Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi
Suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang terjadi secara
mendadak / tidak terencana atau secara perlahan tetapi berlanjut, yang
menimbulkan dampak terhadap pola kehidupan normal atau kerusakan
ekosistem, sehingga diperlukan tindakan darurat & luar biasa untuk
menolong & menyelamatkan korban yaitu manusia beserta
lingkungannya.
Kewaspadaan bencana adalah suatu upaya untuk mencegah bencana
yang mungkin dapat dicegah sehingga nol bencana dan bila terjadi bencana
dapat mencegah atau menekan kematian/cacat dan juga diharapkan dapat
melaksanakan penanggulangan bencana secara optimal.
Keadaan Darurat (emergency): adalah keadaan yang merupakan hasil
dari beberapa kejadian yang tidak diperkirakan sebelumnya & memerlukan
penanganan segera.
Keadaan darurat adalah setiap kejadian yang tidak direncanakan
yang membahayakan penghuni dan pengunjung rumah sakit, isi rumah
sakit dan struktur fisik bangunan rumah sakit.
Jenis – jenis kedaruratan :
1. Darurat minor : setiap kejadian baik yang berpotensi terjadi maupun
actual terjadi yang tidak berdampak serius terhadap keseluruhan operasi
fungsional gedung antara lain :
a. Orang terperangkap dalam lift /kegagalan lift
b. Kegagalan utilitas gedung
c. Kegagalan system telekomunikasi
d. Kebocoran air
2. Darurat mayor : setiap kejadian baik yang berpotensi terjadi maupun
aktual terjadi yang berdampak terhadap berhentinya keseluruhan operasi
fungsional gedung, antara lain :
a. Ancaman bom
b. Ditemukan objek dan diduga bersifat eksplosif
c. Demonstrasi, kerusuhan atau huru hara di depan/sekitar gedung
d. Tindakan kejahatan

B. Identifikasi Bencana
No Jenis Bencana RISIKO Konsekuensi
INTERNAL
1 Ledakan tabung Bisa terjadi Terjadinya kebakaran dan korban
gas tapi belum luka bakar sehingga perlu
pernah ada disiapkan ruangan perawatan
luka bakar dengan jumlah yang
memadai
2 Keracunan gas Bisa Sesak nafas sehingga dibutuhkan
terjadi, penanganan tambahan O2 dan
tapi belum kemungkinan perawatan intensif
pernah ada
3 Keracunan Pernah Terjadinya gangguan pada
makanan Terjadi pencernaan dan kekurangan
2018 cairan sehingga dibutuhkan
terapi cairan
4 Kebakaran Pernah Dibutuhkan ruangan perawatan
terjadi luka bakar, persiapan tindakan
Th operasi untuk kemungkinan
2017,2016 kasus cedera
5 Gempa bumi Pernah Disiapkan area yang lebih luas
terjadi th untuk penanganan korban dalam
2022 jumlah banyak. Persiapan kamar
operasi untuk antisipasi korban
cedera
6 Ledakan Bom Belum Luka bakar.
pernah
terjadi
EKSTERNAL
1 Gempa bumi Pernah Disiapkan area yang lebih luas
terjadi th untuk penanganan korban dalam
2022 jumlah banyak. Persiapan kamar
operasi untuk antisipasi korban
cedera
3 Kecelakaan lalu Sering Ruangan perawatan emergency
lintas/musibah dan kamar operasi disiapkan
masal
4 Keracunan Sering Terjadinya gangguan pada
makanan pencernaan dan kekurangan
cairan sehingga dibutuhkan
terapi cairan
5 Wabah penyakit Sering Disiapkan ruangan perawat
khusus sesuai jenis wabah, juga
disiapkan ruangan isolasi untuk
penyakit menular
6 Longsor Pernah Area perawatan dan kamar
terjadi operasi disiapkan
tahun
2016 dan
2022
7 Banjir Jarang Area perawatan dan kamar
terjadi operasi disiapkan

C. Identifikasi Risiko Bencana

No Faktor Bencana
1 Bencana / Risiko Kebakaran
- Ruang Ginset,Trafo,AHU
- Incinerator
- Gudang penyimpanan tabung gas
- Gudang penyimpanan reagent laboratorium
Gudang penyimpanan reagent farmasi
- Gudang penyimpanan ATK & alat kebersihan
- Gudang penyimpanan alat-alat Linen
- Radio Diagnostik
- Bengkel
- Ruang Komputer
- Ruang Data Medik dan Arsip
2 Bencana / Risiko Paparan B3
- Gudang Farmasi
- Laboratorium Klinik
- Laboratorium Patologi Anatomi
- Tempat Penyimpanan Sementara B3
- Ruangan yang memakai thermometer Air raksa
- Ruangan yang memakai tensimeter air raksa
- IPAL
3 Bencana /Risiko Utiliti
- Sumber air
- Sumber listrik
- Gas Medis
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Kewaspadaan bencana :
1. Mencegah bencana yang mungkin dapat dicegah
2. Mengurangi meluasnya dampak dari suatu bencana
3. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
bencana atau kejadian – kejadian lain yang berbahaya
4. Memberi pertolongan pada kecelakaan
5. Menggunakan alat – alat perlindungan diri
6. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar atau radiasi, suara dan getaran
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit, keracunan, infeksi
atau penularan
8. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
9. Pengaturan suhu dan kelembapan udara yang baik
10. Pengaturan sirkulasi udara
11. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban
12. M Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara dan proses kerja
13. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan dan penyimpanan
barang
14. Mengamankan dan memelihara sarana dan prasarana bangunan
15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
berbahaya agar resiko kecelakaan tidak menjadi bertambah besar
17. Setiap terjadi bencana harus dilaporkan

B. Program Kerja Kewaspadaan Bencana


1. Pencegahan dan Pengendalian Bencana
a. Inventarisasi fasilitas keamanan dan evakuasi
b. Perbaikan fasilitas keamanan dan evakuasi
c. Pemeliharaan fasilitas keamanan dan evakuasi
d. Pelatihan disaster plan (tanggap darurat)
e. Pembuatan dan evaluasi prosedur
f. Sosialisasi
g. Laporan dan evaluasi
2. Keselamatan Pasien
a. Inventarisasi fasilitas keselamatan pasien
b. Perbaikan fasilitas keselamatan pasien
c. Pemeliharaan fasilitas keselamatan pasien
d. Laporan dan evaluasi
3. Pengembangan SDM
Program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di rumah sakit
merupakan hal pokok yang tidak bisa dikesampingkan, karena
sebagian besar pendukung kegiatan bidang K3RS bertitik tolak dari
bagaimana sumber daya manusia yang ada melaksanakan setiap
komitmen yang ada.
Perlu dilakukan identifikasi dan alokasi sumber daya manusia untuk
memenuhi setiap tujuan dan sasaran kegiatan K3RS
Direksi memegang peranan penting dalam membangun kepedulian dan
memotivasi karyawan dengan menjelaskan nilai-nilai organisasi dan
mengkomunikasikan komitmennya pada kebijakan yang telah dibuat.
Selanjutnya transformasi system manajemen K3RS dari prosedur
tertulis menjadi proses yang efektif merupakan komitmen bersama.
Identifikasi pengetahuan, kompetensi dan keahlian yang diperlukan
dalam mencapai tujuan dilakukan mulai dari proses ; Reruitmen,
Seleksi, Placement, Orientasi, Assessment, Pelatihan dan
pengembangan kompetensi/keahlian lainnya, Rotasi dan mutasi serta
Reward & punishment.
Program pelatihan yang dikembangkan (baik terhadap karyawan
rumah sakit maupun karyawan subcont) setidaknya mempunyai
unsur-unsur :
1. Identifikasi kebutuhan pelatihan karyawan yang dituangkan dalam
Matriks Pelatihan.
2. Pengembangan rencana pelatihan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu
3. Verifikasi kesesuaian program pelatihan dengan persyaratan
organisasi atau perundang-undangan
4. Pelatihan untuk sekelompok karyawan yag menjadi sasaran
5. Pendokumentasian pelatihan yang telah diterima
6. Evaluasi pelatihan yang telah diterima
Rotasi dan mutasi karyawan dilakukan atas dasar kompetensi
atau kebutuhan antar unit kerja. Rotasi dan mutasi dapat dilakukan
secara berkala, terutama bagi karyawan – karyawan yang dalam
pekerjaannya mengalami paparan dalam selang waktu tertentu, seperti
terpapar bahan kimia secara terus menerus, terpapar kebisingan
dengan intensitas tinggi dan lain sebagainya.

Standar Kompetensi K3RS -Bidang Kewaspadaan Bencana


Bagian standar Pelak Koordi K3RS Manaje Ka. Sub.cont
kompetensi sana nator r unit Ins/Div
Memahami V V V V V V
kebijakan K3
secara
menyeluruh
Mampu - V V V V -
mengidentifikasi
dampak penting
(faktor resiko)
Mengerti dan V V V V V V
mampu
melakukan
prosedur
tanggap darurat
Mampu - V V V V -
melakukan
internal audit
BAB III

TATA LAKSANA

Setiap kejadian yang telah terjadi dan secara serius dapat melibatkan
atau mengikutkan sebagian atau seluruh operasional dari gedung, dan
dalam beberapa kasus dapat menimbulkan korban jiwa dan kerusakan
properti yang parah dan permanen, antara lain : Ledakan, Kebakaran,
Gempa, Banjir, dll
Keadaan darurat yang mungkin terjadi di RSUD Lubuk Sikaping
antara lain : Kebakaran, Ledakan, Gempa bumi, Ancaman Bom, Banjir,
Huru-hara, Kebocoran radiasi dll.
Beberapa lokasi/satuan kerja yang berpotensi menimbulkan
bahaya/bencana adalah : Ruang boiler, Ruang Genset, Trafo, AHU,
Incenerator, Gudang penyimpanan tabung gas, dapur, gudang penyimpanan
reagent (laboratorium dan farmasi), gudang penyimpanan ATK & alat
kebersihan, gudang penyimpanan alat-alat linen, Radiodiagnostik , bengkel,
ruang komputer dan ruang data medik dan arsip
Dalam tatalaksana penangulangan bencana, Rumah sakit harus
memiliki Tim Siaga Bencana, melatih anggota Tim yang ada dengan
melibatkan semua anggota yang ada di rumah sakit. Menyiapkan semua
sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam menghadapi bencana. Serta
rencana uji coba terhadap kesiapan tim siaga bencana rumah sakit.

A. Prosedur Penanggulangan Bencana


1. Prosedur saat terjadi gempa bumi
a. Jika berada dalam gedung
- Lindungi kepala dan badan anda dari reruntuhan bangunan
(dengan bersembunyi di bawah meja dll)
- Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan goncangan
- Berlari keluar apabila masih dapat dilakukan
b. Jika berada diluar gedung
- Hindari bangunan yang ada disekitar anda
- Perhatikan tempat anda berpijak, hindari apabila terjadi
rekahan tanah

2. Prosedur sesudah terjadi gempa bumi


a. Keluar dari gedung dengan tertib
b. Jangan menggunakan lift, gunakan tangga biasa
c. Periksa apakah ada yang terluka, lakukan P3K
d. Berteriak minta tolong apabila terjadi luka parah pada anda atau
orang lain disekitar anda
e. Periksa apakah terjadi kebakaran, kebocoran gas, kebocoran pipa
air
f. Matikan aliran listrik, jangan menyalakan api dahulu
g. Jangan masuk ke bangunan yang sudah terjadi gempa, karena
kemungkinan masih terdapat reruntuhan
3. Prosedur apabila terjadi kebakaran
a. Bila mendengar alarm kebakaran yang pertama atau ada
pengumuman, tetap tenang untuk bersiap-siap evakuasi
- Berhenti melakukan semua kegiatan
- Simpan dokumen – dokumen berharga, uang tunai, barang-
barang berharga dalam brankas
- Matikan dan cabut semua peralatan elektronik dari sumber
listrik
- Matikan puntung rokok yang membara
- Tutup dan kunci semua jendela
- Tutup semua pintu tapi jangan dikunci
b. Bila mendengar alarm kebakaran terus menerus atau ada
pengumuman
- Setiap orang berkumpul dilantai dan tunggu instruksi
komandan lantai
- Petugas evakuasi harus memeriksa :
 Tidak seorangpun memakai sepatu hak tinggi
 Tidak seorangpun membawa tas yang besar
 Wanita, orang tua, dan anak-anak berada dalam satu
kelompok
- Bila komandan lantai telah memerintahkan evakuasi, petugas
evakuasi memimpin evakuasi bagi semua orang yang berada
dilantainya
4. Prosedur saat evakuasi
a. Tetap tenang dan jangan panik
b. Jangan sekalipun menggunakan lift
c. Berjalan cepat tetapi jangan lari
d. Keluarlah segera melalui tangga yang terdekat
e. Jangan membawa barang yang lebih besar dari tas kantor atau tas
tangan
f. Turuti instruksi petugas
g. Jangan memakai sepatu hak tinggi
h. Prioritaskan pasien, orang cacat, wanita hamil, anak-anak dan
orang tua
i. Keluarlah menuju assembly point di pelataran parkir
j. Jangan berhenti di tangga atau kembali keruangan anda untuk
mengambil barang yang tertinggal
k. Berjalan dan berkumpul di assembly poin (tempat berkumpul) dan
tunggu instruksi selanjutnya dari petugas
l. Jangan kembali masuk gedung sampai ada pemberitahuan lebih
lanjut dari Koordinator Keadaan Darurat

Prinsip – prinsip evakuasi :


Pertama : Evakuasi orang yang berada dilantai yang terbakar, satu
lantai diatas dan satu lantai dibawah
Kedua : Evakuasikan orang yang berada dilantai atas lainnya
Ketiga : Evakuasikan orang yang berada dilantai bawah lainnya
5. Prosedur keadaan darurat ancaman bom
Penerima ancaman bom melalui telephone
1. Tetap tenang dan jangan panic
2. Ambil formulir bomb threat checklist isi sebisa mungkin
3. Catat waktu dan tanggal yang tepat pada saat ancaman telephone
tersebut diterima
4. Usahakan pemberi ancaman berbicara selama mungkin melalui
telephone. Isi formulir checklist tersebut dan gunakan formulir
tersebut untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin dan
pemberi ancaman, seperti :
- Kapan bom tersebut akan meledak ?
- Dimana bom tersebut diletakkan ?
- Bagaimana bentuk bom tersebut ?
- Bom jenis apa yang diletakkan ?
- Kenapa bom tersebut diletakkan di dalam gudang ini dsb.
5. Menarik perhatian dan rekan/atasan terdekat untuk memonitor
panggilan tersebut dan memberikan inisiatif untuk berusaha
merekam pembicaraan telephone tersebut melalui mesin perekam
pembicaraan yang ada.
6. Ambil catatan sebanyak mungkin untuk mengingat pesan, kata
demi kata, dan minta penelepon mengulang pesan tersebut
apabila dianggap perlu.
7. Dengar secara seksama suara latar belakang (background noise),
gaya pengucapan, aksen dsb yang mungkin dapat memberikan
petunjuk terhadap umur, jenis kelamin dan lokasi penelepon.
8. Usahakan menyita waktu penelepon sebanyak mungkin, yakinkan
dia bahwa banyak orang didalam rumah sakit dan memerlukan
waktu yang cukup lama untuk mengevakuasi semuanya.
Beritahukan kepada penelepon bahwa bantuannya sangat
diperlukan untuk menghindari jatuhnya korban jiwa.
9. Setelah pembicaraan selesai, tinggalkan telepon anda dalam
keadaan off hook (ganggang telepon terletak dimeja) dan isi
formulir ceklist selengkap mungkin.
10.Jangan memberitahuan rekan – rekan kerja lainnya untuk
menghindari kebingungan dan kepanikan.
11.Segera informasikan ancaman tersebut kepada atasan langsung
/coordinator keadaan darurat/tim emergency/satuan
pengamanan.
12. Tetap berada di posisi untuk menunggu kedatangan koordinator
keadaan darurat /tim emergency
13. Koordinator keadaan darurat
a. Segera menuju lokasi penerima ancaman tersebut dan
dapatkan informasi seperti yang tercantum dalam formulir
Bomb Threat Checklist
b. Klarifikasikan dengan penerima ancaman mengenai informasi
yang tertulis di dalam formulir tersebut dan dapatkan
informasi lainnya yang mungkin belum dicantumkan kedalam
formulir oleh sipenerima ancaman
c. Informasikan kepada tim pencari apabila ada area/tempat
yang disebutkan oleh pengancam
14. Penemuan obyek yang dicurigai :
a. Jangan mengabaikan obyek tersebut atau berpura-pura obyek
itu tidak berada disana
b. Jangan menyentuh, menggoyangkan, memiringkan atau
melakukan tindakan apapun pada obyek tersebut.
c. Informasikan penemuan tersebut kepada atasan
langsung/koordinator keadaan darurat/tim emergency/satuan
pengamanan
d. Sedapat mungkin arahkan orang-orang yang berada di dekat
area tersebut untuk menghindar
6. Prosedur menghadapi insiden
Insiden adalah kejadian tidak terduga yang mengakibatkan kecelakaan
kerja atau nyaris celaka.
Prosedur umum apabila terjadi insiden :
a. Segera berikan pertolongan pertama
b. Lakukan sesuai dengan prosedur
c. Bawa ke poliklinik untuk perawatan selanjutnya
7. Prosedur pada keracunan pestisida
a. Tanggalkan pakaian yang terkena pestisida ini dan cucilah kulit
yang terkena dengan air dan sabun
b. Apabila pestisida mengenai mata, cucilah segera mata yang terkena
dengan air bersih yang mengalir selama 15 menit
c.Apabila pestisida tertelan dan penderita masih sadar, segera
usahakan pemuntahan dengan memberikan minum segelas air
hangat yang diberi 1 sendok garam dapur atau dengan cara
menggelitik tenggorokan dengan jari tangan yang bersih. Usahakan
terus pemuntahan sampai cairan muntah menjadi jernih. Jangan
diberi sesuatu apabila mulut pada penderita yang tidak sadar
d. Apabila pestisida terhisap bawalah penderita keruangan yang
berudara segar dan bila perlu berikan pernafasan bantuan melalui
mulut atau dengan pemberian oksigen.
*Catatan : untuk pestisida golongan basa kuat, jangan dirangsang
untuk muntah
8. Prosedur pertolongan pertama dan kecelakaan kerja
a. Luka sayat : hentikan pendarahan dengan tekanan langsung pada
luka dan bila pendarahan berlanjut bawa ke klinik
b. Luka bakar ringan : Rendam bagian yang terluka dalam air dingin
dan bersih sampai rasa nyeri berkurang kemudian tutup dengan
balut kering dan steril selanjutnya bawa ke klinik. Selain itu beri
banyak minum dan jaga jangan sampai kedinginan
c. Luka bakar karena asam kuat : Buang sebanyak mungkin zat yang
masih melekat, taburkan bubuk Na-bikarbonat keatas luka bakar
d. Mata tepercik asam kuat : cuci mata segera dengan air
menggunakan alat semprot, lalu kompres dengan Na-bikarbonat 5%
e. Luka bakar karena basa kuat ; buang sebanyak mungkin zat yang
masih melekat, taburkan asam borat
f. Mata tepercik basa kuat ; buang sebanyak mungkin zat yang
masih melekat, taburkan asam borat
g. Tertelan asam kuat : minum susu
h. Tertelan basa kuat : minum asam asetat encer, jangan dirangsang
untuk muntah
9. Prosedur penangulangan kecelakaan kerja radiasi
a. Dekontaminasi permukaan kulit
a) Laporkan segera pada petugas proteksi radiasi
b) Tanggalkan semua perlengkapan kerja yang terkena
kontaminasi
c) Cek dengan menggunakan hand and foot monitor untuk
mengetahui bagian tubuh yang terkontaminasi
d) Bawa secepatnya personil yang terkontaminasi ke ruang
dekontaminasi personil dengan hati-hati agar tidak terjadi
kontaminasi pada jalan yang dilaluinya
e) Lakukan pengukuran ulang untuk mengetahui tingkat
kontaminasinya dan catat hasil pengukuran
f) Siapkan air bersih suam-suam kuku, deterjen/sabun lunak
atau radiawash dan kertas tissue
g) Siram dengan hati-hati permukaan kulit yang terkena
kontaminasi dengan air bersih, usahakan jangan sampai terjadi
cipratan air
h) Cuci dengan sabun lunak, teepol atau radiawash selama 2-3
menit
i) Bilas dengan air bersih
j) Keringkan dengan kertas tissue
k) Lakukan pengukuran ulang, bila hasilnya dibawah batas
kontaminasi rendah, maka permukaan kulit tersebut sudah
aman
l) Bila hasil pengukuran lebih besar dari batas kotaminasi yang
diijinkan, lakukan kembali tindakan dekontaminasi seperti
diatas sampai tercapai kondisi aman
b. Dekontaminasi celah-celah jari dan kuku
a. Laporkan segera pada petugas proteksi radiasi
b. Tanggalkan semua perlengkapan kerja yang terkena
kontaminasi
c. Cek dengan menggunakan hand and foot monitor untuk
mengetahui bagian tubuh yang terontaminasi
d. Bawa secepatnya personil yang terkontaminasi keruang
dekontaminasi personil dengan hati-hati agar tidak terjadi
kontaminasi pada jalan yag dilaluinya
e. Lakukan pengukuran ulang untuk mengetahui tingkat
kontaminasi dan catat hasil pengukuran
f. Siapkan air bersih suam-suam kuku, deterjen/sabun lunak
atau radiawash, kertas tissue, pisau silet/gunting kuku, serta
sikat plastic yang lembut
m) Bila kuku personil panjang, potong dulu agar mudah dalam
pencucian.
n) Siram dengan hati-hati celah-celah jari dan kuku dengan air
bersih, usahakan jangan sampai terjadi cipratan air.
o) Cuci dengan sabun lunak, teepol atau radiawash selama 2-3
menit.
p) Untuk membersihkan celah-celah kuku gunakan sikat plastik
yang lembut.
q) Bilas dengan air bersih.
r) Keringkan dengan kertas tissue dan dibawah lampu pengering.
s) 13.Lakukan pengukuran ulang, bila hasilnya dibawah batas
kontaminasi rendah maka permukaan kulit tersebut sudah
aman
t) 14.Bila hasil pengukuran lebih besar dari batas kontaminasi
yang diijinkan,lakukan kembali tindakan dekontaminasi seperti
diatas sampai tercapai kondisi aman
10. Prosedur tindak lanjut insiden
a. Setelah terjadi kecelakaan atau kejadian nyaris celaka, saksi
membuat laporan insiden dengan mengisi form laporan insiden
b. Formulir yang telah diisi dikirimkan ke Tim K3RS
c. Tim K3RS melakukan investigasi dan analisa terhadap kasus yang
terjadi
d. Hasil analisa dirumuskan dalam bentuk tindakan perbaikan dan
pencegahan
e. Kirimkan ke unit kerja terkait untuk dilaksanakan
f. Tim K3RS melakukan monitoring dan verifikasi untuk memastikan
tindakan perbaikan dan pencegahan telah selesai dilakukan
B. Kompetensi tim penanggulangan bencana
a. Memahami tata letak ruang bangunan secara keseluruhan
terutama mengenai jalan-jalan keluar, sarana evakuasi dsb.
b. Memahami tentang alat-alat proteksi kebakaran yang terdapat
dalam bangunan, system pemadam dan pendeteksian kebakaran,
cara kerja dan cara menggunakan
c. Memahami cara pencegahan dan penanggulangan kebakaran dan
b) menjaga keamanan secara baik di daerah yang menjadi tanggung
jawabnya
c) Memahami prosedur yang harus diikuti pada waktu terjadi keadaan
darurat dan bila terjadi haruslah diperoleh kepastian bahwa
prosedur tersebut akan dilaksanakan sebagaimana mestinya
C. Uraian tugas pelaksana penanggulangan bencana
1. Dalam kondisi keadaan darurat
a. Penanggung jawab/Deputy chief warden, berfungsi selaku emergency
director.
 Memantau atau mengawasi pelaksanaan pengendalian keadaan
darurat (emergency)
 Mengambil alih tugas coordinator keadaan darurat/chief warden
bila tidak dapat melakukan tugasnya
 Memberikan pengarahan dalam pelaksanaan kendali keadaan
darurat
b. Koordinator keadaan darurat/chief warden
 Memimpin operasi pemadaman tingkat awal dan penyelamatan
jiwa
 Memastikan prosedur penanganan keadaan darurat ini dipatuhi
dan dilaksanakan oleh setiap personil termasuk penghuni
gedung
 Memberikan instruksi dalam setiap tindakan emergency
 Melakukan komunikasi efektif dengan instansi terkait (Dinas
kebakaran, polisi, PLN, Tim SAR, PMI, PDAM, PNGAS, bertolak)
 Melaporkan status keadaan darurat kepada unsur pimpinan
 Mengumumkan dan menyembunyikan alarm gedung bila
keadaan sudah sangat darurat
c. Komandan lantai
 Memelihara daftar yang terakhir tentang personil dibawah
tanggung jawabnya dan berusaha mendidik mereka mengenai
peralatan yang ada, melakukan upaya pencegahan kebakaran
dan menerapkan prosedur evakuasi
 Bersama chief warden menentukan daerah berkumpul di tempat
parkir bagi penghuni lantai apabila terjadi keadaan darurat dan
meneliti anggotanya sebelum mereka kembali bertugas
 Menyediakan kotak P3K dan mampu memberikan pertolongan
pertama pada kecelakaan
 Melaporkan terjadinya keadaan darurat di wilayah tanggung
jawabnya kepada Chief warden
 Menerima perintah dan melaporkan jalannya kegiatan
pengendalian kepada chief warden
 Memimpin dan mengkoordinir dan memastikan kegiatan
evakuasi berjalan dengan baik dan lancer
 Memimpin dan mengkoordinir operasi pemadaman tingkat awal
apabila kebakaran terjadi diwilayah tanggung jawabnya
d. Petugas evakuasi
 Melakukan kegiatan evakuasi di lantai yang menjadi tanggung
jawabnya
 Memastikan agar evakuasi dapat berlangsung dengan tenang
dan tertib
 Memimpin serta mengarahkan orang-orang menuju assembly
area (daerah berkumpul) melalui pintu dan tangga darurat
dengan tenang dan tertib
 Memberi peringatan-peringatan terhadap orang yang membawa
barang berat/besar,orang yang akan menggunakan lift,orang
yang memakai sepatu berhak, agar tidak menimbulkan bencana
lebih buruk.
 Memberikan laporan kepada komandan lantai
 Dalam kondisi biasa (normal): memastikan bahwa pintu keluar
tetap tertutup dan tidak terkunci selama jam kerja dan
memastikan koridor, lobby dan tangga bebas dari barang-
barang yang menghalangi sirkulasi
e. Petugas pemadam
 Memadamkan kebakaran tingkat awal dengan menggunakan
APAR atau hydrant
 Melokalisasi area yang terbakar dengan menyemprotkan hidran
pada barang yang mudah terbakar sampai Dinas Kebakaran
datang
 Membantu dilantai lain yang terbakar bila memerlukan tenaga
dan bekerjasama dengan kelompok lain yang memerlukan
bantuan
 Memastikan APAR dan selang kebakaran, serta sarana proteksi
kebakaran lainnya ada dalam kondisi baik dan siaga
f. Petugas pencari dan penyelamat
 Memeriksa secara cermat di semua ruangan untuk memastikan
apakah penghuni sudah dievakuasi semua dan tidak ada yang
tertinggal
 Menghimpun dan menyelamatkan benda-benda atau dokumen
atau berkas berharga lainnya
 Membantu dan menyelamatkan orang-orang yang tidak dapat
berjalan sendiri
 Menyelamatkan orang-orang yang terjebak dalam daerah
berbahaya dan tidak dapat mencari jalan keluar
 Menghitung jumlah orang yang berevakuasi dari lantai yang
menjadi tanggung jawabnya
 Mengadakan apel checking jumlah penghuni guna meyakinkan
bahwa tidak ada yang tertinggal di gedung/lantai
 Menghitung dan mengevaluasi jumlah korban (sakit/luka,
pingsan, meninggal)
g. Regu pemadam inti (fire fighter)
 Membantu petugas pemadam lantai untuk memadamkan api
 Mencegah api agar tidak menyebar
 Membantu kelompok lain yang memerlukan bantuan
h. Regu Bantuan
Kelompok teknisi
 Oprator lift memastikan semua lift tidak beroperasi dan lift berada
di lantai satu
 Bila memungkinkan fire lift dioperasikan untu keperluan petugas
keamanan dan petugas Dinas Kebakaran untuk pemadaman
kebakaran dan menolong orang
 Operator AC memastikan system AC tidak beroperasi atau pada
posisi off
 Operator listrik siaga menghidupkan atau mematian listrik pada
lantai tertentu atau seluruh gedung sesuai instruksi chief warden
dan siaga mengoperasikan genset secara manual bila sistem
otomatis tidak bekerja pada saat pasokan listrik PLN terputus
 Operator kontrol panel memonitor terus menerus kontrol panel
untuk mengetahui terjadinya kebakaran secara dini
 Melakuan pengecekan situasi apabila monitor menyala dan alarm
berbunyi dengan menghubungi komandan lantai
 Melaporkan ke chief warden apabila tidak memperoleh informasi
dari komandan lantai
 Memberitahukan komandan lantai apabila terjadi alarm palsu
 Membunyikan general alarm atau alarm per-lantai atas perintah
koordinator keadaan darurat atau penanggung jawab keadaan
darurat
 Operator pompa siaga mengoperasikan pompa air secara manual
apabila system otomatis tidak bekerja sehingga dapat
menyediakan air untuk kebutuhan pemadaman kebakaran
 Operator pengendalian asap siaga mengoperasikan kipas udara
tekanan positif secara manual pada ruang tangga darurat bila
system otomatis tidak bekerja ada saat general alarm berbunyi.
Kelompok humas dan komunikasi
 Menyampaikan berita dari koordinator keadaan darurat kepada
komandan lantai pada saat ada ganguan pada sarana komunikasi
selama operasi penanggulngan tingkat awal
 Menerima dan mencatat laporan keadaan darurat
 Melaksanakan hubungan komunikasi lewat handy talky dari dank
e chief warden
 Menyampaikan pengumuman atau perintah chief warden ke
setiap lantai atau seluruh gedung melalui system paging
 Memberikan informasi yang diperlukan kepada keluarga atau
media massa
Kelompok medis dan P3K
 Memberikan pertolongan kepada korban (sakit,cedera,meninggal)
setelah dievakuasikan oleh petugas evakuasi
 Memanggil ambulans dan mengatur penggunaannya
 Mengatur pengiriman orang sakit atau cedera kerumah sakit
terdekat dengan menggunakan ambulans
Kelompok pengamanan
 Menangani urusan keamanan dalam bangunan maupun
lingkungannya saat penanggulangan keadaan darurat
berlangsung
 Mengamankan daerah bencana dari kemungkinan tindakan
seseorang yang tidak terpuji/kejahatan
 Menangkap orang yang jelas-jelas melakukan tindakan kejahatan
dan membawanya ke pos komando
 Membantu tim pencari dan penyelamat
 Mengatur perparkiran saat penanggulangan keadaan darurat
termasuk pengaturan jalur dan rambu-rambu
 Mengatur arus mobil masuk dan keluar
Kelompok pembersih
 Membersihkan area dari genangan air akibat pecahnya kepala
sprinkler, tumpahan cairan, bekas-bekas pemadaman dll
 Membantu dalam upaya pencarian lokasi bom, dalam hal adanya
ancaman bom
 Memastian tidak ada barang-barang yang menghalangi kegiatan
penanggulangan
2. Dalam kondisi keadaan normal
Dikoordinasikan oleh chief warden (coordinator keadaan darurat)
 Membuat program dan jadwal pemeriksaan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana penanggulangan bencana/keadaan
darurat
 Melakukan kegiatan pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap
sarana dan prasarana penanggulangan bencana/keadaan
darurat
 Ikut serta memantau pelaksanaan system kerja atau prosedur
erja yang aman
 Berperan aktif dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman
 Secara rutin melakukan sosialisasi mengenai prosedur
penanggulangan keadaan darurat
 Mengupdate dan merevisi manual penanggulangan keadaan
darurat sedikitnya 5 tahun sekali
 Menyusun buku saku/petunjuk praktis mengenai
penanggulangan keadaan darurat
D. Fasilitas dan Peralatan
Komunikasi
Komunikasi sangat diperlukan untuk sosialisasi dan penerapan
prinsip K3RS dan kesehatan lingkungan. Komunikasi juga berguna
untuk menjaga hubungan baik dengan instansi di luar rumah sakit,agar
apabila terjadi keadaan darurat /bencana kita mendapatkan bantuan
dengan cepat. Ada 2 jenis komunikasi yaitu komunikasi internal dan
komunikasi eksternal.
a. Komunikasi internal
Ditujukan untuk menyampaikan informasi K3 dan Kesehatan
Lingkungan kepada seluruh karyawan RSUD Lubuk Sikaping.
Komunikasi juga sangat dibutuhkan dalam penanggulangan keadaan
darurat dan bencana.
Media komunikasi internal antara lain :
1) Briefing mingguan di tiap-tiap unit kerja
2) Rapat koordinasi
3) Sarasehan
4) Buletin, papan pengumuman
b. Komunikasi eksternal
Pada komuniasi eksternal, ada 2 jenis informasi,yaitu: informasi
keluar rumah sakit, dan informasi dari luar yang masuk kerumah
sakit. Informasi keluar dapat berupa pelaporan kepada lembaga
pemerintah, maupun komunikasi yang dilakukan saat terjadi keadaan
darurat. Informasi dari luar yang masuk kerumah sakit dapat berupa
complain dari masyarakat, pemeriksaan dari dinas terkait, dll. Untuk
menunjang komunikasi berjalan dengan baik diperlukan sistem
komunikasi yang menjamin hubungan antara unit kerja baik internal
maupun eksternal meliputi sarana komunikasi seperti telephone dan
paging, prosedur penggunaan alat komunikasi dan ada jadwal
pengujian secara berkala dilengkapi dengan catatan hasil pengujian.
BAB IV

DOKUMENTASI

1. SK Siaga Bencana

2. Sosialisasi Penanggulangan bencana

3. Pelaksanaan Simulasi Bencana

4. MOU dengan Pihak Independen tentang kepatuhan menghadapi


bencana

DIREKTUR

dr. Yong Marzuhaili


NIP. 19740928 200604 1 009

Anda mungkin juga menyukai