Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Fungsi Batang

Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting tumbuhan yang berada
di atas permukaan tanah. Batang tumbuh dari batang lembaga yang tumbuh dari dalam biji.
Selanjutnya pertumbuhan berasal dari titik tumbuh berupa meristem apical yang terdapat
dalam batang. Mengingat tempat dan kedudukannya bagi tubuh tumbuhan, batang dapat
disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya batang terdiri dari sumbu tegak
dengan daun-daun yang melekat padanya ( Anonym.2010 ).
Beberapa sifat umum batang menurut ( Tjitrirosoepomo.2009 ) antara lain:
1. Umumnnya berbentuk panjang bulat seperti silindrer atau dapat pula mempunyai bentuk
lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf yaitu dapat dengan sejumlah bidang dibagi
menjadi dua bagian yang setangkup.
2. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, dan pada buku-buku
tersebut terdapat daun.
3. Tumbuhnya bisanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop/heliotrope)
4. Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek seperti lumut
dan pada waktu batang masih muda.
5. Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan bahwa batang
mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
6. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali
kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
7. Sebagai bagian tubuh tumbuhan, tugas batang antara lain:
- Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang berada di atas tanah, yaitu: bunga, daun,
dan buah.
- Memperluas bidang asimilasi dengan percabangannya dan menempatkan bagian-
bagian tunbuhan di dalam ruang sedemikian rupa sehingga dari segi kepentingan
tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan.
- Sebagai jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari atas ke bawah.
- Menjadi tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan.

3
2.2 Pola Pertumbuhan batang

Pola pertumbuhan tumbuhan bergantung pada letak meristem. Meristem apikal berada
pada ujung akar dan pada puncuk tunas, menghasilkakn sel-sel bagi tumbuhan untuk tumbuh
memanjang. Pemanjangan ini yang disebut pertumbuhan primer, memungkinkan akar
membuat jalinan di dalam tanah dan tunas untuk meningkatkan pemaparanya terhadap
cahaya matahari dan CO2. Pada herba (bukan tumbuhan berkayu), yang terjadi hanya
pertumbuhan primer. Namun demikian, pada tumbuhan berkayu terdapat juga pertumbuhan
sekunder, karena adanya aktivitas penebalan secara progresif pada akar dan tunas yang
terbentuk sebelumya oleh pertumbuhan primer. Pertumbuhan sekunder adalah produk
meristem lateral, silinder-silinder yang terbentuk dari sel-sel yang membelah ke samping di
sepanjang akar dan tunas. Meristem lateral ini mengantikan sel dermis dangan jaringan
dermis sekunder, seperti kulit yang lebih tebal dan keras, dan meristem lateral juga
menambah lapisan jaringan pembuluh. Kayu adalah xilem sekunder yang terakumulasi
selama bertahun-tahun.
Pada tumbuhan berkayu, pertumbuhan primer dan sekunder terjadi pada waktu yang
bersamaan akan tetapi pada lokasi yang berbeda. Pertumbuhan primer dibatasi pada bagian
termuda tumbuhan seperti ujung akar dan tunas, dimana terletak meristem apikal. Meristem
lateral terletak dan berkembang di daerah yang sedikait lebih tua pada akar atau tunas yang
agak jauh dari ujung. Pada tempat tersebut terjadi pertumbuhan sekunder untuk menambah
diameter organ. Bagian tertua dari akar atau tunas misalnya pada pangkal cabang pohon
memiliki akumulasi jarinagn sekunder yang paling bersar yang dibentuk meristem lateral.
Setiap musim tumbuh, pertumbuan primer menghasilkan perbesaran bagian muda pada akar
dan tunas, sementara pertumbuhan sekunder menebalkan dan menguatkan bagian yang lebih
tua tumbuha tersebut ( Anonym.2010 ).

2.3 Morfologi Batang Jati

Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar, berbatang
lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang luruh di musim
kemarau.Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30 –
45 m. Dengan pemangkasan, batang yang bebas cabang dapat mencapai antara 15 – 20 cm.
Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu kasar, berwarna kecoklatan atau abu-

4
abu yang mudah terkelupas. Percabanganjauh dari batang utama. Pangkal batang berakar
papan pendek dan bercabang sekitar empat.

Tata daun berbentuk opposite dengan bentuk daun besar membulat seperti jantung,
berukuran panjang 20-50 cm dan tebal 15-40 cm. Ujung daun meruncing, pangkal daun
tumpul dan tepi daun bergelombang. Permukaan atas daun kasar sedangkan permukaan
bawah daun berbulu. Pertulangan daun menyirip. Tangkai daun pendek dan mudah patah
serta tidak memiliki daun penumpu (Stipule). Tajuk tidak beraturan. Daun muda (Petiola)
berwarna hijau kecoklatn, sedangkan daun tua berwarna hijau tua keabu abuan.

Bunga jati bersifat majemukyang terbentuk dalam malai bunga (inflorence) yang
tumbuh terminal diujung atau tepi cabang. Panjang malai antara 60-90 cm dan lebar antara
10-30 cm. Bunga jantan (Benang sari) dan betina (Putik) berada dalam 1 (satu) Bunga
(monoceus). Bunga bersifat actinomorfic , berwarna putih, berukuran 4-5 mm (lebar)dan 6-8
mm (Panjang). Kelopak bunga (calyx) berjumlah 5-7 dan berukuran 3-5 mm. Mahkota bunga
(corolla) tersusun melingkar berukuran sekitar 10 mm. Tangkai putik (Stamen) berjumlah 5-6
buah dengan filamen berukuran 3 mm, antara memanjang berukuran 1-5 mm, ovarium
membulat berukuran sekitar 2 mm. Bunga yang terbuahi akan menghasilkan buah berukuran
1-1,5 mm. Tanaman jati akan mulai berbunga pada saat musim hujan ( Anonym.2010 ).

2.4 Bagian-bagian Batang

Berikut adalah bagian – bagian pada batang menurut ( Tjitrirosoepomo.2009 ) adalah sebagai
berikut ini :

1. Buku (node),tempat dimana daun melekat pada batang.


2. Ruas (internode), bagian batang di antara buku-buku.
3. Tunas axiler (axillary bud),yang terbentuk antara sudut masing-masing daun dengan
batang dan memiliki potensi unutk membentuk suatu tunas cabang. Sebagin besar
tunas aksiler yang masih muda dorman. Setelah mengakhiri masa dormansi, suatu
tunas aksiler akan menjadi cabang vegetatif yang lemgkap dengan tunas terminal,
daun-daun dan tunas aksiler.
4. Tunas terminal (terminal bud), merupakan pusat pertumbuhan tunas yang masih
muda, terletak pada bagian apeks (ujung) batang.

5
2.5 Pola Percabangan
Batang suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang tidak bercabang
kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledoneae), misalnya
jagung (Zea mays .). Umumnya batang memperlihatkan percabangan banyak atau sedikit.
Kerangka tumbuhan dibangun oleh sejumlah sumbu. Suatu sumbu (baik cabang atau
sumbu utama) bisa dibangun dengan cara sebagai berikut menurut ( Tjitrirosoepomo.2009 ):
1. Cara percabangan monopodial, yaitu jika batang pokok selalu lebih jelas, karena lebih
besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya, misalnya
pohon cemara (Casuarina equisetifolia L.).
2. Percabangan simpodial, sumbu tubuh menghasilakn ruas dan buku namun di suatau saat
meristem apikal tidak berfungsi lagi oleh karen membentuk bunga atau berdiferensiasi
membentuk parenkim atau karena sebab lain. Dari kuncup aksilar di ketiak daun dekat di
daerah meristem apikal yang tidak berfungsi itu akan tumbuh cabang yang arahnya sejajar
sumbu sebelumnya dan tumbuh serpeti sumbu yang diagantikannya. Batang pokok sukar
ditentukan, karen adalam perkembagan selanjutnya mungkin lalu menghentika
pertumbuhannya atau kalah besar dan kalah cepat pertumbuahnnya dibandingkan dengan
cabangnya, misalnya pada sawo manila (Achros zapota L.).
3. Percabangan mengarpu atau dikotom, yaitu cara percabangan, yang batang setiap kali
menjadi dua cabang yang sama besarnya, hal ini adalah akibat titik tumbuh menjadi dua
bagian yang sama, seperti pada Selaginella, nipah (Nypa fruticans) dan Asclepias. Kadang-
kadang percabangan tampak seperti dikotom namun jika diamati secara cermat terlihat ujung
sumbu utama yang terhenti. Percabangan seperti ini disebut dikotom semu, misalnya paku
rane (Glaichenia linearis). Dikotom semu juga bisa terjadi jika cabang dekat ujung sumbu
tumbuh dengan kuat sehingga mencapai penampakan yang setara dengan sumbu utama yang
sedikit terdesak dan keduanya bersama-sama tampak seperti garpu.
2.6 Bentuk Batang

Tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) pada umumnya mempunyai batang yang di


bagian bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin mengecul, jadi batangnya dapat
dipandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang, yang dapat mempunyai
percabangan atau tidak. Tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae) sebaiknya mempunyai
batang yang dari pangkal sampai ke ujung boleh dikata tak ada perbedaan besarnya. Hanya
pada beberapa golongan saja yang pangkalnya tampak membesar, tetapi selanjutnya ke atas
tetap sama, seperti terlihat pada bermacam palma (Palmae).

6
Jika kita bicara tentang bentuk batang biasanya yang dimaksud ialah bentuk batang pada
penampang melintangnya ini dapat dibedakan bermacam-macam bentuk batang menurut
(Tjitrirosoepomo.2009), antara lain:

1. Bulat (teres), misalnya bambu (Bambusa sp), kelapa (Coconus nucifera L).
2. Bersegi (angiularis). Dalam hal ini ada tiga kemungkinan:
- Bangun segi tiga (triangularis), misalnya batang teki (Cyperus rotundus)
- Segi empat (quadrangularis), misalnya batang markisah (Passiflora quadrangularis
L), iler (Coelus scutellarioides Benth).
3. Pipih dan biasanya lalu melebar menyerupai daun den mengambil alih tugas daun pula.
Batang bersifat demikian dinamakan:
- Fitokladia (phyllocladium), jika amat pipih dan menyerupai pertumbuhan yang
terbatas, misalnya pada jakang (Muehlenbeckia platyclada).
- Kladodia (cladosium), jika masih tumbuh terus dan mengadakan percabangan,
misalnya sebangsa kaktus (Opuntia vulgaris).

Dilihat dari permukaannya, batang tumbuh-tumbuhan juga memperlihatkan sifat


bermacam-macam.

Maka dapat membedakan permukaan batang yang menurut ( Tjitrirosoepomo.2009 ) yaitu


sebagai berikut:

a. Licin (laevis), misalnya batang jagung (Zea mays ).


b. Berusuk (costatus), jika pada permukaan terdapat rigi-rigi yang membujur, misalnya
iler (Coelus scutellarioides Benth).
c. Beralurb (sulcatus), jika membujur batang terdapat alur-alur yang jelas, misalnya pada
Cereus peruvianus.
d. Bersayap (alatus), biasanya pada batang yang bersegi, tetapi pada sudut-sudutnya
terdapat pelebaran yang tipis, misalnya pada ubi (Discorea alata) dan markisah
(Passiflora quadrangulais)
Selain dari itu permukaan batang dapat pula:
a. Berambut (pilosus), seperti misalnya pada tembakau (Nicotiana tabacum)
b. Berduri (spinosus), misalnya pada mawar (Rosa sp)
c. Memperlihatkan bekas-bekas daun, misalnya pada papaya (Carica papaya)
dan kelapa (Coconus nucifera)

7
d. Memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu, misalnya: nangka (Artocarpus
integra), keluih (Artocarpus comunis)
e. Memperlihatkan banyak lentisel, misalnya pada sengon (Albizzia stipulata)
f. Keadaan-keadaan lain, misalnya lepasnya kerak (bagian kulit yang mati)
seperti pada jambu biji (Psidium guajava) dan pohon kayu putih (Malaleuca
leucadendron)

2.3 Morfologi Jagung

Jagung adalah tanaman rerumputan tropis yang sangat adaptif terhadap perubahan
iklim dan memiliki masa hidup 70-210 hari. Jagung dapat tumbuh hingga ketinggian 3 meter.
Jagung memiliki nama latin Zea mays. Tidak seperti tanaman biji-bijian lain, tanaman jagung
merupakan satu satunya tanaman yang bunga jantan dan betinanya terpisah (Belfield dan
Brown, 2008).

Temperatur maksimal dari tanaman jagung mulai dari fase pertumbuhan dan
perkembangan adalah 18-32 derajat Celcius. Temperatur 35 derajat Celcius akan
menyebabkan kematian pada tanaman jagung. Suhu udara atau temperatur yang baik untuk
perkecambahan adalah 12 derajat Celcius, dan fase pertumbuhan adalah 21-30 derajat
Celcius. Di daerah Asia Tenggara, fase kekeringan yang terjadi pada April-Mei akan menjadi
faktor pembatas pertumbuhan tanaman jagung (Belfield dan Brown, 2008).

Jagung dapat menghasilkan hasil panen melimpah dengan curah hujan 300 mm
perbulan. Jikakurang dari 300 mm perbulan akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman
jagung, namun demikian, faktor dari kelembapan tanah juga berdampak pada berkurangnya
hasil panen (Belfield dan Brown, 2008).

Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung
umumnya tidak bercabang. Ruas-ruas berjajat secara vertikal pada batang jagung. Pada
tanaman jagung yang sudah tua, jarak antar ruas semakin berkurang (Belfield dan Brown,
2008). Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah 10-40 ruas. Tanaman jagung
umumnya tidak bercabang. Batang memiliki dua fungsi yaitu sebagai tempat daun dan
sebagai tempat pertukaran unsur hara. Unsur hara dibawa oleh pembuluh bernama xilem
dan floem. Floem bergerak dua arah dari atas kebawah dan dari bawah ke atas. Floem
membawa sukrose menuju seluruh bagian tanaman dengan bentuk cairan.

8
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu : 10.00 WIB s/d selesai

Hari / Tanggal : Jumat / 19 Oktober 2012

Tempat : Laboratorium MIPA IAIN Raden Fatah Palembang

3.2 Alat dan bahan

- Alat

1. Pensil
2. Lembar kerja
- Bahan
1. Batang jati muda ( Piper battle )
2. Batang jati tua ( Piper battle )
3. Batang jagung muda ( Zea mays )
4. Batang jagung tua ( Zea mays )

3.3 Prosedur Kerja

Langkah-langkah praktikum:

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam percobaan.


2. Amati ciri-ciri yang ada pada masing-masing batang.
3. Gambar batang yang diamati tersebut.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Gambar terlampir

- Jati Tua
Ciri-ciri:
1. Permukaan kulit sudah keras
2. Warna agak kehijauan
3. Terdiri atas ruas dan buku
4. Tidak terdapat daun dan meristem (aksial)
5. Bentuk batang silinder atau bulat
6. Arah batang ke atas
7. Pola percabangan ke kanan dan ke kiri
8. Batang sejati
9. Pada kulit terdapat lentisel

- Batang Jati Muda

Ciri-ciri:

1. Permukaan kulitnya licin atau halus


2. Terdapat tunas (aksial)
3. Terdapat daun
4. Terdapat ruas dan buku
5. Berkas daun sejajar
6. Warna batangnya hijau dan agak lembut
7. Arah tumbuh ke atas
8. Bentuk batang sejajar
9. Ada bulu-bulu halus
10. Bentuk batang kotak

- Batang Jagung Muda


Ciri-ciri:
1. Permukaan batang licin
2. Bentuk batang silinder
3. Berwarna hijau
4. Arah tumbuh ke atas
5. Daun sejajar
6. Mempunyai buku dan ruas

10
- Batang Jagung Tua
Ciri-ciri: 3. Bentuk batang silinder
1. Permukaan batang licin 4. Arah tumbuh ke atas
2. Bertunas 5. Mempunyai buku dan ruas
6. Berwarna hijau

4.2 Pembahasan

Dari praktikum yang di lakukan dapat di bahas bahwa permukaan jati tua lebih keras dan
kasar dibandingkan jati tua, warnanya juga berbeda jati muda memiliki warna hijau
sedangkan yang tua tidak terlalu hijau. Pada jati tua terdapat lentisel sedangkan pada jati
muda terdapat bulu-bulu halus. Serta pada jati muda batangnya berbentuk kotak dan yang tua
berbentuk silindris.

Pada jagung muda tidak terdapat tunas sedangkan yang tua terdapat tunas. Perbedaan
secara umum dari batang jati dan jagung yaitu batang jati mempunyai percabangan
sedangkan jagung tidak serta pada batang jadi terdapat lentisel dan batang jagung tidak
terdapat. Sedangkan persamaan dari batang jagung dan jati yaitu sama-sama mempunyai
buku dan ruas.

11
BAB V

PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang kami lakukan dapat kami simpulkan bahwa pada tanaman jati
dan jagung sama-sama mempunyai buku dan ruas tetapi mempunyai perbedaan pada
percabangannya, batang jati bercabang sedangkan batang jagung tidak bercabang serta pada
jati terdapat lentisel sedangkan jagung tidak.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2010. http://hepuralto21.blogspot.com ( di akses pada tanggal 20 november 2012 )

Anonym.2010. http://kreasiquh.blogspot.com ( di akses pada tanggal 20 november 2012 )

Anonym.2010. Batang. http://rieckanciit.blogspot.com

( di akses pada tanggal 20 november 2012 )

Belfield dan Brown. 2008. Morfologi Batang. Http//morfologi batang..com

( di akses pada tanggal 20 november 2012 )

Tjitrirosoepomo, Gembong. 2009. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada Universitas Press:


Yogyakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai