Anda di halaman 1dari 16

RANCANGAN MODUL PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING KELOMPOK

BERBASIS REBT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SELF-REGULATED


LEARNING (SRL) SISW
BAB II
PEDOMAN RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOUR THERAPY (REBT) PADA KLIEN
DENGAN PERILAKU KEKERASAN

A. Pengertian
REBT adalah suatu metoda terapi yang menggunakan pendekatan kognitif dan
perilaku untuk memahami dan mengatasi masalah emosi dan perilaku negatif yang
berasal dari keyakinan-keyakinan yang tidak rasional (irrasional). REBT
merupakan suatu pendekatan kognitif dan perilaku yang mengemukakan fakta-
fakta bahwa perilaku yang dihasilkan bukan berasal dari kejadian yang dialami
namun dari keyakinan yang tidak rasional.
B. Tujuan REBT
1. Tujuan Umum:
Membantu individu untuk dapat menolong diri sendiri dengan mengajarkan
cara mengubah keyakinan irrasionalnya menjadi lebih rasional melalui
pembelajaran dan latihan terhadap kognitif, emosi dan perilaku sehingga
memungkinkan bagi klien untuk melakukan koping dalam jangka waktu
yang panjang di masa yang akan datang.
2. Tujuan Khusus:
1. Klien mampu membina hubungan saling percaya dengan terapis.
2. Klien mampu memahami masalah yang dihadapinya ketika mengikuti
pembelajaran baik itu di rumah maupun di sekolah.
3. Klien mampu membedakan antara kenyataan dengan opini/persepsi
terhadap suatu kondisi atau peristiwa.
4. Klien mampu melakukan analisis diri secara rasional dengan menggunakan
Model ACBs untuk mengontrol perilaku untuk belajarnya.
C. Indikasi REBT :
REBT diberikan pada lingkup non klinis dan klinis. REBT lebih sering diberikan
secara individu namun belakangan ini berkembang sehingga diberikan dalam
kelompok, pasangan dan keluarga. REBT dapat diberikan pada anak-anak dan
dewasa.
1. Penerapan REBT pada non klinis
REBT dapat diberikan pada anak dan dewasa seperti pada pertumbuhan
individu yang dapat digunakan untuk membantu individu mengembangkan diri
dan bertindak lebih fungsional dalam menjalani filosofi hidupnya dan
efektivitas disekolah maupun ditempat kerja. Dengan demikian psikoterapi ini
dapat diberikan pada individu dengan diagnosa keperawatan Potensial
pembentukan identitas diri, Potensial berkembangnya konsep diri dan Potensial
berkembangnya integritas diri.
2. Penerapan REBT di klinis
REBT dapat diberikan pada kondisi klinis seperti pada klien dengan depresi,
gangguan kecemasan (obsesif kompulsif, agoraphobia, agora spesifik, general
ansietas dan post traumatic), gangguan makan, adiksi, gangguan kontrol
impuls, manajemen marah, perilaku antisocial, gangguan personal, kekerasan
seksual, gangguan fisik atau gangguan mental, manajemen stress, manajemen
nyeri dan gangguan perilaku pada anak dan dewasa serta masalah hubungan
dalam keluarga. Berdasarkan kondisi klinis ini maka diagnosa keperawatan
yang membutuhkan psikoterapi REBT adalah risiko perilaku kekerasan,
ansietas, harga diri rendah, ketidakberdayaan, keputusaan dan sindroma pasca
trauma.
D. Peran Terapis
Program terapi Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) dirancang untuk
edukasi dan pendukung dalam upaya preventif (pencegahan) timbulnya masalah
kesehatan mental klien, untuk itu dibutuhkan seorang terapis yang dapat berperan
sebagai :
1. Terapis sebagai trainer, REBT adalah edukatif dan kolaboratif. Klien belajar
terapi dan belajar untuk menggunakannya secara sendiri. Terapis
menyediakan training dan klien yang mempelajarinya sendiri. Tidak ada
penjelasan yang tidak disampaikan pada klien dan terapis bersama klien
merancang pekerjaan rumah (latihan mandiri) yang akan dilakukan klien di
rumah.
2. Terapis sebagai fasilitator, hubungan terapis dan klien sangat penting tetapi
lebih kepada memberikan dorongan. Terapi menunjukan sikap empati,
penerimaan yang tidak terkondisi,dan terapis harus berhati-hati agar aktivitas
tidak menciptakan ketergantungan pada klien.
E. Kriteria Terapis
1. Minimal lulus S2 Keperawatan Jiwa
2. Berpengalaman dalam praktek keperawatan jiwa
F. Tempat
Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) dapat dilakukan di sekolah untuk
aplikasi non klinis dan di rumah sakit untuk aplikasi klinis. Rumah sakit umum
dan rumah sakit jiwa menjadi tempat pelaksanaan REBT bagi klien yang
mempunyai indikasi. Ruangan harus kondusif dan memberikan rasa aman dan
nyaman bagi klien.
G. Metode Terapi
Metode Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) dapat dilakukan dengan
modifikasi beberapa tehnik dalam pelaksanaannya. Dalam beberapa kasus terapis
dapat memodifikasi REBT agar lebih dapat dipahami oleh klien. Adapun tehnik-
tehnik yang dapat digunakan adalah :
1. Teknik Kognitif seperti Rational Analysis (Analisis Rasional), Double
Standard Dispute (Perdebatan Standar Ganda), Catastrophe Scale (Scala
Bencana), Devil‟s Advocad (Severse Role Playing), dan Reframing.
2. Imagery Techniques (Tehnik Perumpamaan) seperti Time Projection, dan The
”Blow Up” Technique.
3. Behaviour Techniques (Tehnik Perilaku) seperti Exposure, Shame Attacking,
Risk Taking, Paradoxical Behaviour , Steping Out of Character dan
Postponing Gratification.
4. Home Work ( Pekerjaan Rumah/ PR) Pekerjaan rumah (PR) adalah merupakan
strategi yang paling penting dalam REBT.
REBT yang akan diberikan kepada klien dengan perilaku kekerasan pada
penelitian ini menggunakan tehnik kognitif yaitu Rational Analysis (Analisis
Rasional) dan Catastrophe Scale (Scala Bencana). Rational Analysis (Analisis
Rasional) yaitu analisis dari peristiwa yang spesifik untuk mengajarkan klien
bagaimana cara membuka dan memperdebatkan keyakinan yang tidak rasional
dan setelah klien mendapatkan idenya maka klien akan membawanya sebagai
pekerjaan rumah (latihan mandiri). Pada tehnik ini klien akan dilatih secara
mandiri mengenal keyakinannya yang tidak rasional dan merubahnya dengan
keyakinan yang rasional sehingga menurunkan gangguan emosi dan perilaku klien.
Catastrophe Scale (Skala Bencana) yaitu teknik yang digunakan untuk
mendapatkan perspektif yang hebat. Pada papan tulis putih atau selembar kertas
menggambarkan sebuah garis yang menurun dengan menuliskan 100% pada
bagian atas dan 0% pada bagian bawah dan 10% interval diantaranya. Tanyakan
pada klien pada tingkat berapa bencana yang dirasakan dari masalah yang dihadapi
kemudian masukkan item tersebut ke dalam gambar pada tempat yang tepat
kemudian isi tingkatan (level) yang lainnya dengan item yang sesuai dengan
pikiran klien. Pada akhirnya apakah klien secara progresif mengubah posisi item
yang ditakutkannya dalam skala, sampai ketakutan tersebut dalam perspektifnya
dalam hubungannnya dengan item lainnya . Pada tehnik ini klien akan dilatih
untuk menempatkan suatu peristiwa atau masalah dalam rentang perasaan senang
sampai marah yang dirasakannya. Agar kedua tehnik kognitif tersebut dapat
dilakukan oleh klien dengan terampil maka terapis juga menggunakan tehnik
Home Work (Pekerjaan Rumah) yaitu strategi latihan mandiri di rumah agar klien
menjadi terbiasa.
H. Alat Terapi
Alat yang dibutuhkan saat terapi disesuaikan dengan metode atau teknik yang
dipakai. Pada REBT yang akan diberikan pada klien dengan perilaku kekerasan ini
alat yang dibutuhkan adalah alat tulis dan kertas, buku kerja untuk klien, dan
lembar evaluasi klien untuk terapis.
I. Strategi Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan REBT pada klien maka perlu diperhatikan komponen-
komponen utama dari Intervensi REBT tersebut yaitu:
1. Mempersiapkan klien untuk terapi
a. Membangun hubungan saling percaya
Melibatkan klien merupakan langkah awal untuk membangun hubungan
dengan klien. Hal ini dapat dicapai dengan adanya sikap empati, hangat dan
saling menghormati dengan menjelaskan tujuan terapi, mengkaji motivasi
klien untuk berubah, persetujuan dari klien untuk pelaksanaan REBT dan
membuat kesepakatan untuk kontrak selanjutnya.
Adapun aktivitas-aktivitas dapat yang digunakan pada pelaksanaan REBT
adalah:
1) Menganalisis secara spesifik permasalahan yang terjadi, tentukan
keyakinan yang terlibat selanjutnya dirubah dan kembangkan PR. Ini
semua disebut dengan Analisis Rasional.
2) Mengembangkan pengkajian tentang perilaku untuk mengurangi
ketakutan atau memodifikasi cara bertindak.
3) Mempersiapkan strategi pengganti dan tehnik-tehnik yang tepat seperti
latihan relaksasi, latihan keterampilan interpersonal dll.
b. Menilai Masalah Individu dan Situasi
Pengkajian yang dilakukan akan bervariasi dari individu ke individu namun
tetap mengikuti aturan-aturan pada area yang telah ditetapkan dan akan
dinilai sebagai bagian dari intervensi REBT. Di mulai dari pandangan klien
tentang masalah apa yang ditemukan, mencek tentang “secondary
disturbance”: bagaimana perasaan klien tentang masalah yang dihadapi.
Melakukan pengkajian secara umum untuk menentukan adanya hubungan
dengan gangguan klinikal, menemukan riwayat personal dan sosial klien.
Pengkajian tentang beratnya masalah yang dirasakan, faktor personal
yang relevan dan penyebab lain yang bukan dari kondisi psikologis,
riwayat pengobatan, ketergantungan obat (Napza) dan faktor gaya hidup
atau lingkungan.
2. Implementasi program terapi
Pada saat implementasi, pelaksanaan terapi akan dibagi atas 2 fase yang
didalamnya terdapat 4sesi .
a. Fase I disebut Fase Persiapan Kognitif yang terdiri atas 3 sesi yaitu :
Sesi 1 Persiapan kognitif : Bina hubungan saling percaya dan harapan
Sesi 2 Persiapan kognitif : Memahami rentang perasaan senang sampai marah
yang dirasakan (Termometer Perasaan)
Sesi 3 Persiapan kognitif : Fakta lawan opini
b. Fase II yang disebut Fase Belajar Model Kognitif ACBs terdiri atas
satu sesi yaitu Sesi 4 Belajar model kognitif ACBs (Rational Self-Analysis)
Pada pelaksanaannya setiap sesi akan dilaksanakan masing-masingnya sekali,
hal ini bertujuan agar klien lebih terlatih dalam menggunakan strategi model
kognitif ACBs (Rational Self-Analysis). Setiap sesi akan dilaksanakan selama
20 sampai 30 menit.
3. Mempersiapkan klien untuk terminasi
Terapis mempersiapkan klien untuk menghadapi terjadinya kemunduran
dengan cara mengingatkan kemungkinan terjadinya masalah emosi dan
perilaku berulang, dengan demikian seorang terapis harus memastikan bahwa
klien sudah mengetahui cara yang dapat dilakukan ketika gejala-gejala itu
datang kembali.
J. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan pada Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT)
disesuaikan dengan tujuan setiap sesi. Hal yang diharapkan adalah klien mampu
membina hubungan saling percaya dengan terapi, memahami rentang dari perasaan
yang dirasakan, membedakan antara kenyataan dengan opini/persepsi terhadap
suatu kondisi atau peristiwa dan terakhir klien mampu melakukan Analisis Diri
secara Rasional (Rational Self-Analysis) dengan menggunakan Model ACBs
sehingga dapat memodifikasi cara berfikir, beremosi dan bertindak untuk
mengontrol perilaku kekerasannya. Pada akhir intervensi diharapkan terjadinya
peningkatan perubahan pada cara berpikir, beremosi dan berperilaku secara
signifikan atau peningkatan pada kondisi eksternal klien.
BAB III

PEDOMAN PELAKSANAAN TERAPI RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOUR


THERAPY (REBT)

Berdasarkan teori dan konsep mengenai Rational Emotive Behaviour Therapy (REBT) maka
psikoterapi yang akan diberikan pada siswa yang memiliki kemampuan SRL yang rendah.
Pada penelitian ini, terapi akan diberikan dengan pendekatan bimbingan kelompok dimana
REBT mempunyai 3 Fase yang didalamnya terdiri dari 4 Sesi.

SESI I: Persiapan Kognitif: Bina hubungan dan harapan-harapan


A. Tujuan Sesi I: Siswa mampu:
1. Membina hubungan saling percaya dengan guru/terapis.
2. Membina hubungan saling percaya dengan teman sekelompok.
3. Menyampaikan keinginan dan harapannya selama mengikuti program REBT.
4. Menyampaikan kejadian/peristiwa yang terjadi dan bagaimana perasaannya terkait
dengan kejadian atau peristiwa tersebut.
B. Setting
Kelompok siswa duduk bersama dengan guru/terapis dalam suatu ruangan yang tenang
dan nyaman
C. Alat dan Bahan
Alat tulis, buku kerja siswa dan buku evaluasi siswa
D. Metode
Curah pendapat, diskusi, dan tanya jawab
E. Langkah-langkah
1. Persiapan
a. Mengelompokkan siswa sesuai dengan tingkat kemampuan SRL-nya.
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan yang kondusif.
2. Tahap Orientasi
a. Memperkenalkan nama dan nama panggilan guru/terapis
b. Menanyakan nama dan panggilan siswa.
c. Menanyakan bagaimana perasaan siswa saat ini
d. Menjelaskan pengertian REBT dan tujuan terapi yaitu membantu siswa agar bisa
mengontrol perilaku belajarnya dengan cara mengubah keyakinan irrasionalnya
menjadi lebih rasional melalui pembelajaran dan latihan terhadap kognitif, emosi
dan perilaku.
e. Menjelaskan tentang proses pelaksanaan, tugas yang harus dikerjakan dan buku
kerja yang akan digunakan siswa dalam melaksanakan tugas dan latihannya.
Proses pelaksanaan dari REBT terdiri dari 5 sesi dan setiap siswa akan melewati
semua sesi. Setiap sesi, siswa akan dilatih cara berpikir, memonitor, dan
mengontrol cara mereka berperilaku dalam belajar. Pada setiap sesi klien akan
diminta untuk menuliskan tugas dan hasil latihan ke dalam buku kerja yang
disediakan oleh guru.
f. Menjelaskan jumlah pertemuan dan sesi dalam terapi REBT. Adapun sesi yang
akan dilakukan terdiri atas 4 sesi, dan setiap sesi dilakukan selama 20 – 30 menit.
Pada pelaksanaannya, sesi 1–4 akan dilaksanakan masing-masing sekali sehingga
jumlah pertemuan adalah 4 kali pertemuan.
g. Menjelaskan peraturan dalam terapi yaitu, siswa diharapkan berpartisipasi dan
kerjasamanya dalam mengikuti kegiatan dari sesi awal sampai selesai semua
sesinya.
h. Pada pertemuan sesi 1 ini disepakati tujuannya adalah untuk membina hubungan
saling percaya dan mengidentifikasi masalah-masalah yang dihadapi siswa. Sesi
ini akan dilakukan selama 20-30 menit pada tempat yang telah disediakan.
3. Tahap Inti
a. Guru/terapis mendiskusikan bersama siswa tentang
1) Keinginan dan harapan siswa mengikuti REBT.
2) Masalah yang dialami siswa saat ini.
3) Perasaan siswa terkait masalah tersebut.
4) Hubungan masalah yang dialami siswa dengan perasaan yang dirasakan oleh
siswa.
b. Meminta siswa mendiskusikan salah satu masalah yang dihadapi siswa lain.
c. Memberikan penguatan positif atas kemampuan siswa dalam menceritakan,
pendalaman, dan identifikasi masalah.
4. Tahap Terminasi
a. Menanyakan perasaan siswa setelah selesai sesi I
b. Memberikan umpan balik positif atas kerjasama dan kemampuan siswa dalam
menceritakan, pendalaman, dan identifikasi masalah.
c. Menganjurkan siswa untuk mengidentifikasi masalah yang dialami dan
perasaannya dan kemudian menuliskannya ke dalam buku kerja.
F. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khusunya tahap inti, keaktifan siswa,
keterlibatan siswa dan proses pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan

Format Evaluasi
Sesi I REBT : Persiapan kognitif : bina hubungan saling percaya dan harapan -
harapan

Klien : Tanggal :
KLIEN
No Kegiatan Ya Tidak
1 Menyepakati kontrak kegiatan
2 Menyampaikan kejadian / peristiwa yang terjadi
3 Menyampaikan perasaan terkait dengan kejadian / peristiwa
yang terjadi
4 Mampu mengidentifikasi hubungan kejadian / peristiwa
dengan perasaan yang dirasakan
5 Aktif dalam diskusi
Keterangan :
Isilah Ya = jika klien melakukan, Tidak = jika klien tidak melakukan.

SESI II: Persiapan Kognitif: Memahami kesulitan yang dihadapi ketika menentukan
tujuan belajar
A. Tujuan Sesi II: Siswa mampu:
1. Memahami tujuan mereka belajar
2. Membuat perencanaan sesuai dengan tujuan belajarnya.
B. Setting
Kelompok siswa di ruangan dengan guru dalam suasana yang tenang dan nyaman
C. Alat
Buku kerja
D. Metode
Diskusi, curah pendapat, dan tanya jawab
E. Langkah-langkah
1. Persiapan
a. Mengingatkan siswa minimal 1 hari sebelumnya
b. Mempersiapkan diri, tempat, dan waktu
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam dari guru kepada siswa yang hadir
b. Menanyakan perasaan dan keadaan siswa hari ini
c. Menanyakan apakah ada masalah yang dialami siswa dan membuat siswa merasa
tidak bersemangat belajar, bagaimana perasaan siswa terhadap masalah tersebut
dan bagaimana masalah tersebut dengan perasaan siswa.
d. Memberikan penguatan positif atas kemampuan siswa mengidentifikasi masalah
yang dialami dan perasaannya.
e. Menyepakat topik pertemuan pada sesi 2 yaitu memahami tujuan mengapa kita
belajar. Tujuannya adalah siswa dapat mengetahui mengapa mereka merasa perlu
untuk belajar dan bersekolah.
f. Lama waktu pertemuan 20-30 menit di ruangan yang dirasa nyaman oleh siswa
dan guru
g. Mengingatkan kembali peraturan terapi yaitu siswa diharapkan berpartisipasi
dalam diskusi dan mengikuti sesi dari awal sampai akhir
3. Tahap Inti
a. Guru dan siswa mendiskusikan tentang “Tujuan siswa belajar dan bersekolah”
b. Guru membimbing siswa untuk membuat atau menentukan tujuan mereka untuk
belajar atau bersekolah.
c. Pada saat ini, guru sebaiknya tidak memberikan penilaian positif atau negatif
terhadap perasaan siswa dalam merespon siswa lainnya.
4. Tahap Terminasi
a. Menanyakan perasaan siswa setelah sesi II selesai
b. Menanyakan tujuan yang ditentukan oleh siswa pada buku kerjanya dan
menanyakan bagaimana menggapai tujuan tersebut.
c. Memberikan penguatan positif atas kerjasama siswa yang baik dan kemampuan
siswa dalam menentukan tujuan pribadi mereka untuk belajar dan bersekolah.
d. Menganjurkan siswa untuk membuat rencana agar bisa menggapai tujuannya ke
dalam buku kerja siswa.
e. Menyepakati topik sesi 3 yaitu belajar merencanakan cara belajar sesuai dengan
pribadi siswa.
f. Menyepakati tempat dan waktu untuk pertemuan sesi 3.
F. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap inti, keaktifan klien,
keterlibatan klien dan proses pelaksanaan secara keseluruhan.
Format Evaluasi
Sesi II REBT : Memahami kesulitan yang dihadapi ketika menentukan tujuan
belajar
Klien : Tanggal :
KLIEN
No Kegiatan Ya Tidak
1 Menyepakati kontrak kegiatan
2 Mampu membuat tujuan belajar secara mandiri
3 Mampu mengungkapkan manfaat atau kegunaan dalam
menentukan tujuan
4 Aktif dalam diskusi

SESI III: Persiapan Kognitif: Bagaimana merencanakan cara belajar sesuai dengan
kepribadian siswa
A. Tujuan SESI III: Klien mampu:
1. Memahami pentingnya perencanaan yang matang dalam belajar.
2. Membuat rencana belajar pribadi sesuai dengan kemampuan dan kepribadian siswa.
B. Setting
Siswa duduk di ruangan dengan guru dalam suasana yang tenang dan nyaman.
C. Alat
Alat tulis, buku kerja siswa dan buku evaluasi siswa.
D. Metode
Diskusi, curah pendapat dan tanya jawab.
E. Langkah – Langkah
1. Persiapan
a. Mengingatkan siswa minimal 1 hari sebelumnya.
b. Mempersiapkan diri, tempat, dan waktu.
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam dari guru kepada siswa yang hadir.
b. Menanyakan perasaan dan keadaan siswa hari ini.
c. Menanyakan apakah ada masalah yang dialami siswa dan membuat siswa merasa
tidak tahu tujuan belajar, bagaimana perasaan siswa terhadap masalah tersebut
dan bagaimana masalah tersebut dengan perasaan siswa.
d. Memberikan penguatan positif atas kemampuan siswa mengidentifikasi masalah
yang dialami dan perasaannya.
e. Menyepakat topik pertemuan pada sesi 3 yaitu memahami bagaimana menyusun
rencana belajar sesuai dengan kemampuan dan kepribadian siswa. Tujuannya
adalah siswa dapat mengetahui dan menyusun rencana belajar sesuai dengan
kemampuan dan kepribadiannya.
f. Lama waktu pertemuan 20-30 menit di ruangan yang dirasa nyaman oleh siswa
dan guru.
g. Mengingatkan kembali peraturan terapi yaitu siswa diharapkan berpartisipasi
dalam diskusi dan mengikuti sesi dari awal sampai akhir.
3. Tahap Inti
a. Guru dan siswa mendiskusikan tentang “Menyusun rencana belajar secara
mandiri sesuai tujuan, kemampuan dan kepribadian siswa”.
b. Guru membimbing siswa untuk menyusun rencana belajar secara sesuai dengan
tujuan, kemampuan dan kepribadian siswa.
4. Tahap Terminasi
a. Menanyakan perasaan siswa setelah sesi III selesai.
b. Menanyakan kembali rencana belajar yang coba disusun oleh siswa.
c. Memberikan umpan balik dan penguatan positif atas kerjasama siswa yang baik
dan kemampuan siswa untuk menyusun rencana belajar siswa.
d. Menganjurkan siswa untuk mencoba menerapkan apa yang telah dilakukan setiap
hari.
e. Menyepakati topik sesi 4 yaitu belajar memantau dan mengontrol diri dalam
belajar.
F. Evaluasi Dan Dokumentasi
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan siswa,
keterlibatan siswa dan proses pelaksanaan secara keseluruhan.
Format Evaluasi
Sesi III REBT : Persiapan kognitif : fakta lawan opini

Klien : Tanggal :
KLIEN
No Kegiatan Ya Tidak
1 Menyepakati kontrak kegiatan
2 Mampu menyusun rencana belajar untuk mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan oleh siswa
3 Aktif dalam diskusi

SESI IV: Persiapan Kognitif: Belajar Memantau dan Mengontrol diri untuk belajar
dengan model kognitif ACBs (Rational Self-Analysis)
A. Tujuan SESI IV: Klien mampu:
1. Memahami tentang model kognitif ACBs (Rational Self-Analysis).
2. Melakukan rational self-analysis untuk memantau dan mengontrol diri dalam belajar.
B. Setting
Siswa duduk di ruangan dengan guru dalam suasana yang tenang dan nyaman.
C. Alat
Alat tulis, buku kerja siswa dan buku evaluasi siswa.
D. Metode
Diskusi, curah pendapat dan tanya jawab.
E. Langkah – Langkah
1. Persiapan
a. Mengingatkan siswa minimal 1 hari sebelumnya
b. Mempersiapkan diri, tempat, dan waktu
2. Tahap Orientasi
a. Mengucapkan salam dari guru kepada siswa yang hadir
b. Menanyakan perasaan dan keadaan siswa hari ini
c. Menanyakan apakah ada masalah yang dialami siswa dan membuat siswa merasa
tidak bisa menyususn rencana belajar mereka dengan baik.
d. Menanyakan apakah siswa sudah berlatih/mempraktekkan apa yang direncanakan
dalam belajar di kehidupan sehari
e. Melihat buku siswa untuk mengetahui apakah siswa sudah mencoba berlatih
untuk menyusun rencana dan menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
f. Menyepakat topik pertemuan pada sesi 4 yaitu belajar memantau dan mengontrol
diri untuk belajar dengan model kognitif ACBs (Rational Self-Analysis).
Tujuannya adalah agar siswa dapat berpikir rasional sehingga dapat memantau
dan mengontrol diri mereka untuk belajar.
g. Lama waktu pertemuan 20-30 menit di ruangan yang dirasa nyaman oleh siswa
dan guru
h. Mengingatkan kembali peraturan terapi yaitu siswa diharapkan berpartisipasi
dalam diskusi dan mengikuti sesi dari awal sampai akhir
3. Tahap Inti
a. Menjelaskan tentang model kognitif ACB yang dikenal dengan rational sel-
analysis.
b. Mendiskusikan tentang rational sel-analysis untuk peristiwa atau kejadian yang
dialami siswa dalam belajar dan menuliskannya di buku kerja.
c. Meminta siswa menuliskan satu kejadian atau peristiwa yang dialami dan
meminta siswa untuk memikirkan apa arti kejadian tersebut terhadap siswa.
d. Meminta siswa untuk menuliskan perasaannya dan tindakannya terkait dengan
kejadian tersebut.
e. Meminta siswa untuk mengevaluasi pemikirannya tentang kejadian atau peristiwa
yang dialaminya.
f. Meminta siswa untuk memikirkan tanggapan rasional untuk membantunya dalam
bereaksi terhadap kejadian tersebut.
g. Meminta siswa untuk mengungkapkan apa yang akan dilakukannya untuk
menghindari kejadian itu terulang lagi.
h. Memberikan penguatan positif atas kemampuan siswa mempelajari rational self-
analysis.
i. Guru meminta siswa untuk menyampaikan manfaat atau kegunaan rational self-
analysis bagi siswa.
j. Guru meminta untuk latihan ulang membuat rational self-analysis di dalam buku
kerja
4. Tahap Terminasi
a. Menanyakan perasaan siswa setelah sesi IV selesai
b. Menanyakan kembali rational self-analysis bagi siswa.
c. Meminta siswa untuk menjelaskan kembali tentang rational self-analysis.
d. Memberikan penguatan positif atas kerjasama siswa yang baik dan kemampuan
siswa dalam membuat rational self-analysis yang telah didiskusikan.
e. Menganjurkan siswa untuk berlatih melakukan rational self-analysis pada
kegiatan belajar yang sudah direncanakan.
f. Menganjurkan siswa untuk menuliskannya di buku kerja.
F. Evaluasi Dan Dokumentasi
Evaluasi ketepatan waktu pelaksanaan terapi khususnya tahap kerja, keaktifan siswa,
keterlibatan siswa dan proses pelaksanaan secara keseluruhan.
Format Evaluasi
Sesi III REBT : Persiapan kognitif : fakta lawan opini

Klien : Tanggal :
KLIEN
No Kegiatan Ya Tidak
1 Menyepakati kontrak kegiatan
2 Mampu mengetahui tentang Rational Self-Analysis
3 Mampu mengungkapkan manfaat Rational Self-Analysis
4 Mampu melakukan rational self-analysis untuk memantau dan
mengontrol diri dalam belajar
5. Aktif dalam diskusi

Anda mungkin juga menyukai