemia Defisiensi Besi Ya Tidak
Tahap I: Perkenalan
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan pasien/
keluarga pasien
2. Menempatkan Pasien pada posisi yang benar sesuai
kondisinya
Tahap II: Anamnesis Pribadi
Menanyakan identitas penderita
(Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan, Status Perkawinan)
Tahap III: Anamnesis Penyakit
1. Menanyakan keluhan Utama pada pasien atau
keluarganya
2. Menelusuri/ menelaah Keluhan Utama lebih dalam
(OPQRST)
3. Menelusuri/ menelaah Keluhan Tambahan/
Penyerta (demam, tinggi/tidak, berat badan
menurun/tidak)
4. Menelusuri/ menelaah riwayat penyakit terdahulu,
riwayat pengobatan, pemakaian obat sekarang dan
riwayat alergi
5. Menelusuri riwayat penyakit keluarga
6. Menelusuri riwayat merokok
7. Menelusuri status sosial
8. Menanyakan tentang konsumsi alcohol
9. Menanyakan riwayat pekerjaan
10. Mencatat/ merangkum data dalam status
11. Menjelaskan pemeriksaan yang harus dikerjakan
12. Memberikan konseling dan edukasi

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Tahap IV: Mengucapkan salam dan terima kasih


Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

ANAMNESIS DAN KONSELING THALASEMIA


I. PENDAHULUAN
Thalasemia adalah sekelompok penyakit yang merupakan akibat dari
ketidakseimbangan pembuatan salah satu dari keempat rantai asam amino yang
membentuk hemoglobin (komponen darah). Thalasemia diakibatkan oleh
kerusakan DNA dan diwarisi secara autosomal resesif.
Thalasemia ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau
umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita
thalasemia akan mengalami gejala anemia diantaranya pusing, muka pucat,
badan sering lemas, sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi berulang.
Thalasemia, merupakan penyakit yang diakibatkan oleh kerusakan DNA
dan penyakit turunan. Penyakit ini muncul karena darah kekurangan salah satu
zat pembentuk hemoglobin sehingga tubuh tidak mampu memproduksi sel darah
merah secara normal.
II. TUJUAN KEGIATAN
A. Tujuan Umum
Melatih mahasiswa untuk dapat meningkatkan keterampilan anamnesis dan
konseling dengan menggunakan teknik komunikasi yang benar terhadap
pasien.
B. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui kerangka anamnesis
2. Mengetahui pemeriksaan thalasemia
3. Mengetahui indikasi konseling dan tindakan lanjutan yang akan
dilakukan
III. RANCANGAN ACARA PEMBELAJARAN
Waktu Aktivitas belajar mengajar Keterangan
20 menit Introduksi pada kelas besar oleh narasumber Narasumber
10 menit Narasumber melakukan peragaan langkah – langkah Narasumber
dalam melakukan anamnesis dan konseling
20-30 menit Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil. Tiap Instruktur dan
kelompok kecil memiliki 1 instruktur dan tindakan mahasiswa

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

dilakukan berdasarkan kasus yang diberikan.

Coaching : mahasiswa melakukan anmnesis dan


konseling secara bergantian (2-3 orang) sesuai kasus
dengan dibimbing oleh instruktur.
90 menit Self practice: mahasiswa melakukan sendiri anamnesis Instruktur dan
dan konseling secara bergantian, sehingga total waktu mahasiswa
yang dibutuhkan ± 90 menit (tergantung jumlah
mahasiswa)

IV. DASAR TEORI


A. Anamnesis
Cara Anamnese pada penyakit Hematologi pada umumnya tidak
berbeda degan penyakit lainnya, hanya saja ada hal tertentu yang harus
dipertimbangkan seperti; Demam (Febris), Perdarahan, Pembengkakan
Kelenjar, dll yang membutuhkan penanggulangan, pengobatan dan rujukan
yang lebih cepat.
Pola pertanyaan yang diajukan pada pasien meliputi;
- Onset (Akut atau Gradual/ bertahap)
- Lokasi
- Pola
- Frekuensi (Intermitten atau terus menerus)
- Durasi; berapa lama, menit atau jam
- Progression; semakin membaik atau semakin memburuk
- Severity; ringan, sedang, berat
- Karakter; bersifat tajam, tumpul atau aching
- Radiation (penyebaran)
- Precipitating & Relieving factor (faktor yang memperberat atau
memperingan)
- Keluhan lainnya
Agar mudah diingat dalam telaahan Anamnese dapat disingkat dengan
OPQRST yaitu;

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

O = Onset
P = Palliating/ Provoking Factor
Q = Quality
R = Radiation/ penyebaran
S = Site (lokasi)
T = Timing (waktu)
Tujuan pertanyaan yang berkaitan dengan gejala (Symptom & Sign) pada
penderita:
1. Lokasi, dimana lokasinya? Apakah menyebar?
2. Kualitas, seperti apa keluhan tersebut
3. Kuantitas (keparahan), seberapa parah keluhan tersebut
4. Waktu;
- Kapan keluhan mulai dirasakan?
- Berapa lama keluhan tersebut berlangsung?
- Seberapa sering keluhan itu muncul?
5. Keadaan/ situasi saat serangan berlangsung, termasuk faktor lingkungan,
emosi, aktivitas, atau keadaan lain yang mungkin dapat mempengaruhi
penyakit
6. Faktor faktor yang menyebabkan remisi atau eksaserbasi. Apakah ada hal
hal yang membuat gejala membaik atau semakin parah?
7. Manifestasi lain yang berhubungan dengan gejala. Apakah penderita
merasakan hal hal lain yang menyertai serangan?
B. Pemeriksaan Penunjang
1. Skrining Thalasemia
Test ini bertujuan untuk mengetahui apakah kita membawa sifat dari
penyakit thalassemia. Pemeriksaannya hanya sedikit ujung jari ditusuk,
darah diambil setetes, kemudian di tes dan waktunya pun sangat singkat,
kurang dari 10 menit. Pemeriksaan itu dikenal dengan nama tes skrining
talasemia dengan Thalcon-OF. Bila hasilnya negatif, kemungkinan
sangat besar kita bukan pembawa sifat. Tapi bila positif, dokter akan
melakukan pemeriksaan lanjutan di laboratorium. Apakah ada penyakit
lain ataukah memang benar membawa sifat thalassemia. Skrinning

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

thalassemia bisa dilakukan dengan membuat pedigree dari orang yang


terkena thalassemia tersebut.
2. Hemoglobin Elektroforesa
Analisa Hb elektroforesa merupakan pemeriksaan untuk mendeteksi
beberapa jenis Hb (S atau D; C atau E) secara kualitatif atau semi-
kualitatif. Pemeriksaan ini juga mampu memisahkan HbA dan HbA2.
Untuk mendiagnosis hemoglobinopati dan thalasemia dan evaluasi
kondisi anemia hemolitik.
C. Konseling Genetik
Konseling genetik merupakan proses komunikasi yang berhubungan dengan
kejadian atau risiko kejadian kelainan genetik pada keluarga. Dengan
adanya konseling genetik, maka keluarga memperoleh manfaat terkait
masalah genetik, khususnya dalam mencegah munculnya kelainan-kelainan
genetik pada keluarga. Manfaat ini dapat diperoleh dengan melaksanakan
tindakan-tindakan yang dianjurkan oleh konselor, termasuk di dalamnya
tindakan untuk melakukan uji terkait pencegahan kelainan genetik.
Tindakan-tindakan yang disarankan dapat disarankan oleh konselor dapat
meliputi tes sebagai berikut:
1. Prenatal diagnosis
Prenatal diagnosis merupakan tindakan untuk melihat kondisi kesehatan
fetus yang belum dilahirkan. Metode yang digunakan meliputi
ultrasonografi, amniocentesis, maternal serum, dan chorionic virus
sampling.
2. Carrier testing
Carrier testing merupakan tes untuk mengetahui apakah seseorang
menyimpan gen yang membawa kelainan genetik. Metode yang
digunakan untuk melaksanakan tes tersebut adalah uji darah sederhana
untuk melihat kadar enzim terkait kelainan genetik tertentu, atau dengan
mengecek DNA, apakah mengandung kelainan tertentu.

3. Preimplantasi diagnosis

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Preimplantasi diagnosis merupakan uji yang melibatkan pembuahan in


vitro untuk mengetahui kadar kelainan genetik embrio preimplantasi.
Biasanya seorang wanita yang akan melakukan uji akan diberi obat
tertentu untuk merangsang produksi sel telur berlebihan. Sel telur akan
diambil dan diletakkan di cawan untuk dibuahi oleh sperma donor.
Setelah pembuahan maka sel embrio yang terbentuk akan dianalisa
terkait dengan kelainan genetik.
4. Newborn screening
Newborn screening merupakan pemeriksaan bayi pada masa kelahiran
baru. Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan genetik, endokrinologi,
metabolik, dan hematologi. Diharapkan dari pemeriksaan ini dapat
ditentukan prognosis ke depannya, sehingga perawatan (treatment) yang
berkenaan dapat diupayakan.
5. Predictive testing
Predictive testing merupakan tes yang digunakan untuk menguji apabila
seseorang menderita kelainan genetik dengan melihat riwayat genetik
keluarga sebelumnya. Tes ini dilakukan setelah kelahiran, dan biasa juga
disebut sebagai presymptomatic testing.

Indikasi Konseling Genetik

● Kelainan genetik atau cacat bawaan dan keturunan di keluarga

● Abnormalitas atau gangguan perkembangan pada anak

● Cacat mental/ mental retardasi pada anak sebelumnya yang tidak

diketahui sebabnya

● Wanita hamil diatas usia 35 tahun

● Pernikahan dengan golongan suku/ ras tertentu yang berpotensi kelainan

genetik

● Pemakaian obat-obatan, paparan dengan bahan kimiawi tertentu atau zat-

zat yang kemungkunan bersifat teratogen.

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

● Keguguran berulang tanpa diketahui penyebabnya

● Melahirkan janin mati/ stillbirth.

V. LEMBAR PENGAMATAN

Langkah/ Tugas Pengamatan


Anamnesis dan Konseling Thalasemia Ya Tidak
Tahap I: Perkenalan
1. Menyapa dan memperkenalkan diri dengan
pasien/ keluarga pasien
2. Menempatkan Pasien pada posisi yang benar
sesuai kondisinya
Tahap II: Anamnesis Pribadi
Menanyakan identitas penderita
(Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan, Status
Perkawinan)
Tahap III: Anamnesis Penyakit
1. Menanyakan keluhan Utama pada pasien
atau keluarganya
2. Menelusuri/ menelaah Keluhan Utama lebih
dalam (OPQRST)
3. Menelusuri/ menelaah Keluhan Tambahan/
Penyerta (demam, tinggi/tidak, berat badan
menurun/tidak)
4. Menelusuri/ menelaah riwayat penyakit
terdahulu, riwayat pengobatan, pemakaian
obat sekarang dan riwayat alergi
5. Menelusuri riwayat penyakit keluarga
6. Menelusuri riwayat kehamilan
7. Menelusuri status sosial
8. Mencatat/ merangkum data dalam status

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

9. Menjelaskan pemeriksaan yang harus


dikerjakan
10. Memberikan konseling dan edukasi
Tahap IV: Mengucapkan salam dan terima kasih
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

PEMERIKSAAN HEMATOLOGI-IMUNOLOGI BERDASARKAN


INDIKASI
I. PENDAHULUAN
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah
(cairan) dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit (keping-
keping darah), leukosit (sel darah putih) dan eritrosit (sel darah merah).
Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel
jaringan tubuh dan mengangkut karbondioksida dari sel jaringan tubuh ke paru-
paru. Hemoglobin adalah protein pernapasan (respiratory protein) yang
mengandung besi, yang merupakan tempat terikatnya molekul-molekul oksigen.
Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah dengan pemeriksaan
laboratorium yang baik. Salah satu pemeriksan laboratorium yang sering
digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin.
Pemeriksaan laboratorium sangat penting untuk membantu menegakkan
diagnosis penyakit. Agar hasil pemeriksaan laboratorium akurat dan dapat
dipercaya harus dilakukan pengendalian terhadap pra analitik, analitik, dan
pasca analitik. Tahap pra analitik: persiapan pasien, pengambilan sampel darah,
persiapan sampel, penyimpanan sampel, persiapan kertas kerja. Tahap
analitik:persiapan alat, kalibrasi alat, pengolahan sampel, interpretasi hasil.
Tahap pasca analitik: pencatatan hasil dan pelaporan.

II. TUJUAN KEGIATAN


Mahasiswa diharapkan mampu melakukan pemeriksaan hematologi-imunologi
berdasarkan indikasi dengan benar

III. RANCANGAN ACARA KEGIATAN


Waktu Aktivitas belajar mengajar Keterangan
20 menit Introduksi pada kelas besar oleh nara sumber Narasumber
10 menit Nara sumber melakukan peragaan langkah – langkah Narasumber
pemeriksaan hematologi-imunologi berdasarkan
indikasi
20-30 menit Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil. Tiap Instruktur dan

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

kelompok kecil memiliki 1 instruktur dan tindakan mahasiswa


dilakukan berdasarkan kasus yang diberikan.

Coaching : mahasiswa melakukan konseling secara


bergantian (2-3 orang) sesuai kasus dengan dibimbing
oleh instruktur.
90 menit Self practice: mahasiswa melakukan sendiri Instruktur dan
pemeriksaan hematologi-imunologi berdasarkan mahasiswa
indikasi secara bergantian, sehingga total waktu yang
dibutuhkan ± 90 menit ( tergantung jumlah mahasiswa)

IV. DASAR TEORI


A. Pengertian Laboratorium Darah
Darah terbagi menjadi 2 komponen :
1. Sel : Ruang lingkup hematologi

● Eritrosit / RBC

● Leukosit / WBC

● Trombosit / PLT (platelet)

2. Plasma : Laju Endap Darah / LED (imunokimia)


Pemeriksaan darah lengkap (selanjutnya ditulis DL) adalah suatu tes darah
yang diminta oleh dokter untuk mengetahui sel darah pasien. Terdapat
beberapa tujuan dari DL, di antaranya adalah sebagai pemeriksaaan
penyaring untuk menunjang diagnosa, untuk melihat bagaimana respon
tubuh terhadap suatu penyakit dan untuk melihat kemajuan atau respon
terapi
Pada lembar hasil DL, yang umum tercatat adalah kadar hemoglobin,
jumlah trombosit, jumlah leukosit, dan hematokrit (perbandingan antara sel
darah merah dan jumlah plasma darah.). Kadang juga dicantumkan LED
(Laju Endap Darah) dan hitung jenis leukosit.
Hasil DL yang normal adalah :

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

● Kadar Hb : 12-14 (wanita), 13-16 (pria) g/dl

● Jumlah leukosit : 5000 – 10.000 /µl

● Jumlah trombosit : 150.000 – 400.000 /µl

● Hematokrit : 35 – 45 %

● LED : 0 – 10 mm/jam (pria), 0 – 20 mm/jam (wanita)

Beberapa contoh interpretasi dari hasil DL secara sederhana antara lain bila
kadar Hb turun menandakan anemia, leukositnya meningkat melebihi
normal mungkin menandakan terjadinya infeksi, trombositnya turun
mungkin saja menandakan terjadi infeksi virus, dan lain sebagainya.
B. Jenis-jenis pemeriksaan laboratorium darah
1. Darah Rutin
Pemeriksaan ini untuk mengetahui adanya anemia, infeksi dan perubahan
jumlah trombosit darah.
2. Darah Lengkap
Pemeriksaan yang lebih lengkap ini memberikan informasi tambahan
tentang jenis anemia dan hitung jenis lekosit selain yang tercantum pada
pemeriksaan hematologi rutin.
3. LED (Laju Endapan Darah)
Pemeriksaan LED memberikan informasi adanya penyakit, infeksi dan
adanya peradangan yang telah berlangsung lama (kronis) yang tidak
spesifik.
C. Indikasi Pemeriksaan Hematologi
1. Hemostasis adalah kemampuan alami untuk menghentikan perdarahan
pada lokasi luka oleh spasme pembuluh darah, adhesi trombosit dan
keterlibatan aktif faktor koagulasi, adanya koordinasi dari endotel
pembuluh darah, agregasi trombosit dan aktivasi jalur koagulasi.
2. Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk
tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti


diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining
terhadap status kesehatan umum.
3. Faal ginjal
4. Faal hati merupakan pusat berbagai proses metabolisme, hal ini
dimungkinkan sebab hati menerima darah baik dari sirkulasi system dan
juga dari system porta.
5. Glukosa adalah gula sederhana (monosakarida) yang berfungsi sebagai
sumber utama energi di dalam tubuh
6. HbA1C merupakan hemaglobin yang terikat dengan glukosa
(terglikolasi).
7. Profil lipid adalah gambaran lipid- lipid didalam darah.
8. Indikasi Pengambilan Darah Arteri pada pasien dengan penyakit paru,
bayi prematur dengan penyakit paru, Diabetes Melitus berhubungan
dengan kondisi asidosis diabetic.
D. Kontraindikasi Pemeriksaan Hematologi
Kontraindikasi Pengambilan Darah Arteri pada pasien dengan penyakit
perdarahan seperti hemofilia dan trombosit rendah.
E. Persiapan Pasien
1. Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan
mengakibatkan peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah
berolahraga volume plasma akan berkurang. Perubahan volume plasma
akan mengakibatkan perubahan susunan kandungan bahan dalam plasma
dan jumlah sel / µl darah.
2. Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi
misalnya : asam folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian
kortikosteroid akan menurunkan jumlah eosinofil, sedang adrenalin akan
meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit. Pemberian transfusi darah
akan mempengaruhi komposisi darah sehingga menyulitkan pembacaan
morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian hemostasis.

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan


hemostasis.

3. Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari
tertutama pada pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin
akan menjadi lebih pekat pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa
bila kadarnya rendah. Kecuali ada instruksi dan indikasi khusus atas
perintah dokter.
Selain itu juga ada pemeriksaan yang tidak melihat waktu berhubung
dengan tingkat kegawatan pasien dan memerlukan penanganan segera
disebut pemeriksaan sito. Beberapa parameter hematologi seperti jumlah
eosinofil dan kadar besi serum menunjukkan variasi diurnal, hasil yang
dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan. Kadar besi serum lebih
tinggi pada pagi hari dan lebih rendah pada sore hari dengan selisih 40-
100 µg/dl. Jumlah eosinofil akan lebih tinggi antara jam 10 pagi sampai
malam hari dan lebih rendah dari tengah malam sampai pagi.
4. Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10 %
demikian pula sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan
penderita adalah menenangkan dan memberitahu apa yang akan
dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga membuat penderita
atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.

V. SARANA DAN ALAT


A. Pengambilan Darah Vena
1. Bak instrument
2. Spuit 3 atau 5 cc
3. Bengkok
4. Sarung tangan steril
5. Kapas alcohol dalam tempatnya

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

6. Plester dan gunting plester


7. Karet pembendung vena/ tourniquet
8. Perlak/ kain pengalas

B. Pengambilan Darah Perifer


1. Lancet
2. Kapas alcohol
3. Kapas kering
4. Sarung tangan
5. Pengalas
6. Bengkok

VI. LEMBAR PENGAMATAN

Pengamatan
Langkah/ Tugas
Ya Tidak
1. Menyapa pasien dan memperkenalkan diri
2. Menerangkan pada pasien tujuan dan prosedur serta
inform consent
Pengambilan Darah Vena
3. Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan
4. Cuci tangan
5. Pasang perlak/ kain pengalas dibawah daerah/ tempat
yang akan diambil darahnya
6. Ikat bagian diatas daerah yang akan diambul darahnya
dengan karet pembendung/tourniquet, pasien dianjurkan
mengepalkan tangannya.
7. Disinfeksi kulit yang akan ditusuk dengan kapas alcohol
secara sirkuler
8. Tegangkan kulit dengan tangan yang tidak
dominan/tangan kiri
9. Tusukkan jarum kedalam vena dengan tangan dominan,
lalu aspirasi apakah jarum sudah masuk vena

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

10. Buka karet pembendung ,lepaskan kepalan tanganya


kemudian hisap sesuai kebutuhan.
11. Tarik jarum bersama spuitnya lalu bekas tusukan tekan
dengan kapas alcohol dan diplester
12. Masukkan darah dalam spuit kedalam botol yang
tersedia (memasukkan agak miring dan tidak terlalu
keras saat menyemprotkannya)
13. Beri label pada botol dan siap dibawa ke laboratorium
untuk pemeriksaan
14. Setelah selesai, penghisap spuit dikeluarkan dan
diletakkan kedalam bengkok
15. Cuci tangan.
Pengambilan Darah Perifer
16. Cuci tangan
17. Bersihkan daerah yang akan di tusuk alcohol 70% dan
biarkan menjadi kering kembali
18. Pegang bagian yang akan di tusuk supaya tidak
bergerak dan di tekan sedikit agar rasa nyeri berkurang
19. Tusuk dengan cepat memakai lancet steril, Pada ibu jari
tusukan tegak lurus dengan garis sidik jari
20. Bila memakai anak daun telinga tusukan dilakukan
dipinggir bukan pada sisinya tusukan harus cukup
dalam
21. Buang tetes darah pertama keluar dengan memakai
kapas kering. Tetes darah berikutnya dipakai untuk
Pemeriksaan.
22. Tekan bekas tusukan dengan kapas kering
23. Bereskan alat, buang alat suntik dengan benar.
24. Cuci tangan
25. Mengucapkan terima kasih kepada pasien dan memberi
informasi lain bila diperlukan
Note : Ya = Mahasiswa melakukan

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

PEMERIKSAAN KELENJAR GETAH BENING


I. PENDAHULUAN
Kelenjar getah bening (KGB) terdapat secara luas pada tubuh manusia.
Pada penyakit tertentu dapat melibatkan atau sekelompok KGB dapat terlibat.
Penuntun ini disusun agar mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik
kelenjar getah bening (KGB). Pemeriksaan fisik KGB dilakukan dengan cara
inspeksi dan palpasi.

II. TUJUAN KEGIATAN


A. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik kelenjar getah bening.
B. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1. Menginformasikan tujuan pemeriksaan kepada pasien.
2. Memberikan instruksi yang dapat diikuti oleh pasien.
3. Mengetahui daerah - daerah predileksi pembesaran KGB.
4. Melakukan inspeksi pada daerah - daerah predileksi pembesaran KGB.
5. Melakukan palpasi pada daerah - daerah predileksi pembesaran KGB.
6. Menentukan diagnosis banding pembesaran KGB.

III. RENCANA ACARA PEMBELAJARAN

Waktu Aktivitas belajar- mengajar Keterangan


20 menit - Introduksi pada kelas besar (semua mahasiswa) Narasumber
- Penjelasan narasumber tentang pemeriksaan
kelenjar getah bening
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan
10 menit - Mahasiswa dibagi atas kelompok Small Group Narasumber
Discussion dan tiap satu kelompok satu instruktur.

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

- Demonstrasi oleh nara sumber


30 menit Coaching : Instruktur
Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian Mahasiswa
dengan dibimbing oleh instruktur.
90 menit Self Practice : Mahasiswa
Mahasiswa melakukan pemeriksaan kelenjar getah
bening di manekin secara bergantian masing-masing
selama 10 menit.

IV. DASAR TEORI


Kelenjar getah bening (KGB) terdapat secara luas pada tubuh manusia.
Pada penyakit tertentu dapat melibatkan atau sekelompok KGB dapat terlibat.
Adanya pembesaran KGB dapat diperhatikan pada daerah servikal,
supraklavikula, aksila, epitrokhlear, inguinal, femoral, dan poplitea. Pada
kondisi normal, dapat diraba KGB pada daerah inguinal, yaitu sepanjang 0,5 – 2
cm yang menempel pada fasia ligamentum inguinal dan segitiga femoral.

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Sedangkan pada anak-anak, dapat teraba KGB pada daerah servikal sebesar 0,5
– 1,0 cm. Pada supraklavikula, kadang dapat teraba KGB bila pasien melakukan
manuver valsava. Pemeriksaan fisik KGB dilakukan secara inspeksi dan palpasi.
Pembesaran KGB dapat ditemukan pada infeksi, tuberkulosis kelenjar,
leukemia, limfoma malignum, metastasis keganasan atau penyakit lain.
Pada inspeksi, apakah terlihat pembesaran kelenjar getah bening? Apakah
pembesaran tersebut tunggal atau multipel, berapa jumlahnya? Apakah
pembesarannya unilateral atau bilateral? Dimanakah lokasi kelenjar getah
bening yang membesar itu? Pada palpasi, lakukan pemeriksaan dengan
menggunakan bantalan ujung jari. Tentukan jumlah dan ukuran pembesaran
kelenjar getah bening, nilai konsistensi, mobilitas, permukaan, dan nyeri tekan.
Pemeriksaan pada leher dilakukan pada daerah preaurikula, aurikula
posterior, oksipital, tonsilar, submandibular, submental, servikal anterior,
servikal posterior, deep cervical chain, dan supraklavikula. Selain leher,
pemeriksaan KGB juga dilakukan pada aksila, inguinal dan poplitea.

V. PROSEDUR KERJA
A. Persiapan
Hal-hal yang penting diperhatikan sewaktu pemeriksaan
1. Pencahayaan ruangan yang baik.

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

2. Penjelasan terhadap pasien berupa indikasi dan tujuan pemeriksaan KGB.


Pasien rileks dan bersedia membuka pakaian pada daerah-daerah
predileksi pembesaran KGB.
3. Cuci tangan sesuai prosedur hand hygiene.
B. Pelaksanaan
Area kepala dan leher
1. Pasien untuk duduk berhadapan dengan pemeriksa, posisi duduk.
2. Inspeksi daerah leher
a. Perhatikan kesimetrisan, massa atau scars
b. Lihat apakah terdapat benjolan pada daerah predisposisi KGB
3. Palpasi menggunakan bantalan dari jari telunjuk dan jari tengah. Palpasi
secara berurutan:
a. Preauricular (dan parotis) : di depan telinga
b. Posterior auricular : superfisial di mastoid
c. Occipital : dasar tulang kepala posterior
d. Tonsillar : di bawah angulus mandibula
e. Submandibular : di tengah di antara sudut dan ujung mandibula
f. Submental : di garis tengah beberapa sentimeter di belakang ujung
mandibula
g. Superficial (anterior) cervical : superfisial di m. sternomastoid
h. Posterior cervical : sepanjang tepi anterior dari m. trapezius
i. Deep cervical chain : bagian dalam di m. sternomastoid dan
terkadang sulit untuk diperiksa. Kaitkan kedua ibu jari dengan jari-
jari di sekitar otot sternomastoid
j. Supraclavicular : di dalam sudut yang dibentuk oleh klavikula dan
m. sternomastoid
4. Tentukan jumlah, ukuran, konsistensi, mobilitas, dan nyeri tekan.
Area lengan dan tungkai
5. Daerah aksila.
a. Minta pasien untuk mengangkat kedua lengannya ke arah depan.
Inspeksi pada kedua aksila, apakah terdapat massa atau

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

pembengkakan? Lakukan palpasi, nilai jumlah, ukuran, konsistensi,


mobilitas, dan nyeri tekan KGB bila terdapat pembesaran.
6. Daerah epitrochlear
a. Minta pasien untuk memfleksikan siku 90° dan angkat serta tahan
lengan pasien dengan tangan pemeriksa (bagian kanan dengan
bagian kanan dan sebaliknya).
b. Palpasi di lekukan di antara otot biceps dan triceps, sekitar 3 cm di
atas epikondilus medial. Tentukan pembesaran KGB, jumlah,
ukuran, konsistensi dan nyeri tekan.
7. Daerah inguinal.
a. Minta pasien untuk berbaring telentang, inspeksi pada kedua lipat
paha, apakah terdapat massa atau pembengkakan.
b. Palpasi kelenjar limfe inguinal superfisial, termasuk grup vertikal
dan horizontal:
c. Palpasi inguinal kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya.
d. Nilai pembesaran KGB, jumlah, ukuran, konsistensi, dan nyeri
tekan.
C. Analisis Hasil Pemeriksaan
1. Pembesaran kelenjar limfe supraklavikula, terutama sebelah kiri harus
dicurigai sebagai keganasan yang metastasis dari torakal atau abdominal.
2. Kelenjar limfe yang teraba lunak kemungkinan merupakan inflamasi,
kelenjar limfe yang teraba keras atau yang tidak bergerak kemungkinan
merupakan keganasan
3. Limfadenopati yang difus curigai sebagai HIV atau AIDS
4. Adanya edema kelenjar limfe di lengan dan tangan mungkin akibat dari
diseksi kelenjar limfe aksila dan terapi radiasi.
5. Limfe epitrochlear yang membesar kemungkinan merupakan infeksi
lokal atau distal atau berhubungan dengan limfadenopati generalisata
6. Limfadenopati berarti pembesaran kelenjar limfe dengan atau tanpa
nyeri. Bedakan antara limfadenopati lokal dan generalisata dengan
menemukan (1) lesi penyebab di drainage area atau (2) pembesaran
limfe setidaknya di area yang tidak berdekatan.

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

VI. LEMBAR PENGAMATAN

N PENAGAMATA
LANGKAH/TUGAS
o N
Mempersiapkan pemeriksaan pasien YA TIDAK
1. Memberikan salam dan memperkenalkan diri
2. Menginformasikan kepada pasien tentang indikasi
dan tujuan pemeriksaan
3 Melakukan cuci tangan sesuai prosedur hand hygiene
4 Meminta pasien untuk bersedia mengikuti instruksi
pemeriksa.
5 Berdiri di hadapan pasien, posisi pasien duduk.
6 Meminta pasien untuk membuka pakaian sesuai
keperluan (leher dan aksila saat pemeriksaan pada
daerah tersebut akan dilakukan)
7 Menjelaskan daerah - daerah predileksi KGB
(berbagai daerah di leher, aksila, epitrochlear dan
inguinal)
8 Melakukan inspeksi KGB leher. Apakah terdapat
massa atau pembengkakan?
9 Menyampaikan hasil inspeksi KGB leher.
10 Melakukan palpasi pada seluruh daerah predileksi
KGB leher. Nilai jumlah, ukuran, konsistensi,
mobilitas, dan nyeri tekan bila terdapat pembesaran.
11 Menyampaikan hasil pemeriksaan palpasi KGB leher
12 Melakukan inspeksi KGB aksila (kanan dan kiri).
Apakah terdapat massa atau pembengkakan?
13 Menyampaikan hasil inspeksi KGB aksila
14 Melakukan palpasi KGB aksila (kanan dan kiri). Nilai
jumlah, ukuran, konsistensi, mobilitas, dan nyeri

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

tekan bila terdapat pembesaran.


15 Menyampaikan hasil palpasi KGB aksila
16 Melakukan palpasi KGB epitrochlear (kanan dan
kiri). Nilai jumlah, ukuran, konsistensi, mobilitas, dan
nyeri tekan bila terdapat pembesaran.
17 Menyampaikan hasil palpasi KGB epitrochlear.
Note : YA = Mahasiswa Melakukan
TIDAK = Mahasiswa Tidak Melakukan

SKIN TEST
I. PENDAHULUAN

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Skin tes merupakan salah satu dari dua macam pengujian reaksi alergi
yang dianggap valid dan sudah diterapkan selama bertahun-tahun. Skin tes
adalah suatu pengujian yang dilakukan pada kulit untuk mengidentifikasi
substansi alergi (alergen)yang menjadi pemicu timbulnya reaksi alergi.
Skin tes biasanya dilakukan pada pasien yang akan diberikan pengobatan
dan dicurigai memiliki alergi terhadap bahan dan obat tertentu, misalnya pada
penderita rhinitis alergika, asthma, alergi makanan, dan lain sebagainya. Skin tes
merupakan pengujian yang sering dan harus dilakukan terhadap pasien di rumah
sakit maupun klinik adalah bahwa setiap individu memiliki sensitivitas yang
berbeda beda terhadap berbagai macam bahan maupun obat.
Selain itu, skin test relatif mudah dilakukan, nyaman bagi pasien, tidak
mahal, dan hasil pemeriksaan bisa didapatkan hanya dalam waktu 15-20 menit.
Pengujian dimulai dengan menggores atau menusuk kulit dengan jarum steril
khusus, dan depositkan sejumlah kecil ekstrak alergen ke dalam kulit kemudian
tunggu 15-20 menit, evaluasi reaksi kulit. Jika pada kulit muncul bentol
kemerahan, seperti gigitan nyamuk, artinya hasil pengujian positif dan pasien
alergi terhadap bahan yang diujikan.
Jika kulit tidak menimbulkan reaksi, artinya rencana pengobatan aman
untuk dilanjutkan. Pengujian ini tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak
menyebabkan perdarahan pada pasien karena jarum hanya masuk ke permukaan
kulit saja. Skin tes juga dapat dilakukan dengan cara menginjeksikan alergen ke
bawah kulit, atau dengan menempelkan alergen pada kulit dalam periode waktu
spesifik (48 jam). Injeksi ini dilakukan dengan menyuntikkan obat dibawah
permukaan kulit antebrachii bagian dalam, permukaan kulit yang terang, sedikit
rambut, tidak ada lesi dan oedem.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum
Melatih mahasiswa untuk dapat mengetahui indikasi dilakukan Skin Test.

B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui indikasi dilakukan Skin Test
2. Mahasiswa mampu melakukan Skin Test

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

3. Mahasiswa dapat mengetahui reaksi Skin Test

III. RANCANGAN ACARA KEGIATAN

Waktu Aktivitas belajar- mengajar Keterangan


20 menit - Introduksi pada kelas besar (semua mahasiswa) Narasumber
- Penjelasan narasumber tentang Skin Test
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan
10 menit - Mahasiswa dibagi atas kelompok Small Group Narasumber
Discussion dan tiap satu kelompok satu instruktur.
- Demonstrasi oleh nara sumber
30 menit Coaching : Instruktur
Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian Mahasiswa
dengan dibimbing oleh instruktur.
90 menit Self Practice : Mahasiswa
Mahasiswa melakukan Skin Test di manekin secara
bergantian masing-masing selama 10 menit.

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Obat-obatan yang sesuai program pengobatan dokter
2. Daftar obat pasien o Spuit 1 cc atau 0,5 cc disposible
3. Jarum sesuai kebutuhan, gergaji ampul bila perlu
4. Perlak dan alas
5. Kapas alkohol atau kapas yang sudah dibasahi NaCl 0,9% dalam tempatnya
6. Handscoen
7. Nierbeken

V. DASAR TEORI
Skin tes merupakan salah satu dari dua macam pengujian reaksi alergi
yang dianggap valid dan sudah diterapkan selama bertahun-tahun. Skin tes

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

adalah suatu pengujian yang dilakukan pada kulit untuk mengidentifikasi


substansi alergi (alergen)yang menjadi pemicu timbulnya reaksi alergi.

Tujuan Skin Test


1. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam
pemberian obat
3. Membantu menentukan diagnosa terhadap penyakit tertentu (misalnya
tuberculin tes)
4. Menghindarkan pasien dari efek alergi obat (dengan skin test)

Prinsip Skin Test


1. Sebelum memberikan obat mahasiswa harus mengetahui diagnosa medis
pasien, indikasi pemberian obat, dan efek samping obat, dengan prinsip 10
benar yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu pemberian,
benar cara pemberian, benar pemberian keterangan tentang obat pasien,
benar tentang riwayat pemakaian obat oleh pasien, benar tentang riwayat
alergi obat pada pasien, benar tentang reaksi pemberian beberapa obat yang
berlainan bila diberikan bersama-sama, dan benar dokumentasi pemakaian
obat
2. Untuk mantoux tes (pemberian PPD) diberikan 0,1 cc dibaca setelah 2-3
kali 24 jam dari saat penyuntikan obat
3. Setelah dilakukan penyuntikan tidak dilakukan desinfektan
4. Mahasiswa harus memastikan bahwa pasien mendapatkan obatnya, bila
pasien atau keluarga tetap menolak pengobatan setelah pemberian inform
consent, maka pasien maupun keluarga yang bertanggungjawab
menandatangani surat penolakan untuk pembuktian penolakan terapi.
5. Injeksi intrakutan yang dilakukan untuk melakukan tes pada jenis antibiotik,
dilakukan dengan cara melarutkan antibiotik sesuai ketentuannya, lalu
mengambil 0,1 cc dalam spuit dan menambahkan aquabidest 0,9cc dalam
spuit, yang disuntikkan pada pasien hanya 0,1cc
6. Injeksi yang dilakukan untuk melakukan test mantoux, PPD diambil 0,1 cc
dalam spuit, untuk langsung disuntikan pada pasien.

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

VI. LEMBAR PENGAMATAN

No Pengamatan
Langkah/ Tugas
. Ya Tidak
1. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemberian obat serta
meminta Informed Consent
2. Memberikan posisi yang nyaman pada pasien

3. Mempersiapkan Alat dan bahan

4. Mencuci tangan dengan metode simple hand washing


menurut WHO
5. Berdiri di sebelah kanan/kiri pasien sesuai kebutuhan

6. Mengecek daftar obat pasien untuk memberikan obat


dan membawa obat dan daftar obat ke hadapan pasien
sambil mencocokkannama pasien.
7. Menginjeksi pasien sesuai dengan nama pada daftar
obat, Jaga privasi pasien. Injeksi intrakutan dilakukan
dengan cara spuit diisi oleh obat sesuai dosisnya.
8. Menentukan lokasi injeksi yaitu 1/3 atas lengan bawah
bagian dalam dan membersihkan lokasi tusukan dengan
kapas normal saline atau kapas alcohol bila diperlukan,
kulit diregangkan tunggu sampai kering
9. Lubang jarum menghadap keatas dan membuat sudut
antara 5-15˚ permukaan kulit
10. Memasukan obat perlahan-lahan sampai berbentuk
gelembung kecil, dosis yang diberikan 0,1 cc atau
sesuai jenis obat
11. Setelah penyuntikan area penyuntikan tidak boleh
didesinfeksi. Bila injeksi intrakutan dilakukan untuk
test antibiotik, lakukan penandaan pada area penyutikan
dengan melingkari area penyuntikan dengan diameter

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

kira kira 1inchi atau diameter 2,5 cm. Penilaian reaksi


dilakukan 15 menit setelah penyuntikan. Nilai positif
jika terdapat tanda tanda rubor, dolor, kalor melebihi
daerah yang sudah ditandai, artinya pasien alergi
dengan antibiotik tersebut. Bila injeksi ditujukan untuk
mantoux test tuberkulin test, dapat dinilai hasilnya
dalam 2 sampai 3 kali 24 jam, positif bila terdapat rubor
dolor kalor melebihi diameter 1 cm pada area
penyuntikan.
12. Beri penjelasan pada pasien atau keluarga untuk tentang
penilaian pada daerah penyuntikan dan anjurkan untuk
tidak menggaruk, memasage atau memberi apapun pada
daerah penyutikan. Menyimpan obat obat sisa dan
daftar obat pasien ketempatnya
13. Mengobservasi keadaan umum pasien, melepaskan
handscoen, mencuci tangan
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

TRANSFUSI DARAH
I. PENDAHULUAN

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis


darah dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya. Transfusi darah
berhubungan dengan kondisi medis seperti kehilangan darah dalam jumlah besar
disebabkan trauma, operasi, syok dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel
darah merah. Transfusi Darah adalah proses pemindahan darah dari seseorang
yang sehat (donor) ke orang sakit (respien).
Tujuan keterampilan ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan
transfusi darah sesuai dengan prosedur dan teknik yang benar. Prasyarat
keterampilan klinik ini adalah mahasiswa telah mendapatkan pengetahuan
mengenai anatomi, fisiologi, dan kelainan hematologi.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN


A. Tujuan Umum
Melatih mahasiswa untuk dapat mengetahui indikasi dilakukan Transfusi
Darah.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui indikasi dilakukan Transfusi Darah
2. Mahasiswa mampu melakukan Transfusi Darah
3. Mahasiswa dapat mengetahui reaksi Transfusi Darah

III. RANCANGAN ACARA KEGIATAN

Waktu Aktivitas belajar- mengajar Keterangan


20 menit - Introduksi pada kelas besar (semua mahasiswa) Narasumber
- Penjelasan narasumber tentang transfusi darah
- Tanya jawab singkat hal yang belum jelas dari
penjelasan
10 menit - Mahasiswa dibagi atas kelompok Small Group Narasumber
Discussion dan tiap satu kelompok satu instruktur.
- Demonstrasi oleh nara sumber
30 menit Coaching : Instruktur
Mahasiswa melakukan simulasi secara bergantian Mahasiswa
dengan dibimbing oleh instruktur.

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

90 menit Self Practice : Mahasiswa


Mahasiswa melakukan transfusi darah di manekin
secara bergantian masing-masing selama 10 menit.

IV. ALAT DAN SARANA


1. Abocate 18G atau 20G sebanyak 7 buah
2. Cairan IV NaCl 0,9%
3. Set infuse transfuse darah sebanyak 2 buah
4. Produk darah 1 buah
5. Handscoon
6. Kapas alcohol
7. Plester
8. Manset tekanan darah atau tornikuet

V. DASAR TEORI
Transfusi darah adalah proses menyalurkan darah atau produk berbasis darah
dari satu orang ke sistem peredaran orang lainnya.
Tujuan Transfusi Darah
1. Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
2. Memelihara keadaan biologis darah atau komponen – komponennya agar
tetap bermanfaat.
3. Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada
peredaran darah (stabilitas peredaran darah).
4. Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
5. Meningkatkan oksigenasi jaringan.
6. Memperbaiki fungsi Hemostatis.
7. Tindakan terapi kasus tertentu.

Manfaat Transfusi Darah


1. Dapat mengetahui golongan darah
2. Dapat menambah cairan darah yang hilang di dalam tubuh
3. Dapat menyelamatkan jiwa pasien

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

Macam Transfusi Darah


1. Darah Lengkap/ Whole Blood (WB)
Diberikan pada penderita yang mengalami perdarahan aktif yang
kehilangan darah lebih dari 25 %
2. Komponen Darah
- Eritrosit
- Leukossit/ Granulosit Konsentrat
- Trombosit
- Plasma dan Produksi Plasma

Indikasi Transfusi
Transfusi darah diperlukan saat kehilangan banyak darah, misalnya pada :
1. Kecelakaan, trauma atau operasi pembedahan yang besar.
2. Penyakit yang menyebabkan terjadinya perdarahan misal maag kronis dan
berdarah.
3. Penyakit yang menyebabkan kerusakan sel darah dalam jumlah besar, misal
anemia hemolitik atau trombositopenia.
4. Jika anda menderita penyakit pada sumsum tulang sehingga produksi sel
darah terganggu seperti pada penyakit anemia aplastik maka anda juga akan
membutuhkan transfusi darah. Beberapa penyakit seperti hemofilia yang
menyebabkan gangguan produksi beberapa komponen darah maka anda
mungkin membutuhkan transfusi komponen darah tersebut.

Langkah- langkah transfusi darah :


1. Jelaskan prosedur kepada pasien atau keluarga pasien. Kaji pernah tidaknya
pasien menerima transfusi sebelumnya dan catat reaksi yang timbul.
2. Minta pasien atau keluarganya untuk melaporkan adanya reaksi menggigil,
sakit kepala, gatal-gatal atau ruam dengan segera.
3. Pastikan bahwa pasien telah menandatangani surat persetujuan
4. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
5. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter/abocat berukuran besar
6. Gunakan selang infuse yang memiliki filter di dalam selang

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

7. Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah


pemberian infuse darah selesai
8. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah
9. Identifikasi produk darah dan darah pasien dengan benar
10. Ukur tanda vital dasar pasien sebelum memulai prosedur
11. Berikan terlebih dahulu larutan salin normal
12. Mulai berikan transfuse secara perlahan diawali dengan pengisian filter di
dalam selang
13. Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah
bersama pasien.
14. Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfuse,
selanjutnya ukur setiap jam dengan kebijakan lembaga/RS.
15. Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan menggunakan
pompa infus.
16. Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan.
17. Observasi timbulnya reaksi yang merugikan secara berkelanjutan, catat
pemberian darah atau produk darah.
18. Setelah pemberian infuse selesai, kembalikan kantung darah serta selang ke
bank darah.
VI. LEMBAR PENGAMATAN

Pengamatan
No. Langkah/ Tugas
Ya Tidak
1. Cocokan identitas, lisan atau tertulis, dilakukan di sisi
pasien
2. Identitas dan jumlah darah kemasan cocokkan formulir
permintaan darah
3. Mencuci tangan

4. Memberi salam pada pasien dan menjelaskan tindakan


yang akan dilakukan dan menanyakan kesiapan pasien

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

5. Periksa suhu, frekuensi denyut jantung dan tekanan


darah sebelum transfuse
6. Kemudian cairan NaCl 0,9% digantikan dengan
kantong darah yang sudah disediakan
7. Menghitung jumlah tetesan sesuai dengan yang sudah
diprogramkan dan mencatat waktu transfusi dimulai
8. Observasi ketat vital sign tiap 15 menit

9. Setelah darah habis kembali dipasangkan cairan NaCl


0,9%
10. Kemudian semua infuse dibuka dan dirapikan kembali
semua alat-alat
11. Mencuci tangan dan catat waktu selesai transfuse dan
reaksi yang timbul selama proses transfusi
Note : Ya = Mahasiswa melakukan
Tidak = Mahasiswa tidak melakukan

BLOK SISTEM HEMATOLOGI DAN IMUNOLOGI

Anda mungkin juga menyukai