OLEH:
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR
penulisan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi salah satu
kewajiban yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Teknik
penghargaan sedalam laut jiwa dan seutas keikhlasan terhadap pemberi sumbangsi
pada penulis selama penyusunan Tugas Akhir ini. Sebagai kesempatan awal guna
mengucapkan rasa Terima Kasih. Semoga Allah SWT meridhoi amal masing-
1. Bapak Dr. Ir. H. Mukhtar Thahir Syarkawi, MT., Sebagai Dekan Fakultas
2. Bapak Dr. Ir. Andi Alifuddin, ST. MT. IPM. ASEAN. Eng. sebagai Ketua
3. Ibu Suriati Abd. Muin, ST. MT Selaku Sekretaris Program Studi Teknik
4. Bapak Prof. Ir. H. Lambang Basri Said, M.T, Ph.d IPM, Sebagai Kordinator
v
6. Bapak Dr. Ir. H. Mukthar Tharir Syarkawi, MT.,selaku dosen pembimbing
II.
9. Rekan partner “NAVIGASI” yang selalu menemani dalam suka dan duka,
ini selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan tulisan ini. Kami berharap semoga tugas akhir ini
bermanfaat bagi kita semua utamanya bagi penulis. Semoga Allah SWT
Amin.
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. ii
LEMBAR KESIAPAN.........................................................................................iii
HALAMAN TUGAS AKHIR..............................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
1.4. Batasan Masalah 3
1.5. Manfaat Penulisan 4
1.6. Sistematika Penulisan 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Sistem Jaringan Jalan 6
2.2 Ruas Jalan 6
2.3 Simpang 7
2.4 Kinerja simpang 8
2.5 Kinerja Simpang Bersinyal 9
2.5.1 Data Masukan 9
2.5.2 Persinyalan 10
2.5.3 Penentuan Waktu Sinyal 12
2.5.4 Rasio Arus 18
2.5.5 Waktu Siklus 19
2.5.6 Kapasitas 20
2.5.7 Perilaku Lalu Lintas 21
2.6 Indeks Tingkat Pelayanan 26
BAB III METODE PENELITIAN 29
3.1 Lokasi Penelitian 29
3.2 Metode Yang Di Gunakan 30
3.3 Bagan Alur Penelitian ......................................................................35
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Gambar 2.1 Titik Konflik Kritis dan Jarak untuk Keberangkatan dan
Kedatangan
12
Gambar 2.3 Arus Jenuh Dasar untuk Pendekat Tipe O tanpa lajur belok kanan
terpisah 14
DAFTAR NOTASI
smp (Satuan Mobil Penumpang) : Satuan arus lalu lintas dari berbagai tipe
kendaraan yang diubah menjadi
kendaraan ringan (termasuk mobil
penumpang) dengan menggunakan
faktor emp.
LTOR (Belok Kiri Langsung) : Indeks untuk lalu lintas belok kiri yang
diijinkan lewat pada saat sinyal merah.
QRTO (Arus Melawan Belok Kanan) : Arus dari lalu lintas belok kanan dari
pendekat yang berlawanan (kend/jam;
smp/jam).
PSV (Rasio Kendaraan Terhenti) : Rasio dari arus lalu lintas yang
terpaksa berhenti sebelum melewati
garis henti akibat pengendalian sinyal.
PENDAHULUAN
pendatang baik dari dalam maupun luar Sulawesi Tenggara, yang membuat
Pusat Statistik (BPS) Kota Raha menunjukkan pada tahun 2018 kisaran penduduk
kota Raha berkisar 69.980 jiwa. Dengan jumlah penduduk yang terus bertambah
tiap tahunnya akan mempengaruhi aktivitas arus lalu lintas yang ada di Kota
Kota serta aktivitas manusia dan ruang lingkup kehidupan, maka tidak dapat
dipungkiri lagi saat ini hampir setiap kota besar di indonesia dihadapkan pada
1
problem transportasi yang cukup serius, antara lain adalah kemacetan pada
persimpangan jalan. (Febrian, 2014). Sistem lampu lalu lintas merupakan salah
satu cara untuk mengatur lalu lintas di suatu simpang supaya menciptakan sistem
pergerakan dan hak berjalan secara bergantian dan teratur, sehingga dapat
meningkatkan kapasitas simpang dalam melayani arus lalu lintas, dan mengurangi
tingkat kecelakaan dan tundaan lalu lintas yang efektif dan murah dibandingkan
tidak memadai . Titik pertemuan antara Jl. Diponegoro – Jl. Gatot Subroto – Jl.
By Pass - Jl. M.H. Thamrin Di Kota Raha, pada jam-jam sibuk umunya pada saat
kendaraan yang keluar masuk. Kemacetan lalu lintas yang terjadi di simpang
sekitarnya. Kemacetan adalah kondisi dimana arus lalulintas yang lewat pada ruas
jalan yang ditinjau melebihi kapasitas rencana jalan tersebut yang mengakibatkan
kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau melebihi 0 km/jam sehingga
kejenuhan pada ruas jalan akan ditinjau dimana kemacetan akan terjadi bila nilai
2
Pada simpang Jl. Diponegoro – Jl. Gatot Subroto – Jl. By Pass - Jl. M.H.
sangat tinggi, sehingga pada persimpangan ini mengakibatkan kemacet lalu lintas.
simpang yang dapat ditampung oleh simpang tersebut dan melihat perbedaan nilai
arus jenuh terhadap simpang yang jenuh dan tidak jenuh. Meningkatkan kinerja
pada semua jenis persimpangan dari segi keselamatan dan efisiensi adalah dengan
yang keluar masuk di samping jalan dari lingkungan sekitar simpang yang cukup
sisi jalan dan kendaraan lambat. Hal ini dapat mempengaruhi waktu tempuh
Panjang antrian adalah banyaknya kenderaan yang berada pada simpang tiap
jalur saat nyala satu siklus lampu merah (meter). Panjang antrian di hitung
berdasarkan panjang dari kenderaanyang datang dan berhenti pada saat lampu
Subroto – Jl. By Pass - Jl. M.H. Thamrin Di Kota Raha yang diprediksi akan
3
menimbulkan bangkitan lalu lintas dan akan menimbulkan tambahan volume lalu
lintas yang membebani lalu lintas disekitaran lokasi yang mana pada kondisi saat
ini sudah mulai menunjukkan terjadinya kemacetan khususnya pada jam sibuk.
Tundaan Pada Persimpang Bersinyal Jl. Diponegoro - Jl. Gatot Subroto - Jl. By
Sesuai dengan rumusan masalah yang diangkat diatas, maka penelitian ini
bertujuan:
4
2. Analisa kinerja pada simpang bersinyal menggunakan MKJI 1997 kapasitas
3. Volume lalu lintas pada simpang terhadap kapasitas jalan tersebut dan data
perhitungan volume lalu lintas yang akan di ambil pada saat jam puncak.
A. Manfaat Teoretis
Kota Raha”
B. Manfaat Praktis
kerangka permasalahan, teoretis dan analisa yang dibagi dalam bentuk bab
5
permasalahan.
Bab I Pendahuluan
Dalam bab ini akan dipaparkan tentang latar belakang, rumusan masalah,
Dalam bab ini berisi acuan yang menjadi dasar dari analisis dan evaluasi
Dalam bab ini dibahas tentang metodologi yang akan digunakan untuk
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
lebih ruas jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk
mengendalikan konflik ini ditetapkan aturan lalu lintas untuk menetapkan siapa
2.2 Persimpang
jalan. Persimpangan jalan dapat didefinisikan sebagai daerah umum dimana dua
jalan atau lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas
tepi jalan untuk pergerakan lalu lintas didalamnya. (Khisty dan Lall, 2003)
volume lalu lintas dalam sistem jaringan tersebut. Pada prinsipnya persimpangan
Simpang adalah simpul dalam jaringan transportasi dimana dua atau lebih ruas
7
jalan bertemu, disini arus lalu lintas mengalami konflik. Untuk mengendalikan
konflik ini ditetapkan aturan lalu lintas untuk menetapkan siapa yang mempunyai
(http://id.wikipedia .org/wiki/persimpangan).
Simpang dapat didefinisikan sebagai daerah umum dimana dua jalan atau
lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan fasilitas tepi jalan untuk
pergerakan lalu lintas di dalamnya (Khisty. C.J dan Kent L.B, 2003).
kendaraan.
yang terbentuk dari beberapa pendekat dimana arus kendaraan dari beberapa
Pada persimpangan terdapat 4 jenis pergerakan arus lalu lintas yang dapat
8
4. Bersilangan (weaving), dimana dua arus saling bersilangan.
memakai sinyal lalu lintas. Pada simpang ini pemakai jalan harus
pemakai jalan hanya boleh lewat pada saat sinyal lalu lintas menunjukkan
9
2.4 Simpang Bersinyal
tetap yang dirangkai atau sinyal aktual kendaraan terisolir. Simpang bersinyal
hambatan yang tinggi dapat terjadi, untuk mengatasi hal itu pengendalian dapat
dibantu oleh petugas lalu lintas namun bila volume lalu lintas meningkat
sepanjang waktu diperlukan sistem pengendalian untuk seluruh waktu (full time)
yang dapat bekerja secara otomatis. Pengendalian tersebut dapat digunakan alat
pemberi isyarat lalu intas (traffic signal) atau sinyal lalu lintas.
pengendara yang melakukan interaksi antara yang satu dengan yang lainnya pada
suatu ruas jalan dan lingkungannya. Karena persepsi dan kemampuan individu
pengemudi mempunyai sifat yang berbeda maka perilaku kenderaan arus lalu
lintas tidak dapat diseregamkan lebih lanjut, arus lalu lintas akan mengalami
dikarenakan oleh oleh karakteristik lokal dan kebiasaan pengemudi. Arus lalu
lintas pada suatu ruas jalan karakteristiknya akan bervariasi baik berdasar
10
Dalam menggambarkan arus lalu lintas secara kuantitatif dalam rangka
memberikan informasi lebar jalan, lebar bahu dan lebar median serta petunjuk
arah untuk tiap lengan simpang. Kondisi lingkungan jalan anatara lain
menggambarkan tipe lingkungan jalan yang dibagi dalam tiga tipe yaitu: tipe
jika jalan tersebut dibebani arus lalu lintas. Karakteristik jalan tersebut menurut
Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 antara lain: geometrik jalan dan
a) Tipe Jalan
lalu-lintas tertentu, misalnya jalan terbagi, jalan tak terbagi, jalan dua arah
11
dan kapasitas jalan.
c) Kerb
Kerb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan,
perkerasan. Kereb sebagai batas antara jalur lalu lintas dan trotoar
Kapasitas jalan dengan kereb lebih kecil dari jalan dengan bahu.
Jalan perkotaan tanpa kereb umumnya mempunyai bahu pada kedua sisi
samping.
e) Median Jalan
Arus lalu lintas adalah jumlah kendaraan yang terdapat dalam suatu ruang
yang diukur dalam suatu interval waktu tertentu dan mencerminkan komposisi
arus lalu lintas. Komposisi lalu lintas mempengaruhi hubungan kecepatan arus
jika arus dan kapasitas dinyatakan dalam satuan kendaraan/jam, yaitu tergantung
pada rasio sepeda motor atau kendaraan berat dalam arus lalu lintas. Jika arus dan
12
kendaraan ringan dan kapasitas (smp/jam) tidak dipengaruhi oleh komposisi arus
lalu lintas.
Data lalu lintas dibagi dalam tipe kedaraan tidak bermotor (UM), sepeda
motor (MC), kendaraan ringan (LV) dan kendaraan berat (HV).Arus lalu lintas
tiap approach dibagi dalam tiap pergerakan, antara lain gerakan belok ke kanan,
belok kiri dan lurus. Jenis kendaraan dibagi dalam beberapa tipe dan memiliki
nilai konversi pada tiap pendekat seperti terlihat pada Tabel 2.1.
volume arus lalu lintas kendaraan persatuan waktu dikonversi menjadi satuan
mengalikan volume arus lalu lintas (kendaraan persatuan waktu) dengan nilai
(1997). Beberapa persamaan dasar yang penting dalam penelitian ini diberikan
berikut ini:
13
Pemilihan tipe pendekat (approach) yaitu termasuk tipe pelindung
Jika WLTOR > 2 meter, maka WE = WMASUK, tidak termasuk belok kiri.
Jika WLTOR < 2 meter, maka WE = WA, termasuk gerakan belok kiri.
WKELUAR.
pendekat selama kondisi ideal (smp/jam hijau). Perhitungan arus jenuh dasar
untuk tipe pendekat terlindung (P) dapat dilihat pada rumus sebagai berikut :
14
Keterangan:
Gambar 2.2 Arus Jenuh Dasar untuk Pendekat Tipe O tanpa lajur belok kanan
terpisah
(Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997)
D. Faktor Penyesuaian
Penetapan faktor koreksi untuk nilai arus lalu lintas dasar kedua tipe
15
approach (protected dan opposed) pada simpang adalah sebagai berikut.
Penduduk Kota
Faktor Penyesuaian Ukuran Kota (Fcs)
(Kota Jiwa)
> 3.0 1.05
1.0 - 3.0 1.00
0.5 - 1.0 0.94
0.1 – 0.5 0.83
< 0.1 0.82
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997)
yang tinggi agar tidak terjadi over estimate untuk kapasitas. Faktor ini dapat
16
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997)
3. Faktor koreksi gradien (FG), adalah fungsi dari kelandaian lengan samping
4. Faktor koreksi parkir (Fp), adalah jarak dari garis henti ke kendaraan yang
17
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI, 1997)
RT (smp/ jam)
prt ………………………..............................................(2.3)
total ( smp/ jam)
RT (smp/ jam)
PRT = ……………………………............................………
total (smp / jam)
(2.5)
18
Atau dapatkan nilainya sesuai Gambar 2.6.
19
2.4 Rasio Arus Jenuh (FR)
Penghitungan perbandingan arus (O) dengan arus jenuh (S) untuk tipe
FR = Q/S .........................................................................................
(2.7)
(2.8)
Jumlah fase yang baik adalah fase yang menghasilkan kapasitas besar dan
rata-rata tundaan rendah. Fase sinyal umumnya mempunyai dampak yang besar
pada tingkat kinerja dan keselamatan lalu lintas sebuah simpang daripada jenis
pengaturan. Waktu hilang sebuah simpang bertambah dan rasio hijau untuk setiap
20
fase berkurang bila fase tambahan diberikan. Maka sinyal akan efisien bila
dioperasikan hanya pada dua fase, yaitu hanya waktu hijau untuk konflik utama
yang dipisahkan. Tetapi dari sudut keselamatan lalu lintas, angka kecelakaan
umumnya berkurang bila konflik utama antara lalu lintas belok kanan dipisahkan
dengan lalu lintas terlawan, yaitu dengan fase sinyal terpisah untuk lalu lintas
belok kanan.
Waktu merah semua yang diperlukan untuk pengosongan pada akhir setiap
fase harus memberi kesempatan bagi kendaraan terakhir (melewati garis henti
pada akhir sinyal kuning) berangkat dari titik konflik sebelum kedatangan
kendaraan yang datang pertama dari fase berikutnya (melewati garis henti pada
awal sinyal hijau) pada titik yang sama. Apabila periode merah semua untuk
masing-masing akhir fase telah ditetapkan, waktu hilang (LTI) untuk simpang
21
Keterangan:
cua = waktu siklus pra penyesuaian sinyal (detik)
IFR = rasio arus simpang waktu siklus sebelum penyesuaian juga dapat
Adapun waktu siklus yang layak untuk simpang adalah seperti terlihat pada
Tabel 2.5.
22
Keterangan: gi = waktu hijau dalam fase-i (detik)
Berdasarkan waktu hijau yang diperoleh dan telah dibulatkan dan waktu
c = Σg + LTI............................................................................................(2.9)
lengan dan dilengkapi dengan pengaturan sinyal lampu lalu lintas (traffic light).
Berdasarkan MKJI 1997, adapun tujuan penggunaan sinyal lampu lalu lintas pada
konflik arus lalu-lintas, sehingga terjamin bahwa suatu kapasitas tertentu dapat
kesempatan kepada kendaraan dan/atau pejalan kaki dari jalan simpang (kecil)
23
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) terdiri dari tiga warna yaitu
merah, kuning, dan hijau. Penggunaan sinyal dengan lampu tiga warna diterapkan
bertentangan dalam dimensi waktu. Penempatan sinyal dan pengaturan lalu lintas
pada simpang bersinyal menurut MKJI 1997 bertujuan antara lain untuk
Menghindari kemacetan simpang akibat konflik arus lalu lintas, sehingga terjamin
bahwa suatu kapasitas tertentu dapat dipertahankan, bahkan selama kondisi lalu
lintas jam puncak. Memberi kesempatan kepada kendaraan dan atau pejalan kaki
kecelakaan lalu lintas akibat tabrakan antara kendaraan kendaraan dari arah yang
bertentangan. Kapasitas jalan adalah jumlah lalu lintas kendaraan maksimum yang
dapat ditampung pada ruas jalan selama kondisi tertentu (desain geometri,
lingkungan, dan komposisi lalu lintas) yang dapat ditentukan dalam satuan
penumpang (smp/jam).
1. Kapasitas
tidak mencukupi.
A. Kapasitas
C = S x g/c............................................................................................(2.10)
24
Dengan: C = kapasitas (smp/jam)
2. Derajat Kejenuhan
DS = Q / C .....................................................................................(2.11)
C = kapasitas (smp/jam)
3. Panjang Antrian
[ √
NQ 1=0 , 25× C × ( DS−1 ) + ( DS−1 )2 +8 × ( DS−0c , 5 )] ..........................(2.12)
Keterangan: NQ1 = jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
C = kapasitas (smp/jam)
DS = derajat kejenuhan
25
satuan mobil penumpang yang datang selama fase merah (NQ2) dengan formula:
..................................................(2.13)
Keterangan: NQ2 = jumlah antrian smp yang datang selama fase merah
GR = gi/c
DS = derajat kejenuhan
NQ = NQ1 + NQ2............................................................................(2.14)
QL = NQMAX X 20
(meter).................................................................(2.15)
W𝑀𝐴𝑆𝑈𝐾
Nilai NQ max diperoleh dari Gambar 2.8 dengan anggapan peluang untuk
26
pembebanan (POL) sebesar 5 % untuk langkah perancangan.
4. Kendaraan Terhenti
Jumlah kendaraan terhenti adalah jumlah kendaraan dari arus lalu lintas
yang terpaksa berhenti sebelum melewati garis henti akibat pengendalian sinyal.
Angka henti sebagai jumlah rata-rata per smp untuk perancangan dihitung dengan
NQ
NS = 0,9 x ¿ x 3600..........................................................(2.16)
Qxc ¿
27
Perhitungan jumlah kendaraan terhenti (NSV) masingmasing pendekat
menggunakan formula:
NSV = Q x NS.........................................................................................(2.17)
5. Tundaan
terdiri dari:
Tundaan lalu lintas adalah waktu menunggu yang disebabkan interaksi lalu
lintas dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. Tundaan lalu lintas rata-rata
28
¿
DT = c x A + NQ 1 x 3600 ¿ C ¿ ¿ 𝑥 .............................................................
(2.19)
C = kapasitas (smp/jam)
B. Tundaan Geometrik
yang membelok di simpang atau yang terhenti oleh lampu merah. Tundaan
C. Tundaan rata-rata tiap pendekat (D) adalah jumlah dari tundaan lalu lintas
D = DT + DG...................................................................................(2.21)
29
Keterangan: D = tundaan rata-rata tiap pendekat (detik/smp)
DTOT = D x Q.................................................................................(2.23)
¿
D1 = EQxD ¿ Qtot ¿ ¿ ........................................................................................
(2.24)
30
1. Arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi.
1. Arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai
memengaruhi kecepatan.
meningkat.
31
1. Arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan
kondisi arus.
2. Kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan
besar.
tinggi.
2. Kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume sama dengan kapasitas
Tingkat pelayanan pada suatu jalan tergantung pada arus lalu lintas.
Definisi ini digunakan oleh Highway Capacity Manual, yang mempunyai enam
32
buah tingkat pelayanan, yaitu sesuai Tabel 2.6. (Tamin, 2000: 47).
Tundaan
Indeks Tingkat Kendaraan Kondisi
Pelayanan (ITP) (detik)
A ≤ 5.0 Arus tetap
Arus stabil ( untuk merancang jalan
B 5.1 - 15.0 antar kota)
Arus stabil ( untuk merancang jalan
C 15.0 - 25.0 perkotaan)
D 25.1 - 40.1 Arus mulai tidak stabil
Arus tidak stabil ( tersendat -
E 40.1 - 60.0 sendat)
Arus terhambat (berhenti antrian,
F ≥ 60 macet)
Sumber: Tamin (2000)
33
2.8 Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan hasil studi kasus terdahulu tentang Analisis kendaraan truk pada jam sibuk, seluruh kajian tersebut
memiliki elevasi yang sangat erat dengan penelitian ini. Oleh karena itu pada bagian ini dilakukan kajian penelitian yang
Berikut adalah uraian penelitian terdahulu yang memiliki relevansi terhadap penelitian ini:
34
NO Peneliti/Judul Tujuan penelitian/Metode Penelitian Hasil Penelitian
dalam simpang empat alun alun dalam kondisi Baik.
Menggunakan analisa berdasarkan 2. Volume Lalu Lintas Harian (LHR) di lokasi
MKJI 1997 simpang alun alun adalah 608,302 SMP/Jam.
3. Analisa Evaluasi kinerja simpang bersinyal
secara idealisasi progam setting traffic light
kondisi lapangan sudah sesuai (layak) dengan
seting progam ideal MKJI 1997. Terbukti
dengan didapatnya siklus optimum Co = 60
detik untuk puncak pagi dan Co = 75 detik
untuk puncak sore tipe kontrol 4 fase
berdasarkan MKJI 1997.
4. Pengaturan 4 fase pada simpang 4 lengan sangat
memperburuk perilaku lalu lintas disimpang
yaitu mengenai panjang antrian, jumlah
kendaraan terhenti dan tundaan. Tetapi dapat
mengurangi kecelakaan lalu lintas pada simpang
tersebut dibandingkan dengan pengaturan 2 fase
pada simpang 4 lengan.
2. Robin Fonso,Yuada 1. Untuk mengetahui panjang antrian Adapun tujuan penelitian
Rumengan , Mursalim pada persimpangan Jalan Abdullah 1. Berdasarkan simulasi yang telah dilakukan
(2023). Daeng Sirua dan Jalan Adyaksa dengan menggunakan waktu siklus 90 detik
Baru Makassar dan untuk mengurai maka didapat nilai panjang antrian dengan
Rekayasa Penguraian panjang antrian pada persimpangan menggunakan Measure Distance pada kondisi
Kepadatan Lalu Lintas Jalan Abdullah Daeng Sirua dan eksisting Jalan Abdullah Daeng Sirua (Utara)
Pada Persimpangan (Studi Jalan Adyaksa Baru Makassar. sepanjang 158m, Jalan Abdullah Daeng Sirua
Kasus: Jalan Abdullah (Selatan) sepanjang 95m, dan jalan Adyaksa
35
NO Peneliti/Judul Tujuan penelitian/Metode Penelitian Hasil Penelitian
Daeng Sirua, Dan Jalan Baru (Timur) sepanjang 119m.
Adyaksa Baru Makassar) 2. Berdasarkan hasil perhitungan pada kondisi
eksisting dan perhitungan 11 alternatif
lainnya, menunjukkan bahwa alternatif 3
dengan waktu siklus 60 detikmenghasilkan
panjang antrian terpendek dengan panjang
antrian pada Jalan Abdullah Daeng Sirua
(Utara) sepanjang 152m, Jalan Abdullah Daeng
Sirua (Selatan) sepanjang 82m, dan Jalan
Adyaksa Baru (Timur) sepanjang 84m.
3 Gary Raya Prima1), Nina untuk meningkatkan kinerja Hasil penelitian ini:
Herlina2), Imam Zainil Simpang Gunung Sabeulah Kota 1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh arus
Arif3). (2023). Tasikmalaya sehingga dapat lalu lintas maksimum pada kondisi eksisting
Analisis Kinerja Simpang mengurangi permasalahan lalu lintas Simpang Gunung Sabeulah Kota Tasikmalaya
Bersinyal Menggunakan yang ada. dengan menggunakan 2 fase pada pendekat
Ptv Vissim (Studi Kasus Utara (Jalan Mitra Batik) sebesar 1489
Simpang Gunung Sabeulah kendaraan/jam, pendekat Selatan (Jalan
Kota Tasikmalaya) Gunung Sabeulah) sebesar 1328
kendaraan/jam, pendekat Barat (Jalan Bantar)
sebesar 705 kendaraan/jam, dan pendekat
Timur (Jalan Galunggung) sebesar 1007
kendaraan/jam.
2. Hasil analisis kinerja Simpang Gunung
Sabeulah Kota Tasikmalaya pada kondisi
eksisting dengan menggunakan pemodelan
software PTV Vissim diperoleh panjang
36
NO Peneliti/Judul Tujuan penelitian/Metode Penelitian Hasil Penelitian
antrian rata-rata (QLen) sepanjang 18,78 m,
dan tundaan rata-rata 30,82 detik/kendaraan
dengan tingkat pelayanan (Level Of Service)
C.
3. Hasil analisis kinerja Simpang Gunung
Sabeulah Kota Tasikmalaya pada poin ke-2
diperlukan solusi alternatif guna
mengefektifkan kinerja lalu lintas pada
simpang tersebut. Setelah dilakukan 4 kali
percobaan diperoleh solusi alternatif 1 yang
paling efisien yaitu dengan mengatur ulang
waktu siklus pada kondisi eksisting sebesar 77
detik diperpendek menjadi 62 detik. Hasil
evaluasi kinerja simpang bersinyal alternatif 1
diperoleh panjang antrian rata-rata (QLen)
sepanjang 15,68 m, dengan tundaan rata-rata
simpang 396 sebesar 23,30 detik/kendaraan
dengan tingkat pelayanan (Level Of Service)
C.
4 Muhammad Shofi’i. menjadi bahan pertimbangan dalam Hasil evaluasi perhitungan simpang bersinyal
(2023). menentukan kebijakan untuk menggunakan MKJI 1997
Studi Analisis Kinerja meningkatkan kembali kualitas 1. diperoleh nilai derajat kejenuhan sebesar 0,64
Simpang Empat pelayanan simpang. pada Jalan K.H Hasyim Ashari, 0,93 pada jalan
Menggunakan Metode Ade Irma Suryani, 0,87 pada jalan Arif
Mkji 1997 Dan Software Margono, dan 0,98 pada jalan Brigjen Katamso.
Ptv Vissim 2022 (Studi Nilai panjang antrian untuk Jalan K.H Hasyim
37
NO Peneliti/Judul Tujuan penelitian/Metode Penelitian Hasil Penelitian
Kasus: Jl. K.H Hasyim Ashari adalah sepanjang 60,73 m, jalan Ade
Ashari – Jl. Ade Irma Irma Suryani sepanjang 112,14 m, jalan Ade
Suryani – Jl. Arif Margono Irma Suryani sepanjang 182,79 m, dan jalan
– Jl. Brigjen Katamso) Brigjen Katamso sepanjang 195,29 m. Nilai
Kota Malang tundaan simpang rata-rata (Di) sebesar 47,25
det/smp sehingga masuk dalam kategori tingkat
pelayanan / level of service (LoS) E (volume
lalu lintas kendaraan yang mendekati/berada
pada kapasitas arus kendaraan yang tidak stabil,
kecepatan rendah, kendaraan terkadang
berhenti).
2. Hasil evaluasi simulasi simpang bersinyal
menggunakan PTV VISSIM 2022 Student
Version menghasilkan panjang antrian rata-rata
(QLen) sebesar 23,10 m, panjang antrian
maksimal rata-rata (QLenmax) sebesar 69,49 m
dan waktu tundaan sebesar 51,75 det/smp
sehingga masuk dalam kategori tingkat
pelayanan / level of service (LoS) E.
3. Hasil analisa prediksi kinerja simpang pada
kondisi eksisting 5 tahun mendatang dengan
nilai pertumbuhan jumlah kendaraan sebesar
1,3% didapatkan nilai tundaan sebesar 50,40
det/smp dengan kategori tingkat pelayanan /
level of service (LoS) E.
5 M. Rizky Mahaputra untuk mengetahui derajat kejenuhan, Hasil penelitian ini:
38
NO Peneliti/Judul Tujuan penelitian/Metode Penelitian Hasil Penelitian
(2023). tingkat pelayanan dan memberikan 1. Input data persimpangan yang diambil di
Analisis Persimpangan solusi dari permasalahan kemacetan lapangan berupa : data volume lalu lintas,
Bersinyal (Studi Kasus : pada Simpang Kandih Kota Padang. lebar efektif simpang, jarak garisan henti ke
Simpang Kandih Kota titik konflik kendaraan yang berangkat (LEV),
Padang) jarak garisan henti ke titik konflik kendaraan
yang datang (LAV), lama waktu siklus
optimum, lama waktu fase hijau merah dan
kuning, tipe lingkungan jalan, kelandaian
masing-masing lengan simpang, dan ukuran
kota berdasarkan jumlah penduduk.
2. Output data berupa: waktu hijau masing-
masing fase dalam detik, kapasitang lengan
simpang (Ci) dalam smp/jam, derajat
kejenuhan masing-masing lengan simpang,
panjang antrian (QL) dalam smp, jumlah
kendaraan terhenti (NSV) dalam smp, tundaan
rata-rata masing-masing lengan simpang (D)
dalam detik/smp, tundaan rata-rata seluruh
simpang (DL) dalam detik/smp, dan tingkat
pelayanan (level of Service- LOS).
6 Bambang Tripoli, Rahmat 1. Kinerja simpang terhadap volume Hasil perhitungan yang diberikan, merupakan
Djamaluddin, Meidia lalu lintas dan perlambatan, yang seluruh hasil-hasil perhitungan yang dilakukan
Refiyanni, Heri Hatta. dapat memberikan gambaran atau pada penelitian ini tentang traffic volume lewati
(2023). alternatif tingkat pelayanan simpang; tiap tiga lengan simpang, critical gap dan follow up
2. Nilai akhir tingkat pelayanan (level time, capacity, degree of saturation, panjang
39
NO Peneliti/Judul Tujuan penelitian/Metode Penelitian Hasil Penelitian
Analisis Tingkat of service/LoS) yang terjadi, dapat antrian, delay, dan level of service simpang
Pelayanan terhadap memberikan solusi pemecahan sehingga diketahui kinerja Simpang Tiga Gunong
Kinerja Persimpangan dalam menentukan tindakan untuk Kleng. Volume lalu lintas (traffic volume) Hasil
berdasarkan Metode HCM meningkatkan kinerja persimpangan. rekap data lapangan dan perhitungan, fluktuasi
2000 (Studi Kasus: volume lalu lintas tertinggi terjadi padahari Sabtu
Simpang Tiga Alue dan hambatan terhadap pengaruh setiap pergerakan
Peunyareng – Gampong terjadi pada hari Kamis. Adapun besaran volume
Gunong Kleng) lalu lintas yang terjadi setiap lengan simpang
adalah untuk pergerakan dari arah Meulaboh ke
Tapaktuan berjumlah (V1/belok kiri 845 veh/h)
dan (V2/gerak lurus 3703 veh/h), dan untuk
pergerakan dari arah Tapaktuan ke Meulaboh
berjumlah (V3/gerak lurus 3464 veh/h) dan
(V4/belok kanan 252 veh/h). Sedangkan untuk
pergerakan dari arah Kampus UTU Alue
Peunyareng (V5/belok kiri 281 veh/h) dan
(V6/belok kanan 557 veh/h). Hasil pergerakan
pedestrian/penyeberang jalan pada setiap lengan
persimpangan yang diambil dari data hambatan
samping yang terjadi hari Kamis adalah untuk
pergerakan dari arah Meulaboh ke Tapaktuan
berjumlah 34 ped/h, pergerakan dari arah
Tapaktuan menuju ke Meulaboh sebesar 28 ped/h
dan pergerakan dari arah Kampus UTU Alue
Peunyareng sebesar 9 ped/h. Hasil keseluruhan
perhitungan volume lalu lintas dan hambatan
40
NO Peneliti/Judul Tujuan penelitian/Metode Penelitian Hasil Penelitian
samping khususnya untuk pedestrian/penyeberang
jalan pada setiap lengan persimpangan.
Critical gap dan Follow up time Terkait critical gap
dan follow up time yang diambil angkanya dalam
satuan detik (s) adalah seperti yang diperlihatkan
pada Tabel 2. Hasil perhitungan critical gap untuk
pergerakan mayor LT (belok kiri) dari arah
Meulaboh ke Tapaktuan sebesar 4.200 detik,
sedangkan pergerakan minor RT dan LT (belok
kanan dan kiri) pergerakan dari arah Kampus UTU
Alue Peunyareng sebesar 6.300 detik dan 6.500
detik. Pergerakan follow up time untuk mayor LT
(belok kiri) sebesar 2.290 detik, sedangkan
pergerakan minor RT (belok kanan) 3.390 detik
dan LT (belok kiri) 3.590 detik dari arah Kampus
UTU Alue Peunyareng.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
Diponegoro - Jl. Gatot Subroto - Jl. By Pass - Jl. M.H. Thamrin Di Kota Raha.
42
Dalam satu hari dilakukan pengamatan pada pukul (07.00 - 19.00), dengan
1. Data Primer
merah-hijau), waktu hijau, waktu kuning, dan waktu merah untuk tiap
data- data yang diperoleh adalah lebar dan jumlah lajur lalu lintas, lebar
trotoar marka jalan, posisi lampu lalu lintas, dan hal – hal lain yang sejalan
2. Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data yang
Earth) serta data jumlah penduduk dan pertumbuhan jalan Kota Raha, dan
lain – lain.
43
3.4 Metode Survei
data pada penelitian ini. Metode survei yang digunakan adalah metode
1. Menyiapkan alat berupa roll meter serta bahan seperti formulir survei
44
2. Kemudian kita melakukan pengukuran pada tiap – tiap kaki simpang
45
1. Menyiapkan alat survey yaitu handphone dengan aplikasi Traffic
Counter.
pada excel.
manual Kapasitas jalan Indonesia (MKJI 1997) untuk simpang bersinyal sebagai
berikut;
46
3.5 Diagram Alir Metode Penelitian
Agar penelitian lebih terarah dan berjalan sesuai dengan rencana, maka
Mulai
DATA PRIMER 47
DATA SEKUNDER
Data volume lalu lintas Peta Lokasi Penelitian
Data Lampu Lalu lintas Data jumlah penduduk
Data Geometrik jalan
Gambar 3.2 Bagan Alir Penulisan
DAFTAR PUSTAKA
48
Febrian, F. (2014). Analisis Perencanaan Penerapan Persimpangan Bersuyal
Dinamis (Actuated Traffic Control System) pada Persimpangan di Kota
Palembangan. Jurnal Teknik Sipil Dan Lingkungan, 2(3), 397–406
Hendarto, 2010, “Perancangan Geometri Jalan”, Jurusan Teknik Sipil Institut
Teknologi Bandung.
Hobbs, 1995, “Perencanaan Dan Teknik Lalulintas”, Erlangga Jakarta Timur.
https://ojs.unik-kediri.ac.id/index.php/jurmateks/article/view/144
https://jurnal.uajm.ac.id/index.php/jmt/article/view/9
https://ejurnal.sipilunwim.ac.id/index.php/jtsc/article/view/106
http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/6904
https://greenationpublisher.org/index.php/JGIT/article/view/16
https://ejournal.unp.ac.id/index.php/cived/article/view/122446
Khisty, 2003, “Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi Jilid I”, Kramat Jati, DKI
Jakarta, Kota Jakarta Timur.
Khisty, 2005, “Dasar-Dasar Rekayasa Transportasi Jilid Ii”, Kramat Jati, DKI
Jakarta, Kota Jakarta Timur.
Lestari, U. S. (2018). Jurnal kacapuri. 1(1), 102–114.
Munawar, A. (2004). Manajemen Lalu Lintas Perkotaan. Beta Offset” Jogjakarta
Morlok, 1988, “Pengantar Teknik Dan Perencanaan Transportasi”, Erlangga,
jakarta.
Oglesby, CH, dan Hicks. RG, 1998, “Teknik Jalan Raya”, Erlangga, Jakarta
Olivia Rosalyn Marpaung, Theo K. Sendow, Elisabeth Lintong, Jefferson
Longdong, 2012, “Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal Menggunakan
Program Aasidra (Studi Kasus: Persimpangan Jalan TNI–Jalan Tikala Ares–
Jalan Daan Mogot–Jalan Pomorow, Kota Manado)”.
Terjemahan Marlok, Edward K, 1984, Pengantar Teknik dan Perencanaan
Transportasi, Trans By Johan K Hainim, Erlangga, Jakarta.
49
Transportasi Research Board (1994), Unsignalised Intersections, Higway
Capacity Manual, TRB National Research Council, Washington D. C.
50