Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/350060701

Sistem Tanam Paksa : Praktik dan Dampaknya

Article · March 2021

CITATIONS READS

0 2,398

1 author:

Naufal Shidqi Laras


Universitas Negeri Yogyakarta
2 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Naufal Shidqi Laras on 15 March 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ESSAI

Sistem Tanam Paksa : Praktik dan Dampaknya

Muhamad Naufal Shidqi Laras (18407144013)


Mahasiswa S1 Ilmu Sejarah B - Universitas Negeri Yogyakarta
muhamadnaufal.2018@student.uny.ac.id

Memahami Sistem Tanam Paksa dengan wilayah bekas operasi VOC yang
Penjajahan bangsa asing di meliputi hampir seluruh Nusantara.
Indonesia telah mencapai babak baru Golongan konservatif yang
selepas Era VOC yang lebih dulu hadir di menguasai pemerintahan kolonial pada
Nusantara hingga akhir abad ke-18. masa awal abad XIX memandang politik
Dilanjutkan pada konflik yang terjadi di eksploitasi dengan penyerahan paksa
Eropa dalam perang Napoleon peninggalan VOC sangat cocok untuk
mengakibatkan Nusantara secara tidak mengelola Hindia Belanda sebagai daerah
langsung jatuh ke tangan Perancis yang wingewest atau daerah yang
kemudian dipimpin oleh orang paling menguntungkan negara induk. Sistem
berpengaruh dalam sejarah kolonial penyerahan paksa itu dapat diterapkan
Indonesia, Daendels. Sempat dikuasai dalam usaha eksploitasi produksi pertanian
Inggris dengan kepemipinan paling dikenal tanah jajahan yang langsung ditangani oleh
oleh Thomas Stanford Raffles selama 5 pemerintah kolonial. Ekploitasi produksi
tahun lebih, Seterusnya dikembalikan pada pertanian yang dilakukan oleh pemerintah
Belanda lagi.1 Meskipun bubarnya VOC kolonial ini diwujudkan dalam bentuk
sendiri bukan berarti eksploitasi di perkebunan negara. Sejak itulah Hindia
Nusantara berakhir, Belanda kemudian Belanda memasuki masa sistem tanam
membentuk sebuah pemerintah kolonial wajib atau tanam paksa (Cultuurstelsel).2
sejak 1800 yang bernama Hindia Belanda

1
P.T. Simbolon. Menjadi Indsonesia Perekonomian Petani Jawa 1830-1870”
(Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006) SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial Vol. 11
2
Hendra Kurniawan, “Dampak Sistem No.2, 2014. Hlm. 164.
Tanam Paksa terhadap Dinamika
ESSAI MATA KULIAH SEJARAH SOSIAL EKONOMI UNY - 15 MARET 2021
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Muhammad Yuanda Zara, Ph.D

Sistem Tanam Paksa sendiri ditanggulangi sendiri sehingga mencari


merupakan penggabungan antara sistem solusi di daerah jajahannya yaitu Indonesia.
penyerahan wajib dengan sistem pajak Gagasan pemecahan yang dicetuskan oleh
tanah. Maka dapat dilihat, inti dalam sistem Van den Bosch adalah pengenalan sisten
tanam paksa terjadi pada kewajiban rakyat tanam paksa yang kemudian terkenal
untuk membayar pajak dalam bentuk dengan nama Cultuurstelsel (Kartodirjo dan
barang, yaitu berupa hasil tanaman Suryo, 1991: 53).
pertanian dan bukan dalam bentuk uang
Perlu diketahui, salah satu sebab
seperti yang berlaku dalam sistem pajak.
utama dilaksanakannya kebijakan sistem
Produksi tanaman ekspor yang berhasil
tanam paksa adalah timbulnya kesulitan
dikumpulkan itu, diharapkan akan dapat
ekonomi yang terjadi di negeri Belanda
dikirimkan ke negeri induk yang kemudian
ketika Perang Napoleon serta isolasi
dipasarkan di pasaran dunia secara luas baik
ekonomi. Pada tahun 1830, keadaan baik di
di Eropa maupun Amerika. Pemasaran
Indonesia maupun luar negeri Belanda,
produksi tanaman ekspor di dunia itu akan
sangat memburuk. Hutang yang semakin
mendatangkan keuntungan besar baik
besar untuk menutupi biaya perang Belgia
kepada pemerintah maupun para pengusaha
dan perang Diponegoro. Maka untuk
di Negeri Belanda.3
menghindari kebangkrutan, koloni Jawa
diharapkan memberi hasil cukup untuk
Latar Belakang Sistem Tanam Paksa
mengisi kekosongan kas itu. Van den Bosh
Sistem Tanam Paksa pertama kali kemudian memusatkan politik kolonial
dicetuskan oleh Van den Bosch, Gubernur pada produksi. Hal yang diperlukan ialah
Jenderal Hindia Belanda. Ia mendapatkan menggunakan tenaga rakyat untuk
tugas untuk meningkatkan produksi penanaman hasil-hasil yang dapat dijual di
tanaman ekspor yang tidak dapat dicapai pasaran dunia tidak secara bebas tetapi
pada pemerintahan sebelumnya. Tugas ini dengan sistem paksa, jadi bukan sistem
sangat mendesak, karena keadaan keuangan penanaman bebas atau kolonialisasi bagi
Negeri Belanda yang sangat parah. Negeri bangsa Eropa (Poesponegoro &
Belanda pada waktu itu memiliki beban Notosusanto, 1993: 2-7)
hutang yang sangat besar yang tidak dapat

3
Wafiyatu Maslahah dan Arif Wahyu Masyarakat di Jawa 1830-1870”. Jurnal
Hidayat. “Kehidupan Sosial-Ekonomi Agastya Vol. 6 No.2, 2016. Hlm. 19
ESSAI MATA KULIAH SEJARAH SOSIAL EKONOMI UNY - 15 MARET 2021
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Muhammad Yuanda Zara, Ph.D

Kebijakan Tanam Paksa ini untuk ditanami. Kemudian hasil tanaman


memberi keuntungan yang cukup besar ini akan dijual kepada pemerintah kolonial
kepada pemerintah kolonial dan negeri dengan harga yang sudah dipastikan dan
induk Belanda. Keuntungan tersebut terus hasil panen diserahkan kepada pemerintah
meningkat salah satunya sektor penting kolonial.5
dalam tanam paksa ini adalah perkebunan
Namun demikian, Sistem Tanam
kopi yang memberikan peyumbang
Paksa ini jauh lebih keras dan kejam
pemasukan yang penting dalam kebijakan
dibandingkan sistem monopoli VOC
sistem tanam paksa ini. 4
dikarenakan ada target pemasukan yang
harus dibutuhkan oleh pemerintah kolonial.
Dampak Sosial Ekonomi Sistem Tanam
Memang sejak tahun 1830, penerapan
Paksa
sistem tanam paksa telah dilakukan sebagai
Kebijakan Sistem Tanam Paksa di upaya dalam menghidupkan kembali sistem
Indonesia terutama di Pulau Jawa memiliki eksploitasi dari masa VOC yang berupa
dampak yang cukup besar baik bagi penyerahan wajib dengan menanam
masyarakat jawa dan belanda. Dalam tanaman tertentu dan sekaligus menjualnya
perencanaannya sistem tanam paksa dalam dengan harga yang ditetapkan oleh
peraturan yang dibuat oleh Van den Bosch, pemerintah.6
mewajibkan kepada rakyat untuk
Kebijkan ini tentu memiliki dampat
menyerahkan “Landrento” (pajak/upeti)
yang cukup besar bagi rakyat Indonesia
bukan dalam bentuk uang melainkan dalam
terutama di Pulau Jawa yang diwajibkan
bentuk tenaga kerja tertentu untuk
mengikuti sistem tanam paksa ini. Jika
menanam tanaman ekspor yang laku di
dilihat secara saksama maka kita dapat
Eropa. Dalam kebijakan ini, setiap desa
menyimpulkan bahwa pihak belanda yang
harus menyisihkan sebagian tanahnya 20%
mendapatkan keuntungan dari pelaksanaan

4
Tendi, “Perkembangan Sosio-Ekonomi Ekonomi)”. Jurnal ISTORIA Vol 2 No.1,
dan Perkebunan Masyarakat Kuningan 2011. Hlm. 30-33
1830-1870”, Jurnal Dialetika Vol 2 No 1, 6
Zulkarnain. “Serba Serbi Tanam Paksa”.
2017. Hlm. 45-46 Jurnal ISTORIA Vol. 8 No. 1, 2010. Hlm.
5
Zulkarnain. “Kesengsaraan Masyarakat 32
Jawa / Culturstelsel (Kajian Sosial
ESSAI MATA KULIAH SEJARAH SOSIAL EKONOMI UNY - 15 MARET 2021
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Muhammad Yuanda Zara, Ph.D

sistem tanam paksa ini sedangkan yang tenaga kerja ahli dalam kegiatan non
diterima oleh rakyat Indonesia hanyalah pertanian, serta Penyempurnaan fasilitas
penderitaan serta merosotnya tingkat yang digunakan dalam proses tanam paksa,
kesejahteraan.7 seperti jalan, jembatan, pengembangan
fasilitas pelabuhan dan pabrik dan gudang
Menurut M.C. Ricklefs dalam
untuk hasil budidayanya. (Ricklefs M.C,
bukunya “Sejarah Indonesia Modern 1200-
2008)
2008” menyebutkan beberapa dampak
negatif dari pelaksanaan sistem tanam
Penggunaan Istilah Cultuurstelsel ,
paksa diantaranya, Waktu yang dibutuhkan
Cultivation System, dan Sistem Tanam
oleh para petani yang biasa dibutuhkan
Paksa
untuk menanam padi terbentur karena harus
menanam kopi yang merupakan komoditas Kebijakan Sistem Tanam Paksa
tanam paksa, Penggarapan tanaman ekspor yang diterapkan di Indonesia serta sebagian
dibutuhkan lahan yang cukup besar, besar di Jawa ini merupakan kebijakan yang
budidaya tanaman ekspor juga sebenarnya di satu pihak menguntungkan di
menggunakan sebagian tanah petani yang pihak lain merugikan. Kebijakan dilihat
bernilai tinggi, Pelaksanaan sistem tanam awalnya memang cukup menguntungkan
paksa ini melipatgandakan kebutuhan akan terutama bagi sudut pandang eropa
hewan terak petani, Timbulnya bahaya (Belanda dan Inggris) mereka menamakan
kelaparan dan wabah penyakit dimana- kebijakan ini sebagai Cultuurstelsel dalam
mana sehingga angka kematian meningkat bahasa Belanda dan Cutivation System
drastis. (Ricklefs M.C, 2008) dalam bahasa Inggris jika dalam bahasa
Indonesia dapat diartikan sebagai Sistem
Selain itu juga terdapat dampak
Budidaya Tanaman. Jika dilihat secara
positif yang diambil dari pelaksanaan
harfiah jelas maka dalam bahasa Indonesia
Sistem tanam paksa ini antara lain, Rakyat
bermakna baik yakni Kebijakan Budidaya
Indonesia mengenal berbagai teknik
Tanaman terutama bagi tanaman ekspor
menanam jenis-jenis tanaman baru,
Meningkatkan perputaran uang di pedesaan
sehingga ekonomi berputar, munculnya

7
Wulan Sondarika. “Dampak Culturstelsel dari Tahun 1830-1870” Jurnal Artefak Vol 3
(Tanam Paksa) Bagi Masyarakat Indonesia No. 1, 2015. Hlm. 64-65
ESSAI MATA KULIAH SEJARAH SOSIAL EKONOMI UNY - 15 MARET 2021
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Muhammad Yuanda Zara, Ph.D

untuk diperdagangkan di Eropa.8 Dalam Padahal dalam bahasa belanda,


istilah tersebut juga memiliki makna netral. Istilah tersebut hanya terbatas dalam kata
“Cultuurstelsel” dilihat dari sisi
Namun menurut Zulkanain dalam
ekonominya saja. Namun dalam praktik
Serba-Serbi Tanam Paksa, Dalam
penerapannya di lapangan terutama dalam
Historiografi Indonesia, istilah Sistem
pelaksanaanya cenderung politis dan
Budidaya Tanaman diganti menjadi istilah
menyengsarakan rakyat. Praktik tersebut
“Tanam Paksa” yang menonjolkan aspek
juga banyak mengalami masalah dari akar
normatif dari sistem tersebut yaitu
rumput hingga birokrasi. Sehingga istilah
kesengsaraan dan penderitaaan rakyat yang
tanam paksa cenderung lebih melekat
diakibatkan oleh penerapan sistem yang
dalam peristiwa sejarah di Indonesia yang
diterapkan secara terpaksa tersebut
dianggap memprihatinkan.
(Zulkarnain, 2010).

DAFTAR PUSTAKA Ricklefs, M.C. (2008). Sejarah Indonesia


Modern 1200-2008. Jakarta: PT.
Buku
Serambi Ilmu Semesta
Kartodirdjo, Sartono. (1993). Pengantar
Simbolon, Parakitri Tahi (2006). Menjadi
Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900
Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku
Dari Emporium Sampai Imperium
Kompas
Jilid 1. Jakarta: Penerbit Gramedia
Pustaka Utama. Jurnal Ilmiah

Kartodirdjo, Sartono dan Suryo, Djoko. Kurniawan, Hendra. (2014). Dampak Sistem
(1991). Sejarah Perkebunan di Tanam Paksa terhadap Dinamika
Indonesia Kajian Sosial Ekonomi. Perekonomian Petani Jawa 1830-
Yogyakarta: Aditya Media. 1870. SOCIA: Jurnal Ilmu-Ilmu
Sosial 11 (2), Hlm. 164.
Marwati Djoened Poesponegoro dan
Nugroho Notosusanto. (2008). Maslahah, Wafiyatu dan Arif Wahyu
Sejarah Nasional Indonesia IV. Hidayat. (2016). Kehidupan Sosial-
Jakarta: Balai Pustaka

8
Ibid, Hlm. 30
ESSAI MATA KULIAH SEJARAH SOSIAL EKONOMI UNY - 15 MARET 2021
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Muhammad Yuanda Zara, Ph.D

Ekonomi Masyarakat di Jawa 1830-


1870. Jurnal Agastya 6 (2), Hlm. 19.

Tendi. (2017). Perkembangan Sosio-


Ekonomi dan Perkebunan Masyarakat
Kuningan 1830-1870. Jurnal Dialetika
2 (1), Hlm. 45-46.

Sondarika, Wulan (2015). Dampak


Culturstelsel (Tanam Paksa) Bagi
Masyarakat Indonesia dari Tahun
1830-1870. Jurnal Artefak 3 (1), Hlm.
64-65

Zulkarnain. (2010). Kesengsaraan


Masyarakat Jawa / Culturstelsel
(Kajian Sosial Ekonomi). Jurnal
HISTORIA 8 (1), Hlm. 32.

Zulkarnain. (2011). Serba Serbi Tanam


Paksa. Jurnal HISTORIA 2 (1), Hlm.
30-33.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai