i
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT PERTAMINA PLAJU
PALEMBANG
NOMOR : isi
TENTANG
PEMBERLAKUAN PANDUAN EARLY WARNING SYSTEM (AWS)
RUMAH SAKIT MUBAMMADIYAi1 GRESIK
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Direktur Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik
Ditetapkan di : Palembang
Pada tanggal : 16 Maret
2019 Direktur,
Tembusan :
1. Jajaran Struktural Terkait
2. Arsip
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya
yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga buku Panduan Early Warning System
(EWS) Rumah Sakit Pertamina Plaju ini dapat diselesaikan.
Buku Panduan ini merupakan pedoman kerja bagi semua pihak yang terkait dalam
memberikan pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit Pertamina Plaju..
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul.................................................................................................................. i
Kata Pengantar................................................................................................................. iv
Daftar Isi........................................................................................................................... v
BAB I DEFINISI............................................................................................................. 1
BAB IV DOKUMENTASI.............................................................................................. 20
BAB V PENUTUP.......................................................................................................... 21
Daftar Pustaka.................................................................................................................. 22
v
Lampiran : PERATURAN-DIREKTUR RS PERTAMINA PLAJU
Nomor : 11.b/PRN/III.6.AU/H/2019
Tertanggal : 16 Maret 2019
Tentang : Panduan Early Warning System (EWS)
BAB I
DEFINISI
A. DEFINISI
Early Warning System (EWS) adalah sistem peringatan dini yang dapat
diartikan sebagai rangkaian sistem komunikasi informasi yang dimulai dari deteksi
awal, dan pengambilan keputusan selanjutnya. Diteksi dini merupakan gambaran dan
isyarat terjadinya gangguan fungsi tubuh yang buruk atau ketidakstabilitas fisik pasien
sehingga dapat menjadi kode dan atau mempersiapkan kejadian buruk dan
meminimalkan dampaknya, penilaian untuk mengukur peringatan dini ini
menggunakan Early Warning Score.
Early warning system (EWS) adalah panduan yang digunakan oleh petugas
layanan kesehatan untuk menentukan secara cepat derajat penyakit atau kondisi aktual
dari pasien. EWS berdasarkan atas tanda-tanda vital utama yaitu respiratory rate,
saturasi oksigen, temperatur, tekanan darah, denyut nadi, dan respon pasien (Alert,
verbal, pain, unresponsive).
Penerapan EWS ini didasari oleh keinginan untuk bisa mengenali tanda-tanda
penurunan kondisi pasien secara lebih cepat di ruang perawatan yang tidak
mempunyai sistem observasi secara ketat.
Staf yang tidak bekerja di daerah pelayanan kritis / intensif mungkin tidak
mempunyai pengetahuan dan pelatihan yang cukup untuk melakukan asesmen serta
mengetahui pasien yang akan masuk dalam kondisi kritis. Padahal banyak pasien di
luar daerah pelayanan kritis mengalami keadaan kritis selama di rawat inap.
Seringkali pasien memperlihatkan tanda bahaya dini (contoh tanda – tanda vital
yang memburuk dan perubahan kecil status neurologisnya) sebelum mengalami
penurunan kondisi klinis yang meluas sehingga mengalami kejadian yang tidak
diharapkan.
Ada kriteria fisiologis yang dapat membantu staf untuk mengenali sedini-
dininya pasien yang kondisinya memburuk. Sebagian besar pasien yang mengalami
gagal jantung atau gagal paru sebelumnya memperlihatkan tanda-tanda fisiologis di
luar
1
kisaran normal yang merupakan indikasi keadaan pasien memburuk. Hal ini dapat
diketahui dengan early warning system (EWS).
Penerapan early warning system (EWS) membuat staf mampu mengidentifikasi
keadaan pasien memburuk sedini-dininya dan bila perlu mencari bantuan staf yang
kompeten. Dengan demikian, hasil asuhan akan lebih baik. Pelaksanaan early warning
system (EWS) dapat dilakukan menggunakan skor. Semua staf dilatih untuk
menggunakan early warning system (EWS).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien di RS Muhammadiyah Gresik
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan dalam prosedur pengenalan dini kegawatdaruratan pada pasien
rawat inap
b. Mengurangi jumlah panggilan code blue pada pasien yang dirawat di ruang
perawatan umum
c. Peningkatan respon time dalam pertolongan kedaruratan dan tindakan definitif
selanjutnya.
2
BAB III
RUANG LINGKUP
Early Warning System (EWS) atau Early Warning System Score (EWSS) digunakan
pada ruangan rawat inap biasa yang tidak mempunyai sistem observasi secara ketat seperti
yang dilakukan di ruangan intensif. Sistem ini bisa diterapkan pada seluruh ruang rawat
inap di RS Muhammadiyah Gresik yang meliputi semua ruang rawat inap dan ruang
bersalin.
Skoring EWS dikelompokkan menjadi :
1. National Early Warning Score (NEWS) adalah sebuah pendekatan sistematis yang
menggunakan skoring untuk mengidentifikasi perubahan kondisi seseorang sekaligus
menentukan langkah selanjutnya yang harus dikerjakan. Penilaian ini dilakukan pada
orang dewasa (berusia lebih dari 16 tahun), tidak untuk anak-anak dan ibu hamil.
2. Sistem skoring NEWS menggunakan pengkajian yang menggunakan 7 (tujuh)
parameter fisiologis yaitu pernafasan, tekanan darah sistolik, nadi, suhu, saturasi
oksigen, kebutuhan alat bantu O2 dan status kesadaran untuk mendeteksi terjadinya
perburukan/kegawatan kondisi pasien yang tujuannya adalah mencegah hilanya nyawa
seseorang dan mengurangi dampak yang lebih parah dari sebelumnya
3. Pediatric Early Warning System (PEWS) adalah penggunaan skor peringatan dini dan
penerapan perubahan kompleks yang diperlukan untuk pengenalan dini terhadap pasien
anak di rumah sakit
4. Sistem skoring PEWS menggunakan pengkajian yang menggunakan 10 (sepuluh)
parameter fisiologis yaitu warna kulit, upaya respirasi, penggunaan alat bantu O2,
denyut jantung, waktu pengisian capillary refill, tekanan darah sistolik, tingkat
kesadaran dan suhu kesadaran untuk mendeteksi terjadinya perburukan/ kegawatan
kondisi pasien yang tujuannya adalah mencegah hilangnya nyawa seseorang dan
mengurangi dampak yang lebih parah dari sebelumnya
5. Irish Maternal Early Warning System (I-MEWS) adalah penggunanaan skor peringatan
ini yang mengalami perubahan pada pasien ibu hamil dimulai usia 20 minggu sampai
kelahiran anak usia 6 minggu.
6. Sistem skoring I-MEWS menggunakan pengkajian dengan 9 parameter fisiologis, yaitu
respirasi, saturasi oksigen, suhu, nadi, tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik,
tingkat kesadaran, pemeriksaan urin (protein, glukosa atau yg lainnya), dan skor nyeri.
3
BAB IV
TATA LAKSANA
4
Prinsip hemodinamik tubuh harus terjaga keseimbangan dengan baik, yaitu oksigen
yang digunakan (Oxygen comcumtion) harus seimbang dengan oksigen yang
dihantarkan (delivery oxygen). DO2 lebih banyak berperan sebagai penyeimbang untuk
memenuhi kebutuhan oksigen metabolisme jaringan. Apabila terjadi gangguan dari
salah satu unsur delivery oxygen diatas maka akan terjadi perubahan juga pada
indikator lainnya sebagai kompensasi untuk memastikan bahwa delivery oxygen
(penghantaran oksigen) keseluruh tubuh tetap terjaga dengan baik memenuhi
kebutuhan jaringan. Tetapi kemampuan kompensasi ini ada batasnya, apabila telah
melewati batas kemampuan atau gagal organ maka akan berpotensi berhentinya fungsi
jantung. Oleh karena itu para PPA dalam pengelolaan pasien harus memahami betul
kondisi-kondisi yang mungkin mengakibatkan berhentinya fungsi jantung.
Teory of Everything
Teori ini menerangkan tentang sebab-sebab yang menjadikan faktor terjadinya henti
jantung, sehingga bila kita benar-benar memahami teori ini akan menurunkan angka
henti jantung. Sebelumnya telah dijelaskan mengenai keseimbangan antara penggunaan
dan pengiriman oksigen ke jaringan (delivery oxygen dan oxygen consumption)
sangatlah menentukan terjadinya henti jantung. Menurut theory of everything kejadian
henti jantung dipengaruhi oleh faktor sirkulasi, dysritmia, respiratory dan neurologis.
Dysritmia banyak karena ventrikel takikardi yang bisa disebabkan oleh ACS (Acute
coronary syndrome), coronary artery disesase, atrial fibrilasi maupun lainnya, hal ini
bisa berlanjut menjadi ventrikel fibrilasi. Vagal bloc juga akan menyebabkan terjadinya
henti jantung.
Respirasi yaitu kondisi yang banyak disebabkan oleh faktor dari fisiologi pernafasan.
Kondisi ini bisa ditemui dalam beberapa hal, diantaranya (a) sumbatan jalan
5
nafas/obstruksi : obstrucsi sleep apneu (OSA) pada orang kegemukan, lidah jatuh,
tumor mulut, sedasi atau narkotik, setelah dilakukan prosedur, asma berat, riak/cairan
di mulut yang banyak hal ini biasanya ditandai dengan suara ngorok “snoring” pada
sumbatan parsial dan bila sumbatan total malah tidak akan terdengar suara dan pasien
tidak akan bisa berbicara, (b) ARDS / ALI (acute respiratory syndrome / acute lung
injury), (c) kelainan pada paru / penyakit paru : asma, COPD/PPOK, pneumonia,
edema paru,atelektasis, dll, (d) RSI (rapid squence intubation/induction), intubasi
pemasangan ETT yang dilakukan secara cepat, (d) tracheostomi.
Neurologic, pada faktor ini bisa disebabkan (a) Trauma susunan saraf pusat, TBI
(traumatic Brain Injury), post craniotomy, kecelakaan lalu lintas, (b) CVA
(cerebrovascular incident), vascolopathy (c) faktor lainnya karena kenaikan tekanan
intra kranial, tumor otak
7
penurunan tekanan darah sistolik juga merupakan salah satu tanda perburukan suatu
8
penyakit. Hipotensi mungkin menunjukkan suatu keadaan perburukan pada
kekurangan cairan, gangguan pengisian jantung, sepsis, gangguan pompa jantung,
gangguan irama jantung, depresi SSP (Susunan Saraf Pusat), hipoadreanlisme,
penggunaan obat-obatan, syok anafilaktik. Oleh karena itu bila mendapati orang
dengan tensi sitolik < 100 mmHg, perlu mendapatkan perhatian sampai dipastikan
semua parameter fisiologis dalam kondisi normal. Sedangkan orang yang
mempunyai tekanan sistolik > 200 mmHg perlu dinilai faktor psikologis apakah
terdapat faktor kesakitan, takut, stres atau memang mempunyai riwayat penyakit
darah tinggi. Bila memang riwayat darah tinggi juga memerlukan perhatian efek
komplikasi organik pada organ yang berhubungan dengan sistem kardiovaskuler.
Tekanan darah diastolik tidak menjadikan penilaian khusus dalam NEWS tetapi perlu
mendapat perhatian bila terjadi peningkatan yang tiba-tiba.
5) Herat rate atau denyut jantung
Heart rate atau denyut nadi mempunyai arti klinis yang penting, hal ini dikarenakan
sering memberikan gambaran kompensasi yang dilakukan oleh jantung dalam
menjaga hemodinamik. Nadi yang meningkat (takikardi) sering disebabkan karena
faktor nyeri, takut, stres, kekurangan cairan, penurunan tekanan darah, demam,
sepsis, maupun kekurangan cairan. Keadaan lainnya bisa karena aritmia, gangguan
metabolik, hipertiroid, intoksikasi obat simpatomimetik, antikholinergik narkoba.
Kondisi naiknya denyut nadi perlu mendapatkan perhatian dikarenakan akan
membutuhkan oksigen yang besar untuk jantung, bila hal ini tidak terpenuhi bisa
mengakibatkan terhentinya fungsi jantung. Kondisi menurunnya denyut nadi
(Bradikardi) juga merupakan indikator yang penting, hal ini bisa diakibatkan fungsi
kompensasi yang melemah maka akan diikuti penurunan denyut jantung, bila hal ini
tidak mendapatkan perhatian atau intervensi maka bisa akan dikuti dengan
berhentinya fungsi jantung. Bradikardi juga bisa disebabkan karena faktor obat (beta
blocker), neostigmin, maupun obat sedasi yang terlalu dalam, hipotermi, depresi SSP,
hipotiroidisme ataupun blokade jantung.
6) Suhu Tubuh
Temperatur mempunyai peranan yang penting dalam menilai kondisi orang, baik dia
dalam kondisi pireksia / hipertermi maupun hipotermi. Bisa disebabkan oleh faktor
infeksi atau sepsis bisa juga karena faktor kekuragan cairan pada pasien.
7) Tingkat kesadaran AVPU
Perubahan tingkat kesadaran merupakan indikator penting untuk menentukan
keparahan penyakit akut. Dahulu dengan melihat AVPU (Awarness, Verbal respon,
9
Pain respon dan Un respon). Kondisi ini perlu dicatat bagaimana respon yang
diberikan pasien kepada kita, apakah sadar penuh, dia akan respon dengan panggilan
yang keras, dengan rangsang nyeri yang kuat atau justru tidak memberikan respon
sama sekali dalam berbagai rangsangan. Pada penilain menggunakan GCS juga bisa
menjadikan indikator orang yang terjadi delirium atau bingung (skor < 5 untuk verbal
respon) tingkat kesadarannya secara tiba-tiba, kondisi ini memerlukan perhatian yang
lebih, karena dalam penilaian NEWS 2 akan berada dalam skor 3 (merah). Oleh
karena itu tingkat kebingungan / delirium yang baru muncul dimasukan menjadi
indikator penilaian, sekarang menjadi ACVPU (new onset Confusion).
Awarness: Pasien yang benar-benar terjaga. Pasien seperti itu akan mengalami
pembukaan mata secara spontan, akan merespons suara dan akan memiliki fungsi
motorik. Sebelumnya, seorang pasien dapat dianggap sadar penuh bahkan jika
disorientasi atau bingung. Ini tidak lagi dianggap tepat karena perubahan akut dalam
mentas atau baru mengalami kebingungan sekarang mendapat nilai lebih tinggi (3
poin NEWS) pada grafik NEWS 2, karena ini dapat menjadi indikasi serius risiko
kerusakan klinis, terutama pada pasien dengan sepsis.
New Confusion atau Disorientasi / Kebingungan yang baru muncul: Seorang pasien
mungkin waspada tetapi bingung atau disorientasi. Tidak selalu memungkinkan
untuk melakukannya tentukan apakah kebingungan itu 'baru' ketika seorang pasien
mengalami sakit akut. Presentasi seperti itu seharusnya selalu dianggap 'baru' hingga
dikonfirmasi sebagai sebaliknya. Kebuntuan baru atau perburukan yang semakin
memburuk, delirium atau mentor lainnya yang berubah harus selalu menimbulkan
kekhawatiran tentang kemungkinan serius penyebab yang mendasari dan menjamin
evaluasi klinis yang mendesak.
Verbal / Suara: Pasien membuat semacam respon ketika Anda berbicara dengan
mereka, yang bisa di salah satu dari tiga ukuran komponen yaitu mata, suara atau
motorik, misalnya mata pasien terbuka ketika ditanya 'Apakah Anda baik-baik saja?'.
Itu respons bisa sesedikit gerutuan, rintihan, atau sedikit gerakan anggota badan
ketika diminta oleh suara.
Pain / Nyeri: Pasien membuat respons terhadap stimulus rasa sakit. Seorang pasien
yang tidak sadar dan tidak menanggapi respon suara (maka untuk menilai harus
dengan rangsang nyeri) kemungkinan akan menunjukkan hanya penarikan dari nyeri,
atau bahkan fleksi atau perpanjangan ekstremitas dari stimulus nyeri. Orang
melakukan
1
0
penilaian harus selalu berhati-hati dan terlatih dalam memberikan respon nyeri untuk
menilai kesadaran.
Un respon / Tidak responsif: Ini juga sering disebut sebagai kondisi pasien 'tidak
sadar'. Hasil ini dicatat jika pasien tidak memberikan respon mata, suara atau motorik
terhadap suara atau rasa sakit.
D. Langkah-langkah Penggunaan NEWS 2
Penilaian skor NEWS 2 seperti telah dibicarakan di atas didasarkan kepada parameter
fisiologi tuhuh, hal ini dimulai ketika pasien datang atau saat dilakukan monitoring
pasien. Tujuh parameter fisiologis tersebut adalah:
1. Tingkat respirasi / pernafasan
2. Saturasi oksigen
3. Suplementasi Oksigen
4. Tekanan darah sistolik
5. Denyut nadi
6. Tingkat kesadaran atau disorientasi baru
7. Suhu
Pasien dilakukan pemeriksaan saat pertama kali datang atau saat monitoring pasien
sesuai indikator parameter fisiologis, hasil kemudian di masukan dalam tabel
sesuai keadaan yang didapat, pada orang yang menggunakan oksigen disesuaikan
dengan apakah dia termasuk skala 1 atau skala 2.
Untuk penilaian kesadaran yang sebelumnya normal tiba-tiba terjadi perubahan
dalam menanggapi pertanyaan dengan koheren (nyambung), tidak bingung atau
disorientasi. Kondisi ini akan mendapatkan skor 3 sebanding dengan penilaian
GCS yang mendapatkan skor 4 bukan 5 dalam respon verbal.
10
Penilaian dengan skor yang didapatkan dari masing-masing indikator
dikumpulkan menjadi satu kemudian ditotal untuk menuntun ke respon atau
intervensi yang sesuai. Bila dalam penilaian didapatkan skor 3 pada salah satu
indikator parameter fisiologis, maka penderita diperlakukan dalam kategori
merah.
12
SKOR NEWS DAN RESPON KLINIS YANG DIBERIKAN
Frekuensi
Skor Klasifikasi Respon Klinis Tindakan
Monitoring
13
biasanya terjadi transfer ICU
pasien ke area perawatan
dengan alat bantu.
Physiological
Parameter 3 2 1 0 1 2 3
14
Denyut nadi ≤50 50-69 70-110 110- 130-149 ≥150
129
Kesadaran A V V/U
Score EWS
Keterangan :
15
Nilai normal tanda-tanda vital
-20 diatas
-Bradikardi
parameter
normal.
-Normal -Frekwensi lebih -Frekwensi kurang
-Frekwensi lebih
parameter dari 10 diatas dari parameter
dari 20 diatas
parameter normal dengan
parameter
normal. retraksi
normal.
Respirasi -Tidak ada -Menggunakan -Menggunakan -Mengorok
retraksi otot bantu otot bantu
pernafasan pernafasan
-Memakai O2 -Memakai O2 dgn -Memakai O2 dgn
dgn FIO2 > 30% FIO2 > 40% atau FIO2 > 50% atau
atau O2 > 3 lpm O2 > 6 lpm O2 > 8 lpm
16
d. Prosedur :
1. Setiap hari Kepala ruangan/ kepala tim/ kepala jaga di ruang perawatan
pasien membagi tanggung jawab pasien kepada perawat pelaksana yang
berdinas saat itu.
2. Setiap perawat pelaksana melakukan penilaian PEWS pada saat
observasi rutin dengan melakukan pemeriksaan perilaku bayi dan anak,
fungsi kardivovaskular dan fungsi respirasi dengan menggunakan tabel
dibawah untuk menilai skor respon klinik
3. Cara penilaian skor respon klinis adalah dengan menjumlahkan nilai
yang didapat dari masing- masing parameter fisiologis pada tabel PEWS
diatas
4. Setiap hasil penilaian skor respon klinis PEWS pasien yang dilakukan
oleh perawat pelaksana dilaporkan kepada kepala ruangan/ kepala tim/
kepala jaga.
5. Kepala ruangan/ kepala tim/Kepala jaga dibantu oleh perawat pelaksana
melakukan langkah-langkah sesuai hasil penilaian skor respon klinis
yang didapat
e. Respon Klinis hasil skoring PEWS
1) Skor respon klinis 0 - 1 :
Catat pada rekam medis
Lakukan observasi rutin setiap 4 jam
2) Skor respon klinis 2 :
Catat pada rekam medis
Lakukan observasi rutin setiap 3 jam
3) Skor respon klinis 3 :
Catat pada rekam medis
Laporkan kepada dokter jaga ruangan/ PPDS jaga/DPJP
Dokter jaga ruangan/ PPDS Assesmen ulang
Dokter jaga ruangan/ PPDS DPJP
Lakukan observasi rutin setiap 2 jam
4) Skor respon klinis 5 – 6 :
Catat pada rekam medis
Laporkan kepada DPJP PICU/ NICU (pada jam kerja) atau
dokter jaga PICU/ NICU (diluar jam kerja)
17
DPJP PICU/ NICU (pada jam kerja) atau dokter jaga PICU/
NICU (diluar jam kerja) Asessmen ulang
• observasi wajib indikator paling awal dan paling sensitif dari penurunan kondisi pasien
• respirasi teratur, dihitung 30 detik gandakan.
• Jika ada kelainan yang terdeteksi, respirasi dihitung selama satu menit penuh
• Normal 11-19 x/menit
• < 10 kuning
• > 20 merah muda
• Takipneau curiga sepsis sampai terbukti tidak
Oxygen saturations:
18
• Nilai normal 36-37.4° C.
• 35,1-35,9 atau 37,5-37,9 kuning
• < 35 atau > 38 merah muda
• Hiperpireksia atau hipotermia hati-hati sepsis
• Pemberian antibiotika harus dipertimbangkan melihat kondisi klinis dan laboratorium
SBP dan DBP :
19
Pain Score:
19
BAB V
DOKUMENTASI
20
BAB VI
PENUTUP
Penerapan early warning system adalah salah satu standar akreditasi rumah sakit
yang harus dipenuhi oleh rumah sakit. Hal ini menjadi penting untuk meningkatkan
keselamatan pasien dengan cara mengurangi terjadinya delay dalam pelayanan dan
pengenalan secara dini tanda-tanda kegawatan. Dengan penerapan early warning system ini
diharapkan angka mortalitas bisa menurun dan kepuasan pasien bisa meningkat.
Ditetapkan di:Palembang
Pada tanggal : 10 Maret 2019
Direktur
RS Pertamina Plaju
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Hill, K. (2012). National Early Warning Score. Nursing in Critical Care, 17(6), 318-318.
2. Morgan, D. (2010). Core Topics in Critical Care Medicine. Anaesthesia and Intensive
Care, 38(6), 1145-1147.
3. Smith, G. B., Prytherch, D. R., Meredith, P., Schmidt, P. E., & Featherstone, P. I. (2013).
The ability of the National Early Warning Score (NEWS) to discriminate patients at risk
of early cardiac arrest, unanticipated intensive care unit admission, and
death. Resuscitation, 84(4), 465-470.
22
EARLY WARNING SCORE
(EWS)
Ditetapkan
STANDAR Tanggal Terbit Direktur
PROSEDUR 25 Maret 2019
diperlukan
3) Tentukan jika perawatan yang lebih advance
diperlukan
4) Hubungi DPJP dan dokter jaga untuk review
- Bila nilai 5-6 (resiko sedang ): monitor minimal tiap 1
jam
1) Review oleh dokter jaga
2) Laporkan hasil review ke DPJP
3) Tentukan jika perawatan yang lebih advance
dibutuhkan
4) Lakukan implementasi sesuai prioritas
- Bila nilai >7 (resiko tinggi) : monitoring tiap 15 sd 30
menit (kontinyu)
1) Riview oleh dokter jaga
2) Laporkan hasil review ke DPJP
3) Tentukan jika perawatan yang lebih advance
dibutuhkan
4) Lakukan implementasi sesuai prioritas
5) Pertimbangkan untuk perawatn ICU
b. Pada anak (PEWS)
- Bila skor 0-1
1) Catat pada rekam medis
2) Lakukan observasi rutin setiap 4 jam
- Bila skor 2
1) Catat pada rekam medis pasien
2) Lakukan observasi rutin tiap 3 jam
- Bia skor 3
1) Catat pada rekam medis pasien
2) Laporkan pada dokter jaga ruangan / DPJP
3) Dokter jaga ruangan assessment ulang
4) Dokter jag ruangan DPJP
- Bila skor 4
1) Catat pada rekam medis pasien
2) Laorkan dokter jaga ruangan / DPJP
3) Dokter jaga ruangan assessment ulang
4) Dokter jaga ruangan DPJP
5) Laporan ke DPJP
6) KIE keluarga
- Bila skor 5-6
1) Catat pada rekam medis pasien
2) Laporkan ke DPJP
3) DPJP assessment ulang
EARLY WARNING SCORE
(EWS)
4) KIE keluarga
c. Pada maternitas
- Bila satu kuning
Mengulang pemeriksaan fisik dalam waktu 30-60 menit
- Bila 2 kuning atau 1 merah
Lapor dokter obgyn (DPJP) dan lakukan pemeriksaan
fisik ulang setelah 30 menit
- Bila >2 kuning atau ≥1 merah
Lapor dokter obgyn (DPJP) dan lakukan permintaan
review secepatnya. Ulang pemeriksaan fisik setiap 15
menit.
4. Pengkajian ulang dilakukan oleh PJ shift dan dilaporkan
ke dokter jaga / DPJP sesuai dengan petunjuk dan
didokumentasikan ke status RM