Anda di halaman 1dari 9

Buletin Kaffah, No.

314
27 Rabi’ul Awwal 1445 H
13 Oktober 2023 M

HARAM MEMBIARKAN
PALESTINA TANPA
PEMBELAAN KITA

K embali kita menyaksikan keberanian para pemuda


Muslim, khususnya HAMAS, dalam berjihad melawan
kaum Yahudi penjajah di Palestina. Sejak hari pertama
serangan HAMAS, tidak kurang dari 5000 roket ditembakkan
dari Gaza ke arah kaum Yahudi penjajah yang telah lama me-
rampas tanah Palestina. Tentu saja serangan HAMAS secara
mendadak ini banyak memakan korban di pihak Yahudi. Ratu-
san Yahudi, khususnya para tentara mereka, terbunuh. Ratu-
san lainnya terluka.
Namun demikian, seperti biasa, pembalasan kaum Yahudi
penjajah jauh lebih besar dan lebih brutal. Mereka membabi-
buta menyerang warga Palestina. Sebuah sumber koran lokal
menyebutkan, serangan brutal Yahudi penjajah tersebut telah

01
menewaskan 770 warga Palestina, termasuk 140 anak-anak
dan 120 wanita. Kemungkinan besar jumlah korban dari pihak
Palestina akan terus bertambah. Apalagi dikabarkan bahwa
Amerika Serikat telah mengirim bantuan militer untuk mem-
bantu kaum Yahudi penjajah dalam rangka menumpas perla-
wanan kaum Muslim Palestina.
Di sisi lain, seperti biasa, tak ada sama sekali bantuan militer
dari negara-negara Arab dan Islam untuk membantu kaum
Muslim Palestina dalam melawan kaum Yahudi penjajah.
Seperti biasa pula, para penguasa Arab dan Islam memilih
menjadi pengecut. Mereka hanya berani mengecam. Paling
banter mereka hanya menyerukan agar kedua pihak saling
menghentikan serangan. Pada saat yang sama, ratusan ribu
bahkan jutaan tentara mereka tetap mereka biarkan “me-
nganggur” di barak-barak mereka.

Tanah Palestina Milik Umat Islam


Palestina adalah bagian dari negeri Syam. Syam tak bisa
dipisahkan dari ajaran Islam. Syam adalah negeri yang terdiri
dari Suriah, Yordania, Libanon dan Palestina (termasuk yang
diduduki Israel) saat ini. Rasulullah saw. memberikan banyak
pujian pada negeri Syam. Di antaranya:

02
ٌ‫ﺎل ِﻷَ ﱠن َﻣ َﻼﺋِ َﻜﺔَ اﻟﱠﺮ ْﲪَ ِﻦ َﺎﺑ ِﺳﻄَﺔ‬
َ َ‫اﻪﻠﻟِ ﻗ‬
‫ﻮل ﱠ‬َ ‫ﻚ َ� َر ُﺳ‬ ِ ٍ ‫ﱠﺎم ﻓَـ ُﻘﻠْﻨَﺎ ِﻷ‬
َ ‫َي َذﻟ‬
ّ
ِ ‫ﻮﰉ ﻟِﻠﺸ‬ َ ُ‫ﻃ‬
‫َﺟﻨِ َﺤﺘَـ َﻬﺎ َﻋﻠَﻴْـ َﻬﺎ‬
ْ‫أ‬
“Keberuntungan bagi penduduk Syam,” Kami bertanya, “Kare-
na apa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena para
malaikat membentangkan sayap-sayapnya kepada mereka
(penduduk Syam).” (HR at-Tirmidzi).

Syam juga adalah negeri para nabi. Rasulullah saw. pernah


bersabda, “Para nabi tinggal di Syam. Tidak ada sejengkal pun
Kota Baitul Maqdis kecuali seorang nabi atau malaikat pernah
berdoa atau berdiri di sana.” (HR at-Tirmidzi).
Di Palestina, sebagai bagian dari negeri Syam, juga terdapat
Masjid al-Aqsha. Masjid ini merupakan kiblat pertama kaum
Muslim dan tempat singgah perjalanan Isra Mi’raj. Wilayah di
sekitarnya juga tempat yang Allah berkahi (Lihat: QS al-Isra’
[17]: 1). Khusus terkait keutamaan Masjid al-Aqsha, Rasulullah
saw. bersabda:
ِ ِ‫ﻒ ﺻ َﻼةٍ ﻓ‬
ِ ِِ ِ ِ َ‫اﺋْـﺘُﻮﻩ ﻓ‬
ُ‫ﻴﻤﺎ ﺳ َﻮاﻩ‬
َ َ ‫ﺼﻠﱡﻮا ﻓﻴﻪ ﻓَﺈِ ﱠن‬
َ ْ‫ﺻ َﻼةً ﻓﻴﻪ َﻛﺄَﻟ‬ َ ُ
Datangilah Masjid al-Aqsha. Lalu shalatlah di dalamnya karena
sungguh shalat di sana seperti seribu kali shalat di tempat lain
(HR Ahmad).

03
Rasulullah saw. pun bersabda, “Sekali salat di Masjid al-Ha-
ram sama dengan 100.000 salat. Sekali salat di Masjidku (di Ma-
dinah) sama dengan 1.000 salat. Sekali salat di Masjid al-Aqsha
sama dengan 500 salat.” (HR ath-Thabrani dan al-Bazzar)
Masjid al-Aqsha adalah tempat suci ketiga bagi umat Islam
dan satu dari tiga masjid yang rasulullah saw. rekomendasikan
untuk dikunjungi. Beliau bersabda, “Tidaklah diadakan perjala-
nan dengan sengaja kecuali ke tiga masjid: Masjidku ini (Masjid
Nabawi di Madinah), Masjid al-Haram (di Makkah) dan Masjid al-
Aqsha.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Selain itu Al-Quds di Syam juga merupakan tanah ibu kota
Khilafah. Yunus bin Maisarah bin Halbas bahwa Nabi Mu-
hammad saw. pernah bersabda, “Perkara ini (Khilafah) akan
ada sesudahku di Madinah, lalu di Syam, lalu di Jazirah, lalu di
Irak, lalu di Madinah, lalu di Al-Quds (Baitul Maqdis). Jika
Khilafah ada di Al-Quds, pusat negerinya akan ada di sana dan
siapa pun yang memaksa ibu kotanya keluar dari sana (al-Quds),
Khilafah tak akan kembali ke sana selamanya.” (HR Ibn Asakir).
Fakta lainnya, Palestina adalah tanah air kaum Muslim dan
telah berabad-abad menjadi bagian dari wilayah Islam. Kaum
Muslim pun terikat dengan Palestina serta Yerusalem karena
dua alasan: Pertama, wilayah Yerusalem telah menjadi bagian
dari negeri-negeri Islam dengan status sebagai tanah kharaj
sejak era Kekhilafahan Umar bin al-Khaththab ra. pada tahun

04
637 M. Setelah peperangan yang berkecamuk selama ber-
bulan-bulan, akhirnya Uskup Yerusalem, Sophronius, menye-
rahkan kunci Kota Yerusalem kepada Khalifah Umar bin al-
Khaththab ra. secara langsung.
Kedua, kaum Muslim terikat dengan kaum Nasrani Yerusa-
lem untuk melindungi negeri tersebut lewat Perjanjian Umari-
yah. Dalam perjanjian tersebut Khilafah berkewajiban membe-
rikan jaminan kepada kaum Nasrani baik terkait harta, jiwa dan
ibadah mereka. Khilafah juga diminta untuk tidak mengizinkan
orang-orang Yahudi tinggal bersama kaum Nasrani dan kaum
Muslim di Yerusalem. Khalifah Umar kemudian menjamin
tidak ada satu pun orang Yahudi yang lewat dan bermalam di
wilayah tersebut. Perjanjian Khalifah Umar dengan kaum
Nasrani Yerusalem ini mengikat kaum Muslim hari ini bahkan
hingga akhir zaman.
Dengan alasan inilah, haram hukumnya mengakui kebera-
daan negara Yahudi penjajah di Palestina. Haram pula me-
ngambil solusi dua negara yang diusulkan PBB dan negara-
negara Barat. Semua itu hakikatnya sama dengan mengakui
keberadaan kaum Yahudi penjajah di tanah kaum Muslim.
Ironinya, hari ini sejumlah penguasa Arab dan Islam malah
mengakui keberadaan negara Israel serta menjalin hubungan
diplomatik dan kerja sama lainnya, yaitu Mesir, Yordania, UEA,
Arab Saudi, Maroko, Bahrain, Sudan dan Turki.

05
Wajib Mendukung Jihad di Palestina
Pendudukan kaum Yahudi penjajah atas Palestina bukan
sekadar mengakibatkan kematian ratusan ribu warganya,
tetapi juga menciptakan penderitaan yang terus-menerus
yang dialami jutaan warga lainnya. Dengan demikian masih
bercokolnya kaum Yahudi penjajah inilah yang menjadi
pangkal persoalan di tanah Palestina dan menyebabkan
penderitaan kaum Muslim berkepanjangan.
Karena itu kaum Yahudi penjajah wajib diusir dari tanah
Palestina. Mereka hanya bisa diusir dari tanah suci tersebut
dengan mengerahkan pasukan militer. Allah SWT berfirman:

ُ ‫ﻮﻫ ْﻢ ِﻣ ْﻦ َﺣْﻴ‬ ِ ُ ‫واﻗْـﺘـﻠُﻮﻫﻢ ﺣﻴ‬


‫َﺧَﺮ ُﺟﻮُﻛ ْﻢ‬
ْ‫ﺚأ‬ ُ ‫َﺧ ِﺮ ُﺟ‬
ْ ‫ﻮﻫ ْﻢ َوأ‬
ُ ‫ﺚ ﺛَﻘ ْﻔﺘُ ُﻤ‬ َْ ْ ُ ُ َ
Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan
usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian (TQS
al-Baqarah [2]: 191).

Karena itu sudah sepantasnya para penguasa Arab dan


Muslim mengirimkan tentara mereka untuk membantu para
mujahidin Palestina dalam mengusir kaum Yahudi penjajah
dari negara itu.
Di sisi lain, jihad (berperang melawan musuh) di jalan Allah
SWT adalah amalan yang utama. Rasulullah saw. bersabda:
‫َﺳ َﻮِد‬ ْ ‫ﺎﻋﺔً ِﰲ َﺳﺒِﻴﻞ ﷲِ َﺧ ْﲑٌ ِﻣ ْﻦ ﻗِﻴَ ِﺎم ﻟَﻴْـﻠَ ِﺔ اﻟْ َﻘ ْﺪ ِر ﻋِْﻨ َﺪ‬
ْ ‫اﳊَ َﺠ ِﺮ اْْﻷ‬ َ ‫ﻒ َﺳ‬
ِ
ٌ ‫َﻣ ْﻮﻗ‬

06
Berjaga-jaga satu jam di medan perang fi sabilillah adalah lebih
baik daripada menghidupkan Lailatul Qadar di dekat Hajar
Aswad (HR Ibnu Hibban dan al-Baihaqi).

Karena itu pula, sudah sepantasnya kaum Muslim di mana


pun, khususnya para perwira dan prajurit Muslim, menyambut
panggilan jihad dari mana pun, termasuk dari Bumi Palestina.
Tak sepantasnya mereka berdiam diri dan berpangku tangan.

Pentingnya Khilafah
Jika dihitung sejak pendudukan Israel sekaligus pendirian
Negara Yahudi itu di Palestina pada tahun 1948 hingga hari ini,
maka Tragedi Palestina sudah berumur sekira 75 tahun. Sela-
ma itu pula sudah tak terhitung korban di pihak rakyat
Palestina oleh kebiadaban Yahudi tersebut. Kekejaman demi
kekejaman yang dilakukan oleh Yahudi terhadap rakyat
Palestina seolah tak pernah akan berhenti. Terus berulang dari
waktu ke waktu. Bahkan hingga hari ini.
Di sisi lain, tanpa bermaksud meremehkan, jihad yang
hanya melibatkan sebagian kaum Muslim Palestina terbukti
sampai hari ini belum berhasil mengusir kaum Yahudi penjajah
dari Bumi Palestina. Di sisi lain, melibatkan pasukan kaum
Muslim dari seluruh dunia untuk membantu mujahidin Pales-
tina juga tidak mudah. Tentu karena adanya penghalang

07
berupa sekat-sekat negara-bangsa yang hakikatnya merupa-
kan buatan kaum penjajah Barat.
Karena itu umat memang membutuhkan seorang khalifah,
pemimpin kaum Muslim sedunia. Rasulullah saw. telah ber-
sabda:
‫اﻹ َﻣ ُﺎم ُﺟﻨﱠﺔٌ ﻳـُ َﻘﺎﺗَ ُﻞ ِﻣ ْﻦ َوَراﺋِِﻪ َوﻳـُﺘﱠـ َﻘﻰ ﺑِِﻪ‬
ِْ ‫إِﱠﳕَﺎ‬
Imam (Khalifah) adalah perisai, di belakang dia kaum Muslim
berperang dan berlindung (HR al-Bukhari Muslim).

Khalifahlah yang akan menyerukan sekaligus memimpin


langsung pasukan kaum Muslim di seluruh dunia untuk mem-
bebaskan tanah Palestina dan menyelamatkan kaum Muslim
di sana. Bahkan Khilafah pula yang akan menyelamatkan kaum
Muslim di berbagai negeri di mana mereka ditindas. Di sinilah
pentingnya umat ini untuk serius dan sungguh-sungguh untuk
memperjuangkan kembalinya Khilafah ‘alâ minhâjan-Nubuw-
wah.
‘Ala kulli hal, haram kita membiarkan kaum Muslim Pales-
tina menderita tanpa pembelaan kita. Haram pula kita mem-
biarkan Palestina tetap dikuasai kaum Yahudi penjajah. Sebab-
nya, jika kita hanya diam, berarti kita telah berkhianat kepada
bangsa Palestina, saudara sesama Muslim; berkhianat kepada
Umar bin al-Khaththab ra. yang telah membebaskan Tanah
Palestina untuk pertama kalinya; berkhianat kepada Sultan

08
Abdul Hamid II dan para khalifah yang beratus-ratus tahun
mempertahankan Bumi Palestina; berkhianat kepada para
syuhada yang telah mempersembahkan darah dan nyawanya
demi kemerdekaan Palestina; bahkan berkhianat kepada Allah
SWT dan Rasul-Nya yang telah menetapkan Palestina sebagai
tanah milik kaum Muslim.
WalLâhu a’lam bi ash-shawâb. []

HIKMAH:

Allah SWT berfirman:


ِ
َ ْ‫ﻀﱡﺮوُﻛ ْﻢ إِﱠﻻ أَذًى َوإِ ْن ﻳـُ َﻘﺎﺗﻠُﻮُﻛ ْﻢ ﻳـُ َﻮﻟﱡﻮُﻛ ُﻢ ْاﻷ َْد َﺎﺑ َر ﰒُﱠ َﻻ ﻳـُﻨ‬
‫ﺼ ُﺮو َن‬ ُ َ‫ﻟَ ْﻦ ﻳ‬
Mereka sekali-kali tidak akan pernah dapat membuat madarat
kepada kalian, selain dari gangguan-gangguan celaan saja. Jika
mereka memerangi kalian, pasti mereka berbalik melarikan diri
ke belakang (kalah). Kemudian mereka tidak mendapat
pertolongan. (TQS Ali Imran [3]: 111). [] malam ketika anaknya
sakit, yang merasa tenang dengan tenangnya anaknya.”
(Abu Amr Ahmad bin Muhammad, Al-'Aqd al-Farîd, 1/10).

09

Anda mungkin juga menyukai