Anda di halaman 1dari 3

CUT MEUTIA\

Profil Singkat Cut Meutia


Nama : Tjoet Nyak Meutia
Lahir : 1870, Kesultanan Aceh
Meninggal : 24 Oktober 1910, Aceh
Kebangsaan : Indonesia
Anak : Teuku Raja Sabi
Orang Tua :
Teuku Ben Daud Pirak (ayah)
Cut Jah (ibu)
Agama : Islam

Ada delapan pahlawan Indonesia yang tercetak dalam tujuh uang baru 2022 yang baru
saja diluncurkan Bank Indonesia. Cut Meutia atau Tjut Meutia menjadi satu-satunya sosok
pahlawan wanita yang wajahnya diabadikan lewat uang baru 2022 untuk pecahan Rp 1.000.
Pemerintah melalui Bank Indonesia meluncurkan 7 uang baru 2022 pada 18 Agustus 2018.
Tujuh uang baru ini terdiri dari pecahan Rp 100 ribu, Rp 50 ribu, Rp 20 ribu, Rp 10 ribu, Rp
5 ribu, Rp 2 ribu, dan seribu rupiah.
Di antara delapan pahlawan ini, Cut Meutia menjadi satu-satunya pahlawan wanita.
Cut Meutia tergambar di uang pecahan Rp 1.000 yang berukuran 121 mm x 65 mm.
Uang kertas tersebut bernuansa hijau. Sementara sisi belakang uang Rp 1.000 bergambar Tari
Tifa, pemandangan alam Banda Neira, dan bunga anggrek larat.

Kehidupan pribadi Cut Nyak Meutia

Cut Nyak Meutia atau Cut Meutia lahir di Pirak, Aceh Utara, Kesultanan Aceh, 15
Februari 1870. Ia adalah anak perempuan satu-satunya dari pasangan Teuku Ben Daud Pirak
dan Cut Jah yang merupakan keturunan Minangkabau.
Sang ayah, yakni Teuku Ben Daud Pirak ialah seorang ulama dan pemimpin
pemerintahan di daerah Pirak.Menjadi putri seorang ulama sekaligus pemimpin pemerintahan
membuat Cut Meutia banyak dididik tentang ilmu agama serta menggunakan pedang. Tak
heran jika jiwa petarung sudah tumbuh semenjak muda, hingga ia menjadi sosok pemberani
yang tak gentar berperang melawan Belanda.
Semasa hidup, Cut Meutia menikah tiga kali. Bersama suami keduanya, yaitu Teuku
Chik Muhammad, ia mulai turun ke medan perang. Pada tahun 1901, Teuku Chik
Muhammad menyerang Belanda secara mendadak hingga berhasil menghancurkan
pertahanan kompeni. Atas keberhasilan tersebut, ia diangkat menjadi Bupati Keureutoe oleh
Sultan Aceh.
Namun, tahun 1905 Chik Muhammad ditangkap Belanda, dimasukkan ke dalam
penjara, dan ditembak mati.

Kisah perjuangan Cut Meutia


Usai suami keduanya meninggal dunia, Cut Meutia menikah lagi dengan Pang
Nanggroe dan kembali terjun ke medan perang bersama-sama. Semasa hidupnya, Cut Meutia
dikenal ahli dalam mengatur strategi pertempuran dengan taktik serang dan mundur.
Taktiknya kerap membuat pertahanan militer Belanda porak-poranda, sampai ia sempat
dibujuk untuk menyerahkan diri.
Akan tetapi, perempuan pejuang ini menolak dan melanjutkan perlawanan pada
Belanda. Ia dan Pang Nangrooe bahkan saling bekerja sama sebagai pasukan yang berada di
bawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Suatu ketika, pasukan Teuku Muda Gantoe bertempur
dengan Korps Marechausee di Paya Ciem.
Cut Meutia bersama para perempuan lain melarikan diri ke hutan, sementara Pang
Nangroe melanjutkan perang hingga tewas pada 26 September 1910. Mendengar suaminya
gugur, Cut Meutia bangkit. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sembari bergerak
menuju Gayo melewat hutan belantara.

Akhir hayat
Tak berselang lama, Cut Meutia bersama pasukannya ditemukan oleh Belanda di
tempat persembunyian di Paya Ciem. Belanda memintanya menyerah, tetapi ia menolak
sembari tetap melawan dengan rencong (senjata khas Aceh) di tanggannya. Lantaran
melawan, Belanda menembakkan tiga peluru yang mengenai kepala dan dada Cut Meutia.
Cut Meutia pun gugur pada 24 Oktober 1910. Jasadnya dikebumikan di Alue Kering,
Aceh. Tahun 1964, ia diberi gelar pahlawan nasional Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
Presiden Nomor 107/1964.

Dikenang Lewat uang rupiah, Masjid dan Nama Jalan


Banyak hal yang dibuat untuk mengenang jasa Cut Meutia sebagai pahlawan
Indonesia. Di desa kelahirannya, terdapat Rumah Cut Meutia. Tepatnya di Desa Masjid Pirak,
Kecamatan Matang Kuli, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.
Di halaman rumah yang asri ini terdapat satu Monumen Cut Meutia sedang
menggenggam pedang. Monumen ini memang sengaja dibuat untuk menggambarkan sosok
Cut Meutia yang lihai menggunakan pedang. Tak hanya itu, Cut Meutia juga diabadikan
lewat nama sebuah Masjid di Jakarta Pusat serta nama jalan di berbagai tempat.
Nama dan wajah pahlawan wanita nasional asal Aceh ini juga turut diabadikan oleh
Bank Indonesia di dalam uang kertas pecahan Rp1.000 sejak tahun 2016 lalu.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-cut-nyak-meutia-pahlawan-
nasional-wanita-indonesia-dari-aceh/

https://www.parapuan.co/read/532984383/kisah-cut-meutia-pahlawan-perempuan-yang-ahli-
strategi-perang?page=all

Anda mungkin juga menyukai