Tari Topeng Tradisional di Kalimantan Selatan sudah tumbuh dan berkembang sejak Kerajaan
Negara Dipa yaitu abad XI. Pada saat itu jenis kesenian ini tidak hanya berupa tari lepas tapi juga
berupa teater, yang di Kalimantan Selatan 7 disebut teater Topeng Dalang. Tari topeng itu sendiri
biasanya merupakan pemenuhan kebutuhan hiburan dikalangan istana atau keraton. Pergelaran
upacara dalam bentuk teater Topeng diadakan pada waktu - waktu tertentu, terutama sesudah
"Gawi Mangatam Tanaik", yaitu selesai panen dan padi sudah bersih masuk kindai. Orang yang
punya hajat mengundang kelompok penopengan untuk menggelarkan kesenian teater tari topeng
sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang diperoleh, juga untuk menjaga keselamatan
kampung agar terhindar dari segala bahaya roh jahat untuk keluarga ataupun untuk kampung
mereka.
Beragam karakter Topeng Banjar berdasarkan tingkat fungsi dan perannya yang terdapat di
Kalimantan Selatan.
Tari Topeng Banjar bersumber dari wayang kulit dan wayang orang (Wayang Gung), yang masih
hidup sampai sekarang.Walaupun menggunakan bentuk gerak dan pakem ceritera yang berbeda,
dimana tari topeng dengan pakem ceritera Panji dan wayang gung dengan pekem ceritera
Ramayana (Maman, 2012:14-15). Namun sama-sama memiliki gerak khas 14 dengan esensi nilai
kearifan lokal urang Banjar.
Wadai 41 adalah aneka makanan dan minuman, rata-rata didominasi bahan yang bersumber dari
empat bahan pokok, beras ketan, kelapa, gula aren merah, telur. Letaknya pun tak boleh
sembarangan, mereka harus dipisah-pisah. Setiap sesaji ini memiliki makna yang mendalam.
Pola lantai yang muncul dari Tari Topeng Banjar ada dua, yaitu bentuk tanda plus (+) dan
lingkaran.
Tari Topeng Banjar adalah asimilasi budaya yang ada di Kalimantan Selatan, takni antara budaya
animism dari suku Dayak, budaya Hinduisme dan Budhaisme dari Jawa dan Sriwijaya, serta
budaya Islam dari Melayu.