Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Instrumentasi

Oleh:
Nama : Mohammad Faisol Fambudi
NIM : 211710201101
Kelas : TEP B
Acara : IV (Rangkaian Alat Ukur Cahaya Secara
Analog)
Asisten : Indra Gunawan

LABORATORIUM ENERGI, OTOMATISASI DAN INSTRUMENTASI


PERTANIAN
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
1 BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penerapan ilmu-ilmu perilaku serta alam dan juga pengetahuan lain dengan
cara sistem integrasi serta mensistem untuk memecahkan masalah manusia
merupakan definisi dari teknologi. Dalam perkembangannya teknologi
memudahkan aktivitas kegiatan sehari-hari manusia. Seperti memudahkan
komunikasi, menunjang pekerjaan yang membutuhkan sistem terintegrasi, dan
dalam perkembangannya teknologi mencakup ke berbagai sektor. Karena pada
perkembangan industri 5.0 semua bidang dalam tenaga kerjanya menggunakan
sistem kontrol otomatis dalam mengoperasikannya. Sehingga operator dapat
dengan mudah mengontrol, karena sistem sudah terintegrasi (Ngafifi, 2014).
Instrumentasi merupakan dasar dalam pengendalian proses. Maksut dari
definisi tersebut adalah instrumentasi sebuah ilmu dalam pengukuran dan proses
kendali. Instrumentasi Instrumentasi telah mengalami beberapa revolusi yang
mengarah ke kompleksitas pemrosesan mikroprosesor modern yang dikendalikan.
Teknologi saat ini, telah memungkinkan untuk mengukur parameter yang dianggap
tidak mungkin beberapa tahun yang lalu. Peningkatan akurasi, presisi, dan kendali
yang jauh lebih baik telah tercapai. Dengan demikian teknologi instrumentasi
mengalami perkembangan yamg sangat cepat dari tahun ke tahun-nya.
Dalam sebuah alat instrumentasi diperlukan sebuah pengukuran untuk
mengetahui nilai yang sesuai dengan rancangan sistem. Pengukuran yang benar
adalah jika suatu instumen diukur dengan alat ukur maka dapat mengendalikan
instrument tersebut. Pada praktikum pengukuran rangkaian alat ukur cahaya secara
digital yaitu berfungsi untuk mengetahui keluaran sensor LDR yang memiliki
besaran tertentu menjadi suatu besaran yang mudah diaplikasikan pada alat ukur.
Dengan demikian sensor LDR harus memberikan respon penurunan tahanan
apabila intensitas cahaya yang mengenainya dikurangi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah setelah melaksanakan praktikum, yakni sebagai
berikut.
1. Bagaimana hasil pengukuran rangkaian alat ukur cahaya secara analog?
2. Bagaimana hubungan tegangan output secara pengukuran dan teori yang
didapatkan pada differensial amplifier skenario I dan II?
1.3 Tujuan
Tujuan dari dilakukannya praktikum dan penulisan laporan ini adalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui hasil pengukuran rangkaian alat ukur cahaya secara analog.
2. Untuk mengetahui hubungan tegangan output secara pengukuran dan teori
yang didapatkan pada differensial amplifier skenario I dan II.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari dilaksanakannya praktikum dan penulisan
laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Dapat memahami hasil pengukuran rangkaian alat ukur cahaya secara analog.
2. Dapat memahami hubungan tegangan output secara pengukuran dan teori yang
didapatkan pada differensial amplifier skenario I dan II.
2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fotoresistor
Menurut Suryana (2021) Fotoresistor merupakan sebuah komponen
elektronika ketika terjadi perubahan cahaya nilai resistansinya akan menurun
karena ada perbedaan dan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya.
Fotoresistor disebut juga dengan LDR (Light Dependent Resistor). LDR merupakan
jenis resistor yang nilainya berubah seiring dengan intensitas cahaya yang diterima
pada komponennya. Cara kerja dari LDR adalah pada saat cahaya terang, akan
melepaskan elektron dari atom bahan semikonduktor. Dengan demikian akan
banyak elektron untuk memuat muatan listrik. LDR memiliki tahanan dalam
kegelapan sebesar jutaan Ohm dan turun hingga ratusan Ohm dalam keadaan
terang.
2.2 Rangkaian Jembatan Wheatstone
Rangkaian jembatan wheatstone merupakan sebuah alat ukur yang
digunakan untuk menghubungkan sensor ke rangkaian. Pada dasarnya jembatan
wheatstone merupakan suatu rangkaian yang berbentuk dari empat buah tahanan
dan berbentuk segi empat meliputi A, B, C dan D. Rangkaian jembatan wheatstone
dihubungkan dengan sumber tegangan atau power supply untuk mengetahui nilai
resistansinya. Rangkaian jembatan wheatstone bersifat pararel karena dihubungkan
dengan terminal supply dan ground, sehingga menghasilkan perbedaan tegangan
(Aritonang et al., 2014).
2.3 Rangkaian Penguat Differensial Amplifier
Rangkaian penguat differensial amplifier merupakan sebuah komponen
elektronika yang berfungsi untuk menguatkan sinyal selisih tegangan dari dua
sinyal yang masuk. Perlu diketahui bahwa semua operational amplifier merupakan
sebuah rangkaian penguat differensial hal ini karena memiliki konfigurasi input
yang sama. Sehingga differensial amplifier berperan dalam memperkuat sinyal
dalam perbedaan antara dua tegangan. Adapun persamaan dari penguat differensial
yaitu Vout = R3/R1 (V2-V1), jika nilai resistor memiliki nilai tahanan yang sama
maka R1 = R2 = R3 = R4 (Wahyuningsih, 2018).
2.4 Rangkaian Alat Ukur Cahaya Secara Analog
Menurut Siltri (2015) Rangkaian alat ukur cahaya secara analog merupakan
sebuah penerapan instrumentasi dalam pengukuran intensitas cahaya yang masuk
pada sistem secara analog. Rangkaian ini terbentuk dari sebuah sistem LDR yang
saling berhubungan pada sebuah jembatan wheatstone. Prinsip kerja dari
pengukuran cahaya secara analog yaitu dengan meletakkan sensor cahaya LDR
pada sumber cahaya yang akan diukur intensitasnya. Cahaya yang mengenai sensor
LDR diteruskan sebagai energi dan menjadi arus listrik. Semakin banyak cahaya
yang diserap oleh sel, semakin banyak pula arus yang dihasilkan.
3 BAB 3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum instrumentasi acara IV Di laksanakan pada tanggal 4
Oktober 2022, pukul 07.30 sampai dengan 09.40 WIB. Kegiatan praktikum ini
dilakukan di Laboratorium Energi, Otomatisasi dan Instrumentasi Pertanian,
Gedung G, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas
Jember. Dalam acara IV ini yaitu membuat rangkaian alat ukur cahaya secara
analog.
3.2 Alat dan Komponen
Berdasarkan kegiatan praktikum, Adapun alat dan bahan yang digunakan
yakni sebagai berikut.
3.2.1 Alat
Berikut ialah alat yang digunakan pada saat praktikum.
1. Power supply DC
2. Avometer digital
3. Avometer analog
4. Wise board
5. Tang potong
3.2.2 Komponen
Berikut ialah komponen yang digunakan pada saat praktikum.
1. Resistor fixed (100KΩ;22KΩ)
2. IC 741, Potensio (B500KΩ)
3. Sensor cahaya (LDR)
4. Jepit buaya atau jumper.
3.3 Prosedur Kerja
Berikut merupakan diagram alir praktikum rangkaian alat ukur cahaya
secara analog.
Mulai

Mempersiapkan alat dan


bahan

Merangkai alat ukur cahaya sesuai


dengan modul

Menentukan titik intensitas cahaya


maksimal

Mengukur tegangan input pada lima


kondisi

Mengukur tegangan output pada lima


kondisi

Melengkapi tabel dengan hasil


tegangan input dan output

Melakukan percobaan pada dua


skenario

Amati dan catat


hasil pengukuran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alir praktikum rangkaian alat ukur cahaya secara analog
Berdasarkan diagram alir diatas, berikut uraian prosedur kerja dari
praktikum rangkaian alat ukur cahaya secara analog :
1. Menyiapkan alat dan komponen yang akan digunakan untuk praktikum
2. Merangkai alat ukur cahaya sesuai dengan gambar pada modul,
menggunakan tegangan power supply 5 volt
3. Menentukan titik intensitas cahaya maksimal atau intensitas cahaya yang
paling terang, dengan mengukur potensio hingga VBD 0 volt
4. Mengukur dan mencatat hasil tegangan input pada lima kondisi (intensitas
cahaya semakin kecil)
5. Mengukur dan mencatat hasil tegangan output pada lima kondisi
6. Melakukan dengan percobaan pada dua scenario
7. Mencatat atau melengkapi tabel dengan tegangan input dan output hasil dari
pengukuran secara teoritis
8. Selesai
3.4 Rangkaian
Berikut merupakan skema rangkaian alat ukur cahaya secara analog.
a. Skema rangkaian jembatan wheatstone
A

R1 R2

D VBD B

R3 R4

GambarRANGKAIAN
3.2 Skema rangkaian
JEMBATAN jembatan wheatstone
WHEATSTONE

b. Skema rangkaian penguat differential amplifier


R4

R1 +12
2 _ 7
V1 6
3 + Vout
V2 4
R2 -12
R3

DIFFERENTIAL
Gambar 3.3 Skema AMPLIFIER
rangkaian penguat differential amplifier
c. Skema rangkaian alat ukur cahaya secara analog
A R4

Sensor Ra Rb
R1 +12
B _
D 2 7 6
3 +
4
Potensio Rd Rc -12
R2
R3
C

Vout
Vin

RANGKAIAN
Gambar ALAT
3.4 Skema UKUR CAHAYA
rangkaian alat ukurSECARA ANALOG
cahaya secara analog
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengukuran Rangkaian Alat Ukur Cahaya secara Analog


Berikut merupakan Tabel 4.1 Hasil pengukuran rangkaian alat ukur cahaya
secara analog.
Tabel 4.1 Hasil pengukuran rangkaian alat ukur cahaya secara analog
Jembatan Wheatstone Penguat Operasi
Sensor (KΩ) (KΩ) Vin1 Vin2 Vout (Volt)
Ra Rb Rc Rd R1 R2 R3 R4 Volt Volt Ukur Teori
0 2,07 5 2,08 2,93
5 0,31 5 4,84 4,69
-
Scen I 10 TI 0,28 5 5,13 5,28
22 22 1 1 1 1
LDR CM -
15 0,97 5 4,48 5,97
-
20 1,13 5 4,93 6,13
0 0,27 5 3,27 4,73
5 0,01 5 4,72 4,99
-
Scen II 10 TI 0,09 5 5,03 5,09
22 22 100 100 100 100
LDR CM -
15 0,13 5 4,93 5,13
-
20 0,14 5 5,05 5,14

Berdasarkan Tabel 4.1 Dapat dilihat pada pengukuran alat ukur cahaya secara
analog dilakukan dengan sensor dan dua kali pengukuran pada skenario I dan
skenario II, dengan nilai kondisi atau jarak 0, 5, 10, 15, dan 20 cm pada kedua
skenario I dan II. Menggunakan resistor 1KΩ pada skenario I dan resistor 100kΩ
pada skenario II. Serta menggunakan tegangan 5 volt pada kedua skenario. Pada
pengukuran ketinggian 0 cm pada skenario I mendapatkan nilai Vout 2,08v dan
pada ketinggian 20 cm mendapatkan nilai 4,93v. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin meningkat nilai ketinggian maka nilai Vout yang
terukur semakin besar. Hal ini berlaku pada skenario II, dan berlaku pada
pengukuran tegangan output secara teoritis. Dapat disimpulkan, bahwa semakin
sensor mendekati sumber cahaya maka intensitas cahaya akan semakin besar
(Pamungkas, 2015). Sehingga jarak sumber cahaya berbanding terbalik dengan
besarnya intensitas cahaya.

4.1.1 Skenario I
Berikut merupakan grafik hasil pengukuran rangkaian alat ukur cahaya
secara analog pada skenario I.

y = -x + 5
R² = 1
6.13 7.00
5.97 y = -0.8307x + 4.292
6.00
5.28
5.13 R² = 0.727
4.93
4.48 4.69
5.00 4.84
V output (volt)

4.00 Ukur
2.93
3.00 2.08 Teori
2.00

1.00

0.00
-2 -1 0 1 2 3
V input (Volt)

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran rangkaian alat ukur cahaya secara analog skenario I

Berdasarkan pada Gambar 4.1 Menunjukkan hasil pengukuran alat ukur


cahaya secara analog pada skenario I. Diperoleh nilai tegangan output pengukuran
sebesar 2,08, 4,84, 5,13, 4,48 dan 4,93. Pada tegangan output teori diperoleh nilai
sebesar 2,93, 4,69, 5,28, 5,97 dan 6,13. Dengan ketinggian 0, 5, 10, 15, dan 20 cm.
Pada skenario I diperoleh persamaan y = -0,8307x + 4,292 dengan nilai korelasi
sebesar 0,727. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan pengukuran
tegangan output secara pengukuran langsung dengan teori adalah memiliki
hubungan yang lurus karena nilai korelasi menunjukkan pada kuadran korelasi kuat
yaitu 0,727. Pengukuran tegangan output secara teori merupakan suatu kegiatan
membandingkan nilai hasil pengukuran antara pengukuran secara langsung dengan
teori. Adapun faktor lain yang mempengaruhi hasil pengukuran adalah frekuensi
dalam pengukuran arus bolak-balik (Faradiba, 2020).
4.1.2 Skenario II
Berikut merupakan grafik hasil pengukuran rangkaian alat ukur cahaya
secara analog pada skenario II.

6.00 y = -x + 5
5.14
5.13 5.09
5.05
4.93 5.03 4.99 R² = 1
4.72 4.73
5.00 y = -4.32x + 4.5309
R² = 0.9523
V output (volt)

4.00 3.27

3.00
Ukur Teori
2.00

1.00

0.00
-0.2 -0.1 0 0.1 0.2 0.3
V input (Volt)

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran rangkaian alat ukur cahaya secara analog skenario II

Berdasarkan pada Gambar 4.2 Menunjukkan hasil pengukuran alat ukur


cahaya secara analog pada skenario II. Diperoleh nilai tegangan output pengukuran
sebesar 3,27, 4,72, 5,03, 4,93 dan 5,05. Pada tegangan output teori diperoleh nilai
sebesar 4,73, 4,99, 5,09, 5,13 dan 5,14. Dengan ketinggian 0, 5, 10, 15, dan 20 cm.
Pada skenario II diperoleh persamaan y = -4,32x + 4,5302 dengan nilai korelasi
sebesar 0,9523. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan pengukuran
tegangan output secara pengukuran langsung dengan teori adalah memiliki
hubungan yang lurus karena nilai korelasi menunjukkan pada kuadran korelasi
sangat kuat yaitu 0,9523. Hal ini sesuai dengan prinsip LDR yaitu memiliki tahanan
dalam kegelapan sebesar jutaan Ohm dan turun hingga ratusan Ohm dalam keadaan
terang. Pernyataan tersebut sesuai dengan bertambahnya ketinggian pengukuran,
semakin tinggi ketinggian pengukuran maka nilai tegangan output mengalami
penurunan (Suryana, 2021).
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan yakni sebagai
berikut.
1. Berdasarkan hasil dan pembahasan tersebut diperoleh hasil pengukuran
rangkaian alat ukur cahaya secara analog adalah perlakuan yang dilakukan
pada sensor LDR intensitas cahaya semakin menurun seiring dengan
menambahnya ketinggian, karena resistansi menurun. Serta hasil pengukuran
menunjukkan perbedaan nilai antara pengukuran tegangan output dan teori.
2. Hubungan tegangan output pada pengukuran secara langsung dan teori adalah
berbanding lurus dengan korelasi pada skenario I menunjukkan pada kuadran
korelasi kuat yaitu 0,727. Sedangkan pada skenario II menunjukkan pada
kuadran korelasi sangat kuat yaitu 0,9523.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada penulisan laporan dan praktikum acara IV
yaitu sebaiknya asisten dosen dalam pelaksanaan praktikum hadir pada waktu yang
telah ditentukan, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan cepat dan
efisien. Serta untuk praktikkan sebaiknya memahami terkait acara 4 pada modul,
sehingga pada waktu praktikum sudah memahami secara teknis.
DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, A. P., R. Syech, dan W. Tambunan. 2014. Penentuan konduktivitas


listrik dan kajian kualitas air sungai siak menggunakan metode jembatan
wheatstone. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Riau. 1(2): 1-9.
Faradiba. 2020. Metode Pengukuran Fisika. Jakarta: Universitas Kristen Indonesia.
Ngafifi, M. 2014. Kemajuan teknologi dan pola hidup manusia dalam perspektif
sosial budaya. Jurnal Pembangunan Pendidikan. 2(1): 33-47.
Pamungkas, M., Hafiddudin., Rohmah, Y. S. 2015. Perancangan dan Realisasi Alat
Pengukur Intensitas Cahaya. Jurnal ELKOMIKA. Teknik Elektro Itenas,
No. 2, Vol. 3
Siltri, D. M., Yohandri dan Z. Kamus. 2015. Pembuatan alat ukur salinitas dan
kekeruhan air menggunakan sensor elektroda dan ldr. Jurnal Sainstek. 7(2):
126-129.
Suryana, T. 2021. Menghidupkan Lampu Dengan Menggunakan Sensor LDR pada
NODEMCU ESP8266. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.
Wahyuningsih, E., H. Afandi, dan D. Nur’ainingsih. 2018. Desain Op-Amp Rail To
Rail Menggunakan Teknologi Cmos 0.35µm. Prosiding Seminar Nasional
Edusaintek. 1(1): 1 November 2018. Universitas Gunadharma. 126-131.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi Praktikum

Gambar 1. Skema rangkain pengukuran Gambar 2. Pengukuran cahaya secara


cahaya secara analog analog

Gambar 3. Pengukuran cahaya pada Gambar 4. Pengukuran cahaya pada


skenario I skenario II

Anda mungkin juga menyukai