Apakah trauma okuli kimia dilakukan tindakan pembedahan dan kapan dilakukan
pembedahan?
Tatalaksana bedah dilakukan pada fase akut hingga perbaikan akhir untuk
mempercepat proses penyembuhan dan mengurangi komplikasi. Berbagai pilihan
tindakan pembedahan yang dapat dilakukan pada fase akut hingga reparasi awal
adalah transplantasi membran amnion dan tenoplasty.
Transplantasi membrane amnion : membrane amnion ditransplantasi pada ulkus kornea
—mendorong proses epitelisasi dalam penyembuhan kornea dan mencegah
pembentukan jaringan parut maupun kekeruhan kornea.
Tenoplasty : jika ditemukan scleral melting atau iskemik (umumnya pada klasifikasi DUA
kelas V-VI)—pembedahan menggunakan vital connective tissue within the orbit to
reestablish limbal vascularity dan memudahkan reepitalisasi kornea dengan epitel
konjungtiva
Sedangkan tindakan
pembedahan yang dapat dilakukan pada fase reparasi akhir adalah adalah
keratoplasty : mengganti kornea mata yang rusak atau keruh dengan kornea baru
transplantasi epitel limbal: pengambilan sel induk limbal dari mata yg sehatuntuk
implantasi ke mata yang sakit untuk mengatasi defisiensi sel induk limbal untuk
mengembalikan epitel kornea normal.
Transplantasi membran amnion atau
penambalan dengan mukosa dari rongga mulut dilakukan satu sampai dua minggu
setelah trauma kimia terjadi untuk membantu menekan peradangan, meningkatkan
reepitelisasi, dan mencegah pembentukan simblefaron.
Transplantasi sel punca
limbal atau autologous conjunctival menggunakan jaringan dari mata pasien yang
tidak terluka dapat memfasilitasi penyembuhan defek epitel kornea pada trauma
kimia unilateral.
Transplantasi sel punca limbus dapat dilakukan saat kondisi tidak
meradang dan tidak ada tanda-tanda reepitelisasi kornea.
Persiapan dan langkah untuk melakukan teknik irigasi pada mata yakni :
a) Usahakan diri kita tidak panik. Jika panik, dapat menarik napas terlebih dahulu untuk
menenangkan diri sendiri.
b) Hindari menggosok mata dengan apapun untuk menghindari zat kimia lebih masuk ke
dalam mata, baik mata yang terkena ataupun mata yang tidak terkena zat kimia.
c) Selanjutnya carilah sumber air bersih terderkat, diusahakan dari air mengalir, semisal
dari keran air untuk membilas mata.
d) Sebelum membilas mata, ingatlah untuk miringkan kepala sesuai dengan arah mata
yang yang terkena pajanan zat asam atau basa, dengan cara ini diharapkan zat tidak
berpindah ke mata satunya. Sebagai contoh : bila mata kanan yang terkena, maka
miringkan kepala ke kanan.
e) Selanjutnya lakukan pembilasan atau aliri mata dengan air ke arah luar dari mata
dengan larutan normal saline atau dengan air mengalir selama 15 sampai 30 menit.
Semakin lama durasi pembilasan mata dengan air maka akan semakin baik supaya
menghindari trauma pada mata yang lebih parah.
f) Jika dirasa sudah, lakukan evaluasi, dengan merasakan apakah pada mata sudah lebih
baik atau dirasa tambah parah atau sakit.
g) Jika kondisi mata dirasa tambah sakit atau parah, jangan menunda untuk membawa
diri ke IGD rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan dan pemeriksaan lanjutan
oleh tenaga kesehatan di sana.
Pasien dengan cedera mata kimia juga dapat diberikan lubrikan atau artificial
tears yang tidak mengandung pengawet, dengan tujuan untuk membantu
reepitelisasi, sehingga diharap dapat meningkatkan penyembuhan jaringan pada
permukaan mata, seperti kornea dan dapat membantu mengembalikan
penglihatan.
3. Apakah ada penanganan khusus pada trauma kimia bahan tertentu? Misalkan bahan
kimia asam jenis HF karena HF ini efek merusaknya bisa lebih parah disbanding zat
asam lainnya
4. Bagaimana prognosis dari trauma kimia asam dan basa ? lebih parah yg mana?
Penyebab dari trauma kimia pada permukaan okuler
disebabkan bahan kimia yang bersifat asam maupun basa. Zat basa pada trauma
kimia memiliki efek lipofilik yang akan menyebabkan saponifikasi asam lemak dari
membran sel sel, menembus stroma kornea dan menghancurkan ikatan kolagen.
Jaringan yang rusak kemudian mengeluarkan enzim proteolitik, yang menyebabkan
kerusakan lebih lanjut. Zat asam pada trauma kimia menyebabkan kerusakan yang
superfisial dan secara umum kerusakan jaringan yang terjadi tidak seberat akibat
zat basa dikarenakan munculnya reaksi kerusakan dengan mendenaturasi dan
mengendapkan protein dalam jaringan. Protein yang terkoagulasi bertindak sebagai
penghalang untuk mencegah penetrasi lebih lanjut, namun zat asam yang
berkonsentrasi tinggi akan memberikan efek penetrasi yang dalam seperti efek
yang ditimbulkan zat basa dan dapat membahayakan tajam penglihatan.