Anda di halaman 1dari 15

MASALAH KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

Pelajaran Ekonomi

Anggota Kelompok 4:

1. Affan Abyan Tristiandi

2. Fira Dwitia Ananda Noviyanti

3. Syahna Nurul Anggita

4. Tyara Alyaa Khansaa


Kata Pengantar

Ketenagakerjaan adalah inti dari dinamika ekonomi dan sosial suatu negara. Di
Indonesia, sebagai salah satu negara dengan populasi yang besar dan sumber daya alam yang
melimpah, masalah ketenagakerjaan menjadi aspek krusial dalam perjalanan menuju
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif. Namun, seperti halnya banyak negara
lain di dunia, Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan kompleks terkait
ketenagakerjaan yang memerlukan perhatian serius.

Seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan ekonomi global, dunia


ketenagakerjaan di Indonesia mengalami perubahan signifikan. Dari pertanian hingga industri
dan sektor jasa, jutaan pekerja berkontribusi dalam menciptakan kekayaan nasional dan
menggerakkan roda ekonomi. Namun, di balik kontribusi berharga ini, terdapat persoalan-
persoalan mendalam yang perlu diselesaikan untuk memastikan bahwa setiap pekerja
mendapatkan perlindungan yang pantas, hak-hak yang dijamin, serta kesempatan untuk
mengembangkan potensi mereka.

Salah satu masalah utama dalam konteks ketenagakerjaan Indonesia adalah


kesenjangan antara hak dan kesejahteraan pekerja dengan kondisi kerja yang mereka hadapi.
Mulai dari upah yang belum sesuai standar kebutuhan hidup layak hingga kondisi kerja yang
tidak aman dan tidak sehat, tantangan-tantangan ini mengingatkan kita akan pentingnya
merumuskan kebijakan yang berpihak pada pekerja dan merangkul prinsip-prinsip keadilan.

Pengangguran, terutama di kalangan generasi muda, juga merupakan isu kritis dalam
dunia ketenagakerjaan Indonesia. Menyediakan peluang kerja yang sesuai dengan keahlian
dan memberikan akses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas menjadi agenda penting
dalam upaya membangun keunggulan kompetitif bangsa di kancah global.

Dalam kata pengantar ini, kita akan menjelajahi berbagai dimensi kompleks masalah
ketenagakerjaan yang dihadapi Indonesia, baik dari segi peraturan dan kebijakan, tantangan
ekonomi, maupun aspek sosialnya. Melalui pemahaman yang lebih mendalam, kita dapat
bersama-sama merumuskan solusi-solusi yang efektif dan berkelanjutan untuk menciptakan
ketenagakerjaan yang lebih adil, produktif, dan berdaya saing tinggi.

Harapannya, pengantar ini memberikan pandangan luas tentang isu-isu


ketenagakerjaan yang relevan di Indonesia dan memberikan dorongan untuk menyelidiki
lebih lanjut masalah-masalah ini serta mencari solusi yang tepat. Anda dapat menyesuaikan
pengantar ini sesuai dengan gaya penulisan dan konteks yang Anda inginkan.
Daftar Isi
Cover Makalah....................................................................................................... i

Kata Pengantar ....................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................ iii

BAB I .................................................................................................................... 5

A. PENDAHULUAN ............................................................................................ 5

a.1 Latar Belakang ...................................................................................... 5

a.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 6

a.3 Tujuan .................................................................................................. 6

BAB II .................................................................................................................. 7

A. Pengertian KetenagaKerjaan .............................................................................. 7

B. Pengertian Ketenagakerjaan Menurut Para Ahli ................................................ 7

b.1 Dumairy ............................................................................................... 7

b.2 Ritonga dan Yoga Firdaus .................................................................... 7

b.3 Alam S ................................................................................................. 8

b.4 Suparmoko dan Ranggabawono ............................................................ 8

b. 5Dr. A. Hamzah, SH ............................................................................... 8

C. Klasifikasi Tenaga Kerja.................................................................................... 8

c.1 Berdasarkan Penduduknya .................................................................... 8

c.2 Berdasarkan Batas Kerja ...................................................................... 9

c.3 Berdasarkan Segi Keahlian/Kualitasnya dan Pendidikannya .................. 9

D. Masalah – masalah Ketenagakerjaan ................................................................. 9

d.1 Jumlah Angkatan Kerja yang Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja 10

d.2 Mutu Tenaga Kerja yang Relatif Rendah .............................................. 10

d 3Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata ......................................... 10

d.4 Pengangguran ....................................................................................... 11

E. Dampak Masalah Ketenagakerjaan Terhadap Perekonomian ............................. 11


e.1 Pengangguran Berdasar Sifatnya ........................................................... 11

e.2 Pengangguran Berdasar Penyebabnya .................................................. 11

e.2.1 Pengangguran Struktural ................................................................... 12

e.2.2 Pengangguran Friksional .................................................................... 12

e.2.3 Pengangguran Musiman ..................................................................... 12

e.2.4 Pengangguran Voluntary .................................................................... 12

e.2.5 Pengangguran Teknologi .................................................................... 12

e.2.6 Pengangguran Deflasioner .................................................................. 12

F. Upaya Perencanaan Tenaga Kerja ..................................................................... 12

f.1 Perencanaan Tenaga Kerja Makro ......................................................... 13

f.1 Perencanaan Tenaga Kerja Mikro .......................................................... 13

G. Usaha Untuk Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan ........................................... 13

g.1 Beberapanya, Ada 3 Poin ..................................................................... 13

BAB III .................................................................................................................. 14

Kesimpulan ............................................................................................................ 14

Saran ...................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa dekade terakhir telah


memberikan dampak positif yang signifikan, namun perkembangan ini juga diiringi
oleh berbagai tantangan dalam sektor ketenagakerjaan. Sebagai negara kepulauan
dengan populasi yang besar dan keragaman sektor ekonomi, Indonesia menghadapi
dinamika ketenagakerjaan yang kompleks. Meskipun tingkat pertumbuhan ekonomi
yang mengesankan, masalah-masalah dalam lapangan pekerjaan telah
menggarisbawahi perlunya perhatian serius terhadap isu ketenagakerjaan.

Sektor informal yang luas, ketidaksetaraan upah, kualitas pekerjaan yang


bervariasi, dan rendahnya tingkat perlindungan bagi pekerja adalah beberapa masalah
yang merentang di sepanjang spektrum ketenagakerjaan. Selain itu, dengan terjadinya
transformasi ekonomi menuju industri dan layanan, munculnya tantangan baru seperti
perubahan dalam tuntutan keahlian, adaptasi terhadap teknologi, serta persoalan
perubahan struktur pekerjaan yang dapat menghasilkan pengangguran structural

. Indonesia juga menghadapi situasi di mana pertumbuhan ekonomi tidak


selalu diikuti oleh peningkatan kualitas pekerjaan dan akses yang lebih baik bagi
seluruh lapisan masyarakat. Tantangan terkait pengangguran terutama dialami oleh
generasi muda, yang seringkali kesulitan untuk menemukan pekerjaan yang sesuai
dengan pendidikan dan keterampilan mereka. Selain itu, permasalahan hak dan
kesejahteraan pekerja juga menjadi isu sentral, termasuk upah yang tidak mencukupi,
ketidakpastian kontrak kerja, dan permasalahan perburuhan yang belum terselesaikan.

Dalam konteks ini, studi mengenai masalah ketenagakerjaan di Indonesia


memiliki signifikansi yang sangat penting. Upaya untuk memahami akar
permasalahan ini, menganalisis implikasi sosial dan ekonomi dari ketidaksetaraan
kerja, serta merumuskan solusi-solusi yang inovatif dan berkelanjutan adalah langkah
penting dalam memajukan kesetaraan, kesejahteraan, dan pertumbuhan inklusif di
negara ini.
B. Rumusan Masalah
Dalam konteks ketenagakerjaan di Indonesia, beberapa permasalahan muncul yang
memerlukan analisis mendalam. Dalam hal ini, rumusan masalah yang relevan dapat
menjadi sebagai berikut:

a. Apa saja masalah utama dalam ketenagakerjaan di Indonesia yang mempengaruhi


kualitas pekerjaan, perlindungan pekerja, dan pertumbuhan inklusif?
b. Bagaimana ketidaksetaraan upah dan kondisi pekerjaan yang tidak stabil
memengaruhi kelompok rentan dalam masyarakat, seperti pekerja muda,
perempuan, dan pekerja sektor informal?
c. Apa dampak transformasi ekonomi terhadap peningkatan pengangguran struktural
dan kebutuhan akan keterampilan baru di era industri dan digital?
d. Bagaimana regulasi dan kebijakan ketenagakerjaan saat ini dapat mengatasi
permasalahan hak-hak pekerja dan kondisi kerja yang tidak memadai?
e. Apa implikasi dari ketenagakerjaan yang tidak memadai terhadap kemiskinan,
ketidaksetaraan pendapatan, dan perkembangan ekonomi berkelanjutan di
Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggali dan menganalisis masalah-masalah
ketenagakerjaan di Indonesia dengan mendalam dan merumuskan pemahaman yang
lebih baik tentang akar permasalahan serta implikasi sosial dan ekonominya. Tujuan
penelitian ini mencakup:

a. Mengidentifikasi faktor-faktor utama yang menyebabkan masalah


ketenagakerjaan di Indonesia.
b. Menganalisis dampak ketidaksetaraan upah dan perlakuan pekerja terhadap
kesetaraan sosial dan ekonomi.
c. Menyelidiki transformasi ekonomi dan teknologi yang mempengaruhi dinamika
ketenagakerjaan serta solusi adaptasi yang diperlukan.
d. Menilai efektivitas regulasi dan kebijakan saat ini dalam melindungi hak-hak
pekerja dan meningkatkan kualitas kondisi kerja.
e. Menyusun rekomendasi kebijakan yang berdasarkan temuan penelitian untuk
meningkatkan kesejahteraan pekerja, mengurangi ketidaksetaraan, dan mendorong
pertumbuhan inklusif yang berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja


pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Masalah ketenagakerjaan diatur
dalam Undang-Undang Nomor : 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Unsur
penting dari ketenagakerjaan adalah tenaga kerja.

Menurut ketentuan Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor : 13 Tahun


2003, yang disebut dengan tenaga kerja adalah : setiap orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat.

Sedangkan termasuk bagian dari tenaga kerja adalah pekerja/buruh, yang


menurut undang-undang tersebut dijelaskan bahwa pekerja/buruh adalah setiap orang
yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Dengan adanya perkembangan teknologi dan globalisasi, terjadi berbagai


perubahan termasuk dalam bidang ketenegaraan. Dimana dalam rangka meningkatkan
kualitas tenaga kerja Indonesia, pemerintah berupaya menciptakan lapangan
pekerjaan seluas-luasnya seperti halnya yang dibahas dalam buku Peraturan Pelaksana
Uu Cipta Kerja Di Bidang Ketenagakerjaan.

B. Pengertian Ketenagakerjaan Menurut Para Ahli

Selain apa yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor :13 Tahun 2003
tersebut, apa yang dimaksud dengan tenaga kerja juga disampaikan oleh para ahli, di
antaranya adalah sebagai berikut :

1. Dumairy
Mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk yang memiliki umur di dalam batas
usia kerja. Dumairy memberikan batasan umur untuk mengemukakan definisinya
tentang tenaga kerja dengan maksud agar memberikan sedapat mungkin kenyataan
yang sebenarnya.

2. Ritonga dan Yoga Firdaus


Mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk yang berada pada rentang usia kerja
yang siap melaksanakan pekerjaan, antara lain mereka yang telah bekerja, mereka
yang sedang mencari kerja, mereka yang sedang menempuh pendidikan (sekolah),
dan juga mereka yang sedang mengurus rumah tangga.
3. Alam S
Mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas untuk
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Sedang untuk negara-negara maju,
tenaga kerja adalah penduduk yang berumur antara 15 hingga 64 tahun.

4. Suparmoko dan Icuk Ranggabawono


Mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja dan
mempunyai pekerjaan, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang sedang melakukan
suatu kegiatan lain, seperti sekolah, kuliah, dan mengurus rumah tangga.

6. Dr. A. Hamzah, SH
Mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk yang bekerja di dalam maupun di luar
hubungan kerja dengan alat produksi utamanya dalam proses produksi adalah tenaga
kerja itu sendiri, baik tenaga fisik maupun pikiran.

C. Klasifikasi Tenaga Kerja

Menurut Undang-Undang Nomor : 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan,


menjelaskan apa yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki
atau wanita yang sedang dalam dan/atau yang telah melakukan pekerjaan baik yang
berada di luar hubungan kerja untuk menghasilkan barang ataupun jasa dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat.

Undang-Undang Nomor : 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Mengenai Tenaga Kerja, menjelaskan apa yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah
setiap orang yang dapat melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan
kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi suatu kebutuhan
masyarakat.

Berdasarkan Buku berjudul Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia


karya Suratman yang telah dilengkapi dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
menyatakan mengenai hak asasi manusia atas pekerjaan yang harus terpenuhi.

Dari beberapa definisi tentang tenaga kerja tersebut, dapat ditarik benang
merah bahwa tenaga kerja dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok.
Klasifikasi tenaga kerja adalah pengelompokkan ketenagakerjaan yang tersusun
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, yaitu :

1. Berdasarkan penduduknya
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat
bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut
Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga
kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
Juga Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu
dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-
Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar
usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64
tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia)
dan anak-anak.

2. Berdasarkan batas kerja


Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64
tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja,
maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja adalah
mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah,
mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah: anak
sekolah dan mahasiswa, para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan para
pengangguran sukarela.

3. Berdasarkan segi keahlian/ kualitasnya dan pendidikannya


Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau
kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal
dan nonformal.

Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain. Tenaga kerja terlatih adalah
tenaga kerja yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui
pengalaman kerja.

Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang


sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli
bedah, mekanik, dan lain-lain. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih
adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli,
buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya.

D. Masalah-Masalah Ketenagakerjaan
Pembangunan dalam berbagai sektor yang dilakukan Indonesia sangat
membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian dengan kualifikasi tertentu.
Berbagai lapangan pekerjaan terbuka setiap waktu di seluruh Indonesia, tapi pencari
pekerjaan jauh lebih banyak dibandingkan kuota yang tersedia. Hal tersebut
menimbulkan berbagai permasalahan ketenagakerjaan yang secara rinci dijelaskan
pada buku Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Edisi Revisi.

Membludaknya angkatan kerja yang mencari pekerjaan dapat dilihat pada


salah satu contoh yang diberitakan oleh policenewscenter.com. Dalam prosesnya
ternyata pembangunan tidak hanya dihadapkan kepada keterbatasan tenaga kerja ahli,
melainkan masih banyak masalah lainnya. Kondisi itu dapat dilihat dengan banyaknya
masalah yang dihadapi ketenagakerjaan di Indonesia, di antaranya sebagai berikut.
1. Jumlah Angkatan Kerja yang Tidak Seimbang dengan Kesempatan
Kerja
Jumlah penduduk yang besar akan menghasilkan angkatan
kerja yang besar pula. Angkatan kerja yang besar jika dapat
dimanfaatkan dengan baik akan mampu meningkatkan kegiatan
perekonomian yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Namun, hal itu baru dapat dicapai apabila angkatan kerja


seluruhnya terserap oleh kesempatan kerja. Kesempatan kerja adalah
suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan lapangan pekerjaan
di masyarakat. Pernyataan itu dapat dilihat dari kondisi
ketenagakerjaan di Indonesia.

Jumlah penduduk Indonesia yang besar ditambah dengan


tingginya laju pertumbuhan penduduk yang seharusnya menjadi
pendorong peningkatan kegiatan ekonomi justru menjadi beban bagi
pembangunan ekonomi. Akan tetapi tingkat pertumbuhan penduduk
tinggi itu tidak diiringi oleh pertumbuhan kesempatan kerja. Ini adalah
penyebab utama terjadinya pengangguran.

2. Mutu Tenaga Kerja yang Relatif Rendah


Rendahnya tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi mutu tenaga kerja Indonesia. Karena rendahnya tingkat
pendidikan menyebabkan tenaga kerja Indonesia minim dalam
penguasaan pengetahuan dan teknologi. Akibatnya, jumlah hasil
produksi yang dihasilkan rendah sedangkan biaya produksi tinggi.

Tingginya biaya produksi mengakibatkan hasil produksi


Indonesia sulit bersaing dengan produk negara lain. Selain itu, mutu
tenaga kerja berpengaruh pula pada tinggi rendahnya upah tenaga
kerja. Upah buruh di Indonesia masih relatif rendah dibandingkan
dengan negara-negara lain, seperti Serbia, Cina, Rusia, Singapura, dan
Malaysia.

3. Persebaran Tenaga Kerja yang Tidak Merata


Di samping sumber daya manusia yang relatif masih rendah,
sektor ketenagakerjaan di Indonesia juga dihadapkan kepada masalah
penyebaran tenaga kerja yang tidak merata. Sebagian besar tenaga
kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa.

Sementara, di daerah lain yang wilayahnya lebih luas masih


kekurangan tenaga kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan,
dan kehutanan. Akibatnya, di Pulau Jawa banyak terjadi
pengangguran. Sementara, di daerah lain masih banyak sumber daya
alam yang belum dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal.
4. Pengangguran
Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan
kesempatan kerja mengakibatkan tidak semua angkatan kerja dapat
diserap oleh lapangan kerja (pengangguran). Hal ini lebih diperparah
dengan banyaknya tenaga kerja yang kena pemutusan hubungan kerja
(PHK). Pesangon karyawan PHK seringkali tidak sesuai nominalnya,
lama prosesnya, bahkan tidak dibayarkan.

PHK karyawan bisa terjadi karena banyak hal diantaranya


perusahaan pailit, peleburan, pemisahan, pengusaha tidak bersedia
menerima tenaga kerja di perusahaan. Selain itu, kondisi pandemi
corona juga membuat ekonomi lesu yang mengakibatkan banyak
perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dan
membuat pekerja kehilangan pekerjaan.

E. Dampak Masalah Ketenagakerjaan terhadap Perekonomian

Masalah ketenagakerjaan dapat timbul karena beberapa faktor seperti


pendidikan, kesempatan kerja maupun pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah. Hal
ini dialami oleh banyak negara yang termasuk Indonesia, karena hingga saat ini masih
banyak pengangguran. Berikut adalah beberapa macam pengangguran :

1. Pengangguran berdasar sifatnya


Pengangguran berdasarkan sifatnya terbagi menjadi Pengangguran terbuka
adalah angkatan kerja yang tidak bekerja dan tidak mempunyai pekerjaan.
Setengah pengangguran adalah tenaga kerja yang bekerjanya tidak optimum
dilihat dari jam kerja.

Dengan kata lain, jam kerja dalam satu minggu kurang dari 36 jam, dan
Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang bekerja tidak optimum sebab
kelebihan tenaga kerja.

Umpamanya, seorang petani yang menggarap sawah sebenarnya cukup


hanya dikerjakan oleh satu orang. Namun, sebab anaknya tidak punya pekerjaan
dia ikut menggarap tanah itu. Anak petani itu termasuk penganggur terselubung.

2. Pengangguran berdasar penyebabnya


Pengangguran berdasar penyebabnya terbagi menjadi:
a. Pengangguran struktural
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang disebabkan adanya perubahan
dalam struktur perekonomian, misalnya dari agraris menjadi industri. Otomatis
ondisi itu mengakibatkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian di sektor
pertanian tidak terserap di sektor industri, sehingga mereka akan menganggur.
Pemahaman kognitif serta praktis mengenai perselisihan hubungan industrial
sendiri secara detail dijelaskan pada buku Hukum Ketenagakerjaan: Peny
Perselisihan HUb Industrial karya Aries Harianto.

b. Pengangguran friksional
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang disebabkan pergeseran yang
tiba-tiba pada penawaran dan permintaan tenaga kerja, sehingga sulit
mempertemukan pencari kerja dengan lowongan kerja.

c. Pengangguran musiman
Pengangguran musiman adalah pengangguran yang disebabkan oleh perubahan
musim. Contohnya, buruh tani akan bekerja pada waktu panen, tetapi kalau sudah
habis masa panen dia akan menganggur.

d. Pengangguran voluntary
Pengangguran jenis ini terjadi sebab adanya orang yang sebenarnya masih dapat
bekerja, tetapi dengan sukarela dia tidak bekerja (minta berhenti bekerja).
Contohnya, seorang pegawai sebuah perusahaan berhenti bekerja sebab punya
uang yang banyak. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan, dia memperoleh dari
penghasilan uang yang didepositokan atau dengan menyewakan rumah.

e. Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi sebab adanya
mekanisasi atau penggantian tenaga manusia dengan tenaga mesin.

f. Pengangguran deflasioner
Pengangguran deflasioner disebabkan oleh pencari kerja lebih banyak
dibandingkan dengan kesempatan kerja yang tersedia

F. Upaya Perencanaan Tenaga Kerja

Perencanaan tenaga kerja bertujuan untuk melakukan rencana ketenagakerjaan


secara sistematis yang nantinya dapat dijadikan acuan dalam menyusun kebijakan,
strategi, dan program pembangunan ketenagakerjaan lainnya secara
berkesinambungan. Pemerintah Indonesia dalam hal penetapan kebijakan dan
penyusunan program perencanaan tenaga kerja melakukan pengelompokan menjadi
dua kelompok.
Perencanaan kerja makro dan perencanaan pekerja mikro. Hal ini disusun
berdasarkan analisa dan rangkaian data yang relevan dan dihimpun dalam informasi
ketenagakerjaan. Informasi ketenagakerjaan sendiri dihimpun baik itu berasal dari
pemerintah maupun swasta yang memiliki unsur-unsur penting dalam perencanaan
tenaga kerja.

1. Perencanaan Tenaga Kerja Makro


Perencanaan ketenagakerjaan yang sistematis dengan menggunakan
tenaga kerja secara optimal dan produktif guna merangsang pertumbuhan.
Pertumbuhan yang dimaksud adalah pertumbuhan ekonomi dan sosial baik
yang berskala nasional, daerah, dan juga sektoral yang dapat membuka
lapangan pekerjaan seluas-luasnya, sehingga dapat meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan para pekerja.

2. Perencanaan Tenaga Kerja Mikro


Lain halnya dengan perencanaan tenaga kerja makro, perencanaan
tenaga kerja mikro memiliki ruang lingkup yang lebih kecil. Ruang lingkup
yang dimaksud disini adalah hanya sebatas lingkup instansinya saja, baik itu
pemerintah maupun perusahaan swasta. Dalam hal pengertian antara
perencanaan tenaga kerja makro dan mikro memiliki persamaan. Dalam hal
perencanaan pekerja mikro pengertianya adalah perencanaan ketenagakerjaan
yang sistematis dalam suatu instansi, pemerintah maupun swasta. Bertujuan
dengan penggunaan tenaga kerja yang optimal dan produktif untuk mencapai
kinerja yang lebih tinggi dalam instansi terkait.
Dengan adanya perencenaan ini, pemerintah Indonesia berusaha untuk
memberikan hak setiap warga negaranya untuk kehidupan yang sejahtera dan
hak untuk mendapatkan pekerjaan. Berbagai dasar hukum lainnya dibahas
pada buku Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia.

G. Usaha Untuk Mengatasi Masalah Ketenagakerjaan


Berikut ini adalah beberapa bentuk usaha guna mengatasi masalah ketenagakerjaan :

1. Kebijakan pendidikan: Melalui pendidikan dan juga latihan diharapkan bisa


meningkatkan kemampuan tenaga kerja dengan baik dalam hal keterampilan,
pengetahuan dan juga sikap yang baik.
2. Kebijakan lapangan pekerjaan: Pemerintah harus membuka lapangan kerja sebanyak
mungkin. misalnya pemerintah membuka lowongan pekerjaan posisi pegawai negeri.
Selain itu pemerintah juga bisa mendorong pihak swasta untuk membuka lapangan
pekerjaan sebanyak mungkin.
3. Kebijakan pengupahan: Kebijakan yang satu ini juga sangat penting dilakukan agar
pekerja mendapatkan upah tidak terlalu rendah. Upah yang terlalu rendah bisa
berakibat pada tingkat pendidikan, kesehatan dan produktivitas dalam bekerja.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam konteks ketenagakerjaan di Indonesia, terungkap bahwa


sejumlah masalah kritis telah mempengaruhi kualitas pekerjaan,
perlindungan pekerja, dan pertumbuhan inklusif. Ketidaksetaraan upah,
ketidakpastian kontrak kerja, serta rendahnya perlindungan dan hak-hak
pekerja telah menjadi hambatan yang signifikan bagi kemajuan dan
kesejahteraan masyarakat. Transformasi ekonomi dan teknologi juga
telah menciptakan tantangan baru, seperti peningkatan pengangguran
struktural dan kebutuhan akan keterampilan yang relevan. Regulasi dan
kebijakan ketenagakerjaan saat ini masih belum mampu sepenuhnya
mengatasi kompleksitas masalah ini.

B. Saran

1. Peningkatan Perlindungan Pekerja: Diperlukan revisi dan peningkatan regulasi


yang lebih kuat untuk melindungi hak-hak pekerja, termasuk upah yang layak, waktu
kerja yang adil, dan kondisi kerja yang aman.

2. Pemberdayaan Pekerja Informal: Program-program pelatihan dan akses ke


modal usaha dapat membantu pekerja informal untuk beradaptasi dengan perubahan
ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan mereka.

3. Pengembangan Keterampilan: Sistem pendidikan dan pelatihan harus


ditingkatkan agar sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, mempersiapkan
pekerja dengan keterampilan yang sesuai untuk menghadapi tantangan teknologi dan
industri.

4. Pemberdayaan Perempuan: Program-program khusus perlu ditingkatkan untuk


meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan perempuan di pasar tenaga kerja, serta
mengurangi ketidaksetaraan gender dalam hal upah dan kesempatan kerja.
5. Pengembangan Kebijakan Inklusif: Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan
inklusif yang memprioritaskan pekerjaan produktif, melibatkan berbagai pemangku
kepentingan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang merata.

6. Penguatan Pemantauan dan Penegakan Hukum: Peningkatan dalam


pemantauan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran ketenagakerjaan akan
memastikan bahwa hak-hak pekerja dihormati dan dilindungi.

7. Kolaborasi Antar Pihak: Kolaborasi antara pemerintah, perusahaan, serikat


pekerja, dan masyarakat sipil penting untuk merumuskan dan melaksanakan solusi
yang efektif terhadap masalah ketenagakerjaan.

8. Riset Lanjutan: Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak


perubahan ekonomi dan teknologi yang lebih dalam, serta untuk mengevaluasi
efektivitas kebijakan yang diimplementasikan.

Melalui langkah-langkah ini, diharapkan Indonesia dapat mengatasi masalah-masalah


ketenagakerjaan yang ada, menciptakan lingkungan kerja yang lebih adil dan
produktif, serta berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai