Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

KELOMPOK RENTAN
PENYAKIT KRONIS KANKER

KELOMPOK 8
DINI NOVIADI
LALA SARI
RIANA SAPUTRI

JUMAT 23 JULI 2021


PENGERTIAN

Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel,


yang dapat mengakibatkan adanya kerusakan
gen yang mengatur pertumbuhan dan
deferensiasi. Kanker terjadi akibat perubahan
sel yang melepaskan diri dari mekanisme
pengaturan normal.
penyebab atau faktor-faktor tertentu telah
memberikan implikasi dalam proses
karsinogenik. Penyebab atau faktor-faktor
tersebut termasuk virus, faktor fisik, faktor
kimia, faktor-faktor genetik atau keturunan,
faktor- faktor makanan dan faktor
ETIOLO hormonal
Virus
GI Faktor fisik

KANKER Faktor kimia

Faktor-faktor genetik
dan keturunan

Faktor-Faktor
Makanan

Faktor Hormonal

Peran Sistem Imun


PERTUMBUHAN
KANKER
Menurut Baradero (2007), ada
tiga langkah perkembangan
kanker

1. inisiasi,
2. promosi,
3. dan progresi
Tanda dan adanya kurus
gejala benjolan kering,

penyakit
kanker lemah,
dan
apatis
Stadium I
Stadium Stadium II
Kanker
Stadium III

Stadium IV
PATOFIOLOGI
• Kanker adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal
diubah oleh mutasi genetik dari DNA selular. Sel abnormal ini
membenuk klon dan mulai berproliferasi secara abnormal,
mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan
sekitar sel tersebut. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel
mendapatkan ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada jaringan
sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui
pembuluh tersebut sel-sel dapat terbawake area lain dalam tubuh
untuk membentuk metastase (penyebaran kanker) pada bagian
tubuh yang lain.
Penatalaksanaan Medis

Ada empat cara


pengobatan kemoterapi, terapi radiasi,
kanker, yaitu

pembedahan. bioterapi,
Asuhan Keperawatan Pada Klien
dengan Kanker
1.Pengkajian Keperawatan pada Askep Kanker

a. Sistem Integumen
• Perhatikan : nyeri, bengkak, flebitis, ulkus
• Inspeksi kemerahan & gatal, eritema
• Perhatikan pigmentasi kulit
• Kondisi gusi, gigi, mukosa & lidah

b. Sistem Gastrointestinal
• Kaji frekwensi, mulai, durasi, berat ringannya mual & muntah setelah pemberian kemotherapi
• Observasi perubahan keseimbangan cairan & elektrolit
• Kaji diare & konstipasi
• Kaji anoreksia
• Kaji : jaundice, nyeri abdomen kuadran atas kanan
Sistem Hematopoetik

• Kaji Netropenia
• Kaji tanda infeksi
• Auskultasi paru
• Perhatikan batuk produktif & nafas dispnoe
• Kaji suhu

2). Kaji Trombositopenia : < 50.000/m3 - menengah, < 20.000/m3 – berat

Next…. 3). Kaji Anemia

• Warna kulit, capilarry refill


• Dispnoe, lemah, palpitasi, vertigo

Sistem Respiratorik & Kardiovaskular

1). Kaji terhadap fibrosis paru yang ditandai : Dispnoe, kering, batuk non produktif -
terutama bleomisin

2). Kaji tanda CHF

3). Lakukan pemeriksaan EKG


• . Sistem Neuromuskular

• 1). Perhatikan adanya perubahan aktifitas motori

• 2). Perhatikan adanya parestesia

• 3). Evaluasi reflex

• 4). Kaji ataksia, lemah, menyeret kaki

• 5). Kaji gangguan pendengaran

• 6). Diskusikan ADL


• f. Sistem Genitourinari

• 1). Kaji frekwensi BAK

• 2). Perhatikan bau, warna, kekeruhan urine

• 3). Kaji : hematuria, oliguria, anuria

• 4). Monitor BUN, kreatinin


 

Diagnosa Keperawatan pada Askep Kanker

a. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia


b. Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia
c. Resiko gangguan Perfusi Jaringan
d. Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan
e. Resiko Gangguan Integritas Mukosa Mulut
f. Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis
g. Resiko Gangguan komunikasi verbal akibat nyeri di mulut
h. Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare
i. Resiko Gangguan Citra Diri akibat Alopesia
• Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi
Intervensi Keperawatan

•Diagnosa 1. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan netropenia

1. Kaji resiko yang dapat terjadi akibat depresi sistem imun:

2. Jenis, dosis, cara pemberian kemoterapi

3. Stressor yang sedang dialami klien dan kemampuan koping yang dimiliki

4. Kebiasaan kebersihan diri

5. Pola tidur
Pola makan

Pola eliminasi

Riwayat & pemeriksaan fisik

Tanda-tanda infeksi: demam, adanya nyeri menelan, nyeri saat eliminasi,


adanya exudat

Tanda perdarahan: pusing, adanya perdarahan

Tanda anemia: pucat, lemah, sesak nafas saat aktifitas

Fungsi pernafasan & suara nafas


1. Laboratorium: DPL

2. Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3

3. Lindungi klien dari terpaparnya bakteri

4. Tempatkan klien di ruang isolasi

5. Pasang papan pengumuman di pintu masuk ruang isolasi klien yang


menginformasikan: pengunjung harus cuci tangan sebelum masuk,
pengunjung yang FLU dilarang masuk dan DILARANG membawa
buah, bunga atau sayuran segar ke ruangan klien
Pasang papan pengumuman yang menginformasikan TIDAK BOLEH menginjeksi
per-IM dan mengukur suhu per-rektum

Rencanakan program kebersihan mulut, mandi sehari sekali, dan kebersihan area
perineum dalam kegiatan perawatan klien

Kaji tempat penusukan infus, ganti balutan dengan teknik aseptik 2 hari sekali atau
apabila ada tanda-tanda plebitis

Hindari tindakan invasif (jika memungkinkan)


Cuci tangan sebelum merawat klien, tidak menempatkan petugas kesehatan yang FLU (atau infeksi
lain) atau yang merawat klien yang terinfeksi di ruang isolasi

Lakukan tindakan khusus jika angka neutrofil <500/mm3

Kaji terus menerus adanya infeksi pada klien

Monitor tanda vital terutama pada peningkatan temperatur

Monitor angka lab neutrofil

Kaji tanda infeksi seperti kemerahan, adanya peradangan di area tertentu (mukosa mulut, tempat
bekas penusukan suntik/infus, dll)

Monitor perubahan warna urin, sputum & feses


Diagnosa 2. Resiko perlukaan berhubungan dengan trombositopenia

1. Lakukan tindakan khusus jika trombosit menurun / meningkat

2. Cegah klien dari trauma dan resiko perdarahan

3. Pasang tanda “Dilarang”  injeksi per IM dan pemberian obat aspirin

4. Minimalkan penusukan vena atau tekan bekas penusukan minimal 5 menit

5. Ajarkan cara sikat gigi dengan sikat gigi lembut, hindari penggunaan dental floss

6. Pasang pembatas tempat tidur

7. Cegah konstipasi dengan pemberian cairan minimal 3 L/hari


Monitor terjadinya perdarahan

1. Kaji tanda infeksi dini: petekie, ekimosis, epistaksis, darah di feses, urin, dan muntahan

2. Perubahan tekanan darah ortostatik >10 mmHg atau nadi >100/mnt

3. Monitor hematokrit & trombosit


Diagnosa 3. Resiko gangguan Perfusi Jaringan

1. Kaji tanda dan gejala anemia

2. Hematokrit: 31-37% (anemia ringan), 25-30% (anemia sedang), <25%>

3. Tanda anemia ringan: pucat, lemah, sesak ringan, palpitasi, berkeringat dingin; anemia sedang:
meningkat tingkat keparahan tanda dari anemia ringan; tanda anemia berat: sakit kepala, pusing,
nyeri dada, sesak saat istirahat, dan takikardi)

4. Anjurkan klien untuk merubah posisi secara bertahap, dari tidur ke duduk, dari duduk ke berdiri.
Anjurkan latihan nafas dalam selama perubahan posisi.

Kaji respon pemberian transfusi, menjadi lebih baik atau tetap.

Kaji pula perubahan hematokrit setelah transfusi

Kaji adanya ketidak mampuan melakukan aktifitas, dan kebutuhan klien akan Oksigen

Kolaborasikan ke gizi & anjurkan klien untuk mendapatkan diet tinggi Fe (zat besi)
1. Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Ketidakmampuan melakukan aktifitas akibat anemia

2. Anjurkan klien untuk meningkatkan frekuensi & kualitas istirahat & buatkan daftar aktifitas-
istirahat

3. Anjurkan klien untuk mengkonsumsi diet tinggi zat besi seperti hati, telur, daging, wortel dan
kismis
Diagnosa 4. Resiko Gangguan Keseimbangan Cairan

1. Anjurkan klien untuk minum 3L/hari

2. Monitor intake-output tiap 4 jam

3. Kaji frekuensi, konsistensi & volume diare/muntah

4. Kaji turgor kulit, kelembaban mukosa

5. Beri obat antidiare/antimuntah sesuai program

6. Rawat area kulit perineum dengan salep betametasone atau Zinc

7. Beri cairan rehidrasi (cairan fisiologis) per-infus sesuai program


Diagnosa  5. Resiko Gangguan Integritas Mukosa Mulut

1. Kaji & catat kondisi mukosa mulut (lidah, bibir, dinding & langit-langit mulut) & kaji adanya stomatitis tiap
shift. Ajarkan pada klien cara mendeteksi dini adanya stomatitis

2. Kaji kenyamanan & kemampuan untuk makan & minum

3. Kaji status nutrisi klien

4. Anjurkan & ajarkan klien membersihkan mulut (kumur-kumur) tiap 2 jam

5. Gunakan cairan fisiologis, atau campuran cairan fisiologis dan BicNat (1 sdt dicampur 800 cc air) tiap 4 jam
atau,
Gunakan larutan H2O2 dg perbandingan 1 : 4, atau

Obat kumur Listerine

Anjurkan & ajarkan sikat gigi dan menggunakan dental floss, & tidak dilakukan jika leukosit <1500/mm3>

Anjurkan & jelaskan klien untuk melepas gigi palsu saat kumur-kumur & saat sedang iritasi mukosa

Anjurkan & ajarkan klien untuk melembabkan mulut dengan cara banyak minum dan menggunakan pelembab bibir

Hindarkan makanan yang merangsang (pedas, panas & asam) & jelaskan pada klien

•  
Diagnosa 6. Resiko Gangguan Rasa Nyaman akibat Stomatitis

1. Berikan (kolaborasi) obat kumur yang mengandung xylocain 2% 10-15 cc per kumur dilakukan tiap 3 jam

2. Kolaborasikan perlunya pemberian analgesic sedang-kuat per parenteral (mis. Morphin)


Diagnosa 7. Resiko Gangguan komunikasi verbal akibat nyeri di mulut

1. Kaji kemampuan komunikasi klien

2. Kaji adanya sekret yang kental yang sulit untuk dikeluarkan, anjurkan minum hangat

3. Sediakan alat komunikasi yang lain seperti papan tulis atau buku jika klien tidak dapat berkomunikasi verbal

4. Responsif terhadap bel panggilan dari klien


Diagnosa 8. Resiko Gangguan Integritas Kulit Perineum akibat diare

1. Kaji area kulit perineum

2. Anjurkan untuk membersihkan menggunakan sabun lembut saat membilas sesudah bab

3. Oleskan anastetik topikal K/P

4. Gunakan pampers untuk menjaga keringnya area perineum

5. Intervensi Keperawatan pada Dx Resiko Terjadi Nefrotoksik akibat Kemoterapi

6. Hidrasi dengan cairan fisiologis 100-150cc/jam atau sampai cairan urin bening
1. Diuresis dengan furosemid sesuai dg program

2. Ukur pH urin (pH > 7)

3. Cegah dehidrasi dan muntah yang masif

4. Hidrasi pasca kemoterapi minimal 3L/hari

5. Monitor hasil lab ureum, creatinin


Diagnosa 9. Resiko Gangguan Citra Diri akibat Alopesia

1. Kaji resiko terjadi alopesia, obat kemoterapi yang digunakan

2. Jelaskan penyebab dari alopesia dan dampak yang terjadi, yaitu alopesia terjadi sejenak, dapat tumbuh
rambut yang baru

3. Anjurkan klien menceritakan perasaannya

4. Anjurakan klien mencukur rambutnya yang panjang

5. Anjurkan klien mencoba memakai kerudung, wig, topi atau selendang


Ikutkan klien pada kegiatan pasien alopesia di RS

Ajarkan cara perawatan kulit kepala dengan menggunakan sampoo


baby, “sun cream”, dll

Jika terjadi kerontokan alis & bulu mata, gunakan kacamata hitam &
topi jika bepergian
Diagnosa 10. Resiko Disfungsi Seksual akibat Kemoterapi

1. Bina rasa saling percaya

2. Kaji pengetahuan klien tentang efek penyakit dan pengobatannya pa da fungsi seksual

3. Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk mendiskusikan masalah klien

4. Mendiskusikan strategi menghadapi disfungsi seksual

5. Alternatif pengekspresian seksual

6. Alternatif posisi yang meminimalkan nyeri


Melakukan aktifitas seksual saat kondisi tubuh fit

Membantu mengetahui perasaan seksual dirinya dan pasangannya

Penjelasan dampak kemoterapi pada fungsi seksual

Mendiskusikan alternatif pola dalam keluarga

Mengajak orangtua klien untuk merawat anaknya

Menganjurkan klien yang sulit punya anak untuk adopsi


TERIMA KASIH
DAN
SILAHKAN BERTANYA

Anda mungkin juga menyukai