Anda di halaman 1dari 10

Hendra Kurniawan Dampak Sistem Tanam Paksa terhadap Dinamika Perekonomian Petani Jawa 1830-1870

September 2014, Vol. 11, No. 2 , 163-172

Dampak Sistem Tanam Paksa terhadap


Dinamika Perekonomian Petani Jawa 1830-1870

Hendra Kurniawan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
hendrayang7@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi dampak sistem tanam paksa terhadap Dinamika
Perekonomian Petani Jawa Tahun 1830-1870. Metode penelitian menggunakan studi literatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasca bubarnya kongsi dagang VOC menimbulkan kebija-
kan baru di Hindia Belanda. Atas berbagai pertimbangan ekonomi maka pemerintah kolonial Be-
landa melaksanakan Sistem Tanam Paksa(Cultuurstelsel) dalam kurun waktu hampir 50 tahun.
Sistem ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan petani di Jawa.Sistem Tanam Paksa
telah mengenalkan petani pada sistem tanam yang lebih modern. Kondisi ini membuat ekonomi
pangan memiliki pondasi yang semakin mantap. Pada masa ini pula terbuka peluang bagi tum-
buhnya ekonomi masyarakat tani. Perekonomian subsisten perlahan bergeser menjadi pereko-
nomian uang. Akan tetapi bagaimanapun penyimpangan dalam pelaksanaan Tanam Paksa pada
akhirnya semakin menambah derita penduduk jajahan.
Kata kunci:tanam paksa, perekonomian, petani Jawa

Abstract
This research aims to eksplore the effects of cultuurstelsel system on the dynamics of Javanese
farmers in 1830-1870. This research utilizes literature study method. The resesrch findings show
that after VOC trade partnership had dispersed, a new law was made in the Dutch East Indies. Due to
some economic considerations, the Dutch Colonial Government implemented Cultuurstelsel system
for almost fifty years. This system brought a lot of changes for Javanese farmers’ life. This system
introduced farmers to the modern ways of rice fields cropping. This condition stabilized the founda-
tion of economy. During this time, the chance for farmers to develop is widely opened. The subsis-
tence economy slowly changed into money-oriented economy. However, at the end, the deviations of
the cultuurstelsel system increased the misery of colonized residents.
Keywords: cultuurstelsel system, economy, Javanese farmers

163
socia Vol. 11 No. 2 September 2014 : 163-172

PENDAHULUAN eksploitasi produksi pertanian tanah jajahan


yang langsung ditangani oleh pemerintah ko-
VOC (Vereenigde Oost-Indische Compag-
lonial. Eksploitasi produksi pertanian yang
nie) atau Persekutuan Dagang Hindia Be-
dilakukan oleh pemerintah kolonial ini di-
landa yang didirikan pada bulan Maret 1602
wujudkan dalam bentuk perkebunan negara.
menjadi awal cikal bakal penguasaan Belan-
Sejak itulah Hindia Belanda memasuki masa
da atas wilayah Indonesia. VOC berdiri atas
sistem tanam wajib atau tanam paksa (cul-
keinginan kongsi-kongsi dagang dari Belanda
tuurstelsel).
yang berdatangan ke Indonesia dalam kurun
Sistem tanam paksa dilaksanakan mela-
waktu tahun 1595 sampai 1600-an. Kongsi
lui alat birokrasi pemerintah yang berfungsi
dagang itu berasal dari Amsterdam, Middel-
sebagai pelaksana langsung dalam proses
burg, Rotterdam, Zeeland, Delft, Enkhuizen,
mobilisasi sumber perekonomian berupa
dan Hoorn (Sartono Kartodirdjo, 1993:70).
tanah dan tenaga kerja.Sistem tanam paksa
Pimpinan VOC terdiri dari tujuh belas anggo-
lebih mengutamakan peningkatan hasil pro-
ta yang merupakan perwakilan dari kongsi-
duksi tanaman ekspor yang sangat laku di
kongsi dagang yang disebut sebagai Heeren
pasaran Eropa. Untuk itu pemerintah kolo-
Zeventien atau Tuan-tuan XVII.
nial memperkenalkan tanaman ekspor kepa-
Menjelang akhir abad XVIII VOC menga-
da petani di Jawa. Pelaksanaan tanam paksa
lami kemunduran. Moralitas pegawai-pega-
dalam kenyataannya tidak sesuai dengan pe-
wai VOC mulai menurun karena rendahnya
raturan yang berlaku pada masa itu. Sistem
kesejahteraan yang mereka terima. Praktik-
tanam paksa lebih menguntungkan pemerin-
praktik korupsi mulai marak dan mengge-
tah kolonial dan semata-mata sebagai ben-
rogoti pondasi kongsi dagang Hindia Belanda
tuk eksploitasi (Robert van Niel dalam Anne
ini. Selain itu kas negeri Belanda juga sedang
Booth,dkk., 1988:101).
mengalami kekosongan akibat perang. Keun-
Meskipun dapat ditarik suatu konklusi
tungan VOC banyak tersedot untuk menutup
secara umum bahwa sistem tanam paksa
kesulitan keuangan ini. Maka pada tanggal 31
membawa penderitaan, akan tetapi sistem
Desember 1799, VOC yang hampir berusia
tanam paksa membawa dampak besar bagi
dua abad harus menerima akhir hidupnya.
perubahan sosial ekonomi petani Jawa. Sub-
Sejak 1 Januari 1800 kekuasaan di Hindia Be-
sistensi yang sejak dulu menjadi warna da-
landa beralih dari VOC ke pemerintah kolo-
lam perekonomian petani Jawa mengalami
nial Belanda.
pergeseran. Secara perlahan namun pasti
Bubarnya VOC bukan berarti penderitaan
sistem tanam paksa telah memperkenalkan
negara jajahan berakhir. Eksploitasi terhadap
perekonomian uang yang kemudian semakin
kekayaan nusantara terus berlangsung. Sis-
berkembang dengan masuknya modal asing
tem eksploitasi yang dilakukan VOC dengan
dalam koridor ekonomi liberal.
pemerintah kolonial memiliki persamaan
yaitu adanya penyerahan wajib hasil-hasil
METODE
pertanian meskipun cara yang agak berbeda.
Pemerintah kolonial mengadakan hubungan Metode yang digunakan dalam penelitian
dengan para petani secara langsung dan le- ini adalah dengan studi literatur dengan ana-
bih intens untuk menjamin arus tanaman lisis deskriptif kualitatif. Pembahasan akan
ekspor dalam jumlah yang dikehendaki. difokuskan pada sejarah kemunculan sistem
Golongan konservatif yang menguasai tanam paksa dan penyimpangan-penyim-
pemerintahan kolonial pada masa awal abad pangan yang terjadi dalam pelaksanaannya,
XIX memandang politik eksploitasi dengan serta dampak system tanam paksa pada pe-
penyerahan paksa peninggalan VOC sangat tani Jawa pada kurun waktu 1830-1870.
cocok untuk mengelola Hindia Belanda seba-
gai daerah wingewest atau daerah yang me- HASIL DAN PEMBAHASAN
nguntungkan negara induk. Sistem penyera-
Pemerintah kolonial Belanda yang perta-
han paksa itu dapat diterapkan dalam usaha
ma kali setelah runtuhnya VOC dipimpin oleh

164
Hendra Kurniawan Dampak Sistem Tanam Paksa terhadap Dinamika Perekonomian Petani Jawa 1830-1870

Dirk van Hogendorp (1799-1808). Dalam kan kembali sistem eksploitasi dari masa VOC
pemikiran kaum liberal kondisi rakyat yang yang berupa penyerahan wajib. Ikatan feodal
tertinggal disebabkan oleh sistem feodal dan hubungan patron-klien menunjukkan
yang mematikan potensi rakyat. Hogendorp masih adanya pengaruh yang kuat. Maka
mengusulkan agar kedudukan bupati dan Bosch memandang bahwaproses peningka-
penguasa lokal diatur kembali, penguasaan tan produksi tanaman ekspor dapat dilaku-
tanah dicabut dan dikembalikan pada rakyat kan melalui pemulihan sistem penyerahan
untuk ditanami secara bebas (Sartono Kar- wajib.
todirdjo, 1993:290). Rakyat bebas memilih Sistem tanam paksa merupakan penya-
jenis tanaman dan menjualnya. Penyerahan tuan antara sistem penyerahan wajib dengan
wajib (verplichte leveranties) dalam bentuk sistem pajak tanah. Ciri pokok sistem tanam
pajak berupa hasil bumi dan uang kepala. Sis- paksa terletak pada kewajiban rakyat untuk
tem ini diharapkan mendorong rakyat lebih membayar pajak dalam bentuk hasil tana-
giat menanam dan menghasilkan beras, kopi, man pertanian merekadan bukan dalam ben-
lada, kapas, coklat, dan minyak kelapa untuk tuk uang seperti yang berlaku dalam sistem
ekspor. pajak. Pungutan pajak dalam bentuk barang
Pasca penguasaan Inggris di Hindia Be- (in natura) akan membuat produksi tanaman
landa (1811-1816), pemikiran ekonomi po- perdagangan (cash crops) dapat dikumpul-
litik di daerah jajahan mulai bergeser dari kan dalam jumlah besar. Produksi tanaman
politik liberal ke pihak konservatif (Sartono ekspor yang berhasil dikumpulkan itu, di-
Kartodirdjo, 1993:305). Sistem pajak tanah harapkan akan dapat dikirimkan ke negeri
dan perkebunan bebas selama tiga puluh ta- induk, yang kemudian dipasarkan di pasa-
hun banyak mengalami hambatan. Struktur ran dunia secara luas, baik di Eropa maupun
sosial yang sangat feodal di Jawa menjadi Amerika. Pemasaran produksi tanaman eks-
pemicu utamanya. Pada waktu sistem pajak por di pasaran dunia itu akan mendatang-
tanah diberlakukan (1810-1830) dan sistem kan keuntungan besar baik bagi pemerintah
penyerahan wajib di Jawa dihapuskan, dae- maupun para pengusaha di negeri Belanda,
rah Priangan menjadi daerah perkecualian. sehingga utang negeri induk segera dapat di-
Preanger Stelsel berupa wajib tanam kopi bayar (Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo,
yang dilaksanakan di daerah Priangan mem- 1991:54).
bawa keuntungan besar bagi Belanda. Hal ini Dalam pelaksanaan sistem tanam paksa,
kemudian menjadi pilot project bagi pelak- van den Bosch menghendaki peningkatan
sanaan sistem tanam paksa yang dicetuskan campur tangan orang Eropa dalam proses
oleh van den Bosch. produksi. Rakyat dipaksa menanam tanaman
Johannes van den Bosch, diangkat seba- ekspor yang diminta pemerintah di tanah-
gai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanah milik mereka sendiri.Penyerahan hasil
tahun 1830 sebagai pengganti Du Bus de tanaman, menurut teorinya, dilakukan atas
Gisignies. Bosch mendapat tugas untuk me- kemauan penduduk sendiri namun tentu
ningkatkan produksi tanaman ekspor yang dalam kenyataannya tidaklah demikian. Tun-
tidak dapat dicapai oleh pemerintahan sebe- tutan kerja paksa (kerja rodi) atau pekerjaan
lumnya. Tugas ini sangat mendesak, karena tanam paksa diwajibkan bagi penanaman
keadaan keuangan di negara Belanda sangat kopi yang hampir semuanya dilakukan di
parah.Satu-satunya jalan terbaik untuk me- tanah yang belum digarap, meskipun pada
nyelesaikan beban utang negara yang besar praktiknya penanaman juga dilakukan di la-
itu ialah memanfaatkan kekayaan di daerah han pertanian yang sudah digarap.
jajahannya, Hindia Belanda. Solusi yang dice- Dalam teorinya sebagai upah atas pena-
tuskan oleh Bosch ialah pelaksanaan sistem naman tanaman yang diminta pemerintah
tanam paksa (Cultuurstelsel). maka penduduk dibebaskan dari kewajiban
Sejak tahun 1830, sistem tanam paksa membayar pajak tanah. Pajak nantinya di-
mulai diterapkan sebagai upaya menghidup- pungut bukan dalam bentuk uang melainkan

165
socia Vol. 11 No. 2 September 2014 : 163-172

dalam bentuk in natura atau dengan membe- 1. Melalui persetujuan, penduduk meny-
rikan tenaganya untuk bekerja. Hal ini diang- ediakan sebagian tanahnya untuk pena-
gap lebih sesuai dengan sifat rumah tangga naman tanaman perdagangan yang dapat
desa yang ingin dipertahankan sebagai ru- dijual di pasaran Eropa.
mah tangga produksi dan dicegah agar tidak 2. Tanah yang disediakan untuk penana-
menjalankan rumah tangga uang (Sartono man tanaman perdagangan tidak boleh
Kartodirdjo dan Djoko Suryo, 1991:55). melebihi seperlima dari tanah pertanian
Tujuan pelaksanaan sistem tanam yang dimiliki penduduk desa.
paksa mengikuti pola kekuasaan tradisional 3. Pekerjaan yang diperlukan untuk men-
masyarakat Jawa. Kaum tani digerakkan anam tanaman perdagangan tidak boleh
untuk bekerja menghasilkan tanaman melebihi pekerjaan yang dibutuhkan un-
ekspor. Untuk itu diharapkan para kepala tuk menanam padi.
desa dan birokrasinya mampu menggunakan 4. Bagian tanah yang ditanami tanaman
kekuasaan mereka untuk menggerakan perdagangan dibebaskan dari pembaya-
orang-orang bekerja dengan cara baru. ran pajak tanah.
Masyarakat desa dipaksa menyerahkan 5. Hasil tanaman perdagangan yang berasal
pemakaian sebagian tanah mereka untuk dari tanah yang disediakan wajib diserah-
penanaman tanaman keperluan pemerintah kan kepada pemerintah Hindia Belanda;
dan sebagian besar masih untuk menanam apabila nilai hasil tanaman perdagangan
padi keperluan masyarakat. Tujuannya ialah yang ditaksir itu melebihi pajak tanah
agar masyarakat Jawa tetap statis secara yang harus dibayar rakyat, maka selisih
ekonomi agraris (Robert van Niel dalam positifnya harus diserahkan kepada rak-
Anne Booth, dkk., 1988:116). Kenyataannya yat.
hal ini tidaklah demikian. 6. Kegagalan panen tanaman perdagangan
Sasaran pokok dari sistem tanam paksa harus dibebankan kepada pemerintah,
yaitu memperoleh produksi setinggi-tinggi- terutama apabila kegagalannya bukan di-
nya. Sasaran ini justru menimbulkan banyak sebabkan oleh kelalaian penduduk.
terjadi penyimpangan di lapangan yang me- 7. Penduduk desa akan mengerjakan tanah
nimbulkan tekanan berat terhadap rakyat mereka dengan pengawasan kepala-ke-
pedesaan. Penyimpangan ini didasari pada pala mereka, dan pegawai-pegawai Ero-
“kejar setoran” yang dilakukan oleh para bi- pa membatasi pengawasannya pada segi
rokrat lokal. Sistem tanam paksa berjalan teknis dan ketepatan waktu dalam pem-
dengan berbagai kesukaran dan perlakuan bajakan tanah, panen, dan pengangkutan.
yang menyakitkan terhadap kaum petani Sistem tanam paksa dilaksanakan
Jawa. Akan tetapi pada sisi lain pandangan se- melalui saluran birokrasi pemerintah, yang
jarah makin lama makin mencoba memperli- melibatkan pejabat-pejabat pribumi dan
hatkan kerangka perubahan sosial-ekonomi Eropa. Pejabat pribumi mencakup para bupati
masyarakat Jawa yang lebih luas(Robert van hingga kepala desa.Pejabat Eropa meliputi
Niel dalam Anne Booth, dkk., 1988:104-105). para Residen, Asisten Residen, Kontrolir, dan
Aturan mengenai pelaksanaan sistem Direktur Tanaman, yang bertugas sebagai
tanam paksa pada dasarnya masih dapat di- pengawas jalannya pelaksanaan sistem
terima karena masih berada dalam koridor- tanam paksa.Ini berarti sistem tanam paksa
koridor kewajaran yang masuk akal. Perma- menyandarkan diri pada sistem tradisional
salahannya ialah dalam praktiknya sistem dan feodal dengan perantaraan struktur
tanam paksa menyimpang dari aturan yang kekuasaan lama (Sartono Kartodirdjo,
ditetapkan. Menurut Sartono Kartodirdjo 1993:306). Sistem liberal yang sempat dianut
dan Djoko Suryo (1991:56) dalam Lembaran berarti ditinggalkan sama sekali.
Negara (Staatsblad) tahun 1834, nomor 22, Jenis tanaman wajib yang diperintahkan
sistem tanam paksa dijalankan dengan ke- untuk ditanam ialah kopi, tebu, dan indigo
tentuan sebagai berikut : (bahan pewarna). Tanaman lain yang ikut

166
Hendra Kurniawan Dampak Sistem Tanam Paksa terhadap Dinamika Perekonomian Petani Jawa 1830-1870

ditanam dalam skala kecil, antara lain tem- tidak dikenai pelaksanaan sistem tanam
bakau, lada, teh, dan kayu manis. Jenis tana- paksa, yang berlaku ialah sistem persewaan.
man itu ditanam pada seperlima bagian milik Di wilayah ini kemudian berkembang sistem
tanah penduduk, yang diminta secara paksa. tanah apanage yang disewakan karena tanam
Pada perkembangannya tidak hanya seperli- paksa dan perkebunan swasta membutuh-
ma bagian namun bisa terjadi hampir seluruh kan lahan subur yang luas. Tanah apanage di-
tanah pertanian ditanami tanaman-tanaman sebut juga tanah lungguh atau bengkok ialah
wajib. Kopi lebih banyak ditanam di tanah- tanah milik desa yang dijadikan upah atau
tanah yang belum digarap, sehingga butuh gaji bagi priyayi atau bangsawan birokrat lo-
pengerahan tenaga rakyat untuk membuka kal (Suhartono, 1991:1). Para pemilik tanah
dan menggarap lahan tersebut. Maka dalam apanage ini disebut bekel sebagai tuan tanah.
pelaksanaan sistem tanam paksa, penduduk Tananam yang ditanam di setiap daerah
masih diminta untuk menyerahkan tenaga tidak selalu sama, disesuaikan keadaan tanah
kerja wajib atau kerja paksa (heerendiensten) setempat.Penyebabnya yaitu adanya perbe-
untuk mengerjakan pekerjaan yang dibutuh- daan kondisi setempat terhadap kecocokan
kan pemerintah, seperti membuka lahan, penanaman jenis tanaman yang ditentukan.
pembuatan atau perbaikan jalan, saluran iri- Demikian pula keterlibatan penduduk dalam
gasi, pengangkutan dan berbagai pelayanan tanam paksa di daerah satu dengan daerah
kerja lainnya. Menurut peraturan, kerja wajib lainnya tidak sama. Selain terlibat dalam pen-
dilakukan selama 66 hari dalam satu tahun anaman tanaman, penduduk masih terlibat
(Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, 1991 dalam pengerahan kerja paksa.
: 56). Menurut Sartono Kartodirdjo dan Djoko
Pelaksanaan sistem tanam paksa seba- Suryo (1991:59) terkait dengan pengerahan
gian besar dilakukan di Jawa, hanya sebagian kerja paksa, ada tiga macam pelayanan, yaitu
kecil di luar Jawa.Selain sebagai pusat kedu- (1) kerja wajib umum (heerendiensten), men-
dukan pemerintah kolonial Belanda, Pulau cakup pelayanan kerja untuk umum, seperti
Jawa menjadi tempat pelaksanaan sistem pembuatan atau perbaikan jalan, pembuatan
tanam paksa yang paling berhasil dan paling gedung perkantoran, penjagaan tawanan,
disalahgunakan. Salah satu daerah di luar dan sebagainya, (2) kerja wajib pancen (pan-
Jawa yang mengalami keberhasilan pelak- cendiesten), menyangkut tugas pelayanan
sanaan tanam paksa yaitu Sumatera Barat kerja pertanian di tanah milik kepala-kepala
berupa penanaman kopi (Kenneth R. Young pribumi, dan (3) kerja wajib garap penana-
dalam Anne Booth, dkk., 1988:136). man (cultuurdiensten), menyangkut pengera-
Sistem tanam paksa di Jawa dilaksanakan han kerja untuk membuka lahan perkebunan,
di daerah yang berada langsung di bawah pembuatan atau perbaikan irigasi, kegiatan
pemerintahan administratif pemerintahan penanaman, pengangkutan hasil panen dari
Hindia Belanda yang disebut dengan daerah lahan panenan ke tempat penimbunan (kopi,
gubernemen dengan perkecualian daerah nila), atau ke pabrik pengolahan (tebu), dan
Batavia (Jakarta), Bogor, dan daerah tanah kerja lain di perkebunan pemerintah.
partikelir (Partikuliere Landerijen). Daerah Khusus untuk pengolahan tebu, dikerah-
gubernemen tersebut mencakup 18 karesi- kan tenaga penduduk sejak penanaman, pe-
denan, yaitu Banten, Priangan, Kerawang, Ci- motongan dan pengangkutan tebu, hingga
rebon, Tegal, Pekalongan, Semarang, Jepara, proses penggilingan tebu di pabrik-pabrik
Rembang, Surabaya, Pasuruan, Besuki, Paci- gula.Pusat penanaman tebu pemerintah
tan, Kedu, Bagelen, Banyumas, Madiun, dan pada waktu itu paling banyak (hampir 65 %)
Kediri (Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, di Jawa Timur, yaitu Pasuruan, Surabaya, dan
1991:57). Besuki.Daerah penanaman tebu lainnya yang
Khusus untuk daerah praja kejawen (Vor- luas ada di pesisir utara Jawa Tengah, yaitu Je-
stenlanden) yaitu Surakarta dan Yogyakarta para, Semarang, Pekalongan, Tegal, dan juga

167
socia Vol. 11 No. 2 September 2014 : 163-172

termasuk Cirebon.Keuntungan yang banyak pangan tanam paksa khususnya pada pem-
dari usaha gula, membuat swasta mengada- bagian tanah. Bagian tanah yang diminta
kan kontrak dengan pemerintah untuk meng- untuk ditanami tanaman wajib melebihi dari
usahakan tanaman tebu. Pada tahun 1837, 1/5 bagian seperti yang ditentukan, misalnya
produksi gula dari swasta kira-kira separuh sampai 1/3 atau 1/2 bagian, bahkan sering
dari produksi gula pemerintah(Sartono Kar- seluruh tanah desa.Demikian juga pembaya-
todirdjo dan Djoko Suryo, 1991 : 60). ran setoran hasil tanaman banyak yang tidak
Terkait dengan kerja paksa, A.M. Djuliati ditepati menurut jumlah yang diserahkan,
Suroyo dalam J. Thomas Lindblad (1998:217) atau banyak kerja yang semestinya menda-
mengungkapkan bahwa sebelum sistem pat upah, tetapi tidak dibayarkan upahnya.
tanam paksa diterapkan, jasa kerja paksa Kegagalan panen dibebankan kepada pendu-
sudah dibutuhkan untuk pengerjaan tanah- duk. Pengerahan tenaga kerja perkebunan ke
tanah apanage milik para bekel. Kerja paksa tempat-tempat yang jauh dari desa tempat
berfungsi memberikan pelayanan pribadi tinggal penduduk, kerja rodi di pabrik-pabrik
pada penguasa lokal, kerja untuk kepenting- dan tempat lain tanpa upah yang tentu mem-
an umum, dan kerja untuk upacara adat (gu- beratkan penduduk.
gur gunung). Kondisi ini jelas berubah pada Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo
masa tanam paksa, tanah-tanah yang diklaim (1991:63) juga memaparkan contoh kasus
untuk tanam paksa kemudian dibagi untuk terkait dengan pengerahan tenaga kerja yang
menciptakan pemilik tanah baru. Proses “pe- menyimpang. Di Rembang sebanyak 34.000
tanisasi” ini menimbulkan pembagian beban keluarga dipaksa untuk bekerja di lahan
kerja pula dan munculnya tenaga-tenaga ba- penanaman tanaman wajib selama 8 bulan
yaran yang mempengaruhi kehidupan eko- dalam satu tahun, dengan upah rendah, yaitu
nomi sosial masyarakat desa. tiga duit sehari. Contoh lain ialah sejumlah
penduduk desa di Distrik Simpur, Priangan
Penyimpangan dalam Praktik Sistem Ta- pernah dikerahkan untuk penanaman nila di
nam Paksa tempat yang jaraknya jauh dari tempat ting-
Menurut yang tersirat dalam peraturan gal mereka selama 7 bulan. Di distrik tersebut
memang sistem tanam paksa tidak tampak juga pernah dikerahkan 5.000 orang laki-laki
memberatkan penduduk.Akan tetapi dalam dengan 3.000 ekor kerbau untuk mengerja-
praktik, banyak dilaporkan sebaliknya.Maka kan tanah milik pabrik.
perlu dibedakan antara sistem tanam paksa Para pegawai Belanda maupun para bu-
dalam program pemerintah pusat dengan pati dan kepala desa yang dapat menunaikan
sistem tanam paksa dalam praktik di tingkat tugasnya dengan baik, pemerintah mem-
daerah.Penyelenggaraan sistem tanam paksa berikan perangsang finansial, yang disebut
yang menggunakan pimpinan-pimpinan pri- cultuurprocenten (prosenan tanaman). Cul-
bumi desa sebagai perantara, merupakan tuurprocenten berupa persentase tertentu
salah satu sumber petaka penyimpangan da- dari penghasilan yang diperoleh dari pen-
lam praktik tanam paksa di tingkat desa. jualan tanaman ekspor yang diserahkan para
Penyediaan tanah dan tenaga kerja cen- pegawai tersebut, jika mampu melampaui
derung dibebankan kepada seluruh desa, bu- target produksi yang telah ditentukan pada
kan pada penduduk secara individual seba- setiap desa.Sementara penduduk mempero-
gai pemilik tanah. Hal ini dilakukan dengan leh uang pembayaran upah tanaman (plant-
alasan untuk memudahkan penanganannya. loon) komoditi ekspor.Pembayaran plantloon
Akibatnya timbul perluasan tanah yang sifat- dimaksudkan agar penduduk mampu mem-
nya menjadi tanah komunal (milik bersama) bayar pajak dan memiliki daya beli untuk ba-
serta terjadi perubahan hubungan sosial di rang-barang yang tersedia di pasar, terutama
pedesaan. barang impor dari negeri Belanda.Pembaya-
Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo ran plantloon telah menyebabkan perluasan
(1991:63) menjelaskan mengenai penyim- ekonomi uang ke lingkungan rumah tangga

168
Hendra Kurniawan Dampak Sistem Tanam Paksa terhadap Dinamika Perekonomian Petani Jawa 1830-1870

petani di pedesaan. Sistem tanam paksa telah keuntungan besar.Dari tahun 1841-1863,
menciptakan lalu lintas uang yang memper- sistem tanam paksa telah mendatangkan
cepat timbulnya ekonomi uang di desa (Sar- laba sebesar 461 juta, sehingga utang negeri
tono Kartodirdjo, 1993:319). Belanda dapat dilunasi.Antara tahun 1836-
Pemerintah semakin memahami akibat 1866 diperoleh keuntungan sebesar 692
buruk dari penyimpangan sistem tanam pak- juta, dan antara 1867-1877 diperoleh 151
sa, terutama setelah terjadi banyak peristiwa juta.Amsterdam berhasil menjadi pusat per-
kelaparan di beberapa daerah yang banyak dagangan dunia untuk komoditi tropis. (Sar-
membawa korban kematian dan penderitaan tono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, 1991 : 65)
penduduk.Kritik dan gerakan untuk pengha-
pusan sistem tanam paksa mulai dilancar- Dampak Sistem Tanam Paksa bagi Petani
kan.Mulai tahun 1860, sebagian besar tanam Jawa
paksa dihapuskan. Secara bertahap tahun Secara umum pelaksanaan sistem tanam
1862 lada dihapuskan, 1865 nila, teh, dan paksa telah mempengaruhi dua unsur po-
kayu manis, dan tembakau pada tahun 1866. kok kehidupan agraris pedesaan Jawa, yaitu
Beberapa orang Belanda yang humanis tanah dan tenaga kerja.Akan tetapi menurut
seperti Eduard Douwes Dekker yang memi- Robert van Niel dalam Anne Booth (1988 :
liki nama samaran Multatuli melancarkan 130), dampak dari sistem tanam paksa di
kritik terhadap tanam paksa melalui tulisan Jawa selain mempengaruhi tanah (kemudian
yang berjudul “Max Havelaar”. Berbagai kriti- dikaitkan dengan sistem ekonomi pedesaan)
kan awalnya tidak menyurutkan langkah pe- dan munculnya tenaga buruh yang murah,
merintah Kolonial Belanda dengan mengelu- masih ditambah satu hal lagi yaitu lahir-
arkan Ordonansi Koelidan Poenale Sanctie nya pembentukan modal di desa. Perolehan
pada tahun 1880. Dalam Ordonansi Koeli atau laba yang sangat luar biasa bagi Belanda
peraturan kuli ini terdapat Poenale Sanctie menunjukkan bahwa sistem tanam paksa
yaitu aturan yang memuat ancaman huku- merupakan eksploitasi Belanda, terutama di
man badan (kurungan dan pukulan) bagi ku- Jawa pada periode 1830-1870.
li-kuli yang melanggar peraturan kerja (Jan Sistem tanam paksa pertama-tama
Breman, 1997:xiv). mencampuri urusan kepemilikan tanah
Tujuan utama dari aturan ini yaitu men- penduduk pedesaan, karena petani harus
jamin tenaga buruh bagi majikan, juga mem- menyerahkan tanahnya untuk penanaman
batasi kemerdekaan buruh untuk meninggal- tanaman ekspor.Tuntutan akan kebutuhan
kan perkebunan tempat bekerja.Perlakuan tanah pertanian untuk tanaman ekspor yang
buruk terhadap buruh kerap terjadi misalnya dilakukan dengan menggunakan ikatan desa,
seorang kuli (buruh) dipaksa bekerja dengan telah mempengaruhi pergeseran pemilikan
kekerasan dan diperlakukan sewenang- dan penguasaan tanah di kalangan petani
wenang oleh majikan Belanda. Pukulan pedesaan. Hal ini dikarenakan adanya
dengan rotan, penahanan, penelanjangan, pertukaran atau pembagian tanah pertanian
dan bentuk-bentuk penyiksaan lainnya. Po- untuk perataan pembagian kewajiban
enale Sanctie menambah kesengsaraan rak- penyediaan tanah dan kerja pada pemerintah,
yat Indonesia dan memperpanjang daftar pe- maupun adanya kecenderungan perubahan
langgaran HAM yang dilakukan Belanda. Hal kepemilikan tanah perseorangan menjadi
ini terus mendapat kecaman hingga pada ta- tanah komunal desa.
hun 1924, Majelis Rendah Belanda mengaju- Menurut Robert van Niel dalam Anne
kan protes atas Poenale Sanctie ini yag baru Both (1988:118) menjelaskan bahwa sistem
dicabut tahun 1941. tanam paksa telah menghancurkan desa-de-
Sistem tanam paksa berhasil meningkat- sa di Jawa, karena telah memaksa mengubah
kan produksi tanaman ekspor, dan mengi- hak kepemilikan tanah desa menjadi milik
rimkannya ke negeri induk, dan kemudian bersama dan dengan demikian merusak hak-
dijual ke pasaran dunia, yang mendatangkan hak perorangan yang lebih dulu atas tanah.

169
socia Vol. 11 No. 2 September 2014 : 163-172

Hal ini menurut Clifford Geertz dalam teori ini otomatis mengurangi produksi tanaman
involusi pertaniannya, mengakibatkan mun- pangan mereka. Peralihan dari produksi sub-
culnya homogenisasi sosial di desa-desa Jawa sistensi ke produksi komersil hampir selalu
yang mengakibatkan kemiskinan bersama memperbesar risiko. Selain itu produksi ko-
(shared poverty).Hal inilah yang kemudian mersil dalam sistem tanam paksa tidak men-
melahirkan sistem ekonomi pedesaan yang jamin persediaan pangan bagi keluarga. Aki-
terus berlanjut meskipun sistem tanam pak- bat dari sistem tanam paksa maka memaksa
sa mulai memudar. petani untuk mengubah pola pikirnya.
Selain tanah, sistem tanam paksa mem- Perubahan dalam sistem kerja juga telah
butuhkan pengerahan tenaga kerja rakyat mengenalkan sistem ekonomi uang (moneti-
secara besar-besaran untuk penggarapan la- sasi) ke dalam lingkungan kehidupan pede-
han, penanaman, pemanenan, pengangkutan, saan agraris (Sartono Kartodirdjo dan Djoko
dan pengolahan di pusat-pusat pengolahan Suryo, 1991:68).Kehidupan perekonomian
atau pabrik.Semua kerja yang dibutuhkan ini yang semula masih tradisional dan subsis-
dilakukan dengan sistem kerja paksa. Pelak- ten secara berangsur-angsur berkenalan
sanaan heerendiensten sangat memberatkan dengan ekonomi uang melalui komersiali-
penduduk, karena selain tidak diberi upah, sasi produksi pertanian dan pasaran kerja.
juga pekerjaan yang harus dikerjakan secara Sistem tanam paksa telah menjadi pintu ma-
fisik cukup berat.Meskipun nantinya secara suk peredaran uang ke daerah pedesaan. Sis-
berangsur-angsur sistem kerja paksa di per- tem ekonomi uang ini membuat para petani
kebunan diganti menjadi sistem kerja upah mulai tergantung pada dunia luar. Produksi
bebas.Sejak tahun 1837 mulai dilakukan in- pertanian dirasakan sebagai komoditi un-
dividualisasi pekerjaan dalam perkebunan. tuk ekspor dan pasar dunia.Sistem ini mu-
Tahun 1855 sistem pekerjaan di perkebunan lai menggoyang sistem ekonomi subsisten
mulai teratur dan terspesifikasi.Pekerjaan di sebagai ekonomi tradisional yang bersifat
perkebunan maupun di sektor pembangu- tertutup dan memenuhi kebutuhan rumah
nan mulai memberlakukan sistem kontrak. tangga sendiri bagi petani.
(Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo, 1991 Suyatno Kartodirdjo dalam Robert van
: 67-68) Niel (2003:ix) mengungkapkan bahwa teo-
ri dualisme ekonomi yang diajukan Boeke
Dari Ekonomi Subsisten ke Monetisasi (1942, 1953) yang menyebutkan bahwa sis-
Petani Jawa sejak awal terbentur oleh tem ekonomi modern yang dipraktikan ne-
moral ekonominya yang subsisten. James gara kolonial hidup berdampingan dengan
C. Scoot (1981:26) menjelaskan bahwa sistem ekonomi tradisional (ekonomi subsis-
petani menganut prinsip “utamakan tens) dan tidak saling mengganggu, tidaklah
selamat”. Para petani lebih senang benar. Hal ini terbukti dengan munculnya re-
meminimalisir kemungkinan terjadinya sistensi petani, seperti Pemberontakan Peta-
suatu bencana (gagal panen) daripada ni Banten 1888, dan berbagai gerakan protes
meningkatkan penghasilannya. Dalam petani lainnya di Jawa abad XIX.
memilih bibit dan cara-cara bertanam para Menurut Sartono Kartodirdjo dan Djoko
petani lebih menghindari risiko daripada Suryo (1991:69) ada beberapa hal positif
melakukan spekulasi untuk meningkatkan dari pelaksanaan sistem tanam paksa, antara
penghasilannya. Untuk itulah petani lebih lain terjadinya pembaruan dalam sistem ad-
senang menanam tanaman pangan daripada ministrasi pemerintahan desa akibat campur
tanaman perdagangan apalagi tanaman tangan pemerintah kolonial. Secara tidak
ekspor. langsung, pelaksanaan tanam paksa juga te-
Sistem tanam paksa telah mengubah pola lah mengenalkan teknologi baru, terutama
yang sejak dulu diyakini oleh para petani. dalam pengenalan bibit-bibit tanaman perda-
Mereka dipaksa menanam tanaman ekspor gangan, seperti tebu, indigo, dan tembakau,
untuk kepentingan ekonomi Belanda. Hal beserta cara penanamannya. Selain itu, ka-

170
Hendra Kurniawan Dampak Sistem Tanam Paksa terhadap Dinamika Perekonomian Petani Jawa 1830-1870

rena tuntutan peningkatan produksi, maka menjadi masalah pokok penduduk Jawa.
diadakan perbaikan atau pembuatan irigasi, Teori involusi pertanian Clifford Geertz yang
jalan, dan jembatan yang memperlancar menjelaskan proses kemiskinan struktural
transportasi dan komunikasi antar daerah. di Jawa tampak relevansinya. Pertambahan
Dalam kehidupan sosial lainnya, pelaksanaan penduduk Jawa, berkurangnya lahan
tanam paksa telah mendorong tumbuhnya pertanian dan perluasan perkebunan Eropa
usaha jasa angkutan di kalangan petani yang menjadi penyebab kemiskinan di Jawa.
mampu, misalnya dengan pengadaan alat
transportasi berupa gerobak atau cikar yang SIMPULAN
ditarik dengan ternak, seperti lembu, kerbau, Pada tahun 1930, negeri Belanda memi-
atau kuda. liki beban utang yang besar, karena itu men-
Mengenai pembentukan modal yang cari pemecahannya di daerah jajahannya,
muncul akibat sistem tanam paksa, tentu yaitu Indonesia.Pada masa ini juga mulai ter-
tidak lepas dari perkembangan sistem eko- jadi pergeseran pemikiran dari politik liberal
nomi uang di desa.Dalam hal ini merupakan ke politik konservatif. Maka gagasan peme-
aspek yang lebih melibatkan orang Eropa cahan bagi masalah yang dihadapi Belanda
dan Cina, daripada penduduk pribumi. Para bersumber pada kebijakan eksploitasi yang
kontraktor gula pemerintah merupakan pernah diterapkan di Hindia Belanda. Sistem
pemimpin-pemimpin dalam pembentukan tanam paksa yang dicetuskan oleh van den
modal ini.Masuknya modal ini lebih didasari Bosch memiliki tujuan utama yaitu mening-
pada berkembangnya swasta yang sifatnya katkan produksi tanaman ekspor agar dapat
lebih liberal, dibandingkan sistem pemerin- menguasai pasaran dunia dan mendapat ke-
tah yang berbelit-belit. Perkembangan mo- untungan sebanyak-banyaknya.
dal swasta akan lebih tampak sesudah tahun Sistem tanam paksa dijalankan dengan
1880, ketika sistem tanam paksa betul-betul ketentuan tertentu yang diusahakan tidak
dibubarkan secara resmi(Robert van Niel merugikan kepentingan rakyat. Akan tetapi
dalam Anne Booth, 1988 : 131). Peralihan dalam praktik, banyak dilaporkan sebaliknya.
sistem tanam paksa ke sistem perusahaan Penyelenggaraan sistem tanam paksa yang
swasta, sejajar dengan beralihnya kebijakan memanfaatkan birokrat pribumi desa seba-
politik kolonial dari tangan kaum konserva- gai perantara, merupakan salah satu sumber
tif ke tangan kaum liberal yang menentang penyimpangan dalam praktik tanam paksa di
sistem eksploitasi oleh negara/pemerintah. tingkat desa.
Meskipun sistemnya berbeda, akan tetapi Secara garis besar dampak dari sistem
tujuannya sama yakni menggali sumber ke- tanam paksa di Jawa ialah selain mempenga-
kayaan tanah jajahan untuk keuntungan ne- ruhi kepemilikan tanah dan munculnya te-
geri Belanda. (Sartono Kartodirdjo dan Djoko naga buruh yang murah, masih ditambah
Suryo, 1991 : 72) satu hal lagi yaitu terjadinya pergeseran eko-
Pada akhirnya, sistem ekonomi modern nomi petani Jawa. Pola pikir menghindari
yang muncul akibat tanam paksa meskipun risiko mau tidak mau harus ditanggalkan
berhasil mendorong Jawa makin terlibat karena tuntutan pelaksanaan sistem tanam
dalam perdagangan internasional karena paksa. Lahirnya pembentukan modal di desa
pertumbuhan yang mantap di bidang ekspor, dengan adanya sistem ekonomi uang (mone-
namun di sisi lain telah mengeksploitasi tisasi) perlahan juga menyingkirkan sistem
habis-habisan sistem ekonomi subsistens ekonomi petani Jawa yang sebelumnya ber-
yang menjadi basis ekonomi kaum tani. sifat subsisten.
Eksploitasi lewat sistem tanam paksa
bersifat brutal dan mengakibatkan petani UCAPAN TERIMA KASIH
Jawa menderita kemiskinan dan kelaparan.
Atas terlaksananya penelitian ini, kami
Struktur sosial dan ekonomi Jawa nyaris
mengucapkan terimakasih kepada:
dihancurkan. Kemiskinan dan kelaparan

171
socia Vol. 11 No. 2 September 2014 : 163-172

1. Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma mi Berikutnya, hlm. 99-135. Dalam Anne
yang telah memberikan fasilitas berupa Booth, dkk. (Eds).Sejarah Ekonomi Indo-
ijin pelaksanaan penelitian. nesia. Jakarta: LP3ES.
2. Bapak/ibu dosen Jurusan Pendidikan Se- Sartono Kartodirdjo. 1993. Pengantar Seja-
jarah Universitas Sanata Dharma yang te- rah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Em-
porium Sampai Imperium Jilid 1. Jakarta:
lah memberikan masukan untuk kesem-
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
purnaan penelitian ini. Sartono Kartodirdjo dan Djoko Suryo. 1991.
Sejarah Perkebunan di Indonesia: Kajian
DAFTAR PUSTAKA Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Me-
Breman, Jan. 1997. Menjinakkan Sang Kuli: dia.
Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di Scott, James C.. 1981. Moral Ekonomi Petani:
Sumatera Timur pada Awal Abad ke-20. Pergolakan dan Subsistensi di Asia Teng-
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. gara. Jakarta: LP3ES.
Djuliati Suroyo, A. M.. 2000. Tenaga Kerja di Suhartono. 1991. Apanage dan Bekel: Peruba-
Jawa Sebelum dan Selama Sistem Tanam han Sosial di Pedesaan Surakarta (1830-
Paksa, hlm. 2130-1395.Dalam Thomas J. 1920). Yogyakarta: Tiara Wacana.
Lindblad (Ed). Sejarah Ekonomi Modern Young, Kenneth R.. 1988. Sistem Tanam Paksa
Indonesia: Berbagai Tantangan Baru.Ja- di Sumatera Barat: Stagnasi Ekonomi dan
karta : LP3ES. Jalan Buntu dalam Politik, hlm. 136-164.
Niel, Robert van. 1988. Warisan Sistem Dalam Anne Booth, dkk. (Eds).Sejarah
Tanam Paksa bagi Perkembangan Ekono- Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES.

172

Anda mungkin juga menyukai